Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK INVESTASI PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA

KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Fakhri Adrian, Febriska Fitria Mafliyanti, Gadis Mahkota Negara

Abstrak

Perpindahan ibu kota negara (IKN) ke Provinsi Kalimantan Timur tentu akan
memiliki dampak-dampak secara regional maupun secara nasional. Salah satu
aspek yang terdampak yaitu aspek ekonomi. Tujuan utama dari penelitian ini
yaitu untuk menganalisis dan memperkirakan nilai pengganda dari berbagai
sektor ekonomi yang ada di Provinsi Kalimantan Timur sebagai IKN yang baru
dan menemukan skenario terbaik di antara dua skenario pembiayaan yang
direncanakan oleh pemerintah. Penelitian ini menggunakan metode input-output
untuk melihat hubungan antarsektor, kemudian menganalisis dampak
penggandanya pada output, tenaga kerja, pendapatan, dan nilai tambah bruto.
Selanjutnya dilakukan analisis shock dari dua skenario pemerintah dan mencari
mana skenario yang paling menguntungkan dalam pemindahan IKN. Kebijakan
pemilihan skenario ini didasarkan dari visi dan misi pemerintah. Jika pemerintah
menginginkan pertambahan output secara keseluruhan, maka skema yang paling
menguntungkan yaitu skema 2. Sementara jika pemerintah menargetkan
pertumbuhan pada tenaga kerja dan pendapatan, maka skema yang
menguntungkan yaitu skema 1.
Kata kunci: pemindahan IKN, pengganda regional, input-output, skenario investasi.

1.1. Pendahuluan

Pada Agustus 2019 lalu, pemerintah Republik Indonesia telah membuat


keputusan untuk memindahkan ibu kota negara (IKN) ke Provinsi
Kalimantan Timur. Beberapa hal besar yang melatarbelakangi
pemindahan ini yaitu tingginya tingkat kemacetan di DKI Jakarta,
berkurangnya ketersediaan air tanah, tingginya tingkat kepadatan
penduduk, dan adanya disparitas yang tinggi antara Indonesia bagian
barat dengan Indonesia bagian tengah dan timur. Skema pemindahan
1
IKN ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang positif,
seperti naiknya GDP riil nasional, naiknya harga upah tenaga kerja,
minimalnya kenaikan inflasi, meningkatnya arus perdagangan antar
wilayah, dan menaikkan investasi di Provinsi Kalimantan Timur dan
sekitarnya (Menteri PPN, 2019).

Tujuan utama dari paper ini yaitu untuk menganalisis dan


memperkirakan nilai pengganda dari berbagai aspek ekonomi yang ada di
Provinsi Kalimantan Timur sebagai IKN yang baru. Penelitian ini
menggunakan metode input-output untuk melihat hubungan antarsektor,
kemudian menganalisis dampak penggandanya pada output, tenaga kerja,
pendapatan, dan nilai tambah bruto. Selanjutnya dilakukan analisis
sensitivitas dari dua skenario pemerintah dan mencari mana skenario
yang paling menguntungkan dalam pemindahan IKN.

1.2. Tinjauan Pustaka

Menurut teori basis ekonomi, ekonomi lokal dapat dibagi menjadi dua
sektor: sektor dasar atau nonlokal (berorientasi ekspor) yang terdiri dari
perusahaan dan bagian dari perusahaan yang kegiatan ekonominya
tergantung pada faktor-faktor di luar perekonomian lokal; dan sektor
non-dasar atau lokal yang terdiri dari kegiatan ekonomi yang sebagian
besar tergantung pada kondisi ekonomi lokal (Klosterman, 1990 dalam
Gkouzos & Christofakis, 2018)).

Menurut McCann (2001) setiap relokasi, pemekaran, atau penutupan


dalam ekonomi lokal, harus memiliki konsekuensi khusus untuk seluruh

2
perekonomian lokal, serta konsekuensi bagi perekonomian secara umum.
Alasan untuk ini adalah bahwa perubahan tersebut akan mengubah
permintaan untuk faktor input yang didukung secara lokal, dan
perubahan permintaan ini juga akan menyebabkan perubahan lebih lanjut
secara lokal. Secara umum kekuatan dampak-dampak ini secara luas
dikaitkan dengan ukuran perubahan yang terlibat. Secara khusus, di mana
masing-masing perusahaan yang terlibat sangat besar, setiap perubahan
dalam ukuran atau organisasi perusahaan akan berpotensi berdampak
besar pada ekonomi lokal.

Konsep multiplier effect merupakan konsep yang mengkaji tentang suatu


dampak. Konsep ini mempunyai beberapa pandangan yang berbeda-beda
khususnya dalam mengkaji dampak-dampak dalam pengembangan
ekonomi, pertumbuhan ekonomi. Bartik (2003) menyebutkan bahwa
dalam pengembangan ekonomi dibutuhkan kebijakan untuk
meningkatkan jumlah tenaga kerja karena pada akhirnya akan
menyebabkan multiplier effect yang lebih besar (Chotimah, 2012). Efek
pengganda dalam pengembangan ekonomi lokal merupakan dampak
yang diakibatkan oleh kegiatan di bidang tertentu baik positif maupun
negatif sehingga menggerakan kegiatan di bidang-bidang lain karena
adanya keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung yang
pada akhirnya mendorong kegiatan pembangunan (Frechtling (1994),
Tarigan (2002), Moretti (2010), Domanski & Gwosdz (2010) dalam
Chotimah (2012)).

3
Meskipun ada beberapa perbedaan antara berbagai metode yang
digunakan untuk menghitung efek pengganda, semuanya menghasilkan
pengganda yang menggambarkan perubahan dalam pekerjaan,
pendapatan, pendapatan rumah tangga, atau PDB yang akan dihasilkan
dari perubahan satu unit dalam output di industri primer (Dyck & Sumalia
(2010); Colgan (2007) dalam Jacobsen, Lester, & Halpern, (2014)).

Untuk menganalisis peran pembangunan infrastruktur digunakan tabel


input-output yang dalam penyusunannya menggunakan pendekatan
pendapatan nasional (Sukma, 2015). Oleh karena itu, angka-angka pada
tabel input-output benar-benar mencerminkan kondisi perekonomian di
suatu wilayah pada periode waktu tertentu sekaligus sebagai potret
perekonomian. Ini disebabkan karena dalam pendapatan nasional,
seluruh kegiatan perekonomian dihitung dan tidak ada yang terlewat.

1.3. Metodologi

Paper ini menggunakan metode input-output (I-O) menganalis dampak


investasi pemidahan IKN ke Kalimantan Timur terhadap pertumbuhan
perekonomian. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data tabel
I-O Provinsi Kalimantan Timur tahun 2010 yang diambil dari Badan
Pusat Statistik. Tabel I-O dapat didefinisikan sebagai uraian statistik
dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi
barang dan jasa serta keterkaitan antar sektor, dalam suatu wilayah pada
suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian, tabel I-O dapat
menjelaskan bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan

4
ke sektor- sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh
input yang diperlukan dari sektor-sektor lainnya.

Analisis yang dapat dilakukan menggunakan metode I-O ini yaitu analisis
keterkaitan dan analisis pengganda regional. Analisi keterkaitan biasa
digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi
dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem
perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi
keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukkan hubungan
keterkaitan antar sektor atau industri dalam pembelian terhadap total
pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan
ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar
sektor atau industri dalam penjualan terhadap total penjualan output yang
dihasilkannya.

Sementara itu, analisis pengganda regional merupakan analisis yang


mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen
tertentu apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel eksogen seperti
permintaan akhir dalam perekonomian. Analisis pengganda regional yang
diteliti dalam paper ini yaitu analisis output multiplier, labor multiplier, dan
income multiplier.

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek
awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit
satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks
invers) menunjukkan total pembelian input baik langsung atau tidak
langung dari suatu sektor sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan
5
akhir. Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat
adanya perubahan output dalam perekonomian. Pendapatan disini tidak
hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umumnya
diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tapi juga dividen
bunga bank (Jensen, 1979).

1.4. Hasil dan Pembahasan

Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 memiliki 35 sektor yang


digunakan pada tabel input-output (IO). Dari 35 sektor tersebut,
diasumsikan sektor yang berkaitan dengan skema investasi pemindahan
IKN yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel
dan restoran, angkutan darat, angkutan air, angkutan udara, komunikasi,
Lembaga keuangan dan jasa pertanian, pemerintahan umum dan
pertahanan, dan jasa-jasa lainnya. Adapun skema pembiayaan pemerintah
yaitu sebagai berikut.

Sumber: Paparan Kementrian PPN, 2019.

6
1.4.1. Analisis Keterikatan
Analisis keterikatan merupakan analisis yang digunakan untuk melihat
peanan tiap sektor terhadap sektor lain. Analisis ini terbagi menjadi dua
jenis, yaitu keterikatan ke depan dan keterikatan ke belakang. Analisis
keterikatan ke depan digunakan untuk melihat kenaikan output jika terjadi
shock pada sektor-sektor hilir. Sementara itu, analisis keterikatan ke
belakang digunakan untuk mengukur dorongan langsung pada suatu
sektor yang menjadi sektor hilir apabila terjadi penambahan permintaan
pada sektor tersebut.
Secara keseluruhan, yang menajdi sektor kunci dari seluruh sektor
tersebut yaitu sektor industri petrokimia. Artinya, sektor industri
petrokimia dapat mengubah keseluruhan nilai sektor secara signifikan di
Provinsi Kalimantan Timur jika terjadi shock baik di input maupun output.
Untuk lingkup yang termasuk ke dalam pemindahan IKN, yang menjadi
sektor kunci yaitu sektor perdagangan. Jika fokus pemerintah yaitu untuk
memajukan keseluruhan sektor di Provinsi Kalimantan Timur
berdasarkan pemindahan IKN, maka sektor yang memiliki nilai investasi
terbanyak seharusnya yaitu sektor perdagangan.

1.4.2. Analisis Pengganda Regional

Analisis pengganda regional merupakan analisis yang menjelaskan


dampak yang terjadi pada variabel endogen jika terdapat perubahan pada
variabel eksogen, seperti permintaan akhir atau pendapatan. Angka
pengganda regional yang dibahas dalam input-output di Provinsi

7
Kalimantan Timur ini terdiri dari 3, yaitu pengganda output, income, dan
labor.

Pada angka pengganda output (OM), indeks yang paling tinggi secara
keseluruhan yaitu pada industri petrokimia. Akan tetapi, jika fokusnya
hanya pada sektor yang terkait dengan pemindahan IKN, maka indeks
OM yang paling besar berasal dari angkutan air. Pada angka pengganda
tenaga kerja (LM), indeks yang paling tinggi secara keseluruhan berasal
dari sektor peternakan. Untuk sektor yang terkait pemindahan IKN,
indeks terbesar berasal dari sektor pemerintahan umum dan pertahanan.
Yang terakhir yaitu angka pengganda pendapatan (IM). Berbeda dengan
OM dan LM yang indeks tertingginya berbeda secara keseluruhan sektor
dan sektor yang berkaitan dengan pemindahan IKN, pada IM, sektor
yang memiliki indeks tertinggi baik secara keseluruhan maupun sektor
yang hanya berkaitan dengan pemindahan IKN berasal dari sektor
pemerintahan umum dan pertanahan.

1.4.3. Analisis Skema Pembiayaan Pemerintah

Analisis skema pembiayaan pemerintah ini dihitung berdasarkan shock


pada sektor-sektor yang diasumsikan berkaitan dengan pemindahan
IKN. Dalam perhitungan ini, diasumsikan bahwa sektor-sektor selain
yang berkaitan dengan pemindahan IKN ini tidak mendapat investasi
atau nilai shock sama dengan nol.

Pada skema pembiayan 1 dengan investasi sebesar Rp 466 T, nilai total


output yang dihasilkan yaitu Rp 642,5 T. Dari total nilai ini, sektor yang

8
paling tinggi menyumbang nilai total yaitu sektor bangunan dengan nilai
Rp 185,3 T. Begitupun dengan skema pembiayaan 2 dengan investasi
sebesar Rp 323 T akan menghasilkan output sebesar Rp 455, 7 T dan nilai
yang paling tinggi beasal dari sektor bangunan sebesar Rp 125,9 T. Jika
dilihat dari skema pembiayaan pemerintah, sektor bangunan ini memiliki
urgensi yang cukup tinggi mengingat pemindahan IKN membutuhkan
bangunan-bangunan baru seperti gedung pemerintahan, perumahan
ASN/Polri/TNI, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya sehingga baik dari
investasi maupun output, sektor bangunan memiliki nilai yang paling tinggi
dari sektor-sektor lainnya.

Untuk analisis IM, dengan skema 1, nilai total pendapatan dari Provinsi
Kalimantan Timur yaitu sebesar Rp 172 T dengan nilai terbesar dari
sektor pemerintahan sebesar Rp 92,9 T. Sementara itu, dengan skema 2,
nilai total pendapatan di provinsi ini sebesar Rp 118,1 T dengan nilai
terbesar dari sektor pemerintahan sebesar Rp 63,1 T.

Sementara itu, dalam analisis LM, nilai total tenaga kerja dari skema 1
sebesar Rp 4 T dengan sektor terbanyak berasal dari sektor pemerintahan
sebesar Rp 2,3 T. Dengan skema pembiayaan 2, nilai total LM sebesar Rp
3,1 T dengan sektor yang paling banyak menyumbang yaitu sektor
pemerintahan sebesar Rp 1,5 T.

Ditinjau dari wacana pemindahan IKN yang melibatkan banyak ASN,


Polri, dan TNI di tahun-tahun awal, maka sektor-sektor yang paling tinggi
nilai pendapatan dan tenaga kerjanya memang sudah seharusnya berasal
dari sektor pemerintahan umum dan pertahanan. Diperkirakan, jumlah
9
migrasi penduduk yang berasal kalangan ASN, Polri, dan TNI ini
sebanyak 933,6 ribu orang. Dengan jumlah penduduk di Provinsi
Kalimantan Timur pada tahun 2014 sebanyak 3.508 ribu orang, maka
dengan bertambahnya jumlah penduduk sebanyak 26%, tentu akan
menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan dari segi tenaga kerja dan
pendapatan.

Dalam paparan yang dikeluarkan oleh Kementerian PPN/Bappenas


dinyatakan bahwa pembiayaan sebesar Rp 466 T menggunakan skema
pembiayaan dari APBN, KPBU, dan investasi langsung BUMN/D
maupun pihak swasta. Pembiayaan yang didanai oleh APBN sebesar Rp
84 T atau 19,2% digunakan untuk pembangunan istana negara, bangunan
strategis TNI/POLRI, gedung legislatif, pengadaan lahan, ruang terbuka
hijau, dan pangkalan militer. Sedangkan skema KPBU memiliki peran
yang signifikan karena memiliki proporsi terbesar dalam pembiayaan
pembangunan ibu kota negara yaitu sebesar Rp 253,4 T atau 54,4% untuk
membiayai infrastruktur dasar (air minum dan sanitasi), rumah dinas
ASN/TNI/POLRI, pembangunan infrastruktur utama (selain yang telah
tercakup dalam APBN, gedung eksekutif, urban transport berbasis rel,
peningkatan konektivitas, lembaga pemasyarakatan, serta sarana
pendukung lainnya termasuk sarana pendidikan dan kesehatan.

Selain itu, sebanyak Rp 123,2 T atau 26,4% didanai oleh investasi


langsung (BUMN/D atau swasta) untuk membiayai perumahan umum,
pembangunan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan swasta, sarana
kesehatan swasta, science-technopark pusat perbelanjaan, dan MICE.
10
Pembangunan tersebut dijalankan secara bertahap dengan rencana
pengembangan tahun 2021 – 2045 dengan kebutuhan lahan sebanyak
40.000 Ha.

Pada tahap awal pembangunan, pemerintah bekerjasama dengan badan


usaha untuk membangun sarana dan prasaran dasar untuk layanan publik
dengan skema pengembalian ketersediaan layanan (availability payment).
Kerjasama yang digunakan oleh badan usaha berupa DBFOM (Design,
Build, Finance, Operate, Maintain) atau badan usaha akan mendesain,
membangun, membiayai, mengoperasikan dan merawat, sedangkan
pemerintah akan membayar ketika sudah beroperasi dan layanan diterima
sesuai layanan minimum yang disepakati. Pembayaran kepada badan
usaha dengan memperhitungkan jangka waktu kerjasama (konsesi),
pengembalian biaya investasi serta margin yang disepakati. Dengan
konsep pembiayaan tersebut mitigasi risiko dapat diperkirakan sehingga
investasi dalam pembangunan sektor infrastuktur di ibu kota baru akan
mendorong pertumbuhan perekonomian.

1.4.4. Saran Kebijakan Skema Pembiayaan Pemindahan IKN

Berdasarkan kedua skema pembiayaan tersebut, skema 1 dengan nilai Rp


466 T tentu akan menghasilkan dampak/keuntungan yang lebih besar
pada Provinsi Kalimantan Timur dibandingkan dengan skema 2 yang
bernilai Rp 323 T. Dari kedua skema tersebut dapat dilihat perbandingan
antara total nilai dari angka pengganda secara keseluruhan sebagai
berikut.

11
Tabel 4.1. Rasio Angka Pengganda dari Investasi Awal dari Kedua Skema
OM RASIO IM RASIO LM RASIO
SKEMA 1 Rp 642.510.897.575.284 1,3787 Rp 172.068.669.545.654 0,3692 Rp 4.523.877.215.199 0,0097
SKEMA 2 Rp 445.788.382.521.694 1,3801 Rp 118.171.931.920.438 0,3658 Rp 3.105.479.562.580 0,0096

Sumber: Pengolahan Data, 2019.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa mayoritas rasio angka


pengganda terhadap investasi awal di skema 1 memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rasio pada skema 2. Akan tetapi, pada nilai
OM, dapat dilihat bahwa rasio pada skema 2 sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan rasio pada skema 1. Hal ini menunjukkan bahwa
alokasi nilai pada skema 2 akan memberikan output yang lebih banyak
dibandingkan alokasi nilai pada skema 1.

Investasi sebesar Rp 466 T pada skema 1 dapat menjadi masukan bagi


pengambilan kebijakan pemerintah diawal masa transisi pemindahan ibu
kota negara untuk menfokuskan pembangunan dan pengembangan
strategi perekonomian pada sektor yang memiliki dampak besar bagi
tenaga kerja dan pendapatan, sehingga pembangunan ibu kota dapat
dilakukan seara inklusif dengan pertumbuhan terkendali (growth
management).

Saran kebijakan kepada pemerintah yaitu jika pemerintah memfokuskan


pada pembangunan terkait tenaga kerja dan pendapatan, maka skema
yang lebih menguntungkan untuk dipakai yaitu skema 1. Akan tetapi, jika
pemerintah menargetkan untuk menambah output secara keseluruhan dari
35 sektor di Provinsi Kalimantan Timur, maka skema yang lebih
menguntungkan yaitu skema 2 karena dengan nilai investasi yang lebih
12
sedikit dibandingkan pada skema 1, rasio yang dihasilkan lebih besar pada
skema 2.

Kesimpulan

Hasil pengolahan data I-O Kalimantan Timur tahun 2010 menjelaskan


bahwa skema 1 dengan pembiayaan sebesar Rp 466 T akan memberikan
dampak keuntungan perekonomian yang lebih besar bagi daerah tersebut
dalam bidang tenaga kerja dan pendapatan. Akan tetapi, jika fokus
pemerintah yaitu untuk menaikkan output secara keseluruhan, maka
skema 2 dengan nilai yang lebih sedikit dibandingkan skema 1 akan lebih
tepat untuk diimplementasikan dalam pemindahan IKN ke Provinsi
Kalimantan Timur. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa semakin
besarnya investasi yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan
IKN, semakin jangka waktu pengembalian investasi tersebut akan
semakin lama pula.

Daftar Pustaka

Chotimah, H.C. (2012). Multiplier effect pengembangan potensi


ekonomi daerah melalui industri kerajinan anyaman pandan di
Kabupaten Kebumen. [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Gkouzos, A., & Christofakis, M. (2018). Multiplier effects under a
disaggregate economic base model: Evidence from Greek non-
metropolitan prefectures. Journal of Economic Studies, 45(2), 383–400.
https://doi.org/10.1108/JES-12-2016-0259.
Jacobsen, K. I., Lester, S. E., & Halpern, B. S. (2014). A global synthesis
of the economic multiplier effects of marine sectors. Marine Policy,
44, 273–278. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2013.09.019.

13
Kim, K., Jung, J. K., & Choi, J. Y. (2016). Impact of the smart city
industry on the Korean national economy: Input-output analysis.
Sustainability (Switzerland), 8(7), 1–20.
https://doi.org/10.3390/su8070649.
Ksenofontov, M. Y., Shirov, A. A., Polzikov, D. A., & Yantovskii, A. A.
(2018). Assessing multiplier effects in the Russian economy: Input-
output approach. Studies on Russian Economic Development, 29(2), 109–
115. https://doi.org/10.1134/S1075700718020089
McCann, Phillip. (2001). Urban and regional economics. New York: Oxford
University Press Inc.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional. (2019). Dampak ekonomi
dan skema pembiayaan pemindahan ibu kota negara. Jakarta: Bappenas.
Ovsiannikova, T., Rabtsevich, O., & Yugova, I. (2017). Evaluation of
multiplier effect of housing investments in the city economy. AIP
Conference Proceedings, 1800(January).
https://doi.org/10.1063/1.4973061
Sukma, A. (2015). Efek pengganda infrastruktur pekerjaan umum dalam
perekonomian Provinsi Bali. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota,
26(2), 100–110. https://doi.org/10.5614/jpwk.2015.26.2.3.
Badan Pusat Statistik. (2010). Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan
Timur tahun 2010.

14

Anda mungkin juga menyukai