Anda di halaman 1dari 12

EKSTRAKSI KARAGENAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


TEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun oleh:
Benedictus Ryza Tjahja Putra
12.70.0053
Kelompok E4

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2014

1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari karagenan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Karagenan
Kelompok
E1
E2
E3
E4
E5
E6

Berat Awal (gram)


40
40
40
40
40
40

Berat Kering (gram)


1,600
1,600
2,200
1,500
2,100
2,200

% Rendemen (%)
4,000
4,000
5,500
3,750
5,250
5,500

Berdasarkan data dari tabel hasil pengamatan diatas, dapat diketahui bahwa berat awal dari
masing-masing kelompok sama yaitu 40 gram. Berat kering yang diperoleh setiap kelompok
berbeda-beda. Semakin tinggi berat kering yang dihasilkan, maka nilai dari % rendemen akan
semakin tinggi pula. Kelompok E4 memiliki berat kering terendah yaitu 1,500 gram dengan nilai
rendemen terendah pula yaitu 3,750%. Berbeda dengan kelompok E3 dan E6 yang memiliki
berat kering tertinggi yaitu 2,200 gram dengan nilai rendemen tertinggi pula yaitu 5,500%.

2. PEMBAHASAN
Rumput laut atau sering disebut dengan seaweed dalam bahasa ilmiah dikenal dengan sebutan
alga adalah bagian terbesar dari tanaman laut dan merupakan salah satu komoditi ekspor dengan
tingkat potensial cukup tinggi untuk dikembangkan. Ada beberapa jenis rumput laut yang
memiliki nilai ekonomi tinggi yang dijadikan sebagai komoditi ekspor dan konsumsi domestik
antara lain Eucheuma sp., Gracillaria sp., Gelidium sp., Sargassum sp. dan Hypnea sp.
Karagenan dapat dimanfaatkan secara luas untuk

kepentingan industri pangan, kosmetik

maupun obat. Selain itu karagenan juga dapat digunakan untuk bidang kesehatan sebagai anti
virus untuk beberapa penyakit anatara lain hepatitis A, herpes, genital human papillomaviruses
(HPV), dan blocking virus HIV khususnya pada wanita (Anggadiredja et al., 2006).
Berdasarkan jurnal yang berjudul Dilute of Iota and Kappa Carrageenan Solution with High
Viscosities in High Salinity Brines membahas tentang karagenan merupakan kelompok yang
tergolong dalam polisakarida yang diekstrak dari rumput laut merah yang merupakan spesies dari
rhodophyta.
Menurut pendapat dari Campo et al (2009) yang mengatakan bahwa kualitas dari rumput laut
kering sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan tempat tumbuh, teknik
budidaya, iklim dan penanganan atau pengendalian pasca panen yang tepat. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi kualitas rumput laut yaitu oleh waktu atau umur panen, teknik pemanenan
dan keadaan cuaca pada saat panen tersebut. Secara umum, rumput laut sudah siap dipanen saat
berumur 1,5 sampai 2,0 bulan. Namun jika pemanenan dilakukan kurang dari umur tersebut,
maka akan dihasilkan rumput laut dengan kualitas rendah, dimana akan dihasilkan kandungan
dari karagenan dan kekuatan gel (gel strength) yang rendah (Anggadiredja et al., 2006).
Menurut jurnal yang berjudul Optimization of the extraction of carrageenan from Kappaphycus
alvarezii using response surface methodology menjelaskan bahwa karagenan merupakan
galaktan yang tersulfatasi yang diekstrak dari rumput laut merah dengan memiliki komposisi Dgalaktosa yang terikat pada ikatan glikosidik

-1,3 dan -1,4. Karagenan tersebut dapat

dikelompokan menjadi kappa karagenan, iota karagenan, dan lambda karagenan yang tersusun
dari unit-unit galaktosa 3,6-anhidrogalaktosa.

Karagenan merupakan galaktan tersulfatasi linear hidrofilik, dimana galaktan tersulfatasi tersebut
dikelompokan berdasarkan adanya unit 3,6-anhydro galactose (DA) dan posisi gugus sulfat.
Terdapat tiga jenis karagenan komersial yang utama antara lain karagenan kappa, iota, dan
lambda. Karagenan mu merupakan precursor dari karagenan kappa, sedangkan untuk karagenan
nu merupakan prekursor iota. Dari ketiga jenis karagenan tersebut didapatkan dari spesies
rhodophyta yang berbeda pula. Jenis karagenan iota dan kappa dibentuk secara enzimatis dari
prekursornya masing-masing dengan bantuan enzim sulfohydrolase yang terjadi secara alami.
Dilihat dari segi komersial, karagenan kappa, iota, dan lambda diproduksi dengan menggunakan
metode alkali atau proses ekstraksi dengan larutan alkali (Campo et al. 2009). Salah satu jenis
karagenan yaitu kappa didominasi dari rumput laut tropis Kappaphycus alvarezii, atau dalam
dunia komersial lebih dikenal dengan sebutan Eucheuma cottonii. Untuk jenis karagenan iota
diperoleh dari spesies Eucheuma denticulatum atau dikenal dengan nama komersial sebagai
Eucheuma spinosum. Sementara untuk jenis karagenan lamda diperoleh dari spesies Gigartina
dan Condrus (Van de Velde et al., 2002).
Karagenan dapat berperan sebagai hidrokoloid, yang sering dimanfaatkan dari segi fungionalnya.
Salah satu sifat fungsional dari karagenan yaitu berhubungan dengan pembentukan gel dengan
aplikasi yang sudah banyak digunakan antara lain bahan untuk perbaikan tekstur, pengental,
pembentuk gel, dan pengikat air atau hidrogel. Sifat tersebut meliputi kekuatan gel, suhu saat
pembentukan gel, waktu pembentukan gel, dan suhu saat terjadi pelelehan gel. Pada umumnya,
pengambilan karagenan yang berasal dari rumput laut memerlukan beberapa proses, antara lain
perendaman, ekstraksi, pemisahan karagenan dalam pelarutnya, lalu proses pengeringan
karagenan. Pada setiap tahap pada pengolahan karagenan ini akan memberikan pengaruh pada
nilai rendemen dan kualitas karagenan (Hilliou et al., 2006).
Berikut ini beberapa sifat karaginan :
o Semua kandungan garam dari karagenan lambda dapat larut dalam air dingin, sedangkan
pada karagenan kappa dan iota hanya pada bagian garam dan natrium saja yang dapat larut.
o Karagenan kappa mampu membentuk gel saat bereaksi dengan ion kalium, namun pada
karagenan iota pembentukan gel terjadi saat bereaksi dengan ion kalsium. Pada karagenan
lambda mampu membentuk disperse, tidak dapat membentuk gel.
o Karagenan lambda mampu larut dalam air panas pada suhu 40 sampai 60C. Jenis
Karagenan kappa dan iota akan larut pada suhu diatas 70C.

o Semua jenis karagenan tersebut bersifat stabil pada pH netral dan alkali, dan saat berada pada
pH asam, karagenan akan mengalami proses hidrolisis.
(Poncomulyo dan Taurino, 2006).
Kondisi basa sangat dibutuhkan pada proses ekstraksi rumput laut untuk dijadikan karagenan
dengan tujuan untuk meningkatkan daya larut karagenan dalam air serta untuk mencegah
terjadinya proses hidrolisis pada ikatan glikosidik dalam molekul karagenan yang dapat
menimbulkan kehilangan berbagai sifat fisiknya. Saat melakukan proses ekstraksi karagenan
dibutuhkan kondisi basa sekitar pH 8 sampai 10 (Indah Anugrah Aprillia, 2006). Proses ekstraksi
merupakan metode pemisahan suatu komponen berupa cair dari campurannya dengan memakai
sejumlah massa solven tertentu yang berperan sebagai tenaga pemisah. Pada proses ekstraksi ini
terdiri dari tiga tahapan utama, antara lain proses pencampuran, proses pembentukan fase
setimbang, dan proses pemisahan fase setimbang. Solven adalah faktor yang cukup penting
dalam proses ekstraksi berlangsung, oleh karena itu tahap pemilihan solven dijadikan sebagai
faktor penting. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi yaitu suhu, faktor
ukuran partikel, waktu kontak, perbandingan solute, dan pengadukan (Winarno, 1990).
Dalam jurnal yang berjudul Modication of Kappa Carrageenan by Graft Copolymerization of
Methacrylic Acid: Synthesis and Applications menjelaskan bahwa karagenan kappa disintesis
dari proses polimerisasi radikal bebas menggunakan potassium peroksimonosulfat atau pasangan
asam glikolik redoks dalam atmosper nitrogen. Reaksi ini melibatkan konsentrasi dari monomer,
peroksimonosulfat, asam glikolik, asam sulfat, dan kappa karagenan dengan memperhatikan
parameter suhu dan waktu.
Pada praktikum kali ini menggunakan bahan-bahan seperti rumput laut (Eucheuma cottonii),
isopropyl alcohol (IPA), NaOH 0,1N; NaCl 10%; HCl 0,1N; dan aquades. Ada beberapa metode
ekstraksi karagenan yang digunakan. Awalnya rumput laut basah ditimbang beratnya sebanyak
40 gram. Kemudian rumput laut tersebut dipotong hingga berukuran kecil dan di blender.
Selanjutnya tepung rumput laut direbus atau diekstraksi menggunakan air sebanyak 500 ml
selama 1 jam pada suhu 80-900C. Menurut pendapat dari Indah Anugrah Aprillia (2006) proses
ekstraksi seharusnya dilakukan dengan memakai perbandingan pelarut dalam air dengan padatan
yaitu 1:30, dan seharusnya pada metode perebusan dilakukan selama 3 jam pada suhu 90 0C jika
ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Langkah selanjutnya yaitu pH larutan diatur pada

angka 8 dengan menambahkan larutan HCl 0,1N atau bisa juga menggunakan larutan NaOH
0,1N. Hasil ekstraksi kemudian disaring dengan menggunakan kain saring yang bersih lalu
cairan filtratnya ditampung dalam wadah. Hal tersebut sudah sesuai dengan pendapat dari Nilna
(2010) yang mengatakan proses ekstraksi dilakukan pada keadaan basa (pH lebih dari 7).
Cairan filtrat kemudian ditambahkan dengan larutan HCl 10% sebanyak 5% dari volume nitrat
yang diperoleh, lalu dipanaskan pada suhu 600C. Berikutnya, filtrate dituang ke dalam wadah
yang berisi cairan IPA sebanyak 300 ml untuk diendapkan dengan proses pengadukan selama 1015 menit sampai terbentuk endapan berupa serat-serat karagenan. Endapan dari karagenan yang
diperoleh ditiriskan dan dilakukan perendaman dalam cairan IPA (Isopropil Alkohol) sampai
diperoleh serat karagenan yang lebih kaku, dengan tidak membuang larutan IPA yang sudah
dipakai karena bisa dipakai kembali.
Selanjutnya serat dari karagenan dibentuk tipis-tipis dan diletakkan dalam wadah yang tahan
terhadap panas, lalu dikeringkan dalam oven selama 12 jam dengan menggunakan suhu 50-60 0C.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Yasita (2009) larutan isopropil alkohol yang
digunakan dapat berperan sebagai pengendap karagenan. Langkah akhir yang dilakukan yaitu
serat karagenan kering ditimbang kemudian diblender menjadi tepung karagenan yang kemudian
nilai % rendemen dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat diketahui bahwa dengan berat awal yang
sama yaitu sebanyak 400 gram dapat menghasilkan nilai % rendemen yang berbeda-beda di
setiap kelompok, meskipun dengan metode yang sama di setiap kelompok. Hal tersebut dapat
terjadi dikarenakan proses ekstraksi yang dilakukan setiap kelompok tidak dalam waktu yang
bersamaan dan ketelitian dari setiap praktikan berbeda-beda pula. Pada kelompok E3 dan E6
menghasilkan nilai % rendemen yang tertinggi yaitu 5,500%, sedangkan pada kelompok E4
menghasilkan nilai % rendemen terendah yaitu 3,750%. Ada kemungkinan bahwa kelompok E4
dan E6 sudah melakukan metode dengan waktu, suhu, dan takaran larutan dengan benar dan
tepat sehinggi dihasilkan % rendemen yang optimal. Sebaliknya pada kelompok E4 mungkin
pada saat melakukan metode tidak menggunakan parameter suhu, waktu, dan takaran larutan
yang tepat sehingga belum menghasilkan % rendemen yang optimal.

Menurut jurnal yang berjudul Effects of Pectin and Carrageenan on Thermophysical and
Rheological Properties of Tapioca Starch menjelaskan bahwa dengan penambahan pectin dan
karagenan pada tepung pati akan menimbulkan sedikit pengembangan atau penggembungan dari
dispersi tepung pati pada suhu tinggi yaitu 75 sampai 950C.
Pada jurnal yang berjudul Synergistic Effects between Kappa Carrageenan and Locust Bean
Gum on Physicochemical Properties of Edible Films made Thereof menjelaskan bahwa
penambahan karagenan kappa ke dalam Locust Bean Gum (LBG) dapat meningkatkan barrier
dari edible film dengan menurunkan permeabilitas dari uap air. Interaksi dari ikatan hydrogen
antara kappa karagenan dan LBG tersebut mempunyai pengaruh yang baik pada film (lapisan)
sebagai contoh kandungan uap dan permeabilitas uap air.

3. KESIMPULAN

Rumput laut atau sering disebut dengan seaweed dalam bahasa ilmiah dikenal dengan
sebutan alga adalah bagian terbesar dari tanaman laut dan merupakan salah satu komoditi

ekspor dengan tingkat potensial cukup tinggi untuk dikembangkan.


Karagenan merupakan kelompok yang tergolong dalam polisakarida yang diekstrak dari

rumput laut merah yang merupakan spesies dari rhodophyta.


Karagenan adalah galaktan yang tersulfatasi yang diekstrak dari rumput laut merah dengan

memiliki komposisi D-galaktosa yang terikat pada ikatan glikosidik -1,3 dan -1,4.
Karagenan tersebut dapat dikelompokan menjadi kappa karagenan, iota karagenan, dan

lambda karagenan yang tersusun dari unit-unit galaktosa 3,6-anhidrogalaktosa.


Karagenan dapat berperan sebagai hidrokoloid, yang sering dimanfaatkan dari segi

fungionalnya.
Kondisi basa sangat dibutuhkan pada proses ekstraksi rumput laut untuk dijadikan karagenan
dengan tujuan untuk meningkatkan daya larut karagenan dalam air serta untuk mencegah
terjadinya proses hidrolisis pada ikatan glikosidik dalam molekul karagenan yang dapat

menimbulkan kehilangan berbagai sifat fisiknya.


Larutan isopropil alcohol (IPA) dan NaCl yang digunakan dapat berperan sebagai pengendap

karagenan.
Larutan NaOH yang digunakan berperan dalam pengaturan pH menjadi 8.
Semakin tinggi berat kering yang diperoleh, maka nilai % rendemen juga akan semakin
tinggi.

Semarang, 18 September 2014


Praktikan,

Asisten Dosen

Benedictus Ryza Tjahja Putra


12.70.0053

Aletheia Handoko
Margaretha Rani Kirana

4. DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H. dan Istini, S. (2006). Rumput Laut. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Aprilia Indah A. et al . Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia (2006), Estraksi
Karagenan dari Rumput Laut jenis Eucheuma Cottoni , Palembang.
Campo, V. L., Kawano, D.F., da Silva Jr, D. B. dan Carvalho, I. (2009). Carrageenans: Biological
properties, chemi- cal modifications and structural analysis A review. Carbohydrate Polymers
77: 167180.
Hilliou, L., Larotonda, F.D.S, Abreu, P, Ramos A.M., Sereno, A.M. dan Goncalves M.P. (2006).
Effect of extraction parameters on the chemical structure and gel properties of k/i-hybrid
carrageenans obtained from Mastocarpus stellatus. Biomolecular Engineering 23: 201208.
Jasaswini Tripathy, Dinesh Kumar Mishra, Mithilesh Yadav, Arpit Sand, Kunj Behari. (2009).
Modication of j-Carrageenan by Graft Copolymerization of Methacrylic Acid: Synthesis and
Applications. Polymer Science Research Laboratory, Department of Chemistry, University of
Allahabad, Allahabad, India.
Joana T. Martins, Miguel A. Cerqueira, Ana I. Bourbon. (2012). Synergistic Effects between
Kappa Carrageenan and Locust Bean Gum on Physicochemical Properties of Edible Films made
Thereof. Food Hydrocolloid 29 (2012) 280-289.
Jurislav babic, Drago subaric, Dudica ackar, Vasta pilizota, Mirela kopjar and Nela nedic tiban.
(2006). Effects of Pectin and Carrageenan on Thermophysical and Rheological Properties of
Tapioca Starch. Faculty of Food Technology, Josip Juraj Strossmayer University in Osijek,
Osijek, Croatia.
Nilna, Faidliyah M. 2010. Tinjauan Kualitas Karaginan dari Eucheuma cottonii pada Peggunaan
Pelarut dan Waktu Ekstraski yang berbeda pada Metode Ekstraksi. Seminar Nasional Teknik
Kimia Indonesia. Surabaya.
Poncomulyo dan Taurino. 2006. Budidaya dan Pengolahan Rumput Laut, Jakarta : Agromedia
Pustaka.
Stefan Iglauer, Yongfu Wu, Patrick Shuler, Yongchun Tang, William A. Goddard. Dilute of Iota
and Kappa Carrageenan Solution with High Viscosities in High Salinity Brines. Journal of
Petroleum science and Engineering 75 (2011) 304-311.

Van de Velde,.F.,Knutsen, S.H., Usov, A.I., Romella, H.S., and Cerezo, A.S., 2002, 1H and 13 C
High Resolution NMR Spectoscopy of Carrageenans: Aplication in Research and Industry,
Trend in Food Science and Technology, 13, 73-92.
Vanessa Webber, Sabrina Matos de Carvalho, Paulo Jos Ogliari, Leila Hayashi, Pedro Luiz
Manique Barreto. (2012). Optimization of the extraction of carrageenan from Kappaphycus
alvarezii using response surface methodology. Diakses pada tanggal 17 September 2014.
Winarno F.G., 1990, Teknologi Pengolahan Rumput Laut, Edisi I, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.
Yasita, D dan Intan D. R., 2009. Optimasi Proses Ekstruksi pada Pembuatan Karaginan dari
Rumput Laut Eucheuma cottonii Untuk Mencapai Food Grade. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

5. LAMPIRAN
5.1.

Perhitungan

Rendemen agar
Keterangan : berat basah = 40 gram

Kelompok E1
Rendemen agar
Kelompok E2
Rendemen agar
Kelompok E3
Rendemen agar
Kelompok E4
Rendemen agar
Kelompok E5
Rendemen agar
Kelompok E6
Rendemen agar

5.2.

Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai