Kelompok 2 Halaman 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan Baja memiliki banyak keunggulan untuk bahan konstruksi. Dari segi
material, perbedaan utama antara baja dan beton adalah pada kekuatannya, baja
memiliki kekuatan tarik dan tekan yang sama kuatnya sedangkan beton hanya
memiliki kekuatan tekan yang tinggi saja. Namun material baja juga memiliki
beberapa kelemahan seperti dapat mengalami korosi dan mudah terbakar. Namun
sekarang telah dikembangkan jenis-jenis baja maupun teknologi untuk mengatasi
kelemahan baja terhadap korosi sehingga baja juga dapat digunakan sebagai pondasi
bangunan-bangunan laut. Walaupun memiliki berat jenis yang lebih besar daripada
beton, namun kekuatan baja yang tinggi baik tarik maupun tekan membuat
bangunan-bangunan konstruksi baja memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan
bangunan konstruksi beton sehingga bangunan konstruksi baja jauh lebih baik untuk
bangunan-bangunan tinggi maupun jembatan bentang panjang.
Dari segi konstruksi di lapangan, baja jauh lebih praktis dibandingkan beton.
Komponen-komponen bangunan telah dibuat di pabrik sehingga hanya perlu
dilakukan pemasangan di lapangan. Hal ini juga membuat konstruksi bangunan baja
memerlukan waktu yang relatif singkat. Dari segi tenaga kerja, tidak dibutuhkan
banyak tenaga kerja dalam konstruksi di lapangan karena kepraktisan dalam
konstruksinya. Selain itu baja juga memiliki banyak bentuk dan profil, dimana
sering kali untuk keperluan tertentu dibutuhkan profil atau bentuk-bentuk tertentu
sehingga diperoleh kekuatan struktur yang optimal, misalnya penggunaan baja profil
untuk kolom, balok, bracing, maupun gording memiliki bentuk yang berbeda.
Dari segi arsitektural dan keamanan, baja juga memiliki keunggulan
dibandingkan beton. Konstruksi baja sering kali dianggap lebih indah karena dengan
material baja dapat dibuat berbagai kreasi bangunan, contohnya struktur baja rangka
batang dan rangka ruang yang memiliki estetika yang tinggi. Baja memiliki
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 2
daktilitas yang tinggi sehingga dari sisi keamanan, keruntuhan pada struktur baja
tidak bersifat tiba-tiba. Setelah melewati titik lelehnya, regangan pada struktur baja
akan bertambah secara drastis sehingga dan dapat diamati dengan mudah. Dengan
begitu tanda-tanda keruntuhan pada struktur baja dapat diidentifikasi dan ada waktu
untuk melakukan evakuasi sebelum akhirnya benar-benar terjadi keruntuhan.
Dari berbagai aspek perencanaan dapat disimpulkan bahwa struktur baja
memiliki banyak keunggulan dibandingkan beton walaupun sekarang ini beton
masih banyak digunakan dalam konstruksi karena lebih ekonomis untuk beberapa
jenis bangunan. Namun, perkembangan pada baja baik dari segi kemampuan
materialnya maupun fabrikasinya akan terus mendukung penggunaan baja dalam
konstruksi bangunan. Oleh karena itu, desain bangunan struktur baja sangat penting
untuk dipelajari dan dikuasai oleh para rekayasawan sipil.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari tugas besar struktur baja ini adalah sebagai berikut.
1. Mendesain suatu bangunan struktur baja sesuai dengan kriteria yang diberikan,
2. Mendesain komponen-komponen struktur baja dalam menahan gaya tarik, gaya
tekan, maupun momen lentur, dan
3. Mendesain sambungan pada struktur baja.
Dengan maksud dan tujuan di atas, mahasiswa diharapkan mampu mendesain suatu
bangunan struktur baja sesuai dengan kriteria-kriteria perencanaan yang ditentukan.
1.3 Referensi
Referensi-referensi yang digunakan untuk menyelesaikan tugas besar ini adalah
sebagai berikut.
1. PPPURG 1987 (Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan
Gedung tahun 1987)
2. SNI 03-1729-2002 Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perencanaan Struktur
Baja untuk Bangunan Gedung
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 3
1.4 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam perencanaan tugas besar struktur baja ini
adalah sebagai berikut.
Gambar 1. 1 Alur Metodologi
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan tugas besar struktur baja ini terdiri dari enam bab sebagai berikut.
1. Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, referensi,
metodologi, dan sistematika penulisan dari tugas besar Struktur Baja ini.
2. Bab II Kriteria Perencanaan
Dalam bab ini dibahas mengenai kriteria-kriteria dalam perencanaan struktur
baja berupa apa saja pembebanan yang terjadi pada struktur, bagaimana
kombinasi pembebanan yang terjadi sehingga menghasilkan nilai gaya-gaya
dalam terbesar yang terjadi di tiap elemen yang akan digunakan nantinya untuk
preliminary design dan desain sambungan struktur.
3. Bab III Preliminary Design
Dalam bab ini dibahas mengenai penentuan profil elemen yang akan
digunakan dalam struktur yang akan dibuat, dimana profil didesain
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 4
berdasarkan SNI untuk memikul gaya aksial tarik, gaya aksial tekan, momen
lentur, dan juga kombinasi dari gaya aksial dan momen lentur.
4. Bab IV Optimasi Struktur
Dalam bab ini dibahas mengenai pemilihan profil yang paling optimal untuk
memikul gaya-gaya yang bekerja. Pemilihan profil yang digunakan ditentukan
dengan cara membandingkan nilai stress ratio yang ada pada saat penggantian
profil dari profil dasar yang ditentukan berdasarkan preliminary design.
5. Bab V Perencanaan Sambungan
Dalam bab ini dibahas mengenai desain kapasitas sambungan pada truss
maupun pada balok-kolom dimana desain sambungan tersebut bertujuan agar
antar elemen struktur tersambung dengan baik dan tetap dapat menahan beban
yang diberikan pada struktur.
6. Bab VI Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi mengenai hasil akhir dari pengerjaan tugas besar Struktur Baja
dan saran untuk pengerjaan tugas besar selanjutnya.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 5
BAB II
KRITERIA PERENCANAAN
2.1 Pembebanan
Dalam melakukan perencanaan pembebanan terkhusus pada pengerjaan tugas
besar ini, harus memperhatikan penggunaan beban-beban yang diijinkan dalam
perencanaan tersebut. Patokan penggunaan beban-beban ini mengacu pada Pedoman
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG) 1987. Jenis-jenis
pembebanan ialah sebagai berikut :
1. Beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin, serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
2. Beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
suatu gedung dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal
dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak
merupakan bagian yang terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa
hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan
lantai dan atap tersebut.
3. Beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
4. Beban gempa ialah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu.
Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu
analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa di sini adalah gaya-
gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
5. Beban khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang terjadi akibat selisih suhu, pengengkatan dan permasangan, penurunan
pondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya
rem yang berasal dari mesin-mesin, serta pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 6
Pada tugas besar ini direncanakan besarnya pembebanan sebagai berikut :
1. Berat sendiri (D)
2. SIDL.
3. Beban hidup (untuk kantor)
4. Metal deck sebesar 8 kg/m
2
5. Atap, beban terpusat sebesar 100 kg
6. Gempa arah X dan Y sebesar 50 tonf
Gambar 2. 1 Pembebanan untuk Berat Sendiri
Gambar 2. 2 Pembebanan untuk Metaldeck
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 7
Gambar 2. 3 Pembebanan untuk Hujan
Gambar 2. 4 Pembebanan untuk Beban Hidup
Gambar 2. 5 Pembebanan Gempa
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 8
2.2 Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan Sni, struktur baja harus mampu memikul semua kombinasi
pembebanan yang ada yaitu sebagai berikut :
1,4D ............................................................................................. (1)
1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) ..................................................... (2)
1,2D + 1,6 (La atau H) + (
L
L atau 0,8W) .................................... (3)
1,2D + 1,3 W +
L
L + 0,5 (La atau H) .......................................... (4)
1,2D 1,0E +
L
L ........................................................................ (5)
0,9D (1,3W atau 1,0E) ............................................................. (6)
Keterangan :
D : beban mati
L : beban hidup, namun tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan
lain-lain.
Lo : beban hidup di atap selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau
selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak.
H : beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
W : beban angin
E : beban gempa
L
= 0,5 bila L<5 kPa dan
L
= 1,0 bila L 5 kPa.
Kekecualian: Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan pada persamaan
(3), (4), dan (5) harus sama dengan 1,0 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan
untuk pertemuan umum, dan semua daerah di mana beban hidup lebih besar daripada
5 kPa.
2.3 Gaya Dalam
Gaya dalam yang ditinjau dalam tugas besar ini adalah gaya dalam momen
lentur, geser, gaya aksial. Pada elemen rangka batang yang diperhatikan untuk
didesain adalah gaya dalam aksial, yaitu gaya tekan dan tarik saja. Pada elemen balok
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 9
gording dan balok induk yang perlu diperhatikan hanya momen lentur dan geser saja.
Sedangkan untuk kolom yang diperhatikan momen lentur dan juga gaya tekan. Gaya
dalam yang terjadi bisa dilihat pada gambar gaya dalam momen, geser dan aksial
berikut ini.
Gambar 2. 6 Gaya Dalam Momen (M
3
)
Gambar 2. 7 Gaya dalam Geser (V
2
)
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 10
Gambar 2. 8 Gaya dalam Aksial
Gaya dalam yang terjadi pada tiap elemen ditinjau hanya bagian maksimumnya
saja. Hal ini dikarenakan semua profil dalam elemen yang sama disamakan agar
dapat memudahkan dalam perhitungan.
RANGKA BATANG
Gaya Nilai Satuan
Momen 0 kN.m
Aksial Tarik 129,24 kN
Aksial Tekan -122,2 kN
Geser 0
Tabel 2. 1 Gaya dalam Rangka Batang
GORDING
Gaya Nilai Satuan
Momen 1,71 kNm
Gaya Aksial 0 N
Geser 1,5 kN
Tabel 2. 2 Gaya dalam Gording
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 11
BALOK INDUK
Gaya Nilai Satuan
Momen 6,656 kNm
Gaya Aksial 0 N
Geser 7,33 kN
Tabel 2. 3 Gaya Dalam Balok Induk
KOLOM
Gaya Nilai Satuan
M3(Mx) 154,198 kN.m
M2 (My) 2,905 kN.m
Gaya Aksial -154,2 kN
Geser 135,05 kN
Tabel 2. 4 Gaya Dalam Kolom
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 12
BAB III
PRELI MI NARY DESI GN
3.1 Desain Elemen Tarik
Dalam perencanaan dan pendesainan struktur rangka baja, terdapat beberapa hal
yang perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan profil baja yang sesuai dan
mampu menahan tiap-tiap gaya, baik itu gaya aksial, gaya geser, maupun momen
yang bekerja akibat beban-beban envelope yang elah didefinisikan pada tahap
sebelumnya. Desain elemen tarik suatu struktur rangka batang yakni dengan
melakukan desain profil penampang baja minimum yang memenuhi atau lebih besar
dari nilai gaya aksial yang diterima oleh suatu rangka batang sesuai dengan formulasi
atau ketentuan yang mengacu pada SNI 03-1729-2002 berikut:
Dari rumus (1) di atas, dapat dihitung kebutuhan luas penampang bruto rangka baja
minimum yang diperlukan apakah memenuhi atau lebih besar dari nilai gaya aksial
tarik yang telah dihitung pada bab sebelumnya yakni Nu = 129,24 kN.
Parameter desain awal (digunakan profil siku 50.50.5)
Tu = 129.24 kN (dari ETABS)
fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
Ag = 480.2 mm
2
= 14.1 mm
Asumsi yang digunakan :
Sambungan baut 1 buah dengan diameter 22 mm dan toleransi 2 mm. Sambungan
terjadi tiap 8 cm.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 13
Perhitungan :
Luas Kotor :
Ag = 480,2 mm
2
Mencari Luas Efektif (Ae)
( )
Maka, kekuatan tarik baja :
Tidak ada yang memenuhi beban maksimum yaitu 129.24 kN, maka penampang
harus diubah.
Jika menggunakan profil baja siku 70x70x6 mm :
Luas Kotor :
Ag = 812.7 mm
2
Menghitung luas Efektif
( )
Maka, kekuatan tarik baja :
Kekuatan baja sudah memenuhi batas maksimum dari beban batang tarik, dan
selisihnya tidak terlalu jauh, maka profil baja siku 70x70x6 dapat digunakan untuk
desain.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 14
3.2 Perencanaan Elemen Tekan
Elemen dalam rangka batang selain mengalami gaya tarik juga mengalami gaya
tekan sehingga elemen-elemen ini perlu didesain pula untuk memikul gaya tekan
yang terjadi. Berbeda dengan perncanaan batang tarik, pada perencanaan batang
terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu strength (kekuatan), stability
(stabilitas), dan stiffness (kekakuan). Pada perencanaan kali ini akan lebih
diperhatikan kekuatan dan stabilitas karena berkaitan dengan kapasitas penampang
dalam memikul gaya.
Pada batang tekan terdapat potensi tekuk atau buckling karena elemen-elemen
struktur baja cenderung langsing. Keruntuhan akibat tekuk bersifat progresif sehingga
tekuk pada elemen sangat dihindari, sekali terjadi tekuk maka elemen tersebut dapat
langsung mengalami keruntuhan sekali pun belum mencapai kondisi lelehnya.
Berikut perhitungan dalam merencanakan batang tekan adalah profil Rangka Batang
L70x70x6 mm
Parameter desain awal :
Tu = 122.22 kN
fy = 240 MPa,
fu = 370 MPa
Ag = 812.7 mm
2
i
x
,i
y
= 2.14 cm
L = 1025.91 mm
k = 1 (kedua ujung dianggap sendi sendi)
Menentukan syarat rasio kelangsingan
Syarat kelangsingan :
200 100
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 15
Menentukan syarat tekuk lokal :
Karena 11,67 < 12,91, maka penampang kompak.
Menentukan syarat tekuk global :
Menentukan
c
:
Menentukan :
Maka gaya tekan yang dapat diterima :
Karena syarat kekuatan penampang ialah Nu < 0,85 Nn dan 122,22 < 144,17,
maka penampang 70x70x6 mm dapat digunakan dalam desain batang tekan.
3.3 Perencanaan Elemen Lentur Balok Gording
Pada struktur bangunan yang direncanakan terdapat elemen-elemen berupa balok
yang memikul beban, baik beban terpusat maupun beban terbagi rata. Elemen yang
memikul lentur yang direncanakan adalah gording dan balok penghubung antar
kolom. Perencanaan elemen lentur memiliki kesamaan dengan elemen tekan dimana
terdapat potensi tekuk. Tekuk tersebut perlu dihindari karena jika terjadi tekuk maka
kekuatan elemen akan menurun secara progresif dan keruntuhan akan terjadi dengan
mudah.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 16
Perhitungan analisis Struktur dari ETABS (dipilih gaya dalam terbesar dari beberapa
gording-gording yang ada) :
Vu = 1.500 N = 1,5 kN
Mu = 1.710.000 N.mm = 1,71 kN.m
Profil yang digunakan untuk gording adalah profil C 80.45.6.8 sebagai desain
awal,
Tabel 3. 1 Propertis Penampang C 80.45.6.8
B 45 mm
H 80 mm
tf 8 mm
tw 6 mm
A 1.100 mm
2
rx 31 mm
ry 13.3 mm
fy 240 MPa
E 200.000 MPa
Cek kekompakan Penampang
Flens :
p =
Karena
( )
Karena h/tw < p, maka web kompak.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 17
Menentukan tekuk torsi lateral
Lb = 4.500 mm
Lp =
Lr = (
( )
E = 200.000 MPa
G =
()
J = 19.968
( )
Asumsi : Fr =
Lr = (
( )
Kesimpulan: Lb > Lp Maka akan mengalami kondisi tekuk torsi lateral inelastik.
( ) ( )
[ ( ) (
)]
[ ( ) (
)]
Dari perhitungan di ETABS, didapat gaya ultimate di gording adalah 1,71 kN.m.
Dengan demikian gording dengan penampang C80.45.6.8 cukup kuat menahan
momen ultimate
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 18
Menentukan Tahanan Geser
Karena
<
( )
Mencari Kombinasi Momen dan Geser dengan metode distribusi :
( )
Dapat dilihat dari perhitungan bahwa penampang gording C 80x45 yang digunakan
memiliki dan yang jauh lebih besar dari Mu dan Vu, beserta interaksi
geser dan lentur penampang tersebut juga memenuhi persyaratan.
3.4 Perencanaan Elemen Lentur dan Geser Balok Induk
Perencanaan Lentur
Perhitungan analisis Struktur dari ETABS (dipilih gaya dalam terbesar) :
Vu = 7330 N = 7.33 kN
Mu = 6656000 N.mm = 6.656 kN.m
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 19
Profil yang digunakan untuk bording adalah profil IWF 150.100.6.9.
Tabel 3. 2 Propertis Penampang IWF 150.100.6.9
B 100 mm
H 150 mm
tf 9 mm
tw 6 mm
A 37.66 cm
2
rx 6.17 cm
ry 2.37 cm
fy 240 MPa
E 200.000 MPa
Cek kekompakan Penampang
Tabel 3. 3 Evaluasi Kekompakan Penampang
Parameter Penampang Syarat
Kondisi
Flange Web
p
b/tf 8.3 10.97345
KOMPAK KOMPAK
h/tw 12.9 108.4435
r
b/tf 8.3 28.54612
h/tw 12.9 164.6018
Menentukan tekuk torsi lateral
Lb = 5000 mm
Lp =
Lr = (
( )
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 20
E = 200.000 MPa
G =
()
J = 19.968
Hasil perhitungan :
Tabel 3. 4 Evaluasi Tekuk Global
Penampang
Panjang
(m) Kondisi
Lb 5
TEKUK
INELASTIK
Lp 1.201
Lr 9.9
Menghitung momen nominal :
( )
[ ( ) (
)]
Sehingga hasilnya :
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan untuk Momen Kapasitas
Mp 33.12 kNm
Mr 23.184 kNm
Mn 32.84216226 kNm
Mn 29.55794603 kNm
Dari perhitungan di ETABS, didapat momen ultimate di gording adalah 6.656
kN.m Dengan demikian balok induk dengan penampang IWF 150.100.6.9 cukup kuat
menahan momen ultimate.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 21
Menetukan Tahanan Geser :
Hasil perhitungan :
Tabel 3.6 Evaluasi Geser Penampang
Parameter Nilai Kondisi
h/tw 12.9
Leleh pelat
badan
Batas Tekuk
Inelastik
71.0
Batas Tekuk
Elastik
88.4
Sehingga gaya geser nominal :
Vn = 0,6 * fy *Aw = 150,3 kN
Vn = 135,302 kN
Dari perhitungan di ETABS, didapat gaya geser ultimate di gording adalah 7.33
kN. Dengan demikian balok induk dengan penampang IWF 150.100.6.9 sangat
kuat menahan gaya geser ultimate.
Kombinasi Lentur dan geser dengan metode interaksi :
Persamaan umum :
( )
Kombinasi Lentur dan geser dengan metode distribusi :
( )
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 22
Dapat dilihat dari perhitungan bahwa penampang balok induk IWF 150.100.6.9
yang digunakan memiliki dan yang jauh lebih besar dari Mu dan Vu, dan
juga memenuhi kombinasi keduanya baik metode interaksi maupun metode
distribusi. Dengan demikian profil IWF 150 x 100 aman untuk digunakan.
3.5 Perencanaan Elemen Aksial-Lentur
Pada suatu komponen struktur suatu bangunan, terkadang terdapat efek gaya
aksial (tarik atau tekan) maupun momen lentur yang bekerja secara bersama-sama
dan tidak dapat diabaikan salah satunya. Kombinasi dari gaya aksial dan momen
lentur harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan dan desain komponen
struktur tersebut. Komponen struktur dengan kondisi yang demikian seringkali
disebut sebagai elemen balok-kolom (beam-column). Pada struktur bangunan dalam
tugas besar ini, Elemen yang mungkin untuk mengalami kejadian kombinasi aksial-
lentur yang direncanakan adalah elemen kolom penopang struktur bangunan.
Fenomena tekuk tersebut harus dihindari karena tekuk mengakibatkan penurunan
progresif kekuatan elemen struktur tersebut dan keruntuhan akan sangat mungkin
untuk terjadi.
Berikut perhitungannya :
Mux = 154,198 kNm
Nu = 298,62 kN
Muy = 3,19 kN (karena terlalu kecil, maka Muy diabaikan dalam perhitungan)
Propertis Penampang : (WF 250X250)
b = 250 mm
h = 250 mm
t
f
= 14 mm
t
w
= 9 mm
r
y
= 62,9 mm
r
x
= 108,2 mm
S
x
= 864.000 mm
3
S
y
= 292.000 mm
3
Ag = 9.218 mm
2
I
y
= 3650 cm
4
Iw = 141376 cm
6
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 23
Kapasitas Momen
Cek kelangsingan penampang
Sayap
Karena
Karena
2. Mencari nilai L
r
dengan :
a.
b.
dengan :
()
()
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 24
(
( )
Sehingga
c.
Maka,
.
Dengan Lb = 5000 mm, maka
Mencari nilai Mn :
) (
)) dengan :
Sehingga,
( ( ) (
))
. Karena , maka nilai yang diambil ialah Mn.
Kuat Lentur Rencana
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 25
Kapasitas Tekan
Cek Kelangsingan Penampang
Sayap
Karena
Karena
Dengan demikian sumbu-y merupakan sumbu yang menentukan untuk terjadi
tekuk global.
Menghitung Kapasitas Tekan
Karena maka dapat dihitung sebagai berikut :
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 26
Kombinasi Lentur dan Tekan
( )
( )
Maka kolom dengan IWF 250x250 memenuhi syarat.
3.6 Pengecekkan Defleksi pada Gording dan Balok Induk
Pengecekan lendutan dalam hal ini dihitung pada output ETABS. Hal ini
dikarenakan asumsi pemodelan balok induk dengan jepit-jepit dan gording dengan
balok sempurna tidaklah sempurna. Bisa saja yang semula dimodelkan dalam jepit-
jepit menjadi tidak jepit-jepit dikarenakan banyak hal, salah satunya tidak sempurna
dalam pemasangan sambungan las dan baut.
Berikut ini adalah hasil hitungan lendutan di ETABS untuk balok induk dan
gording :
Gambar 3. 1 Lendutan Balok Induk B11
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 27
Gambar 3. 2 Lendutan Balok Induk B12
Gambar 3. 3 Lendutan Balok Induk B13
Gambar 3. 4 Lendutan Untuk Gording
Persayaratan lendutan izin :
Untuk Balok Induk
Balok induk mereupakan komponen yang tidak boleh rusak karena merupakan
komponen structural utama.
Karena lendutan paling besar untuk balok induk adalah 4,67 mm, maka balok
induk memenuhi syarat serviceability
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 28
Untuk Gording
Gording merupakan komponen yang boleh rusak karena bukan komponen
struktur utama. Jika gording ini rusak dapat diganti dengan mudah.
Karena lendutan paling besar untuk gording adalah 0,472 mm, maka gording
memenuhi syarat serviceability.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 29
BAB IV
OPTIMASI DESAIN
Optimasi desain struktur diperlukan untuk mengefisiensikan penggunaan material
baja sehingga secara keseluruhan dapat menekan biaya produksi suatu proyek
bangunan. Dengan mengubah-ubah profil baja yang digunakan dalam desain struktur
sesuai dengan tabel profil baja PT Gunung Garuda, maka diperoleh hasil optimasi
struktur untuk tiga dimensi bangunan sebagai berikut :
Gambar 4. 1 Optimasi Desain Tampak 3D
Dari gambar tiga dimensi struktur bangunan di atas, maka kita dapat melihat
detail nilai stress ratio untuk masing-masing elemen ditinjau dari sisi dua dimensi
adalah sebagai berikut:
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 30
Gambar 4. 2 Optimasi Desain untuk Elevasi A
Gambar 4. 3 Optimasi Desain untuk Elevasi B
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 31
Gambar 4. 4 Optimasi Desain untuk Elevasi C
Gambar 4. 5 Optimasi Desain untuk Elevasi D
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 32
Gambar 4. 6 Optimasi Desain untuk elevasi E
Gambar 4. 7 Optimasi Desain untuk elevasi 1
Gambar 4. 8 Optimasi Desain untuk Elevasi 2
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 33
Dari gambar-gambar tersebut dapat dilihat, sebagian besar optimasi desain
berwarna hijau, yang artinya
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 42
Penghitungan Tahanan Tumpu Baut
db = 12 mm
t = 6 mm (tebal pelat)
fu = 370 Mpa ( kuat tarik putus terendeah dari baut atau pelat)
Tahanan tumpu nominal tergantung kondisi yang terlemah dari baut atau komponen
pelat yang disambung. Besaranya ditentukan sebagai berikut :
( )
( )
Penghitungan Tahanan Friksi Baut (Sambungan tanpa slip)
Proof stress = 585 MPa
Proof Load = 66.161,94 N
= 1
= 0.35
m = 1
Vd = 1.13 x proof load x x x m
= 1.13 x 66161,94 x 1 x 0,35 x 1
= 26.167,048 N/baut
Dari perhitungan tahanan baut, disimpulkan bahwa tahanan friksi baut lebih menentukan
Tabel 5.1 Perhitungan Jumlah Baut
Rn Baut 34989,48818 N
Rn Tumpu 53946 N
Rn Friksi 26167,04778 N
Rn Minimal 26167,04778 N
Jumlah Baut 6
2. Perhitungan Gaya-gaya Maksimum pada Sambungan
Penghitungan Gaya-gaya Maksimum pada Sambungan Baut R
Data-data gaya dalam pada ujung Balok :
Vu = 7,33 kN
Vn = 135,02 kN
Mu = 6,656 kN.m
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 43
Mn = 29,558 kN.m
n = 6 Buah
db = 12 mm
tp = 6 mm
Syarat jarak as antar baut : (3 x db) < s < (15 x tp)
Jarak minimum as antar baut = 3 x db = 36 mm
Jarak maksimum as antar baut = 15 x t = 90 mm
Jarak minimum as baut 1 ke tepi = 1.5 x db = 18 mm
Jarak maksimum as baut 1 ke tepi = (4 x tp)+100 = 124 mm
X = 20 mm
Y = 20 mm
x2 + y2 = 6 (X2) + 4 (Y2)
= 6 (20
2
) + 4(20
2
)
= 4000 mm
2
Dimana :
( )
Dengan demikian, beban maksimum per baut yang dapat dipikul oleh sambungan baut
adalah 225,47 kN/baut.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 44
5.3 Perencanaan Sambungan Las Pada Balok-Kolom
Selain sambungan baut, sambungan yang sering digunakan pada struktur baja adalah
sambungan las. Secara umum sambungan las memiliki kekuatan yang lebih kuat
daripada sambungan baut sehingga semua elemen yang diproduksi di pabrik
menggunakan sambungan las. Namun, sambungan las tidak praktis dan cenderung
sulit jika dilaksanakan di lapangan sehingga hasil sambungan las yang dikerjakan di
lapangan cenderung tidak memuaskan. Meskipun sambungan baut lebih baik
digunakan jika penyambungan di lapangan, ternyata tidak semua elemen
memungkinkan untuk disambung dengan baut. Oleh karena itu, walaupun kualitasnya
kurang baik, sambungan las masih digunakan dalam penyambungan di lapangan.
1. Menghitung gaya yang harus dipikul sambungan las
Mencari titik berat sambungan las, las sudut hanya diberikan pada bagian flens
profil IWF 150.100. Karena las tersebut simetris maka titik berat sambungan las
tepat di tengah.
==50
Menghitung momen inersia polar dari sambungan las.
Menghitung gaya yang bekerja pada sambungan las.
( )
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 45
2. Menghitung kapasitas sambungan las
Setelah diperoleh besar gaya luar per satuan panjang yang perlu ditahan oleh
sambungan las maka dapat direncanakan tebal sambungan las yang dibutuhkan.
Digunakan material las dengan kekuatan 490 MPa.
= 0,75(0,6)
=0,75(0,707)(0,6)
=0,750,7070,64902=311,787 .
3. Menghitung tebal las yang dibutuhkan
Tebal las harus ditentukan sehingga kapasitas sambungan las lebih besar daripada
beban maksimum yang diterima oleh sambungan tersebut.
311,787732,35
3
Dari perhitungan, tebal las yang dibutuhkan ialah 3 mm. Dengan tebal 6 mm maka
tebal minimum las ialah 3 mm, maka tebal dalam perhitungan sudah mencukupi
tebal minimum las.
Selanjutnya dilakukan pengecekan kapasitas pelat karena diinginkan kapasitas
geser pelat yang lebih besar daripada kapasitas geser sambungan las. Sambungan
las yang digunakan adalah las keliling pada profil IWF 150.100. tebal pelat yang
menentukan adalah tebal pelat terkecil antara tebal web balok, tebal flens balok,
dan tebal flens kolom.
=6
Syarat tebal las maksimum. < 6,4 = =6
Kapasitas las.
=0,75(0,6)=0,750,70730,6490=467,6805
Kapasitas pelat
=0,75(0,6)=0,750,70760,6370=706,293
Kapasitas pelat lebih besar daripada kapasitas sambungan las sehingga keruntuhan terjadi
pada pelat lebih dulu dan sambungan las dapat mencapai kapasitas maksimumnya.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 46
Gambar 5. 5 Sambungan Las Tampak Atas
Gambar 5. 6 Sambungan Las Tampak Samping
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 47
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan elemen-elemen struktur portal tersebut, maka didapat profil
yang mencukupi untuk menahan gaya-gaya yang bekerja tersebut, yaitu :
1. Kolom : Profil H beam 250 x 250
2. Balok Induk : Profil IWF 150 x 100
3. Gording : Profil Channel 80 x 45
4. Rangka Batang : Profil Siku 70 x 70 x 6
Berdasarkan analisis sambungan, didapat :
1. Sambungan kolom dengan balok induk :
Jumlah kebutuhan baut 6 buah dengan diameter 12 mm dan jenis baut A325, dan
juga sambungan las dengan tebal 3 mm dan jenis las fuw = 490 MPa
2. Sambungan antar profil pada rangka batang :
Jumlah kebutuhan baut 2 buah dengan diameter 19 mm dan jenis baut A325.
6.2 Saran
Gaya aksial yang terjadi di rangka batang, secara logis nilai gaya aksial yang
terbesar ialah di bagian tengah struktur karena luas tributtary area yang lebih besar,
namun pada perancangan tugas besar ini kami mendapatkan nilai terbesar di bagian
ujung struktur. Hal ini untuk perbaikan kedepannya agar pemodelan struktur dalam
program disesuaikan dengan fisibilitas di lapangan.
Pada balok induk ternyata warna stress rationya tetap biru, walaupun
penampang yang digunakan sudah penampang paling minimum yang tersedia di
pabrik. Hal ini dikarenakan gaya dalam balok induk kecil dibandungkan dengan gaya
nominalnya. Jadi kami tetap memilih tetap menggunakan profil IWF 200.150.6.9.
Karena profil ini merupakan profil terkecil yang tersedia di produsen baja. Pemilihan
profil yang paling minimum sangat penting agar biaya konstruksi bisa ditekan.
Laporan Tugas Besar SI 3212 Struktur Baja
Kelompok 2 Halaman 48
DAFTAR PUSTAKA
Moestopo, Muslinang. Diktat Kuliah. Penerbit ITB
Setiawan, Agus.2011. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD.
Jakarta : Penerbit Erlangga
SNI 03-1729-2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Gedung