Anda di halaman 1dari 4

Berupayalah Menjadikan diri Ibadurrahman

“Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang (Ibadurrahman) itu (ialah)


orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata
(mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan
bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata:
“Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab jahannam dari kami, sesungguhnya
azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jahannam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang
yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain
beserta Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina.
Barangsiapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada
hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh,
maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan
mengerjakan amal shaleh, maka sesungguhnya ia bertaubat kepada Allah
dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak
memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-
orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang
yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka
tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. Dan orang-
orang yang berkata: “Ya Tuhan kami …Anugerahkanlah kepada kami istri-
istri dan keturunan kami, penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang bertaqwa. Mereka itulah orang yang dibalasi dengan
martabat yang tinggi (dalam sorga) karena kesabaran mereka dan mereka
disambut dengan penghormatan dan ucapan-ucapan selamat di dalamnya.”
(Q.S. Al Furqan: 63-75)

Ibadurrahman adalah hamba-hamba yang dinisbatkan kepada Allah


semata (Ar Rahman) yang mengandung pengertian, bahwa mereka adalah
hamba-hamba yang layak mendapatkan rahmat Allah dan mereka selalu
berada dalam lingkup rahmat-Nya. Mereka adalah orang-orang yang
menyadari kekuasaan Allah dan memenuhi hak-hak-Nya, yang memurnikan
agama karena Allah dan Allah memurnikan agama-Nya bagi mereka.

Dinisbatkannya mereka kepada Allah Yang Maha Rahman –


sebagaimana yang dinyatakan langsung oleh Allah – oleh karena disana juga
ada golongan-golongan hamba yang lain, seperti hamba syeitan, hamba
taghut, hamba syahwat, hamba uang, hamba khamar, hamba narkoba,
hamba birahi, hamba harta, hamba tahta, hamba wanita.

Ibadurrahman mempunyai sifat dan tanda-tanda sebagaiman yang


disebutkan Allah di dalam ayat-ayat di atas. Sifat-sifat tersebut adalah:

1. Tawadhu’ dan rendah hati


2. Murah hati
3. Mendirikan shalat malam (Qiyamullail)
4. Takut neraka
5. Sederhana dalam membelanjakan harta
6. Tauhid
7. Menjauhi tindak pembunuhan dan menghormati kehidupan
8. Menjauhi zina
9. Taubat Nasuha
10. Tidak bersumpah palsu dan meninggalkan pekerjaan yang tidak
bermanfaat
11. Menyelami ayat-ayat Allah
12. Memohon kebaikan bagi istri dan keluarganya
Sifat Ibadurrahman yang pertama: Tawadhu’

Sifat Ibadurrahman yang pertama diungkapkan oleh Al Qur’an bahwa


mereka berjalan di muka bumi dalam keadaan rendah hati dan penuh
tawadhu’.

Ibadurrahman berjalan di muka bumi dalam keadaan rendah hati,


tawadhu’ dan lemah lembut, berjalan dengan penuh kewibawaan dan
kehormatan, tidak dengan sikap sombong dan semaunya sendiri, tidak
merasa lebih tinggi dari siapapun, tidak menyeramkan dan tidak congkak.

Syaikh Yusuf Al Qardhawy mengatakan maksud berjalan dengan rendah


hati bukan berarti berjalan dengan cara membungku-bungkuk seperti orang
sakit, sebab Rasulullah SAW tidak berbuat seperti itu, begitu pula para
sahabat. Sebagaimana yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib r.a, dari Nabi
SAW, bahwa saat berjalan badan beliau bergerak-gerak seperti sedang
meniti jalan menurun. Ini merupakan jalannya orang-orang yang penuh
semangatdan pemberani, seperti yang dikatakan Ibnu Qayyim di dalam
Zadul Ma’ad . Abu Hurairah juga pernah berkata, “Aku tidak melihat sesuatu
pun yang lebih bagus dari pada Rasulullah SAW. Seolah-oleh matahari
berjalan di muka beliau. Aku juga tidak melihat seseorang yang lebih
jalannya daripada beliau, seakan-akan bumi menjadi turun di hadapan
beliau. Kami sudah berusaha menyeimbangi beliau, tapi beliau seperti tidak
peduli.”

Rasulullah tidak berjalan seperti orang sakit atau lamban. Tapi maksud
cepat disini bukan berarti cara berjalan yang menghilangkan kewibawaan,
yang berjalan terlalu cepat. Artinya sedang-sedang saja, tidak terlalu cepat
tidak terlalu lambat, sesuai dengan perawakan, umur dan kemampuan.

Rasulullah SAW juga para sahabat beliau telah menyontohkan kepada


kita sikap tawadhu’ yang pada dasrnya adalah salah satu landasan sikap dan
akhlak mereka.

Kemudian marilah kita simak kata-kata hikmah berikut ini yang


terdapat dalam kitab Muzakarah fi manazili as Shiddiqin wa ar Rabbaniyyin;
min khilali an Nushus wa Hikam Ibnu ‘Athaillah Sakandary karya Syaikh Sa’id
Hawwa:

“Barangsiapa yang beranggapan bahwa dirinya tawadhu’ pada hakikatnya


dia orang-orang yang sombong, sebab anggapan tawadhu’ seperti ini tidak
timbul kecuali lantaran rasa tinggi diri/tinggi hati. Karena itu, jika engkau
beranggapan bahwa dirimu telah tawadhu’ sebenarnya engkau adalah orang
yang takabur (sombong).”

Allahu A’lam Bi As Shawab

Anda mungkin juga menyukai