0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
100 tayangan10 halaman
Syarat utama terbentuknya tanah ada dua yaitu: (1) tersedianya bahan asal atau batuan induk, (2) adanya faktor-faktor yang mempengaruhi bahan induk. Bahan induk tanah berbeda dengan batuan induk. Bahan induk tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan induk. Bahan induk bersifat tidak solid sementara itu, batuan induk bersifat padu.
Syarat utama terbentuknya tanah ada dua yaitu: (1) tersedianya bahan asal atau batuan induk, (2) adanya faktor-faktor yang mempengaruhi bahan induk. Bahan induk tanah berbeda dengan batuan induk. Bahan induk tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan induk. Bahan induk bersifat tidak solid sementara itu, batuan induk bersifat padu.
Syarat utama terbentuknya tanah ada dua yaitu: (1) tersedianya bahan asal atau batuan induk, (2) adanya faktor-faktor yang mempengaruhi bahan induk. Bahan induk tanah berbeda dengan batuan induk. Bahan induk tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan induk. Bahan induk bersifat tidak solid sementara itu, batuan induk bersifat padu.
Disusun oleh : 1. Agustin Erviana (12308141011) 2. Riasari Mardani (12308141021) 3. Ekky Yudha P. (12308141036) 4. Sinta Kartika Dewi (12308141040) 5. Putrisari (12308141041) PRODI : BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014/2015
A. PENGERTIAN TANAH Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah. Tanah (pedosfer) adalah lapisan kulit bumi yang tipis terletak di bagian paling atas permukaan bumi. Material yang tidak padat, sebagai media untuk menumbuhkan tanaman (SSSA, Glossary of Soil Science Term). Menurut Dokuchaev: Tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi.
B. GENESIS TANAH Ilmu genesis tanah adalah ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah serta factor-faktor pembentuk nya. Genesis tanah sangat erat hubungan nya dengan ilmu kimia. Fisika, biologi, geologi, klimatologi, geografi, antropologi dan pertanian. Untuk dapat memahami genesis tanah ada 4 dasar pemikiran 1. Sifat-sifat tanah yang terlihat sekarang digunakan sebagai bukti atau petunjuk terjadinya suatu proses dimasa lampau. 2. Berbagai macam tanah yang ada sekarang merupakan hasil evolusi jutaan tahun. 3. Tanah sebagai pabrik liat alami karena proses desintegrasidan sintetis maka jumlah fraksi liat semakin bertambah dan terbentuk jenis-jenis liat baru. 4. Pengetahuan tentang palaecologi adalah penting untuk memahami sifat-sifat tanah, walaupun hasil genesis tanah ditujukan pada tanah-tanah yang ada sekarang.
C. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK TANAH Syarat utama terbentuknya tanah ada dua yaitu: (1) tersedianya bahan asal atau batuan induk, (2) adanya faktor-faktor yang mempengaruhi bahan induk (Jenny, 1941). Bahan induk tanah berbeda dengan batuan induk. Bahan induk tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan induk. Bahan induk bersifat tidak solid sementara itu, batuan induk bersifat padu. Faktor lain yang mempengaruhi proses pembentukan tanah dapat dikelompokkan menjadi faktor aktif dan faktor pasif. Faktor aktif dalam pembentukan tanah adalah iklim dan organisme tanah. Faktor pembentuk tanah yang bersifat pasif adalah lokasi tempat terdapatnya bahan induk dan kurun waktu berlangsungnya pembentukan tanah. Jenny (1941) memformulasikan faktor pembentuk tanah ke dalam sebuah formula matematis sebagai berikut : D. S= f (C,O, P, R, T ...) S = Tanah (Soil) f = Fungsi (function) C = iklim (climate) O = Organisme (organism) P = Bahan Indk tanah (Soil Parents Materials) R = Bentuklahan (Relisf) T = Waktu (Time) ... = faktor lokal yang tidak terdefinisikan secara spesifik 1. Iklim Iklim adalah rata-rata cuaca semua energi untuk membentuk tanah datang dari matahari berupa penghancuran secara radio aktif yang menghasilkan gaya dan panas. Enegi matahari menyebabka terjadinya fotosintesis (asimilasi) pada tumbuhan dan gerakan angin menyebabkan transfirasi dan evaforasi (keduanya disebut evafotranspirasi). Akibat langsung dari gerakan angin terhadap pembentukan tanah yaitu berupa erosi angin dan secara tidak langsung berupa pemindahan panas. Komponen iklim yang utama adalah curah hujan dan suhu (temperatur). Faktor pembentukan tanah melalui iklim meliputi curah hujan dan suhu. Curah Hujan Air hujan akan mempengaruhi : 1. Komposisi kimiawi dan mineral-mineral penyusun tanah 2. Kedalaman dan diferensiasi profil tanah 3. Sifat fisik tanah Pengaruh curah hujan terhadap komposisi kimiawi tanah terlihat pada table berikut:
Table 1. proporsi (%) komposisi kimiawi tanah daerah arid dan humid
Table 2. nilai pelindihan tanah pada tiga zone iklim
Daerah N profil tanah Nilai Pelindihan Semiarid-semihumid 15 0.981+0.059 Semihumid 29 0.901+0.028 Humid (terpodsolisasi) 12 0.17+0.053
Adanya perbedaan komposisi kimiawi sebagai konsekuensi berbedanya intensitas pelapukan, terlihat pada table 1: 1. Tanah daerah humid mempunyai bahan dan silikat larut, serta komponen senyawa kimiawi utama yang selalu lebih rendah ketimbang tanah daerah arid 2. Nisbah besi oksida: Al-oksida dan Mg-Oksida: Ca-oksida pada tanah daerah Humid >1, sedangkan pada tanah daerah arid < 1 Pada table 2 juga terlihat pada urutan (maksimal-minimal) nilai-nilai pelindihan (leaching value) hasil penelitian Jenny (cit. darmawijaya, 1990) terhadap tanah- tanah di Amerika Serikat: Semiarid sampai semihumid > semihumid> humid (terpodsolosasi). Nilai pelindihan adalah nisbah indeks pellindihan (IP) pada horizon tanah: indeks pelindihan pada horizon bahan induk, dengan indeks pelindihan (IP): IP= (K 2 O+Na 2 O+CaO) : (Al 2 O 3 ) Urutan nilai ini pelindihan ini merupakan indikator makin intensifnya pengaruh curah hujan dalam melindih senyawa-senyawa kimiawi yang dimiliki oleh K 2 O , Na 2 O, dan CaO pada profil tanah ketimbang pada bahan induknya, sehingga juga merupakan indikator: 1. Makin rendahnya kadar dan ketersediaan hara, kejenuhan basa-basa (Ca, Mg, Na, dan K), reaksi tanah (pH) dan muatan negative koloid liat, sehingga apabila tanah-tanah tersebut berasal dari bahan induk yang sama, secara umum juga mencerminkan makin rendahnya kesuburan tanah, dan 2. Makin banyaknya pembentuk liat oksida Al dan Fe yang bermuatan negative rendah akan dapat bermuatan positif, sehingga berdaya-fiksasi tinggi terhadap anion-anion seperti phosphat, tetapi berdaya-tukar rendah terhadap kation-kation seperti K, Ca, dan Mg. hal ini berdampak negative terhadap efisiensi pemupukan maupun ameliorasi (pembenahan sifat kimiawi tanah). 3. Makin terdiferensiasinya horizon-horison tanh baik secara kimiawi maupun secara fisik. Secara fisik, tanah-tanah akan mempunyai lapisan atas yang gembur dan relative tipis, tetapi secara keseluruhan akan bersolum tebal bersifat kimiawi buruk dan bersifat fisik baik. Curah hujan berkorelasi erat dengan pembentukan biomass (bahan organic) tanah, karena air merupakan komponen utama tanaman maka kurangnya curah hujan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu pada tanah-tanah daerah arid umumnya dicirikan oleh rendahnya kadar BOT dan N serta aktivitas mikrobia heterotrofik (pengguna biomass sebagai sumber energinya) sebaliknya pada tanah-tanah daerah humid bahkan pada kawasan rawa-rawa akan terbentuk tanah gambut yang ketebalannya dapat lebih dari 2 meter akibat terhambatnya mineralisasi dalam proses dekomposisi biomass (humifikasi lebih dominan).
Suhu (temperatur) Perbedaan temperatur merupakan cerminan energi panas matahari yang sampai ke satu wilayah, sehingga berfungsi sebagai pemicu: 1. Proses fisik pada pembentukan liat dari mineral-mineral bahan induk tanah dengan mekanisme proses pelapukan batuan yang telah diuraikan, 2. Keanekaragaman hayati yang aktif, karena masing-masing kelompok terutama mikrobia mempunyai temperature optimum, spesifik, sehingga perbedaan temperature akan menghasilkan jenis dan populasi mikrobia yang berbeda pula. Umumnya makin rendah atau makin tinggi temperature dari titik optimalnya akan diikuti oleh jenis dan populasi mikrobia yang makin sedikit. 3. Kesempurnaan proses dekomposisi biomass tanah hingga ke mineralisasinya. Sebagai hasil dari fungsi (2) dan (3) ini maka kadar biomass tanah-tanah akan bervariasi. Tanah yang terbentuk pada temperature rendah (daerah kutub) akan cenderung berkadar biomass rendah (fibrik), akibat tetanaman yang tumbuh umumnya berbatang kecil dan lambat berkembang dan sedikitnya populasi dan jenis mikrobia heterotrof yang aktif. Tanah yang terbentuk pada temperature tinggi (daerah arid) juga berkadar biomass rendah tetapi matang (saprik) karena cepatnxa proses mineralisasi kimaiwi terhadap sisa-sisa tanaman. Tanah-tanah yang terbentuk pada daerah humid (temperature sedang) akan mempunyai jenis dan populasi mikrobia yang ideal, maka aktivitas biologis dalam dekomposisi biomass juga akan ideal. Sumber biomass berlimpah karena semua jenis tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga kadar biomass tanah dan derajat kematangannya juga akan sedang (humid), karena laju proses humifikasi biomass seimbang dengan laju proses mineralisasinya. Humifikasi adalah proses dekomposisi bahan organic tanah yang menghasilkan senyawa-senyawa organic sederhana (seperti amilum dari protein dan monosakarida dan karbohidrat) dan humus, sedangkan mineralisasi adalah proses dekomposisi senyawa-senyawa organic sederhana menjadi senyawa-senyawa atau ion-ion anorganik (seperti ammonium dan nitrat).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme) Organisme merupakan faktor pembentuk tanah aktif bersama-sama dengan iklim. Peranan organisme sangat luas dalam pembentukan tanha. Mulai dari penghancuran batuan melalui aksi akar tanaman tingkat tinggi hingga pembentukan hara oleh mikroorganisme tanah. Akar tanaman akan melebarkan pori tanah sehingga aerasi tanah menjadi baik. Akar tanaman menyerap air dalam profil tanah sehingga tanah terjamin. Jenis vegetasi mempengaruhi pula siklus hara. Seperti diketahui akar tanaman mengabsorpsi unsur-unsur hara dari larutan tanah dan mentransportasikannya ke daun, batang maupun pucuk tanaman. Jika bagian atas tanaman mati dan jatuh ke permukaan tanah maka dekomposisi bahan organik akan membebaskan unsur-unsur itu ke dalam larutan tanah. Kation-kation basa yang dibebaskan akan menghambat turunnya pH tanah selanjutnya kation-kation ini akan menggantikan kation-kation basa yang hilang. Vegetasi juga mempengaruhi tingkat eluviasi dan pencucian. Di bawah kondisi yang sama dimana vegetasi hutan dan rumput terletak berdampingan dan memiliki bahan induk dan kemiringan yang berbeda, maka tanah-tanah hutan akan menunjukkan bukti-bukti besarnya eluviasi dan pencucian. Hal ini mungkin dikarenakan : 1. Vegetasi hutan akan mengembalikan kation-kation alkali ke permukaan tanah. 2. Air kuat sekali ditranspirasikan oleh tanaman sehingga tanah banyak kehilangan air akibatnya jika turun hujan proses pencucian selalu efektif. 3. Air yang memasuki tanah akan lebih masam. Ion-ion hidrogen yang terlarut dari asam-asam organik di dalam horizon O yang sering terjadi di bawah pepohonan, menyebabkan pertukaran basa-basa dan tercuci ke bagian bawah tanah. Hubungan yang dekat dengan pencucian basa-basa itu adalah translokasi liat dari tanah bagian atas ke lapisan tanah bagian bawah. Partikel-partikel liat eluviasi ke bagian tanah dapat dibuktikan dengan tertumpuknya liat-liat pada horizon B dan terjadinya peristiwa pembentukan mantel liat (clay coating) pada pedi horizon B. Gerakan-gerakan aktif liat pada tanah hutan didasarkan pada tingginya kandungan liat pada horizon B dan rendahnya kandungan liat pada horizon A dari tanah hutan dibandingkan tanah dengan vegetasi rumput. Jadi permeabilitas dan sifat- sifat fisis subsoil juga menunjukkan tingkat perbedaan. Dapat ditarik dua hal yang penting untuk membedakan tanah-tanah vegetasi hutan dan rumput. Tanah dengan vegetasi hutan mempunyai kira-kira separuh dari kandungan bahan organik tanah dengan vegetasi rumput dan terdistribusi tidak merata. Tanah hutan memiliki tingkat perkembangan profil tanah lebih sempurna. Horizon-horison pada solum lebih asam dan % jenuh basa yang rendah serta lebih banyak liat yang dipindahkan dari horizon A ke horizon B. Selain vegetasi, hewan juga berpengaruh dalam perkembangan tanah seperti halnya sifat fisika tanah. Beberapa makrofauna yang dapat mempengaruhi sifat fisika tanah diantaranya adalah semut, rayap, jangkrik dan cacing tanah. Koloni semut dapat menurunkan berat isi tanah sampai 21-30 % dan kelembaban tanah 2-17 %, serta meningkatkan mikroflora dan aktivitas enzim tanah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada sarang semut mempunyai kandungan bahan organik dengan kandungan N total lebih tinggi dibandingkan tanah disekitarnya. Akumulasi bahan organik dari sisa makanan dan metabolisme akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan enzim tanah sehingga pergerakannya akan mempengaruhi struktur dan aerasi tanah. Sedangkan cacing tanah dapat menggerakkan partikel tanah ke berbagai posisi sehingga dapat membentuk struktur tanah. Produksi kotoran dari mesofauna juga menyumbang pembentukan struktur tanah sejak partikel dan ruang-ruang yang terbentuk diantara partikel. Jasad hidup lain yang juga berpengaruh adalah fungi. Fungi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan tanah karena ternyata berbagai jenis fungi dapat melapukkan atau mempunyai daya lapuk yang kuat terhadap sisa-sisa tanaman yang mengandung karbohidrat yang ternyata tidak mudah dilapukkan atau dihancurkan oleh bakteri. Bagi berbagai jenis fungi walaupun secara agak lambat bahan-bahan seperti selulosa atau lignin akan dapat dilapukkan dan dimanfaatkannya. Apabila fungi-fungi itu telah sampai pada sikus hidupnya yang terakhir maka bahan-bahan yang dikandungnya akan memperkaya tanah dengan bahan organik. Secara lanjut dijelaskan bahwa segera setelah tanaman mendapatkan tempat berpijak di suatu batuan yang mengalami pelapukan atau diendapkan bahan tanah terbaru, perkembangan profil tanah sudah dimulai. Sisa-sisa tanaman dan hewan tetap berada di dalam tanah. Jika lapukan ini tercampur dengan bahan mineral oleh jasad hidup, tanda-tanda pertama pembentukan lapisan terjadi. Tanah bagian atas menjadi agak gelap warnanya daripada lapisan yang lebih dalam. Hal ini dianggap suatu kemantapan struktur yang diakibatkan oleh bahan organik. Karena itu, permukaan horizon A mulai nampak dalam tanah muda. Terdapatnya lapukan bahan organik dengan cara lain mempercepat terjadinya lapisan tanah. Asam yang dilepaskan dari dekomposisi organik meningkatkan pemecahan mineral pengandung basa yang menhasilkan unsur hara yang dapat larut dan mineral sekunder seperti lempung silikat, oksida-oksida besi dan alumunium. Hasil ini memperkaya lapisan atas dimana mereka terbentuk atau mereka bergerak ke bawah bersama air perkolasi dan akhirnya menimbun sebagai lapisan dalam tanah yang sedang berkembang pada kedalaman tertentu. Gerakan ke bawah ini dan penimbunan juga menegaskan terbentuknya lapisan atau horizon. Bersamaan dengan terjadinya perubahan kimia dan fisika, jasad hidup melangsungkan peranan yang sangat penting. Mereka akan mengikat butir tanah itu juga dengan menggali atau bergerak dalam tanah, mereka membantu mencampur bahan dan horizon yang saling berdekatan. Secara garis besar dapat dirumuskan bahwa organisme atau jasad hidup mempengaruhi pembentukan tanah dalam hal : 1. Mempengaruhi pelapukan dan kelarutan mineral serta menyumbang struktur dan agregat tanah. 2. Warna tanah. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput. 3. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, Harry and Nylecbrady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan oleh Prof. Dr. Soegiman. Jakarta : Bharata Karya Aksara.
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo.
H. Yulipriyanto. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta : Grha Ilmu.m