P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
i
n
t
e
n
s
i
t
a
s
b
a
n
g
u
n
a
n
y
a
n
g
t
e
r
l
a
l
u
t
i
n
g
g
i
H
i
l
a
n
g
n
y
a
R
T
H
4
0
%
Diman lokasi strategis sekitar jalan
arteri ditetapkan sebagai kawasan
intensitas tinggi, tetapi untuk
kawasan lainnya menerapkan
intensitas rendah-sedang dengan
pemenuhan RTH 40% pada kawasan
penyangga.
Penetapan jalur pantura sebagai
jalur untuk kegitan aktif
masyarakat seperti pendidikan,
perdagangan, dan tidak
dianjurkan untuk perumahan
peribadatan, dan kesehatan
karena merupakan kawasan
ramai
Sumber: Hasil Analisis, 2013
B Analisis SWOT Ketinggian
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen ketinggian kawasan di
Kecamatan Pasrepan. Elemen ketinggian ini nantinya berkaitan dengan klimatologi
kawasan terkait kondisi kawasan perencaaan, yaitu Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.3. Analisa SWOT Ketinggian
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Air hujan dan drainase dapat
menuju titik nol (laut)
Aliran air hujan tidak dapat
bermuara di laut, sehingga
terdapat cekungan air saat
hujan.
Potensi terjadinya abrasi sangat
tinggi
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Pemanfaatan dua
fungsi kawasan
menjadi agropolitan
dan minapolitan
Penetapan kawasan minapolitan
dan juga argopolitan oleh
Kabupaten Pasuruan didukung
dengan pemanfaatan ketinggian
daerah yang merupakan dataran
rendah
Perlu adanya pengembangan
jaringan utilitas irigasi pertanian,
irigasi tambak, dan drainase
yang dibuat dan dikendali
berbeda sesuai dengan
fungsinya.
Untuk drainase dibuat untuk
membuang air limpasan
Irigasi dibuat untuk mengatur
adanya air irigasi yang terlalu
berlebihan dan kekurangan
Adanya sawah irigasi degan
sistem tadah hujan untuk
antisipasi saat kemarau
T
h
r
e
a
t
Penggunaan jaringan
irigasi pertanian dan
irigasi tambak yang
dijadikan satu
(jaringan sama)
Pembangunan irigasi dan drainase
dihimbau dan disosialisasikan
oleh Dinas PU
Adanya kebijakan dan alokasi
dana untuk pengadaan tiga
saluran irigasi pada dinas terkait
dan berkoordinasi dengan
masyarakat
Sumber: Hasil Analisis, 2013
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 12
C Analisis SWOT Topografi
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen topografi kawasan di
Kecamatan Pasrepan. Elemen topografi ini nantinya berkaitan dengan kondisi tanah dan
kemiringan lahan terkait kondisi kawasan perencaaan, yaitu Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.4. Analisa SWOT Topografi
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Diarahkan untuk menjadi
kawasan perdagangan,
pendidikan, perkantoran dan
sebagainya Kondisi topografi
tersebut mempunyai daya
dukung pengembangan kawasan
terbangun yang cukup potensial,
khususnya pengembangan
fasilitas (perumahan, fasilitas
ekonomi dan sosial, jalan, dll).
Untuk kawasan topografi 0%
dimanfaatkan Sebagai kawasan
penyangga dan lindung
Potensi terjadinya abrasi sangat
tinggi
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Kebijakan
pemanfaatan lahan
sebagai kawasan
permukiman,
pertanian,
minapollitan,
perdagangan dan
jasa, industri kecil,
dan perkebunan
Pemanfaatan lahan permukiman,
pertanian, minapolitan,
perdagangan dan jasa dilakukan
pada dataran yang memiliki
topografi 2%
Untuk daerah berpotensi abrasi
sungai maupun pantai ditetpkan
sebagai hutan lindung
T
h
r
e
a
t
Pengadaan jaringan
irigasi, drainase
disamakan dengan
kondisi wilayah
lainnya
Pengadaan aringan utilitas
Kecamatan Pasrepan perlu adanya
panduan dan pantauan dari Dinas
terkait karena topografi yang
datar
Pembangunan sistem irigasi juga
perlu adanya pertimbangan dan
pondasi yang kuat untuk
pengambilan sumber di sungai,
agar tidak berpengaruh terhadap
abrasi
Sumber: Hasil Analisis, 2013
D Analisis SWOT Jenis Tanah
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen jenis tanah kawasan di
Kecamatan Pasrepan. Elemen topografi ini nantinya berkaitan dengan jenis tanah dan
kesesuaiannya dengan peruntukan lahan terkait kondisi kawasan perencaaan, yaitu
Kecamatan Pasrepan
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 13
Tabel 5.5. Analisa SWOT Jenis Tanah
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Bentang alam ini berkembang
menjadi daerah perkotaan,
permukiman, industri,
persawahan dan perkebunan.
Permiabilitasnya lambat dengan
produksifitas tanah beraneka
dari rendah sampai sedang.
Tingkat produktivitas sedang,
pemanfaatannya untuk pertanian
dan perkebunan. Sifat kepekaan
terhadap erosi besar tetapi
umumnya berada pada daerah
datar maka tidak sampai pada
erosi yang lebih lanjut.
Untuk kawasan aliran sepanjang
DAS Kertosono dapat
berpotensi adanya banjir. Pada
lokasi-lokasi tertentu perlu
adanya kegiatan
pengkonservasian dan
penerapan ketentuan-ketentuan
sehingga dalam
pengembangannya perlu disertai
pelestarian lingkungan hidup
serta penjagaan kestabilan tata
air.
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Tanah dapat
dimanfaatkan
sebagai lahan
pertanian karena
tanah subur dan
ditunjang sebagai
kawasan pertanian
Tanah grumosol
dapat dimanfaatkan
sebagai tanah
tambak
Tanah alluvial dapat
dimanfaatkan untuk kawasan
pertanian, maupun untuk
pemenuhan sarana karena lahan
bersifat subur dan tidak mudah
erosi
Tanah di sepanjang DAS
Kertosono merupakan tanah
grumosol, sehingga perlu adanya
kebijakan untuk tidak
memmbangun kawasan
permukiman (terbangun)
didaerah ini karena cenderung
mudah bererosi
T
h
r
e
a
t
Tidak adanya batas
antara jenis tanah
karena tanah alluvial
dan grumosol
memiliki sifat yang
berbeda
Adanya IMB untuk untuk
kawasan terbangun untuk tanah
berjenis allvial dan pemberian
larangan untuk menempati tanah
grumosol karena digunakan
sebagai hutan lindung
Perlu adanya batas untuk
kawasan yang mudah atau
berpotensi untuk abrasi dan
daerah yang tidak mudah terkena
abrasi (alluvial)
Sumber: Hasil Analisis, 2013
E Analisis SWOT Kedalaman Efektif Tanah
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen Kedalaman Efektif
kawasan di Kecamatan Pasrepan. Elemen topografi ini nantinya berkaitan dengan kondisi
tanah dan kemiringan lahan terkait kondisi kawasan perencaaan, yaitu Kecamatan
Pasrepan
Tabel 5.6. Analisis SOWT Kedalaman Efektif Tanah
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Perakaran dapat tumbuh tanpa
hambatan.
Kedalaman tanah berkurang
akibat pemanfaatannya sebagai
lahan terbangunan
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 14
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Pemanfaatan sebagai
air bersih yang
bersumber dari air
tranah (sumur)
Banyaknya tumbuhan yang dapat
tumbuh tanpa hambatan pada
Kecamatan Pasrepan, dapat
menandakan bahwa daerah
tersebut memiliki penyaring air
yang baik, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai sumur
Untuk daerah kepadatan
bangunan tinggi disarankan
untuk tidak menggunakan air
tanah (sumur) karena resapan air
kurang
T
h
r
e
a
t
Penggunaan pestisida
yang berlebihan dapat
mempengaruhi
kualitas air tanah
karena sebagaian
besar penggunaan
lahan sebagai
pertanian
Pembatasan penggunaan pestisida
untuk petani karena akan
menggurangi tingkat kesuburan
tanah pertanian dan menimbulkan
banyak hama serta daya serap
akan tidak terlalu dalam
Pembelihan penyuluhan
penggunaan pupuk yang baik
dan sesuai takaran
Pemantauan penggunanan
intensitas bangunan yang boleh,
sedalam apa pondasi bangunan
yang dibugunakan harus tetap
menjaga adanya kemampuan
tanah
Sumber: Hasil Analisis, 2013
F Analisis SWOT Klimatologi
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen klimatologi kawasan di
Kecamatan Pasrepan. Elemen klimatologi ini nantinya berkaitan dengan iklim curah hujan
terkait kondisi kawasan perencaaan, yaitu Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.7. Analisis SWOT Klimatologi
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Berpotensi kegiatan pertanian,
dengan memanfaatkan musim
penghujan sebagai penganti
irigasi saat musim kemarau
dengan sungai tadah hujan
Pengadaan sistem tadah hujan
belum diterapkan untuk semua
kawasan pertanian
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Daerah ini cocok
untuk kawasan
pertanian dan
perkebunan karena
hujan rata-rata rendah
mendekati sedang
Cocok untuk kawasan
permukiman dan
perdagangan dan
jasa, dsb
Pertanian
menggunakan irigasi
teknis atau tadah
hujan
Potensi pertanian ditunjag karena
iklim yang dimiliki Kecamatan
Pasrepan ada dua, iklim
penghujan dan kemarau
Penerapan sistem irigasi tadah
hujan untuk lahan persawahan di
Kecamatan Pasrepan, terutama
untuk kawasan yang tidak berada
di dekat DAS
Pembatasan kawasan perumahan
disekitar bibir pantai karena
ditakutkan berpotensi adanya
angin gending yang berbahaya
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 15
T
h
r
e
a
t
Pada musim, mudah
terjadi kekeringan
Berpotensi Angin
Gending karena
terletak antara
wilayah pegunungan
dan wilayah pesisir,
karena itu pada masa
peralihan musim
terjadi angin
kencang yang
bertiup dari
Tenggara ke arah
Barat Laut dan
bersifat kering
Adanya kerja sama dengan Dinas
Pertanian untuk melakukan
sosialisasi dan membangunan
irigasi tadah hujan dengan para
petani untuk mencegah adanya
kekeringan saat kemarau
Pengadaan atau bantuan untuk
melakukan pembangunana
sistem irigasi tadah hujan
Sumber: Hasil Analisis, 2013
G Analisis SWOT Hidrologi
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen hidrologi kawasan di
Kecamatan Pasrepan. Elemen topografi ini nantinya berkaitan dengan kondisi sungai dan
sistem mata air terkait kondisi kawasan perencaaan, yaitu Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.8. Analisis SWOT Hidrologi
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Dilewati oleh beberapa DAS
Sumber hidrologi pertanian ada
pada DAS, sedangkan untuk
pertambangan ada pada air tawar
dan air laut
Saat musim kemarau, sungai
kecil tidak dilalui air, sedangkan
sungai besar dilalui air
sepanjang tahun
Kemiringan terlalu datar,
sehingga perlu diperhatikan
potensi genangan, sehingkan
perlu adanya tangkapan dan
perbaikan drainase dan
lingkungan
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Pemanfaatan
sebagai irigasi
pertanian dan
perkebunan
Masyarakat dapat
menggunakan air
tanah sebagai air
bersih
Untuk mendukung adanya
kegiatan pertanian dan
perkebunan dibuat saluran irigasi
dari DAS, salah satunya DAS
Kertosono
Air tanah dapat dimanfaatkan
untuk kawasan permukiman
sebagai air bersih dengan
menggunakan sumur dan pompa
Perlu adnya sistem irigasi dan
drainase yang baik. Dimana
untuk sistem drainase semakin
mendekati laut memiliki
ketinggian semakin rendah
Unttuk irigasi, semakin
mendekati daerah sawah
ketinggian seharusnya semakin
rendah sehingga air dapat
tersebar
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 16
T
h
r
e
a
t
Jaringan air bersih
yang bersifat
komunal belum
tersebar merata
hingga kepelosok
Adanya kebijakan untuk
menggunakan air bersih secara
komunal untuk kawasan pedesaan
atau pembuatan sumur
Untuk permukiman pesisir
menggunakan air tawar untuk
pemenuhan air bersihnya
Adanya perpipaan yang
dibanguna oleh pemerintah dan
masyarakat untuk mentransfer
jaringan air bersih ke masyarakat
Sumber: Hasil Analisis, 2013
5.1.2.2 Analisis SWOT Penggunaan Lahan
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen Penggunaan Lahan
di Kecamatan Pasrepan. Elemen penggunaan lahan ini nantinya berkaitan dengan kondisi
guna lahan dan pemanfaatan lahan eksisting terkait kondisi kawasan perencaaan, yaitu
Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.9. Analisis SWOT Penggunaan Lahan
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Kecamatan Pasrepan sebagai
lumbung padi untuk memasok
kebutuhan beras bagi Kabupaten
Pasuruan atau perkotan Pasrepan
itu sendiri dikarenakan
Kecamatan Pasrepan memiliki
Luas Lahan Pertania yang luas.
Sebagai ibukota Kabupaten
Pasuruan sudah pasti luas lahan
untuk kebutuhan bangunan
meningkat pesat sehingga
menggerus luas dari lahan-lahan
pertanian.
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Pengembangan
Fungsi Kawasan:
Pengembalian fungsi
dari tegalan menjadi
hutan lindung.
Arahan pengelolaan
kawasan Kecamatan
Pasrepan dengan
kebijakan
mengendalikan
konversi kawasan
pertanian beririgasi
teknis menjadi
kawasan
permukiman dan
perkotaan.
Kecamatan Pasrepan
diperuntukkan untuk
kawasan pertanian
dengan rencana
pengembangan
sawah irigasi teknis
- Pengendalian terhadap
perubahan tata guna lahan di
Kecamatan Pasrepan.
- Pemberian sanksi tegas kepada
pelanggaran yang dilakukan
dalam hal perubahan tata guna
lahan.
- Memberlakukakn izin ketat
dalam hal pengadaan
bangunan di wilayah
Kecamatan Pasrepan
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 17
T
h
r
e
a
t
Pembebasan lahan
untu dijadikan hutan
lindung akan sulit
derealisasi
dikarenakan harga
tanah yang
melambung tinggi.
Kecamatan Pasrepan
cenderung menarik
pendatang sehingga
kebutuhan akan
lahan terbangun
semakin menjadi-jadi
dan sulit
dikendalikan.
- Mengarahkan pembangunan
kawasan-kawasan terbangun di
sawah-sawah non produktif/
non teknis.
- Pembangunan lebih diratakan
unutk meminimalkan
pengelompokan pembangunan
sehingga pengawasan maupun
perubahan tata guna lahan
dengan mudah diawasi
Sumber: Hasil Analisis, 2013
5.1.2.3 Analisis SWOT Kependudukan
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen kependudukan
kawasan di Kecamatan Pasrepan. Elemen kependudukan ini nantinya berkaitan dengan dan
karakteristik penduduk terkait kondisi kawasan perencaaan, yaitu Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.10. Analisis SWOT Kependudukan
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Kecamatan Pasrepan untuk
laju maupun persebaran
penduduknya hampir merata
di setiap desa/kelurahan
sehingga dapat dikatakan
perkembangannya merata di
setiap daerah.
Jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan yang hampir
sama sangat
menguntungkan karena
proporsi angkatan kerja
laki-laki dan wanita dapat
berimbang sehingga jenis-
jenis industri, perkantoran,
perdagangan jasa dapat
bevariasi menyesuaikan
angkatan kerja.
Wilayah Kecamatan
Pasrepan memiliki laju
migrasi baik datang ke
Kecamatan Pasrepan atau
pergi ke Kecamatan
Pasrepan dengan jumlah
yang seimbang. Hal ini
mengindikasikan bahwa
wilayah Kecamatan
Pasrepan cenderung stagnan
dalam jumlah penduduk
sehingga ledakan penduduk
dapat dicegah.
Jumlah penduduk yang menurun
dapat menjadi penghambat bagi
perkembangan Kecamatan
Pasrepan.
Penduduk Kecamatan Pasrepan
lebih banyak didominasi
penduduk usia tua (65+)
sehingga beban tanggungan
angkaan kerja akan lebih berat.
Proporsi tingkat pendidikan yang
lebih banyak tamat SD membuat
penduduk Kecamatan Pasrepan
dapat dikatakan kurang dalam
segi pendidikan.
Banyaknya buruh tani
mengakibatkan pendapatan
penduduk Kecamatan Pasrepan
kurang atau dibawah standart.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 18
Penduduk usia produktif
cenderung setara untuk tiap
umur.
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Arahan pendistribusian
persebaran penduduk
sesuai dengan kebijakan
pusat-pusat pelayanan.
Arahan pemerataan
persebaran penduduk
dengan perbaikan sarana-
prasarana dan infrastruktur
di kawasan perdesaan atau
kawasan kurang
berkembang guna
mengurangi urbanisasi.
Kebijakan penanggulangan
kemiskinan dan
pengangguran dengan
peningkatan kualitas
sumberdaya manusia
(SDM) ditandai
menurunnya angka buta
aksara dan meningkatnya
jenjang sekolah yang
ditempuh. Dengan
demikian indeks
pembangunan manusia
(IPM) pada kurun waktu
20 tahun mendatang
meningkat.
Arahan Peningkatan Mutu
dan Relevansi Pendidikan
di Kecamatan Pasrepan.
Rencana Strategi perluasan
dan pemerataan
kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu.
Rencana peningkatan
kualitas pelayanan bagi
umat beragama dalam
melaksanakan ajaran
agama
- Mengatur laju
pertambahan penduduk
baik yang lahir maupun
yang migrasi supaya tidak
terjadi ledakan penduduk.
- Memfasilitasi tiap-tiap
unit lingkungan dengan
fasilitas-fasilitas umum
agar tidak terjadi
pemusatan pednduduk di
Kecamatan Pasrepan.
- Memeberikan pendidikan
dan pelatihan gratis
kepada penduduk agar
menciptakan SDM yang
berkualitas dan unggul
dalam persaingan.
- Mengoptimalkan peran pusat-
pusat kota sebagai pusat
pelayanan.
- Mengoptimalkan program
Wajib Belajar dari
pemerintah.
- Optimalisasi penindakan
terhadap permukiman-
permukiman liar.
- Sosialisasi pentingnya kualitas
lingkungan yang baik
terhadap kesehatan
masyarakat.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 19
T
h
r
e
a
t
Terdapat pusat-pusat
pelayanan diluar
kecamatan Pasrepan yang
mendorong penduduk
pindah ke daerah lain.
Laju penduduk dari desa di
luar wilayah Pasrepan
yang datang ke
Kecamatan Pasrepan
memicu urbanisasi tetap
tinggi.
Ketersediaan lahan
pertanian yang luas
menjadikan penduduk
memilih bekerja sebagai
petani daripada
bersekolah.
Kualitas tenaga maupun
peserta didik yang
semakin lama semakin
berkurang.
Adanya sekolah-sekolah
yang mewajibkan
membayar biaya sekolah
yang tinggi membuat
penduduk enggan
bersekolah
Tergusurnya peran tempat
ibadah dengan adanya
mall/pusat perbelanjaan
sehingga orang-orang
lebih sering ke mall
daripada ke tempat ibadah.
- Menerapkan aturan
migrasi ketat.
- Meminimalkan jumlah
penduduk ilegal yang
datang ke Kecamatan
Pasrepan.
- Merubah persepsi
masyarakat mengenai
bekerja lebih baik
daripada sekolah.
- Menciptakan fasilitas-fasilitas
peribadatan yang aman dan
nyaman supaya masyarakat
lebih sering datang ke tempat
peribadatan
- Memberikan mata pelajaran
tentang hidup beragama
secara rutin smapai jenjang
perguruan tinggi,
- Membuat program dan
kebijakan untuk perluasan
lapangan pekerjaan.
- Mengatur proporsi penduduk
di tiap umur agar angak
ketergantungan semakin kecil.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
5.1.2.4 Analisis SWOT Sistem Transportasi
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen Sistem Transportasi
kawasan di Kecamatan Pasrepan. Elemen Sistem Transportasi ini nantinya berkaitan
dengan transportasi yang terdapat di kawasan perencaaan, yaitu Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.11. Analisis SWOT Sistem Transportasi
Internal
Internal Audit
Strength Weakness
Semua fungsi jaringan jalan
terdapat di Kecamatan
Pasrepan
Semua kecamatan/desa
terlayani dengan perkerasan
aspal
Sebagian besar koridor jalan
memiliki jalur hijau yang
berfungsi sebagai penyerap
polusi CO2
Rambu-rambu lalu lintas
terpasang pada titik strategis
Lampu lalu lintas berada
Persebaran sarana lebih megacu
pada jalan yang memiliki fungsi
jalan arteri, sehingga
persebarannya tidak merata
Kondisi jalan semakin kecil
hirarkinya, semakin jelek
kondisinya
Pusat pola pergerakan masyrakat
dan barang lebih terpusat pada
koridor jalan arteri primer,
sehingga mengalami kemacetan
terutama pada jam-jam sibuk.
Pondasi perambuan tidak kokoh
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 20
Eksternal
pada perempatan yang
memiliki tingkat bangkitan
tarikan tinggi
Marka jalan tersebar hingga
jalan lokal, seperti garis
continue dan garis putus-
putus dan pemerintahan
sehingga berpotensi untuk
tumbang
Rambu lalu lintas terhalang
pohon, sehingga masyarakt tidak
mampu melihat
Marka jalan harusnya lebih
tersedia untuk kawasan kegiatan
aktif masyarakat yang berada di
sekitar jalan arteri primer dan
kolektor
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Ditetapkan sebagai pusat
kawasan pusat Kecamatan
yang terletak di sekitar
jalan panturan serta
mempunyai fungsi
strategis kota.
Adanya program
penambahan rambu lalu
lintas sesuai pertambahan
jumlah penduduk
Pergantian lampu lalu
lintas menjadi automatic
traffic light
Terdapat penambahan
fasilitas marka jalan,
seperti lampu lalu lintas
penanda hati-hati
Angkutan umum di
Kecamatan Pasrepan
dimanfaatkan sebagai
kendaraan dengan rute
Pasrepan-Puspo-Tosari,
Pasrepan-Gondangwetan,
Pasuruan-Winongan-
Warungdowo.
- Mengatur laju
pertambahan penduduk
baik yang lahir maupun
yang migrasi supaya tidak
terjadi ledakan penduduk.
- Memfasilitasi tiap-tiap
unit lingkungan dengan
fasilitas-fasilitas umum
agar tidak terjadi
pemusatan pednduduk di
Kecamatan Pasrepan.
- Memeberikan pendidikan
dan pelatihan gratis
kepada penduduk agar
menciptakan SDM yang
berkualitas dan unggul
dalam persaingan.
- Mengoptimalkan peran pusat-
pusat kota sebagai pusat
pelayanan.
- Mengoptimalkan program
Wajib Belajar dari
pemerintah.
- Optimalisasi penindakan
terhadap permukiman-
permukiman liar.
- Sosialisasi pentingnya kualitas
lingkungan yang baik
terhadap kesehatan
masyarakat.
T
h
r
e
a
t
Adanya kemacetan akibat
adanya daerah strategis
yang memicu adanya
peningkatan intensitas
bangunan, intensitas
kegiatan dan prasarana.
Adanya angin gending
yang dapat merusak
rambu-rambu lalu lintas
dan traffic light
Pergerakan eksternal yang
berlebihan, sehingga
menyebakan perlunya
resetting lampu lalu lintas
untuk menyesuaikan
kondisi
Masyarakat yang lebih
memilih menggunakan
kendaraan pribadi
sehingga angkutan umum,
misalnya angkot, sudah
tidak terlalu diminati.
- Menerapkan aturan
migrasi ketat.
- Meminimalkan jumlah
penduduk ilegal yang
datang ke Kecamatan
Pasrepan.
- Merubah persepsi
masyarakat mengenai
bekerja lebih baik
daripada sekolah.
- Menciptakan fasilitas-fasilitas
peribadatan yang aman dan
nyaman supaya masyarakat
lebih sering datang ke tempat
peribadatan
- Memberikan mata pelajaran
tentang hidup beragama
secara rutin smapai jenjang
perguruan tinggi,
- Membuat program dan
kebijakan untuk perluasan
lapangan pekerjaan.
- Mengatur proporsi penduduk
di tiap umur agar angak
ketergantungan semakin kecil.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 21
5.1.2.5 Analisis SWOT Tata Masa Bangunan
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen tata massa
bangunan di Kecamatan Pasrepan. Elemen tata massa bangunan ini nantinya berkaitan
dengan kepadatan banguan dan sebaran banguna di dalam kawasan perencaaan, yaitu
Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.12. Analisis SWOT Tata Masa Bangunan
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Semakin banyaknya bangunan
permanen tentu saja menunjukkkan
bahwa rata-rata kesejahteraan
penduduk Kecamatan Pasrepan cukup
baik.
Semakin lengkapnya fasilitas
pendukung kegiatan baik jasa atau non
jasa di Kecamatan Pasrepan.
Variasi bentuk bangunan ini membuat
wilayah Kecamatan Pasrepan
mempunyai berbagai keunikan
sehingga tidak membuat orang cepat
bosan.
Banyak dan lengkapnya elemen kota di
Kecamatan Pasrepan menjadikan
Kecamatan Pasrepan memiliki view-
view yang memiliki warna tersendiri
sehingga muncul sebuah identitas-
identitas di tiap-tiap sudut dari
Kecamatan Pasrepan.
Di daerah-daerah pinggiran di
Kecamatan Pasrepan masih
ditemui bangunan-bangunan
non permanen yang digunakan
sebagai tempat menetap
penduduk.
Bangunan-bangunan di
kawasan
Perdagangan Jasa sepanjang
jalan Arteri yang terlalu rapat
sehingga kurang baik dalam
segi proporsi bangunan,
bentuk, dan fungsi bangunan.
Kondisi bentuk dan massa
bangunan di wilayah
Kecamatan Pasrepan masih
sangat tidak teratur terutama di
sepanjang koridor jalan-jalan
utama, karena masih
bercampurnya bentuk dan
massa bangunan yang tinggi
dan rendah, tidak tertata
sehingga tidak memiliki nilai
estetika.
Citra kawasan/elemen kota
tersebut lama-kelamaan
tergusur oleh arus modernisasi
yang menyebabkan elemen-
elemen kota tersebut luntur tau
bahkan hilang.
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Arahan
peningkatan
kapasitas
kebijakan
spasial
semua
sektor
dalam
mencegah
dampak
kerusakan
lingkungan
hidup dan
meminimalk
an dampak
bencana.
Mencipkatan Kecamatan Pasrepan yang
asri, indah, nyaman dan tertram pagi
penghuninya.
Meningkatkan jumlah fasilitas-fasiitas
umum yang ada di Kecamatan Pasrepan
Pemberlakuan peraturan zonasi
demi menciptakan suatu
kawasan yang sesuai dan baik
bagi penggunanya.
Mengatur kerapatan bangunan di
sekitas kawasan perdagangan
jasa
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 22
T
h
r
e
a
t
Anggapan
pemilik
tanah bahwa
dapat
membangun
bangunan
sesuai yang
diinginkan
tanpa
memperhati
kan dampak
terhadap
lingkungan.
Memberlakukan program dalam hal
arsitektur bangunan agar tercipta
kawasan-kawasan yang berbeda-beda d
Kecamatan Pasrepan sehingga tercipta
kawasan yang arsitektural.
Melestarikan keberadaan citra
kawasan sehingga ciri khas suatu
kawasan tidak hilang
Sumber: Hasil Analisis, 2013
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 23
5.1.2.6 Analisis SWOT Pola Ruang
Analisa SWOT terkait dengan pola ruang akan dibedakan ke dalam permukiman,
pemerintahan dan bangunan umum, perdagangan dan jasa, pertanian, industri, ruang
terbuka hijau, kawasan rawan bencana dan fasilitas umum.
A Analisis SWOT Permukiman
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk pola ruang permukiman di
Kecamatan Pasrepan. Elemen permukiman ini nantinya berkaitan dengan kondisi
permukiman baik sebaran maupun karakteristknya di kawasan perencaaan, yaitu
Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.13. Analisis SWOT Pola Ruang Permukiman
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Kebutuhan rumah untuk masyarakat
Pasrepan sudah terlayani, dilihat dari
jumlah rumah yang dimiliki.
Pembangunan kawaan
permukiman yang berlebihan
dapat mengurangi fungsi tata
guna alahan pertanian, karena
sejauh ini pemanfaatn plahan
pertanian terbesar diguakan
untuk permukiman (perumahan)
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Penyediaan
infrastruktur
yang memadai
pada
permukiman
padat,
penyediaan
perumahan
baru,
penyediaan
Kasiba Lisiba
Berdiri Sendiri
Kebutuhan rumah yang sudah terpenuhi
dilengkapi dengan infrastruktur dari
pemerintah yang bekerja sama (gotong
royong) dengan masyarakat untuk
perumahan swadaya, sedangkan untuk
perumahan developer mewajibkan
adanya penyediaan fasilitas lengkap
sesuai dengan SNI Perumahan Perkotaan
Rumah non permanen direlokasi
menuju Kasiba Liisba Berdiri
Sendiri dengan harga yang lebih
terjangkau
Pembangunan Kasiba Lisiba
Berdisi Sendiri dan Perumahan
Developer pemberian ijinnya
diarahkan untuk menggunakan
lahan petanian non iriggasi
teknis atau menggunakan lahan
pertanian irigasi yang luasannya
kurang dari 20 Ha.
T
h
r
e
a
t
Fasilitas
Perumahan
hanya
diberikan pada
perumahan
developer
Banyaknya
rumah-rumah
yang dibangun
secara ilegal di
pinggir sungai
Pemberian insentif dan diinsentif untuk
perumahan yang dibangun secara ilegal
di pinggir sungai
Relokasi perumahan dengan pemberian
harga yang dapat dijangkau oleh
masyarakat dengan fasilitas yang baik
untuk pengganti pemenuhan kebutuhan
masyarakat
Penyediaan rumah permanen
yang terjangkau yang dilengkapi
dengan fasilitas yang dapat
dikelola oleh pemerintah dan
developer
Pengadaan lahan Kasiba Lisiba
sehingga tidak banyak lahan
pertanian yang beralih fungsi dan
dapat menampung banyak kepala
keluarga.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
B Analisis SWOT Fasilitas Pemerintahan dan Bangunan Umum
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk fasilitas pemerintahan dan
bangunan umum di Kecamatan Pasrepan. Elemen fasilitas pemerintahan dan bangunan
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 24
umum ini nantinya berkaitan dengan kondisi fasum beserta pesebarannya di dalam
kawasan perencaaan, yaitu Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.14. Analisis SWOT Pola Ruang Fasilitas Pemerintahan dan Bangunan Umum
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Lokasinya yang strategis di
sekitar jalan arteri primer,
sehingga aksesbilitas menuju
perkantoran menjadi lebih
mudah dan jarak antar kantor
berdekatan sehingga terdapat
lingkage
Lokasi perkantoran ini memiliki
dampak negatif karena
kepadatan bangunan di sekitar
daerah tersebut sudah tinggi dan
dapat menambah kemacetan
pada jam-jam sibuk, pagi dan
sore
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Kebijakan
pengadaan kantor satu
atap
Pengadaan kantor dinas di
sekitar pusat Kecamatan
Pasrepan dengan kebijakan
satu atap untuk mempermudah
koordinasi antar satu dinas
dengan dinas yang lainnya
Lokasi perkantoran satu atap
dikembangkan pada daerah yang
kondusif, bukan perumahan, dan
tidak menimbulkan kemacetan
saat jam-jam sibuk
T
h
r
e
a
t
Perlu adanya
koordinasi antar
dinas satu
dengan lainnya
dalam
dokumentasi
karena dapat
berisiko terjadi
missing
Kurangnya
fasilitas untuk
menunjang
semua
pelayanan
dinas, seperti
lahan parkir
yang juga
membutuhkan
lahan yang luas
Lokasi perkantoran dijadikan
menjadi satu kawasan
memiliki kelebihan dalah hal
koordinasi dan kemudahan
mengurus keperluan untuk
masyarakat yang ditunjang
dengan adanya fasilitas yang
lengkap, seperti lahan parkir
luas, fotocopi, tempat
istirahat, warung, dsb
Kebijakan lokasi perkantoran
ditetapkan untuk memilih lokasi
yang tidak memiliki kepadatan
bangunan yang tinggi, tidak
berada di kawasan perumahan,
pendidikan, sehingga tidak
memicu adanya kemacetan dan
diimbangi dengan adanya
fasilitas parkir yang luas.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
C Analisis SWOT Perdagangan dan Jasa
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen perdagangan dan jasa di
Kecamatan Pasrepan. Elemen perdagangan dan jasa ini nantinya berkaitan dengan kondisi
sarana prasarana perdagangan dan jasa yang terdapat di wilayah perencanaan, yaitu
Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.15. Analisis SWOT Pola Ruang Perdagangan dan Jasa
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Persebaran perdagangan Kondisi pedagangan kaki lima
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 25
memiliki lokasi yang strategis
dan memiliki nilai ekonomis
yang tinggi, terutama untuk
perdagangan dan jasa skala
regional di sepanjang arteri
primer, sehingga nantinya akan
menggeser kawasan
permukiman dan pertanian
sekitarnya. Selain itu
memudahkan adanya
aksesbilitas distribusi barang.
kurang tertata hingga memakan
badan jalan, akibatnya kondisi
parkir juga kurang tertata
hingga memakai badan jalan
sebagai lahan parkir dan
aksesbilitas untuk pejalan kaki
tidak ada. Sehingga
menimbulkan hambatan
samping yang besar dan terjadi
kemacetan.
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Pengembangan
kawasan
perdagangan dan
jasa Kecamatan
Pasrepan ditetapkan
dengan skala
regional untuk
melayani wilayah
Kabupaten
Pasrepan, seperti
pasar induk, show
room, mall, hotel,
jasa notaris, money
changer, bank, dsb.
Adanya relokasi dan
penyediaan kawasan
khusus PKL, seperti
PKL kuliner, PKL
barang bekas, PKL
buah-buahan.
Perdagangan dan jasa skala
regional dilakukan dengan
pengadaan pasar induk, show
room, mall, hotel, jasa notaris,
money changer, bank dengan
pemilihan lokasi di kawasan
perdagangan jalan arteri primer,
sehingga menimbulkan banyak
tarikan
Pembuatan kawasan PKL dengan
relokasi PKL yang ada di pinggir
jalan dengan sistem retribusi
yang murah dan berada di sekitar
jalan arteri primer
Pemberlakukan disinsentif
pembayaran pajak yang lebih
tinggi apabila PKL di pinggir
jalan dibandingkan di kawasan
PKL Pembuatan kawasan PKL
dengan di jalan arteri primer
dengan sistem retribusi yang
murah dengan syarat PKL ikut
membuat stan
T
h
r
e
a
t
Munculnya
kecenderungan
masyarakat untuk
beralih profesi
menjadi pedagang
dan melebihi skala
pelayanan yang
dibutuhkan
Perdagangan dan
jasa melimpah
menjadi PKL
dipinggir jalan
Pengadaan mall
menyebabkan
matinya pedagang
kecil
Pembatasan ijin usaha
perdagangan dan jasa baik usaha
besar hingga usaha rumah tangga.
Adanya penertiban PKL untuk
kawasan yang sering mengalami
kemacetan dan berpotensi
mengalami kemacetan
Adanya kebijakan diinsentif dan
insentif untuk PKL yang mau
direlokasikan ke kawasan khusus
perdagangan PKL
Adanya penertiban PKL
khususnya untuk sore dan malam
hari oleh dinas terkait
Sumber: Hasil Analisis, 2013
D Analisis SWOT Pertanian
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen pola ruang di bidang
pertanian yang terdapat di Kecamatan Pasrepan. Elemen pertanian ini nantinya berkaitan
dengan pemanfaatan lahan berupa pertanian yang terdapat di wilayah perencanaan , yaitu
Kecamatan Pasrepan
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 26
Tabel 5.16. Analisis SWOT Pola Ruang Pertanian
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Lahan pertanian subur dengan
jenis tanah alluvial
Hampir seluruh Kawasan
pertanian di Kecamatan Pasrepan
cenderung berubah menjadi
kawasan perumahan developer
akibat perkembangan jumlah
penduduk yang menuntut
kebutuhan akan rumah
meningkat namun
pengalihfungsian fungsi kawasan
pertanian dapat mengakibatkan
ketahanan pangan menurun dan
hilangnya pekerjaan petani.
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Pengembangan
sebagai kawasan
agropolitan karena
bersifat sangat
berengaruh terhadap
KAbupaten
Pasuruan
Dilakukan beberapa
kebijakan seperti
pengembangan
prasarana pengairan
Kebijakan
mempertahankan
lahan pertanian
dengan irigasi teknis
atau diiinkan dengan
mengalihfungsikan
dengan perubahan
maksimum 50%
dengan perbaikan
irigasi teknis untuk
saluran lainnya
Untuk kawasan
pedesaan,
pengalihfungsian
lahan digunakan
sepanjang jalan
utama dengan
perubahan
maksimum 20%
Pengembangan
tanaman komoditas
prospektif
Lahan dapat
dialihfungsikan
sebagai perumahan,
perdagangan, atau
industri dari sawah
irigasi teknis dengan
luas kurang dari 20
Ha
Kebijakan mempertahankan lahan
pertanian irigasi teknis dan
pengadaan prasarana
pengembangan akan dapat
meningkatkan hasil produksi
pertanian lahan kering dan basah
Pengalihfungsian lahan
perumahan dan perdagangan jasa
disesuaikan dengan kebijakan,
pemanfaatannya hanya 50%
lahan pertanian saja dengan
adanya beberapa perbaikan
sistem irigasi
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 27
T
h
r
e
a
t
Kurang adanya
insentif dan
diinsentif yang
diberlakukan,
sehingga masyarakat
atau petani lebih
memilih untuk
mengalihfungsikan
lahan
Nilai jual tanah yang
tinggi, sehingga
menyebabkan
banyak petani
menjual lahan
pertaniannya
Peningkatan kualaitas produksi
pertanian lahan kering sehingga
menyebabkan petani lebih
memilih untuk berocok tani dan
memanfaatkan lahan pertanian
Pemberlakukan insentif dan
diinsentif pada lahan pertanian
yang seharusnya diperuntukkan
untuk lahan pertanian
Pemberian insentif pada petani
yang memperthanakna lahan
pertanian
Adanya pengotrolan nilai jual
tanah pada Kecamatan Pasrepan
Sumber: Hasil Analisis, 2013
E Analisis SWOT Industri
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen industri di Kecamatan
Pasrepan. Elemen industri ini nantinya berkaitan dengan dan aktivitas di bidang industri
yang terdapat di wilayah perencaan, yaitu Kecamatan Pasrepan
Tabel 5.17. Analisis SWOT Pola Ruang Industri
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Kelurahan/Desa, sehingga
dapat menunjang adanya
perekonomian masyarakat
dengan memanfaatn
beberapa sumber daya
alam.
Pengolahan industri
bersifat tradisional untuk
industri kecil dan rumah
tangga
Masalah yang timbul adalah
minimnya pengolahan limbah
untuk masing-masing industri
rumah tangga yang dapat
menggangu estetika lingkungan,
Pembuangan limbah industri ke
sungai
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Industri pengolahan ikan
diarahkan kepada
Kecamatan Pasrepan
sebagai pengolahan
perikanan budiday wilayah
pesisir Kabupaten
Pasuruan dan Situbondo
Pengadaan IPAL untuk
industri kecil secara
kolektif dengan industri
lainnya
Pengolahan industri kecil
dan rumah tangga yang
diolah secara komunal
dilengkapi dengan
pengedaan IPAL secara
komunal
Adanya sosialisai kepada
masyarakat untuk tidak
membuang limbah secara
langsung ke sungai, tetapi
melalui IPAL yang diletakkan
agak jauh dari sumber mata air
Limbah pengolahan industri ikan
diproses dahulu dengan
menggunakan IPAL dan
pembuangannya dilakukan ke
laut atau sungai air tawar dan
dipastikan tidak ada kandungan
zat berbahaya lagi
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 28
T
h
r
e
a
t
Persaingan antara industri
kecil di Pasrepan dan
industri di Paiton karena
Paiton merupakan pusat
industri
Adabya strategi pengelolaan
dan pemasaran yang
dilakukan pada Kecamatan
Pasrepan
Industri yang ditekuni pada
Kecamatan Pasrepan lebih
pada industri yang
tradisonal, sehingga aman
untuk hasil produknyadan
tidak terlalu mahal
Ada perbaikan pada sistem
pengolahan limbah untuk
lingkunga sekitar dan pemasaran
lokal hingga regional ke
Kabupaten PAsuruan.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
F Analisis SWOT Ruang Terbuka Hijau
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk ruang terbuka hijau di Kecamatan
Pasrepan.
Tabel 5.18. Analisis SWOT Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Masih memungkinkan adanya
pengembangan kawasan RTH
untuk kawasan pendidikan
karena KDB yang diterapkan
antara 0,45-0,50
-untuk pemenuhan kebutuhan
RTH perumahan belum
terpenuhi karena kepadatan
bangunan dan tidak setiap
rumah memiliki RTH karena
tidak adanya kebijakan daerah
yang mengatur
Perubahan fungsi lahan untuk
RTH sepadan sungai menjadi
kawasan terbangun, kuantitas
dan kualitas vegetasi masih
terbatas
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Pelestarian ruang
terbuka hijau atau
hutan kota yang
menjadi salah satu
kawasan strategis
Kabupaten Pasuruan
karena Kecamatan
Pasrepan nantinya
akan berubah
menjadi Kecamatan
Pasrepan dengan
minimal memiliki
40% RTH.
Penetapana kawasan yang
diperuntukkan untuk kawasan
RTH seluas 818, 303, dengan
kawasan wajib seperti alun-alun,
hutan bokem, RTH fasilitas
umum, terutama untuk industri,
dan halur hijau.
Adanya kebijakan tertentu yang
mengatur adanya luasan RTH
untuk Kecamatan Pasrepan pada
masing-masing sarana.
Pengadaan program penanaman
1000 pohon dan peringatan earth
day dengan membagi bibit
pohon pada tiap lingkungan
rumah tangga.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 29
T
h
r
e
a
t
Banyak masyarakat
yang menjual lahan
pertanian dan kebun
yang dimanfaatkan
sebagai permukiman
dan perdagangan
dengan nilai jula
yang tinggi atau
sebaliknya
Kurangnya
penetapan dari dinas
terkait mengenai
kawasan lindung dan
budidaya yang boleh
dimanfaatkan oleh
masyarakat
Adanya penetapan lahan RTH
lindung dan budidaya, dan
pemberian sanksi kepada
masyarakat yang
mengalihfungsikan kawasan
tersebut
Penetapan IMB untuk
pengalihfungsian RTH menjadi
kawasan terbangun
Sumber: Hasil Analisis, 2013
G Analisis SWOT Kawasan Rawan Bencana
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen kawasan rawan bencana di
Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.19. Analisis SWOT Kawasan Rawan Bencana
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Pengelolaan daerah tangkapan
air dengan rehabilitasi hutan dan
lahan yang rusak serta
konservasi lahan dan air
Rawan banjir akibat penyediaan
jaringan drainase yang
memanfaatkan jaringan irigasi,
fungsi dan proporsi jaringan
irigasi ini tidak sesuai karena
letaknya diatas permukaan jalan
Tidak ada penanda atau batas
antara daerah rawan bencana
dan daerah aman.
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Adanya peraturan
yang mengatur
sepadan pantai dan
sungai oleh
Pemerintah
Kabupaten Pasuruan
Adanya pengadaan
penanaman kembali
hutan dan RTH
sepadan sungai oleh
Dinas Perhutani
Penegasan kebijakan sepadan
sungai dan penanaman kembali
hutan dan RTH sepadan sungai
dan pemanfaatan air sungai untuk
irigasi tambak
Penegasan dan pelaksaan
kebijakan pengaturan sepadan
sungai dan sepdan pantai dengan
membangun kawasan RTH
dengan memberikan batas
anatara kawasan aman dan rawan
bencana
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 30
T
h
r
e
a
t
Kurangnya
sosialisasi
mengenai manfaat
hutan untuk
mencegah bencana
alam oleh Dinas
Kehutanan
Tidak adanya lahan
yang mampu dibeli
atau digunakan
masyarakat untuk
digunakan sebagai
permukiman,
sehingga mereka
menggunakan lahan
ilegal
Pemantauan dari
dinas teraikt yang
kurang maksimal
dan pemberian
sanksi kepada
masyarakat
sepantasnya
Penghimbauan kepada
masyarakat untuk memanfatkan
cekungan yang ada di dataran
untuk daerah tambak atau tadah
hujan irigasi pertanian
Pengadaan program reboisasi atau
penanaman 1000 pohon yang
diikuti oleh pemerintah dan
masyarakat
Penetapan secara tersirat kepada
masyarakat dari Dinas
Kehutanan bahaya banjir dan
abrasi pantai serta faktor
penyebabnya, serta penyelasan
mengenai sanksi yang diterapkan
apabila melanggar
Sumber: Hasil Analisis, 2013
H Analisis SWOT Fasilitas Umum
Analisis SWOT terkait Fasilitas Umum yang terdapat di kawasan perencanaan, yaitu
Kecamatan Pasrepan dibagi ke dalam beberapa sebaran fasilitas meliputi fasilitas
pendidikan, fasilitas peribadatan dan fasilitas kesehatan.
H1 Analisis SWOT Pendidikan
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk sebaran fasilitas pendidikan di
Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.20. Analisis SWOT Fasilitas Pendidikan
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Kawasan pendidikan di sekitar
Jalan Arteri Primer memiliki
lokasi yang strategis dan judah
di jangkau oleh masyarakat
Belum meratanya persebaran
pendidikan dasar, SD, pada
setiap desa/keluarahan sebagai
dasar program wajib belajar 9
tahun
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 31
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Pengembangan
pondok pesantren
Persebaran sarana pendidikan dan
pondok pesantren diiringi dengan
pengadaan fasilitas lainnya,
seperti perpusatakaan dan
lapangan olahraga
Pengadaan sarana pendidikan
ditunjang dengan pengadaan
perpusatakaan umum Kecamatan
Pasrepan
Peningkatan kualitas saran
pendidikan unggulan untuk
meningkatkan skala pelayanan
dan peningkatan kualitas pondok
pesantren dari sisi pendidikan
yang dapt digunakan sebagai
pembelajaran wisata religi
Pengembangan fasilitas
pendidikan tidak hanya
dilakukan untuk sekolah
unggulan saja tetapi juga untuk
kawasan yang membutuhkan
pendidikan
Pengembangan pendidikan
unggulan diiringi dengan usaha
untuk memberikan solusi untu
tidak menimbulkan kemacetan
dengan penertiban jam-jam
tertentu penjemputan
T
h
r
e
a
t
Kecenderungan
masyarakat untuk
memberikan
pendidikan di
Kabupaten Pasrepan
karena fasilitas dan
kualitas yang lebih
baik
Persebaran sarana pendidikan
pada setiap Kelurahan/Desa
ditetapkan standart kualitas dan
pelayanan minimal, sehingga
antar daerah
Penerataan sarana pendidikan di
Kecamatan Pasrepan untuk
pendidikan dasar, SD
Peningkatan kualitas pendidikan
SMP SMA dan akademik untuk
memberikan kepercayaan kepda
masyarakat bahwa pendidikan di
Kecamatan Pasrepan lebih baih
Sumber: Hasil Analisis, 2013
H2 Analisis SWOT Peribadatan
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen fasilitas peribadatan di
Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.21. Analisis SWOT Fasilitas Peribadatan
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Tersebarnya fasilitas peribadatan
di Kecamatan Pasrepan yang
mayoritas Masjid.
Kurang meratanya fasilitas
peribadatan yang disesuaikan
dengan skala kebutuhan
masyarakat
Kecenderungan pengadaan
fasilitas peribadatan di
sepanjang jalan arteri karena
akan menambah kepadatan
penduduk dan ketidak
nyamanan untuk masyarakat
dalam beribadah
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 32
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Pengembangan
kawasan peribadatan
skala wilayah
regional dengan
fasilitas
pengembangan
berupa masjid utama
besar, islamic center,
gereja, pura dan
vihara sehingga
semua pemeluk
agama dapat terlayani
dengan baik
Pengembangan Masjid sebagai
fasilitas peribadatan agama islam
yang dapat dimanfaatkan untuk
skala regional
Pengadaan fasilitas peribadatan
disesuaikan dengan kondisi
intensitas kepadatan bangunan
dan kebutuhan masyarajat
T
h
r
e
a
t
Banyaknya
masyarakat yang
membangun
peribadatan secara
individual, sehingga
kuantitas sangat
melebihi ambang
skala pelayanan
Adanya kebijakan dari dinas
terkait untuk meninjau terlebih
dahulu apakah perlu dibangunnya
fasilitas peribadatan(mushola)
Pengadaan fasilitas peribadatan
(mushola) diperbolehkan untuk
kawasan yang berada di serah
pinggiran dan kawasan
penyangga
Sumber: Hasil Analisis, 2013
H3 Analisis SWOT Kesehatan
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk fasilitas kesehatan di Kecamatan
Pasrepan.
Tabel 5.22. Analisis SWOT Fasilitas Kesehatan
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Memiliki beberapa fasilitas
kesehatan sebagai berikut, yaitu:
8 unit Polindes
72 Posyandu
Kurang baiknya aksesbiltas di
beberapa Polindes karena
lokasinya berada di dataran
tinggi.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 33
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Adanya kebijakan
untuk pengembangan
Pengembangan rumah sakit
Bersalin dibangun pada kawasan
yang belum terlayani
Pengadaan rumah sakit
diletakkan pada kawasan yang
minim fasilitas kesehatan, seperti
kawasan yang belum terlayani
puskesmas
Lokasi rumah sakit Bersalin
yang akan dibangun diletakkan
pada kondisi yang tenag, jauh
dari jalan arteri primer
T
h
r
e
a
t
Adanya biaya yang
tidak dapat dijangkau
oleh sebagian
masyarakat.
Pembatasan ijin untuk membuka
fasilitas kesehatan terutama yang
bersifat perseorangan.
Pengadaan fasilitas kesehatan
satu atap, dimana beberapa
praktek dapat bergabung dengan
apotek, atau praktek dokter
dilakukan di rumah sakit atau
puskesmas saja untuk
mengurangi adanya tata guna
lahan berlebihan
Sumber: Hasil Analisis, 2013
5.1.2.7 Analisis SWOT Jaringan Utilitas
Analisa SWOT untuk elemen jaringan utilitas di wilayah Kecamatan Pasrepan akan
dibedakan ke dalam beberapa pembahasan, yaitu sistem jaringan listrik, jaringan air bersih,
jaringan telekomunikasi, jaringan drainase, jaringan limbah dan sistem persampahan
A Analisis SWOT Jaringan Listrik
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen kawasan rawan bencana di
Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.23. Analisa SWOT Jaringan Listrik
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Kebutuhan listrik sudah
terlayani
semakin banyak pengguna
listrik baru di wilayah
Kecamatan Pasrepan
Daerah dengan medan sulit
masih kurang pelayanan
listriknya.
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Adanya penambahan daya
dengan menggunakan
PLTD GRATI
Memberikan pelayan yang
lebih baik dalam
penyediaan jaringan listrik
Memberikan layanan
listrik gratis untuk daerah-
daerah terpencil dan
penggalakan program
listrik untuk semua
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 34
T
h
r
e
a
t
Membuat permukiman liar
di sekitar Gardu Induk
sulit diberantas/dicegah
Memberlakukan peraturan
agar letat SUTET jauh
dari permukiman. Dan
memeberi sanksi apabila
terdapat permukiman-
permukiman liar di sekitar
SUTET.
Penyediaan SUTET yang
untuk daerah-daerah
tertentu saja, untuk daerah
dengan jumlah penduduk
sedikit digunakan tiang
listik demi keamanan dan
hemat biaya
Sumber: Hasil Analisis, 2013
B Analisis SWOT Jaringan Air Bersih
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen sistem jaringan air bersih di
Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.24. Analisis SWOT Jaringan Air Bersih
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Kualitas air di Kecamatan
Pasrepan masih baik.
Jumlah Kran umum yang
kurang menyebabkan
warga yang tidak
terjangkau air bersih
kesuliatn dala
mendapatkan air.
Pemanfaatan air sungai
untuk konsomsi
masyarakat naumn
sifatnya periodek
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Kebijakan Pengelolaan
sumber daya air
dilaksanakan dengan
memperhatikan
keserasian antara
konservasi dan
pendayagunaan.
Memberikan pelayanan
terbaik dalam penyediaan
jaringan air bersih.
Menggalakkan program
pelestarian hutan demi
menjaga ketrsediaan air
bersih yang baik.
Penambahan jumlah kran-
kran umum di tempat-
tempat umum serta daerah
jauh dari sumber air.
T
h
r
e
a
t
Adanya pemikiran lebih
murah memakai sumur
tanah daripada
menggunakan PDAM
Kegiatan industri,
penebangan hutan dan
tambang liar yang merusak
hilir dan hulu sungai sulit
dikendalikan dan diawasi
Menghimbau masyarakat
untuk menggunakan air
PDAM karena pengadaan
sumur nantinya berdampak
pada penurunan
permukaan tanah.
Pembuatan tandon umum
dengan air PDAM
sehingga warga tidak harus
membuat sumur tanah.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 35
C Analisis SWOT Jaringan Telekomunikasi
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen Jaringan Telekomunkasi di
Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.25. Analisis SWOT Jaringan Telekomunikasi
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Pelayanan telekomunikasi
ini sudah menjangkau
semua wilayah Perkotaan
Kualitas jaringan yang
masih kurang dan letak
BTS yang berada di
kawasan permukiman
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
Arahan peningkatan
jaringan telekomunikasi
sesuai standart nasional
yang menjangkau wilayah
Kecamatan Pasrepan
Memberikan pelayanan
yang lebih baik dalam
pengadaan jaringan
telekomunikasi
Menindak tegas provider
yang meletakkan BTS di
sekitar permukiman
T
h
r
e
a
t
Biaya mahal dalam
penyediaan sarana
telekomunikasi membuat
enggan penyedia dalam
penyediaan sarana
telekomunikasi di daerah
dengan potensi pengguna
rendah
Memberikan fasilitas
telpon umum di daerah
dengan populasi sedikit
atau medan sulit.
Pengoptimalan letak-letak
BTS sehingga cakupannya
lebih luas.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
D Analisis SWOT Jaringan Drainase
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen jaringan drainase di
Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.26. Analisis SWOT Jaringan Drainase
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Kondisi drainase di
beberapa daerah sudah
baik, tertutup, dan lebar.
Jaringan Drainase masih
sangat sederhana
Terdapat sampah-sampah
di sepanjang saluran
Drainase
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Kebijakan meningkatkan
kapasitas dan kualitas
pelayanan utilitas kota (jalan,
persampahan, air bersih,
drainage) sesuai standar
nasional.
Memberlakukan proyek
pengadaan drainase pada
tiap-tiap ruas jalan yang
ada di perkotaan.
Meningatkan kualitas dan
kapasitas jaringan
Drainase yang sudah ada
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 36
T
h
r
e
a
t
Permukiman yang tidak
teratur akan sulit dalam
pengembangan jaringan
utilitas
Menindak tegas para
perusak-perusak alam
demi menjaga kelestarian
lingkungan.
Mencanangkan program
pengadaan hutan kota
demi menciptakan ruang
terbuka hijau yang luas
demi mecegah terjadinya
banjir.
Mencanangkan program
kebersihan daerah untuk
meminimalisasi tidak
berfungsinya drainase dan
sungai-sungai kecil.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
E Analisis SWOT Jaringan Limbah
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen jaringan air limbah di
Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.27. Analisis SWOT Jaringan Air Limbah
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Instalasi pembuangan
limbah di kawasan
Perkotaan lebih baik
daripada di daerah-daerah
pinggiran.
Masih banyak yang
membuang limbah
langsung ke sungai
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Rencana Sistem
Pengelolaan Limbah
Pemberlakuan wajib IPAL
bagi industri-industri
Mempercepat
pembangunan pusat
pengolahan limbah dan
pengoptimalan fungsi dari
pusat pengolaha lmbah
T
h
r
e
a
t
Industri-industri enggan
mengeluarkan tambahan biaya
untuk instalasi limbah
- Mencabut izin operasi
bagi industri-industri
yang tidak menyediakan
saluran limbah.
Memberikan sanksi atau
denda untuk pelaku yang
terbukti membuang limbah
beracun ke sungai
Sumber: Hasil Analisis, 2013
F Analisis SWOT Jaringan Persampahan
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen sistem persampahan di
Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.28. Analisis SWOT Sistem Persampahan
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Penduduk sudah mau
mengolah sampahnya
sendiri
Kegiatan pedagangan dapat
mematikan perekonomian
pertanian karena
pengalihfungsian
penggunaan lahan dari
pertanian menuju
perdagangan.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 37
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Adanya pengembangan
pasar Agropolitan di Desa
Pasrepan.
Pengoptimalan
pengembangan jaringan
persampahan dengan
ditambah peran
masyarakat sehingga
program kota bersih
dapat terlaksanan.
Meningkatkan kualitas dan
kapasitas fasilitas pengolah
sampah di Pasrepan.
T
h
r
e
a
t
Aksesbilitas perdagangan
skala desa tidak dapat
tersalurkan dengan cepat
dan baik
Melakukan sosialisasi
untuk merubah mainset
penduduk agar dapat
mengolah sampah secara
mandiri
Memaksimalkan peran TPS
dalam pengolahan sampah.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
5.1.2.8 Analisis SWOT Aspek Ekonomi
Analisis SWOT untuk aspek ekonomi dibedakan ke dalam tiga aktivitas
perekonomian utama yang terdapat di Kecamatan Pasrepan, yaitu aktivitas perekonomian
di bidang perdagangan dan jasa, pertanian dan bidang pertambangan
A Analisis SWOT Perdagangan dan Jasa
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen aktivitas perekonomian
perdagangan dan jasa di Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.29. Analisis SWOT Aktivitas Perekonomian Perdagangan dan Jasa
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Perdagangan dan jasa skala
regional di sepanjang jalan
berada di Jalan Raya Pasrepan.
Terdapat perdagangan skala
kawasan dan lingkungan
Kegiatan pedagangan dapat
mematikan perekonomian
pertanian karena
pengalihfungsian penggunaan
lahan dari pertanian menuju
perdagangan.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 38
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Adanya
pengembangan pasar
Agropolitan di Desa
Pasrepan.
Penyediaan kawasan PKL sebagai
perdagangan skala Pasrepan dan
program tertib PKL.
Adanya kebijakan perijinan IMB
untuk memberikan ijin hanya
pada kawasan-kawasan
perdagangan tertentu
Adanya penertiban PKL dan
relokasi PKL
T
h
r
e
a
t
Aksesbilitas
perdagangan skala
desa tidak dapat
tersalurkan dengan
cepat dan baik
Kebijakan pemerintah adanya
tarif pajak untuk perdagangan
skala regional lebih mahal
dibandingkan dengan
perdagangan skala kawasan yang
disesuiakan dengan pendapatan
Tarif sewa atau pajak diseuaikan
dengan peruntukan skala
perdagangan
Adanya kerjasama dengan Dinas
Bina Marga dalam distribusi
barang untuk kawasan pedesaan,
sehingga dapat terlayani semua
Tarif sewa atau pajak untuk
relokasi PKL ditetapkan murah
dengan syarat pedagang PKL
gotong royong membangun
daerah tersebut, sehingga
memiliki rasa memiliki dan
dapat merawat
Sumber: Hasil Analisis, 2013
B Analisis SWOT Pertanian
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen aktivitas perekonomian di
bidang pertanian di Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.30. Analisis SWOT Aktivitas Perekonomian Bidang Pertanian
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Memiliki lahan pertanian yang
cukup luas
Berkurangnya produktivitas
pertanian akibat adanya
pengalihfungsian tata guna
alahan kawasan permukiman
dan perdagangan.
Kurangnya pembinaan
Kurangnya modal bagi petani
Kurangnya sisteminformasi
pasar sehingga petani tidak
memiliki hak tawar
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 39
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Pengembangan
strategi pemasaran
produk unggulan
Penyuluhan dan
pendampingan
petani
Peningkatan
peran/revitalisasi
KUD
Peningkatan produktivitas
pertanian yang didukung dengan
penyuluhan tata dan
pendampingan petani tentang cara
bercocok tanam yang baik
Peningkatan peran KUD, dapat
membantu mempermudah
menjual produksi petani dan
pendapatan petani.
Peningkatan produktivitas
pertanian dapat didukung dengan
penyediaan kebutuhan alat,
pupuk, dan bibit
adanya program pengembangan
strategi, penyuluhan, dan
pendampingan selain untuk
bertukar pengetahuan, juga
membantu petani dalam
memecahkan masalaha
peningkatan peran KUD untuk
membantu memasarkan hasil
pertanian dengan harga yang
sesuai dengan kondisi petani dan
adanya peminjaman modal usaha
pertanian tanpa adanya bunga.
Adanya sistem informasi pasar
yang dsediakan oleh KUD agar
petani mengetahui berapa harga
pasaran yang terjadi
T
h
r
e
a
t
Penyuluhan dan
pendampingan
petani
Adanya hama yang
mepengaruhi tingkat
produktifitas
Adanya kerjasama antara Dinas
Pertanian dengan dinas Bina
Marga untuk peningkatan
aksesbilitas sebagai penunjang
adanya peningkatan produktivitas
sebagai daerah ketahanan pangan
Melakukan pembinaan oleh
Dinas Pertanian mengenai
macam-macam jenis hama, cara
membasmi, dan pemberian obat
anti hama sesuai dengan kadar
sehingga dapat menjaga
kesuburan tanah
Sumber: Hasil Analisis, 2013
C Analisis SWOT Pertambangan
Berikut di bawah ini adalah tabel analisis SWOT untuk elemen aktivitas perekonomian di
bidang pertambangan di Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.31. Analisis SWOT Aktivtias Perekonomian Bidang Pertambangan
Internal
Eksternal
Internal Audit
Strength Weakness
Pertambangan dilakukan oleh
Perusahaan-Perusahaan Besar
Ekploitasi sumber daya alam
yang terlalu banyak
menyebabkan perubahan
morfologi sungai pada saat
penggalian batu kali dan pasir
Sulitnya pencegahan kegiatan
pertambangan, sehingga
semakinbanyak lingkungan
yang rusak
E
x
t
e
r
n
a
l
A
u
d
i
t
O
p
p
o
r
t
u
n
i
t
y
Sebagai daerah
strategis dari sudut
kepentingan
pertumbuhan
perekonomian
pertambangan pasir
Sosialisasi
pemerintah untuk
cara penambang dan
perbaikan distribusi
pertambangan
Adanya kebijakan dari pemerintah
untuk menentukan titik-titik
lokasi penambangan
Tetap mempertahankan sistem
tradisional dengan
mengoptimalkan pada sistem
distribusi yang baik
Pemberian sosialisasi pada
masyarakat titik-titik lokasi
rawan abrasi dan longsor, dan
bahaya bencana tersebut.
Adanya ketentuan berapa
kapasitas yang dihasilkan dan
pendaftaran masyarakat yang
melakukan proses penambangan
untuk menghindari adanya
eksploitasi
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 40
T
h
r
e
a
t
Banyaknya pekerja
penambang batu
kali, sehingga
permukaan air
sungai semakin
rendah dan terjadi
kekeringan
Terjadinya banjir,
abrasi sungai dan
longsor saat musim
hujan datang.
Pemanfaatan sungai lainnya untuk
dilakukan penambangan, untuk
mengurangi adanya abrasi sungai.
Sehingga kegiatan penambangan
tetap berjalan.
Pemberlakukan perkerasan pada
dinding-dinding sungai
Pemantauan dan penegasan
untuk masyarakat yang
menambang di kawasan rawan
banjir dan longsor
Adanya perijinan usaha
penambangan, sehingga tidak
banyak pekerja yang melakukan
penambangan
Sumber: Hasil Analisis, 2013
5.1.3 Analisa IFAS EFAS
Analisis IFAS dan EFAS merupakan analisis pengembangan dari analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah metode analisis yang digunakan dalam mengidentifikasi potensi
dan masalah serta digunakan juga sebagai dasar kebijakan dari strategi pengembangan.
Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan dalam
menginterpretasikan suatu wilayah, khususnya pada kondisi yang sangat kompleks dimana
faktor eksternal dan faktor internal memegang peranan yang sama pentingnya. Analisis
SWOT yang digunakan ini bertujuan untuk menentukan arahan-arahan pengembangan
yang akan dilakukan dalam penyusunan kebijakan dan strategi penetapan struktur tata
ruang Kota Negara.
Matriks yang mengkombinasikan unsur-unsur SWOT tersebut dibuat dengan tujuan
untuk mendapatkan masukan-masukan dalam penyusunan kebijakan dan strategi penetapan
struktur tata ruang Kota Negara. Elemen-elemen matriks SWOT ini didapat dari aspek
eksternal dan internal yang mempengaruhi perkembangan Kawasan Perkotaan Negara.
Beberapa matriks SWOT serta analisisnya guna memperoleh arahan-arahan pengembangan
yang efektif dapat dilihat pada tabel 5.52 berikut ini:
Matrik IFAS (Internal Strategic Faktors Analysis Summary)
Analisis IFAS dilakukan terhadap faktor-faktor internal objek yang terdiri dari
kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness). Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Masing-masing faktor diberi faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan
0,0 (tidak penting). Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total
1,00.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 41
2. Rating dihitung untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4
(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi obyek yang bersangkutan.
3. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan dan
peluang) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik). Sedangkan
variabel yang bersifat negatif, jika kelemahannya besar sekali nilainya adalah 4,
sedangkan jika kelemahannya dibawah rata-rata, nilainya adalah 1. Pembagian nilai
rating dibagi menjadi 4, yaitu (Rangkuti, 2001: 22-25):
Sangat Rendah = 1; Nilai rating sangat rendah diberikan pada suatu variabel
apabila kondisi suatu variabel pada lokasi pengaruhnya dianggap paling
kecil.
Rendah = 2; Nilai rating rendah diberikan pada suatu variabel apabila
kondisi suatu variabel pada lokasi pengaruhnya dianggap kecil.
Sedang = 3; Nilai rating sedang diberikan pada suatu variabel apabila
kondisi suatu variabel pada lokasi pengaruhnya dianggap cukup.
Tinggi = 4; Nilai rating tinggi diberikan pada suatu variabel apabila kondisi
suatu variabel pada lokasi pengaruhnya dianggap besar.
4. Skor pembobotan dijumlahkan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi
obyek yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana obyek tertentu
bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.
Matrik EFAS (Internal Strategic Faktors Analysis Summary)
Analisis EFAS dilakukan terhadap faktor-faktor eksternal objek yang terdiri dari
peluang (opportunity) serta ancaman (threat). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Masing-masing faktor diberi faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan
0,0 (tidak penting)
2. Rating dihitung untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4
(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi obyek yang bersangkutan.
3. Bobot dikalikan dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan. Hasilnya
berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi
mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 42
4. Skor pembobotan dijumlahkan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi
obyek yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana obyek tertentu
bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.
Adapun sistem penilaian yang dilakukan adalah memberik an penilaian dalam
bentuk matrik kepada dua kelompok besar yaitu faktor internal (IFAS/Internal Factor
Analysis Summary) yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta
faktor eksternal (EFAS/ External Factor Analysis Summary) yang terdiri dari peluang
(opportunity) dan ancaman (threaten). Dari penilaian berdasarkan IFAS dan EFAS
diketahui posisi obyek penelitian dalam koordinat pada sumbu x dan y, sehingga diketahui
posisinya sebagai berikut (Yoeti, 1996: 143):
1) Kuadran I (Growth), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran ini terdiri
dari dua ruang, yaitu:
a) Ruang A dengan Rapid Growth Strategy, yaitu strategi pertumbuhan aliran
cepat untuk diperlihatkan pengembangan secara maksimal untuk target tertentu
dan dalam waktu singkat.
b) Ruang B dengan Stable Growth Strategy, yaitu strategi pertumbuhan stabil
dimana pengembangan dilakukan secara bertahap dan target disesuaikan
dengan kondisi.
2) Kuadran II (Stability), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran ini
terdiri dari dua ruang, yaitu:
a) Ruang C dengan Agresif Maintenance Strategy dimana pengelola obyek
melaksanakan pengembangan secara aktif dan agresif.
b) Ruang D dengan Selective Maintenance Strategy dimana pengelolaan obyek
dengan pemilihan hal-hal yang dianggap penting.
3) Kuadran III (Survival), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran ini
terdiri dari dua ruang, yaitu:
a) Ruang E dengan Turn Around Strategy, yaitu strategi bertahan dengan cara
tambal sulam untuk operasional obyek.
b) Ruang F dengan Guirelle Strategy, yaitu strategi gerilya, sambil operasional
dilakukan, diadakan pembangunan pemecahan masalah dan ancaman.
4) Kuadran IV (Diversification), adalah kuadran pertumbuhan dimana pada kuadran
ini terdiri dari dua ruang, yaitu:
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 43
a) Ruang G dengan Concentric Strategy dimana strategi pengembangan obyek
dilakukan secara bersamaan dalam satu koordinasi oleh satu pihak.
b) Ruang H dengan Conglomerate Strategy dimana strategi pengembangan
masing-masing kelompok dengan cara koordinasi tiap sektor
5.1.3.1 IFAS EFAS Karakteristik Fisik Kawasan
Pembahasan IFAS EFAS untuk aspek Karakteristik Fisik Kawasan di Kecamatan Pasrepan
dibedakan ke dalam beberapa elemen, antara lain adalah letak geografis, ketinggian,
topografi, jenis tanah, kedalaman efektif tanah, klimatologi dan hidrologi
A IFAS EFAS Letak Geografis
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Karakteristik Fisik Kawasan, dengan elemen Letak Geografis di
wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.32. Matriks IFAS Letak Geografis
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Merupakan jalur
perjalanan wisata ke
arah Gunung Bromo
melalui jalur Puspo
0,60
3
1,80
Total 0,60 1,80
Kelemahan (weakness):
Tipologi kawasan yang
bersifat linier akan
rawan terhadap
kemacetan
0,40
1
0,40
Total 0,60 0,40
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.33. Matriks EFAS Letak Geografis
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Ditetapkan sebagai
kawasan/sentra
agropolitan
0,40
3
1,20
Total 0,40 1,80
Ancanaman (threat):
Aktivitas
pertambangan
Kurang strategis untuk
pengembangan
perdagangan dan jasa
0,40
0,20
2
1
0,80
0,20
Total 0,60 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 44
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,80 0,40
X = 1,40
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,80 0,80
Y = 0,80
Gambar 5.1. Posisi Strategi Letak Geografis Pada Kuadran SWOT
Berdasarkan kuadran strategi analisis IFAS EFAS untuk sektor letak geografis di
Kecamatan Pasrepan, termasuk ke dalam kuadran IB. Dalam hal ini kuadran IB memiliki
tipical pengembangan Stable Growth Strategy yang artinya kawasan akan cenderung
berkembang tanpa adanya campur tangan yang berlebih dalam sebuah aspek tersebut. Hal
ini dikarenakan posisi elemen/aspek kawasan tersebut sudah cukup baik sehingga dapat
berkembang secara perlahan tanpa adanya intervensi-intervensi kebijakan yang intens
B IFAS EFAS Ketinggian
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Karakteristik Fisik Kawasan, dengan elemen Ketinggian Kawasan di
wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.34. Matriks IFAS Ketinggian
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Cocok untuk
dimanfaatkan sebagai
lahan perkebunan
0,60
2
1,20
Total 0,60 1,20
Kelemahan (weakness):
Rawan longsor
0,40
3
1,20
Total 0,60 0,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.35. Matriks EFAS Ketinggian
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 45
Dataran tinggi
memiliki view alam
yang menarik
Dataran tinggi
umumnya memiliki
perbandingan guna
lahan tak terbangun
yang lebih besar
daripada yang
terbangun
0,30
0,40
2
3
0,60
1,20
Total 0,40 1,80
Ancaman (threat):
Aksesibilitas relatif
sulit
0,30
1
0,30
Total 0,60 0,30
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,20 1,20
X = 0,0
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,80 0,30
Y = 0,80
Gambar 5.2. Posisi Strategi Ketinggian Pada Kuadran SWOT
Berdasarkan matriks kuadran SWOT, dipetakan bahwa koordinat sektor ketinggian
kaitannya pada pengembangan kawasan Kecamatan Pasrepan. Dengan memperhatikan
nilai koordinat X dan Y yang memiliki nilai (0,00 dan 0,80) maka hal ini berarti bahwa
letak kuadran ketinggian terletak pada IB.
Sebagaimana yang diuraikan di awak, kuadran IB adalah kuadran yang memiliki
karakteristik stable growth, yang artinya adalah bahwa elemen dalam kuadran ini akan
senantiasa berkembang dengan stabil sesuai dengan kondisi yang ada di sekitarnya.
Sehingga bentuk kebijakan yang paling tepat dan sesuai adalah do nothing sembari wait
and see terkait perkembangan-perkembangan yang ada di dalam sektor tersebut.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 46
C IFAS EFAS Topografi
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Karakteristik Fisik Kawasan, dengan elemen Topografi di wilayah
perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.36. Matriks IFAS Topografi
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Topografi yang datar
diarahkan sebagai
kawasan pertanian
Kawasan berbukit
sebagai kawasan
perkebunan
0,30
0,20
2
2
0,60
0,40
Total 0,50 1,00
Kelemahan (weakness):
Rawan longsor
0,50
3
1,50
Total 0,50 1,50
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.37. Matriks EFAS Topografi
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Dataran tinggi
memiliki view alam
yang menarik
Dataran tinggi
umumnya memiliki
perbandingan guna
lahan tak terbangun
yang lebih besar
daripada yang
terbangun
0,30
0,40
2
3
0,60
1,20
Total 0,70 1,80
Kelemahan (weakness):
Aksesibilitas relatif
sulit
0,30
1
0,30
Total 0,30 0,30
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,00 1,50
X = - 0,50
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,80 0,30
Y = 1,50
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 47
Gambar 5.3. Posisi Strategi Topografi Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi topografi pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu X dengan nilai
0,50 dan nilai Y dengan nilai 1,50. Jika melihat kondisi dari nilai tersebut, dapat
diketahui bahwa kondisi internal kawasan/sektor masih kurang optimal, akan tetapi kondisi
external cukup baik. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan kuadran IIC (Agressive
Maintenance Strategy) atau strategy bertahan dengan mengoptimalkan peluang yang ada.
Lambat laun peluang tersebut diharapkan dapat membantu meminimalisir kelemahan yang
dimiliki.
Adapun peluang yang dimaksud adalah peluang terkait daerah wisata, dengan melakukan
sebuah rintisan kegiatan pariwisata, diharapkan nanti ke depan akan tumbuh infrastruktur-
infrastruktur pengaman dan penunjang yang dapat meminimalisir dampak bencana alam
yang mungkin muncul di wilayah perencanaan.
D IFAS EFAS Jenis Tanah
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Karakteristik Fisik Kawasan, dengan elemen Jenis Tanah di wilayah
perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.38. Matriks IFAS Jenis Tanah
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Bentang alam ini
berkembang menjadi
daerah perkotaan,
permukiman, industri,
persawahan dan
perkebunan Kawasan
berbukit sebagai
kawasan perkebunan
0,20
2
0,40
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 48
Permiabilitasnya lambat
dengan produksifitas
tanah beraneka dari
rendah sampai sedang.
Tingkat produktivitas
sedang, pemanfaatannya
untuk pertanian dan
perkebunan. Sifat
kepekaan terhadap erosi
besar tetapi umumnya
berada pada daerah datar
maka tidak sampai pada
erosi yang lebih lanjut
0,20
2
0,40
Total 0,60 0,80
Kelemahan (weakness):
Untuk kawasan aliran
sepanjang DAS dapat
berpotensi adanya
banjir. Pada lokasi-
lokasi tertentu perlu
adanya kegiatan
pengkonservasian dan
penerapan ketentuan-
ketentuan sehingga
dalam
pengembangannya perlu
disertai pelestarian
lingkungan hidup serta
penjagaan kestabilan
tata air.
0,60
2
1,20
Total 0,60 1,20
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.39. Matriks EFAS Jenis Tanah
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Tanah dapat
dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian karena
tanah subur dan
ditunjang sebagai
kawasan pertanian
Tanah grumosol dapat
dimanfaatkan sebagai
tanah tambah
0,30
0,40
2
3
0,60
1,20
Total 0,70 1,80
Kelemahan (weakness):
Tidak adanya batas
antara jenis tanah
karena tanah alluvial
dan grumosol memiliki
sifat yang berbeda
0,30
1
0,30
Total 0,30 0,30
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 0,80 1,20
X = - 0,40
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,80 0,30
Y = 1,50
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 49
Gambar 5.4. Posisi Strategi Jenis Tanah Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi jenis tanah pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu X dengan
nilai 0,40 dan nilai Y dengan nilai 1,50. Jika melihat kondisi dari nilai tersebut, dapat
diketahui bahwa kondisi internal kawasan/sektor masih kurang optimal, akan tetapi kondisi
external cukup baik. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan kuadran IIC (Agressive
Maintenance Strategy) atau strategy bertahan dengan mengoptimalkan peluang yang ada.
Lambat laun peluang tersebut diharapkan dapat membantu meminimalisir kelemahan yang
dimiliki.
Adapun peluang yang dimaksud adalah peluang terkait daerah wisata, dengan melakukan
sebuah rintisan ke arah pemanfaatan pertaniain, diharapkan nanti ke depan akan tumbuh
infrastruktur-infrastruktur pengaman dan penunjang yang dapat meminimalisir dampak
bencana alam yang mungkin muncul di wilayah perencanaan.
E IFAS EFAS Kedalaman Efektif Tanah
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Karakteristik Fisik Kawasan, dengan elemen Kedalaman Efektif Tanah
di wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.40. Matriks IFAS Kedalaman Efektif Tanah
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Perakaran dapat tumbuh
tanpa hambatan.
0,50
2
1,00
Total 0,50 1,00
Kelemahan (weakness):
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 50
Kedalaman tanah
berkurang akibat
pemanfaatannya sebagai
lahan terbangunan
0,50 2 1,00
Total 0,50 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.41. Matriks EFAS Kedalaman Efektif Tanah
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Pemanfaatan sebagai
air bersih yang
bersumber dari air
tranah (sumur)
0,60
2
1,20
Total 0,60 1,20
Kelemahan (weakness):
Penggunaan pestisida
yang berlebihan dapat
mempengaruhi kualitas
air tanah karena
sebagaian besar
penggunaan lahan
sebagai pertanian
0,40
1
0,40
Total 0,40 0,40
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,00 1,00
X = 0,00
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,20 0,40
Y = 0,80
Gambar 5.5. Posisi Strategi Kedalaman Efektif Tanah Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi kedalaman efektif tanah pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu
X dengan nilai 0,00 dan nilai Y dengan nilai 0,80 Jika melihat kondisi dari nilai tersebut,
dapat diketahui bahwa kondisi internal kawasan/sektor masih kurang optimal, akan tetapi
kondisi external cukup baik. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan kuadran IB
(Stable Growth Strategy) atau strategi berkembang secara bertahap. Hal ini dikarenakan
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 51
bahwa pada dasarnya elemen-elemen internal maupun eksternal kawasan masih cukup
baik, sehingga tidak perlu dilakukan langkah-langkah khusus/intervensi kebijakan. Secara
alami, perkembangan akan berjalan walaupun perlahan.
Adapun peluang yang dimaksud adalah peluang terkait daerah wisata, dengan melakukan
sebuah pengendalian dan pengaturan terkait kecenderungan perubahan guna lahan,
sehingga kedalaman efektif tanah masih dapat terjaga dan pembangunan infrastruktur yang
berjalan di atasnya tidak mengganggu daya dukung lingkungan yang ada tersebut.
F IFAS EFAS Klimatologi
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Karakteristik Fisik Kawasan, dengan elemen Klimatologi di wilayah
perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.42. Matriks IFAS Klimatologi
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Berpotensi kegiatan
pertanian, dengan
memanfaatkan musim
penghujan sebagai
penganti irigasi saat
musim kemarau dengan
sungai tadah hujan.
0,50
2
1,00
Total 0,50 1,00
Kelemahan (weakness):
Pengadaan sistem tadah
hujan belum diterapkan
untuk semua kawasan
pertanian
0,50
2
1,00
Total 0,50 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.43. Matriks EFAS Klimatologi
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Daerah ini cocok untuk
kawasan pertanian dan
perkebunan karena
hujan rata-rata rendah
mendekati sedang
Pertanian
menggunakan irigasi
teknis atau tadah hujan
0,25
0,20
2
2
0,50
0,40
Total 0,45 0,90
Kelemahan (weakness):
Pada musim, mudah
terjadi kekeringan
Berpotensi Angin
Gending karena
0,30
0,25
1
1
0,30
0,25
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 52
terletak antara wilayah
pegunungan dan
wilayah pesisir, karena
itu pada masa
peralihan musim
terjadi angin kencang
yang bertiup dari
Tenggara ke arah Barat
Laut dan bersifat
kering
Total 0,55 0,55
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,00 1,00
X = 0,00
Y = Peluang Ancaman
Y= 0,90 0,55
Y = 0,35
Gambar 5.6. Posisi Strategi Klimatologi Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi klimatology pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu X dengan
nilai 0,00 dan nilai Y dengan nilai 0,35 Jika melihat kondisi dari nilai tersebut, dapat
diketahui bahwa kondisi internal kawasan/sektor masih kurang optimal, akan tetapi kondisi
external cukup baik. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan kuadran IB (Stable
Growth Strategy) atau strategi berkembang secara bertahap. Hal ini dikarenakan bahwa
pada dasarnya elemen-elemen internal maupun eksternal kawasan masih cukup baik,
sehingga tidak perlu dilakukan langkah-langkah khusus/intervensi kebijakan. Secara alami,
perkembangan akan berjalan walaupun perlahan.
Adapun peluang yang dimaksud adalah peluang terkait pengembangan kawasan pertanian,
dengan melakukan sebuah pendekatan pola tanam terhadap perubahan musim, sehingga
produk-produk pertanian masih terjaga dan pembangunan infrastruktur yang berjalan di
atasnya tidak mengganggu daya dukung lingkungan yang ada tersebut.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 53
G IFAS EFAS Hidrologi
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Karakteristik Fisik Kawasan, dengan elemen Hidrologi di wilayah
perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.44. Matriks IFAS Hidrologi
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Dilewati oleh beberapa
DAS
Sumber hidrologi
pertanian ada pada DAS,
sedangkan untuk
pertambangan ada pada
air tawar dan air laut
0,20
0,30
2
3
0,40
0,90
Total 0,50 1,30
Kelemahan (weakness):
Saat musim kemarau,
sungai kecil tidak dilalui
air, sedangkan sungai
besar dilalui air
sepanjang tahun
Kemiringan terlalu
datar, sehingga perlu
diperhatikan potensi
genangan, sehingkan
perlu adanya tangkapan
dan perbaikan drainase
dan lingkungan
0,40
0,10
2
2
0,80
0,20
Total 0,50 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.45. Matriks EFAS Hidrologi
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Pemanfaatan sebagai
irigasi pertanian dan
perkebunan
Masyarakat dapat
menggunakan air tanah
sebagai air bersih
0,35
0,20
2
2
0,70
0,40
Total 0,55 1,10
Kelemahan (weakness):
Pada musim, mudah
terjadi kekeringan
Berpotensi Angin
Gending karena
terletak antara wilayah
pegunungan dan
wilayah pesisir, karena
itu pada masa
peralihan musim
terjadi angin kencang
yang bertiup dari
Tenggara ke arah Barat
0,20
0,25
1
1
0,20
0,25
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 54
Laut dan bersifat
kering
Total 0,45 0,45
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,30 1,00
X = 0,30
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,10 0,45
Y= 0,65
Gambar 5.7. Posisi Strategi Hidrologi Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi hidrology pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu X dengan
nilai 0,30 dan nilai Y dengan nilai 0,65. Jika melihat kondisi dari nilai tersebut, dapat
diketahui bahwa kondisi internal kawasan/sektor masih kurang optimal, akan tetapi kondisi
external cukup baik. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan kuadran IB (Stable
Growth Strategy) atau strategi berkembang secara bertahap. Hal ini dikarenakan bahwa
pada dasarnya elemen-elemen internal maupun eksternal kawasan masih cukup baik,
sehingga tidak perlu dilakukan langkah-langkah khusus/intervensi kebijakan. Secara alami,
perkembangan akan berjalan walaupun perlahan.
Adapun peluang yang dimaksud adalah peluang terkait pengembangan kawasan pertanian,
dengan melakukan sebuah pendekatan pola tanam terhadap perubahan musim, sehingga
produk-produk pertanian masih terjaga dan pembangunan infrastruktur yang berjalan di
atasnya tidak mengganggu daya dukung lingkungan yang ada tersebut.
5.1.3.2 IFAS EFAS Penggunaan Lahan
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan
metode IFAS EFAS untuk Aspek Penggunaan Lahan di wilayah perencanaan, dalam hal
ini adalah Kecamatan Pasrepan.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 55
Tabel 5.46. Matriks IFAS Penggunaan Lahan
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Kecamatan Pasrepan
sebagai lumbung padi
untuk memasok
kebutuhan beras bagi
Kabupaten Pasuruan
atau Kecamatan
Pasrepan itu sendiri
dikarenakan Kecamatan
Pasrepan memiliki Luas
Lahan Pertanian yang
luas.
0,50
2
1,00
Total 0,50 1,00
Kelemahan (weakness):
Sebagai Kabupaten
Pasuruan sudah pasti
luas lahan untuk
kebutuhan bangunan
meningkat pesat
sehingga menggerus
luas dari lahan-lahan
pertanian
0,50
1
0,50
Total 0,50 0,50
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.47. Matriks EFAS Penggunaan Lahan
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Pengembalian fungsi
dari tegalan menjadi
hutan lindung
Arahan pengelolaan
kawasan Kecamatam
Pasrepan dengan
kebijakan
mengendalikan
konversi kawasan
pertanian beririgasi
teknis menjadi
kawasan permukiman
dan perkotaan.
Kecamatan Pasrepan
diperuntukkan untuk
kawasan pertanian
dengan rencana
pengembangan sawah
irigasi teknis
0,30
0,20
0,10
2
2
2
0,60
0,40
0,20
Total 0,60 1,20
Ancanaman (threat):
Pada musim, mudah
terjadi kekeringan
Berpotensi Angin
Gending karena
terletak antara wilayah
pegunungan dan
wilayah pesisir, karena
0,20
0,20
2
1
0,40
0,20
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 56
itu pada masa
peralihan musim
terjadi angin kencang
yang bertiup dari
Tenggara ke arah Barat
Laut dan bersifat
kering
Total 0,40 0,60
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,00 0,50
X = 0,50
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,20 0,60
Y= 0,60
Gambar 5.8. Posisi Strategi Penggunaan Lahan Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Penggunaan Lahan pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu X
dengan nilai 0,50 dan nilai Y dengan nilai 0,60. Jika melihar dari kondisi nilai tersebut,
dapat diketahui bahwa kondisi internal kawasan dan eksternal sama-sama memadai. Hal ini
berarti pengembangan kawasan dapat dilaksanakan dengan cepat sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan yang ada di lapangan. Jika melihat kondisi dari nilai tersebut, dapat
diketahui bahwa kondisi internal kawasan/sektor masih kurang optimal, akan tetapi kondisi
external cukup baik. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan kuadran IB (Stable
Growth Strategy) atau strategi berkembang secara bertahap. Hal ini dikarenakan bahwa
pada dasarnya elemen-elemen internal maupun eksternal kawasan masih cukup baik,
sehingga tidak perlu dilakukan langkah-langkah khusus/intervensi kebijakan. Secara alami,
perkembangan akan berjalan walaupun perlahan.
Adapun peluang yang dimaksud adalah peluang terkait pengembangan kawasan pertanian,
dengan melakukan sebuah pendekatan pola tanam terhadap perubahan musim, sehingga
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 57
produk-produk pertanian masih terjaga dan pembangunan infrastruktur yang berjalan di
atasnya tidak mengganggu daya dukung lingkungan yang ada tersebut.
5.1.3.3 IFAS EFAS Kependudukan
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan
metode IFAS EFAS untuk Aspek Kependudukan, di wilayah perencanaan, dalam hal ini
adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.48. Matriks IFAS Kependudukan
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Kecamatan Pasrepan
untuk laju maupun
persebaran penduduknya
hampir merata di setiap
desa/kelurahan sehingga
dapat dikatakan
perkembangannya
merata di setiap daerah.
Jumlah penduduk laki-
laki dan perempuan
yang hampir sama
sangat menguntungkan
karena proporsi
angkatan kerja laki-laki
dan wanita dapat
berimbang sehingga
jenis-jenis industri,
perkantoran,
perdagangan jasa dapat
bevariasi menyesuaikan
angkatan kerja.
Wilayah Kecamatan
Pasrepan memiliki laju
migrasi baik datang ke
Kecamatan Pasrepan
atau pergi ke
Kecamatan Pasrepan
dengan jumlah yang
seimbang. Hal ini
mengindikasikan bahwa
wilayah Kecamatan
Pasrepan cenderung
stagnan dalam jumlah
penduduk sehingga
ledakan penduduk dapat
dicegah.
Penduduk usia produktif
cenderung setara untuk
tiap umur.
0,10
0,10
0,20
0,10
2
3
1
3
0,40
0,30
0,20
0,30
Total 0,50 1,20
Kelemahan (weakness):
Jumlah penduduk yang
menurun dapat menjadi
penghambat bagi
0,10
2
0,20
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 58
perkembangan
Kecamatan Pasrepan.
Penduduk Kecamatan
Pasrepan lebih banyak
didominasi penduduk
usia tua (65+) sehingga
beban tanggungan
angkaan kerja akan lebih
berat.
Proporsi tingkat
pendidikan yang lebih
banyak tamat SD
membuat penduduk
Kecamatan Pasrepan
dapat dikatakan kurang
dalam segi pendidikan.
Banyaknya buruh tani
mengakibatkan
pendapatan penduduk
Kecamatan Pasrepan
kurang atau dibawah
standart.
0,10
0,10
0,20
1
1
3
0,10
0,10
0,60
Total 0,50 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.49. Matriks EFAS Kependudukan
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Arahan pendistribusian
persebaran penduduk
sesuai dengan
kebijakan pusat-pusat
pelayanan.
Arahan pemerataan
persebaran penduduk
dengan perbaikan
sarana-prasarana dan
infrastruktur di
kawasan perdesaan
atau kawasan kurang
berkembang guna
mengurangi urbanisasi.
Kebijakan
penanggulangan
kemiskinan dan
pengangguran dengan
peningkatan kualitas
sumberdaya manusia
(SDM) ditandai
menurunnya angka
buta aksara dan
meningkatnya jenjang
sekolah yang
ditempuh. Dengan
demikian indeks
pembangunan manusia
(IPM) pada kurun
waktu 20 tahun
mendatang meningkat.
0,10
0,05
0,10
2
3
2
0,20
0,15
0,20
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 59
Arahan Peningkatan
Mutu dan Relevansi
Pendidikan di
Kecamatan Pasrepan.
Rencana Strategi
perluasan dan
pemerataan
kesempatan
memperoleh
pendidikan yang
bermutu.
Rencana peningkatan
kualitas pelayanan
bagi umat beragama
dalam melaksanakan
ajaran agama
0,10
0,05
0,10
1
1
2
0,10
0,05
0,20
Total 0,50 0,90
Ancanaman (threat):
Terdapat pusat-pusat
pelayanan diluar
kecamatan Pasrepan
yang mendorong
penduduk pindah ke
daerah lain.
Laju penduduk dari
desa di luar wilayah
Pasrepan yang datang
ke Kecamatan
Pasrepan memicu
urbanisasi tetap tinggi.
Ketersediaan lahan
pertanian yang luas
menjadikan penduduk
memilih bekerja
sebagai petani
daripada bersekolah.
Kualitas tenaga
maupun peserta didik
yang semakin lama
semakin berkurang.
Adanya sekolah-
sekolah yang
mewajibkan membayar
biaya sekolah yang
tinggi membuat
penduduk enggan
bersekolah
Tergusurnya peran
tempat ibadah dengan
adanya mall/pusat
perbelanjaan sehingga
orang-orang lebih
sering ke mall daripada
ke tempat ibadah.
0,10
0,10
0,05
0,05
0,05
0,15
2
2
1
1
1
2
0,20
0,20
0,05
0,05
0,05
0,30
Total 0,50 0,85
Sumber: Hasil Analisis, 2013
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 60
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,20 1,00
X = 0,20
Y = Peluang Ancaman
Y= 0,90 0,85
Y= 0,05
Gambar 5.9. Posisi Strategi Kependudukan Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Kependudukan pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu X
dengan nilai 0,20 dan nilai Y dengan nilai 0,05. Jika melihar dari kondisi nilai tersebut,
dapat diketahui bahwa kondisi internal kawasan dan eksternal sama-sama memadai. Hal ini
berarti pengembangan kawasan dapat dilaksanakan dengan cepat sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan yang ada di lapangan. Jika melihat kondisi dari nilai tersebut, dapat
diketahui bahwa kondisi internal kawasan/sektor masih kurang optimal, akan tetapi kondisi
external cukup baik. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan kuadran IA (Rapid
Growth Strategy) atau strategi berkembang secara bertahap. Hal ini dikarenakan bahwa
pada dasarnya elemen-elemen internal maupun eksternal kawasan masih cukup baik,
sehingga tidak perlu dilakukan langkah-langkah khusus/intervensi kebijakan. Secara alami,
perkembangan akan berjalan walaupun perlahan.
Adapun peluang yang dimaksud adalah peluang terkait aspek kependudukan, adalah
dengan menjaga keseimbangan jumlah penduduk dengan daya dukung kawasan yang ada.
Dalam hal ini praktek KB, sosialisasi inventarisir data kependudukan menjadi hal yang
perlu dilaksanakan
5.3.1.4 IFAS EFAS Transportasi
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan
metode IFAS EFAS untuk Aspek Transportasi, di wilayah perencanaan, dalam hal ini
adalah Kecamatan Pasrepan.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 61
Tabel 5.50. Matriks IFAS Transportasi
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Semua fungsi jaringan
jalan terdapat di
Kecamatan Pasrepan
Semua kecamatan/desa
terlayani dengan
perkerasan aspal
Sebagian besar koridor
jalan memiliki jalur
hijau yang berfungsi
sebagai penyerap polusi
CO2
Rambu-rambu lalu lintas
terpasang pada titik
strategis
Lampu lalu lintas berada
pada perempatan yang
memiliki tingkat
bangkitan tarikan tinggi
Marka jalan tersebar
hingga jalan lokal,
seperti garis continue
dan garis putus-putus
dan pemerintahan
0,20
0,10
0,05
0,05
0,05
0,05
2
3
1
1
1
2
0,40
0,30
0,05
0,05
0,05
0,10
Total 0,50 0,95
Kelemahan (weakness):
Persebaran sarana lebih
megacu pada jalan yang
memiliki fungsi jalan
arteri, sehingga
persebarannya tidak
merata
Kondisi jalan semakin
kecil hirarkinya,
semakin jelek
kondisinya
Pusat pola pergerakan
masyrakat dan barang
lebih terpusat pada
koridor jalan arteri
primer, sehingga
mengalami kemacetan
terutama pada jam-jam
sibuk.
Pondasi perambuan
tidak kokoh sehingga
berpotensi untuk
tumbang
Rambu lalu lintas
terhalang pohon,
sehingga masyarakt
tidak mampu melihat
Marka jalan harusnya
lebih tersedia untuk
kawasan kegiatan aktif
masyarakat yang berada
di sekitar jalan arteri
0,05
0,15
0,10
0,10
0,05
0,05
2
3
1
1
1
1
0,10
0,45
0,10
0,10
0,05
0,05
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 62
primer dan kolektor
Total 0,50 0,90
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.51. Matriks EFAS Transportasi
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Ditetapkan sebagai
pusat kawasan pusat
Kecamatan yang
terletak di sekitar jalan
panturan serta
mempunyai fungsi
strategis kota.
Adanya program
penambahan rambu
lalu lintas sesuai
pertambahan jumlah
penduduk
Pergantian lampu lalu
lintas menjadi
automatic traffic light
Terdapat penambahan
fasilitas marka jalan,
seperti lampu lalu
lintas penanda hati-hati
Angkutan umum di
Kecamatan Pasrepan
dimanfaatkan sebagai
kendaraan dengan rute
Pasrepan-Puspo-
Tosari, Pasrepan-
Gondangwetan,
Pasuruan-Winongan-
Warungdowo.
0,20
0,05
0,05
0,10
0,10
2
1
1
1
2
0,20
0,05
0,05
0,05
0,20
Total 0,50 0,55
Ancanaman (threat):
Adanya kemacetan
akibat adanya daerah
strategis yang memicu
adanya peningkatan
intensitas bangunan,
intensitas kegiatan dan
prasarana.
Adanya angin gending
yang dapat merusak
rambu-rambu lalu
lintas dan traffic light
Pergerakan eksternal
yang berlebihan,
sehingga menyebakan
perlunya resetting
lampu lalu lintas untuk
menyesuaikan kondisi
Masyarakat yang lebih
memilih menggunakan
kendaraan pribadi
sehingga angkutan
umum, misalnya
0,10
0,10
0,20
0,10
2
1
1
2
0,20
0,10
0,20
0,20
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 63
angkot, sudah tidak
terlalu diminati.
Total 0,50 0,70
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 0,95 0,90
X = 0,05
Y = Peluang Ancaman
Y= 0,50 0,70
Y= - 0,20
Gambar 5.10. Posisi Strategi Transportasi Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Transportasi pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu X dengan
nilai 0,05 dan nilai Y dengan nilai 0,20. Jika melihar dari kondisi nilai tersebut, dapat
diketahui bahwa kondisi internal internal cukup bagus sedangkan kondisi eksternal cukup
lemah. Hal ini berarti pengembangan kawasan dapat dilakukan dengan cara
pengorganisasian kelembagan internal untuk memperbaiki/menangkap potensi-potensi
eksternal. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan kuadran IVG (Concentric Strategy)
atau strategi pengembangan terpusat. Hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya elemen-
elemen internal dapat dikembangkan dalam bentuk pengorganisasian kelembagaan untuk
meningkatkan eksistensi dari aspek itu sendiri
Adapun peluang yang dimaksud adalah peluang terkait pengembangan aspek transportasi
antara lain meliputi , pengembangan terminal di kawasan Desa Pasrepan (dekat Pasar
Buah) dan juga pengembangan jaringan jalan yang mnghubungkan antar desa
5.3.1.5 IFAS EFAS Tata Massa Bangunan
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan
metode IFAS EFAS untuk Aspek Tata Massa Bangunan, di wilayah perencanaan, dalam
hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 64
Tabel 5.52. Matriks IFAS Tata Massa Bangunan
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Semakin banyaknya
bangunan permanen
tentu saja menunjukkkan
bahwa rata-rata
kesejahteraan penduduk
Kecamatan Pasrepan
cukup baik.
Semakin lengkapnya
fasilitas pendukung
kegiatan baik jasa atau
non jasa di Kecamatan
Pasrepan.
Variasi bentuk bangunan
ini membuat wilayah
Kecamatan Pasrepan
mempunyai berbagai
keunikan sehingga tidak
membuat orang cepat
bosan.
Banyak dan lengkapnya
elemen kota di
Kecamatan Pasrepan
menjadikan Kecamatan
Pasrepan memiliki view-
view yang memiliki
warna tersendiri
sehingga muncul sebuah
identitas-identitas di
tiap-tiap sudut dari
Kecamatan Pasrepan.
0,20
0,20
0,10
0,10
2
3
1
1
0,40
0,60
0,10
0,10
Total 0,60 1,20
Kelemahan (weakness):
Di daerah-daerah
pinggiran di Kecamatan
Pasrepan masih ditemui
bangunan-bangunan non
permanen yang
digunakan sebagai
tempat menetap
penduduk.
Bangunan-bangunan di
kawasan Perdagangan
Jasa sepanjang jalan
Arteri yang terlalu rapat
sehingga kurang baik
dalam segi proporsi
bangunan, bentuk, dan
fungsi bangunan.
Kondisi bentuk dan
massa bangunan di
wilayah Kecamatan
Pasrepan masih sangat
tidak teratur terutama di
sepanjang koridor jalan-
jalan utama, karena
masih bercampurnya
0,10
0,10
0,10
2
3
1
0,20
0,30
0,10
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 65
bentuk dan massa
bangunan yang tinggi
dan rendah, tidak tertata
sehingga tidak memiliki
nilai estetika.
Citra kawasan/elemen
kota tersebut lama-
kelamaan tergusur oleh
arus modernisasi yang
menyebabkan elemen-
elemen kota tersebut
luntur tau bahkan hilang
0,10
2
0,20
Total 0,40 0,80
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.53. Matriks EFAS Tata Massa Bangunan
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Arahan peningkatan
kapasitas kebijakan
spasial semua sektor
dalam mencegah
dampak kerusakan
lingkungan hidup dan
meminimalkan
dampak bencana.
0,40
2
0,80
Total 0,40 0,80
Ancanaman (threat):
Anggapan pemilik
tanah bahwa dapat
membangun bangunan
sesuai yang diinginkan
tanpa memperhatikan
dampak terhadap
lingkungan
0,60
1
0,60
Total 0,60 0,60
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,20 0,80
X = 0,40
Y = Peluang Ancaman
Y= 0,80 0,60
Y= 0,20
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 66
Gambar 5.11. Posisi Strategi Tata Massa Bangunan Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Tata Massa Bangunan pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu X
dengan nilai 0,40 dan nilai Y dengan nilai 0,20. Jika melihar dari kondisi nilai tersebut,
dapat diketahui bahwa kondisi internal kawasan dan eksternal sama-sama memadai. Hal ini
berarti pengembangan kawasan dapat dilaksanakan dengan cepat sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan yang ada di lapangan. Jika melihat kondisi dari nilai tersebut, dapat
diketahui bahwa kondisi internal kawasan/sektor masih kurang optimal, akan tetapi kondisi
external cukup baik. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan kuadran IA (Rapid
Growth Strategy) atau strategi berkembang secara cepat. Hal ini dikarenakan bahwa pada
dasarnya elemen-elemen internal maupun eksternal kawasan masih cukup baik, sehingga
tidak perlu dilakukan langkah-langkah khusus/intervensi kebijakan. Secara alami,
perkembangan akan berjalan walaupun perlahan.
Adapun peluang yang dimaksud adalah peluang terkait pengembangan tata massa
bangunan, adalah dengan cara melakukan pengendalian-pengendalian pada kawasan-
kawasan percontohan, misalnya dalam hal ini adalah pusat desa Pasrepan yang menjadi
image kawasan. Sehingga dengan menjadikan wilayah tersebut daerah percontohan,
diharapkan daerah-daerah lain akan menjadikan tata massa bangunan di Desa Pasrepan
sebagai kiblat/panduan perencanaan untuk desa-desa lain di wilayah Kecamatan Pasrepan..
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 67
5.3.1.6 IFAS EFAS Pola Ruang
Analisa IFAS EFAS terkait dengan pola ruang akan dibedakan ke dalam permukiman,
pemerintahan dan bangunan umum, perdagangan dan jasa, pertanian, industri, ruang
terbuka hijau, kawasan rawan bencana dan fasilitas umum.
A IFAS EFAS Pola Ruang Permukiman
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Pola Ruang dengan elemen yang dibahas adalah kawasan permukiman,
di wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.54. Matriks IFAS Pola Ruang Permukiman
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Kebutuhan rumah untuk
masyarakat Pasrepan
sudah terlayani, dilihat
dari jumlah rumah yang
dimiliki.
0,50
2
1,00
Total 0,50 1,00
Kelemahan (weakness):
Pembangunan kawaan
permukiman yang
berlebihan dapat
mengurangi fungsi tata
guna alahan pertanian,
karena sejauh ini
pemanfaatn plahan
pertanian terbesar
diguakan untuk
permukiman
(perumahan)
0,50
2
1,00
Total 0,40 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.55. Matriks EFAS Pola Ruang Permukiman
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Penyediaan
infrastruktur yang
memadai pada
permukiman padat,
penyediaan perumahan
baru, penyediaan
Kasiba Lisiba Berdiri
Sendiri
0,40
2
0,80
Total 0,40 0,80
Ancanaman (threat):
Fasilitas Perumahan
hanya diberikan pada
perumahan developer
Banyaknya rumah-
rumah yang dibangun
secara ilegal di pinggir
0,30
0,30
1
2
0,30
0,60
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 68
sungai lingkungan
Total 0,60 0,90
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,00 1,00
X = 0,00
Y = Peluang Ancaman
Y= 0,80 0,90
Y= - 0,10
Gambar 5.12. Posisi Strategi Pola Ruang Permukiman Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Pola Ruang Permukiman pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada
sumbu X dengan nilai 0,00 dan nilai Y dengan nilai - 0,10. Jika dilihat dari kondisi tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa kondisi eksternal masih kurang berpengaruh jika
dibandingkan dengan faktor-faktor internal yang ada di kawasan. Secara umum, strategi
pola ruang permukiman terletak pada IVG (Concentric Strategy) di mana strategi
pengembangan akan ditekankan pada perbaikan kelembagaan untuk sektor permukiman itu
sendiri (dalam hal ini adalah penguatan kelembagaan/instansi permukiman seperti Dinas
Permukiman) untuk melakukan konsolidasi dan penataan kawasan-kawasan permukiman
pada tempat-tempat yang telah diprioritaskan.
B IFAS EFAS Pola Ruang Fasilitas Pemerintahan dan Bangunan Umum
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Pola Ruang dengan elemen yang dibahas adalah kawasan
pemerintahan dan bangunan umum, di wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah
Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.56. Matriks IFAS Pola Ruang Fasilitas Pemerintahan dan Bangunan Umum
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Lokasinya yang strategis
0,60
2
1,20
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 69
di sekitar jalan arteri
primer, sehingga
aksesbilitas menuju
perkantoran menjadi
lebih mudah dan jarak
antar kantor berdekatan
sehingga terdapat
lingkage.
Total 0,60 1,20
Kelemahan (weakness):
Lokasi perkantoran ini
memiliki dampak
negatif karena kepadatan
bangunan di sekitar
daerah tersebut sudah
tinggi dan dapat
menambah kemacetan
pada jam-jam sibuk,
pagi dan sore)
0,40
2
0,80
Total 0,40 0,80
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.57. Matriks EFAS Pola Ruang Fasilitas Pemerintahan dan Bangunan Umum
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Kebijakan pengadaan
kantor satu atap
0,40
2
0,80
Total 0,40 0,80
Ancanaman (threat):
Perlu adanya
koordinasi antar dinas
satu dengan lainnya
dalam dokumentasi
karena dapat berisiko
terjadi missing
Kurangnya fasilitas
untuk menunjang
semua pelayanan
dinas, seperti lahan
parkir yang juga
membutuhkan lahan
yang luas
0,30
0,30
1
2
0,30
0,60
Total 0,60 0,90
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,20 0,80
X = 0,40
Y = Peluang Ancaman
Y= 0,80 0,90
Y= - 0,10
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 70
Gambar 5.13. Posisi Strategi Pola Ruang Fasilitas Pemerintahan dan Bangunan Umum
Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Pola Ruang Fasilitas Pemerintahan dan Bangunan Umum pada kuadran
SWOT, diproyeksikan pada sumbu X dengan nilai 0,40 dan nilai Y dengan nilai - 0,10.
Jika dilihat dari kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kondisi eksternal masih
kurang berpengaruh jika dibandingkan dengan faktor-faktor internal yang ada di kawasan.
Secara umum, strategi pola ruang permukiman terletak pada IVG (Concentric Strategy) di
mana strategi pengembangan akan ditekankan pada perbaikan kelembagaan untuk sektor
penataan ruang kawasan untuk menata kawasan-kawasan pemerintahan dan sebaran
bangunan umum
C IFAS EFAS Pola Ruang Perdagangan dan Jasa
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Pola Ruang dengan elemen yang dibahas adalah kawasan perdagangan
dan jasa, di wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.58. Matriks IFAS Pola Ruang Perdagangan dan Jasa
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Persebaran perdagangan
memiliki lokasi yang
strategis dan memiliki
nilai ekonomis yang
tinggi, terutama untuk
perdagangan dan jasa
skala regional di
sepanjang arteri primer,
sehingga nantinya akan
menggeser kawasan
permukiman dan
0,60
2
1,20
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 71
pertanian sekitarnya.
Selain itu memudahkan
adanya aksesbilitas
distribusi barang
Total 0,60 1,20
Kelemahan (weakness):
Kondisi pedagangan
kaki lima kurang tertata
hingga memakan badan
jalan, akibatnya kondisi
parkir juga kurang
tertata hingga memakai
badan jalan sebagai
lahan parkir dan
aksesbilitas untuk
pejalan kaki tidak ada.
Sehingga menimbulkan
hambatan samping yang
besar dan terjadi
kemacetan.
0,40
2
0,80
Total 0,40 0,80
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.59. Matriks EFAS Pola Ruang Perdagangan dan Jasa
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Pengembangan
kawasan perdagangan
dan jasa Kecamatan
Pasrepan ditetapkan
dengan skala regional
untuk melayani
wilayah Kabupaten
Pasrepan, seperti pasar
induk, show room,
mall, hotel, jasa
notaris, money
changer, bank, dsb.
Adanya relokasi dan
penyediaan kawasan
khusus PKL, seperti
PKL kuliner, PKL
barang bekas, PKL
buah-buahan
0,20
0,20
2
3
0,40
0,60
Total 0,40 1,00
Ancanaman (threat):
Munculnya
kecenderungan
masyarakat untuk
beralih profesi menjadi
pedagang dan melebihi
skala pelayanan yang
dibutuhkan
Perdagangan dan jasa
melimpah menjadi
PKL dipinggir jalan
Pengadaan mall
menyebabkan matinya
pedagang kecil
0,20
0,20
0,20
2
2
1
0,40
0,40
0,10
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 72
Total 0,60 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,20 0,80
X = 0,40
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,00 1,00
Y= 0,00
Gambar 5.14. Posisi Strategi Pola Ruang Perdagangan dan Jasa Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Pola Ruang Perdagangan dan Jasa pada kuadran SWOT, diproyeksikan
pada sumbu X dengan nilai 0,40 dan nilai Y dengan nilai 0,00. Jika dilihat berdasarkan
kondisi tersebut, maka penataan kawasan perdagangan dan jasa termasuk ke dalam sektor
yang dapat ditata dengan cepat (hal ini terlihat dari letak posisi strategi nya di kuadran IA,
Rapid Growth Strategy).
D IFAS EFAS Pola Ruang Pertanian
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Pola Ruang dengan elemen yang dibahas adalah kawasan pertanian, di
wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.60. Matriks IFAS Pola Ruang Pertanian
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Lahan pertanian subur
dengan jenis tanah
alluvial
0,60
2
1,20
Total 0,60 1,20
Kelemahan (weakness):
Hampir seluruh
Kawasan pertanian di
Kecamatan Pasrepan
cenderung berubah
menjadi kawasan
0,40
2
0,80
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 73
perumahan developer
akibat perkembangan
jumlah penduduk yang
menuntut kebutuhan
akan rumah meningkat
namun pengalihfungsian
fungsi kawasan
pertanian dapat
mengakibatkan
ketahanan pangan
menurun dan hilangnya
pekerjaan petani
Total 0,40 0,80
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.61. Matriks EFAS Pola Ruang Pertanian
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Pengembangan sebagai
kawasan agropolitan
karena bersifat sangat
berengaruh terhadap
KAbupaten Pasuruan
Dilakukan beberapa
kebijakan seperti
pengembangan
prasarana pengairan
Kebijakan
mempertahankan lahan
pertanian dengan
irigasi teknis atau
diiinkan dengan
mengalihfungsikan
dengan perubahan
maksimum 50%
dengan perbaikan
irigasi teknis untuk
saluran lainnya
Untuk kawasan
pedesaan,
pengalihfungsian lahan
digunakan sepanjang
jalan utama dengan
perubahan maksimum
20%
Pengembangan
tanaman komoditas
prospektif
Lahan dapat
dialihfungsikan
sebagai perumahan,
perdagangan, atau
industri dari sawah
irigasi teknis dengan
luas kurang dari 20 Ha
0,20
0,10
0,10
0,10
0,05
0,05
2
2
2
3
2
2
0,40
0,20
0,20
0,30
0,10
0,10
Total 0,40 1,30
Ancanaman (threat):
Kurang adanya insentif
dan diinsentif yang
0,20
2
0,40
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 74
diberlakukan, sehingga
masyarakat atau petani
lebih memilih untuk
mengalihfungsikan
lahan
Nilai jual tanah yang
tinggi, sehingga
menyebabkan banyak
petani menjual lahan
pertaniannya
0,20
0,20
2
1
0,40
0,10
Total 0,60 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,20 0,80
X = 0,40
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,00 1,00
Y= 0,00
Gambar 5.15. Posisi Strategi Pola Ruang Pertanian Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Pola Ruang Pertanian pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu X
dengan nilai 0,40 dan nilai Y dengan nilai 0,00. Jika dilihat berdasarkan kondisi tersebut,
maka penataan kawasan perdagangan dan jasa termasuk ke dalam sektor yang dapat ditata
dengan cepat (hal ini terlihat dari letak posisi strategi nya di kuadran IA, Rapid Growth
Strategy).
E IFAS EFAS Pola Ruang Industri
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Pola Ruang dengan elemen yang dibahas adalah kawasan industri, di
wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.62. Matriks IFAS Pola Ruang Industri
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Kelurahan/Desa,
0,40
2
0,80
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 75
sehingga dapat
menunjang adanya
perekonomian
masyarakat dengan
memanfaatn beberapa
sumber daya alam.
Pengolahan industri
bersifat tradisional untuk
industri kecil dan rumah
tangga
0,20
1
0,20
Total 0,60 1,00
Kelemahan (weakness):
Masalah yang timbul
adalah minimnya
pengolahan limbah
untuk masing-masing
industri rumah tangga
yang dapat menggangu
estetika lingkungan,
Pembuangan limbah
industri ke sungai
0,20
0,20
2
2
0,40
0,40
Total 0,40 0,80
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.63. Matriks EFAS Pola Ruang Industri
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Industri pengolahan
ikan diarahkan kepada
Kecamatan Pasrepan
sebagai pengolahan
perikanan budiday
wilayah pesisir
Kabupaten Pasuruan
dan Situbondo
Pengadaan IPAL untuk
industri kecil secara
kolektif dengan
industri lainnya
0,30
0,40
2
3
0,60
1,20
Total 0,70 1,80
Ancanaman (threat):
Persaingan antara
industri kecil di
Pasrepan dan industri
di Paiton karena Paiton
merupakan pusat
industri
0,30
3
0,90
Total 0,30 0,90
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,00 0,80
X = 0,20
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,80 0,90
Y= 0,90
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 76
Gambar 5.16. Posisi Strategi Pola Ruang Industri Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Pola Ruang Industri pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada sumbu X
dengan nilai 0,20 dan nilai Y dengan nilai 0,90. Koordinat tersebut terletak pada kuadran
IB yang memiliki makna stable growth strategy yang memiliki arti bahwa pengembangan
sektor dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan,
mengingat kondisi internal dan eksternalnya cukup kondusif.
Adapun langkah strategi yang dapat diambil dalam penataan pola ruang kawasan industri
ini antara lain adalah, penetapan kebijakan terkait sentra industri kecil, penataan kawasan
industri kecil serta sosialisasi dan pelatihan bagi para pelaku kegiatan industri kecil.
F IFAS EFAS Pola Ruang Terbuka Hijau
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Pola Ruang dengan elemen yang dibahas adalah kawasan ruang
terbuka hijau, di wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.64. Matriks IFAS Pola Ruang Terbuka Hijau
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Masih memungkinkan
adanya pengembangan
kawasan RTH untuk
kawasan pendidikan
karena KDB yang
diterapkan antara 0,45-
0,50
0,40
3
1,20
Total 0,40 1,20
Kelemahan (weakness):
untuk pemenuhan
kebutuhan RTH
perumahan belum
0,30
2
0,60
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 77
terpenuhi karena
kepadatan bangunan dan
tidak setiap rumah
memiliki RTH karena
tidak adanya kebijakan
daerah yang mengatur
Perubahan fungsi lahan
untuk RTH sepadan
sungai menjadi kawasan
terbangun, kuantitas dan
kualitas vegetasi masih
terbatas
0,3
2
0,60
Total 0,60 1,20
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.65. Matriks EFAS Pola Ruang Terbuka Hijau
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Pelestarian ruang
terbuka hijau atau
hutan kota yang
menjadi salah satu
kawasan strategis
Kabupaten Pasuruan
karena Kecamatan
Pasrepan nantinya
akan berubah menjadi
Kecamatan Pasrepan
dengan minimal
memiliki 40% RTH.
0,30
3
0,90
Total 0,30 0,90
Ancanaman (threat):
Banyak masyarakat
yang menjual lahan
pertanian dan kebun
yang dimanfaatkan
sebagai permukiman
dan perdagangan
dengan nilai jula yang
tinggi atau sebaliknya
Kurangnya penetapan
dari dinas terkait
mengenai kawasan
lindung dan budidaya
yang boleh
dimanfaatkan oleh
masyarakat
0,30
0,40
1
2
0,30
0,80
Total 0,70 1,10
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,20 1,20
X = 0,00
Y = Peluang Ancaman
Y= 0,90 1,10
Y= - 0,20
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 78
Gambar 5.17. Posisi Strategi Pola Ruang Terbuka Hijau Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Pola Ruang Terbuka Hijau pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada
sumbu X dengan nilai 0,00 dan nilai Y dengan nilai 0,20. Koordinat tersebut terletak
pada kuadran IIIF yang memiliki makna guirelle strategy yang memiliki arti bahwa
pengembangan sektor dapat dilakukan dengan melakukan sistem pembaharuan pada
beberapa elemen-elemen pendukung sektoral. Dalam hal ini di wilayah
KecamatanPasrepan, keberadaan ruang terbuka hijau masih sangat minim, sehingga perlu
ada pembaharuan visi kawasan untuk mendukung keberlanjutan dan keberadaan ruang
terbuka hijau itu sendiri.
G IFAS EFAS Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Pola Ruang dengan elemen yang dibahas adalah kawasan rawan
bencana, di wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.66. Matriks IFAS Pola Ruang Kawasan Bencana
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Pengelolaan daerah
tangkapan air dengan
rehabilitasi hutan dan
lahan yang rusak serta
konservasi lahan dan air
0,40
3
1,20
Total 0,40 1,20
Kelemahan (weakness):
Rawan banjir akibat
penyediaan jaringan
drainase yang
memanfaatkan jaringan
irigasi, fungsi dan
0,30
2
0,60
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 79
proporsi jaringan irigasi
ini tidak sesuai karena
letaknya diatas
permukaan jalan
Tidak ada penanda atau
batas antara daerah
rawan bencana dan
daerah aman
0,3
2
0,60
Total 0,60 1,20
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.67. Matriks EFAS Pola Ruang Kawasan Bencana
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Adanya peraturan yang
mengatur sepadan
pantai dan sungai oleh
Pemerintah Kabupaten
Pasuruan
Adanya pengadaan
penanaman kembali
hutan dan RTH sepadan
sungai oleh Dinas
Perhutani
0,20
0,20
3
2
0,90
0,60
Total 0,40 0,90
Ancanaman (threat):
Kurangnya sosialisasi
mengenai manfaat
hutan untuk mencegah
bencana alam oleh
Dinas Kehutanan
Tidak adanya lahan
yang mampu dibeli atau
digunakan masyarakat
untuk digunakan
sebagai permukiman,
sehingga mereka
menggunakan lahan
ilegal
Pemantauan dari dinas
teraikt yang kurang
maksimal dan
pemberian sanksi
kepada masyarakat
sepantasnya
0,20
0,20
0,20
1
2
2
0,20
0,40
0,40
Total 0,60 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,20 1,20
X = 0,00
Y = Peluang Ancaman
Y= 0,90 1,00
Y= - 0,10
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 80
Gambar 5.18. Posisi Strategi Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana pada kuadran SWOT,
diproyeksikan pada sumbu X dengan nilai 0,00 dan nilai Y dengan nilai 0,20. Koordinat
tersebut terletak pada kuadran IIIF yang memiliki makna guirelle strategy yang memiliki
arti bahwa pengembangan sektor dapat dilakukan dengan melakukan sistem pembaharuan
pada beberapa elemen-elemen pendukung sektoral. Dalam hal ini di wilayah
KecamatanPasrepan, keberadaan ruang terbuka hijau masih sangat minim, sehingga perlu
ada pembaharuan visi kawasan untuk mendukung keberlanjutan dan keberadaan ruang
terbuka hijau itu sendiri.
H IFAS EFAS Pola Ruang Kawasan Fasilitas Umum
Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan metode IFAS
EFAS untuk Aspek Pola Ruang dengan elemen yang dibahas adalah kawasan fasilitas
umum, di wilayah perencanaan, dalam hal ini adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.68. Matriks IFAS Pola Ruang Kawasan Fasilitas Umum
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Kawasan pendidikan di
sekitar Jalan Arteri
Primer memiliki lokasi
yang strategis dan judah
di jangkau oleh
masyarakat
Tersebarnya fasilitas
peribadatan di
Kecamatan Pasrepan
yang mayoritas Masjid
Memiliki beberapa
fasilitas kesehatan
0,20
0,10
0,10
3
3
3
0,60
0,30
0,30
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 81
sebagai berikut, yaitu 8
Unit polindes dan 72
unit posyandu
Total 0,40 1,20
Kelemahan (weakness):
Belum meratanya
persebaran pendidikan
dasar, SD, pada setiap
desa/keluarahan sebagai
dasar program wajib
belajar 9 tahun
Kurang meratanya
fasilitas peribadatan yang
disesuaikan dengan skala
kebutuhan masyarakat
Kecenderungan
pengadaan fasilitas
peribadatan di sepanjang
jalan arteri karena akan
menambah kepadatan
penduduk dan ketidak
nyamanan untuk
masyarakat dalam
beribadah
Kurang baiknya
aksesbiltas di beberapa
Polindes karena
lokasinya berada di
dataran tinggi
0,15
0,15
0,15
0,15
2
2
2
2
0,30
0,30
0,30
0,30
Total 0,60 1,20
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.69. Matriks EFAS Pola Ruang Kawasan Fasilitas Umum
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Pengembangan pondok
pesantren
Pengembangan
kawasan peribadatan
skala wilayah regional
dengan fasilitas
pengembangan berupa
masjid utama besar,
islamic center, gereja,
pura dan vihara
sehingga semua
pemeluk agama dapat
terlayani dengan baik
Adanya kebijakan
untuk pengembangan
0,20
0,20
0,10
3
2
2
0,60
0,40
0,20
Total 0,50 1,20
Ancanaman (threat):
Kecenderungan
masyarakat untuk
memberikan
pendidikan di
Kabupaten Pasrepan
karena fasilitas dan
kualitas yang lebih baik
0,20
2
0,40
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 82
Banyaknya masyarakat
yang membangun
peribadatan secara
individual, sehingga
kuantitas sangat
melebihi ambang skala
pelayanan
Adanya biaya yang
tidak dapat dijangkau
oleh sebagian
masyarakat.
0,10
0,20
2
2
0,20
0,40
Total 0,60 1,00
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,20 1,20
X = 0,00
Y = Peluang Ancaman
Y= 1,20 1,00
Y= 0,20
Gambar 5.19. Posisi Strategi Pola Ruang Kawasan Fasilitas Umum Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Pola Ruang Kawasan Fasilitas Umum pada kuadran SWOT,
diproyeksikan pada sumbu X dengan nilai 0,00 dan nilai Y dengan nilai 0,20. Koordinat
tersebut terletak pada kuadran IA yang memiliki makna rapid growth strategy yang
memiliki pengembangan sektoral dapat dilakukan dengan cepat karena karakteristik
internalnya sudah cukup memadai. Dukungan dari dalam (meliputi ketersediaan sarana
prasarana, ketersediaan lahan pengembangan dsb) cukup signifikasn sehingga dapat
dikembangkan sebagai kawasan pendukung fasilitas umum dalam waktu dekat. Adapun
strategi yang bisa dilakukan adalah melakukan studi dan kajian-kajian terhadap
pengembangan kawasan dan fasilitas umum, dalam hal ini kaitannya adalah penentuan tata
lokasi optimal untuk pembangunan fasilitas-fasilitas umum sehingga dapat terjangkau oleh
warga masyarakat.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 83
5.3.1.7 IFAS EFAS Sistem Jaringan Utilitas
Analisis IFAS EFAS untuk sistem jaringan utilitas terdiri dari jaringan listrik,
jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, jaringan drainase, jaringan limbah dan sistem
persampahan Berikut adalah hasil tabulasi skoring dan pembobotan dengan menggunakan
metode IFAS EFAS untuk Sistem Jaringan Utilitas, di wilayah perencanaan, dalam hal ini
adalah Kecamatan Pasrepan.
Tabel 5.70. Matriks IFAS Sistem Jaringan Utilitas
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Kebutuhan listrik sudah
terlayani semakin
banyak pengguna listrik
baru di wilayah
Kecamatan Pasrepan
Kualitas air di
Kecamatan Pasrepan
masih baik.
Pelayanan
telekomunikasi ini sudah
menjangkau semua
wilayah Perkotaan
Kondisi drainase di
beberapa daerah sudah
baik, tertutup, dan lebar
Instalasi pembuangan
limbah di kawasan
Perkotaan lebih baik
daripada di daerah-
daerah pinggiran
Penduduk sudah mau
mengolah sampahnya
sendiri.
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
0,05
2
3
1
1
2
2
0,20
0,30
0,10
0,10
0,20
0,10
Total 0,55 1,00
Kelemahan (weakness):
Daerah dengan medan
sulit masih kurang
pelayanan listriknya.
Jumlah Kran umum
yang kurang
menyebabkan warga
yang tidak terjangkau air
bersih kesuliatn dala
mendapatkan air.
Pemanfaatan air sungai
untuk konsomsi
masyarakat naumn
sifatnya periodek
Kualitas jaringan yang
masih kurang dan letak
BTS yang berada di
kawasan permukiman
Jaringan Drainase masih
sangat sederhana
Terdapat sampah-
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
2
2
2
2
2
3
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
0,15
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 84
sampah di sepanjang
saluran Drainase
Instalasi pembuangan
limbah di kawasan
Perkotaan lebih baik
daripada di daerah-
daerah pinggiran
Masih banyak yang
membuang limbah
langsung ke sungai
Kegiatan pedagangan
dapat mematikan
perekonomian pertanian
karena pengalihfungsian
penggunaan lahan dari
pertanian menuju
perdagangan.
0,05
0,05
0,05
1
2
2
0,05
0,10
0,10
Total 0,45 0,90
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.71. Matriks EFAS Sistem Jaringan Utilitas
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Adanya penambahan
daya dengan
menggunakan PLTD
GRATI
Kebijakan Pengelolaan
sumber daya air
dilaksanakan dengan
memperhatikan
keserasian antara
konservasi dan
pendayagunaan.
Arahan peningkatan
jaringan
telekomunikasi sesuai
standart nasional yang
menjangkau wilayah
Kecamatan Pasrepan
Kebijakan
meningkatkan
kapasitas dan kualitas
pelayanan utilitas kota
(jalan, persampahan,
air bersih, drainage)
sesuai standar
nasional.
Rencana Sistem
Pengelolaan Limbah
Adanya
pengembangan pasar
Agropolitan di Desa
Pasrepan..
0,10
0,05
0,05
0,10
0,10
0,10
2
1
1
2
3
1
0,20
0,05
0,05
0,20
0,30
0,10
Total 0,50 0,90
Ancanaman (threat):
Membuat permukiman
liar di sekitar Gardu
Induk sulit
0,10
1
0,10
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 85
diberantas/dicegah
Adanya pemikiran
lebih murah memakai
sumur tanah daripada
menggunakan PDAM
Kegiatan industri,
penebangan hutan dan
tambang liar yang
merusak hilir dan hulu
sungai sulit
dikendalikan dan
diawasi
Biaya mahal dalam
penyediaan sarana
telekomunikasi
membuat enggan
penyedia dalam
penyediaan sarana
telekomunikasi di
daerah dengan potensi
pengguna rendah
Kebijakan
meningkatkan
kapasitas dan kualitas
pelayanan utilitas kota
(jalan, persampahan,
air bersih, drainage)
sesuai standar
nasional.
Industri-industri
enggan mengeluarkan
tambahan biaya untuk
instalasi limbah
Aksesbilitas
perdagangan skala
desa tidak dapat
tersalurkan dengan
cepat dan baik
0,10
0,10
0,05
0,05
0,05
0,05
2
1
2
2
2
2
0,20
0,10
0,10
0,10
0,10
0,10
Total 0,50 0,80
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,00 0,90
X = 0,10
Y = Peluang Ancaman
Y= 0,90 0,80
Y= 0,10
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 86
Gambar 5.20. Posisi Strategi Sistem Jaringan Utilitas Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Sistem Jaringan Utilitas pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada
sumbu X dengan nilai 0,10 dan nilai Y dengan nilai 0,10. Jika melihar dari kondisi nilai
tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi internal kawasan dan eksternal sama-sama
memadai. Hal ini berarti pengembangan kawasan dapat dilaksanakan dengan cepat sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan yang ada di lapangan. Jika melihat kondisi dari nilai
tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi internal kawasan/sektor masih kurang optimal,
akan tetapi kondisi external cukup baik. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan
kuadran IA (Rapid Growth Strategy) atau strategi berkembang secara cepat. Hal ini
dikarenakan bahwa pada dasarnya elemen-elemen internal maupun eksternal kawasan
masih cukup baik, sehingga tidak perlu dilakukan langkah-langkah khusus/intervensi
kebijakan. Secara alami, perkembangan akan berjalan walaupun perlahan.
Adapun beberapa kebijakan terkait pengembangan sistem jaringan utilitas antara
lain adalah, pengembangan jaringan air bersih di wilayah pedesaan, peningkatan kualitas
jalan, perbaikan jaringan jalan, peningkatan aksesibilitas, pengembangan jaringan
telekomunikasi serta penyiapan lahan untuk pengembangan sarana persampahan.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 87
5.3.1.8 IFAS EFAS Aspek Perekonomian
Analisa IFAS EFAS aspek perekonomian terdiri dari analisa-analisa tentang
beberapa aktivitas perekonomian utama yang terdapat di wilayah perencanaan. Yaitu
meliputi kegiatan pertanian, pertambangan, dan perdagangan dan jasa
Tabel 5.72. Matriks IFAS Aspek Perekonomian
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (strenght):
Perdagangan dan jasa
skala regional di
sepanjang jalan berada
di Jalan Raya Pasrepan.
Terdapat perdagangan
skala kawasan dan
lingkungan
Memiliki lahan
pertanian yang cukup
luas
Pertambangan dilakukan
oleh Perusahaan-
Perusahaan Besar.
0,10
0,20
0,10
0,10
3
3
2
1
0,30
0,60
0,20
0,10
Total 0,50 1,20
Kelemahan (weakness):
Kegiatan pedagangan
dapat mematikan
perekonomian pertanian
karena pengalihfungsian
penggunaan lahan dari
pertanian menuju
perdagangan.
Berkurangnya
produktivitas pertanian
akibat adanya
pengalihfungsian tata
guna alahan kawasan
permukiman dan
perdagangan.
Kurangnya pembinaan
Kurangnya modal bagi
petani
Kurangnya
sisteminformasi pasar
sehingga petani tidak
memiliki hak tawar
Ekploitasi sumber daya
alam yang terlalu
banyak menyebabkan
perubahan morfologi
sungai pada saat
penggalian batu kali dan
pasir
Sulitnya pencegahan
kegiatan pertambangan,
sehingga semakinbanyak
lingkungan yang rusak
0,10
0,05
0,05
0,05
0,05
0,10
0,10
2
3
3
3
1
2
1
0,20
0,15
0,15
0,15
0,05
0,20
0,10
Total 0,50 1,10
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 88
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 5.73. Matriks EFAS Aspek Perekonomian
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (Opportunity):
Adanya
pengembangan pasar
Agropolitan di Desa
Pasrepan.
Pengembangan strategi
pemasaran produk
unggulan
Penyuluhan dan
pendampingan petani
Peningkatan
peran/revitalisasi KUD
Sebagai daerah
strategis dari sudut
kepentingan
pertumbuhan
perekonomian
pertambangan pasir
Sosialisasi pemerintah
untuk cara penambang
dan perbaikan
distribusi
pertambangan
0,10
0,10
0,10
0,05
0,05
0,05
2
2
1
2
2
2
0,20
0,20
0,10
0,10
0,10
0,10
Total 0,45 0,80
Ancanaman (threat):
Aksesbilitas
perdagangan skala
desa tidak dapat
tersalurkan dengan
cepat dan baik
Penyuluhan dan
pendampingan petani
Adanya hama yang
mepengaruhi tingkat
produktifitas
Banyaknya pekerja
penambang batu kali,
sehingga permukaan
air sungai semakin
rendah dan terjadi
kekeringan
Terjadinya banjir,
abrasi sungai dan
longsor saat musim
hujan datang
0,10
0,10
0,05
0,10
0,20
1
1
2
1
2
0,10
0,10
0,10
0,10
0,40
Total 0,55 0,80
Sumber: Hasil Analisis, 2013
X = Kekuatan Kelemahan
X = 1,20 1,10
X = 0,10
Y = Peluang Ancaman
Y= 0,80 0,80
Y= 0,00
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 89
Gambar 5.21. Posisi Strategi Aspek Perekonomian Pada Kuadran SWOT
Posisi strategi Aspek Perekonomian pada kuadran SWOT, diproyeksikan pada
sumbu X dengan nilai 0,10 dan nilai Y dengan nilai 0,00. Jika meliha dari kondisi nilai
tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi internal kawasan dan eksternal sama-sama
memadai. Hal ini berarti pengembangan kawasan dapat dilaksanakan dengan cepat sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan yang ada di lapangan. Jika melihat kondisi dari nilai
tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi internal kawasan/sektor masih kurang optimal,
akan tetapi kondisi external cukup baik. Oleh karena itu, kuadran ini disebut dengan
kuadran IA (Rapid Growth Strategy) atau strategi berkembang secara cepat. Hal ini
dikarenakan bahwa pada dasarnya elemen-elemen internal maupun eksternal kawasan
masih cukup baik, sehingga tidak perlu dilakukan langkah-langkah khusus/intervensi
kebijakan. Secara alami, perkembangan akan berjalan walaupun perlahan.
Adapun bentuk kebijakan yang dapat dilakukan untuk pengembangan aspek
perekonomian di wilayah Kecamatan Pasrepan antara lain melalui pemberian penyuluhan,
pelatihan, bantuan kredit mikro serta pengendalian kawasan pertambangan menjadi hal
yang perlu diprioritaskan untuk saat ini.
5.2 TUJUAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERENCANAAN
Pembangunan adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan suatu
wilayah, baik itu Pasrepan, propinsi, kota, kabupaten, maupun distrik. Pada dasarnya
pembangunan adalah suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan yang
lebih baik. Oleh sebab itu dalam membuat rencana pembangunan harus
mempertimbangkan banyak hal seperti adanya keselarasan dan tidak saling bertolak
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 90
belakang antara satu wilayah dengan wilayah yang lebih luas, maupun wilayah lain yang
setara dengannya dalam suatu lingkup regional. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
dampak saling mematikan dari satu wilayah dengan wilayah yang justru dapat menurunkan
kapasitas dari masing-masing wilayah tersebut.
Adapun tujuan dari pengembangan Kecamatan Pasrepan ini adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya fasilitas pelayanan perdagangan regional, kota dan lokal
2. Terselenggaranya sistem prasarana dan sarana transportasi
3. Tersedianya prasarana dan sarana sosial budaya
4. Terkelolanya pembangunan dengan memperhatikan lingkungan
5. Terciptanya lingkungan hunian yang sehat
6. Tertatanya kawasan perumahan dan fungsional perkotaan lainnya
7. Tercitpanya lingkungan perdesaan berbasis agro
5.3 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN
Pada dasarnya konsep tata ruang dimaksudkan untuk memenuhi tujuan dan fungsi
wilayah perencanaan. Dalam hal ini konsep tata ruang BWK dibagi dalam dua kelompok,
yaitu konsep makro dan mikro. Konsep tata ruang makro ditekankan pada keterkaitan
unsur-unsur BWK dengan kawasan-kawasan BWK lainnya dan wilayah luar kota. Adapun
konsep pengembangan tata ruang makro tersebut adalah:
Pengembangan transportasi darat yang mampu meningkatkan hubungan antar
BWK dengan wilayah sekitarnya.
Pengembangan pusat pendidikan untuk melayani kebutuhan pendidikan penduduk
khusunya di wilayah Kecamatan Pasrepan dan sekitarnya.
Pengembangan pusat perdagangan untuk melayani kebutuhan sekunder dan tersier
masyarakat.
Konsep tata ruang mikro ditekankan pada keterkaitan unsur-unsur yang ada di
dalam bagian wilayah kota. Konsep pengembangan tata ruang mikro tersebut adalah:
Pengembangan pusat BWK dan pusat sub BWK untuk membentuk struktur
pelayanan yang hirarkis setiap sub bagian wilayah kota.
Pengembangan sistem jaringan transportasi untuk menghubungkan pusat-pusat sub
BWK dan pusat-pusat lainnya.
Pengembangan permukiman untuk menampung pertumbuhan penduduk BWK
maupun luar BWK.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 91
Pembatasan pengembangan kearah kawasan lindung (untuk areal hutan).
Untuk mencapai konsep tata ruang tersebut maka strategi pembangunan dan arahan
pengembangan tata ruang di Kecamatan Pasrepan , adalah:
Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana umum di lingkungan
permukiman.
Perbaikan pusat-pusat permukiman dengan penetapan KDB, KLB, jumlah lantai.
Perlu adanya pembatasan perkembangan kawasan perumahan dan kegiatan lainnya
yang kurang/tidak memperlihatkan jalinan hubungan fungsional yang kompak.
Pengembangan kegiatan perdagangan di pusat perdagangan yang ada di pusat kota
dalam penyediaan kebutuhan sekunder dan tersier.
Peningkatan hirarki jalan, perbaikan jaringan jalan.
Peningkatan sarana dan prasarana kota.
Pengaturan manajemen arus pergerakan.
5.4 PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN
Sistem kegiatan yang akan dikembangkan merupakan jenis kegiatan berdasarkan
kebutuhan pengembangan kota, serta hubungan fungsional di antara kegiatan tersebut
dengan struktur tata ruangnya yang terbentuk.
5.4.1 Pengembangan Kebutuhan Kegiatan
Jenis-jenis kegiatan utama ditentukan berdasarkan potensi yang dimiliki, aspek
kebijaksanaan pemerintah (baik daerah maupun pusat) serta arahan kebijakan RTRW
Kabupaten Pasuruan secara makro maka jenis kegiatan wilayah perencanaan akan
diarahkan sebagai berikut :
Pusat perdagangan sayur dan buah-buahan
Kawasan Penyangga Permukiman Perkotaan Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan
Sentra agropolitan
Jalur wisata
5.4.2 Hubungan Fungsional Antar Kegiatan Kota
Sebuah kota dianggap sebagai satu kesatuan sistem, maka antara komponen-
komponen kegiatan akan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Jarak antara kegiatan-
kegiatan tersebut menjadi pertimbangan apakah keduanya akan saling berdekatan atau
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 92
tidak tergantung jenis hubungan diantaranya. Ada kegiatan yang memang akan saling
membutuhkan yang ada saling berkaitan dan berinteraksi meskipun tingkat intensitasnya
berbeda. Untuk lebih jelasnya hubungan fungsional tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
Gambar 5.22. HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTAR KEGIATAN
Rincian mengenai kriteria hubungan fungsional berdasarkan jarak tersebut adalah
sebagai berikut:
Harus jauh, dua kegiatan akan saling mengganggu dan tidak saling membutuhkan,
dengan simbol :
Harus dekat, dua kegiatan saling membutuhkan dan tidak saling mengganggu,
dengan simbol :
Harus jauh akses tinggi, dua kegiatan saling membutuhkan tapi bila berdekatan
akan saling mengganggu, simbol :
Netral, dua kegiatan tidak saling mengganggu dan tidak saling membutuhkan,
dengan simbol :
Berdasarkan hubungan fungsional tersebut dan kondisi sebaran kegiatan yang
terdapat di wilayah perencanaan sudah sesuai dengan hubungan fungsional tersebut,
walaupun khusus untuk ruang terbuka belum merata di seluruh kawasan permukiman
penduduk.
5.5 KEBUTUHAN RUANG
Tata ruang merupakan suatu perwujudan penetapan fungsi kawasan ke dalam suatu
guna lahan tertentu yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan fungsi kegiatan yang
dikembangkan, kendala fisik penggunaan lahan dan estetika pengembangan lingkungan
Permukiman
Perdagangan
Pendidikan
Kesehatan
Peribadatan
Akomodasi
Simpul Transport
Perkantoran
Ruang Terbuka
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 93
perkotaan secara menyeluruh. Oleh sebab itu, rencana tata ruang tidak hanya dalam bentuk
rencana penggunaan lahan tetapi juga ketentuan dan intensitas penggunaan ruang yang
tepat sesuai dengan pertimbangan fisik dan estetika lingkungan.
5.5.1 Perumahan
Berdasarkan dari analisa kebutuhan kawasan, salah satunya adalah kawasan
peruntukan permukiman yang letaknya tersebar secara merata mengingat salah satu konsep
pengembangan wilayah di Kecamatan Pasrepan adalah pemerataan perekonomian. Maka
perlu ada alokasi perubahan lahan tak terbangun sebagai kawasan permukiman. Syarat
utama terkait lahan yang berubah tersebut adalah, bahwa lahan tersebut bukan merupakan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Lahan yang diperuntukan sebagai kawasan perumahan disebarkan di seluruh
wilayah perencanaan yang kemudian diatur intensitas dan tingkat pengembangannya sesuai
dengan fungsi dan kendala fisik yang ada pada masing-masing wilayah. Klasifikasi
kebutuhan kapling perumahan di Kecamatan Pasrepan adalah:
Rumah tipe besar luas kapling 600 m
2
, dialokasikan bagi penduduk berpendapatan
tinggi
Rumah tipe sedang luas kapling 300 m
2
, dialokasikan bagi penduduk
berpendapatan sedang
Rumah tipe kecil dengan luas kapling 100 m
2
, dialokasikan bagi penduduk
berpendapatan rendah
5.5.2 Pendidikan
Pengembangan lahan untuk kawasan pendidikan dilaksanakan sejalan dengan
tingkat kebutuhan dan kemampuan pengembangan internal daerah, tanpa mengabaikan
aspek pemerataan yang berhak diperoleh penduduknya. Untuk itu fasilitas pendidikan
terendah (TK dan SD) ditempatkan merata pada lingkungan-lingkungan perumahan,
sekolah lanjutan tingkat pertama dan atas dikembangkan pada lokasi yang memiliki
aksesibilitas tinggi untuk dicapai dari seluruh bagian wilayah kota.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 94
5.5.3 Peribadatan
Pengembangan fasilitas peribadatan sesuai dengan tingkat kebutuhannya dari
penduduk penganutnya. Untuk fasilitas peribadatan Islam dapat dikembangkan jenis-jenis
fasilitas yang memiliki kapasitas dan ruang sesuai dengan skala pelayanannya.
5.5.3 Kesehatan
Pengembangan kawasan untuk fasilitas kesehatan juga mengikuti jenjang yang
berlaku bagi penempatannya, karena pada tingkat yang lebih rendah jenis dan kebutuhan
fasilitas kesehatan berbeda dengan jenis fasilitas kesehatan yang diarahkan untuk melayani
penduduk skala kota atau regional.
5.5.4 Perdagangan
Kegiatan perdagangan yang akan dikembangkan di wilayah perencanaan yaitu
berupa perdagangan grosir dan eceran yang merupakan jenis kegiatan yang umumnya
melayani kebutuhan perdagangan skala pelayanan kota dan lokal/lingkungan. Perbedaan
pengembangan untuk tiap pusat pelayanan terletak pada tingkat kelengkapan dan jenis
barang yang diperdagangkan. Semakin rendah jenjang pusat pelayanannya, maka yang
lebih dipentingkan adalah barang-barang kebutuhan yang sifatnya primer. Sedangkan
barang-barang sekunder dan tersier lebih diarahkan untuk kawasan perdagangan yang
terletak di pusat pelayanan BWK.
5.5.5 Rekreasi dan Olahraga
Fasilitas rekreasi dan olahraga dikembangkan secara berjenjang juga sebagaimana
fasilitas-fasilitas lainnya. Namun tidak seperti jenis fasilitas lainnya, untuk fasilitas
olahraga dan ruang terbuka perlu disediakan pusat-pusat kegiatan mulai dari tingkat
terkecil hingga tertinggi, yaitu fasilitas yang melayani lingkungan hingga BWK.
Penempatannya dapat dilakukan di pusat-pusat kegiatan (pusat BWK, sub pusat BWK dan
pusat unit lingkungan). Fasilitas taman dengan skala kota di kawasan ini dibangun taman
kota yang terletak di bagian utara kota.
5.5.6 Jalur Hijau
Jalur hijau terutama dikembangkan sebagai pembatas antara kawasan yang
dilindungi/tidak dibudidayakan dengan kawasan perkotaan. Adapun kawasan terbuka
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 95
diantaranya adalah taman yang dikelola pemerintah daerah dalam hal pengawasannya.
Untuk taman diarahkan berlokasi di sekitar pusat-pusat pelayanan.
5.5.7 Pemerintahan
Kawasan pemerintahan dan bangunan umum untuk skala Kabupaten, yang
diarahkan terdapat di wilayah Kecamatan Pasrepan adalah bangunan untuk kantor
kecamatan, penyuluhan skala lokal dan tingkat pemerintah yang lebih rendah (seperti
kelurahan/kampung hingga tingkat RT/RW)
5.6 PEMBAGIAN WILAYAH PERENCANAAN
Pembagian sub BWK dimaksudkan untuk menciptakan keterpaduan, keserasian
dan keseimbangan kehidupan kota secara keseluruhan. Dasar-dasar pertimbangan yang
digunakan dalam penentuan batas sub BWK/Blok di wilayah perencanaan, adalah:
Satu kesatuan kota fungsional, dalam arti skala pelayanan interaksi kedalam lebih
kuat daripada keluar atau skala pelayanan ideal masing-masing sub BWK.
Satu pemusatan pelayanan, berupa aglomerasi fasilitas pelayanan pada skala sub
BWK.
Penentuan batas sub BWK oleh pembatas-pembatas fisik yang tegas seperti sungai,
ruas jalan, batas administrasi desa/kelurahan dan sebagainya.
Penetapan fungsi Blok/Sub BWK, pada hakekatnya merupakan arahan berbagai
kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi. Penentuan fungsi ini dapat diartikan sebagai
pengenalan jenis kegiatan dominan pada blok tertentu yang menggambarkan suatu fungsi
blok.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas dan didasarkan pula pada hasil analisis,
maka wilayah perencanaan dibagi ke dalam 5 BLOK. Untuk lebih jelasnya mengenai
pembagian Blok di wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel
Tabel 5.74. Konsep Pembagian Blok
No Struktur
Ruang
Luas
(Ha)
Kelurahan/Desa Fungsi Eksisiting Arahan Pengembangan
Fungsi
1. SUB BWP
A
1537 - Desa Pohgading - Pertanian
- Perikanan
- Perumahan
- Pendidikan
Perikanan
- Pertanian
- Perikanan
- Perumahan developer
- Desa Rejosalam
- Desa Cengkrong
- Desa Pasrepan
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 96
No Struktur
Ruang
Luas
(Ha)
Kelurahan/Desa Fungsi Eksisiting Arahan Pengembangan
Fungsi
- Desa Mangguan - Pergudangan
- Perdagangan jasa
skala kecamatan
- Industri besar,
Kecil, RT
- pertambangan
- Industri besar, kecil
dan rumah tangga serta
pergudangan
- Perdagangan Jasa skala
Kecamatan
- Pendidikan
- Konservasi kawasan
daerah aliran sungai
- Perkantoran
- Peribadatan
- Kesehatan
2. SUB BWP B 937 - Desa Lemahbang - Pertanian
- Permukiman
- Perdagangan dan
jasa
- Pertanian
- Permukiman
- Perdagangan dan Jasa
- Hutan lindung/
konservasi)
- Desa Sibon
- Desa Ngantungan
3. SUB BWP C 1890 - Desa Klakah - Permukiman
- Pertanian
- Perdagangan dan
jasa
- Pertanian
- Permukiman
- Perdagangan dan jasa
- Hutan lindung /
konservasi
- Desa Galih
- Desa Petung
4. SUB BWP
D
2097 - Desa Pohgedang - Permukimna
- Pertanian
- Perdagangan dan
jasa
- Permukiman
- Pertanian
- Perdagangan dan jasa
- Hutan lindung
- Industri
- pariwisata
- Desa Ampelsari
- Desa Tempuran
5. SUB BWP E 905 - Desa Sapulante - Pertanian
- permukiman
- pertanian / perkebunan
- permukiman
5.7 Konsep Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang kota disusun atas beberapa pertimbangan yang pada dasarnya
sama dengan pertimbangan dalam penentuan struktur ruang kota. Inventarisasi terhadap
jenis komponen yang akan dialokasikan pada wilayah yang direncanakan dapat diharapkan
penggunaan lahan berfungsi secara optimal sesuai dengan karakteristik wilayah. Dengan
melihat perkembangan penduduk dan kecenderungan perkembangannya di masa
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 97
mendatang dapat dipastikan bahwa hal ini mempunyai korelasi terhadap pertambahan
fasilitas pelayanan sebagai konsekuensi dalam upaya pemenuhan kebutuhan penduduk
sesuai dengan fasilitas yang dibutuhkan.
5.7.1 Kawasan Budidaya Perkotaan
5.7.1.1 Perumahan Permukiman
Konsep pengembangan kawasan perumahan yang dapat diterapkan di Kawasan
perkotaan Pasrepan antara lain dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Penerapan sistem penggunaan lahan non mix-use untuk mengembangkan kawasan
permukiman untuk menciptakan lingkungan permukiman yang berkualitas tanpa
adanya gangguan dari penggunaan lahan lain yang tetap didukung fasilitas dan
utiilitas khusus pendukung permukiman
2. Infiltrasi, yaitu pengembangan perumahan yang dilakukan sendiri oleh penduduk
dengan memanfaatkan lahan kosong pada daerah-daerah kantong di kawasan
perumahan yang sudah berkembang. Infiltrasi ini dapat dilakukan pada kawasan
perumahan developer, kawasan perumahan umum tertata maupun pada perumahan
kampung. Kawasan perumahan yang dapat dikembangkan dengan konsep infiltrasi
ini adalah di semua kelurahan dan desa dalam wilayah perencanaan.
3. Pengembangan perumahan pada lokasi-lokasi baru
Pengembangan perumahan pada lokasi-lokasi baru ini lakukan untuk memenuhi
kebutuhan perumahan penduduk Kawasan perkotaan Pasrepan maupun dalam
lingkup Kabupaten Pasrepan. Lokasi yang diarahkan yaitu pada kawasan yang belum
begitu berkembang dan masih banyak lahan belum terbangunnya. Akan tetapi untuk
pengembangan kawasan perumahan ini utamanya diarahkan pada lahan pertanian
kering (tegalan/lahan) yang kurang produktif dan yang apabila tidak terdapat lahan
pertanian kering, maka diarahkan pada lahan pertanian sawah, dengan penetapan
prosentase yang tepat antara kawasan terbangun dengan tidak terbangun, untuk
menghindari eksploitasi lahan pertanian yang berlebihan.
Dalam pengembangan kawasan perumahan baru ini diarahkan berupa kawasan
perumahan umum tertata dengan penataan kapling atau perumahan yang dibangun
oleh developer. Kawasan perumahan baru ini juga dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang kawasan perumahan yaitu:
Jalan lingkungan,
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 98
Saluran drainase,
Saluran pembuangan limbah Rumah Tangga (Septick Tank),
Fasilitas umum: taman lingkungan, lapangan OR, balai pertemuan, dsb.
Perbandingan luasan untuk permukiman dan fasilitas umum pada suatu permukiman
baru ditetapkan 60 % : 40 %
Setiap pengembangan permukiman baru diarahkan untuk memiliki kawasan resapan
air yang melayani kawasan permukiman didalamnya
4. Penyatuan antar kawasan perumahan, penyatuan antar kawasan perumahan ini
dilakukan pada pengembangan kawasan perumahan baru yang berada di sekitar
kawasan perumahan yang sudah ada/berkembang. Sebagai unsur penyatu antar
kawasan perumahan dapat berupa pengembangan kawasan perumahan baru atau
dengan pengadaan fasilitas yang dapat digunakan bersama, seperti: lapangan
olahraga, taman lingkungan, dsb. Konsep penyatuan ini bertujuan untuk menciptakan
keserasian lingkungan kawasan perumahan secara keseluruhan. Aspek yang harus
diperhatikan dalam konsep penyatuan ini adalah:
Tipe rumah, tipe rumah yang dikembangkan harus menyesuaikan dengan tipe
rumah pada kawasan perumahan sekitarnya, misalnya: pada kawasan perumahan
C berdekatan dengan kawasan perumahan A dengan tipe rumah yaitu kecil dan
perumahan B dengan tipe rumah besar. Maka sesuai dengan konsep penyatuan
ini, tipe rumah pada kawasan perumahan C yaitu tipe sedang.
Akses penghubung antar kawasan perumahan dan yang menghubungkan dengan
kawasan di sekitarnya. Hal ini diperlukan agar tidak menimbulkan kawasan
perumahan yang tertutup. Sebagai alternatif, untuk membuka akses yang
melewati kawasan perumahan tetapi tingkat keamanannya tetap terjaga yaitu
dengan menerapkan kawasan perumahan yang jalan utamanya terbuka untuk
umum, akan tetapi jalan masuk ke tiap blok-blok perumahan hanya satu (One
Gate System). Dengan demikian, keamanan terjaga dan kawasan perumahan
tersebut tidak menjadi tertutup.
5. Ketersediaan sarana dan prasarana perumahan yang memadai
Kawasan perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan
harus sesuai dengan criteria layak huni (sanitasi lingkungan). Hal ini terkait dengan
kualitas lingkungan pada kawasan perkotaan dan merupakan upaya pemenuhan
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, maka ketersediaan sarana dan prasarana
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 99
penunjang pada kawasan perumahan harus dilengkapi. Jenis sarana dan prasarana
penunjang kawasan perumahan yaitu:
Peningkatan dan pengembangan Jalan lingkungan
Penyediaan air bersih.
Penyediaan dan pemeliharaan Saluran drainase yang lancar dan saling terhubung
antar saluran.
Penyediaan dan pemeliharaan Saluran pembuangan limbah Rumah Tangga
(Septick Tank).
Penyediaan Fasilitas : pendidikan dasar (TK, SD), peribadatan (masjid,
musholla), kesehatan (poliklinik, bidan, dokter praktek), fasilitas umum (taman
lingkungan, lapangan OR, balai pertemuan, dsb).
Standar tersebut harus terdapat pada semua kawasan perumahan yang ada/sudah
berkembang maupun yang akan dibangun. Pada kawasan perumahan yang sudah
dibangun, upaya ini akan mencegah terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
6. Perbaikan kampung padat
Kampung padat yang merupakan perumahan liar, seperti pada daerah bantaran sungai
perlu direlokasi ke kawasan lain yang lebih aman, karena rawan bencana (longsor,
banjir). Upaya relokasi ini hendaknya dilakukan dengan cara pendekatan-pendekatan
penyuluhan dan kekeluargaan, sehingga masyarakat dapat menyadari kondisi dan
situasinya secara baik. Lokasi pemukiman yang telah ditinggalkan oleh penduduk
harus segera diadakan penataan kembali sesuai dengan tata guna tanah yang baru.
Alternatif-alternatif yang dapat dikembangkan antara lain:
Dikembangkan untuk RTH atau daerah konservasi sungai (hutan kota),
Dikembangkan untuk daerah rekreasi dan daerah hijau kota (taman kota).
Sedangkan untuk kawasan perumahan padat yang tidak berada pada bantaran sungai
upaya perbaikannya antara lain:
Perbaikan kondisi bangunan perumahan
Pada dasarnya untuk memperbaiki kondisi bangunan perumahan penduduk ini
strategi yang digunakan yaitu secara inheren pada masyarakat/penduduk,
dimana pembangunan fisik akan lebih terlaksana jika terjadi peningkatan taraf
hidup/kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat/penduduk dapat
memperbaiki kondisi bangunan rumah mereka dengan sendirinya.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 100
Penataan intensitas bangunan sesuai dengan rencana intensitas bangunan,
mengingat pada kawasan perumahan padat ini ruang terbuka sangat terbatas,
sehingga tidak memenuhi syarat layak huni untuk lingkungan pemukiman
penduduk.
Perbaikan/peningkatan kondisi saluran drainase, perbaikan kondisi jalan
lingkungan yang ada
Ketersediaan fasilitas umum : taman lingkungan, lapangan OR, balai
pertemuan,dsb
Pengembangan jalan baru pada kawasan perumahan
Pengembangan jalan baru pada kawasan perumahan merupakan salah satu upaya
untuk menjadikan kawasan perumahan tersebut tertata, karena dengan adanya
jalan tersebut akan membatasi pengembangan perumahan. Pada kawasan
perumahan yang mendekati daerah bantaran sungai, pengembangan jalan di
sepanjang bantaran sungai akan membatasi pengembangan perumahan pada
daerah konservasi sungai, serta mencegah terbentuknya perumahan padat yang
dapat mengarah menjadi perumahan kumuh.
5.7.1.2 Perdagangan dan Jasa
Untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di kawasan perkotaan
Pasrepan sebagai bentuk realisasi pembangunan wilayah lebih diarahkan pada
penataan kawasan-kawasan yang belum berkembang, wilayah yang diarahkan
untuk perkembangan dan wilayah yang potensial untuk berkembang.
Kegiatan perdagangan skala kota/kecamatan berupa pusat perdagangan baru
dikembangkan pada wilayah-wilayah yang kurang berkembang sehingga dapat
menjadi penarik kegiatan yang kuat
Penambahan fasilitas perdagangan dan jasa skala lingkungan diarahkan sesuai
dengan tingkat kebutuhan
Pengembangan kawasan perdagangan bagi kawasan baru diarahkan untuk tidak
membentuk pola mix-use
5.7.1.3 Pendidikan
Jenis pendidikan yang dikembangkan meliputi TK sampai SLTA yang
disesuaikan dengan kebutuhan penduduk
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 101
Perkembangan fasilitas pendidikan lebih diarahkan pada lahan-lahan baru,
terutama pendidikan TK yang sejalan dengan perkembangan kawasan
permukiman, demikian juga untuk pendidikan SLTP dan SLTA agar tidak
membebani daerah-daerah yang telah berkembang dan cenderung padat, dan
pendidikan non formal lainnya sehingga perkembangannya diarahkan pada
daerah pinggir kota
5.7.1.4 Kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan yang dikembangkan adalah fasilitas dengan pelayanan
skala BWK dan lokal/lingkungan antara lain : puskesmas, puskesmas pembantu,
praktek dokter, praktek bidan, BKIA, posyandu, apotik dan poliklinik
Adanya peningkatan fungsi dan kualitas layanan fasilitas kesehatan khususnya
puskesmas menjadi kelas yang lebih tinggi pada kawasan yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang cukup tinggi
Pengembangan fasilitas kesehatan terpadu seperti praktek dokter bersama yang
dilengkapi dengan apotik dan laboratorium, pada kawasan yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang cukup tinggi
Pemanfaatan lahan kesehatan lebih diarahkan pada lahan-lahan baru terutama
pada bagian utara dan timur untuk melayani kebutuhan penduduk dan
perkembangan kota
Penempatan sarana kesehatan harus memenuhi syarat lingkungan (terutama pada
daerah tenang). Pemanfaatan lahan kesehatan diarahkan terpusat membentuk
kawasan tersendiri dan dilokasikan berdekatan dengan pusat permukiman
5.7.1.5 Perkantoran
Fasilitas perkantoran diarahkan memusat membentuk kawasan perkantoran dan
berdekatan dengan permukiman
Fasilitas perkantoran yang terpusat di pusat kota bila memungkinkan diarahkan
untuk dipindahkan untuk menarik perkembangan pergerakan penduduk dan fisik
kota
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 102
5.7.1.6 Industri
Industri yang diperbolehkan dikembangkan didalam permukiman adalah industri
kecil non polutif sedangkan perkembangan Industri kecil yang dapat
menimbulkan pencemaran dan gangguan lingkungan diarahkan untuk
dipindahkan ke daerah pinggiran dan tidak boleh bercampur dengan permukiman
misalkan Industri Huller. Sedangkan industri berpolutan yang sudah bercampur
dengan permukiman diarahkan untuk dipindahkan. Dalam pengembangan
industri selanjutnya, permukiman tidak diperbolehkan berkembang di sekitar
Industri yang menimbulkan polusi
Industri kecil yang berkembang di lingkungan permukiman dan tetap tidak
menimbulkan masalah lingkungan hidup, maka batasan pengembangannya
diijinkan sampai 50% dari kawasan yang digunakan. Artinya pada areal tersebut
antara kegiatan industri dan perumahan maksimum mempunyai luasan yang
sama. Jika kegiatan industrinya melebihi luas tanahnya maka disarankan untuk
membentuk suatu sentra industri.
Pembentukan sentra-sentra industri kecil yang tidak bercampur dengan
permukiman dengan adanya penataan lingkungan
Perkembangan industri diarahkan pada lokasi yang dekat dengan sungai sehingga
memudahkan dalam sistem pembuangan limbahnya
5.7.1.8 Ruang Terbuka Hijau
Fasilitas Ruang terbuka hijau yang ada tetap dipertahankan dan tidak
diperbolehkan adanya alih fungsi RTH menjadi fungsi lain yaitu pada kompleks
militer, taman kota/alun-alun, Taman Makam Pahlawan, jalur hijau, Hutan Kota,
konservasi sempadan sungai dan sempadan SUTT
Ruang Terbuka Hijau publik dikembangkan pada masing-masing BWK dengan
memanfaatkan lahan milik pemerintah untuk mempermudah pemeliharaan dan
pengawasan
Ruang Terbuka Hijau privat dikembangkan khususnya pada kawasan
permukiman, perkantoran, industri dan perdagangan
Kawasan Lahan pertanian irigasi teknis khususnya pada pinggiran kota tetap
dipertahankan sebagian untuk penyeimbang ekologi kota, kawasan resapan dan
cadangan pangan dan lahan kota dan tidak diarahkan untuk berubah fungsi
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 103
khususnya lahan pertanian irigasi teknis yang berada di pinggiran kota dengan
konsep pengendalian :
Dipertahankan secara ketat yaitu pertanian yang memiliki irigasi teknis
yang baik khususnya yang didaerah pinggiran dan diperbolehkan adanya
perubahan namun dengan pengaturan tertentu
Dipertahankan secara fleksibel yaitu pertanian yang memiliki irigasi teknis
yang baik khususnya yang didaerah pusat/tengah kota dan diperbolehkan
adanya perubahan fungsi apabila diperlukan untuk pengembangan kota
Proporsi perbandingan RTH pada wilayah perkotaan Pasrepan dengan lahan
terbangun kota adalah 50 % : 50 %
Ruang Terbuka Hijau Publik diarahkan dengan luas minimal 20 % dari luas kota,
dengan memanfaatkan lahan-lahan milik pemerintah kota
Kawasan perdagangan diarahkan untuk memiliki RTH privat khususnya yang
berada di pusat kota untuk mengurangi polusi akibat kendaraan
Kawasan permukiman diarahkan untuk memiliki RTH privat minimal 30 % dari
luas kawasan terbangun yang dapat berupa taman lingkungan maupun bolevard
untuk memberikan ciri kawasan dan setiap rumah tempat tinggal diarahkan
memiliki sumur resapan dan memiliki RTH privat minimal 30 % dari luas
bangunan. Perumahan yang dibangun oleh developer diwajibkan untuk
menyediakan lahan khusus untuk kawasan resapan perumahan atau dapat dibuat 1
resapan untuk per blok perumahan
Pada kawasan sekitar industri harus disediakan ruang terbuka hijau yang cukup
sebagai buffer dan pemisah dengan fungsi lain sehingga pencemaran yang
ditimbulkan dapat ditekan seminimum mungkin minimal 10 % dari luas
kawasan/cluster industri. Industri yang berkembang bercampur dengan
permukiman diarahkan untuk mempunyai RTH privat minimal 10 % dari luas
lahan
Fasilitas Makam yang telah ada tetap dipertahankan dan dalam pengembangan
permukiman skala besar, developer wajib menyediakan makam tersendiri untuk
kepentingan penghuni perumahan atau dapat memberikan kompensasi kepada
pemerintah untuk menyediakan makam
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 104
Pada jaringan jalan yang memiliki akses tinggi yaitu pada jalan lingkar timur
pada diarahkan untuk dibatasi oleh hijau kota sebagai pembatas antara kegiatan
perkotaan dengan aktivitas jalan/lalu lintas
Pada lahan samping kiri/kanan bekas jalan kereta api diarahkan untuk
dikembangkan sebagai RTH kota
Pada lahan di bantaran sungai, sempadan SUTT diarahkan untuk dikembangkan
sebagai RTH kota
Pengembangan RTH yang berfungsi sebagai barrier antara kompleks militer
dengan penggunaan lahan disekitarnya
5.7.1.9 Pengembangan Fasilitas
Konsep pengembangan fasilitas perkotaan di perkotaan Pasrepan ditetapkan
sebagai berikut :
Memenuhi kebutuhan yang layak untuk masa yang akan datang.
Fungsi kota yang bersifat eksternal dan internal, karena itu perlu penyediaan
fasilitas yang diperlukan bagi penduduk kota maupun daerah sekelilingnya.
Penempatan sarana dan prasarana secara merata dengan memperhatikan
kebutuhan serta daya tampung (kapasitasnya)
Setiap pengembangan kawasan baru dalam skala besar diarahkan untuk dilayani
oleh sarana prasarana perkotaan
Bentuk bangunan untuk pelayanan skala kecamatan kota sedapat mungkin
menonjolkan ciri fisiknya dan dapat dimanfaatkan sebagai pembentuk wajah kota
seperti masjid, kantor kecamatan, balai pertemuan dan lain-lainnya. Sedapat
mungkin fasilitas ini terletak pada kawasan yang strategis.
5.7.2 Kawasan Lindung
Konsep pengembangan kawasan lindung di perkotaan Pasrepan adalah :
a. Menetapkan kawasan sepanjang daerah aliran sungai sebagai kawasan lindung dan
dibebaskan dari bentukan pembangunan fisik guna menjaga fungsinya sebagai daerah
konservasi sungai dan pengaman terhadap longsornya tanah di daerah aliran sungai
sekaligus daerah resapan air
b. Menetapkan daerah di sempadan SUTT sebagai kawasan lindung dan dibebaskan
dari bentukan pembangunan fisik dengan arahan sebagai jalur hijau kota
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 105
c. Menetapkan hutan manrve/hutan buyuk sebagai kawasan lindung mutlak dan
dibebaskan dari bentukan pembangunan fisik guna menjaga fungsinya sebagai
kawasan lindung dengan meningkatkan pengawasan, perlindungan dan pemantauan
secara terpadu serta pengenaan sanksi terhadap kegiatan penebangan liar
5.8 Konsep Pengembangan Sistem Transportasi
Transportasi merupakan salah satu elemen pembentuk sistem tata ruang kota secara
keseluruhan. Oleh sebab itu dalam pengembangan tata ruang kota perlu konsep
perencanaan sistem transportasi yang menyeluruh dan terkait dengan sistem yang lain,
sehingga sistem tata ruang yang direncanakan dapat berjalan secara optimal.
Strategi pengembangan transportasi dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas
internal (dalam kawasan) maupun aksesibilitas eksternal (dengan wilayah luar), serta
mendorong pengembangan kawasan yang merata dan seimbang.
Secara spesifik, strategi transportasi ditujukan untuk :
Menghubungkan pusat-pusat pelayanan.
Menghubungkan aktivitas-aktivitas kota (perdagangan dan jasa, perumahan,
perkantoran, sarana sosial, dll).
Mendorong (stimulate) perkembangan kota pada kawasan yang belum
berkembang.
Pengembangan sistem transportasi dilakukan melalui :
Penataan sistem pergerakan (flow system).
Pengembangan sistem jaringan (network system) :
Peningkatan prasarana yang ada (eksisting).
Pengembangan jaringan baru, untuk kawasan yang belum memiliki jaringan
prasarana transportasi.
Konsep sistem transportasi di wilayah perencanaan sampai akhir tahun perencanaan
adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan sistem moda transportasi yang lebih efektif dan efisien bagi
pelayanan penduduk kota, sekaligus juga pelayanan penduduk di wilayah
sekitarnya, dan hubungan timbal balik antara Kawasan Perkotaan Pasrepan dengan
wilayah yang berada di sekitarnya. Moda transportasi yang dimaksud adalah jenis
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 106
kendaraan angkutan, baik angkutan barang ataupun angkutan manusia (pergerakan
penduduk atas dasar kegiatan ekonomi dan sosial),
2. Pembangunan pola jaringan jalan baru untuk mendukung pemerataan pembangunan
kawasan perkotaan, khususnya pada kawasan yang belum terjangkau oleh jaringan
transportasi yang disesuaikan dengan karakteristik pergerakan dan aktivitas
penggunaan lahan
3. Pengembangan fungsi jaringan jalan dilakukan melalui peningkatan konstruksi
jaringan jalan yang ada, misalnya jalan tanah dan batu ditingkatkan menjadi jalan
aspal dan pelebaran jalan. Selain itu juga dilakukan upaya peningkatan fungsi dan
hierarki jalan yang ada dan pemanfaatan kembali rel kereta api yang sudah mati
untuk dimanfaatkan sebagai jaringan jalan
4. Pengembangan fasilitas penunjang sistem transportasi, dilakukan melalui
pengembangan sub terminal skala kota, pengembangan tempat-tempat
pemberhentian sementara pada lokasi pusat pergerakan, lokasi strategis dan lain
sebagainya.
Sistem jaringan jalan yang ada di Perkotaan Pasrepan memberikan arahan
pemecahan sebagai berikut :
a. Peningkatan sistem perangkutan regional dan lokal yang melalui Kawasan
Perkotaan Pasrepan.
b. Penataan dimensi jalan menurut fungsi dan karakteristik lalu lintasnya yang
berpedoman pada UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
c. Pengembangan prasarana dan perlengkapan serta fasilitas penunjang sistem
perangkutan menurut kaidah dan norma-norma perencanaan serta standar dan
peraturan-peraturan yang ada seperti pengembangan halte dan fasilitas pendukung
aktivitas pejalan kaki
Kebijaksanaan dan strategi pengembangannya terdiri dari :
Sistem jaringan jalan.
Dimensi jaringan jalan.
Pola perangkutan kota
A. Sistem Jaringan Jalan
Untuk mendukung perkembangan daerah terbangun kota akibat pertumbuhan
penduduk dan kegiatan kota, maka pengembangan jaringan jalan diarahkan ke
daerah pinggiran khususnya pada wilayah yang diarahkan sebagai pusat
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 107
pengembangan dan yang telah memiliki embrio jalan sehingga dapat
mengarahkan konsentrasi daerah terbangun serta menunjang proses
perkembangan tata ruang bertahap yang terkendali.
Karena kondisi permukaan lahan kota yang relatif datar, maka pada hakekatnya
berbagai pola pengembangan jaringan dapat diterapkan (grid, radial dan
sebagainya).
Penerapan pola pengembangan hendaknya mempertimbangkan kendala fisik yang
ada.
Untuk memberikan pelayanan pergerakan yang tepat dan sesuai dengan sifat-sifat
pergerakan, maka pola jaringan jalan dibentuk dalam spasial yang sesuai dengan
fungsi/jangkauan optimal pelayanan.
Oleh karena fungsi jaringan jalan di Kawasan Perkotaan Pasrepan sudah cukup
menampakkan kesesuaian dengan struktur tata ruang kota maka untuk mendukung
kecenderungan perkembangan di masa yang akan datang maka perlu diadakan sedikit
perubahan-perubahan pada struktur fungsi jaringan jalan.
Untuk menciptakan sistem lalu lintas yang baik dan meningkatkan kemampuan
daya tampung terhadap pergerakan manusia dan barang di Perkotaan Pasrepan,
maka perlu disusun hirarki jaringan jalan yang sesuai dengan Undang-undang No.
34 Tahun 2006 tentang Jalan sebagai berikut :
- Jalan arteri, arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 60 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 meter ; arteri
sekunder kecepatan rencana paling rendah 30 km/jam dengan lebar badan
jalan paling sedikit 11 meter , tidak boleh terganggu dengan arus ulang alik,
lalu lintas lokal dan kegiatan lokal
- Jalan kolektor, kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 40 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 meter ;
kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana sekunder 20
km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 meter dengan jumlah jalan
masuk dibatasi
- Jalan lokal, lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter ; lokal
sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km/jam
dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 108
- Lingkungan, lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 15 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter ;
lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
10 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter.
B. Dimensi Jaringan Jalan
Kebijaksanaan tata ruang jaringan jalan juga mencakup pengertian tentang upaya
pengarahan dimensi ruang jaringan jalan. Beberapa kebijaksanaan pokok perencanaan
yang mendasari arah perkembangan dimensi jaringan jalan adalah sebagai berikut :
Untuk menjamin hasil pembangunan yang konsisten, maka dimensi ruang ruas
jaringan jalan hendaknya memperhitungkan perkiraan urban lalu lintas (volume)
sebagai dasar utama penetapannya.
Patokan standar dimensi ruang ruas jalan lebih diarahkan sebagai alat kontrol
untuk tolak ukur bahwa dimensi yang ditetapkan sudah sesuai dengan fungsi
jaringan jalan. Dengan demikian dimensi ruang ruas jalan didasari pertimbangan
utama kebutuhan lebar perkerasan carriageway) untuk menampung beban volume
lalu lintas jangka panjang.
Dengan memperhatikan syarat-syarat teknis mengenai kebutuhan pengembangan
fasilitas jalan dan prasarana jalan seperti median, saluran pematusan, bahu jalan,
ambang pengaman, parkir dan sebagainya yang sesuai untuk setiap fungsi jalan,
maka dimensi ruang ruas jalan baru ditetapkan. Dengan pendekatan kebijaksanaan
ini diharapkan upaya-upaya pembangunan oleh pemerintah daerah dapat terjamin
konsistensinya dalam jangka panjang. Selain itu masyarakat kota juga menerima
suatu kepastian hukum dan hak atas tanah yang dimiliki, karena lahan-lahan untuk
pelayanan umum sudah dicadangkan secara terencana.
Konsep pengaturan dimensi jalan didasarkan pada Undang-undang No. 34 Tahun 2006
tentang Jalan sebagai berikut :
1. Ruang Milik Jalan, paling sedikit dengan ukuran :
- Jalan bebas hambatan 30 meter
- Jalan Raya 25 meter
- Jalan Sedang 15 meter
- Jalan Kecil 11 meter
2. Ruang Pengawasan Jalan, paling sedikit dengan ukuran :
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 109
- Jalan Arteri Primer 15 meter
- Kolektor Primer 10 meter
- Lokal Primer 7 meter
- Lingkungan Primer 5 meter
- Jalan Arteri Sekunder 15 meter
- Kolektor Sekunder 5 meter
- Lokal Sekunder 3 meter
- Lingkungan Sekunder 2 meter
C. Trayek Angkutan Umum dan terminal
Konsep pengembangan angkutan Umum di kawasan perkotaan Pasrepan meliputi :
Pengembangan kualitas pelayanan angkutan untuk lebih mengoptimalkan fungsi
angkutan umum sebagai alat transportasi publik sehingga mengurangi
kepemilikan kendaraan pribadi
Konsep pengembangan terminal penumpang di kawasan perkotaan Pasrepan meliputi :
Peningkatan kualitas pelayanan terminal angkutan umum dalam kota yang
meliputi perbaikan kondisi bangunan dan lingkungan terminal yang dilengkapi
dengan sarana prasarana pendukung terminal, serta perbaikan manajemen
pengelolaan terminal sehingga terminal dapat berfungsi sesuai dengan arahan
pengembangannya sebagai terminal angkutan umum
Peningkatan kelas terminal yang dilengkapi dengan perbaikan kondisi terminal
dan lingkungan sekitar terminal dan dilengkapi dengan sarana prasarana
pendukung terminal dalam rangka mendukung perkembangan kota dan
pertumbuhan ekonomi
D. Prasarana Jalan
1. Halte
Konsep pengembangan arah penempatan halte di perkotaan Pasrepan adalah
sebagai berikut:
- Ditempatkan pada jaringan jalan yang menjadi jalur trayek angkutan umum.
- Ditempatkan pada fisik jalan yang mempunyai bahu jalan cukup lebar.
- Ditempatkan pada daerah yang mempunyai kegiatan yang cukup tinggi,
seperti perbelanjaan/perdagangan, pendidikan, perkantoran, industri dan
lainnya.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 110
- Ditempatkan pada lokasi yang strategis, seperti pada persimpangan jalan,
fasilitas umum dana lainnya
- Ditempatkan utamanya diarahkan pada jalan-jalan utama yang mempunyai
intensitas padat dan rawan kemacetan yang disebabkan oleh pemberhentian
kendaraan secara sembarangan serta pada wilayah perkembangan
permukiman
- Penempatan Halte di sekitar kawasan perdagangan yang tidak menambah
kemacaten pada daerah ini. Lokasi yang bisa diambil adalah 50 m
sebelum atau sesudah lokasi perdagangan (50 meter masih dalam batas
kemampuan jalan jarak pendek manusia) sehingga dapat mengurangi
pemberhentian kendaraan umum di depan kawasan perdagangan
- Penempatan Halte di depan kawasan pendidikan utamanya SLTP, SLTA
dan perguruan tinggi, perlu diperhatikan lokasinya sehingga tidak langsung
berhadapan dengan u turn yang ada sehingga tidak mengganggu sirkulasi
kendaraan.
- Halte di depan kawasan permukiman umum dan developer namun perlu
diperhatikan lokasinya tidak langsung berhadapan dengan lokasi
permukiman yang ada sehingga tidak mengganggu sirkulasi kendaraan.
2. Trotoar
Fungsi trotoar antara lain:
- Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi
pergerakan manusia sehingga dapat mengurangi kerawanan kriminal,
- Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi
pergerakan manusia sehingga mempunyai letak strategis dan merupakan
kawasan bisnis yang menarik,
- Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi
pergerakan manusia sehingga mempunyai letak strategis dan berpotensial
sebagai arena promosi, pemasangan iklan dll,
Pengembangan trotoar diprioritaskan pada jalan utama dengan fungsi kegiatan yang
cukup penting, antara lain:
- Ruas jalan yang mempunyai intensitas pejalan kaki cukup besar namun
belum dilengkapi dengan trotoar, misalnya: Jalan di depan fasilitas
pendidikan, dan pembuatan trotoar di depan pasar.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 111
- Ruas jalan yang diperkirakan akan memiliki tarikan pergerakan besar seperti
fasilitas perdagangan jasa, perkantoran, pendidikan dan kesehatan.
- Pembuatan trotoar ini sebaiknya terintegrasi dengan perabot jalan lainnya
misalnya rambu-rambu lalulintas, tempat sampah, lampu penerangan, pot
bunga, halte, zebra cross, dll.
Adapun pertimbangan dalam pengembangan trotoar, antara lain:
- Kondisi permukaan bidang, maka trotoar harus stabil, kuat, bertekstur relatif
datar & tidak licin,
- Pengembangan tempat peristirahatan diletakan pada jarak pereodik sesuai
dengan skala pelayanan pejalan kaki (< 180 meter),
- Dimensi trotoar disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan pengguna jalan
tersebut. Ukuran lebar minimal 122 cm untuk jalan satu arah. Ukuran lebar
trotoar menurut kelas jalan:
Lebar jalan 20 meter, lebar jalur trotoar 7 m,
Lebar jalan 15 meter, lebar jalur trotoar 3.5 m
Lebar jalan 10 meter, lebar jalur trotoar 2 m.
- Sistem penerangan dan perlindungan terhadap sinar matahari. Sistem
penerangan dimalam hari harus cukup untuk menjamin keamanan. Di siang
hari dibutuhkan pengembangan tanaman peneduh yang sesuai.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 112
Tabel 5.75. Tipologi Subterminal yang Dikembangkan di Kota Pasrepan
KETENTUAN SUB TERMINAL
FUNGSI Melayani Angkutan kota dan Pedesaan
FASILITAS
Jalur Pemberangkatan dan Kedatangan
Halte
LOKASI
Terletak di dalam wilayah kawasan Kota Pasrepan dan dalam jaringan angkutan
perdesaan/perkotaan
Terletak pada jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan sekurang-kurangnya
kelas IIIC dan paling tinggi IIIA
Luas lahan yang tersedia disesuaikan dengan permintaan angkutan
Mempunyai akses jalan masuk atau keluar, ke dan dari terminal sesuai dengan
kebutuhan
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
5.9 Konsep Pengembangan Sistem Utilitas
5.9.1 Pelayanan Jaringan Air Bersih
Konsep dan strategi untuk pengembangan pelayanan jaringan air bersih yaitu
dengan cara :
a) Untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk, maka diperlukan peningkatan
pelayanan jaringan yang ada dengan pembuatan jaringan baru pada kawasan yang akan
dikembangkan khususnya pada permukiman baru dan pada daerah padat penduduk dan
pada kawasan yang pada kondisi eksisting belum terlayani serta rehabilitasi jaringan
yang telah ada untuk peningkatan distribusi air. Selain itu juga pengembangan sumber
air bersih agar meningkatkan produksi dan pengendalian tingkat kebocoran.
b) Penyediaan air bersih dengan menggunakan pelayanan PDAM harus tetap
memperhatikan sistem kompleks yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu:
1. Sistem sumber
2. Sistem transmisi
3. Sistem distribusi
c) Untuk dapat mempertahankan ketersediaan sumber air di Kota Pasrepan maka perlu
dilakukan konservasi air dengan cara meningkatkan pemanfaatan air permukaan,
meningkatkan efisiensi air irigasi dan menjaga kualitas air sesuai dengan
peruntukannya
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 113
d) Diperlukan adanya alternatif sumber air untuk mendukung perkembangan kota dan
pertumbuhan penduduk di masa mendatang sehingga semua kawasan perkotaan dapat
terlayani oleh PDAM
5.9.2 Pelayanan Jaringan Drainase
Konsep dan strategi untuk pengembangan jaringan drainase yaitu dengan cara :
a) Perencanaan saluran drainase sekunder baru
Saluran drainase sekunder baru di wilayah Kota Pasrepan perlu untuk direncanakan
pada kawasan yang akan berkembang khususnya untuk areal pemukiman, industri,
perdagangan dan lainnya. Saluran sekunder baru ini, akan direncanakan terutama
didaerah permukiman kota yang sekarang kurang optimal fungsinya.
b) Perbaikan saluran drainase sekunder
Saluran-saluran yang rusak perlu untuk diperbaiki dan atau diperbesar daya
tampungnya dengan cara memperbesar dimensi saluran, sehingga tidak lagi
menimbulkan luapan-luapan/ genangan ketika terjadi hujan deras.
c) Normalisasi saluran
Perlu dilakukan kegiatan normalisasi saluran secara berkala dengan melibatkan
masyarakat, minimal 2 kali dalam setahun yaitu sebelum musim hujan agar aliran air
lancar dan setelah musim hujan agar saluran menjadi tampak bersih, indah dan sehat.
d) Perkuatan tebing dan pembuatan tanggul banjir
Untuk mencegah terjadinya longsoran tebing saluran perlu dilakukan perkuatan tebing
saluran terutama pada bagian tikungan saluran dan pertemuan saluran
Untuk daerah yang airnya rawan/sering meluap maka perlu dibangun tanggul
penahan banjir, sehingga banjir tidak lagi terjadi di daerah Kota Pasrepan.
a) Pelestarian ruang terbuka hijau dan hutan Kota
Adapun upaya pelestarian ruang terbuka hijau dan hutan kota adalah
- Melindungi kawasan ruang terbuka hijau dan hutan kota untuk tetap berfungsi
sebagai kawasan penghijauan
- Mewajibkan pada pihak yang akan membangun kawasan komersial untuk
menyisakan lahannya sebagai kawasan hijau yang dapat lolos air
b) Perencanaan sumur resapan dan kolam resapan
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 114
5.9.3 Pelayanan Jaringan Listrik
Konsep dan strategi untuk pengembangan jaringan listrik yaitu dengan cara :
a) Pemeliharaan jaringan-jaringan listrik yang sudah ada.
b) Peningkatan kuantitas dan penambahan jaringan listrik pada wilayah yang belum
terjangkau jaringan listrik perkotaan yaitu pada daerah yang sedang berkembang dan
pada daerah yang diarahkan untuk perkembangan kota baik pada kawasan permukiman
baru maupun perdagangan dan jasa
c) Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan untuk mendukung perkembangan sektor
industri
5..9.4 Pelayanan Jaringan Telepon
Konsep dan Strategi untuk pengembangan jaringan telepon yaitu dengan cara :
a) Peningkatan pelayanan jaringan yang ada dengan pemasangan jaringan baru di daerah
yang belum terlayani yaitu pada daerah yang sedang berkembang dan pada daerah yang
diarahkan untuk perkembangan kota khususnya pada permukiman baru
b) Pemeliharaan jaringan telepon yang sudah ada khususnya fasilitas telepon umum
c) Pada wilayah dengan kepadatan penduduk sangat rendah, peningkatan kualitas
pelayanan jaringan telekomunikasi dapat dikembangkan melalui sistem telekomunikasi
nir-kabel (wireless), guna lebih memperbesar akses informasi komunikasi yang optimal
bagi seluruh masyarakat di seluruh wilayah kota Pasrepan
d) Adanya pengaturan dan pengawasan dalam pengembangan menara
telekomunikasi/vendor telepon sellular, seiring dengan semakin besarnya penggunaan
telepon sellular, untuk mencegah perkembangan menara sellular yang tidak terkendali
dan tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan.
5.9.5 Pelayanan Persampahan
Konsep dan strategi untuk pengembangan pelayanan persampahan di kawasan
perkotaan Pasrepan adalah sebagai berikut :
a) Pemeliharaan sarana TPS yang sudah ada
b) Pada kawasan permukiman padat yang sudah ada maupun perumahan yang dibangun
developer yang sudah ada dan permukiman/perumahan baru yang akan dibangun oleh
swadaya maupun developer diarahkan untuk memiliki tempat penampungan sampah
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 115
khusus untuk penghuni perumahan dan sistem pembuangan ke TPA dapat bekerjasama
dengan pemerintah daerah
c) Penambahan Jumlah Petugas kebersihan kota untuk meningkatkan kualitas lingkungan
perkotaan
d) Penambahan jumlah tong sampah khususnya pada pusat-pusat keramaian seperti pada
kawasan perdagangan, perkantoran, kesehatan dan pendidikan dengan sistem
pembagian sampah menjadi sampah basah dan kering
Konsep pengolahan sampah perkotaan ialah untuk daerah perkotaan cara
pengolahan sampah dilakukan dengan membuang sampah ke dump truck (truk sampah).
Prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengurangi permasalahan sampah dengan cara 4R +
1P yaitu:
a) Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang
dipergunakan.
b) Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Dan menghindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai,
buang).
c) Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang.
d) Replace ( Mengganti); meneliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang
barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga
meneliti agar masyarakat memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan
e) Participation (Partisipasi Masyarakat) ; dengan melibatkan masyarakat dalam
pengolahan sampah sehingga sampah dapat dimanfaatkan lagi dan dapat mengurangi
sampah yang masuk ke TPA
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 116
Gambar 5.23. Konsep Pelayanan Sistem Persampahan
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh air
kotor/limbah, perlu dikembangkan penanganan sistem pembuangan air limbah. Jenis
penanganan air limbah yang meliputi :
1. Penanganan air limbah sistem setempat (onsite)
Penanganan air limbah sistem setempat (onsite) yaitu penanganan air limbah di
lokasi setempat untuk melayani perorangan atau sekelompok warga yang dikelola
oleh warga setempat dengan penggunaan teknologi tepat guna/sederhana.
2. Penanganan air limbah sistem terpusat (off-site)
Penanganan air limbah sistem terpusat (off-site) yaitu penanganan air limbah untuk
melayani sejumlah penduduk yang dikelola oleh suatu lembaga dengan penggunaan
teknologi tinggi.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 117
Sistem pembuangan air limbah di Kota Pasrepan diarahkan pada penerapan
teknologi sanitasi dengan biaya murah (low cost sanitation). Sistem pengolahan diarahkan
pada sistem on-site sanitation dengan fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
a) Cubluk
Kelebihan fasilitas ini adalah mudah dan murah dalam hal konstruksi dan
pemeliharaan, sedangkan kerugiannya dapat mencemari air tanah dan tidak sesuai
untuk daerah padat.
b) Jamban Keluarga (Jaga)
Suatu sarana pelayanan pembuangan kotoran manusia untuk suatu keluarga (4-8)
jiwa yang terdiri dari rumah jamban dengan lubang jongkok dan sarana
pengumpulan kotoran berupa cubluk atau tangki septik tank. Kriteria teknis :
Satu jaga untuk satu keluarga,
Jarak jaga dengan sumber air minimal 15 m,
Bagian atas jaga harus terlindungi,
Bagian bawah kedalaman muka air > 6 m (untuk cubluk),
Bagian bawah kedalaman muka air < 6 m (untuk septik tank),
Tersedia air untuk penggelontoran.
c) Septic Tank
Kelebihan fasilitas ini disamping sangat memenuhi persyaratan sanitasi, juga
mampu menampung semua air limbah rumah tangga. Sedangkan kerugiannya
adalah membutuhkan ruang yang luas serta biaya konstruksi & pemeliharaan relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk fasilitas sanitasi lainnya.
d) Jamban Sekolah (Jamlah)
Bangunan ini terdiri dari dua atau lebih unit jamban dan satu peturasan/wunove,
yang dibangun pada sekolah. Kriteria teknis :
Satu jamlah untuk satu sekolah,
Terdiri dari dua atau lebih unit jamban dan satu peturasan,
Tersedia air penggelontoran.
e) Mandi, Cuci dan Kakus (MCK)
Suatu sarana pelayanan pembuangan kotoran manusia (tinja & urine), mandi dan
cuci untuk melayani 10-25 jiwa untuk pemukiman dan 100-200 jiwa untuk
pelayanan umum dan ditempatkan di lokasi tertentu.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 118
Bangunan ini terdiri dari bangunan atas (atap, dinding pintu, lantai jamban, pondasi
jamban, plat jongkok, leher angsa, bak kontrol, pipa penyalur air perapat) dan
bangunan bawah (cubluk, tanki septik dengan bidang resapan). Kriteria teknis :
Melayani 10-25 jiwa untuk pemukiman,
Melayani 100-200 jiwa untuk pelayanan umum,
Terletak ditempat strategis atau permukiman/pasar,
Tersedia air bersih,
Mudah dijangkau,
Terdiri dari bangunan atas dan bawah.
f) Jamban Majemuk (Jamak)
Merupakan sarana pembuangan air limbah dan kotoran manusia yang
dipergunakan/dimanfaatkan oleh sekelompok masyarakat/keluarga umumnya 2-7
keluarga. Bangunan ini terdiri dari rumah jamban dengan 2-6 ruangan/lubang
jongkok dan menggunakan satu bangunan (tangki septik tank dengan resepasan).
Kriteria teknis :
Melayani 2-7 kepala keluarga,
Terdiri dari 2-6 ruangan jongkok ditambah dengan septik tank & resapan,
Terletak ditempat strategis atau permukiman,
Tersedia air penggelontor,
Mudah dijangkau.
g) Truck Tinja
Tabel 5.76. Kriteria Truck Tinja
NO. URAIAN KRITERIA
1. Kapasitas (m) 3 - 6
2. Ritasi 2 - 3
3. Pengadaan DKP
4. Instalasi Pengelolaan DKP
Skematik bentuk pengelolaan air limbah yang dapat diterapkan di Kawasan BWK
II dapat dilihat pada Gambar berikut
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 119
Gambar 5.24. Skematik Arahan Pengelolaan Air Limbah Domestik
Gambar 5.25. Skematik Arahan Desain Tangki Septik dengan Bidang Resapan
5.10 Konsep Pengembangan Fasilitas Umum
Penyediaan fasilitas dalam menunjang kehidupan suatu wilayah didasarkan pada
jumlah penduduk yang ada, sehingga besar kecilnya jumlah penduduk akan mempengaruhi
banyak sedikitnya jumlah fasilitas yang ada. Standar penyediaan fasilitas merupakan suatu
pedoman yang digunakan untuk penyediaan fasilitas, sehingga penyediaan fasilitas tersebut
akan sesuai dengan tingkat kebutuhan dari masyarakat. Ketersediaan fasilitas berupa
sarana pendidikan, peribadatan dan kesehatan di Kawasan Perkotaan Pasrepan pada
berdasarkan segi kuantitasnya yang didasarkan pada standart permukiman perkotaan sudah
mencukupi kebutuhan penduduknya. Namun jika ditinjau dari persebarannya maka
diperlukan pendistribusian pembangunan fasilitas umum secara merata di masing-masing
kelurahan sehingga tidak terjadi kesenjangan pembangunan terutama fasilitas pendidikan
dan kesehatan yang hingga saat ini masih cenderung terpusat di pusat-pusat pertumbuhan,
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 120
serta peningkatan kulitas tiap-tiap jenis fasilitas yang sudah ada sehingga dapat
memeberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Adapun tujuan dari pengembangan sarana dan prasarana kota antara lain adalah
untuk :
Membentuk struktur pusat-pusat pelayanan kawasan yang telah ditetapkan. Dalam
hal ini penampahan fasilitas sesuai dengan proyeksi yang telah dilakukan diarahkan
di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat, yaitu di pusat-pusat pelayanan.
Pengembangan sarana dan prasarana sosial ekonomi dapat mendukung aktivitas
sosial ekonomi di Kawasan Perkotaan Pasrepan antara lain perdagangan, pertanian,
perkebunan, peternakan, dll). Hal tersebut adalah salah satu cara untuk mendukung
kegiatan sosial ekonomi di Kawasan Perkotaan Pasrepan.
Pengembangan fasilitas sosial ekonomi sesuai dengan perhitungan yang telah
dilakukan di distribusikan secara merata diseluruh bagian wilayah Kawasan
Perkotaan Pasrepan.
5.11 Konsep Pengembangan Sempadan Bangunan
Pembangunan kota perlu memperhatikan pengaturan bangunan, karena keteraturan
bangunan sangat menentukan ketertiban kota dan memberi kemudahan pada penataan fisik
lingkungan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan pokok dalam penataan bangunan adalah :
a. Fungsi bangunan harus sesuai dengan rencana tata guna lahan. Selain itu fungsi
bangunan harus sesuai dengan ketersediaan fasilitas pendukung. Selanjutnya fungsi
bangunan akan menentukan bentuk bangunan dan skala pelayanannya.
b. Setiap bangunan harus sesuai dengan batas ruang pengawasan jalan (ruwasja) yang
ditetapkan untuk ruas jalan yang bersangkutan.
c. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) harus sesuai dengan arahan kepadatan bangunan
untuk wilayah yang bersangkutan dan nilai KDB ini maksimum sama dengan
persyaratan KDB yang diizinkan.
d. Ketinggian bangunan tidak melebihi persyaratan nilai Koefisien Lantai Bangunan
(KLB) untuk kawasan bersangkutan dan dapat mendukung keserasian lingkungan
yaitu disesuaikan dengan fungsi dan kondisi lingkungan sekitarnya
e. Penetapan fungsi suatu bangunan harus sesuai dengan situasi lingkungan dan fungsi
bangunan yang bersangkutan tidak mengganggu fasilitas/bangunan lainnya.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 121
f. Diharapkan fungsi kegiatan dapat saling mendukung minimum dalam satu
kawasan.
g. Luas kapling kelas tertentu tidak mengelompok, tetapi harus menyebar, sedangkan
luas kapling kecil, menengah dan besar harus dapat bercampur.
h. Setiap perencanaan dan pembangunan fisik harus memperhatikan ketersediaan
daerah tangkapan air (catchment area).
Sempadan bangunan adalah jarak minimum yang diperkenankan dari batas
perpetakan sampai bidang terluar dinding suatu bangunan, atau jarak minimum bidang-
bidang terluar dinding suatu bangunan lainnya yang terdekat dimana jarak/jalur tersebut
tidak diperkenankan beratap. Penetapan sempadan bangunan perlu mempertimbangkan :
1. Sempadan Bangunan Untuk Keamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
Merupakan jarak atau ruang yang diperhitungkan dapat mencegah merambatnya
api ke bangunan lain dan memberikan ruang yang cukup untuk petugas dalam
memadamkan kebakaran. Jarak aman terhadap bahaya kebarakan ini diperhitungkan juga
terhadap pemakaian bahan bangunan dan faktor ketinggian bangunan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.26. Ilustrasi Jarak Bebas Bangunan
2. Sempadan Bangunan Untuk Pencahayaan dan Pengawasan Bangunan
Ruang antara bangunan harus cukup memberikan kemungkinan pertukaran udara
dan masuknya terang langit ke dalam bangunan.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 122
Gambar 5.27. Ilustrasi Jarak Bebas sebagai Penghawaan dan Pencahayaan Alami
3. Sempadan Bangunan Untuk Ruang Visual Lalu Lintas
Ruang visual lalu lintas yang aman terhadap kegiatan pergerakan dalam suatu
lingkungan akan ditentukan oleh jenis lalu lintas yang melewati jalan tersebut. Hal ini
ditentukan oleh fungsi jalan seperti terlihat pada Gambar berikut
Secara dua dimensional pengaturan jarak bebas bangunan akan diatur melalui garis
sempadan bangunan. Pengertian dari garis sempadan adalah garis batas luar pengamanan
untuk dapat mendirikan bangunan dan atau pagar di kanan kiri jalan, sungai, situ atau
jaringan irigasi.
Gambar 5.28. Ruang Visual
4. Garis Sempadan Sungai Dan Saluran Irigsi
Garis sempadan sungai dan saluran irigasi ditetapkan dari tepi sungai dan irigasi
dan atau dari kaki talud luar sampai ke pagar batas bangunan.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 123
Tabel 5.77. Ketentuan Sempadan Sungai dan Irigasi Di Kota Pasrepan
NO. URAIAN DEBET (m/detik)
JARAK GARIS SEMPADAN
BERTANGGUL TIDAK BERTANGGUL
1. Saluran Irigasi < 1 4 2,00 m 2,00 m
2. Sungai/Kali Pembuangan > 1 4 3,00 m 3,00 m
Keterangan : Garis sempadan, saluran irigasi, dan rawa/situ ditetapkan dari tepi
sungai, saluran irigasi, dan rawa/situ atau dari kaki talud luar sampai ke pagar batas
bangunan.
Budidaya/terbangun
Budidaya/terbangun
Sempadan
10 - 50m
Sempadan
10 - 50m
Jalan
inspeksi
Jalan
inspeksi
Budidaya/terbangun
Budidaya/terbangun
Sempadan
10 - 50m
Sempadan
10 - 50m
Jalan
inspeksi
Jalan
inspeksi
Gambar 5.29. Ilustrasi Penetapan Sempadan Sun
Budidaya/Terbangun Budidaya/Terbangun
Jalan
inspeksi
Jalan
inspeksi
Retaining Wall/
Dinding Penahan
Budidaya/Terbangun Budidaya/Terbangun
Jalan
inspeksi
Jalan
inspeksi
Retaining Wall/
Dinding Penahan
Gambar 5.30. Ilustrasi Penampang Saluran Irigasi
5.12 Konsep Pengembangan Massa Bangunan
Dalam suatu perencanaan pengaturan intensitas pemanfaatan lahan sangat
dibutuhkan agar dalam perencanaan Tata Ruang dapat memenuhi kaidah efisiensi
pemanfaatan ruang dan dapat menciptakan kegiatan secara efektif. Pengaturang intensitas
penggunaan ruang meliputi Kepadatan bangunan (KDB), Ketinggian Lantai Bangunan
(KLB), dan jarak Bebas atau sempadan bangunan.
5.13 Konsep Kepadatan Bangunan
Prinsip yang digunakan datam menetapkan kepadatan bangunan adalah sebagai
berikut :
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 124
1. Kepadatan bangunan perlu memperhatikan ruang kawasan yang tercipta akibat
adanya bangunan-bangunan.
2. Pemanfaatan ruang dengan fungsi yang berbeda akan menghasilkan kepadatan
bangunan yang berbeda.
3. Kawasan perumahan yang dibangun dengan kepadatan bangunan yang rendah,
dimaksudkan untuk mengurangi resiko polusi sumber-sumber air alami,
mengurangi resiko gangguan dan bahaya kesehatan, serta memperbesar daya serap
tanah terhadap air permukaan.
4. Kepadatan bangunan diatur untuk suasana asri dan alamiah, dengan menciptakan
ketenangan, kenyamanan dan kesehatan.
5. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah rasio perbandingan luas lahan terbangun
(land coverage) dengan luas lahan peruntukan keseluruhan dan dinyatakan dalam
satuan persen.
Pengaturan KDB yang diarahkan di Kawasan Kota Pasrepan dibagi menjadi 3
(tiga) kelas yaitu sebagai berikut :
Blok Peruntukkan dengan KDB tinggi : > 40 % - 60 %
Blok Peruntukkan dengan KDB sedang : > 20 % - 40 %
Blok Peruntukkan dengan KDB rendah : > 5 % - 20 %
5.14 Rencana Ketinggian Bangunan
Untuk memperkecil fluktuasi debit air, baik air tanah maupun air permukaan, serta
menjaga sirkulasi udara dan cahaya yang sejuk dan segar, maka proporsi lahan terbuka
harus lebih besar dari pada lahan terbangun. Selain taman dan ruang terbuka (open space),
pekarangan rumah termasuk dalam lahan terbuka yang dapat dimanfaatkan. Lahan terbuka
yang semakin banyak akan memperbesar bidang peresapan air hujan dan akan menurunkan
debit aliran air di permukaan tanah (run off) serta menambah cadangan air tanah.
Seringkali kepentingan untuk keseimbangan lingkungan berbenturan dengan
kepentingan usaha/efisiensi. Di wilayah yang berkembang pesat seperti pusat perdagangan
dan wilayah dengan intensitas ketinggian tinggi, harga dan nilai lahan juga tinggi. Harga
lahan yang tinggi mendorong penduduk untuk memanfaatkan setiap jengkal lahannya
menjadi lahan produktif. Akibatnya tidak tersisa lagi lahan kosong, sehingga kepadatan
bangunan menjadi tinggi.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISA 2013
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan
Kecamatan Pasrepan serta Peraturan Zonasi
V - 125
Ketinggian bangunan dapat membantu terciptanya kesan klimaks-antiklimaks. Pada
umumnya bangunan tinggi adalah di pusat kota. Semakin mendekati pusat kota atau pusat
kegiatan bangunan akan semakin rapat dan tinggi yang mencerminkan intensitas kegiatan
yang semakin tinggi. Ketinggian bangunan di Kota Pasrepan pada umumnya akan
dikembangkan dengan ketinggian 1 s/d 2 lantai kecuali untuk penggunaan lahan yang
menuntut intensitas penggunaan ruang yang tinggi, yaitu lahan-lahan untuk kegiatan
produktif. Ketinggian maksimum yang di ijinkan di Kota Pasrepan adalah 3 (tiga) lantai,
dimana tinggi satu lantai maksimum 5 M.