Anda di halaman 1dari 23

ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
108
ELEMEN MESIN II






















PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
109
BAGI AN I V
SISTEM TRANSMISI SABUK V (V BELT)


Pemindah daya adalah elemen mesin untuk menyalurkan/ memindahkan
daya dari sumber daya (motor listrik, engine diesel, bensin, turbin uap, dll)
ke mesin yang membutuhkan daya (pompa, kompresor, mesin bubut,
mesin produksi, dll).
Contoh: SHAFT, COUPLING, CLUTCH, BELT, CHAIN, CABLE,
GEAR

Adalah elemen mesin yang digunakan untuk mentransmisikan daya
antar dua buah poros yang berjauhan, sehingga tidak dimungkinkan
untuk menggunakan roda gigi.
Sistem transmisi sabuk bekerja berpasangan dengan puli (pulley)
sebagai tempat berputar, ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 4.1 di
bawah ini.


Sabuk biasanya digunakan untuk mereduksi mengurangi) kecepatan
putaran
Gambar 4.1 Sistem transmisi sabuk
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
110
Macam-macam sabuk : (ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 4.10
1. rata (flat); untuk jarak poros < 10m, rasio putaran 1-6
2. trapesium (V belt); jarak poros < 5m, rasio putaran 1-7
3. gigi (timing belt); jarak poros < 2m, rasio putaran 1-6
Macam-macam penggunaan sabuk rata (flat) untuk transmisi daya :
1. transmisi terbuka (open belt drive)
Sistem ini digunakan untuk posisi poros yang sejajar dan
berputar dalam arah yang sama. Sistem transmisi terbuka ini
ditunjukkan dalam gambar 4.1
2. transmisi silang (crossed/twist drive)
Sistem ini digunakan untuk menghantarkan daya pada poros
yang sejajar, akan tetapi dengan arah putaran yang berlawanan.
Pada sistem ini terjadi gesekan antar sabuk pada bagian yang
bersilangan, sehingga menyebabkan aus. Untuk
menghindarinya jarak antar poros diusahakan 20 kali lebar
sabuk, dan kecepatan sabuk harus < 15 m/s. Sistem transmisi
silang ini dapat dilihat pada gambar 4.2.





Gambar 4.2. Sistem transmisi
silang
Gambar 4.3. Sistem transmisi sabuk belok
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
111
3. Transmisi belok (quarter turn belt drive)
Seperti gambar 4.3, posisi poros tidak sejajar, sehingga
sabuk transmisi berada dalam keadaan berbelok seperti
pada gambar.
4. transmisi dengan puli diam (idler pulley)
Digunakan untuk posisi poros yang sejajar, dan sistem
transmisi terbuka tidak bisa digunakan karena sudut kontak
yang terlalu kecil pada puli kecil, sistem ini juga dapat
membantu kekencangan sabuk. Ilustrasinya dapat dilihat
pada gambar 4.4.
5. Transmisi gabungan/bertingkat (Compound belt drive)







Gambar 4.4. Sistem transmisi sabuk
dengan puli diam (idler pulley)
Gambar 4.5. Sistem transmisi sabuk
bertingkat

ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
112

Sistem transmisi seperti gambar 4.5 di atas, digunakan
untuk mengubah kecepatan putaran secara bertahap sesuai
keperluan, untuk poros pemutar yang bekerja dengan
kecepatan konstan.

Daya maksimum yang dapat dihantarkan oleh satu rangkaian sabuk
adalah 500 kW
Kecepatan sabuk maksimum 25 m/s
Pada sabuk rata dan V masih terjadi slip antara sabuk dan puli (pulley),
sehingga putaran yang dihantarkan tidak konstan, soluysinya adalah
dengan menggunakan sabuk gigi
Keuntungan penggunaan sabuk adalah bekerja lebih halus daripada
roda gigi dan rantai, dan biayanya murah.
Bahan untuk sabuk adalah karet, sedangkan bahan pembuat puli adalah
besi cor, plat baja, dll.

Perencanaan Sabuk V
Sabuk V mempunyai bentuk trapesium
Kapasitas daya yang dapat ditransmisikan oleh sabuk V lebih besar
daripada sabuk rata.
Macam-macam sabuk V :
1. sabuk V standar; (A, B, C, D, E), dimensinya lihat gambar
4.6.
2. sabuk V sempit; (3V, 5V, 8V), perbedaannya dengan sabuk
V standar beserta dimensinya dapat dilihat pada gambar
4.7.
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
113



















Adapun profil dan dimensi puli untuk sabuk V ditampilkan pada
gambar 4.8 dan tabel 4.1 berikut.
Gambar 4.6. Ukuran penampang sabuk V standar
Gambar 4.7. Ukuran penampang sabuk V sempit
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
114





Tabel 4.1. Ukuran penampang puli sabuk V


Gambar 4.8. Penampang puli sabuk V
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
115
Dalam perencanaan sabuk V, harus diketahui daya yang akan
ditransmisikan (P), putaran poros puli kecil/pemutar (n1),
perbandingan putaran poros (i), dan jarak antar sumbu poros (C).
Langkah-langkah perencanaan sabuk V :
1. Daya rencana (Pd)
Pd= P x fc
P = daya yang ditransmisikan (kW)
fc = faktor koreksi, lihat tabel 4.2 berdasarkan jenis mesin, lama
kerjanya, dan jenis motor yang digunakan.
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
116
Tabel 4.2. Faktor koreksi daya

ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
117



2. Dari daya rencana yang sudah didapatkan, serta putaran puli kecil
yang diketahui, dapat dipilih penampang sabuk yang tepat menurut
ketentuan dalam gambar 4.9.
3. Cari diameter jarak bagi puli kecil (dp) dengan mengacu pada
ketentuan pada tabel 4.3.
4. Hitung diameter lingkaran jarak bagi puli besar (Dp) dengan
persamaan :
Dp = dp x i
5. Hitung diameter luar puli kecil (dk) dengan persamaan :
dk = dp + 11 mm
6. Hitung diameter luar puli besar (Dk) dengan persamaan :
Dk = Dp + 11 mm

Gambar 4.9. Pemilihan jenis sabuk V
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
118
Tabel 4.3. Diameter jarak bagi puli kecil (dp)

7. Kecepatan linier sabuk (v)
1000 60
n d
v
1 p


=
Kecepatan linier sabuk harus lebih kecil dari 25 m/s, kalau didapat
nilai yang lebih besar dari 25 m/s, maka ambil nilai dp yang lebih
kecil, atau buatlah sistem transmisi yang bertingkat.
8. Kapasitas daya transmisi untuk satu sabuk (Po)
Lihat tabel 4.4 untuk sabuk V standar (tipe A dan B), untuk sabuk
V sempit (tipe 3V dan 5V) lihat tabel 4.5. Penentuan Po
berdasarkan putaran puli kecil (n1) dan dp. Kemudian ditambah
dengan harga tambahan karena perbandingan putaran (i).

ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
119
Tabel 4.4. Kapasitas daya untuk sabuk standar


Tabel 4.5. Kapasitas daya (Po) untuk sabuk V sempit

Catatan : bila tidak didapat nilai yang sesuai, bisa dilakukan
interpolasi pada nilai-nilai yang ada.
9. Panjang keliling sabuk (L)
2
) (
4
1
) (
2
2 dp Dp
C
Dp dp C L + + + =
t

Setelah didapat panjang keliling sabuk, cocokkan L hasil
perhitungan dengan standar panjang sabuk yang ada di pasaran,
berdasarkan tabel 4.6 (a) dan (b) (untuk sabuk V standar) & tabel
4.7 (sabuk V sempit). (nilai L dibulatkan ke nilai standar paling
dekat).
10. Jarak antar sumbu poros aktual (C)
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
120
Karena panjang sabuk (L harus disesuaikan dengan tabel, maka
jarak antar poros (C) juga akan memerlukan penyesuaian atau
koreksi.
8
) ( 8
2 2
dp Dp b b
C
+
= dimana : b = 2L - 3,14
(Dp+dp)
11. Cari nilai
C
dp Dp
untuk mendapatkan nilai sudut kontak puli
kecil, dan faktor koreksi karena perbedaan sudut kontak (K),
berdasarkan tabel 4.8. Gunakan Interpolasi jika perlu.


12. Jumlah sabuk yang diperlukan (N)
o
K P
Pd
N

=
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
121
Tabel 4.6 (a). nomer sabuk V standar (bertanda *)

ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
122

Tabel 4.6 (b). Panjang sabuk V standar

ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
123
Tabel 4.7. Panjang sabuk V sempit

ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
124
Tabel 4.8. Faktor Koreksi K

ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
125
TUGAS INDIVIDU ATAU
TUGAS MANDIRI


Sebelum contoh aplikasi soal dibawah ini, setiap mahasiswa juga diberi
tugas untuk menghitung aplikasi sabuk dan pully pada mesin tepat guna
yang ada di masyarakat/industri kecil.


Selamat mengerjakan







ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
126
CONTOH :
Sebuah kompresor kecil digerakkan oleh sebuah motor listrik AC dengan
daya 3,7 kW, 1450 rpm, dan diameter poros 25 mm. Putaran kompresor
yang dikehendaki adalah 870 rpm. Kompresor bekerja 8 jam sehari. Jarak
antar poros yangdirencanakan kira-kira 300 mm. Carilah sabuk V dan puli
yang sesuai.

PENYELESAIAN :
Diketahui dari soal : P = 3,7 kW, n1 = 1450 rpm, i = 1450/870 1,67; C =
300mm
1. Daya rencana (Pd)
Fc untuk kompresor, bekerja 8 jam/hari, motor AC, dari tabel 4.2
didapat nilai 1,4
Pd = 3,7 x 1,4 = 5,18 kW
2. Dengan Pd = 5,18 kW dan n1 = 1450 rpm, lihat gambar 4.9 untuk
mendapatkan tipe sabuk yang sesuai. Didapatkan tipe sabuk B atau
3V, misal kita ambil sabuk V standar tipe B.
3. Diameter jarak bagi puli kecil (dp), didapat dari tabel 4.3. Untuk sabuk
B nilai dp minimum adalah 115, dan yang dianjurkan adalah 145. Kita
ambil nilai 118 mm (mencocokkan dengan tabel 4.4, karena yang ada
hanya diameter 118 dan 150).
4. Diameter jarak bagi puli besar (Dp)
Dp = dp x i = 118 x 1,67 = 197,06 mm
5. Diameter luar puli kecil (dk) = dp + 11 = 118 + 11 = 129 mm
6. Diameter luar puli besar (Dk) = Dk + 11 = 197 + 11 = 208 mm
7. Kecepatan linier sabuk (v)
95 , 8
1000 60
1450 118 14 , 3
1000 60
1
=


=
n d
v
p
t
m/s
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
127
8,95 m/s < 25 m/s artinya baik untuk digunakan.
8. Kapasitas daya sabuk (Po)
Dari langkah-langkah sebelumnya kita dapatkan n1 = 1450 rpm, dp =
118 mm, i = 1,67, dan sabuk yang dipilih adalah tipe standar tipe B,
maka lihat tabel 4.4 (po untuk sabuk V standar. Karena untuk putaran
puli kecil tidak ada nilai 1450 rpm, maka kita gunakan interpolasi.

Putaran puli kecil
(rpm)
118 mm (penampang B
standar)
1,52 1,99 (harga
tambahan)
1400 1,83 0,41
1450 ? ?
1600 1,98 0,47
Interpolasi untuk kapasitas daya :
83 , 1 98 , 1
83 , 1
1400 1600
1400 1450

x

15 , 0
83 , 1
200
50
=
x

87 , 1 8675 , 1 83 , 1 15 , 0
200
50
~ = + |
.
|

\
|
= x
Interpolasi untuk harga tambahan :
41 , 0 47 , 0
41 , 0
1400 1600
1400 1450

x
425 , 0 41 , 0 06 , 0
200
50
= + |
.
|

\
|
= x
Jadi Po = 1,87 + 0,425 = 2,295 kW/sabuk
9. Panjang keliling sabuk (L), dari soal diketahui C = 300 mm
2
) (
4
1
) (
2
2 dp Dp
C
Dp dp C L + + + =
t

2
) 118 197 (
300 4
1
) 197 118 (
2
14 , 3
300 2

+ + + = L
) 6241 (
1200
1
55 , 494 600 + + = L
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
128
75 , 1099 2 , 5 55 , 494 600 = + + = L mm
Berdasarkan tabel 4.6.(a) dan 4.6.(b) diambil nilai yang paling dekat
dengan 1099,75 mm yaitu 1092 mm, untuk sabuk nomer 43. (usahakan
untuk mencari nomer yang diberi tanda * pada tabel 4.6.(a) untuk
sabuk standar), jadi L = 1092 mm
10. Jarak antar poros aktual
b = 2L - 3,14 (Dp+dp) = ( ) ( ) 9 , 1194 118 197 14 , 3 1092 2 = +
( )
8
118 197 8 9 , 1194 9 , 1194
8
) ( 8
2 2 2 2
+
=
+
=
dp Dp b b
C
8
) 79 ( 8 01 , 1427786 9 , 1194
2
+
= C
8
01 , 1377858 9 , 1149
8
49928 01 , 1427786 9 , 1194 +
=
+
= C
09 , 296
8
822 , 1173 9 , 1194
=
+
= C mm
11. 267 , 0
09 , 296
118 197
~

C
dp Dp

C
dp Dp

K
0,20 0,97
0,267 ?
0,30 0,96
Dengan interpolasi :
97 , 0 96 , 0
97 , 0
20 , 0 30 , 0
20 , 0 267 , 0

x

01 , 0
97 , 0
1 , 0
067 , 0

=
x

( ) 9633 , 0 97 , 0 01 , 0
1 , 0
067 , 0
= + |
.
|

\
|
= x jadi K = 0,9633
12. Jumlah sabuk yang diperlukan (N)
ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
129
34 , 2
9633 , 0 295 , 2
18 , 5
=

=
u
K P
Pd
N
o
sabuk, digenapkan menjadi 3
sabuk
13. Kesimpulan :
Sabuk yang digunakan : Sabuk V standar tipe B
nomer 43
Jumlah sabuk yang diperlukan : 3 sabuk
Diameter luar puli kecil : 129 mm
Diameter luar puli besar : 208 mm
Jarak antar poros : 296,09 mm


ELEMEN MESIN II

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
130



Gambar 4.10 Macam-macam sabuk transmsi daya

Anda mungkin juga menyukai