Anda di halaman 1dari 21

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Pembangunan Kesehatan Nasional di titik beratkan pada
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan Mutu Pelayananan
Kesehatan terkait dengan kualitas Sumber Daya Manusia( SDM ) yang mampu
memberikan pelayanan secara profesional. Profesionalisme menjadi tuntutan
utama bagi teenaga kesehatan untuk melaksanakan tugas profesi. Sementara itu
masyarakat berkembang menjadi semakin kritis dalam menyikapi pelayanan
kesehatan secara nasional. Sebagai salah satu Mata rantai pelayanan kesehatan
nasional, tenaga kesehatan Asisten Apoteker dituntut profesional dalam bekerja.
Dalam melaksanakan tugas profesinya, Asisten Apoteker bekerja berdasarkan
standar profesi, kode etik Dan peraturan disiplin profesi yang telah ditentukan.
Melalui Profesionalisme diharapkan Asisten Apoteker mampu memberikan
perlindungan kepada para pengguna jasa kesehatan, diantaranya pasien
mendapatkan pelayanan dengan baik.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas
kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas. Puskesmas yang merupakan salah
satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi
utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi pasien.




E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

2
1.2Batasan Masalah
Pada penelitian ini diberikan batasan pada pengkajian khusus yang membahas
mengenai Pelanggaran Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian yang Terdapat di
Apotek Puskesmas Bukit Hindu .
1.3Rumusan Masalah
1. Pengertian Puskesmas ,Etika, Kode Etika Profesi, Asisiten Apoteker ?
2. Batasan Ruang Lingkup Asisten Apoteker ?
3. Pelanggaran Kode Etik Profesi Asisten Apoteker dan solusi dari
pelanggaran tersebut?
1.2 Tujuan Penulisan
1. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi dan
Ilmu Komunikasi.
2. Untuk mengetahui Apakah Tenaga Teknis Kefarmasian melaksanakan
pekerjaan kefarmasian sesuai dengan peaturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Untuk mengetahui peran Tenaga Teknis Kefarmasian dalam pelayanan
terhadap pasien di Puskesmas Bukit Hindu.
4. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi di Puskesmas.
5. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.

1.5 Manfaat Penelitian
1.Memberikan informasi kepada calon Tenaga Teknis Kefarmasian mengenai
kode etik keprofesian.
2.Sebagai informasi untuk merumuskan kebijkan atau strategi peningkatan
kualitas pelayanan farmasi di Puskesmas Bukit Hindu.
3.Sebagai informasi untuk melakukan evaluasi efektifitas dan efisiensi
pelayanan farmasi di Puskesmas Bukit Hindu.


E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
A. Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat atau disingkat Puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok(Depkes, 1992).
Puskesmas sebagai tempat dilakukannya pelayanan kesehatan yang
terdepan sesuai dengan visi misinya dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk
mewujudkan hal tersebut, tenaga farmasi sebagai tenaga kesehatan yang memiliki
keahlian dalam menyediakan obat yang bermutu di puskesmas merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan puskesmas untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada semua lapisan masyarakat.
Kenyataannya pelayanan kefarmasian di puskesmas saat ini masih bersifat
konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan
pendistribusian obat, bukan berorientasi pada pasien yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan obat sampai pada dampak yang diharapkan yaitu
meningkatnya kualitas hidup pasien (Samano, 2009). Tuntutan pasien dan
masyarakat akan mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas mengharuskan
adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama yang bersifat drug oriented ke
paradigma baru yang bersifat patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical
Care (pelayanan kefarmasian). Hal ini menuntut adanya seorang tenaga
kefarmasian yang memiliki keahlian dan berkompeten dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai dengan filosofi tersebut yaitu seorang apoteker atau
Asisten Apoteker .




E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

4
B. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ETHOS,yang berartinorma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik,
seperti yang dirumuskan beberapa ahli berikut ini :
Drs.O.P Simorangkir : Etika sebagai pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : Etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk,
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Drs. H. Burnadin Salam : Etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia
dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.

C.Pengertian Kode Etik Profesi
Kode adalah tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan
atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk
menjamin suatu berita, keputusan atau kesepakatan suatu organisasi. Kode juga
berarti kumpulan peraturan yang sistematis.
Kata etik (etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subjek, etika akan berkaitan
dengan konsep yang dimiliki individu ataupun sekelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

5
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi dapat
menjadi penyeimbang segi-segi negatif dari suatu profesi, sehingga kode etik
ibarat kompas yang menunjukan arah moral bagi suatu profesi.
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler
dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindungi
tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek hidup kita terutama dalam masalah pelayanan

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

6
kesehatan yang saat ini menjadi sangat penting. Saat ini masih banyak ditemui
kesalahan dalam hal pelayanan kesehatan tersebut, sehingga etika profesi sangat
dibutuhkan.
D. Pengertian Tenaga Teknis Kefarmasian
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/
Asisten Apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang berijazah
Sekolah Asisten Apoteker/ Sekolah Menengah Farmasi, Politeknik Kesehatan
Jurusan Analisa Farmasi dan makanan, Akademi Analisa Farmasi dan Makanan
yang telah melakukan sumpah sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian dan mendapat
Surat Izin sebagai Tenaga Kesehatan/ Legalisasi sesuai dengan Peraturan yang
berlaku.
Peran seorang Tenaga Teknis Kefarmasian, terutama untuk pekerjaan
pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care ) yakni satu bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Tenaga Teknis Kefarmasian sebenarnya
bukanlah gelar akademis, tetapi sebutan untuk orang yang bekerja membantu
apoteker dalam kerja profesi farmasi. Sering terjadi bahwa seorang apoteker di
apotik bekerja sebagai asisten (pembantu) apoteker lain yang menjadi APA
(Apoteker Pengelola Apotek) di apotek itu. Malah ada pula apoteker menjadi
apoteker pendamping yang bertugas membantu APA di apotek tersebut.



E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

7
E. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan
kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang
mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan
pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dari pasien.













E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

8
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk metode penelitian kualitatif, karena penelitian ini
berdasarkan pada mutu atau kualitas dari tujuan sebuah penelitian itu. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang didesain secara umum, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk objek kajian yang tidak terbatas dan tidak menggunakan metode
ilmiah sebagai patokannya. Penelitian kualitatif ada bermacam-macam, umumnya
penelitian kualitatif adalah penelitian non-eksak, seperti ilmu etika, ilmu bahasa
dan adat istiadat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian karya tulis ini adalah survei kami pada di sekitar Apotek
Puskesmas Bukit Hindu. Penelitian ini dimulai tanggal 28 September dan
dilanjutkan pada tanggal 1 Oktober 2012 sampai dengan 2 Oktober 2012.

3.3 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini telah disesuaikan dengan survei kami pada
pelanggaran kode etik tenaga teknis kefarmasian di Apotek Puskesmas Bukit
Hindu.
3.4 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah , Tenaga Teknis Kefarmasian dan pasien yang berada
di Apotek Puskesmas Bukit Hindu tersebut. Kami mengharapkan penulisan

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

9
karya tulis ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang pelanggaran-pelanggaran apa saja yang seharusnya tidak dilakukan. Kami
juga berharap agar pihak yang bersangkutan tidak menganggap ini sebagai
pencemaran nama baik suatu instansi tetapi agar dapat lebih mengevaluasi diri
dengan baik karena berani mengakui kekurangan dan siap memperbaikinya itulah
kebenaran yang sesungguhnya.
3.5 Tahap-tahap Penulisan
1. Tahap penulisan
Tahap penulisan yang pertama dalam pemuatan makalah ini adalah dengan
melakukan survei yaitu dengan pengamatan langsung terhadap permasalahan-
permasalahan yang ditemui di lingkungan sekitar apotek.
2. Studi pustaka
Penulisan karya tulis ini berdasarkan buku-buku yang sesuai dengan topik
penulisan dan pokok permasalahan. Buku yang digunakan adalah buku-buku
yang erat kaitannya dengan pelanggaran kode etik farmasi dan undang-
undang yang berlaku dan mengunakan internet sebagai bahan untuk
melengkapi serta menyempurnakan bahan yang sudah ada.
3.6 Tahap Perencanaan
Rencana dari penulisan karya tulis ini adalah untuk menginformasikan
kepada Tenaga Teknis Kefarmasian tentang pelanggaran kode etik yang
terjadi.




E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

10
BAB IV
ANALISIS HASIL

4.1 Standar Profesi Tenaga Teknis Kefarmasian dalam Pelayanan
Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, standar profesi adalah pedoman untuk
menjalankan praktik profesi kefarmasian secara baik. Standar Profesi Tenaga
Teknis Kefarmasian adalah standar minimal bagi Tenaga Teknis Kefarmasian di
Indonesia dalam menjalankan tugas profesinya sebagai tenaga kesehatan di
bidang kesehatan.
Program pembangunan kesehatan nasional dititik beratkan pada peningkatan
mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan terkait
dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu memberikan
pelayanan secara profesional. Profesionalisme menjadi tuntutan utama bagi tenaga
kesehatan dalam menjalankan profesi. Sementara itu masyarkat, berkembang
menjadi semakin kritis dalam menyikapi pelayanan kesehatan secara nasional.
Mengingat hal tersebut maka kebutuhan akan pelayanan prima di bidang
kesehatan menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Kesehatan merupakan hak
azasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam
kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapatkan
kesehatan yang baik. Pelayanan kesehatan terdiri dari sub sistem pelayanan medis,
sub sistem pelayanan keperawatan dan sub sistem pelayanan kefarmasian serta
sub sistem dari profesi kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh
unit pelayanan kesehatan yaitu tempat dimana diselenggarakan upaya kesehatan

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

11
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan
oleh pemerintah atau swasta, dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau
pelayanan kesehatan masyarakat.
Lingkup pekerjaan Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai keputusan Menteri
Kesehatan nomor 679/MENKES/SK/V/2003 pada Bab III pasal 8 ayat 2 meliputi:
1. Melaksanakan pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional.
2. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh Asisten Apoteker dilakukan
di bawah pengawasan Apoteker/Pimpinan Unit atau dilakukan secara
mandiri sesuai perundang-undangan yang berlaku.
Lingkup hak dari pekerjaan kefarmasian meliputi:
1. Hak untuk mendapatkan posisi kemitraan dengan profesi tenaga
kesehatan lain.
2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum pada saat melaksanakan
praktek sesuai dengan standar yang ditetapkan.
3. Hak untuk mendapatkan jasa profesi sesuai dengan kewajiban jasa
profesional kesehatan.
4. Hak bicara dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan untuk
memberikan keamanan masyarakat dalam aspek sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya.

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

12
5. Hak untuk mendapatkan kesempatan menambah/meningkatkan ilmu
pengetahuan baik melalui pendidikan lanjut (S1), pelatihan maupun
seminar.
6. Hak untuk memperoleh pengurangan beban studi bagi yang melanjutkan
pendidikan ke jenjang S1 Farmasi.
Sebagai salah satu anggota mata rantai pelayanan kesehatan nasional, tenaga
kesehatan Tenaga Teknis Kefarmasian dituntut profesional dalam bekerja. Dalam
melaksanakan profesinya, Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja sesuai dengan
standar profesi dan kode etik profesi yang telah ditentukan. Melalui
profesionalisme diharapkan Tenaga Teknis Kefarmasian mampu memberikan
perlindungan kepada para pengguna tenaga kesehatan, diantaranya adalah pasien
yang memerlukan pelayanan yang baik. Untuk menumbuhkan citra yang baik di
masyarakat ,tentu para Tenaga Teknis Kefarmasian harus banyak belajar untuk
menambah pengetahuan dan kemampuannya.
Meskipun telah ditetapkannya suatu standar profesi, masih banyak saja
pelaku profesi yang melakukan pelanggaran terhadap standar yang telah
diberikan. Sehingga tidak jarang malah menimbulkan kekeliruan yang semakin
lama dijadikan suatu kebiasaan dan tidak ada peneguran secara tegas. Pelanggaran
tersebut tidak hanya dijumpai di apotek-apotek tetapi pelanggaran tersebut juga
dapat ditemui di apotek milik pemerintah, seperti apotek-apotek yang terdapat di
Puskemas.
Berdasarkan hasil survey kami di Apotek Puskesmas Bukit Hindu pun
terdapat ada beberapa pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian.

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

13
4.2Pelanggaran Kode Etik di Apotik Puskesmas Bukit Hindu
Standar Profesi Tenaga teknis kefarmasian adalah standar minimal bagi
Tenaga Teknis Kefarmasian dalam menjalankan tugas profesinya sebagai
tenaga kesehatan di bidang kefarmasian. Terdapatnya Standar Profesi
Tenaga Teknis Kefarmasian digunakan sebagai pedoman bagi peningkatan
mutu pelayanan kesehatan bidang kefarmasian di Indonesia dan diharapkan
pedoman ini dapat menjadi bagian dari program pembangunan kesehatan
Nasional. Standar Profesi Asisten Apoteker tercantum dalam Kepmenkes 573
tahun 2008 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di apotek yang bersangkutan didapat
ada beberapa pelanggaran yang dilakukan yaitu :
1. Permasalahan:
Kebanyakan Tenaga Teknis Kefarmasian di apotek tersebut tidak
menjelaskan kepada pasien tentang informasi obat yang diberikan,
Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku :
KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008
Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.15.15 yaitu
melakukan komunikasi.

UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Yang menyatakan bahwa : Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat, dan obat tradisional.




E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

14
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 5 ayat 2 (dua) yang berbunyi : Setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,bermutu dan berjangkau.
Pasal 7 yang berbunyi : Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi
dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen
a) Pasal 4a
Hak konsumen adalah :
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
b) Pasal 7b
Kewajiban pelaku usaha adalah :
Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan
barang dan/atau jasa, serta memberikan penjelasan penggunaan,
perbaikan, dan pemeliharaan.

Solusi:
Sebaiknya seorang TTK dapat menjelaskan dengan baik kegunaan dan
efek dari obat yang diberikan, sehingga pasien dapat memahami dalam hal
pemakaian obat tersebut, seorang TTK mempunyai kewajiban untuk
memberi edukasi pada pasien tentang penyakit dan terapinya. Dalam hal
ini, apoteker juga dapat langsung kepada pasien memberikan edukasi dan
konseling atau secara tidak langsung memberi informasi dan konsultasi
tentang semua aspek obat kepada pasien oleh TTK, berdasarkan informasi
dan konsultasi dari apoteker kepada TTK. Penderita dikonseling tentang
obatnya guna meningkatkan kepatuhannya.

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

15
Informasi obat kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
Untuk penderita penyakit kronis tertentu dan penyakit degeneratif yang
membutuhkan pengobatan seumur hidup seperti cardiovaskuler, diabetes,
TBC, dan ashma apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
2. Permasalahn :
Pelanggaran ini dilakukan ketika seorang Apoteker tidak berada di
Apotek. Dan hanya ada TTK yang melayani resep dari dokter . TTK
tersebut melakukan pelayanan terhadap resep dokter tanpa menghiraukan
standar profesinya sebagai seorang TTK. Tentu hal ini sangat jauh dari
sikap profesional seorang Asisten Apoteker dan merupakan sebuah
pelanggaran.
Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian pada BAB II tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian Pasal 21 ayat 2 yang
isinya:Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter
dilaksanakan oleh apoteker.
Berdasarkan KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008
Tentang Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.08.08
Meracik sedian farmasi dibawah pengawasan Apoteker/Pimpinan unit

Solusi :
Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
pelanggaran tersebut yaitu sebagai berikut :
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
di apotek haruslah sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya. Dimana

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

16
seorang Asisten Apoteker dituntut oleh masyarakat pengguna obat (pasien)
harus bersifat professional dan baik.Menyelenggarakan kegiatan
pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan
standar profesi.

3.Permasalahan:
Seringkali seorang TTK dalam hal pelayanan resep mengerjakan segala
sesuatunya sendiri, mulai dari penerimaan resep, peracikan,menyiapkan
resep, memberi aturan pakai hingga penyerahan resep kepada pasien. Hal
ini memperbesar frekuensi kesalahan resep yang diterima oleh pasien
karena tidak adanya rekan kerja yang mengoreksi.
Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku :
Berdasarkan KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008
Tentang Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.08.08
Meracik sedian farmasi dibawah pengawasan Apoteker/Pimpinan unit

Solusi:
Sebaiknya seorang TTK dalam bekerja harus ada rekan yang sama-sama
TTK atau seorang Apoteker, agar ada yang melakukan pengecekan
terhadap apa yang disiapkan. Sehingga pelayanan terhadap pasien menjadi
semakin efektif dan teliti.
4.Permasalahan:
Dalam penyediaan resep sehari-hari, ketika TTK mengambil sediaan
farmasi dari tempatnya, kurang memperhatikan bahkan tidak mencatat
kartu stok. Hal ini dapat menyebabkan sediaan barang dengan jumlah
kartu stok berbeda. Jika ada pemeriksaan dari BPK (Badan Pemeriksa

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

17
Keuangan) maka jumlah obat yang kurang dari kartu stok akan
dipertanyakan.
Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku :
Berdasarkan KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008
Tentang Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.01.01
Mencatat ketersediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di unit kerja

Solusi:
Sebaiknya seorang TTK setiap kali mengambil sediaan farmasi dari
tempatnya harus selalu mencatat sediaan yang diambil, agar jumlah barang
sediaan selalu sesuai dengan data pencatatan (kartu stok). Pelanggaran
administrasi ini sering kali terjadi di sebuah apotek dengan sistem manual,
sistem komputerisasi adalah solusi terbaik untuk mengantisipasi hal ini.
5.Permasalahan:
Sampai saat ini masih ada beberapa TTK yang kurang ramah dalam
melayani pasiennya, sedangkan tujuan seorang TTK harus mampu
menjadi suri tauladan di tengah masyarakat. Sikap dan perilaku seorang
TTK sangat mempengaruhi dalam hal pelayanan kesehatan bagi pasien,
apa jadi nya kalau pelayanan tersebut tidak dapat terpenuhi? Yang ada
hanya akan membuat pasien tidak percaya lagi kepada sarana kesehatan
tersebut.
Solusi:
Persepsi konsumen terhadap pelayanan apotek yang buruk akan merugikan
apotek dari aspek bisnis karena konsumen akan beralih ke tempat lain.

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

18
Dampak yang timbul tidak saja kepada konsumen yang bersangkutan
tetapi kesan buruk ini akan diceritakan kepada orang lain sehingga citra
apotek, terutama para petugasnya, termasuk apoteker, akan negatif/buruk.
Oleh karena itu, persepsi konsumen yang baik terhadap layanan harus
ditumbuhkan terus menerus dan berkesinambungan dengan orientasi
kepada pelanggan itu sendiri. Sebaiknya TTK mulai merubah sikap
tersebut atau Apotekernya sendiri yang menegur TTK agar tidak terjadi
penyimpangan dalam Apotek tersebut.
6 .IS KALAU ADA TAMBAHAN PERMASALAHAN TOLONG
TAMBAHKAN LAH,,,, DAN CARI SOLUSINYA,,kalaunya ada kaitkan
dengan uuD ATAU Permenkes 573
Salah satu misi dari praktek farmasi adalah menyediakan obat-obatan, produk
perawatan kesehatan lainnya, memberi pelayanan serta membantu penderita dan
masyarakat, dan mengupayakan penggunaan yang terbaik dari sediaan produk
tersebut (Siregar, Charles J.P ; 164-165).
Pelayanan yang bermutu selain mengurangi risiko terjadinya medication
error, juga memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat sehingga masyarakat
akan memberikan persepsi yang baik terhadap apotek. Telah ada kesepakatan
bahwa mutu pelayanan kesehatan dititikberatkan pada kebutuhan dan tuntutan
pengguna jasa yang berkaitan dengan kepuasan pasien sebagai konsumen 3.
Pelayanan yang bermutu selain berdasarkan kepuasan konsumen juga harus sesuai
dengan standar dan kode etik profesi. Semakin pesatnya perkembangan pelayanan

E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

19
apotek dan semakin tingginya tuntutan masyarakat, menuntut pemberi layanan
apotek harus mampu memenuhi keinginan dan selera masyarakat yang terus
berubah dan meningkat.





















E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

20
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Puskesmas sebagai tempat dilakukannya pelayanan kesehatan yang terdepan
sesuai dengan visi misinya dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk mewujudkan hal tersebut, tenaga
farmasi sebagai tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dalam menyediakan obat yang
bermutu di puskesmas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada
semua lapisan masyarakat. Dalam pelaksanaan pelayanan di Puskesmas pasti akan
menghadapi berbagai kendala, antara lain sumber daya manusia/tenaga farmasi di
Puskesmas, kebijakan manajemen Puskesmas serta pihak-pihak terkait yang
umumnya masih dengan paradigma lama yang melihat pelayanan farmasi di
Puskesmas hanya mengurusi masalah pengadaan dan distribusi obat saja. Oleh
karena itu, dalam pelayanan farmasi di Puskesmas harus meningkatakan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas, antara lain : praktek KIE, monitoring
penggunaan obat.

4.2 Saran
1. Dalam menjalankan Pekerjaan Kefarmasian TTK tidak hanya
mengandalkan olah pikiran tapi juga dalam olah rasa,agar Pasien
mendapatkan Pelayanan kesehatan yang baik.
2. Melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan Etika Profesi TTK
akan mewujudkan Peningkatan Pembangunan Kesehatan Nasional.








E T I K A P R O F E S I D A N I L M U K O M U N I K A S I

21
DAFTAR PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN
2009 TENTANG KESEHATAN
KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008
R.Rizal Isnanto, ST, MM, MT.2009. BUKU AJAR ETIKA
PROFESI.Semarang. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen
http://www.boengedo.blogspot.com.2011.Palangkaraya
PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Anda mungkin juga menyukai