Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8
Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8
PENDAHULUAN
1.2Batasan Masalah
Pada penelitian ini diberikan batasan pada pengkajian khusus yang membahas
mengenai Pelanggaran Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian yang Terdapat di
Apotek Puskesmas Bukit Hindu .
1.3Rumusan Masalah
1. Pengertian Puskesmas ,Etika, Kode Etika Profesi, Asisiten Apoteker ?
2. Batasan Ruang Lingkup Asisten Apoteker ?
3. Pelanggaran Kode Etik Profesi Asisten Apoteker
pelanggaran tersebut?
1.2 Tujuan Penulisan
1. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi dan
Ilmu Komunikasi.
2. Untuk mengetahui Apakah Tenaga Teknis Kefarmasian melaksanakan
pekerjaan kefarmasian sesuai dengan peaturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Untuk mengetahui peran Tenaga Teknis Kefarmasian dalam pelayanan
terhadap pasien di Puskesmas Bukit Hindu.
4. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi di Puskesmas.
5. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
A. Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat atau disingkat Puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok(Depkes, 1992).
Puskesmas sebagai tempat dilakukannya pelayanan kesehatan yang
terdepan sesuai dengan visi misinya dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal dalam
mewujudkan hal tersebut, tenaga farmasi sebagai tenaga kesehatan yang memiliki
keahlian dalam menyediakan obat yang bermutu di puskesmas merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan puskesmas untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada semua lapisan masyarakat.
Kenyataannya pelayanan kefarmasian di puskesmas saat ini masih bersifat
konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan
pendistribusian obat, bukan berorientasi pada pasien yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan obat sampai pada dampak yang diharapkan yaitu
meningkatnya kualitas hidup pasien (Samano, 2009). Tuntutan pasien dan
masyarakat akan mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas mengharuskan
adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama yang bersifat drug oriented ke
paradigma baru yang bersifat patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical
Care (pelayanan kefarmasian). Hal ini menuntut adanya seorang tenaga
kefarmasian yang memiliki keahlian dan berkompeten dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian sesuai dengan filosofi tersebut yaitu seorang apoteker atau
Asisten Apoteker .
B. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ETHOS,yang berartinorma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik,
seperti yang dirumuskan beberapa ahli berikut ini :
Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : Etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk,
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
kesehatan yang saat ini menjadi sangat penting. Saat ini masih banyak ditemui
kesalahan dalam hal pelayanan kesehatan tersebut, sehingga etika profesi sangat
dibutuhkan.
D. Pengertian Tenaga Teknis Kefarmasian
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/
Asisten Apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang berijazah
Sekolah Asisten Apoteker/ Sekolah Menengah Farmasi, Politeknik Kesehatan
Jurusan Analisa Farmasi dan makanan, Akademi Analisa Farmasi dan Makanan
yang telah melakukan sumpah sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian dan mendapat
Surat Izin sebagai Tenaga Kesehatan/ Legalisasi sesuai dengan Peraturan yang
berlaku.
Peran seorang Tenaga Teknis Kefarmasian, terutama untuk pekerjaan
pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care ) yakni satu bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Tenaga Teknis Kefarmasian sebenarnya
bukanlah gelar akademis, tetapi sebutan untuk orang yang bekerja membantu
apoteker dalam kerja profesi farmasi. Sering terjadi bahwa seorang apoteker di
apotik bekerja sebagai asisten (pembantu) apoteker lain yang menjadi APA
(Apoteker Pengelola Apotek) di apotek itu. Malah ada pula apoteker menjadi
apoteker pendamping yang bertugas membantu APA di apotek tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk metode penelitian kualitatif, karena penelitian ini
berdasarkan pada mutu atau kualitas dari tujuan sebuah penelitian itu. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang didesain secara umum, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk objek kajian yang tidak terbatas dan tidak menggunakan metode
ilmiah sebagai patokannya. Penelitian kualitatif ada bermacam-macam, umumnya
penelitian kualitatif adalah penelitian non-eksak, seperti ilmu etika, ilmu bahasa
dan adat istiadat.
karya tulis ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang pelanggaran-pelanggaran apa saja yang seharusnya tidak dilakukan. Kami
juga berharap agar pihak yang
pencemaran nama baik suatu instansi tetapi agar dapat lebih mengevaluasi diri
dengan baik karena berani mengakui kekurangan dan siap memperbaikinya itulah
kebenaran yang sesungguhnya.
3.5 Tahap-tahap Penulisan
1. Tahap penulisan
Tahap penulisan yang pertama dalam pemuatan makalah ini adalah dengan
melakukan survei yaitu dengan pengamatan langsung terhadap permasalahanpermasalahan yang ditemui di lingkungan sekitar apotek.
2. Studi pustaka
Penulisan karya tulis ini berdasarkan buku-buku yang sesuai dengan topik
penulisan dan pokok permasalahan. Buku yang digunakan adalah buku-buku
yang erat kaitannya dengan pelanggaran kode etik farmasi dan undangundang yang berlaku dan mengunakan internet sebagai bahan untuk
melengkapi serta menyempurnakan bahan yang sudah ada.
3.6 Tahap Perencanaan
Rencana dari penulisan karya tulis ini adalah untuk menginformasikan
kepada Tenaga Teknis Kefarmasian tentang pelanggaran kode etik yang
terjadi.
BAB IV
ANALISIS HASIL
4.1
Standar Profesi
Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, standar profesi adalah pedoman untuk
menjalankan praktik profesi kefarmasian secara baik. Standar Profesi Tenaga
Teknis Kefarmasian adalah standar minimal bagi Tenaga Teknis Kefarmasian di
Indonesia dalam menjalankan tugas profesinya sebagai tenaga kesehatan di
bidang kesehatan.
Program pembangunan kesehatan nasional dititik beratkan pada peningkatan
mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan terkait
dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu memberikan
pelayanan secara profesional. Profesionalisme menjadi tuntutan utama bagi tenaga
kesehatan dalam menjalankan profesi. Sementara itu masyarkat, berkembang
menjadi semakin kritis dalam menyikapi pelayanan kesehatan secara nasional.
Mengingat hal tersebut maka kebutuhan akan pelayanan prima di bidang
kesehatan menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Kesehatan merupakan hak
azasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam
kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapatkan
kesehatan yang baik. Pelayanan kesehatan terdiri dari sub sistem pelayanan medis,
sub sistem pelayanan keperawatan dan sub sistem pelayanan kefarmasian serta
sub sistem dari profesi kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh
unit pelayanan kesehatan yaitu tempat dimana diselenggarakan upaya kesehatan
10
11
terdapat ada beberapa pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian.
12
Permasalahan:
Kebanyakan Tenaga Teknis Kefarmasian di apotek tersebut tidak
menjelaskan kepada pasien tentang informasi obat yang diberikan,
Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku :
melakukan komunikasi.
13
Solusi:
Sebaiknya seorang TTK dapat menjelaskan dengan baik kegunaan dan
efek dari obat yang diberikan, sehingga pasien dapat memahami dalam hal
pemakaian obat tersebut, seorang TTK mempunyai kewajiban untuk
memberi edukasi pada pasien tentang penyakit dan terapinya. Dalam hal
ini, apoteker juga dapat langsung kepada pasien memberikan edukasi dan
konseling atau secara tidak langsung memberi informasi dan konsultasi
tentang semua aspek obat kepada pasien oleh TTK, berdasarkan informasi
dan konsultasi dari apoteker kepada TTK. Penderita dikonseling tentang
obatnya guna meningkatkan kepatuhannya.
14
Solusi :
Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
pelanggaran tersebut yaitu sebagai berikut :
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
di apotek haruslah sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya. Dimana
15
bersifat
professional
dan
baik.Menyelenggarakan
kegiatan
3.Permasalahan:
Seringkali seorang TTK dalam hal pelayanan resep mengerjakan segala
sesuatunya sendiri, mulai dari penerimaan resep, peracikan,menyiapkan
resep, memberi aturan pakai hingga penyerahan resep kepada pasien. Hal
ini memperbesar frekuensi kesalahan resep yang diterima oleh pasien
karena tidak adanya rekan kerja yang mengoreksi.
Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku :
Berdasarkan KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008
Tentang Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.08.08
Meracik sedian farmasi dibawah pengawasan Apoteker/Pimpinan unit
Solusi:
Sebaiknya seorang TTK dalam bekerja harus ada rekan yang sama-sama
TTK atau seorang Apoteker, agar ada yang melakukan pengecekan
terhadap apa yang disiapkan. Sehingga pelayanan terhadap pasien menjadi
semakin efektif dan teliti.
4.Permasalahan:
Dalam penyediaan resep sehari-hari, ketika TTK mengambil sediaan
farmasi dari tempatnya, kurang memperhatikan bahkan tidak mencatat
kartu stok. Hal ini dapat menyebabkan sediaan barang dengan jumlah
kartu stok berbeda. Jika ada pemeriksaan dari BPK (Badan Pemeriksa
16
Keuangan) maka jumlah obat yang kurang dari kartu stok akan
dipertanyakan.
Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku :
Solusi:
Sebaiknya seorang TTK setiap kali mengambil sediaan farmasi dari
tempatnya harus selalu mencatat sediaan yang diambil, agar jumlah barang
sediaan selalu sesuai dengan data pencatatan (kartu stok). Pelanggaran
administrasi ini sering kali terjadi di sebuah apotek dengan sistem manual,
sistem komputerisasi adalah solusi terbaik untuk mengantisipasi hal ini.
5.Permasalahan:
Sampai saat ini masih ada beberapa TTK
melayani pasiennya, sedangkan tujuan
17
18
19
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Dalam
menjalankan
Pekerjaan
Kefarmasian
TTK
tidak
hanya
20
DAFTAR PUSTAKA
R.Rizal
Isnanto,
ST,
MM,
MT.2009.
BUKU
AJAR
ETIKA
http://www.boengedo.blogspot.com.2011.Palangkaraya
21