disebut akuifer.
Berdasarkan materi penyusun dan lingkungan fisiknya, terdapat beberapa jenis akuifer,
yaitu akuifer allufial fan (berada di daerah pantai, daerah endapan sungai dan sekitarnya), akuifer
sedimen (lapisan gambut, organik), akuifer karst (pegunungan kapur) dan akuifer vulkanik (di
daerah pegunungan berapi), yang menjadi sumber air tawar terbaik. Akuifer ialah lapisan atau
formasi batuan yang mampu menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah yang cukup berarti,
yang mampu memberi pasokan kepada sumur atau mata air. Indonesia merupakan daerah tropis
basah dengan curah hujan yang relatif tinggi dan secara geologis terletak di daerah busur gunung
api. Indonesia mempunyai lebih dari seratus gunung api aktif maupun non aktif. Secara geologis
gunung-gunung api tersebut membentuk lapisan-lapisan batuan yang sangat kondusif untuk
berperan sebagai sebagai akuifer.
Selama pengalirannya, air tanah mengalami berbagai proses yang membuat air tanah
mengadung berbagai macam mineral dan akhirnya mempunyai kualitas yang berbeda di setiap
tempat. Sebagai kelanjutan proses alamiah, air tanah kemudian ada yang muncul di permukaan
dan disebut sebagai mata air. Dalam hal ini, mata air di pegunungan dianggap sebagai sumber air
yang sempurna, baik kuantitas maupun kualitasnya. Debit mata air di pegunungan umumnya
besar dan terus menerus karena di daerah ini umumnya merupakan daerah basah dengan
intensitas curah hujan tinggi serta masih memiliki daerah tangkapan air yang relatif baik.
Pengertian air
Secara alamiah air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan
mempunyai daya regenerasi yaitu selalu mengalami sirkulasi dan mengikuti daur.
Daur hidrologi diberi batasan sebagai tahapan-tahapan yang dilalui air dari
atmosfer, penguapan dari tanah atau laut, kondensasi untuk membentuk awan,
presipitasi akumulasi di dalam tanah maupun tubuh air dan menguap kembali.
Menurut Undang-undang tentang sumber daya air pada pasal 1, yang dimaksud
dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat.
Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk
sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa
makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal
dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah
terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan.
Air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain, karakteristik
tersebut antara lain :
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 00 C (320 F) - 1000 C,
air berwujud cair.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik.
3. Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan
adalah proses perubahan air menjadi uap air.
4. Air merupakan pelarut yang baik.
5. Air memiliki tegangan permuakaan yang tinggi.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.
Air kita perlukan untuk proses hidup dalam tubuh kita, tumbuhan dan juga
hewan. Sebagian besar tubuh kita, tumbuhan dan hewan terdiri atas air. Air juga kita
perlukan untuk berbagai keperluan rumah tangga, pengairan pertanian, industri, rekreasi
dan lain-lain.
Dengan tidak tersedianya air dan sanitasi yang baik, biasanya golongan
masyarakat yang berpenghasilan rendah adalah yang paling menderita, karena bukan
saja disebabkan oleh kurang adanya pengertian bagaiamana caranya untuk mengurangi
pengaruh negatif yang disebabkan untuk tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat
akibat pengaruh yang melemahkan dari kondisi hidup yang kurang sehat, sehingga
mempengaruhi produktivitas dari mereka yang tidak mampu membiayai penyediaan
sarana air bersih tersebut.
Sumber air bermacam-macam, ada tiga sumber air yang paling banyak
ditemukan, yakni air hujan, air permukaan, dan air tanah.
1. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, dan sebagainya. Air permukaan dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu : (1). Perairan tergenang, dan (2).
Badan air mengalir.
2. Air Tanah
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan air tanah. Air tanah
merupakan sumber utama, tapi bukan satu-satunya sumber air minum. Maka kelayakan
air tanah tersebut menjadi persoalan utama. Air tanah adalah air yang keluar dengan
sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kuantitas/ kualitasnya sama dengan keadaan air dalam
(Totok Sutrisno, 2004).
Menurut direktorat penyehatan air Ditjen PPM dan PLP departemen Kesehatan
Republik Indonesia (1997), mata air/ air tanah adalah air yang berada di dalam tanah
untuk memperolehnya dengan cara menggali/ dibor atau secara alamiah keluar ke
permukaan tanah (mata air).
Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan, baik melalui proses
infiltrasi secara langsung maupun tidak langsung dari ais sungai, danau rawa, dan
genangan air lainnya. Pada saat infiltrasi kedalam tanah, air permukaan mengalami
kontak dengan mineral-mineral yang terdapat didalam tanah dan melarutkannya,
sehingga kualitas air mengalami perubahan karena terjadi reaksi kimia. Kadar oksigen
yang masuk ke dalam tanah menurun, digantikan oleh karbondioksida yang berasal dari
proses biologis, yaitu dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam air tanah.
Menurut Totok Sutrisno (2004) air tanah terbagi atas :
1. Air tanah dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air tanah. Lumpur akan tertahan ,
demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih, tetapi
lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena
melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk
masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah disini berfungsi sebagai
penyaring. Air tanah dangkal ini terdapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai
sumur air minum, air tanah ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kuantitas
kurang cukup dan tergantung pada musim.
2. Air tanah dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat yang pertama. Pengambilan air
tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Kualitas dari air tanah
dalam lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna
dan bebas dari bakteri.
3. Mata air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata
air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kuantitas/ kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.
Menurut direktorat penyehatan air Ditjen PPM dan PLP departemen
Kesehatan Republik Indonesia (1997:6) mata air/ air tanah adalah air yang
berada di dalam tanah untuk memperolehnya dengan cara menggali/ dibor
atau secara alamiah keluar ke permukaan tanah (mata air).
4. Air Hujan
Hujan terjadi karena penguapan, terutama air pemukaan laut yang naik ke
atmosfer dan mengalami pendinginan kemudian jatuh kepermukaan bumi.
Proses penguapan tersebut terus berlangsung., misalnya pada saat butiran
hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian akan menguap sebelum mencapai
permukaan bumi.
Sebagian akan tertahan tanaman-tanaman dan oleh matahari diuapkan
kembali ke atmosfer. Air hujan yang sampai di permukaan bumi, akan
mengisi cekungan, kubangan dipermukaan bumidan sebagian akan mengalir
pada permukaan bumi (Benyamin, 1997).
Pengelolaan Sumberdaya Air
f.
Satuan
Paraneter fisik
Warna
TCU
15
Rasa dan bau
Temperatur
0C
Suhu udara 3oC
Kekeruhan
NTU
5
Sumber : Departemen Kesehatan RI ( 2002:14)
2. Persyaratan kimia
Kualiats air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kima sebagai berikut :
a. pH netral.
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa suatu larutan. Skala pH diukur dengan pH meter
atau lakumus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7 berarti air
bersifat asam, sedangkan bila di atas 7 bersifat basa (rasanya pahit).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti
sianida sulfida, fenolik
c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti
Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain.
d. Kesadahan rendah.
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion
(kation) logam valensi dua. Tingginya kesadahan berhubungan dengan
garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg.
e. Tidak mengandung bahan organik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/
MENKES/ SK/VII/2002, persyaratan kimia air adalah sebagai berikut :
Satuan
Kadar
maksimum
Antimon
mg/L
0.005
Air Raksa
mg/L
0.001
Arsenic
mg/L
0.01
Barium
mg/L
0.7
Boron
mg/L
0.3
Kadmium
mg/L
0.003
Kromium(Valensi 6)
mg/L
0.05
Tembaga
mg/L
2
Sianida
mg/L
0.07
Flourida
mg/L
1.5
Timbal
mg/L
0.01
Molybdenum
mg/L
0.07
Nikel
mg/L
0.02
Nitrat
mg/L
50
Nitri
mg/L
3
Selenium
mg/L
0.01
Sumber : Departemen Kesehatan RI ( 2002:9)
Keterangan
3. Persyaratan Bakteriologis
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli
dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Totok Sutrisno, 2004).
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002, persyaratan Bakteriologis air adalah sebagai berikut
:
Tabel 4. Persyaratan Kualitas Air Bersih secara Bakteriologis
Parameter
Satuan
Kuantitas Air
Kuantitas adalah jumlah atau banyaknya sesuatu ( EM Zul Fjri, dkk. 2000).
Menurut I Wayan Sudiarsa (2004:27), permasalahan kuantitas air lebih menjurus pada
kemampuan merosotnya daya dukung yang mengecil karena hal-hal berikut :
1. Eksploitasi berlebihan
Eksploitasi air yang berlebihan dapat mengakibatkan imbangan air
melampaui daya dukungnya.
2. Eksploitasi yang tidak tepat sasaran
Eksploitasi penggunaan air yang tidak tepat sasaran dan hanya mengejar
kepentingan jangka pendek, misalnya pengeboran air tanah untuk irigasi.
3. Pengrusakan daerah resapan air
Pengrusakan daerah resapan air, seperti hutan, yang menimbulkan puncak
hidrograf yang tinggi dan berakibat menurunnya infiltrasi air untuk menjadi air
tanah.
4. Belum adanya konsistensi dan komitmen yang tinggi dari usaha-usaha
konservasi air, walaupun dengan cara-cara yang sederhana
Kebutuhan Air
Di Indonesia, penduduk yang masih tergantung pada air alam masih banyak
tersebar diseluruh pelosok. Bahkan ada diantara mereka juga menggunakan air yang
tidak berkualitas. Hal ini terpaksa mereka lakukan karena keterbatasan pengetahuan
dan sarana penunjang penyediaan air bersih (Kusnaedi, 2004).
Semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat
kebutuhan air dari masyarakat tersebut (Totok Sutrisno, 2004). Menurut Undang-undang
Republik Indonesia nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air, yang dimaksud
dengan kebutuhan pokok sehari-hari adalah air untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari yang digunakan pada atau diambil dari sumber air untuk keperluan sendiri
guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan produktif.
Menurut Wisnu Arya Wardhana (2001) keperluan air per orang per hari terdiri
dari keperluan air minum, keperluan air untuk memasak, air untuk Mandi Cuci Kakus
(MCK), air untuk mencuci pakaian, air untuk wudhu, air untuk kebersihan rumah, air
untuk menyiram tanaman, dan air untuk keperluan yang lainnya.
Tabel 5. Keperluan Air Per Orang Per Hari
Keperluan
Air yang dipakai
Minum
2.0 liter
Memasak; kebersihan dapur
14.5 liter
Mandi; kakus
20.0 liter
Cuci pakaian
13.0 liter
Air Wudhu
15.0 liter
Air untuk kebersihan rumah
32.0 liter
Air untuk menyiram tanaman
11.0 liter
Air untuk mencuci kendaraan
22.5 liter
Air untuk keperluan lain-lain
20.0 liter
Jumlah
150.0 liter
Sumber : Wisnu Arya Wardhana (2001)
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang digunakan pada atau diambil dari sumber
air untuk keperluan sendiri guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan produktif.
Sedangkan menurut Totok Sutrisno (2004) untuk keperluan minum, maka dibutuhkan air
rata-rata sebanyak 5 liter/ hari. Tidak tersedianya air bersih dan sanitasi yang baik,
biasanya golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah adalah yang paling
menderita, karena bukan saja disebabkan oleh kurang adanya pengertian bagaiamana
caranya untuk mengurangi pengaruh negatif yang disebabkan untuk tempat tinggal yang
tidak memenuhi syarat akibat pengaruh yang melemahkan dari kondisi hidup yang
kurang sehat, sehingga mempengaruhi produktivitas dari mereka yang tidak mampu
membiayai penyediaan sarana air bersih tersebut.
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, malaksanakan,
memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. (UU No7, 2004 : 8).
Pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah
yang memerlukan keterpaduan untuk menjaga dan memanfaatkan sumber air.
Pengelolaan sumber daya air dilakukan melalui koordinasi antara pemerintah daerah
dan masyarakat.
Menurut KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002, bahwa setiap pengelola
sumber daya air diwajibkan melakukan pengelolaan dan pengawasan sumber mata air,
dengan cara :
1. Menjamin air yang diproduksi memenuhi syarat-syarat kesehatan, dengan
melakukan pemeriksaan secar aberkala terhadap kualitas air yang diproduksi melalui :
a. Pemeriksaan instalasi pengolahan air
b. Pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi
c. Pemeriksaan pada jaringan pipa sambungan ke konsumen
2. Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelola dari segala
bentuk pencemaran sesuai denga peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melakukan pengelolaan terhadap sumber air yang memperoleh
pengawasan dari pemerintah dan instansi terkait (dinas kesehatan), maka setiap
pengelola wajib menjamin kualitas air yang dikelola melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Memperbaiki dan menjaga kualitas air sesuai petunjuk yang diberikan Dinas
Kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
b. Melakukan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran dan melakukan
usaha-usaha untuk mengatasi korosifitas air dalam jaringan perpipaan
secara rutin.
c. Membantu petugas Dinas Kesehatan setempat dalam pelaksanaan
pengawasan kualitas air dengan memberi kemudahan petugas memasuki
tempat-tempat dimana tugas pengawasan kualitas air dilaksanakan.
d. Mencatat hasil pemeriksaan setiap sampel air, meliputi tempat pengambilan
sampel (pemukiman, jalan, nomor rumah, titik sampling), waktu pengambilan,
hasil analisa pemeriksaan laboratorium termasuk metode yang dipakai, dan
penyimpangan parameter.
e. Mengirimkan duplikat pencatatan kepada Dinas Kesehatan setempat.
Dokumen ini harus disimpan arsipnya untuk masa selama minimal 5 tahun.
Desertification
Meskipun pertanyaan itu membuat kalang kabut banyak pihak, namun harus
jujur diakui bahwa perhatian pemerintah sangat penting untuk ditindaklanjuti (followup)
agar masalah desertification dapat ditekan laju dan dampaknya. Signal klimatologis,
hidrologis dan agronomis yang memicu terjadinya gurun (desert) di beberapa wilayah
Indonesia sudah dapat dilihat langsung dan dirasakan dampaknya. Signal klimatologis
terjadinya gurun pasir dapat dijelaskan melalui konsep neraca energi (energy balance).
Berdasarkan konsep tersebut terlihat, bahwa energi yang diterima permukaan bumi
pertama kali akan digunakan untuk menguapkan air tanah (soil water) dan lengas tanah
(soil moisture) (LE), baru kemudian untuk memanaskan tanah (S) dan sisanya untuk
memanaskan udara (A). Kandungan air tanah dan lengas tanah yang sangat rendah
(energi untuk LE kecil) akan menyebabkan radiasi matahari (solar radiation) yang jatuh
ke permukaan dalam bentuk radiasi netto sebagian besar akan digunakan untuk
memanaskan tanah dan udara sehingga suhunya meningkat. Dalam kondisi ekstrem,
akan berdampak terhadap pengurasan cadangan air tanah (water storage) dan
meningkatkan konsumsi air tanaman melalui transpirasi. Menurunnya kemampuan
pasokan air tanah dan meningkatnya laju transpirasi akan menyebabkan defisit air
meningkat dan pemanasan permukaan tanah dan atmosfer tidak bisa dihindari.
Pemanasan atmosfer dalam jangka panjang akan menurunkan kelembaban
udara, sehingga dua syarat terjadinya kondensasi yaitu (suhu udara yang rendah dan
kelembaban udara yang tinggi) menjadi tidak favorable. Inilah salah satu penjelasan
mengapa Bogor yang sebelumnya dikenal sebagai kota hujan, sekarang tinggal
kenangan. Diprediksi dalam jangka menengah kota-kota yang berhawa sejuk seperti:
Malang, Tawangmangu, Brastagi dan lainnya akan mengalami hal serupa, apabila tidak
dilakukan pencegahan secara dini.
Sementara itu signal hidrologi sudah tidak terbantahkan, jumlah mata air yang
terus merosot, demikian juga kemampuan pasokan airnya menunjukkan bahwa ada
ketimpangan (gap) antara pemasukan (recharge) dan pengambilan (exploitation).
Pengambilan air bumi (ground water) untuk keperluan minum dan industri serta irigasi
yang overexploited akan menyebabkan cadangan air bumi merosot, sehingga debit
mata air menurun tajam. Kondisi ini diperburuk dengan matinya tanaman utama
pelindung mata air akibat penebangan yang tidak terkendali. Signal agronomi juga
sangat signifikan terlihat di lapangan, karena berdasarkan pemantauan di lapangan
terlihat bahwa ada penurunan jenis tanaman dan populasinya baik tahunan maupun
musiman, akibat penurunan pasokan air, suhu udara yang terus meningkat dengan
kelembaban udara yang terus menurun. Dalam budidaya pertanian implikasi signal
agronomi terlihat dari menurunnya indek pertanaman (cropping intensity), luas areal
tanam (area of planting) dan produktivitas (productivity). Itulah salah satu sebab
mengapa upaya peningkatan produksi pangan nasional yang sangat sensitive terhadap
ketersediaan air terkesan jalan di tempat dan tidak menyelesaikan masalah esensialnya.
Dalam jangka panjang kondisi ini akan menurunkan kualitas, kuantitas dan
kontinyuitas keragaman hayati (biodiversity) kita yang tidak ternilai harganya.
Fenomena ini juga sekaligus meruntuhkan berlakunya natural recorvery theory
yang menyatakan alam akan me-recovery dirinya sendiri apabila dalam jangka waktu
tertentu tidak terganggu. Sementara itu, faktanya: intensitas, frekuensi dan durasi
gangguan terhadap alam jauh melebihi kemampuan pemulihannya (recovery). Dalam
jangka panjang meluasnya wilayah gurun menurut ruang dan waktu akan berdampak
terhadap pertumbuhan perekonomian dan kinerja pembangunan nasional. Pertanyaan
selanjutnya: bagaimana antisipasinya agar dampak yang ditimbulkan dapat
diminimalkan?
Penebangan Pohon :
Sebanyak 119 Sumber Mata Air di Kulon Progo Terancam Hilang
Sedikitnya 119 sumber mata air di daerah Kabupaten Kulon Progo dinyatakan
dalam kondisi kritis dan terancam akan hilang. Hal ini diakibatkan makin berkurangnya
jumlah areal hutan dan berubah fungsi lahan yang ada di sekitar sumber mata air
tersebut. Hal ini diakui peneliti Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai ((BPDAS)
Yogyakarta, dalam kegiatan penyuluhan Penyelamatan dan Pemanfaatan Air Bagi
Kepentingan Masyarakat Banjaroya, di Balai Desa Banjaroya.
Tingkat kekritisan sumber mata air ini disebabkan semakin hilangnya tanaman
keras pepohonan dalam radius 200 meter dari sumber mata air tersebut. Tanaman
keras pepohonan berfungsi sebagai vegetasi penutup tanah yang berperan dalam
menyimpan air. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya tanaman ini
menyababkan kurangnya vegetasi pada suatu wilayah sehingga berdampak pada
bencana banjir, kelangkaan mata air dan air sungai selama mujsim kemarau.
Di Kulon Progo, ketergantungan masyarakat sekitar kepada sumber mata air ini
cukup tinggi yang biasa digunakan memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pertanian.
Dari 119 sumber mata air ini, termasuk tiga diantaranya, sumber mata air Semawung,
menyatakan bahwa data keberadaan sumbermata air selama ini belum terdokumentasi
dengan baik sehingga kesulitan bagi warga desa untuk melakukan upaya rehabilitasi
kawasan tangkapan air. Selama ini diketahui terdapat 38 sumber mata air di Desa
Bendosari yang mengaliri dua sungai utama yaitu Kalianget dan Coban Sewu. Bahkan
di Cuban Sewu airnya dipercaya bisa menyembuhkan beragam penyakit.
Kegiatan inventarisasi dan training pemantauan kualitas air diikuti oleh Perangkat Desa
Bendosari, Tokoh Masyarakat dan BPD dengan tujuan untuk mendokumentasikan
lokasi-lokasi mata air secara tepat dan mengetahui kondisi lingkungan dan tegakan
pohon
yang
ada
disekitar
sumber
mata
air.
Kegiatan inventarisasi ini diharapkan bisa menginventarisasi potensi sumbermata air
dan diharapkan muncul inisiatif warga untuk ikut melestarikan keberadaan mata air,
Ujar M Khoirun SE. Kegiatan inventarisasi akhirnya menemukan 6 lokasi baru, sehingga
total sumber mata air di Desa Bendosari kini berjumlah 44 mata air. mata air yang
dimiliki desa bendosari hingga saat ini berjumlah 44, empat diantaranya adalah sumber
mata air terbesar yaitu Kalianget, Katesan, Kokopan dan Gunung Tumangan, Ujar
Sukoyo (50 th) Kuwowo atau manajer pengelolaan sumberdaya air di desa Bendosari.
Daerah pegunungan umumnya kaya akan sumber mata air, didaerah puncak gunung
umumnya berfungsi sebagai daerah tangkapan air, kemudian kawasan punggung/lereng
gunung berfungsi sebagai daerah yang meresapkan air atau daerah resapan, kemudian
di kaki gunung atau kawasan yang berdekatan dengan desa atau pemukiman muncullah
mata air-mata air. Sayangnya saat ini banyak daerah pegunungan sudah berfungsi
menjadi perkebunan sehingga mengurangi daerah tangkapan dan resapan air yang
pada
gilirannya
mengurangi
jumlah
mata
air.
Keberadaan sumber mata air dicirikan dengan banyaknya tumbuhan yang rimbun
disebuah kawasan dan umumnya terletak di kaki gunung, ungkap Joko Wasis (37)
Warga bendosari yang sering menjadi penunjuk jalan ke sumber mata air.
Kualitas
air
Kualitas air yang mengalir memasuki Desa Bendosari sebelumnya kualitasnya masih
baik namun setelah memasuki pemukiman yang padat dengan aktivitas peternakan sapi
kualitas air menurun drastis. Penduduk Desa bendosari umumnya bermatapencarian
sebagai peternak sapi. Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kondisi hulu
sungai di Desa bendosari masih sangat bersih dengan masih ditemukkannya jenis
anggang-anggang, nimpha capung jarum, plecoptera, ephemeroptera, udang air tawar
dan yuyu atau kepiting air tawar, kondisi ini berbeda dengan hilir yang terletak setelah
desa bendosari kualitas airnya tercemar organic dengan banyak ditemukannya cacing
merah dan larva mrutu, ungkap Amirudin Mutaqien. Pencemaran organic yang ada di
desa bendosari berasal dari buangan kotoran sapi sebanyak 3000 ekor yang sebagian
besar
belum
dikelolah
dengan
baik.
Kami berkomitmen kuat untuk memulihkan kondisi kualitas air di Desa Bendosari, pada
tahun 2011 akan dibangun 12 instalasi biogas dari 4 instalasi biogas yang telah
dibangun, selanjutnya desa juga telah menyiapkan lahan untuk pembangunan IPAL
(Instalasi pengolahan Air limbah)Komunal, Ujar M Khoirun Kades Bendosari, Kades
Lulusan fakultas Ekonomi UNISMA Malang angkatan 1993 ini juga sudah menyusun
program-program penyelamatan lingkungan dan sumbermata air dengan melibatkan
pamong desa, warga, Sekolah dan Pemuda bendosari. Program yang akan
diimplementasikan tahun 2011 yaitu Program satu rumah satu taman bunga, Bank
Clethong (kotoran sapi), pemantauan kualitas air secara berkala pada sumber-sumber
mata air di Bendosari dan rehabilitasi lahan tangkapan air di kawasan lereng gunung
Kawi. Kami tidak ingin mewariskan air mata pada anak cucu tapi kita ingin mewariskan
mata-air mata air yang bisa menjadi sumber kehidupan bagi generasi yang akan
datang, Ujar M Khoirun.
Pengerukan Sedimen
Dampak Curah Hujan Tinggi: Puluhan Warga Bersihkan Sumber Mata Air
Tertimbun Lumpur
Hujan deras disertai longsor akhir-akhir ini membuat sumber mata air (Umbulan)
di Dusun Mulyosari, Desa Donomulyo, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang,
tertimbun lumpur. Ketebalan sedimen lumpur akibat longsoran tanah dari beberapa
pegunungan Donomulyo mengakibatkan sumber mata air tertutup endapan lumpur
sangat tebal.
Sejumlah tanggul yang dibuat warga dari tanah liat pun ambrol. Karena tidak ada
dana bantuan untuk membuat plengsengan dikanan kiri sumber, membuat luapan
lumpur memenuhi kedung penanggul sumber mata air.
Sumber mata air di desa ini menjadi satu-satunya untuk mengairi ratusan hektar
sawah. Sumber mata air yang ada di Dusun Mulyosari juga digunakan untuk keperluan
air minum, MCK serta mengairi sedikitnya 200 hektar sawah. Tak hanya warga Desa
Donomulyo saja, warga diluar Desa semacam Desa Tempursari dan Desa Mentaraman
juga merasakan manfaat sumber mata air.
Sumber mata air di Dusun Mulyosari terpaksa dilakukan pembersihan.
Terbatasnya dana dan tidak adanya anggaran untuk memperbaiki kedung penampung
mata air tersebut, dirinya terpaksa mengerahkan puluhan warga desa untuk kerja bhakti
membersihkan material sedimen dan lumpur.
Selain menggunakan tangan untuk mengais batu-batu berukuran besar yang
terbawa gelontoran banjir dan longsor, warga juga menggunakan pacul serta alat
membajak sawah berukuran sedang. Tujuannya adalah agar sedimen lumpur bisa
mencair dan terangkat kepermukaan. Dengan demikian, aliran air sumber bisa
dirasakan lebih dari 400 Kepala Keluarga dan 200 hektar sawah. Sumber mata air ini
adalah satu-satunya bagi masyarakat. Meski musim kemarau, sumber ditempat ini bisa
mengairi dan menghidupi ribuan jiwa.
Warga sangat memerlukan bantuan dari Pemkab Malang ataupun Dinas terkait
untuk membangun saluran sumber air agar tetap terjaga. Selain bentuk plengsengan
penahan luapan air, warga juga berharap ada pipanisasi yang bagus untuk kepentingan
masyarakat luas. Sejauh ini sumber mata air Mulyosari masih belum mendapatkan
bantuan. Kami berharap pada tahun depan, ada dana untuk membuat pipanisasi
ataupun plengsengan; sumber mata air ini adalah nadi untuk menumbuhkan ekonomi
masyarakat.
(sumber: http://www.beritajatim.com/detailnews.php/8/Peristiwa/2010-12-29/88314)
Di lokasi sumber mata air ini kegigihan masyarakat setempat sangat luar biasa
dalam melestarikan sumber mata air. Meski tidak ada dana perbaikian, upaya warga
untuk kerja bakti membersihkan kedung dan sumber mata air dari sedimen lumpur.
Warga dapat membuat proposal pengajuan bentuk-bentuk kegunaan dana untuk
mempertahankan sumber mata air yang punya debit air sangat tinggi itu. Jika tidak,
luapan airnya sangat mubazir. Mengingat, manfaat dan kegunaan sumber mata air ini
sangat besar bagi warga Donomulyo dan sekitarnya. Dengan cara ini dana bantuan
dimungkinkan untuk diperoleh dari pemerintah daerah.
melaksanakan kerjasama dan kemitraan. Kegiatan awal yang sudah dilakukan oleh
PWL adalah dengan melakukan kegiatan inventarisasi keanekaragaman hayati dan
kualitas air sumber-sumber Mata Air Wonosalam.
Hasil inventarisasi yang dilakukan oleh BLH Jombang pada tahun 2010
menunjukkan bahwa Kecamatan Wonosalam memiliki 40 sumber mata air yang tersebar
di Tujuh Desa. Lebih lanjut bahwa 40 mata air terletak di Desa Sambirejo (6 Mata Air),
Desa Wonosalam (5 Mata Air), Desa Panglungan (6 Mata Air), Desa Galeng Dowo (4
mata air), Desa Carang Wulung (8 mata air), Desa Jarak (6 mata air) dan Desa
Wonomerto (5 mata air).
PWL menjadi motor untuk menginisiasi kegiatan, BLH Jombang mendukung
sepenuhnya kegiatan yang dimotori oleh PWL, karena partisipasi dalam pengelolaan
lingkungan bukan hanya kewenangan Pemerintah namun juga menjadi tanggung jawab
masyarakat. Pelestarian kawasan hutan di Wonosalam sangat penting karena tutupan
lahan berpengaruh pada sumber air. Semakin banyak tanaman maka terpelihara juga
fungsi hidrologis air dan pada gilirannya menjaga kelestarian sumber air.
Kegiatan kemitraan konservasi mata air (KKMA) merupakan upaya kerjasama
untuk memantau kualitas air dengan menggunakan cara yang mudah yaitu bioindikator
dan tutupan vegetasi sungai. Semakin tinggi kerapatan dan tutupan vegetasi disekitar
sungai maka bisa diindikasikan kualitas air sungainya masih bagus atau tidak tercemar.
Untuk melihat kualitas air bisa juga digunakan indikator biologi seperti serangga
air atau makroinvertebrata benhos (biota tidak bertulang belakang) seperti capung atau
kinjeng, anggang-anggang, bibis, senggatru, kepik air, yuyu (kepiting air tawar).
Kegiatan pemantauan kualitas air akan dilakukan rutin bersama-sama dua bulan sekali
oleh anggota kemitraan konservasi mata air dari BLH, masyarakat, pelajar dan LSM.
Hasil pemantauan akan dikaji untuk menentukan kualitas air dan rencana pengelolaan
sungai untuk masa yang akan datang. Rekomendasi hasil pemantauan akan
disosialisasikan kepada masyarakat dengan tujuan agar menjaga kualitas air dan
mengurangi aktivitas yang menimbulkan penurunan kualitas air sungai. Dari hasil
pematauan kualitas air bulan Agustus 2010 oleh KKMA kawasan hulu sungai Jurang
jero dan Kali Gogor menunjukkan kualitas air yang masih sangat bagus atau belum
tercemar.
KKMA mengundang warga Jombang untuk memberikan saran dan masukan
dalam upaya untuk menyelamatkan sumber-sumber mata air di Jombang dan
Wonosalam, melalui Padepokan Wonosalam Lestari : Dusun Wonosalam.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN
PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG
REPUBLIK
INDONESIA
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan :
1.
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber
daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembagunan berkelanjutan.
2.
Pengelolaan Kawasan Lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan
pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.
3.
Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
memelihara kesuburan tanah.
4.
Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya
sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang
lama.
5.
Kawasan Resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan
tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
(akifer) yang berguna sebagai sumber air.
6.
Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
7.
Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
8.
Kawasan sekitar Danau/Waduk adalah kawasan tertentu disekeliling
danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi danau/waduk.
9.
Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
10.
Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di
darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
11.
Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya adalah daerah yang
mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan lainnya, yang merupakan
habitat alami yang memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada.
12.
Kawasan Pantai Berhutan Bakau adalah kawasan pesisir laut yang
merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberikan
perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan
13.
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan,pendidikan,pariwisata dan rekreasi.
14.
Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian yang terutama
dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa, alami atau buatan,
jenis asli dan/atau bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan
latihan, budaya pariwisata dan rekreasi.
15.
Taman wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam di darat maupun di
laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
16.
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kawasan yang
merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun
bentukan geologi alami yang khas.
17.
Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami bencana alam.
Pasal 14
Kriteria sempadan pantai adlah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat.
Pasal 15
Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari
kegiatan manusia yang dapat menganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik
pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Pasal 16
Kriteria sempadan sungai adalah :
a. Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di
kiri kanan sungai anak sungai yang berada di luar pemukiman.
b. Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.
Pasal 17
Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau/waduk dilakukan untuk melindungi
danau/waduk dari kegiatan budi daya yang dapat menggangu kelestarian fungsi
danau/waduk.
Pasal 18
Kriteria kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian danau/waduk
yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100
meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Pasal 19
Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air
dari kegiatan budi daya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan
sekitarnya.
Pasal 20
Kriteria kawasan sekitar mata air asalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter
disekitar mata air.
Bagian Ke tiga
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
Pasal 21
Perlindungan terhadap kawasan suaka alam silakukan untuk melindungi
keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan
plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
Pasal 22
Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah
perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa.
Pasal 23
(1) Kriteria cagar alam adalah :
a. Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragam jenis tumbuhan dan
satwa dan tipe ekosistemnya;
b. Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusun;
c. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan
tidak atau belum diganggu manusia;
d. Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang
efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas;
e. Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu
daerah serta keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
(2) Kriteria suaka marga satwa adalah :
a. Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari
suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya koservasinya;
b. Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;
c. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu.
d. Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
(3) Kriteria hutan wisata adalah :
a. Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik
secara alamiah maupun buatan manusia.
b. Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah raga serta terletak
dekat pusat-pusat permukiman penduduk;
c. Mengandung satwa buru yang dapat dikembangbiakkan sehingga
memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi
rekreasi, olah raga dan kelestarian satwa;
d. Mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan.
(4) Kriteria daerah perlindungan plasma nutfah adalah :
a. Areal yang ditunjuk memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang belum terdapat
di dalam kawasan konservasi yang telah ditetapkan;
b. Merupakan areal tempat pemindahan satwa yang merupakan tempat
kehidupan baru bagi satwa tersebut;
c. Mempunyai luas cukup dan lapangannya tidak membahayakan.
(5) Kriteria daerah pengungsian satwa adalah:
a. Areal yang ditunjuk merupakan wilayah kehidupan satwa yang sejak semula
menghuni areal tersebut;
b. Mempunyai luas tertentu yang memungkinkan berlangsungnya proses hidup
dan kehidupan serta berkembangbiaknya satwa tersebut.
Pasal 24
Perlindungan terhadap kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya dilakukan untuk
melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
kepentingan plasma nuftah, keperluan pariwisata dan ilmu pengetahuan.
Pasal 25
Kriteria kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya adalah kawasan berupa perairan
laut, perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan
atol yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistem.
Pasal 26
Perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau dilakukan untuk melestarikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sebagai kawasan lindung daerah masingmasing dalam suatu Peraturan Daerah Tingkat I, disertai dengan lampiran
penjelasan dan peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1:250.000 serta
memperhatikan kondisi wilayah yang bersangkutan.
(2)
Dalam menetapkan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), Pemerintah Daerah Tingkat I harus memperhatikan peraturan
perundangundangan yang berkaitan dengan penetapan wilayah tertentu sebagai
bagian dari kawasan lindung.
(3)
Pemerintah Daerah Tingkat II menjabarkan lebih lanjut kawasan lindung
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) bagi daerahnya ke dalam peta
dengan tingkat ketelitian minimal skala 1: 100.000, dalam bentuk Peraturan
Daerah Tingkat II.
(4)
Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
terpadu dan lintas sektoral dengan mempertimbangkan masukan dari Pemerintah
Daerah Tingkat II.
Pasal 35
Apabila dalam penetapan wilayah tertentu terjadi perbenturan kepentingan antar sektor,
Pemerintah Daerah Tingkat I dapat mengajukan kepada Tim Pengelolaan Tata Ruang
Nasional untuk memperoleh saran penyelesaian.
Pasal 36
(1)
Pemerintah Daerah Tingkat II mengupayakan kesadaran masyarakat
akan tanggungjawabnya dalam pengelolaan kawasan lindung.
(2)
Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II mengumumkan kawasankawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 kepada masyarakat.
(2)
Apabila ternyata di kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) terdapat indikasi adanya deposit mineral atau air tanah atau kekayaan alam
lainnya yang bila diusahakan dinilai amat berharga bagi Negara, maka kegiatan
budi daya di kawasan lindung tersebut dapat diizinkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Pengelolaan kegiatan budi daya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang bersangkutan.
(4)
Apabila penambangan bahan galian dilakukan, penambang bahan galian
tersebut wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup dan
melaksanakan rehabilitasi daerah bekas penambangannya, sehingga kawasan
indung dapat berfungsi kembali.
(5)
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan
ayat (4), diatur lebih lanjut oleh Menteri yang berwenang, setelah mendapat
pertimbangan dari Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional.
Pasal 39
(1)
Pemerintah Daerah Tingkat II wajib mengendalikan pemanfaatan ruang di
kawasan lindung.
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kegiatan
pemantauan,pengawasan dan penertiban.
(3)
Apabila Pemerintah Daerah Tingkat II tidak dapat menyelesaikan
pengendalian pemanfaatan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2), wajib diajukan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk
diproses langkah tindak lanjutnya.
(4)
Apabila Gubernur Kepala Daerah Tingkat I tidak dapat menyelesaikan
pengendalian pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), wajib diajukan
kepada Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional.
BAB VII. KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 40
(1)
Selambat-lambatnya dua tahun setelah Keputusan Presiden ini
ditetapkan, setiap Pemerintah Daerah Tingkat I sudah harus menetapkan
Peraturan Daerah tentang penetapan kawasan lindung, dan segera sesudah itu
Pemerintah Daerah Tingkat II menjabarkannya lebih lanjut bagi daerah masingmasing.
(2)
Penetapan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
apabila dipandang perlu dapat disempurnakan dalam waktu setiap lima tahun
sekali.
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 41
Keputusan Preseiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 25 Juli 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
DAFTAR PUSTAKA
Agnis Purwitasari, Mardiana dan Oktia Woro. 2006. Studi Kelayakan Sumber
Mata Air Kali Bajak Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Warga Di
Wilayah Kelurahan Karanganyar Gunung Kecamatan Candisari Semarang
Tahun 2006. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Laboratorium Kesehatan. 2002.
Pedoman Pemeriksaan Fisika Air Minum/ Air Bersih. Jakarata : DepKes RI
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Laboratorium Kesehatan. 2002.
Pedoman Pemeriksaan Kimia Air Minum/ Air Bersih. Jakarata : DepKes RI
Gatot Irianto. 2004. Hilangnya Sumber Mata Air dan Dampaknya terhadap
Desertification. Penulis dari Puslitbangtanak, Bogor, Tabloid Sinar Tani, 30 Juni
2004.
Hefni Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius
I Wayan Sudiarsa. 2004. Air Untuk Masa Depan. Jakarta : PT. Rieneka Cipta
KepMenKes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum. 2002. Jakarta
Kusnaedi. 2004. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta :
Puspa Swara
Nana Sudjana. 2001. Tuntunan Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru
Algaesindo
Onny Untung. 2004. Menjernihkan Air Kotor. Jakarta : Puspa Swara
Rismunandar. 2001. Air Fungsi dan Kegunaannya Bagi Pertanian. Bandung :
Sinar Baru Algaesindo.
Daftar Pustaka
http://desakuhijau.org/pemanfaatan-sumber-mata-air-bagian-1-3/
http://dopichi.blogdetik.com/2012/11/30/pentingnya-sumber-air-minum-lestari/
http://marno.lecture.ub.ac.id/.../SUMBER-MATA-AIR-DAN-PELESTARIANNYA/
http://www.tempo.co/read/news/2012/08/30/058426431/Penggundulan-Hutan-25-Sumber-Mata-AirMengering/
http://airuntuksemua.tumblr.com/
http://rioardi.wordpress.com/tentang-pohon/arti-penting-pohon-bagi-kehidupan/
http://artofgreen.wordpress.com/2011/03/04/hubungan-tumbuhan-dengan-air/
Penyebab hancurnya sumber Air minum pegunungan yang paling mengerikan adalah
manusia, saat ini banyak perusahaan Air minum yang seakan berlomba lomba
memproduksi Air minum langsung dari sumber mata Air pegunungan. Perusahan Air
minum ini langsung menyedot habis sumber mata Air pegunungan sampai kedasar,
bagaikan belalai belalai gurita yang menyebar di lautan dalam. Mereka mengklaim
mareka menyajikan Air minum terbaik langsung dari pegunungan dan menjualnya
dengan harga mahal, yang menyedihkan adalah penderitaan penduduk sekitar yang
umumnya tidak merasakan keuntungan langsung.
Perlombaan menguras sumber mata Air pegunungan oleh para perusahaan Air minum
sungguh mengerikan, dampak yang di timbulkan sudah sangatlah nyata. Di beberapa
tempat yang banyak di jadikan daerah penyedotan untuk Air minum, dampak yang
ditimbulkan sudah terasa oleh masyarakat sekitar. Di puncak Jawa Barat misalnya,
banyak terjadi penurunan permukaan tanah akibat hilangnya Air dari pori pori tanah. Hal
ini di sebabkan oleh cara pengambilan Air oleh perusahaan Air minum bukan hanya
mengambil Air dari sumber mata Air permukaan, tapi juga langsung menyedotnya ke
kedalaman hingga ratusan meter. Di beberapa tempat dampak kekeringan juga sudah
banyak di rasakan oleh masyarakat sekitar pengambilan Air, ini tentu saja menjadi sangat
riskan karena di tempat tersebut setiap detiknya di ambil ratusan hingga ribuan liter Air.
Terkadang hal ini sampai menimbulkan konflik horizontal antar kelompok masyarakat
dengan perusahaan.
Untuk mengatasi masalah Sumber mata Air minum yang terancam, diperlukan kesadaran
dari manusia. Karena kita tahu, manusialah yang menjadi penyebab utama kerusakan ini
baik secara langsung maupun tidak langsung. Berhenti membabat hutan adalah langkah
yang bijak, dan mulailah untuk memulai kampanye untuk tidak menggunakan Air minum
yang di produksi dari sumber Air minum pegunungan. Untuk yang satu ini, kita sudah
bisa memulai untuk beralih menggunakan sumber Air minum yang lain tanpa merusak
sumber mata Air pegunungan yang kita miliki.
secara geologis terletak di daerah busur gunung api. Indonesia mempunyai lebih dari
seratus gunung api aktif maupun non aktif dimana secara geologis gunung-gunung api
tersebut membentuk lapisan-lapisan batuan yang sangat sempurna sebagai akuifer.
Dengan curah hujan yang tinggi, maka umumnya daerah-daerah sekitar gunung api
mempunyai kandungan airtanah yang cukup melimpah dengan kualitas yang sangat baik.
Airtanah yang terletak di daerah gunung api di Indonesia umumnya mempunyai tingkat
salinitas rendah, kandungan hidrogen karbonat dan kalsium, serta natrium melimpah
secara alamiah, berasa segar, jernih dengan kandungan organisme yang sangat rendah.
Kondisi geomorfologi sangatlah berpengaruh terhadap keberadaan airtanah di suatu
wilayah, dan terdapat pengaruh kuat antara genesis atau proses geomorfologi masa
lampau terhadap pembentukan bentuk lahan saat ini, dan akhirnya berpengaruh terhadap
proses pembentukan akuifer dan sifat hidrogeokimia. Dengan demikian geomorfologi
suatu daerah akan menentukan hidrostratigrafi, keterdapatan serta karakteristik dari
airtanah tersebut, serta proses hidrogeokimia. Hubungan tersebut memberikan arahan
pada pencarian sumber mata air yang sempurna di daerah pegunungan.
*oleh Dr. Heru Hendrayana, Ahli Hidrogeologi Universitas Gadjah Mada dengan spesialisasi di
bidang Pengelolaan Sumber Daya Airtanah. Diunduh dari sini.