Makalah Managemen Keperawatan
Makalah Managemen Keperawatan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era saat ini, organisasi kesehatan harus bekerja keras dan berkesinambungan
untuk meningkatkan kualitas menjadi lebih baik. Hal ini merupakan hasil dari ekonomi
global yang meningkatkan kompetisi. Bagi organisasi pelayanan kesehatan, dibutuhkan
sistem yang bagus dan struktural yang dapat mengoptimalkan kualitas kerja para
pekerjanya. Kepemimpinan dan manajemen dalam bidang keperawatan merupakan suatu
kemampuan dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh perawat profesional jika ingin
berhasil dalam lingkungan perawatan kesehatan sekarang. Selama bertahun-tahun
keperawatan menyandarkan kedua hal tersebut dalam hirarki organisasi untuk mengatur
dan memimpin unitnya. Suatu jenis kepemimpinan yang baru dapat memfasilitasi kerja
tim dan proses peningkatan dapat berjalan.
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalalah ini adalah dalam rangka memenuhi tugas
yang telah diberikan oleh fasilitator mata ajar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan kepada penulis.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah:
a. Mahasiswa mampu menambah dan memperkaya ilmu serta pengetahuan mengenai
manajemen dan kepemimpinan dalam dunia keperawatan dan pentingnya kedua hal
tersebut bagi perawat saat ini.
b. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep manajemen dan kepemimpinan pada
asuhan keperawatan.
C. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dalam beberapa
pertanyaan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Apa saja peran dan tugas perawat dalam manajemen asuhan keperawatan?
5.
6.
7.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka, yaitu
dengan mencari materi yang terkait melalui literatur-literatur baik itu buku, maupun
internet dan juga melalui diskusi kelompok.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibagi menjadi tiga bab. Bab pertama berisi latar belakang
penulisan makalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan
makalah. Bab kedua berisi pembahasan mengenai pemicu yang diberikan. Bab terkahir
yaitu bab penutup berisi tentang simpulan isi makalah dan saran.
BAB II
2
PEMBAHASAN
Teori dan Tipe Kepemimpinan serta Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan
Di era globalisasi ini, segala profesi yang ada dituntut untuk menunjukkan
keprofesianalannya, termasuk profesi perawat. Untuk menyikapi hal ini lahirlah standar
akreditasi internasional yang telah dibuat dengan tujuan memudahkan adanya pengakuan
berstandar Internasional bagi profesi perawat. Adanya standar akreditasi international perawat
ini sangatlah penting, karena Perawat memiliki peranan besar bagi suatu rumah sakit dalam
memenuhi standar pelayanan internasional. Guna memberikan pelayanan yang baik, perawat
harus memperhatikan standar pelayanan sesuai akreditasi Joint Commision International
(JCI), yaitu keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien (Dimyati, 2012).
Demi terwujudnya pelayanan rumah sakit di Indonesia yang memenuhi standar JCI
dibutuhkan berbagai peranan elemen masyarakat, termasuk pemerintah. Dalam upaya
mendukung peningkatan mutu rumah sakit, pemerintah telah membuat kebijakan yang
dituangkan dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan
No. 659 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia dan SK Menteri Kesehatan
No. 1195 Tahun 2010 tentang Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Bertaraf Internasional (IZN,
2012). Seluruh regulasi ini berperan dalam mengatur instansi kesehatan menuju rumah sakit
yang memenuhi standar JCI.
Akreditasi tersebut menjadi wujud nyata peningkatan profesionalisme bagi setiap
rumah sakit yang mendapatkan akreditasi itu. Kelanjutan apabila suatu RS sudah berstandar
JCI maka harus ada peranan dari elemen lain yang terlibat didalamnya. Salah satu bagian
yang memegang peranan penting ialah perawat.
Langkah konkrit lainnya ialah meningkatkan kompetensi perawat di Indonesia.
Perawat harus memiliki kemampuan kompetensi khusus dalam meningkatkan pelayanan.
Selain itu, hal lain yang penting untuk mewujudkan rumah sakit berstandar JCI yaitu adanya
pengaturan pengorganisasian dalam manajemen asuhan keperawatan yang baik. Hal tersebut
meliputi
konsep
kepemimpinan,
managemen
keperawatan,
metode
penugasan,
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain
3
dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok (Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono,
2003)). Kepemimpinan juga merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan
atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk
mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Tipe dari setiap kepempinan bisa berbeda- beda.
Berikut beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya:
1. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan keakuannya,
antara lain dalam bentuk :
1. Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam
organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan
martabat mereka.
2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para
bawahannya.
3. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
1. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
2. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
3. Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
4. Menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah
rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau
seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan
masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat
mengembangkan sikap kebersamaan.
4
3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan
yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat
memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat
besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh
banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara
konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas
apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering
intervensi.
5. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun
sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
1. Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku
dan seringkali kurang bijaksana.
2. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
3. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan,
4. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
5. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
6. Komunikasi hanya berlangsung searah.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
tipe
administratif
ialah
kepemimpinan
yang
mampu
staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan
melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
Penerapan kepemimpinan dalam keperawatan menurut Kron (1981), ruang lingkup
kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan meliputi:
1. Perencanaan dan pengorganisasian
2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3. Pemberian bimbingan
4. Mendorong kerjasama dan partisipatif
5. Kegiatan koordinasi
6. Evaluasi hasil kerja.
Morton menguraikan ada 4 pemimpin yang efektif yaitu: 1) Seseorang akan mengerti
apabila menerima suatu komunikasi, 2) Orang ini mempunyai pedoman apa yang harus
dilakukan yang diminta oleh komunikasi tadi, 3) Orang ini percaya bahwa perilaku yang
diminta adalah sesuai dengan kehendak perorangan dengan nilai yang baik, 4) Orang ini
percaya bahwa hal itu sesuai dengan tujuan dan nilai organisasi. Semua definisi
kepemimpinan dipandang bagai suatu proses interaksi yang dinamis yang mencakup tiga
dimensi yaitu pimpnan, bwahan, dan situasi. Masing masing dari dimensi tersebut saling
mempengaruhi (Swanburg, 2000).
Peran dan Tugas Perawat dalam Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Peran dan Fungsi Perawat
Fungsi perawat menurut Aziz (2004), merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaan yang
ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan beberapa fungsi
dianataranya:
a.
Fungsi Independen yaitu: mandiri dan tidak tergantung pada orang lain dimana
perawat dalam melaksanakannya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia
b.
Fungsi Dependen yaitu: dalam melaksanakan kegiatan atas pesan dan instruksi dari
perawat lain ataupun dari dokter. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas
yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat kepada perawat umum
7
atau perawat yang fungsinya sebagai perawat pelaksana, juga dokter melimpahkan
ke perawat.
c.
Fungsi Interdependen yaitu: dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila
bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit
komplek.
2. Peran Manajer
Secara umum peran manajer dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi
dan meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya
kebutuhan fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran
manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar
diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
3.
4.
meliputi
pembentukan
struktur
untuk
melaksanakan
2.
3.
Perawat Pelaksana
Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat
sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode
pemecahan
masalah
dalam membantu
pasien mengatasi
masalah
kesehatan
Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi, 2006).
Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu
memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka
memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan
kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan
kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien.
b.
c.
Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait
dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk
memberikan asuhan keperawatan (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry
(2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat
10
Rehabilitator
Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal
setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan
lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari mengajar klien
berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu klien
mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter &
Perry, 2005)
Seorang manajer harus mampu memberikan arahan kepada stafnya sehingga mereka
menjadi pekerja yang berpengetahuan dan mampu bekerja secara efektif guna
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
f. Pengontrolan (Controlling)
Tugas ini mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan yang
dilaksanakan oleh staf telah berjalan sesuai dengan rencana.
Prinsip prinsip manajemen menurut Fayol adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
kepentingan umum)
Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
Centralization (sentralisasi)
Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
Order (ketertiban)
Stability of tenure of personal (stabilitas / masa jabatan pegawai)
Equity (keadilan)
Inisiative (prakarsa)
Esprit de Corps (kesetiakawanan korps / semangat bekerja sama )
dan
rasa
aman
kepada
pasien/keluarga/masyarakat.
Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari
tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5.
6.
7.
8.
9.
16
fungsi keperawatan mereka dapat menghasilkan lingkungan hidup mereka sendiri dan
menemukan akses pada kebutuhan mereka terhadap status social, pencapaian komunitas
dan individu, dan kepuasan. (Swanburg, 2000)
F. Metode Penugasan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Pelayanan di
Rumah Sakit dan Puskesmas
Profesionalisme perawat mempengaruhi kualitas pelayanan dalam sebuah
institusi baik rumah sakit maupun puskesmas. Salah satu upaya untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas dan profesional adalah pengembangan model praktik
keperawatan profesional (MPKP) yang mengatur metode penugasan dalam
memberikan asuhan keperawatan. Ada beberapa metode penugasan dalam manajemen
asuhan keperawatan di rumah sakit yang meliputi keperawatan fungsional,
keperawatan tim, keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus.
1. Metode Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas
dan prosedur keperawatan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang
berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap
anggota staf. Setiap staf perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan
pada semua pasien di bangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk
pemberian obat, seorang lain untuk tindakan perawatan luka, dan sebagainya.
18
2. Metode Tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dnegan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan di bidangnya (Registered nurse). Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua group dan ketua group bertanggung jawab
dalam mengarahkan anggota kelompoknya/tim. Ketua kelompok juga bertugas untuk
memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien
serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan
selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang.
Pelaksanaan konsep tim sangat bergantung pada filosofi ketua tim apakah
berorientasi pada tugas atau pada klien. tugas keta tim meliputi: mengkaji anggota
tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, dan
19
4. Metode Kasus
Metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang
didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan
kostan untuk periode tertentu. metode ini biasa diterapkan untuk perawatan khusus
seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas, dll.
5. Metode Modifikasi
Metode yang merupakan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudasono
(2000), ada beberapa jenis metode modifikasi yang ditentukan berdasarkan kondisi
sumber daya manusia, antara lain adalah:
20
Pendekatan
Manajemen
(Management
approach),
Penghargaan
karir
21
Gaya utama dalam proses timbang terima terdiri dari timbang terima verbal yang
bertempat di ruangan khusus, rekaman (tape recorder), timbang terima di samping
tempat tidur dan timbang terima secara tertulis (Sexton, 2004). Gaya timbang terima
yang diterapkan pada tiap rumah sakit berbeda tergantung dari masing-masing
manajemen rumah sakit tersebut. Timbang terima secara verbal dilakukan saat kedua
tim perawat yang akan bertukar shift berkumpul dalam ruangan khusus dan melakukan
konferensi dan bertukar informasi, model ini memakan waktu lama sehingga banyak
keluhan pasien yang tidak dapat tersampaikan. Sedangkan timbang terima yang
dilakukan di samping tempat tidur memungkinkan perawat menerima informasi terbaru
dari pasien dan tidak memakan banyak waktu dalam prosesnya.
Proses timbang terima dilakukan kepada masing-masing penanggung jawab dan
dilaksanakan setiap penggantian shift. Dari nurse station, perawat berdiskusi untuk
melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif hal-hal yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien. Hal-hal yang sifatnya khusus,
memerlukan perincian yang matang dicatat secara khusus untuk diserah terimakan pada
petugas berikutnya. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu disampaikan pada saat
timbang terima (Nursalam, 2002):
a)
b)
c)
d)
e)
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau
berhak bertanya terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas. Timbang terima
harus dilakukan seefektif mungkin dan proses ini dilakukan tidak lebih dari 5 menit
untuk setiap pasien, kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang
rumit. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2002).
Prinsip dalam proses timbang terima terdiri dari (Brown, 2010):
a) Informasi harus disampaikan secara verbal dan tertulis
b) Diberikan atau disampaikan oleh perawat yang secara langsung menangani
pasien atau mengetahui kondisi pasien
c) Menunda pekerjaan atau kegiatan klinis selama proses timbang terima
23
Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan, akan tetapi pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
dengan melibatkan seluruh anggota tim. Karakteristik dari ronde keperawatan adalah
klien dilibatkan secara langsung dan merupakan fokus kegiatan, perawat asosiet,
perawat primer dan konselor melakukan diskusi bersama dan konselor memfasilitasi
kreatifitas serta membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet dan perawat
primer dalam mengatasi masalah (Sitorus, 2005).
Tujuan dari ronde keperawatan adalah menumbuhkan cara berpikir secara kritis,
menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah
klien, meningkatkan validitas data klien, menilai kemampuan justifikasi, meningkatkan
kemampuan dalam menilai hasil kerja, dan meningkatkan kemampuan untuk
memodifikasi rencana keperawatan (Sitorus, 2005). Intinya, ronde keperawatan ialah
suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dasar dari masingmasing perawat agar skill atau kemampuan yang dimiliki semakin meningkat dan
menjadi setara antara perawat yang satu dengan perawat yang lainnya.
24
Peran dari masing-masing anggota tim dalam ronde keperawatan sangat penting
untuk memaksimalkan keberhasilan dalam pekerjaan, diantaranya yaitu (Sitorus, 2005):
a)
Peran perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
Menjelaskan masalah keperawatan utama
Menjelaskan intervensi yang belumdan yang akan dilakukan
Menjelaskan tindakan selanjutnya
Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
b) Peran ketua tim lain dan konselor
Memberikan justifikasi
Memberikan reinforcement
Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional
Mengarahkan dan koreksi
Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Pelaksanaan ronde keperawatan dimulai dari penjelasan tentang klien oleh
perawat primer, dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan
rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan. Proses selanjutnya adalah diskusi
antar anggota tim mengenai kasus tersebut, pemberian justifikasi oleh perawat primer,
konselor atau kepala ruangan tentang masalah klien, serta tindakan yang akan
dilakukan dan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah atau yang akan
ditetapkan (Sitorus, 2005).
H. Dokumentasi dalam Asuhan Keperawatan di Area Rumah Sakit dan Puskesmas
Pendokumentasian
asuhan
keperawatan
merupakan
suatu
upaya
untuk
Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kepoerawatan, dimana
perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi
diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang
bukti di pengadilan.
Jaminan mutu (kualitas pelayanan). Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat,
akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah
klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa
jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal
ini akan membantu meningkatkan mutu yankep.
Keuangan, Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam
biaya keperawatan.
Pendidikan,
keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi
siswa atau profesi keperawatan.
Penelitian,
informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan
profesi keperawatan.
Akreditasi, Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan
fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada jklien. Dengan demikian dapat
diambil kesimoulan tingkat keberhasilan pemeberian askep yang diberikan, guna
pembinaan lebih lanjut.
1. Dokumentasi Keperawatan di Puskesmas
Upaya keperawatan kesehatan masyarakat sebagai upaya kesehatan yang
professional harus dapat dipertanggungjawabkan baik dalam aspek teknis maupun
26
a.
Pencatatan
Meliputi:
Formulir pengkajian keperawatan. Formulir pengkajian keperawatan baik untuk
individu, keluarga, kelompok, masyarakat.
1) Register Rawat jalan dan register rawat inap (untuk Puskesmas dengan Ruang
Rawat Inap).
2) Catatan keperawatan. Dimaksudkan untuk mencatat rencana, tindakan dan
penilaian keperawatan klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) yang
mendapat asuhan keperawatan.
3) Family Folder (berkas catatan kesehatan keluarga) untuk setiap keluarga
rawan kesehatan/miskin yang dibina.
4) Buku register Kohort Keluarga Pembinaan Keluarga rawan. Merupakan
catatan untuk mengetahui identitas, masalah kesehatan yang dihadapi serta
kemajuan pembinaan keluarga rawan kesehatan/miskin yang dibina.
5) Buku register Pembinaan Kelompok/Desa/mayarakat. Merupakan catatan
untuk mengetahui identitas, masalah kesehatan yang dihadapi serta kemajuan
pembinaan kelompok khusus/masyarakat/desa yang dibina.
6) Buku Catatan Kegiatan Perawat. Merupakan catatan kegiatan perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dan kegiatan lainnya, yang memudahkan
27
Aziz Alimul (2001) mengemukakan ada lima bentuk format yang lazim digunakan:
a) Format naratif. Merupakan format yang dipakai untuk mencatat perkembangan
pasien dari hari ke hari dalam bentuk narasi.
b) Format Soapier
Format inib dapat digunakan pada catatan medic yang berorientasi pada masalah
(problem oriented medical record) yang mencerminkan masalah yang di
identifikasi oleh semua anggota tim perawat.
Format soapier terdiri dari:
S= Data Subjektif. Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan
sendiri oleh pasien
O = Data Objektif. Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose
keperawatan meliputi data fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Data info dapat
diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
diagnostic laboratorium.
A = Pengkajian (Assesment). Analisis data subjektif dan objektif dalam menentukan
masalah pasien.
P = Perencanaan. Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan dating dari
intervensi tindakan untuk mencapai status kesehatan optimal.
I = Intervensi. Tindakan yang dilakukan oleh perawat
E = Evaluasi. Merupakan analisis respon pasien terhadap intervensi yang diberikan
R = Revisi. Data pasien yang mengalami perubahan berdasarkan adanya respon
pasien terhadap tindakan keperawatan merupakan acuan perawat dalam melakukan
revisi atau modifikasi rencana asuhan keperawatan.
c) Format fokus/DAR
Semua masalah pasien diidentifikasi dalam catatan keperawatan dan terlihat pada
rencana keperawatan. Kolom focus dapat berisi : masalah pasien (data), tindakan
(action) dan respon (R)
d) Format DAE
Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan evaluasi
dimana setiap diagnose keperawatan diidentifikasi dalam catatan perawatan,
terkait pada rencana keprawatan atau setiap daftar masalah dari setiap catatan
perawat dengan suau diagnose keperawatan.
29
JCI
dibutuhkan
berbagai
peranan
elemen
masyarakat,
termasuk
didalamnya.
Salah
perawat. Apabila
satu bagian
suatu
rumah
yang
sakit
telah
memegang peranan
berakreditasi
JCI
penting ialah
maka
perlu
adanya komunikasi yang optimal antara rumah sakit dengan perawat, dan perawat
dengan pasien. Perawat yang baik harus mampu mewujudkan efisiensi biaya
perawatan
kesehatan,"
ucap
Taryudi, Direktur
Keperawatan
RS
Premier
pelayanan.
Direktur
Jenderal
Pemerintah
Bina
Upaya
Indonesia
Kesehatan
telah
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan merupakan bagian yang terpenting dalam pelayanan kesehatan yang
pasti memerlukan suatu pengelolaan keperawatan yang baik. Sementara untuk
mewujudkan pengelolaan yang baik diperlukan beberapa tingkat pengetahuan tentang
manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan
sistem terbuka dimana masing -masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan yang didalamnya terdapat prinsip,
lingkup, dan proses.
Pengeloaan keperawatan yang baik akan dapat didapatkan apabila diserta cara
kepemimpinan yang baik sehingga dapat dipastikan staf keperawatan melaksanakan
tugasnya dengan baik. Penerapan kepemimpinan dan manajemen keperawatan pun
berbeda menurut lingkupnya, baik itu di ruang rawat inap, puskesmas, atau
masyarakat dan keluarga. Terdapat banyak istem penugasan dalam manajemen
keperawatan yang penerapan dari kesemuanya tersebut bergantung pada sumber daya
masyarakat, situasi, dan kondisi yang berlangsung.
Setiap staf keperawatan memeliki fungsi dan tugas tersendiri yang tercakup dalam
fungsi dependen, fungsi independen, dan fungsi interdependen yang di dalam
penerapannya juga dipengaruhi oleh tingkat kabatan serta kewenangan yang dimiliki
33
oleh perawat, misalnya seorang kepala ruangan yang juga bertugas untuk memberikan
pengarahan kepada staf perawat di bawahnya selain harus memberikan asuhan
keperatan kepada klien. Selain berinteraksi dengan klien dan tim medis yang lain
perawat juga melakukan interaksi dengan sesama perawat untuk salah satunya melalui
operan shift atau pun ronde. Semua manajemen keperawatan ini tidak lain bertujuan
untuk memberikan pelayanan yang baik. Dan pelayanan yang baik adalah pelayanan
yang sesuai akreditasi yang terdapat pada Joint Commision International (JCI), yaitu
keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien.
B. Saran
Saat ini, dunia keperawatan dan perawat dituntut untuk seakin maju dan lebih
professional yang bukan hanya memberikan asuhan keperawatan yang bermutu akan
tetapi juga memiliki skill untuk dapat memanajemen dan memimpin. Manajemen
keerawatan yang baik akan berefek pada peningkatan pelayanan asuhan keperawatan
yang baik pula. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan kepemimpinan dan
manajemen perawat yang sesuai dengan JIC (Joint Commision International) salah
satunya dengan memenuhi akreditasi yang telah ditetapkan di rumah sakit yang telah
terakreditasi.
34
DAFTAR PUSTAKA
Brown, A. (2010). Review of Nursing Shift to Shift Handover at a Regional Hospital.
http://www.changechampions.com.au/resource/Andrew_Brown.pdf.
Connor, F.,D. (2010).Nursings Role in The Computerization. Diakses dari
http://proquestnursing&alliedhealthsource diakses 6 September 2012-09-08
Dimyati, Vien. (2012). Kompetensi Perawat Perlu Ditingkatkan.
http://www.jurnas.com/halaman/9/2012-05-22/209811. (Diakses pada 09 September
2012, 12.45)
Griffin, R.W. (2002). Manajemen . Jakarta: Erlangga.
Harnawatiaj. 2008. Dokumentasi Keperawatan. Diakses 5 September 2012. Di
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/06/23/format-dokumentasi-keperawatan/
IZN. (2012). Perawat Berperan Penting Mewujudkan RS Berakreditasi Internasional.
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=814&catid=2. (Diakses pada
05 September 2012, 11.15)
Kozier, et al., (1995). Fundamentals of nursing: concepts process and practice, fourth
edition, Addison Wesley, California
Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
------------. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik Keperawatan
Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
35
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice.
4th Ed. St. Louis: Mosby-Year Book Inc.
Sexton, A.C., et al. (2004). Journal of Nursing Management: Nursing handovers: do we
really need them?. http://publicationslist.org/data/m.elliott/ref-10/Nursing
%20handovers%20-%20do%20we%20really%20need%20them.pdf.
Sitorus, R. (2005). Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Smith, G.D. (2004). Get Set for Nursing. Edinburgh: Edinburgh University Press.
Supari, S.F. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 279/MENKES/SK/IV/2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Suyanto, SKp, M.Kep (2008) ; Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Yogjakarta:
MITRA CENDIKIA Press,
Swanburg, Russel C. ( 2000 ), Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan. Jakarta:
EGC.
Windyati, Senik (2008). Seminar Peran Sistem Informasi Kesehatan dalam Desa Siaga. Sistem
Informasi dalam ...simkes.fk.ugm.ac.id/?p=8 diakses pada tanggal 6 September 2012
36