Makalah Reproduksi
Makalah Reproduksi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem reproduksi merupakan hal utama yang diperlukan untuk memiliki
keturunan dan memenuhi kebutuhan seksual manusia dewasa. Tetapi
pengetahuan tentang reproduksi seharusnya didapat sejak dini untuk
pengetahuan agar tidak menjadi topik yang tabu dikalangan masyarakat sebab
dari reproduksi itu sendiri banyak sekali masalah yang ditimbulkan jika
terjadi ketidaktahuan terutama tentang hal-hal berbahaya seperti penularan
penyakit. Kelainan Anatomi Serta Penyakit Infeksi Pada Sistem Reproduksi
terutama pada Pria yang belum banyak diketahui dimasyarakat ternyata telah
banyak terjadi di kalangan masyarakat kelas manapun. Penyakit infeksi pada
sistem reproduksi mempunyai penyebaran yang sangat cepat. Karena setiap
manusia pasti memiliki kebutuhan masing-masing mengenai reproduksi.
Salah satu penyakit pada sisitem reproduksi terutama pada pria adalah
penyakit infeksi epididimitis yaitu peradangan pada epididimis yang bisa
bersifat akut dan kronik. Hal ini bisa menimbulkan berbagai masalah seperti
timbulnya nyeri dan bengkak disertai dengan timbulnya indurasi pada
skrotum. Apabila tidak segera dilakukan intervensi maka akan menimbulkan
komplikasi yang membahayakan nyawa.
Untuk mencegah agar komplikasi ini tidak terjadi pada pasien yaitu
adanya penatalaksaan yang cepat dan tepat. Adapun yang berperan dalam
menangani pasien dengan epididimitis ini yaitu dokter bedah, perawat, serta
tenaga medis yang lain. Dengan keadaan yang demikian ini, maka wajib bagi
perawat untuk memahami konsep dasar dari penyakit epididimitis serta
asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada pasien dengan penyakit
epididimitis.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang termasuk penyakit infeksi pada system reproduksi pria?
1.2.2 Apakah yang termasuk penyakit kelainan anatomi pada system
reproduksi pria?
1.2.3 Apakah definisi dari epididimitis?
1.2.4 Apakah etiologi dari epididimitis?
1.2.5 Apakah manifestasi klinis dari epididimitis?
1.2.6 Bagaimanakah patofiologi dari epididimitis?
1.2.7 Apakah pemeriksaan pemunjang yang harus dilakukan pada
epididimitis?
1.2.8 Apakah penatalaksanaan dari epididimitis?
1.2.9 Apakah komplikasi dari epididimitis?
1.2.10 Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan epididimitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui beberapa penyakit infeksi pada system reproduksi
pria
1.3.2 Untuk mengetahui beberapapenyakit kelainan anatomi pada system
reproduksi pria
1.3.3 Untuk mengetahui definisi dari epididimitis
1.3.4 Untuk mengetahui etiologi dari epididimitis
1.3.5
1.3.6
1.3.7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Alat Reproduksi Pria
2.2.1 Hipogonadisme
1. Definisi
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan
oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan
testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak
adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan
terapi hormon.
2. Etiologi
a. Hipogonadisme Primer
Hipogonadisme primer atau kegagalan testis terjadi akibat
penyakit sisitemik , gagal ginjal dan serosis.orkitis , radioterapi
gonad atau obat-obcat sistemik anti kanker(jarang terjadi ) , adanya
sindrom knilfelter(kariotipeXXY) , terjadi 1 pada 1000 kelahiran.
b. Hipogonadisme Sekunder
Hipogonadisme (kegagalan hypothalamus hipofisis) dapat
disebabkan oleh penyakit berat atau malnutrisi, penyakit hipofisis,
hiperprolaktinemia, Sindrom Kallmann (sindrom genetic terkait
kromosom X yang menyebabkan kegagalan hypothalamus
mensekresikan GnRH disertai dengan anosmia.
3. Manifestasi Klinis
Gangguan tidur, kelelahan kronis, mudah tersinggung, lesu, nafsu
seksual hilang, mudah tegang, muncul rasa panas di sekitar dada dan
leher, disfungsi seksual, atau terus menerus berkeringat.
4. Penatalaksanaan
1) Terapi penggantian Androgen: dapat menghilangkan gejala gejala
dan mencegah osteoporosis, tetapi tidak dapat memperbaiki
infertilitas, yang pada hipergonadisme primer bersifat irreversible.
2) Gonadotropin atau GnRH digunakan untuk merangsang fertilitas pada
hipergonadisme sekunder.
2.2.2 Kriptorkidisme
1. Definisi
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk
turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi.
2. Etiologi
a. Gangguan hormone gonadotropin
b. Genetik
3. Penatalaksanaan
Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human
chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun
juga, dilakukan pembedahan.
2.2.3 Anorkidisme
Anorkidisme adalah penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau
tidak ada sama sekali.
2.2.4 Hyperthropic prostat
1. Definisi
Hyperthropic prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang
biasanya terjadi pada usia-usia lebih dari 50 tahun. Penyebabnya belum
jelas diketahui.
Gb.4. Hidrokel
2.2.8 Varicocele
1. Definisi
Terjadinya varises pada vena skortum.
2. Etiologi
1) Kelainan congenital berupa tidak adanya katup pada vena testikularis
kiri., yang seharusnya berfungsi untuk mencegah aliran retrograde
darah.
2) Variasi abnormal dari vena-vena testis, berupa ketidaksimetrisan
bentuk dengan vena testikularis kanan yang langsung menuju vena
cava inferior dan vena testikularis kiri menuju vena renalis kiri. Hal
ini akan menyebabkan lambatnya aliran balik dari vena testikularis
kiri.
3) Fenomena nutcracker, yaitu vena renalis kiri tertekan antara arteri
mensentrika superior dan aorta. Hal ini akan menyebabkan tingginya
tekanan dari vena testikularis kiri yang menuju ginjal kiri.
4) Peningkatan panjang dari vena testikularis kiri, vena sebelah kiri 810 cm lebih panjang dibandingkan vena testikularis kanan.
5) Sudut yang lebih tajam pada vena testikularis kiri saat memasuki
vena renalis kiri, sehingga tekanan pada vena testikularis kiri
menjadi lebih tinggi.
3. Manifestasi Klinis
Pasien bisa mengeluhkan adanya nyeri pada skrotum atau perasaan
berat pada skrotum. Keluhan yang sering muncul pada varikokel adalah
adanya perasaan adanya kantong pada skrotum bag of worms.
4. Penatalaksanaan
Terapi untuk varikokel adalah teknik bedah minimal invasive
seperti Oklusi perkutaneus dengan cara injeksi intravena material tertentu
untuk menghentikan varikokel, laparoskopik varikokelektomi, dan juga
dengan teknik bedah tradisional, menggunakan teknik ligasi.
2.2.9 Hernia inguinalis
1. Definisi
Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang
didapat atau kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi
10
organ. Istilah hernia berasal dari bahasa Yunani ERNOS yang berarti
penonjolan(Pusva, 2009). Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus
ke dalam anulus inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh
kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily L.
Betz, 2004). Hernia Inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan
ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup
(Ignatavicus,dkk 2004).
2. Klasifikasi
Ditinjau dari letaknya, hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :
1) Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis
yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti
saluran spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003).
2) Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis
yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area
yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan
melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk
2004).
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia ada dua yaitu :
1) Kongenital
Terjadi sejak lahir
2) Didapat
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya
tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama
misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing
(hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.
Black,J dkk (2002) dalam Medical Surgical Nursing, menjelaskan
bahwa penyebab hernia inguinalis adalah :
1) Kelemahan otot dinding abdomen.
2) Kelemahan jaringan
3) Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
4) Trauma
5) Peningkatan tekanan intra abdominal.
6) Obesitas
7) Mengangkat benda berat
8) Konstipasi
9) Kehamilan
10) Batuk kronik
11) Hipertropi prostate
4. Manifestasi Klinik
1) Penonjolan di daerah inguinal
2) Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3) Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti
kram dan distensi abdomen.
4) Terdengar bising usus pada benjolan
5) Kembung
6) Perubahan pola eliminasi BAB
7) Gelisah
11
8) Dehidrasi
9) Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat
pasien berdiri atau mendorong.
5. Penatalaksanaan
1) Konservatif
(a) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia
ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi),
selanjutnya gunakan alat penyokong.
(b) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan
kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
(c) Celana penyangga
(d) Istirahat baring
(e) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat
pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
(f) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi,
kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein
untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB,
hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang
dapat memperburuk gejala-gejala.
2) Pembedahan (Operatif) :
(a)
Herniaplasty
Memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
(b)
Herniatomy
Pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
(c)
Herniorraphy
Mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan
transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus
ke ligamen inguinal.
2.3
Infeksi Pada Sistem Reproduksi Pria
2.3.1 Uretritis
1. Definisi
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada
penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering
menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma
urealyticum atau virus herpes.
2. Etiologi
Penyebab : kuman gonore atau kuman lain, kadang kadang
uretritis terjadi tanpa adanya bakteri. (Anonym 1997)
Penyebab klasik dari uretritis adalah infeksi yang dikarenakan oleh
Neisseria Gonorhoed. Akan tetapi saat ini uretritis disebabkan oleh
infeksi dari spesies Chlamydia, E.Coli atau Mycoplasma. (Emanuel
Rubin, 1982)
12
3. Manifestasi Klinis
1) Mukosa merah udematus
2) Terdapat cairan eksudat yang purulent
3) Ada ulserasi pada uretra
4) Mikroskopis : terlihat infiltrasi leukosit sel sel plasma dan sel sel
limfosit
5) Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis G.O yaitu
morning sickness
2.3.2 Prostatitis
1. Definisi
Prostatitis adalah peradangan prostat yang sering disertai dengan
peradangan pada uretra. Gejalanya berupa pembengkakan yang dapat
menghambat uretra sehingga timbul rasa nyeri bila buang air kecil.
Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli maupun
bukan bakteri.
2. Etiologi
Kuman yang sering ditemukan adalah E. coli, Klebsiella spp,
Proteus mirabilis, Enterococcus faecalis dan Pseudomonas aeruginosa.
Jenis kuman yang juga dapat ditemukan adalah Staphylococci,
Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis
walaupun masih menimbulkan perdebatan.
3. Manifestasi Klinis
1) Paling sering dikeluhkan nyeri pada
(a) Prostat/perineum
: 46 %
(b) Skrotum dan atau Testis
: 39 %
(c) Penis
: 6%
(d) Kandung kemih
: 6%
(e) Punggung
: 2%
2) Sering BAK
3) Sulit BAK seperti pancaran lemah, mengedan
4) Nyeri saat BAK/nyeri bertambah saat BAK
4. Komplikasi
1) Prostatic abscess
2) Kidney infection, or infection of the blood (septicemia)
3) Kanker prostat
2.3.3 Orkitis
1. Definisi
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus
parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
2. Etiologi
1) Kuman patogen
2) Bakteri
3) Non spesifik : C. trachomatis
4) Spesifik
: M. tuberculosa
5) Virus : mumps
6) Imunologis : auto imun
3. Penatalaksanaan
13
Gb 5. Epididimitis
2. Etiologi
Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia
pasien, sehingga penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan
menjadi:
1) Infeksi bakteri non spesifik
Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus,
Klebsiella) menjadi penyebab umum terjadinya epididimitis pada
anak-anak, dewasa dengan usia lebih dari 35 tahun dan homoseksual.
Ureaplasma urealyticum, Corynebacterium, Mycoplasma, and Mima
polymorpha juga dapat ditemukan pada golongan penderita tersebut.
Infeksi yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae and N
meningitides sangat jarang terjadi.
2) Penyakit Menular Seksual
14
15
16
17
18
19
WOC
Infeksi bakteri non-
spesifik (E.coli,
varicella)
pseudomonas, dll),
Bakteri PMS
(Chlamydia, N.Gonorrhea,
treponema pallidum)
Vaskulitis, prostatitis,
prostatektomi
Infeksi menyerang ke
uretra
ke epididimis
Menyerang epididimis
EPIDIDIMITIS
Inflamasi
Pembengkakan pada
Merangsang thermostat di
hipotalamus
eferen
epididimis
Muncul infiltrat
Peningkatan suhu
MK Nyeri
Memenuhi rongga skrotum
MK Hipotermi
Pembengkakan pada
skrotum
20
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Observasi
STUDY KASUS
Tn.A 35 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit di buah pelirnya. Nyeri
ini sudah dirasakannya sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri awalnya dirasakan di satu
buah pelirnya, sekarang sudah menjalar ke bagian yang satunya. Nyeri dan rasa
terbakar bertambah ketika BAK. Badannya panas dan pasien takut untuk
melakukan hubungan seksual
3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Keluhan utama : Nyeri pada skrotum
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Nyeri awalnya dirasakan di satu buah pelirnya, sekarang sudah
menjalar ke bagian yang satunya. Nyeri dan rasa terbakar bertambah
saat BAK dan disertai peningkatan suhu dan frekuensi BAK.
2. Pemeriksaan fisik
Head to toe
Keadaan umum: Pasien merasa lemah
Kesadaran: Compos mentis
Berat badan: 75 kg
Tinggi badan: 175 cm
Tanda Vital:
TD: 110/70 mmHg Nadi: 120 x/mnt Suhu: 38 0C
RR: 20 x/mnt
CRT: < 3 detik
Akral: hangat
GCS: 4 5 6
Lain-lain:
Masalah Keperawatan: Hipertermi
Rambut: normal
Mata:
konjungtiva: normal Sklera : normal
Pupil : isokor
O Edema palpebra ; O Penglihatan kabur
lain-lain:
Hidung:
O Epistaksis
lain-lain:
________________________________________
Mulut:
Mukosa bibir: lembab lidah: pink ;
Gigi : bersih
Kebersihan mulut: bersih
lain-lain:
Telinga: gangguan pendengaran: tidak ada
O Otorhea
O otalgia
O tinitus
kebersihan: ________________
lain-lain: _________________
O Nyeri telan ; O pembesaran kelenjar tiroid ; O Vena jugularis
Lain-lain:
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
21
Dada (Thoraks)
Jantung:
Irama: normal
S1/S2: tunggal
Paru-paru:
Nafas: Suara nafas: vesikuler
Jenis:
Batuk: tidak ada
Sputum: tidak ada
Simetris/asimetris : Simetris
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Perut (Abdomen)
Ginekologi:
Pembesaran pada skrotum Kulit skrotum teraba panas, merah dan
bengkak
Nyeri dan rasa terbakar pada skrotum dan bertambah saat BAK
Pembesaran kelenjar getah bening di regio inguinalis
Ascites: tidak ada Peristaltik: normal
Nyeri tekan: ada
Luka: tidak ada
Lain-lain:
Masalah keperawatan: Gangguan rasa nyaman: Nyeri, perubahan pola
seksual,
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) leukosit 45.000 l
2) Kultur urin terdapat pyuria
b. Pemeriksaan Radiologis
1) Color Doppler Ultrasonography
Adanya abses skrotum, pembesaran testis dan epididimis yang
disertai penebalan tunika vaginalis
2) Nuclear Scintigraphy
Peningkatan penangkapan kontras
3.2 Analisa Data
NO DATA
ETIOLOGI
MASALAH
KEPERAWATAN
1
DS
epididimitis
Nyeri akut
22
P : skala 7
Q: seperti terbakar
R: satu testis kemudian
menjalar ke testis yang lain
S: Bertambah jika BAK
DO
Nadi: 120x/menit
Wajah pasien menyeringai
2
DS
Pasien mengatakan badannya
panas
DO
T: 380 C,
pemeriksaan Color
Doppler
Ultrasonography:
Adanya abses skrotum
merangsang ujung
saraf eferen
nyeri inflamasi
nyeri
epididimitis
Hipertermi
reaksi inflamasi
merangsang
thermostat di
hipotalamus
peningkatan suhu
hipertermi
DS:
Pasien mengatakan takut untuk
melakukan hubungan seksual
epididimitis
Perubahan pola
seksualitas
pembengkakan
pada epididimis
muncul infiltrat
memenuhi skrotum
skrotu terasa berat
takut berhubungan
seksual
Perubahan pola
seksual
23
b. Nadi : 100x/menit
Intervensi
Rasional
Instruksikan
pada
pasien
untuk Untuk merencanakan intervensi
menginformasikan kepada perawat jika yang akan dilakukan selanjutnya
pengurang nyeri tidak dapat tercapai
Lakukan pemasangan kateter
abses
pada
24
Intervensi
Rasional
Anjurkan
pasien
untuk Eksplorasi perasaan pasien
mengungkapkan ketakutan-ketakutan
dan mengungkapkan pertanyaan
Diskusikan efek penyakit terhadap Meningkatkan pemahaman pasien
seksualitas
tentang
penrunan
fungsi
seksualitasnya
diskusikan dengan pasien untuk Meningkatkan pengetahuan pasien
menunda hubungan seksual selama
kondisi sakit
Diskusikan pentingnya
dalam aktivitas seksual
25
BAB 4
PEMBAHASAN
1. Apakah Tn. A benar benar mengidap Epididimitis?
Ya, dilihat dari anamnesa, pemeriksaan fisik terdapat adanya nyeri pada
skrotum, pembesaran skrotum, skrotum teraba panas, merah, dan bengkak, dan
pada pemeriksaan radiologis, tampak adanya abses skrotum disertai
pembesasaran epididimis dan penebalan tunika vaginalis.
2. Apakah data-data pengkajian pada Tn.A sudah benar dan lengkap?
Data yang kurang lengkap pada pengkajian yaitu riwayat penyakit dahulu
apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi sebelumnya, riwayat penyakit
keluarga yang pernah mengalami infeksi terutama istri pasien. Dari
pemeriksaan penunjang kurang adanya data darah lengkap terutama sel darah
putih yang sangat berperan dalam proses infeksi.
3. Apakah rencana asuhan keperawatan pada Tn.A sudah benar dan lengkap?
Sudah cukup lengkap, diagnose nyeri diangkat karena masalah utama yang
keluhkan pasien adalah nyeri dan wajah pasien terlihat menyeringai. Untuk
diagnose yang kedua yaitu hipertermi karena dalam pemeriksaan fisik
diketahui suhu tubuh pasien 38 C akibat adanya infeksi di tubuh pasien, dan
diagnose yang terakhir adalah perubahan pola seksual, masalah ini diangkat
karena pasien menyampaikan bahwa ia takut untuk melakukan hubungan
seksual.
4. Apakah analisa data pada kasus Tn.A sudah benar dan tepat?
Belum, karena data obyektif pada diagnosa ketiga belum ada
5. Apakah Diagnosa keperawatan utama yang diambil pada Tn.A sudah benar
dan tepat?
Sudah benar
6. Apakah intervensi keperawatan yang direncanakan pada Tn.A sudah benar dan
tepat?
Sudah benar, intervensi yang diberikan sudah sesuai dengan standar intervensi
di buku saku diagnosia keperawatan dengan intervensi NIC dan criteria Hasil
NOC.
26
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beragam masalah kelainan anatomi serta penyakit infeksi pada sistem
reproduksi pria yang telah dibahas dalam makalah ini. Beragam penyakit
kelainan anatomi pada system reproduksi pria diantaranya Hipogonadisme
Kriptorkidisme, Anorkidisme, Hyperthropic prostate, Kanker prostate,
Kanker testis, Hidrocole, Varicocole dan Hernia inguinalis yang
menimbulkan banyak sekali masalah dengan manifestasi klinis yang berbedabeda sesuai dengan factor penyebab timbulnya penyakit. Penatalaksanaan
yang harus dilakukan pun menyesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit
bahkan dibutuhkan tindakan pembedahan.
Sedangkan penyakit infeksi pada system reproduksi pria diantaranya
adalah Uretritis, Prostatitis, Orkitis dan Epididimitis dimana penyakit infeksi
tersebut merupakan penyakit yang mudah penularannya tetapi mengakibatkan
efek masalah yang mempengaruhi nyawa karena komplikasi yang
ditimbulkan.
5.2 Saran
Pengetahuan mengenai kelainan anatomi dan infeksi pada organ
reproduksi pria penting dan wajib untuk diketahui bagi mahasiswa
keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber informasi mengenai
anatomi dan infeksi pada organ reproduksi pria utamanya bagi mahasiswa
keperawatan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Black,J dkk (2002) dalam Medical Surgical Nursing edisi 4. Pensylvania: W.B
Saunders
Carpenito,J,L. 1999. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: EGC
D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne. 1991. Medical Surgical Nursing, A Nursing
Process Approach. Philadelphia: W. B. Saunders Company
Doenges M.E. 1989. Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2
nd ed). Philadelpia: F.A. Davis Company
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made
Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Pusva. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hernia Inguinalis Lateralis
Inkaserata. Disitasi dari http://pusvahikari.blogspot.com/2009/06/asuhankeperawatan-klien-dengan-hernia.html. pada tanggal 9 Oktober 2011
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran
Kemih.
Edisi:
3.
Jakarta:
FKUI.
28