Anda di halaman 1dari 174

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Kontrak kerja antara Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dengan PT.
BIASREKA Engineering Consultant

No HK.02.03/At-1/03/02-23/2012

Tanggal 27 April 2012

tentang pelaksanaan pekerjaan STUDI KONSERVASI HULU WADUK DARMA, KAB. KUNINGAN ,
berikut ini kami sampaikan:

LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan Pendahuluan ini berisikan :

Bab 1 Pendahuluan

Bab 2 Gambaran Umum Wilayah Kajian

Bab 3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Bab 4 Rencana Kerja

Bab 5 Komposisi Tenaga Ahli

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap pekerjaan
ini.

Bandung, Juni 2012


PT. BIASREKA

Ir. Roni Kustiwan, MT


Team Leader

PT.BIASREKA

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG STUDI KONSERVASI HULU WADUK DARMA

1-1

1.2.

MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

1-2

1.3.

LINGKUP PEKERJAAN

1-3

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


2.1.

LATAR BELAKANG LOKASI STUDI

2-1

2.2.

PENCAPAIAN LOKASI STUDI

2-1

2.3.

KONDISI CURAH HUJAN

2-4

2.4.

DATA TEKNIS WADUK DARMA

2-7

2.5.

PENGELUARAN AIR WADUK DARMA

2-13

BAB 3 METODOLOGI DAN PENDEKATAN


3.1.

UMUM

3-1

3.2.

KONSEP PENDEKATAN TEKNIS KONSERVASI DAERAH ALIRAN


SUNGAI(DAS)

3-2

3.2.1. PROSES EROSI TANAH OLEH AIR

3-2

3.2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EROSI LAHAN


OLEH AIR

3.3.

3-2

3.2.3. TYPE-TYPE EROSI TANAH OLEH AIR

3-7

PENILAIAN KEKRITISAN LAHAN

3-7

3.3.1. ANALISA KONDISI AWAL DARI LAHAN

3-9

3.3.1.1. DATA SEKUNDER

3-9

3.3.1.2. DATA PRIMER

3-10

3.3.1.3. ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN

3-11

3.3.1.4. KEMIRINGAN LAHAN

3-11

3.3.1.5. JENIS TANAH

3-12

3.3.1.6. CURAH HUJAN HARIAN RATA-RATA

3-13

3.3.1.7. PERHITUNGAN DAN PENENTUAN SKORING ARAHAN


PENGGUNAAN LAHAN.
3.4.

3-14

PENILAIAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN

3-17

3.4.1. PEMBAGIAN KELAS LAHAN DI NEGARA LAIN

3-21

PT.BIASREKA

ii

3.4.2. USDA
3.5.

3-24

PRINSIP EROSI DAN PENGENDALIAN SEDIMEN 26


3.5.1. PRINSIP 1 :

PENGATURAN PEMBANGUNAN YANG BAIK

PADA LAHAN YANG MIRING.


3.5.2. PRINSIP 2 :

JANGKA WAKTU PEMBUKAAN LAHAN SAMPAI

PEMBANGUNAN DIUSAHAKAN SECEPATNYA.


3.5.3. PRINSIP 3 :

3-27

3-28

MEMELIHARA TANAMAN/POHON YANG ADA

SELAMA MENGUNTUNGKAN.

3-29

3.5.4 PRINSIP 4 : TANAMI DAN LINDUNGI TANAH YANG SUDAH


TERBUKA.
3.5.5 PRINSIP 5 :

3-30
ARAHKAN ALIRAN AIR DARI DAERAH YANG

GUNDUL.

3-30

3.5.6 PRINSIP 6 : PERKECIL KEMIRINGAN DAN PERPENDEK


JARAKNYA.
3.5.7. PRINSIP 7:

3-30
ATUR KECEPATAN AIR PADA LAHAN SUPAYA

SEPELAN MUNGKIN.
3.5.8. PRINSIP 8:

3-31

MEMPERSIAPKAN JARINGAN DRAINASE UNTUK

MENANGGULANGI ADANYA ALIRAN AIR YANG TERKUMPUL


BANYAK.

3-31

3.5.9. PRINSIP 9 : ENDAPKAN SEDIMENT PADA TEMPAT TERTENTU


3-32
3.5.10. PRINSIP 10:PELIHARABANGUNAN-BANGUNAN PENGENDALI
SEDIMEN TERSEBUT
3.6.

3-32

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

3-33

3.6.1. JENIS KEGIATAN & TAHAPAN STUDI

3-33

3.6.2. TAHAPAN PERSIAPAN

3-35

3.6.3. EVALUASI DATA AWAL, SORTASI DATA DAN PETA SERTA

3-36

3.6.4. SURVEY LAPANGAN

3-37

3.6.4.1 PENGUKURAN TOPOGRAFI

3-38

3.6.4.2 SURVEY GEOTEKNIK DAN MEKANIKA TANAH

3-48

3.6.4.3 UJI LABORATORIUM

3-51

3.7.

ANALISIS HASIL LAPANGAN

3-52

3.8

ANALISA STABILITAS CHECK DAM

3-71

3.8.1

HIDRAULIC GRADIENT.

3-82

3.8.2

TEBAL LANTAI

3-82

3.9

PENYUSUNAN LAPORAN INTERIM

PT.BIASREKA

3-83

iii

3.9.1

DISKUSI LAPORAN INTERIM

3-84

3.9.2

PENYUSUNAN ALTERNATIF YANG TERINCI

3-84

3.9.3

PERENCANAAN DAN PEMASANGAN PENAHAN SEDIMEN

3-90

3.10

PEMILIHAN ALTERNATIF SIPIL TEKNIS DAN KONSERVASI DAS

3-94

3.11

PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR SEMENTARA

3-95

3.11.1 DISKUSI LAPORAN AKHIR SEMENTARA

3-96

3.11.2 PERBAIKAN LAPORAN AKHIR

3-96

BAB 4 RENCANA KERJA


4.1.

RENCANA KERJA

4-1

4.1.1. TahapanKegiatan

4-1

4.2.

KAPASITAS KERJA

4-2

4.3.

TAHAPAN PERSIAPAN

4-2

4.5.

PENGUMPULAN DATA SEKUNDER & ORIENTASI LAPANGAN

4-3

4.6.

SURVEY LAPANGAN

4-4

4.7.

ANALISIS DATA

4-5

4.8.

PERENCANAAN TEKNIS

4-6

4.9.

REKOMENDASI KEGIATAN REKAYASA SIPIL TEKNIS DAN VEGETASI 4-7

4.10.

RESUME PERHITUNGAN KEBUTUHAN PERSONIL

4-8

BAB 5 PENUGASAN TENAGA AHLI DAN PELAPORAN


5.1.

STRUKTUR ORGANISASI PERSONIL DAN PENUGASANNYA

5-1

5.2.

URAIAN PENUGASAN TENAGA AHLI

5-14

5.3.

JENIS PELAPORAN

5-18

PT.BIASREKA

iv

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Waduk Darma

2-4

Tabel 2.2 Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Gunung Sirah

2-5

Tabel 2.3 Curah Hujan DTA Waduk Dharma

2-6

Tabel 2. 4 Volume Dan Pengeluaran Air Waduk Darma - Tahun 2006.

2-13

Tabel 2. 5 Volume Dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2007

2-14

Tabel 2. 6 Volume Dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2008

2-14

Tabel 2. 7 Volume Dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2009

2-15

Tabel 2. 8 Volume Dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2010

2-15

Tabel 2. 9 Rata-Rata Volume Dan Pengeluaran Air Waduk Darma

2-16

Tabel 2.10 Hasil Inventarisasi Studi Konservasi Hulu Waduk Darma


Kabupaten Kuningan

2-17

Tabel 3.1 Ukuran Butiran

3-4

Tabel 3.2 Nilai Skore Untuk Kemiringan Lahan.

3-12

Tabel 3.3 . Klasifikasi Jenis Tanah Dan Nilai Skore Untuk Di Indonesia.

3-12

Tabel 3. 4 Klasifikasi Hujan Dan Nilai Score Untuk Di Indonesia

3-13

Tabel 3.5 Klasifikasi Faktor Bentuk Wilayah(T) Yang Digunakan Di Indonesia.

3-18

Tabel 3. 6 Klasifikasi Dan Nilai Skore Faktor Lereng (S) Yang Berlaku
Di Indonesia.

3-19

Tabel 3. 7 Klasifikasi Dan Nilai Skore Faktor Bentuk Drainase (D) Yang Berlaku 3-19
Tabel 3.8 Diberikan Perbedaan Dan Kesamaan Pandangan Dalam Memberikan
Klasifikasi Lahan.
3-24
Tabel 3. 9 Kriteria Untuk Lahan Yang Bisa Ditanami Di Israel

3-25

Tabel 3. 10 Kriteria Untuk Lahan Yang Bisa Diolah Di Philippines

3-25

Tabel 3. 11 Kriteria Kelas Kemampuan Lahan Di Daerah Tropis Basah.

3-26

Tabel 3. 12 Satuan Internasiaonal

3-56

Tabel 3. 13 Bungan Antara Kondisi Permukaan Tanah Dengan Faktor C

3-66

PT.BIASREKA

Tabel 3. 14 Ketebalan Mercu Bendung Penahan (Check-Dam)

3-69

Tabel 4. 1 Alokasi MM Pada Kegiatan A

4-3

Tabel 4.2 Alokasi MM Pada Kegiatan B

4-4

Tabel 4.3 Alokasi MM Pada Kegiatan C

4-5

Tabel 4.4 Alokasi MM Pada Kegiatan D

4-6

Tabel 4.5 Alokasi MM Pada Kegiatan E

4-7

Tabel 4.6 Alokasi MM Pada Kegiatan F

4-7

Tabel 4.7 Kebutuhan Personil Untuk Semua Kegiatan

4-8

Tabel 5.1 Susunan Personil Dan Penugasan Pelaksana Pekerjaan

5-2

PT.BIASREKA

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Waduk Darma Dan Sungai-Sungai Yang Menjadi Pemasok
Air Waduk.

2-3

Gambar 2.2 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Sta Waduk Darma

2-5

Gambar 2.3 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Sta Gunung Sirah

2-6

Gambar 3.1 Pedoman Penentuan Kelas Texture Tanah.

3-5

Gambar 3.2 Pengaruh Pohon Terhadap Air Hujan.

3-6

Gambar 3.3 Merubah Faktor L Dan Faktor S.

3-7

Gambar 3.4 Penentuan Areal Pengaruh Dari Intensitas Hujan.

3-14

Gambar 3.5 Klasifikasi Bentuk Drainase DAS

3-20

Gambar 3.6 Pembukaan Lahan Yang Dibatasi Sekecil Mungkin.

3-29

Gambar 3.7 Flow Chart Kegiatan Studi Konservasi Hulu Waduk Darma
Kabupaten Kuningan

3-34

Gambar 3.8 Bentuk BM Dan CP

3-40

Gambar 3.9 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.

3-42

Gambar 3.10 Pengamatan Azimuth Astronomis.

3-43

Gambar 3.11 Contoh Pengukuran Topografi

3-44

Gambar 3.12 Pengukuran Waterpass

3-45

Gambar 3.13 Profil Melintang Sungai

3-48

Gambar 3.14 Perbedaan Pergerakan Tanah Oleh Jatuhnya Air Hujan.

3-53

Gambar 3.15 Tingkah Laku Air Hujan Setelah Jatuh Ke Tanah.

3-53

Gambar 3.16 Bentuk Masing-Masing Erosi Dalam Suatu Areal Kejadian Erosi.

3-55

Gambar 3.17 Variasi Penyebaran Hujan Der Weduwen Dan Boerema


Di Indonesia Bagian Barat.

PT.BIASREKA

3-58

vii

Gambar 18 Type-Type Penyebaran Hujan Dalam % Terhadap Waktu Dikeluarkan


Oleh Weldell Styner, USDA, SCS (81)

3-59

Gambar 3.19 Perubahan L Dan S.

3-64

Gambar 3.20 Perubahan L Dengan S Yang Tetap.

3-64

Gambar 3.21 Gambar Nama-Nama Bagian Pendadali Sedimen

3-72

Gambar 3.22 Tekanan Air Pada Bangunan Pengendali Sedimen

3-74

Gambar 3.23 Type Kolam Sedimen.

3-87

Gambar 3.24 Contoh Kolam Sedimen Yang Dibangun Oleh Masarakat Bengkulu
Dan Berfungsi Sebagai Kolam Ikan.
Gambar 3.25 Sedimen Trap

3-88
3-88

Gambar 3.26 Contoh Lokasi Penempatan Sedimen Trap Pada Areal Yang Terbuka
Seluas 2.4 Ha.
Gambar 3.27 Konstruksi Dan Kotakan Jerami Sebagai Penahan

3-89
3-91

Gambar 3.28 Bagian Udik Kotakan Tanahnya Harus Ditimbun Lebih Tinggi (10 Cm)
Dari Bagian Hilir.
Gambar 3.29 A Pemasangan Kotakan Jerami Yang Salah

3-91
3-92

Gambar 3.30 Arahan Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah Di Dalam Setiap
Kawasan
3-94
Gambar 3.31 Contoh Penanggulangan Sipil Teknis Konservasi Daerah
Aliran Sungai
Gambar 5. 1 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan

PT.BIASREKA

3-95
5-15

viii

LAPORAN PENDAHULUAN

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Bab1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG STUDI KONSERVASI HULU W ADUK DARMA


Bendungan Darma dibangun pada tahun 1962, terletak di hulu Sungai Cisanggarung di Desa
Darma, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat. Sekitar 12 km baratdaya
dari pusat kota Kabupaten Kuningan. Bendungan Darma ini berada pada daerah aliran Sungai
Cisanggarung dalam wilayah sungai BBWS Cimanuk-Cisanggarung. Waduk Darma
mempunyai luas DPS sekitar 23,50 km 2, mendapat pasokan air dari Sungai Cisanggarung,
Bendung Cilutung melalui Sungai Cinangka dan beberapa sungai kecil (S. Cilandak, S.
Cikalapa, S. Cireunyit) serta beberapa mata air dengan perkiraan debit masuk + 4 juta
m3/menit dan perkiraan sedimentasi + 1 juta m3/tahun.
Waduk Darma pada awal dioperasikan tahun 1962 melayani luas areal irigasi sebesar 22.060 ha,
mencakup wilayah Kabupaten Kuningan 6.697 ha dan Kabupaten Cirebon 15.363 ha. Namun
dengan adanya alih fungsi areal pertanian menjadi berbagai kepentingan, maka daerah
layanan irigasi menjadi berkurang. Dari data PANIR tahun 2006/2007 areal yang dilayani menjadi
19.684 Ha. Dengan perincian sebagai berikut :
Kab. Kuningan

: 6.400 ha

Kab. Cirebon

: 13.284 ha

Selain itu Waduk Darma juga melayani kebutuhan air baku untuk PDAM Kabupaten Kuningan
sebanyak 80 ltr/dt.
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) CimanukCisanggarung memiliki tugas pokok dan
kewenangan sebagai institusi pengelolaan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai CimanukCisanggarung dalam meningkatkan pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber air. Untuk
mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan konservasi sungai, waduk, danau dan sumber air

PT.BIASREKA

1-1

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

lainnya yang memerlukan perbaikan dan peningkatan fungsi (rehabilitasi) sehingga mampu
memberikan layanan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat melalui penyediaan air baku,
selain itu infrastruktur tersebut memiliki fungsi konservasi air dan pengendalian banjir.
Salah satu infrastruktur SDA yang memerlukan konservasi adalah Waduk. Masyarakat sekitar
baik langsung maupun tidak langsung memiliki kepentingan terhadap keberadaan
bangunan/infrastruktur tersebut, sehingga penurunan layanan manfaat dari bangunan
waduk tersebut, memberikan dampak penting bagi kehidupan masyarakat sekitar. BBWS
Cimanuk-Cisanggarung berencana untuk melaksanakan kegiatan untuk melakukan studi
konservasi di bagian hulu Waduk Darma untuk melestarikan lingkungan sekitar waduk
sehingga fungsinya sebagai tampungan sumber air dapat berfungsi secara optimal dan
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar waduk.
Selain itu dengan studi ini diharapkan mendapat suatu gambaran kondisi bangunan baik segi
teknik, fungsi, lingkungan, dan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk memelihara maupun
memperbaiki, maka direncanakan pada Tahun Anggaran 2012, BBWS Cimanuk-Cisanggarung
akan melaksanakan kegiatan Studi Konservasi Hulu Waduk Darma.
Secara umum Term of Reference (TOR) Pekerjaan Studi Konservasi Hulu Waduk Darma
Kabupaten Kuningan yang disajikan oleh Pemberi Tugas, secara garis besar sangat jelas dan
terperinci. Informasi permasalahan yang diberikan dalam kaitannya dengan pekerjaan ini cukup
jelas, sehingga kemungkinan terjadi kesalahtafsiran terhadap maksud dan tujuan pekerjaan
dapat dihindari.
Demikian juga penjelasan yang diberikan saat aanwijzing kantor cukup jelas dan sepenuhnya
dapat dimengerti oleh Konsultan.

1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


Maksud dari kegiatan ini adalah :
1. Melakukan pendataan kondisi lingkungan sekitar waduk, khususnya pada
bagian hulu waduk, kondisi teknis dan fungsi infrastruktur bangunan utama
maupun pelengkapnya, daerah tampungan air;
2. menyusun usulan bentuk konservasi pada bagian hulu waduk termasuk estimasi
biayanya.

Tujuan dari kegiatan ini adalah :


1. Untuk melihat efektifitas dan manfaat lingkungan sekitar waduk khususnya pada
bagian hulu sebagai daerah tampungan air;
2. Identifikasi tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki/meningkatkan kondisi dan
fungsi lingkungan waduk tersebut.

PT.BIASREKA

1-2

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Sasaran dari kegiatan ini adalah :


1.
2.

Mengetahui kondisi lingkungan sekitar waduk dan bentuk konservasi yang tepat
untuk melindungi daerah sumber air tersebut;
Bahan masukan dan panduan dalam menetapkan prioritas kegiatan fisik, serta
rekomendasi agar bangunan terlindungi dengan baik.

1.3 LINGKUP PEKERJAAN


1. Pengumpulan data dan peta sekunder maupun primer yang diperlukan dalam menyusun
rencana konservasi ;
2. Sortasi data dan peta Bakosurtanal yang diperlukan agar data dan peta yang dipakai
akurat dengan skala yang cukup memadai.
3. Pengumpulan data geologi, peta DAS, skema sungai, peta desa, peta tata guna lahan
4. Evaluasi data sekunder, agar dapat diperkirakan kebutuhan data primer;
5. Observasi lapangan mencari lokasi kritis baik lahan maupun sungai yang masuk ke
dalam waduk, untuk menentukan tempat-tempat pengukuran data primer dan wilayah
studi;
6. Pengukuran pada daerah kritis yang terdiri dari: pengukuran topografi, erosi, debit aliran
sungai, pengambilan sample dan analisis laboratorium terhadap sedimen melayang
(suspended load) dan sedimen dasar (bed load), luas DAS dan regim sungai.
7. Pengolahan dan analisis data;
8. Membuat peta lahan kritis dan tanah longsor;
9. Membuat perhitungan tingkat bahaya erosi (TBE)
10. Membuat alternatif-alternatif konservasi vegetasi dan juga sipil teknis untuk mengatasi
lahan kritis;
11. Memilih alternatif utama sipil teknik dan penanganan dengan vegetasi dalam mengatasi
lahan kritis;
12. Membuat perencanaan sipil teknis dan vegetatif konservasi DAS kritis;
13. Membuat laporan hasil studi;
14. Melakukan diskusi pendahuluan, pertengahan, dan draft final. Estimasi perkiraan biaya
kontsruksi rekayasa sipil teknis dan vegetasi dalam menangani lahan kritis serta
penyusunan spesifikasi teknis.

1.4 KELUARAN
Keluaran utama adalah tersedianya gambar perencanaan yang lengkap dengan perkiraan biaya
kontrsuksi yang dapat dijadikan pedoman dalam pembangunan fisik, eksploitasi dan
pemeliharaan dalam rangka pendayagunaan areal hulu waduk Darma. Keluaran dalam bentuk
laporan dan gambar, yaitu :

PT.BIASREKA

1-3

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

JENIS PELAPORAN
Konsultan akan membuat dan menyerahkan produk pekerjaannya berupa laporan sebagai
berikut :
Hasil keluaran yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Daftar Informasi menyeluruh mengenai infrastruktur yang ada sekitar daerah hulu
waduk termasuk kondisi lingkungannya, meliputi:
a.

Data tingkat erosi permukaan yang terjadi di DAS Cisanggarung bagian hulu;

b.

Data besaran Sediment Yield yang terdapat di Waduk Darma yang berasal dari
DAS Cisanggarung bagian hulu;

c.

Data perkiraan sisa umur Waduk Darma.

2. Desain atau rencana konservasi yang akan dilakukan dengan estimasi biayanya yang
diperlukan untuk meningkatkan fungsi lingkungan sebagai daerah tangkapan air;
3. Rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan untuk menjaga agar kondisi dan
fungsinya tetap baik.

JENIS PELAPORAN
LAPORAN PENDAH ULUAN
Sebelum laporan pendahuluan, diserahkan laporan rencana mutu kontrak yang memuat
rencana kerja secara detail dari awal pekerjaan hingga akhir pekerjaan dengan disertai
check list dalam bentuk seperti berikut penjadwalan tenaga ahli. Laporan ini merupakan
media evaluasi dan monitoring yang efektif mengenai realisasi pelaksanaan pekerjaan.
Laporan Pendahuluan ini harus diserahkan paling lambat 3 minggu setelah Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan, dan dibuat sebanyak 5 (lima) buku. Laporan Pendahuluan
memuat :
1.Rencana kerja menyeluruh pelaksanaan pekerjaan;
2.Metodologi pekerjaan;
LAPORAN BULANAN
Laporan Bulanan memuat laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan serta kendala yang
dihadapi selama 1 (satu) bulan yang memuat uraian kegiatan, personil, bahan dan peralatan
pendukung serta kemajuan pekerjaan pada bulan yang bersangkutan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya per tanggal 3 (tiga) setiap bulannya, selama
bulan pelaksanaan pekerjaan berjalan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) rangkap
buku laporan.
LAPORAN ANTARA/INTERIM
Laporan Antara/Interim memuat rangkuman hasil data survey primer dan sekunder,
analisis awal terhadap data-data hasil survey yang dilengkapi dengan kajian awal, hasil yang

PT.BIASREKA

1-4

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

telah dicapai baik dalam hal kegiatan lapangan maupun perencanaan, kendala-kendala yang
dihadapi dan langkah -langkah kegiatan selanjutnya. Serta memperhatikan hasil
diskusi laporan pendahuluan dalam bentuk notulen rapat. Laporan harus diserahkan selambatlambatnya pada pertengahan kegiatan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
LA POR A N A K HIR
Laporan Akhir memuat hasil perbaikan dan penyempurnaan dari Draft Final Report, berisi
semua hasil pelaksanaan pekerjaan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya bulan ke-4 (keempat) minggu ke-3 (ketiga)
setelah diterbitkannya SPMK, sebanyak 15 (lima belas) buku laporan dan cakram padat
(compact disc) sebanyak 10 (sepuluh) keping, untuk didistribusikan kepada pihak-pihak yang
terkait dan berkepentingan.

PT.BIASREKA

1-5

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Contents
Bab1. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1

LATAR BELAKANG STUDI KONSERVASI HULU WADUK DARMA ...................................... 1

1.2

MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN ................................................................................ 2

1.3

LINGKUP PEKERJAAN .................................................................................................. 3

1.4

KELUARAN .................................................................................................................. 3

PT.BIASREKA

1-6

Bab 2. GAMBARAN
UMUM
WILAYAH KAJIAN

2.1. LATAR BELAKANG LOKASI STUDI


Waduk Darma dibangun pada Sungai Cisanggarung pada tahun 1924 sampai dengan
tahun 1962, dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluanyaitu :
- penyediaan air irigasi / pertanian
- penyadiaan air minum
- budidaya ikan
- pengendalian banjir
- rekreasi / pariwisata
Daerah tangkapan air Waduk Darma terdiri dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Cilutung,
DAS Cilandak, DAS Cisarai, DAS Cisanggarung atas DAS Cibunut, DAS Cilame, dan
DAS Cikalapa.
Daerah aliran sungai tersebut berpengaruh besar terhadap kapasitas waduk Darma
terutama akibat banyaknya sedimen hasil erosi lahan yang masuk waduk berakibat
menurunnya volume / tampungan air waduk serta memperpendek umur waduk.

2.2. PENCAPAIAN LOKASI STUDI


Waduk Darma terletak di Desa Darma, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan.
Jarak dari Kota Kuningan sekitar 18 km ke arah Cikijing.

PT.BIASREKA

2-1

Laporan Pendahuluan

PT.BIASREKA

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

2-2

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Gambar 2.1 Lokasi waduk Darma dan Sungai-sungai yang menjadi pemasok air waduk.

PT.BIASREKA

2-3

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

2.3. KONDISI CURAH HUJAN


Hujan sangat erat kaitannya dengan pengisian air Waduk Darma. Makin besar curah
hujan yang turun dihulu Waduk Darma, makin besar pula volume air yang masuk ke
waduk dan

sebaliknya sehingga pada waktu musim hujan pintu pengeluaran waduk

ditutup untuk menyimpan air dan dikeluarkan lagi pada waktu musim kemarau.
Tercatat pada daerah tangkapan air (DTA) Waduk Darmaada 2 (dua) pos hujan yaitu :
- Pos Hujan Waduk Darma
- Pos Hujan Gunung Sirah
Dari data yang terkumpul diperoleh hasil sebagai berikut :
- Curah hujan rata-rata bulanan tiap pos hujan
- Curah hujan rata-rata bulanan daerah tangkapan air (DTA) Waduk Darma
- Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2.715 mm.

Tabel 2.1 Curah hujan bulanan pos hujan Waduk Darma


Curah Hujan Bulanan ( mm )
No

Tahun

JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

AGS

SEP

OKT

NOV

DES

2006

580

553

205

327

99

27

76

421

2007

242

411

410

365

131

96

75

201

290

2008

317

160

345

203

17

11

14

27

113

532

489

2009

458

366

336

247

239

166

102

178

198

2010

565

484

341

322

350

101

166

113

334

126

420

579

Jumlah

2159

1974

1637

1464

836

401

171

127

341

416

1407

1977

Rata-rata

432

395

327

293

167

80

34

25

68

83

281

395

PT.BIASREKA

2-4

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Sumber : Data dari Kantor Lapangan Waduk Darma, 2011

Gambar 2.2 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-rata Sta Waduk Darma
Tabel 2.2 Curah hujan bulanan Pos Hujan Gunung Sirah
JAN

FEB

MAR

Curah Hujan Bulanan ( mm )


APR
MEI
JUN
JUL AGS SEP

2006

687

597

306

350

168

92

2007

204

412

463

348

112

149

21

2008

391

213

291

277

16

11

2009

503

245

147

291

189

2010

402

611

406

275

Jumlah

2187

2078

1613

Rata-rata

437

416

323

No

Tahun

OKT

NOV

DES

109

341

79

180

375

149

588

540

176

16

79

198

210

309

145

214

169

249

312

555

357

1541

794

573

251

173

255

619

1630

1823

308

159

115

50

35

51

124

326

365

Sumber : Data dari Kantor Lapangan Waduk Darma, 2011

PT.BIASREKA

2-5

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Sumber : Data dari Kantor Lapangan Waduk Darma, 2011

Gambar 2.3 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-rata Sta Gunung Sirah
TabelTabel 2.3 Curah Hujan DTA Waduk Dharma
No.

Bulan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Total

Curah Hujan
( mm)
434
405
325
300
237
97
42
30
59
103
303
380

Keterangan

2.715

Sumber : Hasil Perhitungan, 2011

Lokasi Kegiatan
Waduk Darma merupakan salah satu waduk buatan yang berada pada DAS
Cisanggarung bagian hulu.Secara adminitrative terletak di Kecamatan Darma,
Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat.Luas Waduk ini mencapai 425 Ha dan dapat
menampung air maksimum 40.200.000 m 3 yang digunakan untuk menyuplai lahan

PT.BIASREKA

2-6

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

seluas 22.060 Ha. Waduk buatan ini dibangun dengan cara membendung aliran sungai
Cisanggarung dan beberapa anak sungainya seperti Kali Cikalapa, Kali Cilame, Kali
Cilandak, Kali Cimuncang dan Kali Cinangka, serta beberapa sumber mata air seperti
Cibuntu, Balong Beunteur dan Citambang.
2.4. DATA TEKNIS WADUK DARMA
Data Umum Waduk Darma
1. Lokasi

: Desa Darma

2. Nama Sungai

: Cisanggarung

3. Luas daerah aliran sungai

: 23, 50 km2

4. Luas aliran tidak langsung

: 4, 50 km2

5. Isi air maksimum

: 40.000.000 m2

6. Isi air efektif

: 36.000.000 m3

7. Luas Areal genangan

: 4 km2

8. Ketinggian permukaan air maksimum

: 713, 00 m DPAL

9. Tinggi jagaan

: 1, 09 m

10. Ketinggian dasar waduk

: 694, 00 m DPAL

11. Kapasitas limpasan maksimum

: 40 m3/dt

12. Ketinggian mercu limpasan

: 713, 00 m DPAL

13. Tipe kontruksi dam

: Rockfill

14. Ketinggian dam

: 26, 09 m

15. Kemiringan bangunan


depan dam (up stream)

: 1:2 s/d 1:1

16. Kemiringan bangunan belakang dam


(down stream)

: 1:1 s/d 1:1

17. Panjang dam (kontruksi rockfill)

: 2.27 m

18. Lebar Berm

: 3 Buah x 2 m

19. Isi tubuh bentang dam

: 165.000 m3

20. Lebar bawah maksimum dam

: 116, 90 m

21. Suplesi air untuk areal

: 22.060 ha

22. Debit pengeluaran maksimum

: 6,500 m3/dt

23. Diameter gorong-gorong

: 1, 75 m

PT.BIASREKA

2-7

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

24. Panjang gorong-gorong

: 177,00 m

25. Kedalaman air waduk

: 19,00 m

Data Teknis Bangunan


A. Bangunan dan Rockfill
1. Tubuh Dam
-

Kontruksi dari Pr. 10 sd 19 pasangan batu kosong dipadatkan (rockfill)


dengan panjang 227 m, ukuran batu 0, 10 x 0, 155 m

Kontruksi dari Pr. 8 sd 10 urugan tanah dipadatkan dengan panjang


120,00 m

Tinggi bendungan 36, 90 m

Lebar bendungan atas 12,00 m

Lebar jalan 9, 00 m

Lebar bawah bendungan 116, 90 m

Lebar trotoar 1, 50 m

Daftar Elevasi bangunan :


Elevasi pilar jalan + 715.00 m DPAL
Elevasi atas bendungan + 714, 09 m DPAL
Elevasi bawah depan bendungan + 679, 50 m DPAL
Elevasi bawah belakang bendungan + 678, 00 m DPAL
Elevasi Coverdam depan bendungan + 675, 25 m DPAL
Elevasi belakang bendungan/permukaan tanah + 694. 50 m DPAL

2. Coverdam
-

Panjang Coverdam 60 m (Pr. 13 sd Pr. 16) dengan ukuran batu 0, 13 sd


0,50

Lebar atas Coverdam 5,00 m

Lebar bawah Coverdam 61,50 m

Tinggi Coverdam 21,50 m

3. Bangunan sumuran
-

Tinggi sumuran 17,00 m

Diameter sumuran 1,00 m

Elevasi atas sumuran + 679,20 m DPAL

PT.BIASREKA

2-8

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Elevasi bawah sumuran + 696,20 m DPAL

Pembangunan sumuran Tahun 1957 sd Oktober 1962

4. Plat baja
-

Elevasi plat baja bawah + 679,50 m DPAL

Elevasi plat baja atas + 700,00 m DPAL

Pemasangan plat baja pada tahun 1972 / 1973 dan selesai pada tanggal
31 Juli 1973

5. Blanket depan dam rockfill


-

Elevasi bawah blanket + 679,50 m DPAL

Elevasi atas blanket + 697,00 m DPAL

Lebar blanket dam 56,00 m

Dipasang pada tahun 1972

6. Bangunan ruble (pasangan batu kosong yang berukuran diatas 0,16 sd 0,30 m
yang perekatnya dengan debu gilingan batu campuran split.
7. Beton tegel
-

Ukuran tegel 0,540 x 0,25 m

Spasi beton / nat tegel campuran pasir, semen dan aspal

8. Saluran pembuangan curah hujan


-

Panjang saluran 56,00 m

Lebar saluran 0,80 m

Tahun Pembuatan saluran 1973

9. Saluran rembesan rockfill


-

Panjang saluran 201,00 m

Lebar saluran 1,00 m

Tahun pembuatan 1962

10. Alat ukur rembesan


-

Type Cipoleti

Ukuran 0,90 m

11. Saluran pembuang rembesan


-

Panjang saluran sebelah kanan 37,00 m

Panjang saluran sebelah kiri 31,00 m

Lebar saluran 1,50 m

Tahun pembuatan 1962

12. Pasangan senderan batu kosong sebelah kanan rockfill

PT.BIASREKA

2-9

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Panjang senderan 128,00 m

Lebar senderan 1,50 m

Tahun pembuatan 1962

13. Bangunan drainase rockfill


-

Panjang bangunan drainase 121,00 m

Lebar bangunan drainase 5,00 m

Tahun pembuatan 1962

14. Alat Ukur


-

Alat ukur pisometer :

3 buah , tahun 1970

3 buah , tahun 1979


13 buah , tahun 1982
9 buah , tahun 1990
2 buah , tahun 1996
19 bh tahun 1998
- Alat ukur inclinometer 4 bh tahun 1980
- Alat ukur magnetik 2 bh tahun 1982
- Skala Richter 1 bh tahun 1998
B. Dam Pertolongan Babakan I
1. Bendungan Babakan I
-

Panjang bendungan 570,00 m

Lebar bendungan atas 4,00 m

Lebar bendungan bawah 60,50 m

Tinggi bendungan 8,10 m

Elevasi atas bendungan 715,00 m DPAL

Elevasi bawah bendungan + 706,90 m DPAL

Kemiringan depan bendungan 1 : 3,5

Kemiringan belakang bendungan 1 : 3

Tahun pembuatan bendungan 1962

Konstruksi bangunan tanah.

2. Bangunan Drainase
-

PT.BIASREKA

Panjang drainase 480,00 m

2-10

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Lebar drainase atas 5,00 m

Lebar drainase bawah 1,79 m

Tahun pembuatan 1962

Tinggi drainase 1,50 m

3. Saluran pembuangan
-

Panjang saluran 56,00 m

Kemiringan pasangan saluran 1 : 1

Lebar saluran 0,90 m

Tahun pembuatan 1962

4. Senderan dam Babakan I


-

Panjang senderan 570,00 m

Lebar senderan 10,000 m

Kemiringan senderan 1 : 3,5

Tahun pembuatan 1976

5. Senderan Babakan
-

Panjang senderan 454,00 m

Lebar senderan 14,00 m

Kemiringan senderan 1 : 3,5

Tahun pembuatan 1976

6. Alat ukur
- Alat ukur Pizometer : 15 buah, tahun 1976
22 buah, tahun 1990
25 buah,tahun 1998
7. Alat ukur rembesan
- Type Cipoleti
- Ukuran 0,60
- Elevasi alat ukur + 706,476 m DPAL
- Tahun pembuatan 1962
C. Dam Pembantu
1. Panjang 30,00 m
2. Lebar atas 9,00 m
3. Lebar bawah 15,00 m
4. Elevasi atas dam + 715,00 m DPAL
5. Elevasi atas dam + 706,00 m DPAL
6. Jumlah pipa 0,40 5 bh
7. Kemiringan depan dam 1 : 3

PT.BIASREKA

2-11

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

8. Kemiringan belakang dam 1 : 3


9. Tahun Pembuatan 1984
D. Spillway

1. Senderan udik mercu kiri dan kanan


a. Panjang 100 m
b. Lebar 1,50 m
c. Kemiringan 1 : 1

2. Mercu
a. Elevasi rencana + 713,00 m DPAL
b. Elevasi rencana + 712,50 m DPAL
c. Lebar bentuk tembereng 20,00 m

3. Saluran Pembuangan Spillway


a. Panjang 3.77 m
b. Lebar (b) 5 m, 6 m
c. Kapasitas Debit 40 m3/dt
E. Dam / Bendungan Cilutung
1. Bendung
a. Mercu pelimpas

b.

c.

2.

Panjang 8,00 m

Lebar 0.60 m

Tinggi 2,50 m

Pintu Inlaat
-

Lebar 2,50 m

Tinggi 1,50 m

Pintu outlaat
-

Lebar 1,50 m

Tinggi 3,50 m

Saluran Suplesi
a. Panjang 4.25 m
b. Lebar 1,50 m

PT.BIASREKA

2-12

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

2.5.

PENGELUARAN AIR WADUK DARMA

Pengeluaranair (operasi air) Waduk Darma setiap haridilakukan petugas berdasarkan


kesepakatan yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan dengan
memperhatikan masukan dari Instsansi terkait khususnya untuk kepentingan pengaiaran /
irigasi.
Berdasarkan buku catatan Waduk Darma, diperoleh informasi tentang keadaanvolume
waduk dan pengeluaran air setiap harinya, yaitu

Volume air Waduk Darma dicatat setiap hari oleh petugas berdasarkan ketinggian
muka air (peish scal) yang ada diwaduk, dan denganmelihat tabel volume waduk,
biar diketahui volume waduknya dalam satuan m3

pengeluaran air yang dicatat adalah


Pengeluaran lewat pintu pengeluaran
Rembesanpada DamRoc Fill Dam Babakan
Air yang melimpas Spill Way
Air yang dimanfaatkan untuk air minum (PDAM)

Volume pengeluaran air dihitung berdasarkan debit harian rata-rata x 24 x 60


x 60 (satuannya adalah m3)

Tabel tentang volume dan pengeluaran air Waduk Darma diperlihatkan

pada

Tabel 2.4, Tabel 2.5, Tabel 2.6, Tabel 2.7 dan Tabel 2.8 berilkut ini

Tabel 2. 4 Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma - Tahun 2006.


No

Bulan

Volume Waduk
3
(m )

Pengeluaran Air (m )

Januari

26. 941. 613

5. 270

Februari

34. 150. 357

6. 912

Maret

38. 447. 419

120. 096

Pintu irigasi

April

38. 641. 009

152. 582

Rembesan

Mei

38. 492. 258

82. 166

Spill way

Juni

37. 781. 000

108. 346

PDAM

Juli

33. 140. 323

244. 512

Agustus

25. 994. 194

265. 939

September

15. 497. 667

249. 782

10

Oktober

12. 449. 667

78. 243

11

Nopember

10. 708. 667

62. 640

12

Desember

11. 028. 387

3. 197

PT.BIASREKA

keterangan

Pengeluaran air

2-13

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tabel 2. 5 Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2007


No

Bulan

Volume Waduk
(m3)

Pengeluaran Air
(m3)

1
2

Januari
Februari

13. 498. 387


16. 406. 429

5. 789
5. 357

3
4
5
6
7
8
9
10

Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober

21.
27.
32.
34.
31.
25.
19.
11.

11

Nopember

10. 789. 333

4. 234

12

Desember

12. 424. 839

4. 838

169.
673.
097.
063.
482.
779.
272.
844.

677
333
097
667
258
355
667
839

5. 270
5. 962
7. 344
67. 565
108. 605
210. 384
241. 920
172. 195

keterangan

Pengeluaran air
Pintu irigasi
Rembesan
Spill way
PDAM

Sumber : Data Lapangan Waduk Darma

Tabel 2. 6 Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2008


No

Bulan

Volume Waduk
(m3)

Pengeluaran Air
(m3)
5. 080

Januari

15. 318. 387

2
3
4
5
6
7
8

Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus

18.
21.
25.
27.
23.
17.
12.

071
968
667
806
333
355
129

5. 443
5. 270
3. 370
95. 386
205. 718
233. 194
104. 458

9
10
11

September
Oktober
Nopember

9. 902. 333
8. 621. 935
11. 112. 333

98. 323
17. 626
5. 011

12

Desember

16. 275. 484

5. 270

716.
910.
785.
495.
481.
299.
176.

keterangan

Pengeluaran air
Pintu irigasi
Rembesan
Spill way
PDAM

Sumber : Data Lapangan Waduk Darma

PT.BIASREKA

2-14

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tabel 2. 7 Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2009


No

Bulan

Volume Waduk
(m3)

Pengeluaran Air
(m3)
3. 629
3. 370

1
2

Januari
Februari

22. 881. 290


30. 203. 992

3
4
5
6
7
8
9
10

Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober

36.
38.
38.
38.
37.
32.
26.
19.

11

Nopember

18. 954. 333

5. 530

12

Desember

19. 691. 613

7. 085

679.
609.
497.
329.
226.
594.
183.
979.

032
333
097
333
774
516
667
667

17. 366
137. 894
132. 538
104. 458
139. 968
233. 280
265. 507
145. 152

keterangan

Pengeluaran air
Pintu irigasi
Rembesan
Spill way
PDAM

Sumber : Data Lapangan Waduk Darma

Tabel 2. 8 Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2010


No

Bulan

Volume Waduk
(m3)

Pengeluaran Air
(m3)

1
2
3
4
5
6

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni

23.
31.
37.
38.
38.
38.

756.
219.
863.
833.
810.
585.

774
286
548
000
000
000

5. 011
5. 530
57. 110
162. 086
161. 309
89. 424

7
8
9
10
11

Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember

39.
38.
38.
38.
38.

694.
347.
581.
475.
579.

000
742
667
484
000

60. 134
51. 494
119. 405
76. 550
194. 486

12

Desember

38. 689. 677

255. 139

keterangan

Pengeluaran air
Pintu irigasi
Rembesan
Spill way
PDAM

Sumber : Data Lapangan Waduk Darma

PT.BIASREKA

2-15

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tabel 2. 9 Rata-rata Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma


Tahun 2006 - 2010
No

Bulan

Volume Waduk
(m3)

Pengeluaran Air
(m3)

Januari

20. 479. 290

4. 956

2
3
4
5
6
7
8
9

Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September

26. 139. 227


31. 214. 129
33. 908. 468
35. 078. 452
34. 448. 067
31. 768. 542
21. 111. 375
14. 943. 000

5. 322
41. 022
92. 379
95. 749
115. 102
157. 283
173. 111
194. 987

10
11

Oktober
Nopember

18. 274. 318


18. 028. 733

97. 953
54. 380

12

Desember

19. 622. 000

55. 106

keterangan

Pengeluaran air
Pintu irigasi
Rembesan
Spill way
PDAM

Sumber : Data Lapangan Waduk Darma

PT.BIASREKA

2-16

Laporan Pendahuluan

Tabel 2. 10 HASIL INVENTARISASI STUDI KONSERVASI HULU WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN

Pendataan Kondisi Lingkungan pada bagian hulu waduk, Kondisi Teknis dan Fungsi Infrastruktur bangunan utama maupun peleng
serta daerah Tampungan Air
No

URAIAN LOKASI

Kondisi Eksisting

Permasalahan

Penyebabnya

Usulan Penanganan

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Sub DAS: Cikalapa


Luas Sub DAS: 114 Ha
Nama Sungai : S. Cikalapa
Lokasi : Desa Sakerta Timur
Kecamatan : Darma
Kabupaten
Kuningan

Kondisi Penutupan
Lahan:

1. Penutupan lahan disepadan


waduk masih kurang.
2. Pengolahan lahan intensif

Kondisi Sungai: 1.
Dihulu
2. Di
Muara (Waduk Darma)

1. Sungai langsung berbatasan


dengan sawah, sehingga terjadi
penyempitan badan sungai
akibat penambahan areal
persawahan masyarakat.
2.Lahan disekitar Outlet S.
Cikalapa disekitar Waduk Darma
banyak yang tererosi.
3. Out let dar

Kondisi Tutupan Lahan:

Kerapatan tegakan di catchmen


area kurang

1. Tingginya kebutuhan pemanfaatan kayu


oleh masyarakat.
2.
Masyarakat masih belum memperhatikan
upaya usaha tani konservasi

1. Melakukan upaya Penanaman pengkayaan tanaman


2. Melaksanakan usaha tani konservasi

Sub DAS: Cikupa


Luas Sub DAS: 75.47 Ha
Nama Sungai : S. Cikupa
Lokasi : Desa Sakerta Timur
Kecamatan : Darma

Kondisi Sumber Mata


Air

Kondisi Sungai: 2. Di
Muara (Waduk Darma)

pada musim kemarau sumber


mata air kering

Sedimentasi di muara sungai yang masuk ke


waduk tinggi
Lahan dimuara sungai yang terutup oleh
sedimen dimanfaatkan oleh masyarakat
menjadi areal persawahan / pertanian.
kurangnya kesadaran, partisipasi dan
pemberdayaan para pihak yang
berkepentingan
Kebutuhan kayu semakin meningkat
sedangkan kesadaran masyarakat untuk
menanam kembali masih kurang

Sumber mata air sudah alih fungsi menjadi


sawah

1.Lahan disekitar Outlet S. Cikupa


Sedimentasi di muara sungai yang masuk ke
disekitar Waduk Darma banyak
waduk tinggi
yang tererosi.

a. menetapkan garis sempadan


b. menetapkan daerah sempadan
c. menetapkan daerah manfaat

Pengkayaan tanaman dengan jenis tanaman yang


mempunyai perakaran dalam dan dapat menyimpan air.

perlu adanya bangunan pengamanan sumber mata air

a. menetapkan garis sempadan


b. menetapkan daerah sempadan
c. menetapkan daerah manfaat

Laporan Pendahuluan

No

URAIAN LOKASI

Kondisi Eksisting

Permasalahan

Penyebabnya

Usulan Penanganan

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Kondisi Sungai: 1.
Dihulu

Sedimentasi di saluran

Kondisi Sungai: 2. Di
1.Lahan disekitar Outlet S. Cilame
Muara (Waduk Darma) disekitar Waduk Darma banyak
yang tererosi.
2. Out let dari S. Cilame sudah
tertutup oleh Sawah/ pertanian

Kurangnya O & P

Sedimentasi di muara sungai yang masuk ke


waduk tinggi
Lahan dimuara sungai yang terutup oleh
sedimen dimanfaatkan oleh masyarakat
menjadi areal persawahan / pertanian.
kurangnya kesadaran, partisipasi dan
pemberdayaan para pihak yang
berkepentingan

Peningkatan kegiatan O & P

a. menetapkan garis sempadan


b. menetapkan daerah sempadan
c. menetapkan daerah manfaat

Kondisi Sumber Mata


Air

Sumber mata air di musim


kemarau kering

kurang perlindungan terhadap sumbersumber mata air

Dilakukan perlindungan terhadap sumber mata air d


menetapkan daerah manfaat dan daerah penguasaa
sumber air, melalui upaya sipil teknis dan vegetatif.

Kondisi Tutupan Lahan:

Kerapatan tegakan di catchmen


area kurang

1. Usaha tani konservasi masih dirasakan


kurang, sedangkan kesadaran masyarakat
untuk menanam kembali masih kurang

1. Pengkayaan tanaman dengan jenis tanaman yang


mempunyai perakaran dalam dan dapat menyimpan
2. Perlu pembinaan kepada petani dilahan kering
melakukan u

Sub DAS: Cibunut


Luas Sub DAS: 103.5 Ha
Nama Sungai : S. Cibunut
Lokasi : Desa Sakerta Barat
Kecamatan: Darma

Kondisi Sungai: 2. Di
1.Lahan disekitar Outlet S.
Muara (Waduk Darma) Cibunut disekitar Waduk Darma
banyak yang tererosi.
2. Out let dari S. Cibunut sudah
tertutup oleh Sawah/ pertanian

Sedimentasi di muara sungai yang masuk ke


waduk tinggi
Lahan dimuara sungai yang terutup oleh
sedimen dimanfaatkan oleh masyarakat
menjadi areal persawahan / pertanian.
kurangnya kesadaran, partisipasi dan
pemberdayaan para pihak yang

a. menetapkan garis sempadan


b. menetapkan daerah sempadan
c. menetapkan daerah manfaat

Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan

Sungai Cihoe

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan
Sungai Cilandak

HASIL IDENTIFIKASI
PENANGANAN

Ke Ciamis

1.

LOKASI

LOKASI

YANG

PERLU

DI SUB DAS CISANGGARUNG HULU

Sub DAS
: Cisanggarung Hulu
Luas Sub DAS: 336,38 Ha
Nama Sungai : Cisanggarung
Lokasi
: Desa Cageur
Kecamatan : Waduk Darma
Kabupaten
: Kuningan

Sungai Cisarai

Sungai Cisangarung

Sungai
Jalan Desa
Batas DAS
Waduk Darma

Sungai Cikalapa

Sungai Cibunut

BENDUNG CISANGGARUNG I:
KONDISI PENUTUPAN LAHAN DI HULU

PERMASALAHAN:
1. SEDIMENTASI DIMUKA BENDUNG
2. LANTAI RUANG OLAK BENDUNG
TERGERUS

BENDUNG CISANGGARUNG I:

eterangan :
Sungai

Sungai Cikupa

BENDUNG CISANGGARUNG I:

KONDISI SUNGAI DAN MATA AIR DI HULU


S. CISANGGARUNG I:

Sungai Cilame

PERMASALAHAN:

PERMASALAHAN:

KERAPATAN TEGAKAN DISEKITAR

AREAL MATA AIR LUASAN MAKIN

BENDUNG MASIH KURANG

BERKURANG, KARENA ADANYA


PERLUASAN LAHAN PERTANIAN OLEH
MASYARAKAT.

PENYEBABNYA:
1. KURANGNYA O & P

Jalan

PENYEBABNYA:BELUM
KESADARAN
KEGUNAAN

Waduk Darma

MASYARAKAT
KERAPATAN

ADANYA
AKAN
TEGAKAN

PENYEBABNYA:

BELUM

PENETAPAN DAERAH MANFAAT DAN DAERAH


PENGUASAAN SUMBER AIR

SEBAGAI TANAMAN PELINDUNG.

DAS Cisanggarung
Bagian Hulu

PT.BIASREKA

ADANYA

2-25

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

USULAN PENANGANAN:
1. PELAKSANAAN O&P PERLU
DITINGKATKAN
2. PEMBUATAN GROUND SILL DI
HILIR BENDUNG

USULAN PENANGANAN:
1. PENGKAYAAN TANAMAN DI
SEKITAR BENDUNG DITANAMI
DENGAN JENIS TANAMAN YANG
MEMPUNYAI PERAKARAN DALAM
DAN MENYIMPAN AIR
2. PROGRAM O&P UNTUK
PENGURASAN SEDIMEN
DISEDIAKAN ANGGRANNYA.

USULAN PENANGANAN:
PERLU PERLINDUNGAN TERHADAP
SUMBER
MATA
AIR
DENGAN
MENETAPKAN DAERAH MANFAAT DAN
DAERAH PENGUASAAN SUMBER AIR,
MELALUI UPAYA SIPIL TEKNIS DAN
VEGETATIF.

BENDUNG CISANGGARUNG II:

KONDISI BENDUNG
CISANGGARUNG II:
PERMASALAHAN:

1. SEDIMENTASI
2. LANTAI RUANG OLAK BENDUNG
TERGERUS

KONDISI PENUTUPAN LAHAN.


PERMASALAHAN:
KERAPATAN TEGAKAN DISEKITAR
BENDUNG MASIH KURANG

KONDISI SUNGAI DAN MATA AIR DI


HULU S. CISANGGARUNG
II:PERMASALAHAN:
AREAL MATA AIR DAN BADAN SUNGAI
LUASAN MAKIN BERKURANG, KARENA
ADANYA PERLUASAN LAHAN PERTANIAN
OLEH MASYARAKAT.

PENYEBABNYA:
KURANGNYA O & P

PENYEBABNYA:

PENYEBABNYA:

BELUM ADANYA KESADARAN

BELUM ADANYA PENETAPAN DAERAH

MASYARAKAT AKAN KEGUNAAN

MANFAAT DAN DAERAH PENGUASAAN SUMBER

KERAPATAN TEGAKAN SEBAGAI TANAMAN

AIR MAUPUN SEMPADAN SUNGAI, SEHINGGA

PELINDUNG.

MASYARAKAT DAPAT MEMPERLUAS AREAL


SAWAH MAUPUN PERTANIANNYA DENGAN
TIDAK TERKENDALI

PT.BIASREKA

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

USULAN PENANGANAN:

USULAN PENANGANAN:

USULAN PENANGANAN:

1. PELAKSANAAN O&P PERLU

1. PENGKAYAAN TANAMAN DI SEKITAR


BENDUNG DITANAMI DENGAN JENIS

PERLU PERLINDUNGAN TERHADAP SUMBER

DITINGKATKAN
2. PEMBUATAN GROUND SILL DI HILIR

TANAMAN YANG MEMPUNYAI


PERAKARAN DALAM DAN MENYIMPAN

BENDUNG

AIR
2. PROGRAM O&P UNTUK PENGURASAN

MATA AIR DAN SUNGAI DENGAN MENETAPKAN


DAERAH MANFAAT DAN DAERAH PENGUASAAN
SUMBER AIR DAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI,
MELALUI UPAYA SIPIL TEKNIS DAN VEGETATIF.

SEDIMEN DISEDIAKAN ANGGRANNYA.

POTENSI TANAH DESA DI DESA

KONDISI MATA AIR DI HULU S.

KONDISI MATA AIR S. CISANGGARUNG, DI SITUS

CAGEUR:

CISANGGARUNG DESA CAGEUR

BUDAYA (MAKAM KERAMAT EYANG DALEM)

1. TEGAKAN BELUM MEMPUNYAI NILAI

PERMASALAHAN:

PERMASALAHAN:

1.

MUSIM KEMARAU SUMBER MATA AIR


KERING

SEDIMENT DARI LAHAN LANGSUNG

2.

SEDIMENTASI TINGGI

EKONOMI DAN MERUPAKAN


BELUKAR TUA

2. KERAPATAN TEGAKAN MASIH

MENCEMARI SUMBER AIR.

KURANG DAN MEMERLUKAN


DIVERSIFIKASI JENIS TANAM

PENYEBABNYA:

PENYEBABNYA:

PENYEBABNYA:

1. KETERBATASAN PENGELOLAAN

1.

BELUM ADANYA PENETAPAN DAERAH MANFAAT

LAHAN OLEH DESA


2. BELUM MENGHASILKAN SEBAGAI

MANFAAT DAN DAERAH PENGUASAAN

PENDAPATAN KAS DESA

BELUM ADANYA PENETAPAN DAERAH

DAN DAERAH PENGUASAAN SUMBER AIR

SUMBER AIR

2.KEGIATAN O.P

KURANG

USULAN PENANGANAN:

USULAN PENANGANAN:

USULAN PENANGANAN:

BERPOTENSI

1. PENGKAYAAN TANAMAN DI SEKITAR

1. PERLU ADANYA KETERPADUAN PENGELOLAAN

UNTUK

DIKEMBANGKAN

ARBORETUM DAN WISATA ALAM

SUMBER MATA AIR DI TANAM DENGAN


JENIS TANAMAN YANG MEMPUNYAI
PERAKARAN DALAM DAN MENYIMPAN
AIR

2. PROGRAM O&P UNTUK PENGURASAN


SEDIMEN DISEDIAKAN ANGGRANNYA.

ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN


MASYARAKAT

2. BERPOTENSI UNTUK DIKEMBANGKAN


MENJADI OBJEK WISATA ALAM DAN RELIGI

3. PERLU PERLINDUNGAN TERHADAP SUMBER


MATA AIR DENGAN MENETAPKAN DAERAH
MANFAAT DAN DAERAH PENGUASAAN
SUMBER AIR, MELALUI UPAYA SIPIL TEKNIS
DAN VEGETATIF.

KONDISI TUTUPAN LAHAN DI MUARA S. CISANGGARUNG, DAN SUNGAI-SUNGAI LAINNYA (DI WADUK DARMA):

PERMASALAHAN:

1. LAHAN DISEKITAR OUTLET S. CISANGGARUNG, DAN SUNGAI-SUNGAI LAINNYA DISEKITAR WADUK DARMA BANYAK YANG TEREROSI.
2. OUT LET DARI S. CISANGARUNG, DAN SUNGAI-SUNGAI LAINNYA SUDAH TERTUTUP OLEH SAWAH/ PERTANIAN

PT.BIASREKA

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Muara S. Cisangarung

Muara S. Cibunut

Muara S. Cikupa

Muara S. Cinangka

PENYEBABNYA:
SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI YANG MASUK KE WADUK TINGGI
LAHAN DIMUARA SUNGAI YANG TERUTUP OLEH SEDIMEN DIMANFAATKAN OLEH MASYARAKAT MENJADI AREAL PERSAWAHAN /
PERTANIAN.
KURANGNYA KESADARAN, PARTISIPASI DAN PEMBERDAYAAN PARA PIHAK YANG BERKEPENTINGAN DALAM MELESTARIKAN WADUK DAN
LINGKUNGANNYA.
KURANGNYA PENGAWASAN PEMANFAATAN WADUK DAN DAERAH SEMPADAN

USULAN PENANGANAN:
A. PELESTARIAN FUNGSI DAERAH TANGKAPAN AIR DAN RESAPAN AIR
B. PEMBUATAN BANGUNAN PENGENDALI EROSI TANAH DAN SEDIMENTASI
C. PEMBUATAN BANGUNAN PENGAMANAN WADUK
D. PEMERIKSAAN BERKALA ATAS BENDUNGAN, WADUK;
E. PENETAPAN BATAS SEMPADAN WADUK, PEMASANGAN PATOK BATAS, PENETAPAN PERUNTUKAN DAERAH SEMPADAN WADUK.
F. PENGAMANAN DAERAH SABUK HIJAU DAN LINGKUNGANNYA
G. PENERTIBAN BANGUNAN/ AREAL PERSAWAHAN/ PERTANIAN DI DAERAH SEMPADAN.
H. PENGAWASAN PEMANFAATAN WADUK DAN DAERAH SEMPADAN;

I. PENINGKATAN KESADARAN, PARTISIPASI DAN PEMBERDAYAAN PARA PIHAK YANG BERKEPENTINGAN DALAM MELESTARIKAN WADUK
DAN LINGKUNGANNYA. DENGAN PEMBINAAN KEPADA PETANI DILAHAN KERING MELAKUKAN UPAYA USAHA TANI KONSERVASI

PT.BIASREKA

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

2.

HASIL IDENTIFIKASI LOKASI LOKASI YANG PERLU PENANGANAN DI SUB DAS CINANGKA
Sub DAS
: Cinagka
Luas Sub DAS: 937,97Ha

Sungai Cinangka
Sungai Cireungit

Nama Sungai : Cinangka


Lokasi
: Desa Gunung Sirah
Kecamatan : Waduk Darma
Kabupaten
: Kuningan
Sungai
Jalan Desa
Batas DAS

Sungai Cimuncang

Bd. Cilutung

Waduk Darma

HULU S. CINANGKA DI DESA GUNUNG SIRAH


Sungai Cihoe
KONDISI PENUTUPAN LAHAN DESA
GUNUNG SIRAH

PERMASALAHAN:
PENUTUPAN LAHAN DENGAN VEGETASI
TETAP MASIH KURANG
PENANAMAN PALAWIJA DENGAN
PENGOLAHAN TANAH INTENSIF
Jalan Ke Ciamis
PENYEBABNYA:
LAHAN TERBUKA KARENA PENGOLAHAN

KONDISI MATA AIR


DI HULU S.
CINANGKA:
PERMASALAHAN:
PENGELOLAAN SUMBER AIR
MASIH
Sungai Cilandak
TRADISIONAL, HANYA UNTUK MEMENUHI

KONDISI S. CINANGKA DI HULU:


PERMASALAHAN:

PADA MUSIM KEMARAU SUNGAI


KERING

SEDIMENTASI TINGGI

KEPERLUAN SE HARI-HARI

PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA DUKUNGAN

TANAH INTENSIF APABILA MUSIM


HUJAN EROSINYA TINGGI

PENYEBABNYA:
USAHA TANI BELUM MEMPERHATIKAN

PEMERINTAH UNTUK MENGELOLA


SUMBER MATA AIR, SERTA PENETAPAN

KAEDAH KONSERVASI

DAERAH MANFAAT DAN DAERAH


PENGUASAAN SUMBER AIR

MANFAAT DAN DAERAH SEMPADAN


SUNGAI

BELUM ADANYA PENETAPAN DAERAH

Sungai Cisarai

USULAN PENANGANAN:
3. PENANAMAN PALAWIJA DENGAN
PENGOLAHAN TANAH INTENSIF

USULAN PENANGANAN:
USULAN PENANGANANSungai
:
Cisangarung
PERLU PENETAPAN DAERAH MANFAAT
PERLU PENETAPAN DAERAH MANFAAT
DAN DAERAH PENGUASAAN SUMBER AIR

4. PENANAMAN DENGAN SISTEM


AGROFORESTRI DENGAN PENGOLAHAN
TANAH MINIMUM TILLAGE

Sungai Cibunut

BENDUNG CILUTUNG
KONDISI TUTUPAN LAHAN DI
BENDUNG CILUTUNG:
PERMASALAHAN:
1. KERAPATAN TEGAKAN SEKITAR
BENDUNGAN MASIH JARANG

SEKITAR

DAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI

PERLU DIUPAYAKAN BANGUNAN


KONSERVASI TANAH DAN AIR.

KONDISI SALURAN SUPLESI DARI BD


CILUTUNG:
PERMASALAHAN:

SALURAN SUDAH DIPENUH RUMPUT

KONDISI BENDUNG CILUTUNG:


PERMASALAHAN:
1. DI BADAN BENDUNG DAN SALURAN
Sungai Cilame
SUPLISI PENUH DENGAN SEDIMENTASI

2. SEBAGIAN SAYAP TELAH TERGERUS OLEH


AIR

Keterangan :
PT.BIASREKA

Sungai
Jalan

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

PENYEBABNYA:
SEKITAR BENDUNG DAN SALURAN SUPLISI

PENYEBABNYA:
KEGIATAN O & P KURANG

PENYEBABNYA:
KEGIATAN O & P KURANG

USULAN PENANGANAN:

USULAN PENANGANAN:

USULAN PENANGANAN:

PENGKAYAAN TANAMAN DENGAN JENIS

KEGIATAN O & P DITINGKATKAN

DITANAMI SINGKONG

KEGIATAN O & P DITINGKATKAN


PERLU PENGAMANAN BENDUNG

TANAMAN YANG MEMPUNYAI PERAKARAN


DALAM DAN PENAHAN TEBING

TERHADAP BAHAYA EROSI DENGAN


PEMBUATAN GROUNDSILL

DESA SITU SARI


KONDISI PENUTUPAN LAHAN DISEKITAR KONDISI MATA AIR SITU SARI,
MATA AIR; PERMASALAHAN:
PERMASALAHAN:
1. SEBAGIAN TANAMAN DISEKITAR MATA
1. SUMBER MATA AIR DIGUNAKAN UNTUK
AIR SUDAH MENCAPAI UMUR FISIK
PEMANDIAN UMUM.
2. KERAPATAN TEGAKAN MASIH KURANG 2. KURANG PEMELIHARAAN DI SUMBER

KONDISI PENUTUPAN LAHAN DISEKITAR


MATA AIR BALONG BEUNTEUR
PERMASALAHAN:
BANYAK TANAMAN YANG MATI KARENA
SUDAH MENCAPAI UMUR FISIK

MATA AIR SEHINGGA DIPENUHI OLEH


LUMUT.

PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA PEMELIHARAAN DAN
PENGKAYAAN TANAMAN DI SEKITAR
SUMBER MATA AIR

PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA PENGAMANAN
DISEKITAR SUMBER MATA AIR

DAN PENGKAYAAN TANAMAN DENGAN


JENIS TANAMAN YANG MEMPUNYAI

O&P KURANG
USULAN PENANGANAN:
KEGIATAN O & P DITINGKATKAN
KEGIATAN SOSIALISASI DITINGKATKAN
ADANYA PEMELIHARAAN TANAMAN DAN

PERAKARAN DALAM DAN MENYIMPAN


AIR

PENGKAYAAN TANAMAN DENGAN JENIS


TANAMAN YANG MEMPUNYAI

DIPERLUKAN DIVERSIFIKASI JENIS

PERAKARAN DALAM DAN MENYIMPAN


AIR

USULAN PENANGANAN:
ADANYA PEMELIHARAAN TANAMAN

TANAMAN

KONDISI DISEKITAR MATA AIR


BALONG BEUNTEUR

BENDUNG SITUSARI

PERMASALAHAN:
1. SUMBER MATA AIR DIGUNAKAN UNTUK
PEMANDIAN UMUM.
2. PENGUNJUNG SERING MENCEMARI

KONDISI PENUTUPAN LAHAN


BENDUNG SITUSARI
PERMASALAHAN:
KERAPATAN TEGAKAN SEKITAR

SUMBER MATA AIR DENGAN MEMBUANG


SAMPAH

MASIH KURANG

PT.BIASREKA

DISEKITAR

BENDUNG

PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA PEMELIHARAAN DAN
PENGKAYAAN TANAMAN DI SEKITAR
SUMBER MATA AIR

USULAN PENANGANAN:
ADANYA PEMELIHARAAN TANAMAN DAN
PENGKAYAAN TANAMAN DENGAN JENIS
TANAMAN YANG MEMPUNYAI PERAKARAN

DALAM DAN MENYIMPAN AIR

KONDISI BENDUNG SITUSARI


PERMASALAHAN:
EROSI DI LANTAI MUKA BENDUNG
SEDIMENTASI DIMUKA BENDUNG MAUPUN
DI PINTU INTAKE

Laporan Pendahuluan

PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA PENGAMANAN
DISEKITAR SUMBER MATA AIR

KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

PENYEBABNYA:
KEBUTUHAN AKAN

KAYU SEBAGAI BAHAN


BANGUNAN DAN AREAL PERSAWAHAN
SEMAKIN MENINGKAT

PENYEBABNYA:
PELAKSANAAN KEGIATAN O & P KURANG

PENCEMARAN SUMBER AIR MASIH


KURANG
USULAN PENANGANAN:

USULAN PENANGANAN:

USULAN PENANGANAN:

KEGIATAN SOSIALISASI DITINGKATKAN

KEGIATAN SOSIALISASI DITINGKATKAN

KEGIATAN O & P DITINGKATKAN

PEMAGARAN DI SEKITAR SUMBER MATA


AIR DAN MENYEDIAKAN TEMPAT

DIPERLUKAN PENINGKATAN KERAPATAN


TEGAKAN SEKITAR BENDUNG.

PERLU PENGAMANAN BENDUNG


TERHADAP BAHAYA EROSI DENGAN

SAMPAH.

PEMBUATAN GROUNDSILL.

DESA DARMA
SUMBER MATA AIR, BALONG BEUNTEUR
PERMASALAHAN:
SUMBER MATA AIR TERCEMAR

PENUTUPAN LAHAN DISEKITAR MATA AIR


BALONG BEUNTEUR ;
PERMASALAHAN:
BANYAK TANAMAN YANG MATI KARENA
PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA PEMELIHARAAN DAN

PENUTUPAN LAHAN DISEKITAR MATA AIR


CIBITUNG;
PERMASALAHAN:
KERAPATAN TEGAKAN MASIH KURANG
DISEKITAR SUMBER MATA AIR;
PENYEBABNYA:
KEBUTUHAN AKAN KAYU DAN PERLUASAN

PENGKAYAAN TANAMAN DI SEKITAR SUMBER


MATA AIR

SAWAH OLEH MASYARAKAT SEMAKIN


MENINGKAT

USULAN PENANGANAN:
PEMAGARAN DI SEKITAR SUMBER MATA AIR

USULAN PENANGANAN:
DIPERLUKAN ADANYA PEMELIHARAAN

DAN MENYEDIAKAN TEMPAT SAMPAH

TANAMAN DAN PENGKAYAAN TANAMAN


DENGAN JENIS TANAMAN YANG

USULAN PENANGANAN:
PENGAMANAN DISEKITAR SUMBER MATA
AIR DENGAN BANGUNAN SIPIL TEKNIS,

SUDAH MENCAPAI UMUR FISIK

PENYEBABNYA:
PENGUNJUNG SERING MENCEMARI
SUMBER MATA AIR DENGAN MEMBUANG
SAMPAH

MEMPUNYAI PERAKARAN DALAM DAN


MENYIMPAN AIR

MAUPUN KONSERVASI LAHAN


PENINGKATAN KESADARAN, PARTISIPASI
DAN PEMBERDAYAAN PARA PIHAK YANG
BERKEPENTINGAN DALAM MELESTARIKAN
LINGKUNGAN
PEMBINAAN KEPADA PETANI DILAHAN
KERING MELAKUKAN UPAYA USAHA TANI
KONSERVASI

SUMBER MATA AIR CIBITUNG;


PERMASALAHAN:
KEPEMILIKAN TANAH SUMBER MATA AIR
MASIH BELUM JELAS
PENYEBABNYA:

SUMBER MATA AIR DEKAT PEMUKIMAN


PENDUDUK
BELUM ADA PENGAMANAN SUMBER

PT.BIASREKA

CHECK DAM DI ALUR SUMBER AIR


CIBITUNG;
PERMASALAHAN:
EROSI DI LANTAI MUKA CHECK DAM
PENYEBABNYA:
KEGIATAN O&P KURANG

SUMBER MATA AIR CITIMBANG;


PERMASALAHAN:SUMBER MATA AIR
TERANCAM RUSAK, DAN LUAS AREALNYA
MAKIN BERKURANG.
PENYEBABNYA:
ADANYA PERAMBAHAN AREAL MATA AIR
OLEH MASYARAKAT, KARENA BELUM ADA
PENGAMANAN SUMBER MATA AIR

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

MATA AIR

USULAN PENANGANAN:
PENGAMANAN DISEKITAR SUMBER MATA
AIR DENGAN BANGUNAN SIPIL TEKNIS,
MAUPUN KONSERVASI LAHAN.
LEGALISASI LAHAN DENGAN SERTIFIKAT

USULAN PENANGANAN:
PENINGKATAN KEGIATAN O&P
PEMBUATAN BANGUNAN GROUNDSILL
UNTUK MELINDUNGI CHEK DAM DAN
SUMBER MATA AIR.

USULAN PENANGANAN:
PENGAMANAN DISEKITAR SUMBER MATA
AIR DENGAN BANGUNAN SIPIL TEKNIS,
MAUPUN KONSERVASI LAHAN.
LEGALISASI LAHAN DENGAN SERTIFIKAT

DESA BAKOM
SUMBER MATA AIR, CIDARMA;
PERMASALAHAN:
BELUM ADA PENGAMANAN SUMBER MATA AIR
PENYEBABNYA:
SUMBER MATA AIR DEKAT PEMUKIMAN PENDUDUK
BELUM ADA PENGAMANAN SUMBER MATA AIR

USULAN PENANGANAN:
PENGAMANAN DISEKITAR SUMBER MATA AIR DENGAN
BANGUNAN SIPIL TEKNIS, MAUPUN KONSERVASI LAHAN.
LEGALISASI LAHAN DENGAN SERTIFIKAT

PT.BIASREKA

PENUTUPAN LAHAN DISEKITAR MATA AIR CIDARMA;


PERMASALAHAN: KEPEMILIKAN TANAH SUMBER MATA AIR MASIH
BELUM JELAS
PENYEBABNYA:

SUMBER MATA AIR DEKAT PEMUKIMAN PENDUDUK


BELUM ADA PENGAMANAN SUMBER MATA AIR

USULAN PENANGANAN:
PENGAMANAN DISEKITAR SUMBER MATA AIR DENGAN BANGUNAN
SIPIL TEKNIS, MAUPUN KONSERVASI LAHAN.
LEGALISASI LAHAN DENGAN SERTIFIKAT

Laporan Pendahuluan

Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

No table of figures entries ound.


Gambar 2.1 Lokasi waduk Darma dan Sungai-sungai yang menjadi pemasok air waduk. ........ 3
Gambar 2.2 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-rata Sta Waduk Darma .................................. 5
Gambar 2.3 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-rata Sta Gunung Sirah ................................... 6

Tabel 2.1 Curah hujan bulanan pos hujan Waduk Darma............................................... 4


Tabel 2.2 Curah hujan bulanan Pos Hujan Gunung Sirah ............................................... 5
TabelTabel 2.3 Curah Hujan DTA Waduk Dharma ........................................................... 6
Tabel 2. 4 Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma - Tahun 2006. ........................ 13
Tabel 2. 5 Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2007 ......................... 14
Tabel 2. 6 Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2008 ......................... 14
Tabel 2. 7 Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2009 ......................... 15
Tabel 2. 8 Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma Tahun - 2010 ......................... 15
Tabel 2. 9 Rata-rata Volume dan Pengeluaran Air Waduk Darma ................................... 16
Tabel 2. 10 HASIL INVENTARISASI STUDI KONSERVASI HULU WADUK DARMA KABUPATEN
KUNINGAN .................................................................................................................... 17

PT.BIASREKA

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

BAB-3. METODOLOGI DAN


PENDEKATAN

3.1. UMUM
Penyusunan Studi Konsevasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan
Perencanaan Sipil Teknis Sumber daya Air serta pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(DAS) sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini masih menghadapi
berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait. Permasalahan tersebut antara
lain terjadinya erosi, banjir, kekeringan, masih belum adanya keterpaduan antar
sektor, antar instansi dan kesadaran msyarakat yang rendah tentang pelestarian
manfaat sumber daya alam.
Perkembangan dewasa ini menunjukkan adanya pergeseran paradigma di bidang
sumber daya air, yang antara lain berupa perubahan cara pandang terhadap pungsi
air dari yang semula benda sosial menjadi benda ekonomi yang memiliki fungsi
sosial, peran pemerintah dari provider menjadi enabler, tata pemerintahan dari
sentralistis menjadi desentralistis, sistem pembangunan dan pengelolaan dari
government centris menjadi public-private-community participation, pelayanan dari
birokratis- normatif
menjadi profesional-responsiffleksibel-netral, penentuan
kebijakan dari top-down menjadi bottom-up.
Aspek desentralisasi dituangkan dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom yang menetapkan Daerah
mempunyai kewenangan otonomi yang luas dan bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang antara lain mencakup kewenangan
pengelolaan sumber daya nasional di daerah, baik sumber daya alam, sumber daya

PT. BIASREKA

3-1

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

buatan maupun sumber daya manusia. Untuk sumber daya alam yang bersifat
strategis, Pemerintah menetapkan kebijakan pendayagunaannya.
Menindaklanjuti PP 25 Tahun 2000 pasal 2 ayat 3 angka 4 huruf e bidang kehutanan
dan perkebunan, maka dirasakan perlunya sebuah pedoman yang dapat menjadi
acuan bagi pihak yang terlibat dalam pengelolaan DAS, baik dinas, instansi, swasta,
lembaga masyarakat, maupun stakeholders lainnya.

3.2.

KONSEP PENDEKAT AN
SUNGAI(D AS)

TEKNIS

KONSERVASI

D AER AH

ALIRAN

3.2.1. PROSES EROSI TANAH OLEH AIR


Erosi tanah oleh air adalah pemindahan tanah dari tempat asal oleh aliran air
dilahan. Proses erosi tanah oleh aliran air hujan di lahan adalah :
-

Terpisahnya antara butiran-butiran tanah oleh karena kejatuhan air hujan


(raindrops).

Terbawa hanyutnya butiran dilahan secara merata oleh aliran air di lahan
(sheet erosion).

Sedikit agak terkumpulnya aliran air sehingga terbawanya butiran tanah agak
banyak dan memberikan bentuk aliran-aliran kecil yang sejajar (rill erosion).

Erosi yang lebih terkumpul sehingga merupakan aliran sungai kecil (gully
erosion).

Erosi di dasar dan tebing-tebing saluran atau sungai (stream channel erosion)

Erosi adalah salah satu masalah yang sangat penting dalam pertanian dan dalam
konservasi air dan tanah. Erosi lahan tentunya akan mengambil bagian tanah yang
paling atas yang umumnya sangat berguna untuk pertumbuhan tanaman.
3.2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EROSI LAHAN OLEH AIR
Air adalah merupakan faktor utama dari proses erosi tahan dan air tersebut berasal
dari air hujan. Erosi tanah bisa juga oleh adanya angin, tetapi dalam buku ini
menguraikan proses erosi oleh air hujan yang mengalir di lahan.
Pada umumnya faktor yang sangat memepengaruhi erosi tanah dilahan oleh air
ialah :
- Iklim
- Tanah
- Tanaman
- topografi

PT. BIASREKA

3-2

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Dari faktor diatas dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor alam yang
tidak bisa dirubah (iklim dan tanah) dan faktor alam yang masih bisa dibentuk oleh
rekayasa manusia (Tanaman dan topografi).
Merubah bentuk topografi supaya erosi lahan menjadi kecil ialah dengan cara
merubah faktor sudut dan panjang kemiringan atau L dan S.
Uraian dari faktor-faktor yang berpengaruh proses erosi tanah oleh air bisa dipelajari
pada uraian berikut ini.
1. Iklim.
Pengaruh faktor iklim yang paling besar andilnya dalam proses erosi adalah hujan.
Faktor iklim yang lainnya adalah temperatur, angin, kelembaban udara, dan
penyinaran matahari. Faktor iklim tersebut sangat berpengaruh terhadap
penguapan, baik penguapan yang langsung dari permukaan air ataupun yang tidak
langsung yaitu lewat tanaman. Angin juga berpengaruh terhadap kecepatan jatuh
air hujan dan sudut jatuhnya.
Kelembaban dan radiasi panas sangat berpengaruh terhadap temperatur. Itulah
pengaruh interaksi antara faktor-faktor iklim hubungan antara hujan, aliran air dan
erosi tanah oleh air adalah sangat kompleks sekali.
Hasil dari percobaan dengan bermacam-macam hujan dan kondisi tanah, yang
paling penting hasil percobaan tersebut adalah hujan yang memberikan produksi
erosi tanah adalah hujan maximum dengan waktu intensitas 30 menit.
2. T a n a h
Daya rembes tanah merupakan faktor yang penting karena, makin banyak yang
rembes kedalam tanah maka makin kecil aliran permukaan dan makin kecil daya
erosinya atau sebaliknya.
Sifat-sifat fisik tanah yang mempengaruhi berjalannya erosi tanah oleh air adalah :

Struktur tanah

Texture

Kandungan organik

Rembesan

Struktur tanah
Struktur tanah berdasarkan ikatan butiran dalam tanah. Di areal dimana lahan yang
belum terganggu, tanah dalam kondisi mantap bersama dengan tanaman,
kandungan organik yang bersatu dan melindungi butiran tanah.
Kesatuan tanah tersebut disebut granular struktur. Kondisi tersebut yang diinginkan
karena rembesan dan kapasitas penampungan air tanah naik dan kesatuan butiran
menahan erosi.

PT. BIASREKA

3-3

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Pembukaan dan pemadatan tanah akan mengakibatkan menurunnya daya


rembesan air, yang mana akan mengakibatkan aliran air permukaan naik ini berarti
daya erosi akan naik.
Pengaruh langsung dari jatuhnya butiran hujan terhadap tanah yang tidak ada
pelindungnya akan menghancurkan ikatan dan dengan mudah akan tergerus oleh
aliran air permukaan.
Texture
Texture tanah terdiri dari komposisi pasir, lempung halus dan lempung.
Atas dasar distribusi butiran, di bawah ini diberikan tabel yang menerangkan groupgroup dari nama-nama butiran tanah tersebut.
Tabel 3.1 Ukuran Butiran

Nama (mm)
Kerikil
Pasir
Pasir Halus
Silt/Lanau
Clay ( lempung )

Ukuran Butir
>2
2 0.1
0.1
-0.05
0.05 0.002
<0.002

Methode lain untuk menentukan kelas-kelas tanah adalah dengan menggunakan


segitiga atau standard yang lainnya seperti US Departement of Agriculture (USDA).
Tanah yang mempunyai kadar pasir lebih banyak maka akan memberikan daya
rembesan lebih besar dan akan memberikan aliran permukaan lebih kecil yang
mana akan mengakibatkan daya erosi yang lebih rendah.
Tanah lanau adalah butiran yang penting dalam memperhitungkan erosi tanah.
Kadar lanau makin tinggi akan memberikan erosi yang tinggi, karena partikel kecil
akan menurunkan daya rembes dan berat butiran terlalu kecil sehingga mudah
untuk dipindahkan oleh air.
Lempung adalah tanah dengan butiran sangat halus, tetapi mempunyai daya lekat
masing-masing yang sangat kuat dibanding lanau maka aliran tidak mudah
membawa butiran lempung tersebut. Tetapi apabila butiran lempung sudah terbawa
arus, sangat sulit untuk diendapkan. Sampai butiran tersebut bersatu karena ada
gaya elektronik yang mempersatukan butiran lempung dan baru bisa mengendap.

Daya rembesan
Daya rembesan atau permeability adalah faktor yang cukup besar penga-ruhnya
terhadap erosi seperti yang sudah diterangkan sebelumnya.

PT. BIASREKA

3-4

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

100

90

10
20

80

30

70
clay

40

60

% Clay

% Silt

50

50

Silty clay
Sandy
60

clay

40

clay loam

70

30

Sandy clay loam

20

Silty loam

Sandy loam

Sand

100
20

80

Loam

10

Silty clay loam

90
Silt

Loam

100

y
90
sand

10

80

70

60

50

40

30

% Sand
Gambar 3.1 Pedoman penentuan kelas texture tanah.

Kandungan organik
Organik ini berasal dari tumbuh-tumbuhan dan kotoran binatang. Organik ini
menolong butiran tanah bersatu dan memperbaiki struktur tanah serta menaik-kan
daya rembes tanah dan kapasitas penampungan air tanah.
Tanah yang
mengandung organik akan mempersulit proses erosi oleh air serta memberikan
pupuk pada tanah sehingga memudahkan tanaman akan tumbuh. Bahan organik
yang berasal dari tumbuhan yang masih mentah dan berada di atas tanah akan
melindungi tanah dari proses erosi butiran tanah oleh air.
Bahan organik yang masih mentah juga dipakai untuk melindungi tanah dari bahaya
erosi, seperti jerami, ijuk dll

PT. BIASREKA

3-5

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

3. Tanaman
Tanaman adalah salah satu faktor yang sangat membantu terhalangnya proses
erosi tanah oleh air, penyebabnya adalah sebagai berikut :
1.

Memperkecil energi hujan yang jatuh ke tanah dan memperkecil jumlah butiran
hujan yang jatuh ke tanah.
Hasil penelitian memperlihatkan pembagian air hujan yang jatuh
langsung dari pohon dan yang mengalir ketubuh pohon tesebut adalah
40% dan 60% (lihat gambar 3.2)

2.

Dengan adanya pohon-pohon maka akan memperkecil kecepatan aliran air,


karena terhalang oleh pohon-pohon tersebut dan oleh daun-daun yang
berguguran sebagai bahan organik.

3.

Memperhambat proses erosi tanah dengan adanya kecepatan aliran


permukaan yang mengecil.

4.

Memperbaiki agregat butiran tanah dan daya rembesan tanaholeh akar-akar


pohon dan daun-daun yang berguguran.

5.

Mempercepat proses biologi di tanah.

6.

Penguapan air oleh tanaman yang akan memberikan penurunan kelembaban


tanah.

Faktor pohon tersebut sangat tergantung dari waktu (musim),jenis pohon sendiri,
tanah, iklim.

Hh
Tinggi Hp <<< Hh
Hp Tinggi jatuh dari
pohon
Hh Tinggi jatuh dari
langit

Rb : Rp = 6:4
Rb air
hujan
yang
mengalir
lewat
batang
pohon
Rp
air hujan yang
jatuh dari pohon

Rp
Rb

H
p

Daun yang jatuh


menahan erosi

Gambar 3.2 Pengaruh pohon terhadap air hujan.

PT. BIASREKA

3-6

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

4. Topografi
Faktor yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan dari lahan serta panjang
kemiringan serta luas dan bentuk dari daerah aliran tersebut:
- Slope
Makin terjal lahan maka makin besar daya erosi tanah maka untuk memperkecil
erosi salah satu upayanya adalah memperkecil sudut kemiringan lahan.
- Panjang kemiringan
Selain sudut kemiringan yang sangat mempengaruhi erosi juga panjang kemiringan.
Salah satu upaya memperkecil erosi adalah dengan memperpendek panjang
kemiringan tersebut (lihat gambar 3.3)
3.2.3. TYPE-TYPE EROSI TANAH OLEH AIR
Proses erosi oleh air dimulai dari jatuhnya air hujan ke tanah yang memberikan
energi dan menghancurkan ikatan butiran-butiran tanah, proses berikutnya adalah
membawa butiran tersebut oleh aliran air permukaan lahan. Hasil erosi oleh adanya
pengaliran di atas lahan tergantung dari tingkat konsentrasi aliran air tersebut,
akibatnya akan memberikan bentuk-bentuk erosi yang berlainan, bentuk erosi
adalah, sheet, rill dan gully.
Air hujan tersebut akan mengalir ke sungai-sungai dan di sungaipun masih terjadi
proses erosi yang disebut erosi saluran, erosi ini bisa terjadi di dasar saluran atau di
tebing saluran.

L1
Merubah Faktor L
L2
Merubah Faktor S
L

L3

Gambar 3.3 Merubah faktor L dan Faktor S.

3.3. PENILAIAN KEKRITISAN LAH AN


Sumber daya alam yang berupa tanaman (hutan), tanah dan air merupakan faktor
yang penting untuk mencapai kehidupan yang nyaman di dunia. Interaksi diantara
alam dengan manusia sendiri sangatlah erat, dunia sekarang melirik terhadap hutan
tropis yang yang berada di Indonesia, mereka sangat takut kehilangan hutan tropis.
Ketakutan mereka akan kehilangan hutan tropis didunia ini sangatlah beralasan,

PT. BIASREKA

3-7

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

karena efek kerusakan hutan tropis akan terasa juga oleh penduduk negara lain
yang tidak memiliki hutan tropis. Indonesia adalah salah satu negara yang
mempunyai hutan tropis, hutan tropis sebagai sumber daya alam yang mempunyai
potensi yang tinggi begi kemakmuran penduduk, wajib dipelihara yaitu dengan
melakukan usaha konservasi lahan yang sekaligus berarti konservasi air. Salah satu
kegiatan konservasi tersebut ialah melaksanakan perbaikan lahan-lahan yang kritis
(rehabilitasi lahan) karena akibat pembabatan hutan, kebakaran hutan. Seandainya
kegiatan ini terlambat akan memberikan dampak negatif yang lebih parah lagi buat
lingkungannya termasuk untuk manusia, dampak yang ditimbulkan akibat hutan
gundul dilihat dari segi tanah dan air ialah sebagai berikut:
1.

2.

3.
4.

5.

6.

7.

8.
9.

Energi dari butiran air hujan akan langsung memecahkan ikatan antara
butiran tanah. Terjadi erosi pada tanah lapisan paling atas, lapisan
tersebut merupakan lapisan tanah efektif untuk tanaman.
Apabila kejadian erosi tanah tersebut terus berlangsung, maka lambat laun
tanah yang tererosi akan sampai pada batas paling dalam dari tanah
efektif (tanah efektif habis tererosi), maka tanah menjadi tidak subur dan
menjadi gersang.
Rembesan air hujan berkurang (tidak ada akar)dan aliran permukaan
menjadi besar yang akan mengakibatkan debit aliran permukaan besar.
Tanah efektif dilahan banyak yang tererosi dan terangkut ke sungai dan
akan mengakibatkan endapan di sungai. Dimensi sungai makin kecil, daya
tampung aliran makin kecil akibatnya air meluap (banjir) dimusim hujan.
Aliran permukaan makin besar dan rembesan air makin kurang, aliran air
didalam tanah berkurang maka musim kemarau akan kekurangan air
(mata air tidak ada) atau kekeringan.
Air sungai yang penuh dengan sedimen akan mengakibatkan aquacultur
terganggu, saluran-saluran irigasi ikut dangkal karena endapan sedimen,
pemeliharaan irigasi akan lebih mahal lagi.
Yang lebih fatal lagi air yang tersedia untuk irigasi makin berkurang,
apalagi pada waktu musim kering, berarti areal irigasi yang bisa terairi
akan berkurang.
Pada daerah terjal dengan tidak adanya pohon-pohon maka Kelongsoran
akan mengancam dikala musim hujan.
Hilangnya sumber daya alam yang sangat berharga, berarti hilang pulalah
devisa negara kita dari hasil hutan yang sangat besar nilainya.

Mengerikan, sungguh sangat mengerikan akibat dari hilangnya hutan, apalagi kalau
dibahas akibatnya terhadap negara lain yang ikut merasakan dampak negatifnya
perusakan hutan terhadap tatasurya ini.
Dampak positif dari hasil-hasil konservasi tanah adalah :
1.
Memelihara kesuburan tanah, tanah efektif tetap ada.
2.
Memanfaatkan tanah lebih produktif lagi.
3.
Memperbaiki lahan yang rusak atau yang sudah kritis.
4.
Secara tidak langsung ikut mengendalikan banjir.
5.
Secara tidak langsung juga ikut mengendalikan bahaya kekeringan dikala
musim kemarau.

PT. BIASREKA

3-8

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

6.

Dengan berkurangnya sedimen yang terbawa maka secara tidak langsung


ikut memelihara dimensi sungai dan kalau ada dimensi saluran irigasi serta
pemeliharaan irigasi menjadi lebih murah.
7.
Secara tidak langsung ikut memelihara kesinambungan air untuk irigasi.
8.
Memperbaiki kwalitas dan kesinambungan air sungai dan juga
memperbaiki lingkungan aquaculture.
9.
Kesejukan dan alam yang hijau akan memberikan kenikmatan tersendiri
dalam hidup ini.
Penanganan konservasi ini harus didahulukan pada lahan yang tingkat kekritisannya
paling besar.
Untuk itu perlu ada study untuk menyusun daftar skala prioritas (DSP) penanganan
lahan kritis.
Kalau terlambat menangani lahan kritis maka dampak negatifnya akan menumpuk,
masalahnya makin rumit, biaya penanganannya makin besar.
Penanganan lahan kritis ini harus benar-benar diarahkan pada pemanfaatan lahan
yang sesuai dengan kemampuan lahan tersebut, jangan sekali-kali diberi beban
yang tidak sesuai dengan kemampuannya.

3.3.1. ANALISA KONDISI AWAL DARI LAHAN


Didalam segala hal yang menyangkut pembangunan/ merobah kondisi awal menjadi
kondisi yang diharapkan lebih baik dan lebih bermanfaat bagi manusia, maka harus
diawali dengan mengkaji kondisi awalnya. Dalam mengkaji kondisi awal tersebut
diperlukan data awal dari daerah tersebut.
Pengumpulan data ini penting guna mempelajari kondisi awal lahan dan kondisi awal
lingkungannya baik data sosial atau data teknis.
Mempelajari data untuk mengetahui karakteristik lahan dan lingkungannya yang
berguna untuk menentukan tindak lanjut masa depan lahan tersebut, supaya
kondisinya dan manfaatnya lebih baik dari sekarang .
Pembangunan ialah meningkatkan daya guna suatu daerah untuk kepentingan
kehidupan manusia dalam pengabdiannya kepada Allah SWT dan lingkungannya
pada hari ini dan hari esok (masa yang akan datang)
Data yang dikumpulkan untuk dianalisa dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu:
Data sekunder, ialah data yang sudah terkumpul di instansi/kantor (hasil
penelitian yang terus menerus atau hasil kajian yang lalu) yang terkait
dengan pekerjaan konservasi.
Data primer, ialah data yang disurvey ke lapangan langsung.

3.3.1.1. DATA SEKUNDER


Data sekunder ini juga bisa dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu :
- Data teknis.
- Data sosial ekonomi.

PT. BIASREKA

3-9

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

a. Data teknis
Data sekunder teknis ialah data yang sudah dikumpulkan atau hasil penelitian yang
telah lalu yang bersifat menunjang langsung kesasaran teknis rencana konservasi.
Data teknis yang menunjang rencana konservasi tersebut ialah sebagai berikut:
1. Data iklim : - Hujan
- Kelembaban
- Temperatur udara
- Angin
2. Data hidrologi: - Debit sungai
- Kadar sedimen di sungai
- Kwalitas air sungai.
3. Daerah pengairan
4. Peta penggunaan lahan
5. Peta kehutanan
6. Peta kemiringan lahan .
7. Peta lahan kritis.
b. Data sosial ekonomi
Data sekunder untuk bidang sosial ekonomi ialah data yang sudah terkumpulkan
hasil kerja penelitian yang terdahulu yang bersifat kehidupan sosial dari penduduk
setempat serta interaksi dengan penduduk lainnya, kondisi ekonomi masarakat
setempat serta hubungan ekonomi dengan daerah lainnya dan data kependudukan
serta ketenaga kerjaan masyarakat setempat serta interaksi tenaga kerja dengan
penduduk lainnya.
Data tersebut adalah:
1.
Jumlah penduduk didalam areal kajian dan penduduk daerah lain
yang mempengaruhi areal kajian.
2.
Pemilikan lahan di areal kajian.
3.
Kelembagaan/ organisasi masyarakat pada areal kajian.
4.
Sarana dan prasarana penyuluhan dibidang pertanian dan kehutanan
pada daerah areal kajian.
5.
Sarana pendidikan, perhubungan dan sarana ekonomi lainnya di
daerah penduduk.
6.
Jalur perdagangan hasil produksi penduduk pada areal kajian serta
daerah lain yang saling mempengaruhinya.
7.
Potensi tenaga kerja daerah kajian serta daerah lain yang saling
mempengaruhinya .
8.
Kondisi ekonomi saat sekarang didaerah kajian serta daerah lain
yang saling mempengaruhinya.
3.3.1.2. DATA PRIMER
Data primer adalah data hasil penelitian/ penelaahan langsung dilapangan gunanya
supaya mengetahui dengan pasti kondisi lapangan yang sebenarnya.
Tujuan dari survey langsung ke lapangan adalah :

Melihat dan menaksir kondisi alam yang bisa ditransfer kedalam


besaran teknik dengan langsung di lapangan.

PT. BIASREKA

3-10

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Melihat masalah-masalah yang nyata terlihat di lapangan dan


menganalisa sebab-sebabnya bahkan sampai cara penanganannya di
lapangan.
Mencek informasi-informasi data skunder atau data dari foto udara atau
citra satelit.
Semua temuan-temuan teknis diplot dalam peta kerja lapangan.
Semua masalah yang serius diplot lokasinya didalam peta serta
diuraikan masalahnya.
Pengukuran untuk pemetaan serta potongan pada daerah yang kritis
didaerah kajian.
Penelitian kondisi kesuburan tanah.
Penelitian kondisi penggunaan lahan saat sekarang

3.3.1.3. ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN


Tujuan dari arahan penggunaan lahan ini ialah untuk konservasi lahan yang ada
dalam DAS bersangkutan.
Faktor-faktor teknis yang berpengaruh terhadap arahan penggunaan lahan adalah
sebagai berikut :
1.
Kemiringan lahan (topografi).
2.
Jenis tanah, yang dilihat ialah faktor kepekaan tanah terhadap erosi oleh air,
tingkat kesuburan tanah, kedalaman tanah efektif.
3.
Besarnya curah hujan intensitas harian rata-rata
Dengan modal faktor tersebut diatas yang sudah diolah dan di Analisa maka secara
global bisa memberikan arahan penggunaan lahan, tetapi secara detail perlu ada
penelitian yang lebih lanjut, terutama untuk lahan yang akan dijadikan agro bisnis
atau agro industri.
3.3.1.4. KEMIRINGAN LAHAN
Kemiringan lahan bisa dilihat dan dianalisa secara teliti dan terrinci dari hasil
pemetaan daerah areal kajian atau secara kasar(pendekatan) dari interpretasi kelas
kemiringan lahan dari foto udara (kalau tersedia). Interpretasi foto udara tersebut
paling tidak dengan menggunakan peralatan stereosscope dan paralax bar.
Apabila tidak terdapat foto udara daerah kajian, maka harus diusahakan
mendapatkan peta topografi dengan skala yang memadai.
Pada peta hasil analisa peta topografi atau penafsiran/ interprestasi foto udara,
diberikan batasan-batasan kelas kemiringan lahan serta batasan-batasan
penggunaan lahan dan bentuk dari drainase alamnya (jaringan sungai).
Pembagian kelas kemiringan lahan dan nilai skorenya menurut standar yang dipakai
di Indonesia adalah sebagai berikut :

PT. BIASREKA

3-11

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tabel 3.2 Nilai skore untuk kemiringan lahan.

Kelas

Batasan

Lahan

Nilai

Kemiringan
1

0% - 8%

Datar

20

8%-15%

Landai

40

15%-25%

Agak Curam

60

25%-45%

Curam

80

>45%

Sangat Curam

100

Nilai skore untuk kemiringan lahan di atas berguna untuk menentukan nilai arahan
penggunaan lahan. Penentuan arahan penggunaan lahan di Indonesia selain dinilai
dengan skore untuk ketiga faktor diatas juga dilihat dari kondisi dan karakteristik fisik
alam seperti kemiringan yang terjal sekali, elevasi lahan yang tinggi sekali, tanah
yang sangat erodable sekali, dll.

3.3.1.5. JENIS TANAH


Klasifikasi Jenis tanah ini dikelompokan terhadap kelompok yang mempunyai sifat
yang sama terhadap kepekaan erosi tanah oleh air dan setiap kelompok diberi nilai
skornya menurut klasifikasi tanah di Indonesia. Klasifikasi jenis tanah terhadap
kepekaan erosi oleh air yang dianut di Indonesia bisa dilihat pada tabel 3.3.
Pengelompokan (klasifikasi) tanah terhadap erosi menurut yang dianut USDA dan
Israel berdasarkan hasil erosi tanah oleh air . Kalau di Indonesia mengelompokan
jenis tanah menurut tingkat kepekaan erosi yang sama, tetapi apabila ada
perhitungan besaran erosi, maka pengelompokan lahan bisa didasarkan hasil erosi
tersebut.
Tabel 3.3 . Klasifikasi jenis tanah dan nilai skore untuk di Indonesia.

Kelas

2
3
4
5

PT. BIASREKA

Jenis Tanah
Nama
Aluvial,
tanah
Glei,
Planosol, Hidromerf
Kelabu, Laterik air
Latosol
Brown forest soil, non calcic
brown, mediteran
Andisol, Laterit, Grumusol,
Podsol, Podsolic
Retosol, Litosol, Organosol,
Renzina

Nilai
skore

Tingkat kerusakan
Tidak Peka

15

Agak Peka
Lebih Agak Peka

30
45

Peka

60

Sangat Peka

75

3-12

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

3.3.1.6. CURAH HUJAN HARIAN RATA-RATA


Hujan adalah merupakan faktor yang utama dalam proses erosi tanah oleh air,
tentunya dalam menentukan arahan lahan pun merupakan faktor yang utama pula.
Yang menjadi masalah berikutnya adalah penentuan curah hujan yang mana yang
akan memberikan faktor penentu dalam arahan lahan tersebut. Besar-kecilnya atau
deras tidaknya suatu hujan biasanya dinilai dari hujan pada saat hujan turun atau
bisa dikatakan besaran hujan dengan lamanya hujan tersebut. Besaran tersebut bisa
juga dinilai dengan tinggi hujan per satuan waktu (1 jam) dan ini disebut Intensitas
hujan. Curah hujan harian rata-rata yang dipakai untuk klasifikasi adalah intensitas
hujan harian rata-rata.
Pengolahan data intensitas ini harus dari data hujan otomatis, sedangkan data hujan
otomatis di Indonesia hanya terdapat pada kota-kota besar dan pelabuhanpelabuhan udara. Kebanyakan data hujan adalah data hujan harian, bulanan dan
tahunan. Apabila tidak ada data intensitas hujan, bisa saja menggunakan data hujan
harian.
Hujan di Indonesia terbagi menjadi 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Untuk mencari rata-rata hujan harian, tidak boleh disatukan antara musim hujan dan
musim kemarau. Rata-rata hujan harian lebih baik diambil dari rata-rata hujan harian
untuk setiap bulan.
Setelah setiap bulan didapatkan rata-rata hujan hariannya, baru dianalisa kelompok
musim kiring dan musim basah. Untuk pemakaian pada klasifikasi hujan lebih baik
diambil rata-rata hujan harian pada kelompok musim basah.
Kriteria bulan musim hujan ialah dimana jumlah hujan rata-rata dalam bulan yang
sama atau rata-rata hujan bulanan > 75 mm. Yang termasuk bulan musim kemarau
adalah dimana jumlah hujan rata-rata bulanannya < 75 mm.
Untuk menghitung dari hujan harian rata-rata keintensitas hujan harian rata-rata ialah
dengan anggapan bahwa waktu hujan effektif dalam 1 hari adalah 6 jam. Dengan
anggapan tersebut maka intensitas hujan harian rata-rata :
Hujan harian rata-rata
I = -----------------------6
Klasifikasi hujan yang dianut di Indonesia ialah seperti yang tercantum pada tabel
3.4.
Tabel 3. 4 Klasifikasi hujan dan nilai score untuk di Indonesia

Kelas

Hujan

Nilai
Skore

Tinggi Hujan

Kepekaan terhadap

Mm/jam

Erosi

0-13.5

Sangat rendah

10

13.5-20.7

Rendah

20

20.7-27.7

Sedang

30

27.7-34.8

Tinggi

40

>34.8

Sangat Tinggi

50

PT. BIASREKA

3-13

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Areal yang dipengaruhi oleh intensitas hujan yang sudah dihitung tersebut bisa
ditentukan dengan dua methode yaitu:
- Methode Thiesen
- Methode Garis kesamaan intensitas.
Cara mengerjakan kedua methode tersebut bisa dilihat pada gambar 3.4 dibawah ini.

(a)

(b)

Gambar 3.4 Penentuan areal pengaruh dari intensitas hujan.

a. methode Thiesen.
b. Methode garis kesamaan intensitas.

3.3.1.7. PERHITUNGAN DAN PENENTUAN SKORING ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN.


Masing-masing faktor yang mempengaruhi arahan penggunaan lahan di Indonesia
diplot batasannya dalam peta areal kajian. Ploting batas untuk curah hujan bisa
dengan menggunakan methode Thiesen atau garis kontur curah hujan.
Ketiga peta tersebut dioverlapkan (tumpang tindihkan ) serta dibatasi daerah-daerah
yang tertutup oleh ketiga kelompok faktor tersebut.
Sambil diberi catatan skorenya masing-masing.
Kode catatan skore tersebut adalah sebagai berikut :
A, B, C
-----------(A + B + C)
A = Kemiringan lahan.
B = Jenis tanah.
C = Hujan.
Ketiga nilai SKORE tersebut dijumlahkan.
Jumlah Skore tersebut adalah merupakan skore yang menentukan arahan
penggunaan lahan.
Penggunaan lahan di Indonesia terbagi menjadi 4 bagian yaitu :
A. Kawasan lindung.

PT. BIASREKA

3-14

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

B. Kawasan penyangga.
C. Kawasan budidaya tanaman tahunan.
D. Kawasan tanaman setahun/musim.
Batasan skore untuk masing-masing arahan penggunaan lahan atau kawasan
tersebut di atas akan diuraikan satu persatu.

A. Kawasan lindung
Kawasan lindung adalah suatu kawasan hutan yang keadaan hutannya dan sifat
fisiknya mempunyai fungsi lindung, untuk kelestarian sumber daya alam yang
terdapat didalam areal tersebut (air, flora dan fauna).
Untuk memeperkuat status hukum bagi kawasan ini harus dikeluarkan keputusan
dari pihak pemerintah dan harus terjaga oleh petugas polisi kehutanan sebagai
penegak hukum.
Manusia dengan segala ilmunya yang diberikan Allah SWT cukup mampu untuk
merubah alam tetapi manusia tetap merindukan alam yang benar-benar murni, inilah
tempat manusia menikmati keindahan bahkan mungkin keganasan alam yang murni,
tapi itu yang dirindukan.
Hijaunya alam, gemerciknya air disungai, jernihnya air disungai, indahnya dan
beraneka ragamnya aquarium sungai, merdunya nyanyian binatang dihutan adalah
merupakan kerinduan manusia dan kenikmatan tersendiri. Membangun atau
merubah alam harus sesuai dengan kemampuan alam alam itu sendiri, sesuai
dengan fungsinya, tidak merusak lingkungan alam, tidak membunuh mahluk hidup
lainnya. Yang jelas semua yang diciptakan oleh Allah SWT ada manfaatnya untuk
manusia, manfaatkan semuanya secara optimal.
Secara teknis kawasan lindung ini mempunyai syarat tertentu ialah sebagai berikut:
Batasan total skore > 175.
Batasan untuk kawasan lindung ini tidak hanya dinilai dari skore tetapi juga dari
batasan-batasan lain.
Batasan-batasan untuk daerah kawasan lindung cukup memenuhi satu atau lebih
dari syarat-syarat batas dibawah ini :
1. Mempunyai kemiringan lahan > 45 %
2. Jenis tanah yang dilihat dari faktor erosi adalah kelas 5(sangat peka) dengan
kemiringan lahan >15% .
3. Merupakan jalur pengaman aliran sungai, daerah pengamanan sungai ini
sekurang-kurangnya 20 m dari pinggiran sungai.
4. Sebagai pelindung mata air, sekurang-kurangnya sampai diameter 200 m
dari mata air.
5. Mempunyai elevasi > 2000 m diatas permukaan laut.
6. Keputusan pemerintah untuk dijadikan kawasan lindung, guna keperluan
yang khusus, misalnya :
Melindungi jenis pohon tertentu yang hidup pada areal tersebut.
Melindungi salah satu satwa tertentu yang hidup didaerah tersebut.
Dijadikan areal wisata karena tempatnya yang strategis atau kekayaan flora
dan faunanya cukup baik.

PT. BIASREKA

3-15

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

B. Kawasan penyangga
Tujuan dari kawasan penyangga ini adalah sebagai peralihan dari kawasan lindung
kekawasan lainnya. Kawasan penyangga ini bisa diolah atau dibudidayakan baik
hutan budidaya yang terbatas atau agroforestry, perkebunan yang juga bersifat
perlindungan terhadap lahan.
Contoh tanaman yang bisa dipakai sebagai tanaman untuk kawasan penyangga
ialah:
Teh. Pohon teh ini hanya bisa tumbuh pada daerah dingin
(pegunungan) dan Canopy dan akar mempunyai sifat protektif
terhadap lahan, penghasilan dari pohon teh ini cukup besar .
Pohon kina. Pada areal yang lebih terjal (tidak bisa ditanami teh) bisa
ditanami pohon kina. Kanopi pohon kina ini cukup padat sehingga bisa
melindungi lahan dari bahaya erosi dan kulitnya bernilai komoditi
export. Mempunyai hasil untuk dijual kulitnya setelah berumur 8 tahun,
pemeliharaannya tidak begitu mahal apalagi kalau kanopinya sudah
100 % .
Kepadatan tanaman sangat padat sekali yaitu 1 x 1.25 m
untuk 1 pohon kina. Kina yang sudah dipanen tidak perlu
tanaman baru karena dari hasil tebangan akan keluar tunas
baru.
Kaliandra. Pertumbuhannya sangat cepat, kayunya bisa digunakan
untuk kayu bakar, bunganya bisa dimanfaatkan bagi para peternak
lebah madu. Kanopinya padat sehingga melindungi lahan dengan
baik, tidak perlu penanaman yang baru karena dari hasil tebangan
bisa keluar tunas baru.
Mudah untuk berkembang biak.
Batasan teknis untuk kawasan ini ialah sebagai berikut:
Batasan total skore 125 - 174.
Batasan-batasan lain selain batasan total skore untuk kawasan penyangga dan
cukup salah satu atau lebih dari batasan/kriteria umum dibawah ini :
1) Keadaan fisik areal ini memungkinkan untuk diolah secara ekonomis.
2) Ditinjau dari lokasinya merupakan lokasi strategis bagi perkembangan
ekonomi.
3) Tidak mempengaruhi segi ekosistem/lingkungan hidup.
C. Kawasan budidaya tanaman tahunan
Kawasan iniadalah kawasan yang lahannya mempunyai kemampuan untuk ditanami
oleh jenis tanaman tahunan seperti :
Tanaman hutan produksi.
Perkebunan.
Tanaman buah-buahan, melinjo.
Tanaman sengon.
Tanaman lain yang mempunyai nilai ekonomi dan nilai
komoditi
export.
Pada prinsipnya tanaman tahunan ini harus bersifat pelindung dan bernilai ekonomi
buahnya atau kayunya.

PT. BIASREKA

3-16

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Dilihat dari segi teknis batasan ini mempunyai syarat sebagi berikut:
Batasan total skore < 124.
Dilihat dari segi fisik tanah dan kondisi alam cocok untuk tanaman tahunan.
Selain itu areal tersebut harus memenuhi kriteria umum untuk kawasan penyangga.
D. Kawasan budidaya tanaman semusim/ setahun
Daerah ini mampu untuk ditanami tanaman semusim, terutama tanaman pangan.
Selain untuk tanaman juga bisa digunakan untuk daerah perkembangan ekonomi
non agrobisnis, apabila lokasinya memungkinkan ditinjau dari segi ekonomi,
lingkungan, strategi pengembangan wilayah dan tersedia sarana penunjangnya.
Batasan teknis untuk kawasan ini ialah sebagai berikut:
Batasan total skore < 124.
Batasan ini sama dengan batasan untuk kawasan budidaya tanaman tahunan.
Tambahan lain dari batasan ini, ialah tanah tersebut tanah milik perorangan, tanah
adat, tanah negara yang direncanakan untuk tanaman semusim/setahun.
Arahan kawasan C dan D adalah lahan yang betul-betul diarahkan untuk
perkembangan ekonomi pada bidang pertanian dan perkebunan. Kawasan C dan D
ini pun bisa diarahkan pada perkembangan ekonomi sektor lain, selama tidak
mengganggu ekosistem /lingkungan hidup daerah tersebut.
Pencemaran lingkungan adalah batasan yang sangat ketat dalam penggunaan lahan
kawasan C dan D, karena kawasan ini suka dipakai untuk areal industri dan
pemukiman, terutama kawasan budidaya tanaman semusim/tahunan (D).
Semua kawasan tersebut harus sesuai dengan pola induk rencana tata ruang
pengembangan tingkat propinsi, kalau tidak sesuai harus diadakan pembicaraan
supaya tidak menyimpang dari aturan teknis.
3.4. PENILAIAN TINGKAT KEKRITISAN LAH AN
Dalam rangka mengatur sumber daya air dan adanya kendala dana serta waktu
maka sangat diperlukan adanya analisis untuk menentukan skala priroritas dalam
pembangunan. Priroritas ini sejalan dengan tingkat kekritisan lahan, lahan (sub DAS)
yang paling kritis tentunya yang harus segera ditangani untuk diperbaiki.
Mangkin tinggi tingkat kekeritisan maka makin bahaya untuk dibiarkan, tentunya
mendapat prioritas pertama dalam penanganannya . Tingkat kekritisan lahan ini
berlandaskan pada faktor yang mempengaruhi erosi lahan. Penilaian kekeritisan ini
tidak dilihat dari kawasan penggunaan lahan tetapi hanya dilihat fisik dan kondisi
lahan pada saat penilaian. Peninjauan kekritisan ini hanya dipandang dari segi erosi
lahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian kekritisan lahan adalah :

PT. BIASREKA

Klasifikasi bentuk wilayah topografi (T).

Klasifikasi faktor kemiringan lereng (S).

Klasifikasi faktor bentuk percabangan sungai (D).

Klasifikasi faktor penggunaan lahan yang ada (L).

3-17

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Perhitungan nilai index erosifitas dalam unit lahan ialah:


(T + S) * D
UL = ------------------L
UL = Unit lahan nilai index erosifitas.
Perhitungan UL adalah untuk areal yang mempunyai penilaian masing-masing faktor
yang sama atau daerah yang tumpang tindih oleh keempat faktor. Setiap faktor di
atas mempunyai kelas, simbol untuk masing-masing kelasnya dan nilai skore.
Klasifikasi untuk setiap faktor di atas adalah :
1.

Klasifikasi serta nilai skore dari faktor bentuk wilayah (T).


Tabel 3.5 Klasifikasi faktor bentuk wilayah(T) yang digunakan di Indonesia.
Kelas

I
II
III

Tingkat
lereng

Datar
Berombak
Bergelombang
Agak
Berbukit
Berbukit
sedang
Berbukit

IV
V
VI

Lereng
(%)
0-3
3-8
8 - 15

Batasan
Perbedan
Tinggi
(m)
1
10
10

Simbol

f
u
r
h1

Nilai
Skore

1
3
4

15 - 30

10

15 - 30

10 - 50

h2

15 - 30

50 - 300

h3

Pada tabel 3.5. klasifikasi faktor bentuk lahan di atas yang dimaksud dengan
perbedaan tinggi ialah selisih elevasi tertinggi dan terendah pada satu lembah yang
tidak terpotong. Pada tabel 3.5 di atas terlihat bahwa makin tinggi perbedaan elevasi
dengan kemiringan yang sama, maka makin tinggi nilai skorenya, ini berarti juga
harga panjang kemiringan (L) makin panjang.
Akibat dari L makin panjang maka makin besar kemungkinan tanah bisa tererosi,
maka mengakibatkan nilai skore makin besar. Faktor T merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi besarnya erosi tanah oleh air.
2.

Klasifikasi dan nilai skore faktor lereng (kemiringan) (S).

Faktor kemiringan lereng ini juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
besarnya erosi, makin besar kemiringan maka makin besarpula potensi erosi lahan
oleh air. Antara T dan S adalah dus faktor yang saling membantu dalam proses

PT. BIASREKA

3-18

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

erosi, maka dua faktor tersebut sama merupakan faktor penentu jumlah erosi tanah
maka T dan S dijumlahkan.
Tabel 3. 6 Klasifikasi dan Nilai skore faktor lereng (S) yang berlaku di

Indonesia.
Kelas

Tingkat
Lereng

Landai

II

Agak
curam
Curam
Curam
sekali
Terjal

III
IV
V

Batasan
Dependent
Independent
Gradient (%)
Gradient (%)
0-3
3-8
8 - 15
> 16

10 - 30

Simbul

Nilai
Skore

A1
A2
A3
B

0
0
0
2

16
16

31 - 50
51 - 75

C
D

3
4

16

> 75

3. Klasifikasi dan nilai skore faktor bentuk drainase wilayah (D)


Sangat berbeda dengan faktor T dan S, faktor bentuk drainase ini merupakan
pendorong faktor T dan S sehingga terjadinya erosi menjadi berlipat sesuai dengan
kepadatan drainase sungai. Disebut pendorong karen ahir dari erosi tanah oleh air
adalah di sungai atau jaringan sungai, jadi makin padat makin cepat erosi tersebut
sampai ke sungai. Disungai sudah mutlak produk serosi lahan oleh air.
Maka dalam perhitungan tingkat kekritisan lahan faktor D merupakan faktor pengali
dari T dan S.
Tabel 3. 7 Klasifikasi dan nilai skore faktor bentuk drainase (D) yang berlaku

di Indonesia.
Kelas

1
2
3
4
5
6

Tingkat
Drainase

Simbol

Nihil
Ringan
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Luar biasa

N
S1
M
S
VS
E

Skore

1
2
4
6
8
10

Cabang
anak
sungai
0-1
1-2
3-4
5-7
7 - 10
> 10

Sebagai pedoman pemakaian tabel di atas, bisa dilihat bentuk-bentuk drainase dari
DAS pada halaman berikut ini. (gambar 3.5)

PT. BIASREKA

3-19

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

4. Faktor penggunaan lahan (L)


Penggunaan lahan adalah merupakan faktor penghambat dari lajunya erosi tanah
oleh

air. Faktor penggunaan

lahan

ini termasuk

dengan

pengolahannya.

Pengolahan dan penggunaan tanah yang baik akan memberikan tingkat erosi lahan
terendah dan memberikan nilai skore tertinggi. Penggunaan tanah oleh tanaman
tahunan, sangat tergantung dari kerapatan tanaman tersebut, makin rapat tanah
makin terlindung, maka erosi lahan makin kecil.
Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi belum ada pedoman praktis yang bisa
dipakai di Indonesia.

1
2

3
4

5
6

Gambar 3.5 Klasifikasi bentuk drainase DAS

PT. BIASREKA

3-20

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Walaupun demikian kriteria praktis untuk menentukan nilai skore faktor penggunaan
lahan di Indonesia yang sudah ada dan biasa digunakan yaitu :
- Batasi dan beri nama (kode) tiap type penggunaan lahan pada peta atau foto
udara.
- Dengan data-data peta dan data-data lapangan, penggunaan lapangan dianalisa
lebih lanjut dan diberi nilai skore dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kelas 1 adalah type penggunaan lahan yang paling baik sehingga
kemungkinan tererosi kecil sekali (contoh persawahan). Kelas ini
diberi nilai 10.
2.

Kelas terakhir (n) adalah type penggunaan lahan yang paling jelek
didalam DAS yang ditinjau kriteria jelek ialah yang menimbulkan
erosi terbanyak.
Kelas terakhir ini diberi nilai skore 1.

3.

Kelas 2 s/d kelas (n-1) adalah kelas yang ada diantara kelas 1 dan
kelas terakhir dan diberi nilai 9 s/d 2.

4.

Penilaian tersebut bisa dilihat pula dari hasil perhitungan erosi per
penggunaan lahan.

- Hasil analisa tersebut disusun mulai dari kelas 1 sampai kelas terakhir.
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas maka Unit lahan nilai index erosifitas
(UL) adalah: faktor yang mendorong terjadinya erosi lahan oleh air dibagi dengan
faktor penghalang terjadinya erosi, seperti rumus yang tertera diatas.
Keempat faktor tersebut (T, S, D, L) masing-masing diberi batasan arealnya pada
peta dengan diberi simbul. Overlapkan keempat peta tersebut dan beri batasan yang
satu seri simbul dari keempat faktor serta diberi kode simbul.
3.4.1. PEMBAGIAN KELAS LAHAN DI NEGARA LAIN
Penentuan arah penggunaan lahan yang dianut oleh the united states Departemen
of Agriculture system (USDA) terbagi menjadi 8 kelas. Empat kelas pertama
termasuk tanah yang bisa diolah untuk pertanian.
Kelas I:

Tidak ada risiko kerusakan atau hanya sedikit sekali risiko kerusakan.
Kelas satu ini kelas tanah yang bagus. Dapat diolah dengan baik dan
aman dengan methode pertanian yang baik. Tanah efektifnya cukup
dalam, tanahnya produktif, mudah dikerjakannya dan datar. Tidak ada
bahaya

PT. BIASREKA

banjir.Tanah

digunakan

untuk

tanaman

memerlukan

3-21

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

penanganan yang praktis bagi pemeliharaan kesuburan dan struktur


tanah.
Penanganan tanah ini termasuk pemupukan dan pengapuran,
penanaman dan sistem penanaman.
Kelas II:

Tanah ini mempunyai batasan yang sederhana dalam pengolahannya


sedikit resiko rusak.
Tanah ini termasuk juga tanah baik.
Dapat diolah dengan mudah dan praktis.
Perbedaan dengan kelas I yang utama ialah kemiringan lahan yang
lebih miring, sehingga erosi lebih besar dari kelas I.
Erosi tanah pada tingkat menengah, kedalaman effektif juga tingkat
menengah, ada bahan kena banjir, menentukan system drainase.
Faktor-faktor tersebut memerlukan adanya perhatian. Tanah kelas II
ini mungkin memerlukan penanganan praktis seperti konservasi
tanah, pengendalian
kemiringan lahan.

air, atau

penanganan khusus mengenai

Kadang-kadang memerlukan penanganan yang

terpadu.
Kelas III:

Kegunaan untuk pertanian yang sangat terbatas bisa mengakibatkan


risiko rusak, termasuk tanah agak bagus. Tanah ini dapat digunakan
untuk tanaman secara teratur, ditanam dengan penggilir tanaman
(pola tanam yang baik) dan diberikan penanganan yang benar.
Kemiringan sedang, erosi cukup banyak dan kesuburan rendah.
Faktor kerusakan akan lebih besar dari kelas II. Perlu pemilihan
tanaman, pengaturan waktu tanam dan penanganan kemiringan
tanah.
Memerlukan systim penanaman tanaman yang protektif dan produktif.
Melindungi tanah dari bahaya erosi, akarnya melindungi tanah dari
bahaya-bahaya

lainnya.

Penanganan

yang

komplex

perlu

dilaksanakan untuk mengamankan lahan.


Kelas IV:

Batasan penggunaan tanah ini sangat rapuh atau berbahaya apabila


diolah untuk dijadikan tanah pertanian. Tanah ini termasuk sedikit
bagus.
Mungkin bisa diolah apabila ditangani dengan sangat hati-hati. Pada
bagian tertentu harus dibiarkan dengan tanaman rumput-rumput
secara tetap (permanen).
Tanah ini mempunyai karakteristik yang tidak memuaskan yaitu:

PT. BIASREKA

3-22

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Kemiringan terjal, rawan terhadap erosi, terbatas untuk bisa ditanami


oleh tanaman budidaya, harussering ditanami oleh rumput-rumputan
atau rumput ternak, tanaman biji-bijian mungkin ditanami 2 x dalam 5
atau 6 tahun.
Kedalaman tanah effektifnya mungkin dangkal atau agak dalam,
rendah tingkat kesuburannya.
Tanah ini harus ditutup dengan rumput pada priode yang panjang.
Kelas V:

Tanah ini harus dibiarkan dengan tanaman yang permanen. Harus


digunakan untuk tanaman makanan ternak atau hutan.
Tidak ada syarat-syarat untuk dibuka atau diolah.
Pengolahan tidak menguntungkan, karena basah, berbatu, atau
keterbatasan-keterbatasan lainnya.
Tanah agak datar, agak tererosi oleh angin atau air apabila dikelola
dengan tepat.

Rumput-rumputan harus dipelihara jangan sampai

merusak pohon pelindung.


Kelas VI:

Tanah ini untuk ditanam rumput-rumputan dan mungkin agak bahaya


apabila digunakan tanaman tersebut. Tidak baik untuk diolah, lahan
sangat terjal,rumput-rumputan jangan merusak pertumbuhan pohonpohon pelindung. Baik untuk memproduksi tanaman bahan makanan
ternak atau kayu apabila dilola dengan baik. Apabila pohon-pohon
pelindung telah hancur, penutup tanah harus dibuat sampai pelindung
kembali tumbuh, lahan lebih terjal dan erosi lebih besar dibanding
dengan kelas IV.

Kelas VII:

Bahaya apabila digunakan untuk rumput-rumput ternak atau hutan


terjal, tererosi, kasar, tanah effektif dangkal, kering atau larva. Tanah
ini sedang sampai jelek untuk rumput atau hutan dan harus ditangani
dengan hati-hati.
Kalau hujan cukup, harus digunakan pohon kayu sebagian untuk
rumput-rumput ternak.
Untuk masalah berikutnya, penanganan serius harus dilakukan.

Kelas VIII:

Lahan ini secara perkiraan kasar untuk pohon-pohon kayu atau


rumput-rumput ternak.
Diperuntukan untuk daerah ternak, rekreasi, atau daerah aliran.

Perbedaan yang dianut di negara lainnya dalam klasifikasi lahan terhadap yang bisa
ditanami dengan tanaman budidaya dan tidak bisa ditanami serta bagian yang sama
sekali tidak boleh ditanami tanaman yang dimanfaatkan.

PT. BIASREKA

3-23

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tabel 3.8 diberikan perbedaan dan kesamaan pandangan dalam memberikan

klasifikasi lahan.
Jenis
Pemnafaatan

Arable

Non Arable

USDA

I
II
III
IV
V (maslah
Khusus)
VI (rumputrumputan)
VII (hutan)
VIII

Federasi
Rhodesia dan
Nyasaland
I
II
III
IV
V (lahan
Basah)
VI (rumputrumputan)
VII (hutan)
VIII

Non
Agricultural

Israel

Philippines

I
II
III
IV
V (basah Atau
Asin)
VI (rumput
ternak)
VII (hutan)
VIII

A
B
C
D
L
M
N
X (lahan Basah
Y Lahan Kering

3.4.2. USDA
Memberikan klasifikasi 5 kelas, mulai dari kelas 0 (<0.01 % areal) sampai kelas 5 (> 90
% areal yang tertutup oleh batu-batu).
3.4.2.1. KRITERIA KELAS KEMAMPUAN LAHAN
Pembagian kelas kemampuan lahan pada umumnya terbagi 8 kelas, kriteria
kemampuannya tergantung dari karakteristik fisik dari tanah tersebut.

Yang paling

utama dari klasifikasi ini ialah risiko erosi lahan dan bahaya akan naik apabila
membuka kelemahan-kelemahan terhadap erosi.

Kriteria kelas kemampuan lahan

untuk ditanami lewbih banyak/detail uraiannya dibanding untuk yang tidak bisa
ditanami.
Pada tabel 3.9, 3.10, 3.11 bisa dilihat kriteria tabel tersebut memperlihatkan lahanlahan yang bisa diolah dan ditanami dengan tanaman budidaya yang dianut oleh Israel
dan Philippines.

PT. BIASREKA

3- 24

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tabel 3. 9 Kriteria untuk lahan yang bisa ditanami di Israel

Kelas

Kemiringan

Kedalaman

Texture

Kadar Batu

< 2%

Erosi
effektif
< Kelas 1

> 1000 mm

<kelas 2

< 6%
< 10 %
< 15 %
-

< Kelas 3
< kelas 3
< kelas 5
< kelas 7
< kelas 5
< kelas 5

> 750 mm
> 500 mm
> 250 mm
-

Pasir campur
Geluh
Pasir berat
Pasir berat
Pasir berat
Pasir berat
Pasir berat
Pasir berat

II
III
IV
V
VI
VII

< kelas 2
< kelas 3
< kelas 3
< kelas 4
< kelas 5
< kelas 4

Tabel 3. 10 Kriteria untuk lahan yang bisa diolah di Philippines

Kelas
A
B
C
D

Kemiringa
n
<3%
<8%
<15%
<20%

Erosi

Kedlaman Efektif

<kelas 1
<kelas 2
<kelas 4
<kelas 4

> 1500 mm
> 1000 mm
> 50 mm
-

Pada suatu daerah atau negara yang populasi penduduknya cukup tinggi dan setiap
jengkal tanah yang bisa ditanami sudah ditanami penduduk, biasanya tanah yang tidak
bisa ditanamipun dipaksakan diolah untuk ditanami. Efek dari tekanan penduduk
sangat berpengaruh kepada pembukaan hutan pada areal yang cukup terjal.
Walaupun demikian ada syarat-syarat yang lebih lunak supaya bisa digunakan sebagai
lahan produktif untuk pertanian. Bagi areal yang tidak bisa diolah lahannya maka bisa
ditanami dengan pohon-pohon yang bersifat protektif dan produktif atau penggunaan
agroforestri yang tidak merusak lahan, bahkan melindungi lahan.
Contoh :
-

Penanaman kencur di hutan penelitian (Gunung Walat) di Sukabumi kepunyaan


kehutanan IPB.
Kencur sebagai bahan jamu-jamu dan harganya cukup baik, mudah tumbuh,
tidak terlalu banyak memerlukan sinar matahari, tanamannya melindungi tanah,
daunnya bisa dimakan.

Penanaman padi huma diareal kehutanan pohon lomtorogung Majalengka.

Didaerah yang cukup terjal ditanami pohon lomtorogung dan rumput gajah,
pada bagian yang agak landai ditanami pohon merica. Pada daerah yang lebih

PT. BIASREKA

3- 25

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

landai lagi dibuatkan rumah sederhana dari kaya dan anyaman bambu,
penduduk tersebut memelihara ternak sapi.
Sapi yang diternak diberi makan dari daun lomtorogung dan rumput gajah,
berak Sapi diberikan sebagai pupuk pohon Merica dan susunya untuk petani
serta sebagian dijual. Sirkulasi ini adalah sirkulasi yang baik buat konservasi
lahan.
Contoh tersebut ada didaerah Puting Lupa Philippines.

Tabel 3.11 merupakan kriteria kelas untuk penggunaan lahan pada daerah tropis
basah. Pada tabel 3.12 bisa dilihat macam-macam konservasi tanah yang bisa
dilakukan pada kelasnya serta densiti penanaman tanaman.
Pembagian kelas lahan disini hanya tergantung dari kemiringan lahan dan kedalaman
tanah efektif.
Dasar dari pembagian kelas lahan adalah erosi lahan.
Tabel 3. 11 Kriteria kelas kemampuan lahan di daerah tropis basah.

Kelas
Laha
n

Max
Kemiringan
(derajat)

Minimum
Kedalaman
Tanah
Efektif
(mm)

2
3

15
20

1000
500

25

500

33

250

>33

Penanganan Konservasi

Maksimum Kena
Tanaman

1-2
Penanganan dengan
kontur teras
2-7 Saluran teras (Type C1)
Teras bangku
Teras tegak atau saluran
tebing
Teras tegak atau saluran
tebing
Orchard teras atau datardatar setempat
none

Tanaman penutup
tanah sementara
Pohon-pohonan
penutup tanah
Pohon-pohonan
penutup tanah
Hanya tanah

3.5. PRINSIP EROSI DAN PENGENDALIAN SEDIMEN


Erosi tanah di lahan adalah suatu kejadian yang sangat membahayakan kesuburan
lahan dan keberadaan sumber daya air dalam jangka panjang, untuk itu perlu ada
penanganan yang serius dan secepatnya. Perlu diingat dan dipahami tanah yang telah
tererosi oleh air dan terbawa kehilir tidak akan pernah kembali ketempat asalnya.
Daerah yang kritis terhadap erosi harus menjadi priroritas penanganan pengendalian
erosi. Prinsip secara umum dan medasar dari pekerjaan pengaturan erosi dan sedimen
adalah sebagai berikut :

PT. BIASREKA

3- 26

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

1.

Pengaturan pembangunan yang baik pada lahan miring.

2.

Jangka waktu pembukaan lahan sampai pembangunan diusahakan secepatnya.

3.

Memelihara tanaman pohon yang ada selama menguntungkan.

4.

Tanami dan lindungi tanah yang sudah terbuka.

5.

Arahkan aliran air dari areal yang gundul.

6.

Perkecil kemiringan dan perpendek jaraknya.

7.

Atur kecepatan air pada aliran lahan supaya sepelan mungkin.

8.

Siapkan alur/jaringan drainase untuk menanggulangi adanya aliran yang


terkumpul banyak.

9.

Endakan sedimen pada tempat tertentu.

10.

Pelihara bangunan-bangunan pengendali tersebut.

Kesepuluh prinsip tersebut akan diterangkan lebih jelas dan lebih lengkap pada
berikutnya.
Sebelum dilanjutkan, alangkah baiknya kalau membahas definisi atau batasan dari katakata pengaturan sedimen dan pengaturan erosi.
Erosi adalah terbawanya butiran-butiran tanah oleh aliran, sedangkan sedimen adalah
butiran-butiran tanah hasil erosi tersebut.
Pengaturan erosi adalah untuk mencegah atau memperkecil erosi yang terjadi,
sedangkan pengaturan sedimen adalah mengendapkan sedimen pada suatu tempat,
supaya tidak terbawa terus. Pengaturan sedimen dibutuhkann karena adanya erosi
yang tidak bisa dihindari.
3.5.1. PRINSIP 1 :

PENGATURAN PEMBANGUNAN YANG BAIK PADA LAHAN YANG


MIRING.

Usaha yang paling baik untuk memperkecil risiko terjadinya erosi akibat pembangunan
ialah memperkecil areal yang permukaan tanahnya terganggu. Ini berarti memperkecil
areal pembukaan lahan, lahan yang dibuka hanyalah yang akan dibangun saja. Lahan
yang tidak atau belum dibangun diusahakan agar indah untuk dipandang atau dikenal
dengan sebutan taman alam yang bersih, indah dan protektif.
Umumnya pada tempat-tempat yang terjal atau tempat-tempat yang tinggi tanahnya
sering digali, dipakai sebagai tanah timbunan untuk pembangunan di daerah rendah.
Bekas galian tersebut akan mengakibatkan tingginya erosi.
Kalau pembangunan di daerah lahan miring harus terjadi, maka pembangunannya harus
diarahkan kepada risiko erosi sekecil mungkin dan risiko runtuh sekecil mungkin. Untuk

PT. BIASREKA

3- 27

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa pengarahan yang penting untuk ditaati
guna memperkecil risiko erosi tersebut.
Pengarahan-pengarahan penting tersebut adalah :
1.

Memeriksa dan meneliti karakteristik alam pada areal tersebut secara hatihati sebelum proyek tersebut direncanakan.

2.

Alinemen jalan usahakan lebih banyak mengikuti kontur dari pada langsung
memotong kontur turun naik.

3.

Tempatkan bangunan-bangunan pada areal yang lebih datar.

4.

Usahakan pembukaan lahan sekecil mungkin sehingga areal yang


terganggu sekecil mungkin.

5.

Saluran drainase jangan sampai mengalirkan air kelahan yang terjal


sehingga menambah erosi tanah.

3.5.2. PRINSIP 2 :

JANGKA WAKTU PEMBUKAAN LAHAN SAMPAI PEMBANGUNAN


DIUSAHAKAN SECEPAT NYA.
Pembukaan lahan adalah merupakan proses awal dari erosi tanah oleh air.
Maka supaya proses tersebut tidak terlalu banyak tanah yang tererosi, pembangunan
harus dalam jangka waktu yang sesingkat mungkin.
Untuk melaksanakan prinsip ini maka ada dua aspek yang termasuk didalam-nya, dan
masing-masing aspek tersebut saling terikat.
Kedua aspek tersebut adalah :
1. Memperkecil areal pembukaan lahan.
2. Mempersingkat waktu areal lahan yang terbuka.
Dengan mengikuti pedoman tersebut maka erosi yang terjadi akan menjadi kecil dan
daerahnya terbatas hanya pada daerah yang dibuka saja.
Apalagi kalau dengan usaha membuat bangunan untuk menangkap sedimen sebelum
masuk kesungai.Teori tentang pembuatan bangunan penangkap sedimen akan dibahas
pada bab berikutnya.
Memperkecil areal berarti juga memepercepat jangka waktu pembangunan.
Waktu pembangunan yang paling baik adalah pada waktu musim kering atau usahakan
waktu musim kering lebih banyak daripada musim hujan, karena hujan adalah faktor
utama dari kejadian erosi.
Di Indonesia kondisi iklim secara global terbagi 2 musim yaitu musim hujan dan musim
kering.

PT. BIASREKA

3- 28

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Karena negara Indonesia adalah daerah tropis maka ada kalanya kedua musim tersebut
tidak jelas kelihatan batasannya.
Gambar 6 Pembukaan lahan
Areal

yang
dibatasi
mungkin.

Tidak
Areal Terganggu

Terganggu

Areal

Tidak

sekecil

a. Potongan Jalan

Terganggu

Galian Jalan

b. Potongan jalan dan rumah.


Areal
Terganggu

Areal

Tidak

a. Potongan Jalan.

Terganggu
Areal Terganggu Areal Tidak Terg
Galian Jalan

b. Potongan jalan dan rumah.

c. Denah jalan dan rumah.


Walaupun demikian sebagai
pegangan perencanaan kedua
musim tersebut bisa dipakai
sebagai pedoman pengaturan
tata kala waktu. Apabila waktu
pembangunan tersebut kurang
dari 1 tahun maka usahakan
dimulai dari musim kering, yaitu
bulan Agustus sampai dengan
September atau tergantung dari
musim setempat.

c. Denah Jalan dan rumah.

Hujan kecil berarti energi


potensial dari hujan juga kecil, ini berarti kemampuan menggerus atau mengerosi tanah
juga kecil.

3.5.3. PRINSIP 3 :
MEMELIHARA
MENGUNTUNGKAN.

T ANAMAN/POHON

YANG

ADA

SELAM A

Tanaman atau pohon-pohon sangat efektif untuk mencegah terjadinya erosi, sangat
kecil sekali terjadinya erosi pada daerah yang masih utuh tertutup dengan
tanaman/pohon-pohon.
Daerah yang sudah terbuka akan memberikan tingkat erosi yang cukup tinggi dan
apabila akan dikembalikan kepada posisi tertutup dengan tanaman/ pohon-pohon, maka
memerlukan waktu yang panjang sekali dan memerlukan biaya yang sangat tinggi.
Seperti pada prinsip 2, usahakan hanya membuka areal/daerah yang akan dibangun.
Contoh seperti pembangunan jalan maka striping hanya pada daerah sepanjang jalan
yang akan dibangun saja, diluar yang akan dibangun jangan diganggu.

PT. BIASREKA

3- 29

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

3.5.4 PRINSIP 4 : TANAMI DAN LINDUNGI TANAH YANG SUDAH TERBUKA.


Sebarkan benih tanaman dan lindungi tanah dengan pelindung yang bisa melindungi
benih tanaman tersebut sampai tumbuh dan berfungsi sebagai pelindung.
Pelindung tanah tersebut di Indonesia suka dipakai yang sifatnya sementara. Jerami
padi baik yang terlepas ataupun yang sudah ada ikatan satu sama lainnya sangat baik
digunakan untuk melindungi erosi saat pembangunan.
Pelindung jerami tersebut juga berguna untuk melindungi benih sampai tumbuh dengan
sempurna selain untuk melindungi tanah dari bahaya erosi sampai tertutup oleh
tanaman/pohon-pohon baru.
Tanaman yang cepat tumbuh bisa digunakan sebagai tanaman sementara, hanya untuk
secepatnya bisa melindungi tanah dari erosi.
Setelah pohon-pohon yang dianggap sebagai tanaman permanen tumbuh besar maka
tanaman sementara bisa dibiarkan mati sendiri atau dihilangkan. Pada umumnya
tanaman sementara adalah tanaman sejenis rumput-rumputan atau kacang-kacangan.
Pada tempat-tempat tertentu ada kalanya tanaman-tanaman yang biasa dipakai
tanaman sementara suka dipakai juga sebagai tanaman permanen (contoh bisa dilihat
tanaman pelindung kacang-kacangan ditebing jalan Jagorawi). Waktu penanaman
benih biasanya pada waktu musim hujan, supaya tidak perlu menyiraminya dan
temperatur tidak terlalu tinggi.

3.5.5 PRINSIP 5 :

ARAHKAN ALIRAN AIR DARI DAERAH YANG GUNDUL.


Daerah
yang
terbuka
untuk
pembangunan usahakan jangan
dilalui oleh aliran air yang datang
dari luar areal tersebut dengan
menggunakan saluran pengelak.

Aliran Air dari Udik

Daerah
Pembangu
Jalan

Saluran

Contoh saluran pengelak pada


daerah pembangunan bisa dilihat
pada gambar disamping ini.

pengelak

nan

3.5.6 PRINSIP 6 : PERKECIL KEMIRINGAN DAN PERPENDEK JARAKNYA.


Kemiringan dan jaraknya adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap erosi
tanah.
Meningkatnya sudut kemiringan 2 x lipat dengan faktor-faktor yang lain tetap maka
potensi kehilangan tanah (erosi) akan meningkat 2,5 kali lipat dari sebelumnya.

PT. BIASREKA

3- 30

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Kalau kemiringan dari jarak miring tersebut dikalikan 2 maka potensi kehilangan tanah
akan meningkat 4 kali lipat.
Untuk memperkecil potensi kehilangan tanah maka harus dipotong jarak kemiringan
dan diperkecil sudutnya dengan menggunakan Terrasering.
Dengan adanya terrasering maka kecepatan air akan turun, potensi erosi akan rendah
maka tanah yang tererosi akan kecil.
Untuk memperpendek jarak kemiringan biasanya dengan menggunakan saluran pada
tempat-tempat tertentu pada lahan miring tersebut.

Gambar contoh memperpendek panjang kemiringan


untuk mengurangi erosi lahan.

L1
L2

L3

3.5.7. PRINSIP 7:

a. Kondisi awal L.
b. Setelah harga L diperpendek menjadi L1, L2, L3.

AT UR KECEPATAN AIR PADA LAHAN SUPAYA SEPELAN MUNGKIN.

Kalau dilihat dari rumus energi maka energi aliran air tergantung dari kuadrat
kecepatan.
Apabila kecepatan bertambah 2 kali lipat maka energi bertambah 4 kali lipat dari
semula.
Untuk memperkecil kecepatan aliran air dilahan ialah :
-

Memperkecil sudut kemiringan lahan (S) dan memperpendek jarak


kemiringan lahan (L) (prinsip 6).

Memberikan kekasaran pada lahan yaitu dengan menutup lahan tersebut


oleh jerami atau jenis-jenis bahan sintetis lainnya untuk memperkasar
permukaan tanah. Makin kasar permukaan tanah (penghalang aliran) maka
makin terhambat alirannya atau kecepatan makin kecil.

Tanaman/pohon-pohonan adalah salah satu cara untuk memperkasar permukaan


lahan sehingga memperkecil kecepatan air pada lahan.
3.5.8. PRINSIP 8:

MEMPERSIAPKAN JARINGAN DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI

ADANYA ALIRAN AIR YANG T ERKUMPUL BANYAK.

Dengan hilangnya tanaman dan digantinya dengan bahan-bahan yang tidak tembus air
(bangunan rumah, jalan dll) maka akan menimbulkan aliran permukaan yang lebih
banyak dari semula. Perubahan-perubahan yang terjadi pada permukaan tanah akan
memberikan dampak yaitu kecepatan aliran akan lebih tinggi karena debit bertambah
besar. Kalau debit besar mengalir pada suatu lahan, maka akan berproses dan aliran

PT. BIASREKA

3- 31

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

akan terkonsentrasi pada beberapa tempat aliran (Rill dan bisa sampai gully) dan
kejadian ini akan menimbulkan gerusan yang lebih besar. Untuk menghindari
terkumpulnya aliran air maka harus dibuat jaringan saluran drainase dimana
kepadatannya memenuhi persyaratan teknis drainase.
Drainase ini ada 2 jenis yaitu :
-

Drainase pengaliran lewat saluran. (darinase aliran permukaan)

Drainase pengaliran vertikal (lewat rembesan ke tanah).

Untuk daerah lahan yang bergelombang atau lahan miring yang gundul bisa
dilaksanakan keduanya dalam satu jaringan.
Drainase vertikal bisa dilaksanakan dengan membuat sumur resapan, jumlah sumur
resapan tergantung dari daya rembes tanahnya sendiri dan luasan areal drainase.
3.5.9. PRINSIP 9 : ENDAPKAN SEDIMENT PADA TEMPAT TERTENTU
Erosi selama pembangunan pasti akan terjadi, hasil dari erosi tersebut ialah sedimen
yang akan dikumpulkan dan diendapkan pada tempat tertentu, supaya sedimen
tersebut tidak terbawa jauh dan masuk ke sungai.
Jenis dari pengumpulan sedimen tersebut pada umumnya berbentuk barriers. Jenis
endapan sedimen adalah kolam pengendapan sedimen, tanggul filter yang terbuat dari
jerami atau sejenisnya, mencegat lumpur dan lain-lain.
Dengan adanya kolam maka kecepatan air akan mengecil bahkan bisa sampai diam
dan sedimen akan mempunyai peluang yang besar untuk mengendap, airnya yang
sudah jernih secara pelan-pelan dialirkan lewat lubang pengeluaran. Sama halnya
dengan pembuatan tanggul yang bersifat filter, dibelakang tanggul tersebut air akan
menggenang dan sedimen akan mengendap.
Untuk jenis tanah clay dan lanau (silt) agak sulit untuk diendapkan secara cepat, maka
untuk jenis tanah berbutiran halus yang paling efektif adalah dengan sistim kolam
pengendapan sedimen. Untuk lebih jelasnya jenis konstruksi pengontrolan sedimen
akan dibahas secara mendalam pada bab-bab berikutnya.
3.5.10. PRINSIP 10:PELIHARABANGUNAN-BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN TERSEBUT
Pemeriksaan dan pemeliharaan bangunan pengendali sedimen tersebut sangat
mempengaruhi keberhasilan dari fungsi bangunan tersebut.
Pada kebanyakan bangunan pengendali sedimen tersebut harus diadakan
pemeliharaan secara periodik. Pemeriksaan bangunan-bangunan ini khususnya pada
waktu hujan terjadi supaya mengetahui secara pasti keberhasilan bangunan tersebut.

PT. BIASREKA

3- 32

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

3.6. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


3.6.1. JENIS KEGIAT AN & TAHAP AN STUDI
Sesuai dengan yang dijelaskan dalam TOR, studi ini terbagi kedalam delapan jenis
kegiatan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pengumpulan data dan peta sekunder maupun primer yang diperlukan dalam
menyusun rencana;
3. Melakukan Seleksi data dan peta yang diperlukan agar data dan peta yang
dipakai akurat.
4. Evaluasi data sekunder, agar dapat diperkirakan kebutuhan data primer;
5. Observasi lapangan, untuk menentukan tempat-tempat pengukuran data primer
dan wilayah studi;
6. Pengeplotan daerah kritis pada peta topografi Bakosurtanal dengan pengukuran
GPS

yang terdiri dari: pengukuran topografi, erosi, debit aliran sungai,

pengambilan sample dan analisis laboratorium terhadap, sedimen melayang


(suspended load) dan sedimen dasar (bed load), luas DAS dan regim sungai.
7. Pengolahan dan analisis data;
8. Membuat peta lahan kritis dan tanah longsor;
9. Membuat alternatif-alternatif sipil teknis untuk mengatasi lahan kritis;
10. Memilih alternatif utama sipil teknik mengatasi lahan kritis;
11. Membuat perencanaan sipil teknis konservasi DAS kritis;
12. Membuat laporan hasil studi;
13. Melakukan diskusi pendahuluan, pertengahan, dan draft final.

PT. BIASREKA

3- 33

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Gambar 3.7 Flow Chart Kegiatan Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten
Kuningan

PT. BIASREKA

3- 34

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

3.6.2. T AH AP AN PERSIAPAN
Sasaran utama kegiatan konsultan pada tahapan ini adalah untuk menentukan program
rencana kerja dan penugasan personil yang akan terlibat pada pekerjaan ini. Rincian
tahapan kerja yang tercakup dalam pekerjaan ini dapat dilihat pada uraian berikut ini.
PENGURUSAN ADMINIST RASI
Meliputi pengurusan surat-menyurat dan dokumen sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan. Jenis surat yang diperlukan pada tahap ini berupa surat tugas konsultan dan
surat pengantar dari pihak Direksi maupun Konsultan, yang ditujukan untuk instansi
terkait dan berwenang di wilayah studi. Pelaksanaan pengurusan administrasi
dimaksudkan untuk memudahkan kelancaran pekerjaan, terutama berkaitan dengan
pengumpulan data dan pekerjaan di lapangan.
KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT
Sebelum memulai kegiatan pekerjaan di lapangan, Konsultan melakukan koordinasi
dengan instansi pemberi tugas untuk menyamakan persepsi tentang maksud, tujuan
dan sasaran pakerjaan serta sebagai perkenalan dengan staf instansi/Pemda yang
ditunjuk oleh instansi pemberi tugas untuk turut terlibat dalam pekerjaan ini.
STUDI PUSTAKA
Studi Pustaka, berupa studi kepustakaan terhadap semua kegiatan dan investigasi di
bidang sumber daya air yang terdahulu. Studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi karakteristik daerah, permasalahan yang dihadapi serta potensi
pengembangan dan perlindungan sumber daya airnya. Hasil studi ini dijadikan panduan
untuk menentukan sasaran program kunjungan lapangan pendahuluan serta sebagai
masukan dalam penyusunan rencana kerja secara menyeluruh dan terpadu.
PENYUSUNAN RENCANA KERJA
Berdasarkan hasil kajian sebelumnya, ditetapkan rencana kerja lebih rinci, sesuai
dengan lingkup pekerjaan yang diminta. Rencana kerja tersebut meliputi tahapan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan lingkup pekerjaan, durasi waktu
pelaksanaan, dan kondisi lapangan.
PENGUMPULAN DATA SEKUNDER DAN PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN DISKUSI
PENDAHULUAN

Laporan Pendahuluan merupakan bentuk laporan tahap awal, yang akan menjelaskan
kesiapan pihak konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan, yang
dituangkan dalam bentuk metodologi dan rencana kerja. Disamping itu, pada laporan
ini juga sudah disajikan hasil penelaahan data sekunder tahap awal, yang dituangkan

PT. BIASREKA

3- 35

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

dalam bentuk konsep penilaian sesuai dengan spesifikasinya. Setelah Laporan


Pendahuluan selesai disusun, dilakukan Diskusi Laporan Pendahuluan dengan
mengundang instansi yang terkait untuk memperoleh masukan untuk lebih melengkapi
Laporan dan Rencana Kerja yang disusun.
3.6.3. EVALUASI D AT A AWAL, SORTASI D AT A D AN PETA SERT A
PENAJAMAN PERMAS AL AH AN DAS KRITIS
Salah satu tahapan penting dalam Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten
Kuningan adalah tahapan evaluasi data awal, sortasi data dan peta serta penajaman
permsalahan di DAS kritis .
Data sekunder lainnya didapatkan dengan melakukan koordinasi terhadap instansi
terkait, seperti Bappeda, BPN, Dinas Kehutanan, BMG, Departemen Pertanian, di
Kabupaten masing-masing , Dinas Pengairan dan Instansi Terkait lainnya. Data-data
yang dikumpulkan antara lain adalah :
Peta Topografi skala 1: 50.000
Peta Geologi
Peta Geohidrologi
Peta kesesuaian lahan skala 1 : 50.000
Peta Tata Guna Lahan
Data Kualitas Air
Data Hidrologi dan Klimatologi
Data Agronomi
Data Lingkungan
Data Potensi Air Tanah
Data Potensi Air Permukaan
Disamping data-data tersebut di atas juga dikumpulkan data :
Data Sosial Ekonomi & Kependudukan.

Meliputi data jumlah dan distribusi penduduk disetiap kecamatan, fasilitas


infrastrukstur,

perekonomian penduduk, pola penggunaan lahan, sarana &

prasarana pada DAS terkait dan lain-lain. Data didasarkan kepada data statistik
kecamatan yang diperoleh dari Kantor Kecamatan dan Biro Pusat Statistik. Data ini
berguna untuk proyeksi dan memperkirakan pengaruh masyarakat dalam
pemeliharaan daerah konservasi di sekitar daerah aliran sungai

PT. BIASREKA

pada setiap

3- 36

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

kelurahan/Pekon, kecamatan yang ada saat ini serta proyeksinya di masa


mendatang.
Data & Peta Tata Guna Tanah, RTRW & RUTR.

Informasi pola penggunaan lahan eksisting selain didasarkan kepada data


penggunaan tanah dari kantor kecamatan juga dikonfirmasikan dengan peta tata
guna tanah yang diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional. Sedangkan rencana
pemanfaatan lahan dimasa mendatang didasarkan kepada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Bappeda Propinsi serta Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)
Bappeda Kabupaten .
Data ini berguna untuk memproyeksikan kebutuhan air dan arah daerah pelayanan.
Data Kegiatan Perekonomian.

Meliputi data yang erat kaitannya dengan pertanian (irigasi), perikanan, industri dan
lain-lain. Data ini juga berguna dalam memproyeksikan kebutuhan air untuk
berbagai keperluan diluar kebutuhan rumah tangga.
3.6.4. SURVEY LAP ANG AN
Survey Lapangan dilakukan untuk melakukan konfirmasi data terdahulu dengan
kenyataan kondisi lapangan yang sesungguhnya dan identifikasi pada lokasi-lokasi
yang mengalami longsoran / daerah kritis dalam daerah aliran sungai di masing-masing
lokasi DAS . Survey lapangan meliputi aspek : penentuan daerah kritis serta
pengukuran daerah kritis dengan GPS, , kondisi fisik & sosial ekonomi serta gambaran
umum potensi lahan yang mencakup keadaan existing dari vegetasi yang ada, jenis
tanah serta kelerengan di masing-masing DAS. Hasil survey lapangan ini dijadikan
masukan dalam menyusun pemilihan alternatif perncanaan sipil teknis dan konservasi
DAS .
Sejalan dengan itu dilakukan pula identifikasi hal-hal berikut :
Identifikasi Daerah Longsoran

Kegiatan Inventarisasi Daerah Longsoran merupakan upaya peninjauan lapangan


untuk identifikasi data lapangan tentang kondisi daerah longsoran di masing-masing
DAS yang mencakup kondisi tanah, penyebaran daerah longsoran, jenis tanah,
penutup tanah / vegetasi serta permasalahannya.. Kegiatan ini melakukan verifikasi
terhadap data-data yang telah dikumpulkan terhadap kondisi yang ada di lapangan.
Daerah aliran sungai yang dikaji adalah : DAS Waduk Darma Kabupaten Kuningan
di Propinsi Jawa Barat,

PT. BIASREKA

3- 37

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

3.6.4.1 PENGUKURAN TOPOGRAFI


Pelaksanaan pekerjaan pengukuran topografi dalam pelaksanaannya melalui proses
pengambilan data, pengolahan data lapangan, perhitungan, penggambaran dan
penyajian data pada laporan.
Survey topografi yang dilakukan sesuai KAK adalah pengukuran pada lokasi lahan
kritis, dan sungai yang memerlukan penanganan untukm konservasi sipil teknis.
Berdasarkan pemahaman dan kajian yang telah diuraikan pada bab pemahaman
umum proyek sebelumnya, Secara garis besar pengambilan data topografi meliputi :
1. Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal.
2. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal.
3. Pengukuran Detail Situasi.
4. Pengukuran melintang.
Prosedur kerja lapangan dan studio diuraikan di bawah ini.
a) Peralatan yang diperlukan
Peralatan yang akan di pakai telah memenuhi persyaratan ketelitian (kalibrasi)
dan sudah di periksa dan disetujui oleh pemberi kerja.
GPS Geodetic, dipergunakan untuk kegiatan pembuatan kerangka horizontal
utama..
Waterpass (WP), dipergunakan untuk kegiatan pembuatan kerangka vertical
dan pengukuran trase.
Total Station , dipergunakan untuk kegiatan pemetaan situasi rincikan.
b) Titik Referensi dan Pemasangan Benchmark (BM), Control Point (CP) dan patok
kayu
Dalam pelaksanaan pengukuran situasi detail dan trase sungai/pantai, Konsultan
akan menggunakan titik tetap yang sudah ada sebagai titik acuan (referensi) dan
harus diketahui dan disetujui oleh pemberi kerja.
Untuk menunjang hasil kegiatan proyek, dilakukan penambahan benchmark baik
berupa BM maupun CP di beberapa lokasi untuk menjamin akurasi pengukuran
pada saat pelaksanaan konstruksi.
Dimensi patok Benchmark (BM) berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm terbuat dari
beton dan Control Point (CP) berukuran 10 cm x 10 cm x 80 cm atau pipa paralon
diameter 4 diisi beton cor. Keduanya dilengkapi paku/besi beton yang dipasang
menonjol setinggi 1 cm pada bagian atas BM dan CP.
Penempatan CP dan BM pada posisi yang memudahkan kontrol pengukuran, aman
dari gangguan manusia atau hewan, tidak mengganggu transportasi dan kegiatan
rutin penduduk sekitar, diluar areal kerja/batas pembebasan tanah untuk bangunan

PT. BIASREKA

3- 38

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

air dan saluran, tetapi cukup mudah dicari dan berada dicakupan lokasi kerja. Patok
CP dan BM dilengkapi dengan kode proyek, nama, nomor dan huruf yang akan
dikonsultasikan dengan direksi.
Sesuai KAK, spesifikasi rintisan dan pemasangan patok dan patok permanen (BM
dan CP) kerangka dasar pengukuran adalah sebagai berikut :
Pemasangan patok, BM dan CP dilaksanakan pada jalur-jalur pengukuran
sehingga memudahkan pelaksanaan pengukuran.
BM, CP dan patok di pasang sebelum pengukuran situasi sungai/pantai
dilaksanakan.
BM di pasang pada setiap jarak

2.0 km dan CP di pasang pada setiap jarak

2.0 km (berdampingan dengan BM) atau pada tempat yang diperkirakan akan di
buat bangunan penanggulangan banjir. Pilar-pilar tersebut di buat dari
konstruksi beton.
BM dan CP tersebut di pasang pada tempat-tempat yang aman, stabil serta
mudah ditemukan.
Apabila tidak memungkinkan untuk mendapatkan tempat yang stabil, misalnya
tanah gembur atau rawa-rawa maka pemasangan BM dan CP tersebut harus di
sangga dengan bamboo/kayu.
Patok-patok di pasang maksimal setiap jarak 100 m pada bagian sungai yang
lurus dan < 50 m pada bagian sungai yang berkelok-kelok (disesuaikan dengan
keperluan).
Patok-patok di buat dari kayu (misal kayu gelam/dolken) dengan diameter 3 5
cm. Pada bagian atas patok ditandai dengan paku payung.
Jalur rintisan/pengukuran mengikuti alur sungai dan pantai.
Didalam laporan topografi akan di buat buku Diskripsi BM yang memuat, posisi
BM dan CP dilengkapi dengan foto, denah lokasi, dan nilai koordinat (x, y, z).

PT. BIASREKA

3- 39

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

20

Pen kuningan

6 cm

25

Pelat marmer 12 x 12

Pipa pralon PVC 6 cm


Nomor titik

Tulangan tiang 10

10

15

Beton 1:2:3

Dicor beton

20

75

100

65

10

Dicor beton
Sengkang 5-15

20

20

Pasir dipadatkan

40

Benchmark

Control Point

Gambar 3.8 Bentuk BM dan CP

BM yang dipasang adalah 5 buah.


c) Pengukuran kerangka dasar pemetaan.
Sebelum melakukan pekerjaan pemetaan areal Rencana sungai dan pantai baik
pengukuran kerangka dasar horizontal, kerangka dasar vertikal maupun
pengukuran detail situasi, terlebih dahulu dilakukan pematokan yang mengcover
seluruh areal yang akan dipetakan.
Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap
azimut magnetis.

Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat
ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat
tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara
seperti di Gambar 3.10.
Jarak AB = d1 + d2 + d3

PT. BIASREKA

3- 40

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

d1

d2

1
d3

Gambar 3.10. Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring


Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak
optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
Pengukuran Sudut Jurusan
Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat
ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar 3.11.
=
sudut mendatar
=
bacaan skala horisontal ke target kiri
=
bacaan skala horisontal ke target kanan

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:
Jarak antara titik-titik poligon adalah 50 m.
Alat ukur sudut yang digunakan Total Station.
Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
Selisih sudut antara dua pembacaan

2 (dua detik).

Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut.

KI

fx

fy
d

1 : 5.000

Bentuk geometris poligon adalah loop.

PT. BIASREKA

3- 41

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

AB

AC

A
C

Gambar 3.9 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.

Pengamatan Azimuth Astronomis


Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:
Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada
sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.
Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu
dengan yang lainnya.
Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran
yang bersifat lokal/koordinat lokal.

Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:


Alat ukur yang digunakan Total Station
Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)
Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)
Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada Gambar 3.12,
Azimuth Target ( T) adalah:
T

atau

+(

di mana:
T
M

( T)
( M)

PT. BIASREKA

=
=
=
=
=

azimuth ke target
azimuth pusat matahari
bacaan jurusan mendatar ke target
bacaan jurusan mendatar ke matahari
sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan

3- 42

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

jurusan ke target

U (Geografi)
Matahari

Target
A

Gambar 3.10 Pengamatan Azimuth Astronomis.

Pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan dengan metoda poligon


dimaksudkan untuk mengetahui posisi horizontal, koordinat (X,Y ).
Adapun spesifikasi pengukuran kerangka dasar antara lain :
Pengukuran poligon adalah untuk menentukan koordinat titik-titik poligon yang
digunakan sebagai kerangka pemetaan.
Pengukuran polygon sebagai kerangka kontrol horisontal dan pengukuran
waterpass sebagai kerangka vertikal. Pengukuran kerangka dasar pemetaan ini
harus terikat dengan benchmark referensi dan di bagi dalam beberapa
loop/kring sesuai dengan kebutuhan.
Pengukuran poligon diikatkan pada titik tetap geodetis (titik trianggulasi) dan titik
tersebut harus masih dalam keadaan baik serta mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. Pengontrolan sudut hasil pengukuran poligon dilakukan
penelitian azimuth satu sisi dengan pengamatan matahari pada setiap jarak
2.5 km.
Sudut polygon diusahakan tidak ada sudut lancip, alat ukur yang di pakai adalah
Theodolite Total station atau yang sederajat dengan ketelitian

20.

Kerangka cabang dilakukan dengan ketentuan panjang sisi poligon maksimum


100 m. Jarak kerangka cabang diukur ketinggiannya dengan waterpass.
Selisih sudut antara dua pembacaan < 2 (dua detik).
Persyaratan pengukuran poligon utama mempunyai kesalahan sudut (toleransi)
adalah 10 n detik pada loop tertutup dimana n adalah jumlah titik poligon.

PT. BIASREKA

3- 43

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Pada poligon cabang toleransi kesalahan sudut adalah 20 n detik dengan n


adalah jumlah titik poligon.
Salah penutup utama jarak fd <1:7.500, dimana fd adalah jumlah penutup jarak.
Pengukuran waterpass setiap seksi dilakukan pergi-pulang yang harus
dilakukan dalam satu hari.
Jalur pengukuran waterpass harus merupakan jalur yang tertutup dengan
toleransi kesalahan beda tinggi 10D (mm) dimana D = panjang jarak (km).
Pengukuran sudut dilakukan dua seri (biasa dan luar biasa) muka belakang.
Jarak di ukur dengan pita ukur.
Jalur poligon di buat dalam bentuk geometris poligon kring tertutup (loop)
melalui BM dan patok kayu dan bagian sungai/pantai berada dalam kring
tersebut.

Gambar 3.11 Contoh Pengukuran Topografi

Pengukuran Waterpass
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi elevasi (Z), pada
masing-masing patok kerangka dasar vertikal. Metoda pengukuran yang dilakukan
ini metoda waterpas, yaitu dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua
titik terhadap bidang referensi yang di pilih (LWS), jalannya pengukuran setiap titik
seperti diilustrasikan pada Gambar 3.14. di bawah ini.

PT. BIASREKA

3- 44

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

rambu

P3
P2

P1

LWS=0,00

Gambar 3.12 Pengukuran waterpass

Spesifikasi Teknis Pengukuran Waterpass adalah sebagai berikut :


1) Maksud pengukuran waterpass adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik
(BM, CP dan patok-patok) terhadap bidang referensi tertentu yang akan
digunakan sebagai jaring sipat datar pemetaan.
2) Alat ukur yang dipakai adalah Automatic Level NAK-2 atau yang sederajat dan
rambu ukur alumunium 3 m.
3) Jalur pengukuran di bagi menjadi beberapa seksi.
4) Tiap seksi di bagi menjadi slag yang genap.
5) Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
6) Pengukuran waterpass dilakukan dengan cara double stand, ring. Panjang
seksi-seksi pengukuran waterpass antara 1,00 2,20 km.
7) Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
8) Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan meliwati (BM).
9) Toleransi salah penutup tinggi (Sp) < 10 mm D, Dimana :
i.

ii.

PT. BIASREKA

Salah penutup tinggi.

Jarak dalam satuan km.

3- 45

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

10) Pengukuran waterpass diikatkan pada titik tetap ketinggian geodetis yang ada di
dekat daerah pengukuran atau titik referensi lain yang ditetapkan oleh Direksi
Pekerjaan.
11) Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah dan bawah).
12) Pengukuran sifat datar ini dilakukan melalui titik-titik poligon dan patok lainnya
yang digunakan untuk pengukuran situasi dan profil melintang sungai/pantai.

Pengukuran Situasi Detail Lahan Kritis yang mengalami longsoran


Penentuan posisi (x,y,z) titik detail dilakukan pengukuran situasi dengan metoda
pengukuran Tachymetri. Adapun spesifikasi teknis pengukuran situasi detail adalah
sebagai berikut :
1. Alat yang digunakan theodolite Total station
2. Titik detail

terikat terhadap patok yang sudah punya nilai koordinat dan

elevasi.
3. Pengambilan data menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan
kerapatan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan skala peta 1 : 1.000 dan
1 : 2.000.
d) Pengukuran

penampang

memanjang

dan

penampang

melintang

sungai/pantai.
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi terukur yang
dapat dipergunakan dalam perencanaan bangunan serta perkiraan volume
galian dan timbunan.
Untuk mengetahui bentuk permukaan pantai dan bentuk sungai maka
dilakukan pengukuran profil (cross section).
Spesifikasi pengukuran penampang memanjang dan melintang sebagai
berikut :
Pengukuran dilakukan di sepanjang sungai pada patok-patok profil yang
telah dipasang.
Interval profil 50 m dan 100 m.
Pengukuran profil tegak lurus pantai dan sungai.
Pengukuran terikat terhadap titik poligon.
Pengukuran situasi dan penampang dilakukan bersama-sama.
Metode yang dipergunakan adalah metode tachimetri.

PT. BIASREKA

3- 46

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Pengukuran dilaksanakan dengan sitem raai.


Jalur raai merupakan panjang penampang melintang sungai.
Penampang melintang di buat dengan interval jarak

100 m pada bagian

sungai yang lurus dan < 50 m pada bagian sungai yang berkelok-kelok
atau disesuaikan dengan keperluan.
Penampang memanjang diambil pada dasar sungai yang terdalam
termasuk peil-peil muka air tanah terendah, normal dan tertinggi.
Detail yang ada di lapangan di ukur, terutama kampung, lembah, bukit,
jembatan dan lain-lain.
Setiap 50 m atau 25 m titik poligon diukur dengan meter ukur baja dan
harus diikatkan pada patok kerangka utama.
Pengamatan matahari harus dilakukan setiap 2,5 km.
Setiap titik poligon harus diukur ketinggiannya.
Profil memanjang dan melintang dilakukan dengan interval jarak 100 m
dan pada belokan diukur setiap 50 m dengan koridor 100 m kekiri dan
kekanan dari tepi sungai.
Jika trase memotong anak sungai, maka alur sungai tersebut harus di
ukur profil melintangnya.
Titik detail trase di ambil dari data profil melintang, sedangkan detail
lainnya yang ada diantara profil melintang harus di ukur dengan cara
dirincikan sehingga kerapatan titik detail 2 cm pada petanya.
Pengukuran penampang melintang sungai untuk lebar B 100 m dapat
dilakukan dengan menggunakan waterpass atau To untuk lebar > 100 m
akan dilakukan beberapa titik di tepi sungai berjarak 25 50 m dari muka
air sungai sedangkan profil sungai akan diukur dengan sistim colokan jika
kedalaman air h 3 m, jika h > 3 m dilakukan dengan echosounder.
Titik-titik pengukuran penampang melintang direncanakan seperti gambar
berikut :

PT. BIASREKA

3- 47

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Bts Koridor

Bts Koridor
As

Tepi kiri

Tepi kanan

Gambar 3.13 Profil Melintang Sungai

3.6.4.2 SURVEY GEOTEKNIK DAN MEKANIKA TANAH


Lingkup pekerjaan penyelidikan mekanika tanah ini meliputi pengeboran dangkal dan
sumur uji (test pit). Pengambilan contoh tanah asli (disturbed Sample) dan contoh
tanah tidak asli (undisturbed Sample) serta analisa laboratorium guna mengetahui sifatsifat tanah dasar tersebut. Jumlah titik-titik sordir dan boring keseluruhan dalam paket
pekerjaan ini juga sesuai kebutuhan di lapangan Hulu waduk Darma atas persetujuan
Direksi.
Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi karakteritik mekanika tanah
sebagai bahan masukan perencanaan bangunan-bangunan dan saluran yang efisien,
berupa :
Analisa kestabilan lereng dan tanggul.
Besaran konsolidasi dan settlement.
Sifat-sifat pemadatan.
Daya dukung tanah.
Pekerjaan survey Mekanika Tanah ini lebih diutamakan pada hasil kegiatan
pengamatan lapang Hulu waduk Darma, sedangkan hasil analisis laboratorium
merupakan pendukung. Pekerjaan survey tanah Mekanika Tanah mencakup kegiatankegiatan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan,
2. Survey Lapangan wilayah genangan banjir di Hulu waduk Darma,
3. Analisis laboratorium,
4. Analisis dan evaluasi data dan penyusunan laporan.

PT. BIASREKA

3- 48

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

PEKERJAAN PERSIAPAN
Tenaga/personil pelaksana dipilih sesuai dengan profesi yang dimiliki dan
berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis, yang meliputi Geologist dan
Juru Bor. Peralatan yang akan dibawa untuk melaksanakan pekerjaan akan dipilih dan
disesuaikan dengan jenis pekerjaan seperti yang tercantum dalam TOR, diantaranya
yaitu unit peralatan bor tanah, Roll meter, Kamera foto untuk dokumentasi dan unit
peralatan/perlengkapan tenaga pelaksana.
Selain berbagai peralatan seperti tersebut diatas, maka dipersiapkan pula bahan-bahan
dan perlengkapan lain berupa blanko formulir lapangan Hulu waduk Darma , peta
geologi, peta topografi dan data lain (literature) yang akan dipakai guna menunjang
kelancaran pekerjaan.
A. Pekerjaan Lapangan
Untuk mempercepat pelaksanaan survey dibagi atas beberapa tim yang bekerja
dilapangan secara simultan.
Jumlah titik dan penyebaran lapangan dan disesuaikan dengan jumlah rencana
bangunan air dan lokasi tanggul yang akan dibuat berdasarkan hasil diskusi dengan
Direksi pada Orientasi Lapangan Hulu waduk Darma dan pengamatan visual tanah
dilokasi.
1) Pemboran Dangkal
Pemboran dilakukan dengan menggunakan mata bor Iwan biasa (Iwan Auger)
dengan diameter 10 cm dan diputar dengan tangan sampai mencapai
kedalaman 8.0 meter sampai kedalaman suatu lapisan keras dimana pemboran
tidak dapat diperdalam lagi. Dari pemboran ini diambil contoh tanah tak
terganggu (undisturbed sample) yang selanjutnya akan dianalisa dilaboratorium
mekanika tanah.
Tahapan kegiatan pemboran dangkal ini adalah sebagai berikut :
Pembuatan rencana kerja secara detail termasuk daftar personil dan
schedule pelaksanaan.
Mobilisasi dan penyiapan medan kerja untuk mendapatkan jalan hantar
yang tepat dan pembuatan jalan setapak jika perlu.
Transportasi, penyetelan dan penempatan peralatan, perlengkapan serta
material.
Penyusunan core sample hasil pemboran pada core box, pengambilan
photo dari core sample serta mencatat pengujian di lubang bor.
Pemilihan sample dari core pemboran dan mengirimkannya ke laboratorium
sesuai dengan instruksi Engineer.

PT. BIASREKA

3- 49

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Demobilisasi dan pembersihan bekas lokasi pekerja.


Pelaporan.

2) Sumuran Uji (Test Pit)


Deskripsi :
Pekerjaan sumuran uji (lest pit) adalah untuk mengetahui jenis dan tebal lapisan
di bawah lapisan tanah atas dengan lebih jelas.
Prosedur :
Posisi titik-titik pengamatan disebar menurut perkiraan pada
borrow pit atau rencana pembuatan saluran atau tanggul keliling.

daerah

Ukuran lubang uji (test pits) adalah 1,25 m x 1,25 m dengan kedalaman
penggalian tanah maksimum lk. 5,00 meter. Pada keadaan muka air tanah
dangkal, lubang uji diganti dengan percobaan pemboran dengan
menggunakan bor tangan sampai kedalaman lk. 5,00 meter.
Pada setiap lubang uji diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample)
pada perubahan lapisan seberat lk. 20, kg untuk diuji
sifat-sifat
pemadatannya (compaction test) di laboratorium untuk mengetahui
karakteristik tanah yang akan digunakan sebagai timbunan.
Agar pengambilan contoh dan klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan
baik, dasar sumuran uji harus dibuat horisontal.
Tiap lapisan perlu dicatat tentang uraian jenis dan warna tanah, kedalaman
dan elevasinya.
Dilakukan pengambilan contoh tanah tes permeabilitas dan pencatatan
diskripsi visual tanah.
Bahan yang dikeluarkan dari galian harus dikumpulkan di sekitar sumuran
uji untuk mengetahui bahan lain setiap kedalamaan tertentu.
Setelah masing-masing sumuran selesai, ahli mekanika tanah dari pihak
Pelaksana Pekerjaan harus membuat catatan mengenai : hasil-hasil
penemuannya, mengambil foto-foto berwarna, serta menyerahkannya
kepada Pemberi Pekerjaan.
Pada waktu membuat sumuran uji, harus dilakukan uji berat volume di
lapangan Hulu waduk Darma pada setiap kedalaman 2,0 m dengan
metode berat volume pasir atau metode volume air menurut JIS A 121
H/1971 atau ASTM D 2937-71.
Jumlah dan lokasi sumuran uji akan diputuskan oleh Pemberi Pekerjaan.

PT. BIASREKA

3- 50

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Hal-hal Khusus
Pembuatan sumuran uji ini dihentikan bilamana :
Telah dijumpai lapisan keras dan tidak dapat ditembus lagi dengan
peralatan konvensional (belincong, linggis, dan lain-lain)
Bila dijumpai rembesan air tanah yana cukup besar sehingga sulit untuk
diatasi dengan peralatan-peralatan pompa sederhana di lapangan Hulu
waduk Darma.
Dinding galian mudah runtuh dan sulit untuk diatasi dan penggalian
mengalami kesulitan walaupun telah dibuat papan-papan penahan dinding
galian.
3.6.4.3 UJI LABORATORIUM
Contoh-contoh tanah yang diambil dari lapangan kota Hulu waduk Darma dibawa ke
laboratorium untuk diuji guna mendapatkan besaran-besaran sifat karakteristik fisik dan
mekanika tanah. Pengujian tanah harus dilakukan untuk dua jenis sample tanah yang
diperoleh dan sesuai dengan standar berikut:
Pengujian Contoh Tanah Tidak Terganggu
a) Penyelidikan sifat fisik tanah
Berat jenis (ASTM D.3456)
Berat volume (ASTM D. 854)
Ruang pori total (ASTM D2216)
Atterberg limit (ASTM D 4318)
Gradasi butiran (ASTM D.42)
Permeabilitas (Constant head test/Falling head test)
b) Penyelidikan Sifat Mekanika Tanah
Konsolidasi (ASTM D. 2435)
Triaxial Test ( ASTM D.565)
Pengujian Contoh Tanah Terganggu
a) Penyelidikan Sifat Fisik Tanah
Berat jenis
Atterberg limits
Gradasi butiran
b) Penyelidikan Sifat Mekanis
Percobaan pemadatan (Compaction test Modified ASSHO)
Volume pekerjaan geoteknik dan mekanika tanah :
Pekerjaan Lapangan
1) Pemboran tangan : 15 meter (di lokasi yang diperkirakan diperlukan bangunan air
untuk penanganan konservasi sipil teknis.

PT. BIASREKA

3- 51

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

2)
3)
4)
5)
6)

Undisturbed sample : 5 tube


Test Pits 15 meter
Permeabilitas lapisan 5 buah
Core box : 5 buah
Sedimen sample : 5 lokasi

Pekerjaan Laboratorium
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Indeks properties
Consolidasi
Compaction test
Triaxial UU
Permeabilitas
Analisa contoh sedimen

:
:
:
:
:
:

5 sample
5 sample
5 sample
5 sample
5 sample
5 sample

3.7. ANALISIS HASIL LAP ANG AN


Analisis hasil pelaksanaan pekerjaan lapangan akan ditentukan dari akurasi
pengukuran daerah kritis yang dilakukan dengan GPS, jenis tanah, kerapatan vegetasi,
kemiringan tanah. Serta besarnya hujan .

3.7.1

EROSI TANAH OLEH JATUHNYA AIR HUJAN

Kejadian jatuhnya butiran air hujan ke permukaan tanah langsung atau ke atas lapisan
tipis air di atas permukaan, akan menghancurkan ikatan butiran tanah.
Penghancuran ikatan ini dan melemparkan butiran-butiran tanah tersebut ke udara dan
menjatuhkannya lagi pada tempat lain.
Pada tempat jatuhnya butiran air hujan tersebut menimbulkan bekas dan tanah yang
terlempar terus terbawa arus.
Terlemparnya butiran tanah tersebut disebabkan adanya energi yang timbul dari air
hujan tersebut dan juga tergantung dari besarnya butiran tanah sendiri.
Hubungan antara energi hujan dan karakteristik hujan sendiri adalah sebagai berikut :
E = 12,1 + 8,4 log i
dimana

E = energi kinetik [ m - mg/ha - mm ]


i = intensitas dalam mm/jam

Proses dari erosi tanah oleh air dipengaruhi oleh penghancuran kelompok tanah dan
transportasinya.

PT. BIASREKA

3- 52

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Untuk tanah yang mudah dipisahkan dari kelompoknya, maka akan mudah untuk
diangkut, tanah ini disebut tanah mudah tererosi. Pemisahan tanah makin mudah
kalau ukuran makin kecil, dan tanah makin mudah diangkut kalau ukuran makin kecil.
Pada tingkat hujan tertentu mungkin jatuhnya air hujan ke tanah tidak mempengaruhi
tanah secara serius, tetapi kemiringan lahan akan menentukan erosinya.
Rill erosi akan bertambah besar apabila panjang kemiringan bertambah dan akan lebih
serius lagi pada akhir dari lahan tersebut. Pengaruh dari kemiringan lahan serta
kemiringan jatuhnya air hujan bisa dilihat pada gambar 3.16

Gambar 3.14 Perbedaan pergerakan tanah oleh jatuhnya air hujan.

Kalau dilihat dari hasil penelitian jatuhnya air hujan, bisa memisahkan butiran tanah
dan melemparkannya ke udara setinggi 1,5 m dan berpindah tempat sejauh 0,6 m.
Faktor yang mempengaruhi arah dan jarak terlemparnya butiran ke udara adalah
kemiringan, angin dan kondisi permukaan tanah dan yang menghalanginya adalah
tanaman penutup dan penutup lainnya.
Di bawah ini diperlihatkan proses dari jatuhnya air hujan, memisahkan butiran tanah
serta melemparkan ke udara dan menjatuhkannya lagi dengan waktu kejadian tersebut
(lihat gambar 3.14).

Proses terlemparnya butiran tanah.


Gambar 3.15 Tingkah laku air hujan setelah jatuh ke tanah.

SHEET EROSI
Sheet erosi terjadi pada aliran lahan yang merata dan membawa butiran dari bagian
tanah paling atas, akibat erosi ini ialah hilangnya lapisan tipis tanah bagian atas secara
merata. Mulainya pergerakan tanah adalah pada saat pemukulan tanah oleh air hujan
dan persamaan dengan pengaliran air permukaan.
Kalau diteliti kecepatan jatuh air hujan pada permukaan tanah adalah antara 6 m/det
sampai 9 m/det dan kecepatan.

PT. BIASREKA

3- 53

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Bagian atas dari tanah yang disebut top soil adalah yang sangat berguna untuk
pertanian dan apabila lapisan ini hilang semua akan mengakibatkan susah tumbuhnya
tanaman-tanaman.
RILL EROSI
Rill erosi adalah erosi tanah oleh air yang agak terpusat pada saluran kecil sehingga
mengakibatkan hilangnya tanah dan memberikan bekas seperti saluran-saluran kecil
kearah sesuai dengan aliran air.
Rill erosi adalah kejadian yang sering terjadi pada lahan-lahan gundul dan kelihatan
jelas ada jalur-jalur lekukan seperti saluran kecil dan merupakan jaring-jaring saluran
yang sejajar.
Rill erosian adalah suatu kejadian erosi yang perlu mendapat perhatian serius sebab
ini sudah memperlihatkan indikasi kecepatan aliran yang cukup besar dan mengangkut
sedimen lebih banyak lagi.
Rill erosian yang lebih terpusat dan lebih besar lagi salurannya akan ber-ubah menjadi
gully erosi.
GULLY EROSI
Gully erosi adalah pembentukan saluran yang lebih besar dari rill erosi dan saluran ini
dibebani air sesaat setelah hujan turun dan erosi terjadi.
Maka gully erosi adalah tingkatan lebih lanjut dari pada rill erosi sedangkan rill erosi
adalah tingkatan lebih lanjut dari pada sheet erosi.
Bahaya yang akan berlanjut adalah kelongsoran ditebing-tebing gully, yang akan
memudahkan proses erosi yang lebih besar lagi.
Ada 4 tahapan terbentuknya gully ialah sebagai berikut:
Tahap 1

Saluran erosi akan terjadi dibagian hilir dari lahan yang tererosi. Tahap ini
adalah proses yang normal dikala tanah bagian atas merupaklan sasaran
untuk tererosi.

Tahap 2

Gully hasil tahap 1 bergerak ke udik serta membesar dimensinya baik lebar
ataupun kedalam tanah-tanah yang mudah tererosi akan terbawa hanyut.

Tahap 3

Tumbuhan mulai tumbuh dan memperkuat tebing- tebingnya.

Tahap 4

Gully sudah stabil, dinding sudah mencapai kemiringan yang stabil,


tumbuhan sudah memegang peranan sebagai penguat dan penutup tanah.

PT. BIASREKA

3- 54

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Bentuk potongan melintang gully biasanya berbentuk v atau u, tergantung dari tanah
dan iklim setempat umur dari gully.
Gambar 3.16 bentuk masing-masing erosi dalam suatu areal kejadian erosi.

Erosi di saluran
Erosi tanah di saluran akan mengakibatkan
angkutan sedimen yang berbeda-beda yaitu :
Sheet
erosi

- Melayang.
Gully
erosi
Rill erosi

- Meloncat.
- Merangkak di dasar saluran.

Pergerakan sedimen di saluran akan dipelajari secara khusus pada pelajaran sedimen
transport.
3.7.2

PERKIRAAN KEHILANGAN TANAH OLEH EROSI AIR.

Persamaan
Persamaan yang paling populer sampai saat ini adalah persamaan dari "Universal Soil
Loss Equation" (USLE), persamaan tersebut adalah :
A = R x K x LS x C x P
dimana A = kehilangan tanah yang tererosi [t/acre/tahun].
R = index erosi akibat hujan [100ft. t/acre *0in/jam].
K = faktor erosi tanah, [t/are/unit dari k].
LS = faktor panjang kemiringan dan kemiringan lahan [tidak berdimensi].
C = faktor tanaman [tidak berdimensi].
P = faktor pencegahan erosi [tidak berdimensi].
Semua satuan di atas adalah satuan dalam english unit (the imperial unit), sedangkan
kalau dirubah menjadi satuan internasional adalah sebagai berikut.

PT. BIASREKA

3- 55

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tabel 3. 12 Satuan Internasiaonal

English
SI

Perkalian

10-7 j/ha mm/jam

R 100 ft.tons/acre x in/ha

x 1.7 =

t/acre/unit ot R

x 1.32 =

t/ha

t/acre

x 2.47 =

t/ha

Kelima faktor di atas adalah yang menentukan perkiraan jumlah tanah yang tererosi
dari suatu areal lahan pertahunnya.
Perkiraan tersebut satuannya dalam ton/ha/tahun,dari satuan ini bisa dirubah menjadi
volume/ha/tahun.
Untuk areal lahan yang mempunyai karakteristik lahan yang sama bisa diperkirakan
kedalaman tanah yang tererosi/tahunnya.
Perkiraan kedalaman tanah yang tererosi dan keadaan kedalaman tanah eff bagi
tumbuhan maka bisa diperkirakan jangka waktu sampai lahan tersebut menjadi lahan
yang tandus (tanaman tidak mau tumbuh).
Untuk mencapai hasil perhitungan yang lebih tepat maka diperlukan ketelitian dalam
menentukan kelima faktor tersebut diatas.
a. Index erosi akibat hujan [R].
Untuk menentukan index erosi akibat hujan (R) maka harus diukur dulu tenaga yang
akan mengerosi dan hujannya sendiri.
Tenaga yang akan mengerosi tanah adalah energi yang ditimbulkan oleh tetesan hujan
yang jatuh ketanah, dengan simbul E.
Sedangkan pengukuran hujan yang dipakai dalam perhitungan adalah intensitas max
hujan untuk selang waktu 30 menit, dengan simbul I30.
R adalah hasil penjumlahan dari perkalian E x I30, selama selang waktu tertentu dan
untuk hujan yang mempunyai pengaruh pada erosi.
Untuk menghitung harga E digunakan rumus sebagai berikut:
untuk jatuhnya tetesan hujan.
m

E
1

PT. BIASREKA

916

331 log X i
Yi
100

3- 56

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Dimana : X1 = intensitas hujan untuk periode i [inches/jam]


Y1 = kedalam hujan untuk periode i [in]
m = jumlah periode hujan.
Untuk harga I yang dipakai adalah harga I30 yaitu intensitas maximum 30 menit untuk
periode hujan m, maka harga EI adalah perkalian E dengan I 30. Untuk harga R ialah =
EI/100
Harga EI tahunan, untuk menghitung harga EI tahunan dihitung dulu harga E untuk
tiap periode hujan dan dijumlahkan dalam satu tahun. Hasil penjumlahan harga E
dalam setiap tahun dikalikan dengan harga I30 tahunan
Pendekatan dengan teori lain dalam perhitungan Index erosi akibat hujan (R) ialah
dengan menggunakan data hujan bulanan rata-rata. Rumus ini dibuat oleh Bols yaitu:

Rb

EL30

6.119 BCH

1.21

BHH

0.47

max P

0.53

Dimana :
Rb

= Faktor erosivitas hujan bulanan rata-rata

BCH

= Besarnya curah hujan bulanan rata-rata

[cm]

BHH

= Jumlah hari hujan rata-rata per bulan

[hari]

MAX P

= Hujan harian max rata-rata/bulan

[cm]

PT. BIASREKA

[cm/jam]

3- 57

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Pemakaian rumus-rumus diatas adalah tergantung dari data yang tersedia dilapangan,
apabila data curah hujan lengkap maka disarankan untuk mengunakan intensitas
hujan.

10
0
Malaysia
DID

70

Der Weduwen

50
Boerem
a

40

12

18

30

42

60

Jam
Meni Selang
waktu
t
Gambar 3.17 Variasi penyebaran hujan Der Weduwen dan Boerema di Indonesia
bagian barat.
7

10

20

10

PT. BIASREKA

3- 58

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Type III =

Type hujan di
Indonesia

40
Type
I
Type IA

Type
III

bagian Barat

Type II

o
T
A

30

l
0
3 penyebaran
6
9
12
15
18 terhadap
21
Gambar
18 Type-type
hujan
dalam
%
waktu dikeluarkan
24 Hujan

oleh weldell styner, USDA, SCS (81)

H
u

b. Faktor erosi tanah (k)


20

Faktor erosi tanah diukur untuk menentukan tingkat kemudahan air hujan untuk
memisahkan butiran dan mengangkutnya dengan aliran air.
a

n
Harga faktor
erosi tanah ini sangat dipengaruhi oleh penyebaran butiran tanah dan
pengaruh lainnya
seperti struktur, organik dan permea biliti.
10

Besaran k berada diantara 0.02 sampai dengan 0.64 dengan satuan ton/ha/ satuan R.
Variasi data yang diperlukan untuk mencari faktor k dengan menggunakan segitiga
adalah :
Persentasi dari-Total pasir dan lanau
0
- Lanau dan
lempung

- Lempung dan total pasir.


Kalau menentukan harga k tanpa menjumlahkan prosentase pasir dan pasir halus,
maka pasir = 30 % lanau 20 % didapat k = 0,18 dengan kesalahan atau perbedaan - 5
%, ini berarti juga kesalahan dalam memperkirakan volume tanah yang tererosi
sebesar - 5 % .
Perlu hati-hati untuk jenis pasir sangat halus (0.05-0.1mm) mempunyai sifat mudah
tererosi seperti lanau, maka apabila pasir sangat halus tersebut 15% harus
diperhitungkan bagian yang masuk lanau, dengan peraturan sebagai berikut :

PT. BIASREKA

3- 59

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

a. Apabila jenis texture lebih kasar dari loam (lihat gambar 3.17 yang diarsir),
masukan 5 % dari prosentase pasir sangat halus kebagian pasir dan sisanya
sebagai lanau.
b. Apabila jenis texture loam dan atau lebih halus lagi masukan 10 % dari
prosentase pasir sangat halus kebagian pasir dan sisanya sebagai lanau.
c. Untuk memperkirakan harga k harus dengan menggunakan
prosentase yang sudah disesuaikan dengan berdasarkan a dan b.

besaran

Pada contoh diatas apabila didalam tanah tersebut ada kandungan organik 2 % maka
akan memberikan koreksi faktor k adalah 0 sedangkan untuk kandungan organik = 0
maka koreksi faktor k ada diantara + 0.06 sampai + 0.14, tergantung juga dari besaran
k.
Sedangkan untuk koreksi karena adanya kandungan batu (rock) berlaku untuk > 15 %
dan untuk < 15 % tidak ada koreksi.
Ukuran butiran yang termasuk dalam kriteria kandungan batu adalah >2mm.
Faktor k karena struktur tanah dan permeability (daya rembes) relatif sangat kecil,
hanya lebih kecil dari 0.1.

PT. BIASREKA

3- 60

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Gambar 3.21 Grafik untuk menentukan faktor k.

Soil

Permeability

Structure

Permeability
6 = Sangat lambat
1 5 = Lambat
4 = Lambat s/d sedang
3 = Sedang
2 = Sedang s/d Cepat
1 = Cepat

Soil Structure
1 = Butiran Sangat halus
2 = Butiran Halus
3 = Sedang s/d kasar

4 = berbentuk blok,
masif
.70

Pendekatan pertama nilai


K
.70
.60
.50
.10

.60

.10
.40

.50

.30

30
4

% OM

.30

.20

.20

.40

Soil Erodibility (faktor K)

20
15

10 5
0

40
50
% Pasir
(0.1-2

60

mm)

70
80

90

0
90

10
100

PT. BIASREKA

20

30
40
50
Silt + pasir sangat halus

60

70

80

3- 61

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

K yang belum
dikoreksi

Koreksi K untuk kadar batuan sebagai


berikut
15-35%
35-60%
60-75%
0.05
0.05
0.02
0.1
0.05
0.02
0.1
0.05
0.02
0.1
0.05
0.02
0.15
0.1
0.05
0.15
0.1
0.05
0.17
0.1
0.05
0.20
0.1
0.05
0.24
0.15
0.1
0.28
0.15
0.1
0.32
0.17
0.1
0.37
0.20
0.15

0.1
0.15
0.17
0.2
0.24
0.28
0.32
0.37
0.43
0.49
0.55
0.64

a. Faktor koreksi untuk kadar batuan


Faktor koreksi bila ada bahan organik (%)
Harga K

> 0.4
0.20-0.40

+0.14
+0.1

+0.07
+0.05

0
0

-0.07
-0.05

-0.14
-0.1

<0.20

+0.06

+0.03

-0.03

-0.06

b. Faktor koreksi untuk kadar organik


C Strukture

PT. BIASREKA

Butiran sangat halus

-0.09

Butiran halus
Butiran kasar s/d menengah

-0.06
-0.03

D Permeability
Tanah kompak PH > 9

+0.03

Menengah atau pori kasar

-0.03

3- 62

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

c. Faktor panjang dan kemiringan lahan (LS)


Faktor LS adalah kombinasi antara faktor panjang dalam satu kemiringan dan faktor
kemiringan sendiri. Faktor ini adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap erosi
tanah.
Faktor LS juga dipengaruhi oleh keadaan LS yang menyendiri (single) dan oleh yang
berbeda-beda (multiple).
SINGLE
Rumus yang dipakai untuk mendapatkan harga LS didapat oleh Foster dan
Wischmeier dan oleh Loischmeier dan Smith.
Rumus bisa terbagi dua yaitu untuk L dan S tersendiri.
L = (l/72.6)m
65.41 s2

4.56 s

S = ------------- + -------------- +
s2 + 10000

0.065

s2 + 10000

dengan :
l = panjang kemiringan [ft]
s = kemiringan [%]
m = exponent yang tergantung dari kemiringan(lihat tabel 3.6).

Tabel 4.14
m.
s[%]
__________________
0.2
<1
0.31
-3
0.4
3.5 - 4.5
0.5
>5

Tingkat kepekaan dan perubahan sudut kemiringan dan panjangnya bisa dilihat
dengan perubahan dan sudut kemiringan.
Kemiringan asal 15 : 1 (V : H) diubah-ubah sampai mencapai sudut kemiringan 6:1,
semua dibandingkan terhadap keadaan awal yaitu 1.5:1.
Dengan menggunakan rumus di atas maka dapat dilihat perbedaan dan perubahan
sudut tersebut dan pengaruhnya terhadap erosi.

PT. BIASREKA

3- 63

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Besaran LS

Besaran erosi

Panjang LS

Kemiringan
terhadap
(ft)

terhadap

asal

asal

1.5 : 1

100

26.68

100

100

2 :1

124.5

19.89

74.55

92.82

3 :1

176

12.33

46.21

81.34

6 :1

338.6

5.60

20.94

71.07

2:1

Gambar 3.19 Perubahan L dan S.

Untuk lebih jelas akan dihitung perbedaan atau perubahan apabila sudut kemiringan
tetap sedangkan panjangnya berubah-ubah.
Sudut kemiringan 2.5 : 1 ( 40 %) sedangkan panjang kemiringan berubah dengan
menggunakan saluran-saluran (lihat gambar 4.14).

Merubah Faktor L

L1
L2

L3

Gambar 3.20 Perubahan L dengan S yang tetap.

MULTIPLE
Dasar perhitungan dari erosi lahan dengan sudut yang bermacam-macam dalam satu
lembah adalah sama pada single sudut dengan asumsinya pun sama. Asumsi dari
erosi lahan ialah butiran tanah terangkut oleh aliran permukaan yang terbatas hanya

PT. BIASREKA

3- 64

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

pada butiran tanah yang kontak dengan air. Pada rumus dimana tidak bisa diambil
sudut kemiringan rata-rata maka diharuskan mencari LS untuk satu sistem lembah
dengan kemiringan yang berbeda-beda.

Rumus ini dikemukakan oleh Fosrer dan Wischmeier, adalah sebagai berikut.
LS = {[(L
1]

Ss1 )

+ (L

- (L

- (L 0 Ss1 )

Ss3 )

(n-1)

Ssn )

- (L
(n-1)

0]

Ss3 )

+ [(L
2

Ss2 )

- (L 1 Ss2 )x

] + ..... [(L

Ssn )x

]}/(l1 + l2 + l3 + ..... ln)

dimana
Ln = faktor panjang untuk kemiringan pada segmen ke n
= (ln/72.6)m
ln

= panjang pada segmen ke n [ft]

Sn = faktor kemiringan untuk segmen ke n


sn = sudut kemiringan pada segmen ke n
n

= jml panjang kemiringan dari atas sampai segmen ke n.

d. Faktor Tanaman
Faktor tanaman adalah perbandingan dari kehilangan tanah dari lahan yang ada
tanamannya atau penutup lainnya dengan tanah yang tanpa penutup sama sekali.
Harga c disini berbeda artinya dengan harga c pada koefisien aliran.
Gunanya adalah untuk menghitung kehilangan tanah akibat erosi yang mungkin
terjadinya akibat pelaksanaan bangunan dilahan termasuk penanaman tanaman,
pengrusakan permukaan tanah oleh alat-alat mekanik, unsur kimia dan lain-lain. Tetapi
tidak termasuk struktur seperti berm, saluran, karena hal ini akan termasuk terhadap
LS.
Beberapa tindakan untuk memperkecil tanah yang terbuka terhadap akibat jatuhnya
hujan yang akan memperkecil erosi,pada tabel 3.13 memperlihatkan variasi harga c
terhadap kondisi permukaan tanah.

PT. BIASREKA

3- 65

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Tabel 3. 13 bungan antara kondisi permukaan tanah dengan faktor c

---------------------------------------------------------------------------------K o n d i s i.
Faktor tanaman c
------------------------------------------------------------------------------------1. Kondisi tanah yang sudah terkelupas
-----------------------------------------------------------------------------------Tanah baru terkelupas
5 - 20 cm
1.00
Setelah diguyur hujan 1 kali
0.89
Hilang sampai 30 cm yang halus
0.9
Hilang sampai 30 cm yang kasar
0.8
Dipadatkan dan diratakan oleh
buldozer keatas dan kebawah
1.30
-------------------------------------------------------------------------------Sama kecuali akar dan daun
1.20
Dipadatkan dan diratakan oleh
buldozer arah melintang
1.20
Sama kecuali akar dan daun
arah melintang
0.90
-------------------------------------------------------------------------------Dikasarkan oleh track pada
semua arah
0.9
Baru ditebar benih dan pupuk
0.64
Sama setelah 6 bulan
0.54
Benih serta pupuk dan 12 bulan
dengan semprotan kimia
0.38
-------------------------------------------------------------------------------K o n d i s i.
Faktor tanaman c
--------------------------------------------------------------------------------Tidak ada pengolahan tanah
walaupun sederhana dan kasar
0.01
Tanah diolah dengan sederhana
dan kasar
0.02
Tumbuhan yang dipadatkan
1.24 - 1.71
Tidak terganggu terkecuali dikupas
0.66 - 1.30
Tanah halus dengan kedalaman 5 cm
0.61
-------------------------------------------------------------------------------2.Minyak aspal pada tanah yang sudah dikupas
-------------------------------------------------------------------------------11.7 m3 /ha
0.02
11.3 m3 /ha
0.01 0 .019
5.65 m3 /ha
0.14 - 0.57
2.82 m3 /ha
0.28 - 0.6
1.41 m3 /ha
0.65 - 0.7
-----------------------------------------------------------------------------3.Debu yang terikat
-----------------------------------------------------------------------------5.65 m3 /ha
1.05
11.3 m3 /ha
0.29 - 0.78
------------------------------------------------------------------------------

PT. BIASREKA

3- 66

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

4.Bahan kimia
-----------------------------------------------------------------------------Guantain
0.68
Acro spray 7 %, penutup 10 %
0.94
Curasol AE
0.3 - 0.48
Petroset SB
0.4 - 0.66
PVA
0.71 - 0.9
Terra tack
0.66
Cement + latex
+ 0.08 m2 /ha
0.13
+ 0.12 m2 /ha
0.006
----------------------------------------------------------------------------5.Pembinihan
----------------------------------------------------------------------------Sementara 0 - 60 hari
0.4
Sementara > 60 hari
0.05
Permanen0 - 60 hari
0.4
Permanen2 - 12 bulan
0.05
Permanen > 12 bulan
0.01
----------------------------------------------------------------------------Sementara :
90 % tertutup rumput tahunan
tanpa pelindung
0.1
Pelindung serat kayu, 1.7 t/ha,
dengan benih (untuk kemiringa 2:1)
0.5
----------------------------------------------------------------------------Penutup jerami
3.4 t/ha, sampai kebawah
0.2
4 t/ha, sampai kebawah
0.05
----------------------------------------------------------------------------6.Rumput
0.35
----------------------------------------------------------------------------7.Penutup dengan jaring-jaring
----------------------------------------------------------------------------plastik
0.4 - 0.1
-----------------------------------------------------------------------------

PT. BIASREKA

3- 67

Laporan Pendahuluan

3.7.3

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

KRITERIA BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN

Asapun kriteria dan Flowchart Perencanaan Check Dam/Bangunan Pengendali Sedimen


sebagai berikut :

I.

Bendung Penahan/Pengendali Sedimen (Check-dam)


Bangunan ini berfungsi untuk memperlambat proses sedimentasi di bagian hilir
sungai dengan cara mengendalikan gerakan sedimen yang bergerak secara fluvial
dalam kepekatan yang tinggi, sehingga jumlah sedimen yang meluap ke hilir tidak
berlebihan. Bahan untuk tubuh bendung disamping beton dan pasangan batu dapat
pula dibuat dari bronjong kawat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendisain check-dam adalah :

A.

Gaya-gaya luar yang bekerja pada tubuh bendung

Berat tubuh bendung

PT. BIASREKA

3- 68

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Berat tubuh bendung dihitung berdasarkan pada berat jenis bahannya.

Tekanan hidrolika
Tekanan hidrolika adalah gaya yang besarnya dapat diperoleh dengan
formula yang bekerja secara vertikal pada permukaan bendung, yaitu :
P = W0 Hw
Dimana :
P = tekanan hidrolika (t/m2)
W0 =

satuan berat air yang mengalir (t/m3)

Hw=

kedalaman air dari pondasi bendung (m)

Gaya-gaya luar lainnya


Gaya angkat, tekanan tanah, gaya seismik, tekanan hidrokenitis, tegangan
temperatur biasanya diabaikan
B.

Tebal mercu bendung


Tebal mercu pelimpah harus mampu menahan benturan dan abrasi dari batubatu yang melintasinya. Adapun nilai yang dapat dipergunakan dalam mendesain
adalah seperti dalam tabel 3.14
Tabel 3. 14 Ketebalan Mercu Bendung Penahan (Check-dam)

Ketebalan Mercu Bendung (m)


Bahan Dasar Sungai
Bentuk Aliran Sedimen

C.

1.5 2.5
Pasir, kerikil
Tidak pernah dilalui
Banjir lahar

3.0 4.0
Batu kali, batu besar
Dilalui banjir lahar
Terjadi
aliran
sedimen
dalam
jumlah besar

Penentuan penampang bendung


Untuk bendung tipe gravitasi, paling tidak dua penampang utamanya supaya
ditentukan secara khusus, yaitu penampang-penampang lintang yang memotong
mercu bendung dan yang memotong sayap bendung. Pada umumnya stabilitas
bendung dapat ditingkatkan, dengan membuat lereng hulu mendekati vertikal

PT. BIASREKA

3- 69

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

dan lereng hilir dibuat lebih landai. Untuk bendung penahan pasir luruh, lereng
hilirnya dibuat securam mungkin (1 : 0.2), karena dengan lereng yang landai
batu-batu yang melintasi mercu dan akan menimpa tubuh bendung pada lereng
tersebut. Untuk bendung yang pondasinya lemah, maka lereng hilir tepat di
bawah pelimpah dibuat dengan kemiringan 1 : 0.2, lereng hilir bagian sayapnya
dapat dibuat dengan kemiringan lebih landai dari 1 : 0.2.
D.

Stabilitas bendung
Dalam perhitungan stabilitas bendung diambil penampang lintangnya sebagai
bentuk dua-dimensi dengan asumsi setiap unit panjang dari penampang
bendung tersebut bekerja secara sendiri-sendiri menahan beban-beban atau
gaya-gaya luar dan harus memenuhi empat syarat sebagai berikut :
Dapat bertahan terhadap guling, stabilitas terhadap guling
Dapat bertahan terhadap gelincir, stabilitas terhadap gelincir
Tidak terjadi keretakan, tegangan-tegangan di dalam tubuh bendung tidak
melampaui kekuatannya.
Tidak terjadi keruntuhan pada tanah pondasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam perhitungan struktur bangunan
checkdam yang perlu dilakukan adalah hal-hal sebagai berikut :
Tinggi muka air sebelum ada checkdam
Lebar rata-rata sungai (B) dalam meter
Panjang sungai sampai dengan checkdam (L) dalam meter
Beda tinggi dasar sungai ( H) dalam meter
Kemiringan tebing sungai (m)
Kemiringan dasar sungai (S)
Kekasaran dasar sungai (n)
Debit banjir (Q50)
Tinggi efektif checkdam (h)
Tinggi efektif checkdam ditetapkan berdasarkan analisa keseimbangan antara
biaya pelaksanaan konstruksi dengan volume storage yang dapat ditampung
Lebar mercu checkdam (B)
Lebar mercu checkdam ditetapkan berdasarkan lebar rata-rata sungai di sekitar
lokasi, propil standar dan debit rencana

PT. BIASREKA

3- 70

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Tinggi air di atas mercu (t)


Tinggi air ditetapkan berdasarkan debit desain dengan periode ulang 50 tahun
Tebal mercu checkdam (b)
Kedalaman pondasi
Ditetapkan dari dalam gerusan/local scouring (T)
Miring lereng checkdam
Miring lereng checkdam tergantung dari lebar mercu (B), tinggi checkdam (h) dan
tinggi muka air di atas mercu (t)
Perhitungan stabilitas
Dihitung letak titik berat, kontrol terhadap guling, kontrol terhadap geser, dan
kontrol terhadap tegangan tanah
Perhitungan baja tulangan
Dihitung beban merata akibat air, beban akibat gempa, beban mati dan beban
gempa (faktor beban menurut SNI91)
Daya tampung sedimen

3.8

ANALISA STABILITAS CHECK DAM

Dalarn menganalisa stabilitas Check Dam , harus dianalisa semua gaya-gaya yang bekerja
pada struktur bendungan. Apabila gaya-gaya tersebut dapat diketahui maka data-data
tersebut sebagai acuan untuk perencanaan (design) Sabo dam. Perhitungan analitik untuk
Sabo dam khususnya stabilitas struktur yang diperhitungkan adalah dari dasar pondasi
sampai mercu peluap (crest of spillway) saja, jadi bukan terhadap mercu sayap. Untuk
menyederhanakan perhitungan Sabo dam maka struktur bendungan dibagi-bagi dalam
pias-pias segitiga, segi empat atau segi trapesium.

PT. BIASREKA

3- 71

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Gambar 3.21 Gambar nama-nama bagian pendadali sedimen

a. Gaya-Gaya yang Bekerja.


Gaya-gaya yang bekerja yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
1) Berat konstruksi bendungan sendiri (Wc)
2) Gaya hidrostatis (P)
3) Berat air (W)
4) Tekanan sedirnen (P3)
5) Berat sedimen (Ws)
6) Gaya hidrostatis keatas = uplift (U)
7) Gaya gempa bumi (F)
8) Gaya hidrodinarnik (Pd)
Walaupun Sabo dam memiliki lantai muka atau lantai belakang sebagai kolam pemecah
energi, tapi dalam menghitung stabilitas struktur bendungan, hanya ditinjau struktur
bendungannya saja. Pada dasarnya profit Sabo dam mendekati bentuk trapezium.
Adapun tinjauan 8 gaya-gaya adalah sebagai berikut :
1) Berat Sendiri (Wc).
Lihat gambar 22 berikut ini :

PT. BIASREKA

3- 72

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

W1 = m H2.
W2 = b.H.

W3 = n H2.

c
Wc = A.

dimana :

Wc = Berat konstruksi bendungan (ton)


A = Luas penampang konstruksi bendungan dihitung per meter panjang (m3).

= Berat jenis struktur bendungan (ton/m3)

Sebagai ancer-ancer apabila tubuh bendungan dibuat dari beton Ye = 2,3 ton/m3, Momen
yang diperhitungkan adalah terhadap titik observasi (o) atau titik guling.
Titik berat Wc (yang merupakan resultante gaya-gaya berat pias-pias) harus dicari dan
Momen terhadap O adalah :

Mc = Wc.

PT. BIASREKA

3- 73

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

2) Gaya Hidrostatis.
Gaya hidrostatis yang diperhitungkan adalah tinggi air dari dasar sungai sampai Muka Air
Tinggi (Banjir rencana). Lihat gambar 22.

Gambar 3.22 tekanan air pada bangunan pengendali sedimen

Pt = H.h3 Yo
P 2 = 1/2 H2. Y 0
dimana :
PI = Gaya hidrostatis setinggi tekanan air setinggi pembendungan
(t/m3)
P 2 = Gaya hidrostatis setinggi tinggi air diatas peluap = h3
(t/m3)

= Serat jenis (air + sedimen I t/m3)

Untuk menghitung stabilitas Sabo dam dianggap tekanan air dibelakang bendungan tidak
ada, sedangkan tekanan hidrostatis tinggi air banjir diatas mercu peluap diperhitungkan.
Untuk menghitung Momen yang terjadi akibat tekanan air hidrostatis resultante gaya
hidrostatis PI dan P 2 dicari dengan titik beratnya, sedangkan Y 0 adalah lengan Momen
terhadap titik observasi atau titik guling (0).

3) Berat Air.
Berat air yang diperhitungkan a,dalah sebagai berikut : (lihat gambar 23)

PT. BIASREKA

3- 74

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

W 1 = 1/2 (H + h + h3) x h3 X Y 0 W 2 = b X h3 X Y 0
Vi7 = ViT + W
Momen terhadap titik guling = titik observasi adalah :
Mo= W1 X Yl + Wz x Yz)
4) Tekanan Sedimen (P).
Untuk menghitung stabilitas bangunan pengendali dianggap bahwa sedimen telah penuh
sampai dengan mercu bendungan (peluap). Lihat gambar 24

PT. BIASREKA

3- 75

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :


Ps = 1/3 Ya X Ha
1 + sin qJ
dimana :
P = Tekanan sedimen
y 5 = Berat Jenis meterial sedimen (t/m3)
Hs = Tinggi sedimentasi atau tinggi pembendungan. qJ = Sudut geser (repose angle) alam
dari sedimen.
Angka diperoleh dari hasil percobaaf1 di Untuk menghitung Momen yang terjadi sedimen,
.lengan momen diambil 1/3 Hs Momen adalah :
laboratorium. karena tekanan sehingga rumus
( Ms = Ps X 1/3 Hs)

PT. BIASREKA

3- 76

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

5) Berat Sedimen (W).


Berat sedimen yang diperhitungkan adalah volume sedimen yang menimpa pada dinding
bendungan sebelah hulu (muka) sampai penuh atau elevasi muka peluap. Lihat gambar 46.
Rumus berat sedimen sebagai berikut :
( W, = 1/. m H x H. x y)
dimana :
Ws = Berat sedimen (t)
mH = Lebar dasar pias bendungan (m)
He = Tinggi sedimen (m)
Y s = Berat jenis sedimen dalam air (t/m3)
Biasanya Ys diperhitungkan sebesar = 1,8 t/m3
Untuk Momen yang terjadi karena berat sedimen apabila lengan momen dari titik berat
sampai titik observasi (O) adalah X, maka rumus :
Mo = wxx
6) Tekanan Hidrostatis Keatas (U).
Menurut hukum Archimedes tekanan air di suatu titik dimanamana sama. Oleh karena
itu'tekanan hidrostatis ke atas (uplift pressure) dibawah bendungan harus diperhitungkan.
Gaya uplift yang diperhitungkan kondisi yang membahayakan apabila dibelakang
bendungan dianggap tidak ada air (kosong). Lihat gambar 47 di bawah ini.

PT. BIASREKA

3- 77

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

U = U1 + Uz
U1 = 1/2 Yo' B (H-h) Uz = B.h. Yo
dimana :
U = Gaya uplift
U1 = Gaya uplift pias segitiga
Uz = Gaya uplift pias persegi panjang B = Lebar dasar struktur
Untuk menghitung momen adalah sebagai berikut : ILengan Momen :

VI X 2/3 B X V2 X 112 B
Momen = u x Xu J
7) Gaya Gempa Bumi.
Anonymous mengusulkan rumus gaya gempa bumi sebagai berikut :
(F ~ K. W, )
dimana :
F = Gaya gempa bumi
K = Koefisien gaya bumi
Di Indonesia oleh Direktorat Vulkanologi telah dibuat daftar nilai K untuk tiap daerah
sebagai ancerancer nilai K dapat diambil = 0,15
Wc = Berat tubuh bendungan

8) Gaya Hidrodinamik (P d).


Tekanan hidrodinamik terjadi karena goncangan air, akibat antara lain karena banjir
mendadak (mbandang) atau karena terjadinya gempa bumi. Adapun cara menghitung
tekanan hidrodinamik berdasarkan asumsi sebagai berikut :Lihat gambar 25 di bawah ini.

PT. BIASREKA

3- 78

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

dimana :
n = Koefisien
P d = Gaya hidrodinamik
C = Koefisien yang harganya tergantung
m
y 0 = Berat Volume air (t/m3)
K = Koefisien gempa bumi
Ho = Tinggi air dari dasar sungai sampai muka air banjir.
Untuk menghitung momen terhadap titik observasi (0) digunakan rumus :
M=PdXYd)
Yd = Lengan momen dimana besarnya sekitar 1/3 Ho'
b. AnaIisa StabiIitas Bendungan.
Dari 8 gaya tersebut di atas selanjutnya dapat dianalisa stabilitas bendungan.
Analisa stabilitas bendungan ditinjau dari hal-hal sebagai berikut:
1) Terhadap guling
2) Terhadap daya dukung tanah
3) Terhadap geser
4) Terhadap piping (rembesan = creep)
5) Terhadap aHran sedimen
1) Terhadap Guling.
Rumus :SF = Mp/MG
dimana :
SF = Safety factor (angka keamanan)
2:Mp = Jumlah momen dari gaya-gaya luar yang menimpa
2:MG = Jumlah momen dari berat pias-pias struktur

struktur bendungan.

bendungan

Supaya badan bendungan tidak mengguling pada titik observasi, maka harus ada faktor
keamanan yang nilainya harus lebih besar dari 1,50
2) Terhadap Gaya Dukung Tanah.
Akibat berat struktur bendungan, maka terjadi tekanan pada dasar pondasi (tanah). Maka
tegangan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan tanah yang diijinkan .

PT. BIASREKA

3- 79

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

3) Terhadap Geser.
Gaya-gaya luar yang menimpa pada struktur bendungan akan mendorong tubuh
bendungan ke arah hilir, akan berakibat bendungan akan tergeser. Untuk itu perlu adanya
faktor keamanan yaitu lebih besar dari 1,2 supaya bendungan tidak tergeser.
Rumus :
vxf

= SF > H 1,2

dimana :
SF = Faktor Keamanan
V = Jumlah gaya-gaya vertikal
H = Jumlah gaya-gaya horizontal
f = Koefisien geser antara konstruksi bendungan dan dasar pondasi.
4) Terhadap Piping (Creep = Rembesan)
Banyak teori bagaimana cara menganalisa kemungkinan terjadinya piping pada pondasi di
bawah struktur bendungan. Di Indonesia lazim menggunakan dua teori yaitu Lane dan
Bligh.
Berikut disajikan tiga teori sebagai berikut :
a) Theory Net Flow Analysis.
Teori ini menyajikan mengenai jaring-jaring bujur sangkar aliran antara garis-garis
equipotensial, dan ternyata sangat teoritis serta tidak sederhana. Disajikan sekedar sebagai
pengetahuan tambahan.
b) Theory Bligh.
Teori ini menjelaskan bahwa besarnya perbedaan tekanan dijalur pengaliran adalah
sebanding dengan panjangnya jalan air (creep line) serta dinyatakan dengan (~h). Lihat
gambar 26.
dimana :
6.h = beda tekanan
L = panjang creep line
C = creep ratio
Maka akan didapatkan, apabila jumlah saluran beda tekanan dan jumlah saluran creep line
rumus di atas akan menjadi: G= L Lie)

PT. BIASREKA

3- 80

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Agar konstruksi aman terhadap tekanan air, maka harus:


H < ~ Llc atau L L > H.C
Dengan ketentuan ini, ma"ka lantai muka dapat ditentukan.
Harga C tergantung dari meterial dasar di bawah bendung tertera dalam tabel 31

WEIGHTED CREEP RATIO


MATERIAL

LANE

C BLIGH

Pasir amat halus

8,5

18

Pasir halus

7,0

15

Pasir sedang

6,0

5,0

12

Kerikil halus

4,0

Kerikil sedang

3,5

Kerikil campur pasir

3,0

Pasir kasa

Kerikil kasar & batu


i kecil- kecil
Boulder & batu kecil

PT. BIASREKA

3- 81

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

& keri- kil kasar

2,5

& kerikil

4&6

Lempung lunak

3,0

Lempung sedang

1,8

Lempung keras

1,8

Lempung sangat keras

1,6

Boulder & batu kecil

3.8.1 HIDRAULIC GRADIENT.


Dimuka telah dijelaskan, bahwa fungsi lantai muka adalah untuk menjaga agar partikelpartikel atall butir tanah tidak terbawa oleh pengaliran air disebabkan karena perbedaan
tekanan antara dimuka bendung dan dibelakang bendung. Oleh sebab itu harus diusahakan
agar tekanan tersebut minimum NOL. Jikalau tekanan pada titik diujung belakang beridung
besarnya nol, maka dengan sendirinya tidak akan membahayakan stabilitas bendung.
Dengan melengkapi lantai muka tersebut, dapat diusahakan tekanan di titik tersebut
menjadi nol.

3.8.2 TEBAL LANTAI


Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa setiap titik pada dasar bendung akan menerima
tekanan air keatas (uplift pressure). Pada lantai muka, karena pada hampir sepanjang masa
selalu dibawah air, kecuali pada saat pembilasan, hingga p.raktis tekanan air ke atas ini ti
:iak begitu membahayakan. Oleh sebab itu lantai muka tidak perlu tebal-tebal. Yang sangat
penting adalah bahwa lantai muka harus kedap air, supaya fungsi untuk memperpanjang
creep-line bisa dipenuhi dengan sempurna. Satu-satunya jalan yang hemat ialah dibawah
lantai muka tersebut dipasang lapisan kedap air, yang terdiri atas tanah Hat yang
dipadatkan yang lazim disebut puddel. Tebal lapisan puddel antara 0,75 m hingga 1,50 m.

PT. BIASREKA

3- 82

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Namun sebaiiknya lantai belakang bendung akan menerima tekanan ke atas yang besar
yaitu pada waktu tinggi muka air belakang bendung kosong. Untuk menentukan tebalnya
lantai belakang bendung, maka sebagai patokan dapat digunakan garis hydraulic gradient,
karena hydraulic gradient juga menunjukkan tekanan ke atas pada tiap titik di dasar
bendung. Hal ini dapat digunakan garis hydraulic gradient juga menunjukkan tekanan atas
pada tiap titik di dasar bendung.

3.9

PENYUSUNAN LAPORAN INTERIM

Laporan Interim ini akan memuat beberapa hal prinsip yaitu :

Kajian mengenai hasil temuan lapangan yang berupa peta situasi daerah
kritis di masing-masing daerah aliran sungai

Kajian yang memuat peta Jenis Tanah baik secara umum maupun pada
daerah kritis di masing-masing daerah aliran sungai;

Kajian yang memuat kondisi vegetasi baik secara umum maupun pada
daerah kritis di masing-masing daerah aliran sungai;

PT. BIASREKA

Kajian jenis erosi di masing masing daerah aliran sungai

3- 83

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Besarnya laju erosi di masing masing daerah aliran sungai

Penyusunan alternatif pekerjaan perencanaan sipil teknis dan konservasi


daerah aliran sungai (DAS);

3.9.1

DISKUSI LAPORAN INTERIM

Diskusi Laporan Interim ini dimaksudkan untuk mengetahui secara detail jenis-jenis
pekerjaan sipil teknis yang dapat dilaksanakan dalam menangani permasalahan lahan
kritis di masing-masing daerah daerah aliran sungai, tentunya untuk menyamakan
persepsi antara pelaksana pekerjaan dengan Direksi Pekerjaan serta instansi terkait
lainnya.
3.9.2

PENYUSUNAN ALTERNATIF YANG TERINCI

ALTERNATIF PENANGANAN KONSERVASI AIR DAN PENGENDALIAN SEDIMEN


Pada bagian ini akan membahas methode atau cara mengendapkan sedimen supaya
tidak terus terbawa aliran air hujan sampai ke sungai.
Kalau sedimen tersebut terbawa sampai ke sungai akan lebih sulit lagi menanganinya
dan effeknya cukup fatal yaitu, sungai menjadi dangkal dan banjir.
Akibat dari adanya konstruksi pengendapan sedimen maka air akan tergenang cukup
lama (ritension) dan memberi kesempatan untuk merembes kedalam tanah, hal ini
adalah salah satu dari tindakan konservasi air.
Perlu dicatat bahwa konstruksi pengendapan sedimen tidak untuk mencegah terjadinya
erosi, tetapi untuk mengendapkan sedimen yang tidak jauh dari daerah yang tererosi
atau paling tidak sebelum ke sungai. Pada umumnya konstruksi pengendapan sedimen
ini tidak untuk selamanya tetapi hanya sementara sampai pencegahan erosi yang
permanen sudah dibangun dan atau sudah berfungsi.
Pengendapan sedimen direncanakan untuk mengendapkan sedimen yang dibawa oleh
aliran air permukaan.
Pada prinsipnya konstruksi ini bekerja untuk memperlambat kecepatan laju air
permukaan dan memberi kesempatan pada sedimen untuk mengendap oleh karena
berat sendiri dari partikel sedimen.
Ada juga yang sifatnya sebagai filter, yaitu menyaring sedimen yang terbawa aliran.
Type dari konstruksi pengendapan sedimen adalah termasuk tanggul-tanggul jerami,
filter-filter dari pabrik (geotextile), kolam-kolam sedimen, sedimen trap.

PT. BIASREKA

3- 84

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Adakalanya kolam pengendapan sedimen ini sengaja dibuat hanya untuk mendapatkan
lumpurnya yang terbawa arus dalam saluran irigasi guna menaikan lahan masyarakat
supaya jadi lahan kering, kolam ini terjadi didaerah irigasi Rentang Kuningan.
Tingkat efisiensi kerja dari sedimen trap adalah tergantung dari type tanah pada daerah
tangkapan air (DAS) yang nantinya diperkirakan akan tererosi.
Untuk lempung dan lanau sangat sulit diendapkan, karena butiran ini kecil sekali, maka
akan melayang di air.
Pada daerah tangkapan air (DAS) yang mempunyai jenis tanah lebih banyak lempung
dan lanau maka memerlukan kolam endapan yang luas yang berbentuk kolam-kolam
sedimen.
Ada kalanya kebutuhan kolam sedimen terhambat oleh karena kondisi keuangan, areal
yang tidak mencukupi dan masalah-masalah praktis yang lainnya.
Pada kondisi seperti ini pengendapan sedimen hanya bekerja efektif antara 50 %
sampai 75 %, tetapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali.
Sedimen yang lolos dari penangkapan ini bisa lari pada waduk atau sungai-sungai, dan
mengendap didalam waduk atau dibagian hilir sungai. Bangunan pengendapan
sedimen memerlukan pemeliharaan yang rutin untuk pembersihan sedimen,
memperbaiki yang rusak, supaya bangunan tersebut masih tetap berfungsi.
Kalau tidak dibersihkan maka kolom sedimen akan penuh tertutup sedimen, dan kolam
sedimen tidak berfungsi, akibatnya sedimen akan langsung terbawa air ke sungai tanpa
diendapkan terlebih dulu.
Yang perlu diperhatikan lagi ialah untuk sedimen trap dan kolam-kolam sedimen harus
aman dari bahaya kecelakaan terutama bagi anak-anak.
Untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan tersebut maka harus ada bangunan
pengamanannya.
ALTERNATIF TYPE DAN PENGGUNAAN PENGENDALIAN SEDIMEN
Type dari bangunan pengendapan atau penangkapan sedimen yang terbawa arus
aliran air permukaan yang akan dipelajari disini ialah :
- Kolam sedimen.
- Sedimen trap.
- Sedimen barrier.
Ketiga penangkap sedimen ini yang sudah populer digunakan dibeberapa negara, di
Indonesia akan dicoba untuk dipopulerkan lagi lewat para sarjana dan assisten sarjana
untuk diterapkan dilapangan.

PT. BIASREKA

3- 85

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Estafet selanjutnya adalah lewat sarjana dan assisten sarjana teknik untuk
memperkenalkan kepada masyarakat agar melaksanakan sesuai dengan
kemampuannya.
Pelaksanaan oleh masyarakat terutama untuk lahan-lahan kepunyaan masyarakat
sendiri.
KOLAM SEDIMEN
Bangunan kolam sedimen adalah bangunan berbentuk kolam untuk mengendapkan
sedimen yang terbawa arus aliran air permukaan. Luas tangkapan drainase untuk kolan
sedimen harus lebih besar dari 2 ha dan untuk < 2 ha dinamakan sedimen trap.
Type kolom sedimen mempunyai komponen sebagai berikut :
-

Tanggul yang dipadatkan.

Satu atau lebih masukan air yang membawa sedimen.

Bangunan pengarah untuk meratakan arus ke kolam.

Menara pipa untuk pembuangan air.

Pembuangan darurat dikala banjir.

Lubang pengering kolam.

Bangunan perlindungan pada ujung pipa


pembuang, baik alam ataupun buatan.

pembuangan yang masuk kesaluran

Apabila kolam sedimen ini digunakan pada areal proyek,maka konstruksi ini harus
dibangun lebih dulu sebelum pengupasan tanah. Penempatan konstruksi kolam
sedimen ini harus benar-benar diperhitungkan supaya tidak mengganggu
pembangunan selanjutnya. Jangan sampai bangunan ini memotong jalan, padahal
masih digunakan.
Kolam sedimen umumnya ditempatkan pada
mengumpulkan aliran sedimen lebih banyak.

lokasi

terendah

supaya

bisa

Membangun kolam sedimen harus benar-benar bermanfaat, daerah draina-senya yang


baik akan memberikan aliran air yang bersih, maka kolam sedimen tidak diperlukan.

PT. BIASREKA

3- 86

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Masuk

Min
0.6 m

Pembuang
air

Min 0.3 m
Pembuang
darurat

Volume efektif
Volume endapan

Pemecah energi

Gambar 3.23 Type Kolam Sedimen.

Lokasi membangun kolam sedimen ini harus sebelum masuk ke sungai atau waduk.
Kolam sedimen yang sudah tidak lagi memasukan air dengan sedimen tetapi hanya air
bersih saja, bisa berfungsi sebagai konservasi air, untuk meresapkan air kedalam
tanah.
Kalau seandainya daerah tangkapan air hujan yang masuk ke kolam sedimen sudah
tidak ada lagi erosi, kolam sedimen tidak perlu dibongkar, kecuali ada tujuan lain yang
lebih ekonomis.
Fungsi ganda dari kolom sedimen adalah sebagai konservasi air.
Di Indonesia kolam sedimen atau yang berfungsi sebagai kolam sedimen dengan
konstruksi sederhana,kolam tersebut mempunyai fungsi sampingan yaitu berfungsi
sebagai kolam ikan, disamping sebagai pengumpul lumpur. Masyarakat membangun
kolam ini dari bambu dan ditengahnya ditimbun tanah. Kegunaannya bagi masyarakat
adalah untuk penampungan air bagi keperluan hidup (mandi, cuci, minum) dan
sekaligus untuk kolam ikan.
Kalau didaerah tangkapannya (DAS) membawa sedimen maka kolam tersebut
berfungsi sebagai kolam sedimen.

Contoh konstruksi kolam masyarakat adalah sebagai berikut :

PT. BIASREKA

3- 87

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Konstruksi ini tidak permanen tapi cukup


untuk beberapa kali penanaman ikan air
tawar.
Bangunan ini biasanya dibangun pada
pembuangan sawah yang mempunyai
cekungan cukup besar. Tinggi bangunan ini
tidak lebih dari 1.5 m .
Gambar 3.24 Contoh kolam sedimen yang dibangun oleh masarakat Bengkulu

dan berfungsi sebagai kolam ikan.

Pembuatan kolam sedimen ini sangat berguna di daerah irigasi pada alur-alur drainase
alam, gunanya selain untuk penangkapan sedimen juga untuk konservasi air dan
sebagai kolam ikan seperti yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat pedesaan,
contoh daerah Air Nipis Bengkulu.

SEDIMEN TRAP
Pada prinsipnya sedimen trap sama dengan kolam sedimen.
Perbedaan pokok adalah pada sedimen trap daerah tangkapannya < 2 ha. Sedangkan
untuk kolam sedimen > 2 ha.
Maka ukuran sedimen trap lebih kecil dari pada kolam sedimen. Sedimen trap bisa
dibuat dengan menggali tanah atau dengan membuat tanggul kecil.
Pengeluaran airnya bisa terdiri dari menara pipa bangunan spill way atau lewat
bangunan dari tanah.
Sedimen trap ini biasanya lebih bersifat sementara dibandingkan dengan kolam
sedimen.

3
1

Gambar 3.25 Sedimen Trap

1. Menara pipa pembuang


5

PT. BIASREKA

2. Sedimen
bentuk alam

trap

digali

atau

3- 88

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

3. Air masuk dengan membawa sedimen


4. Tanggul sedimen trap
5. Saluran pembuang

Gambar

3.26

Contoh
lokasi
penempatan sedimen trap pada
areal yang terbuka seluas 2.4 ha.

Keterangan gambar:
= Pipa menara pembuang air
= Arah aliran air permukaan
= Arah aliran air pada saluran
= saluran dan Tanggul pengarah aliran
SEDIMEN BARRIER
Bangunan ini adalah bangunan sementara dan tidak teknis sama sekali, bisa
disebutkan bangunan sederhana.
Sedimen barier bersifat menyaring sedimen dari aliran air yang mengandung sedimen
yang datang dari areal tangkapan aie (DAS) yang kecil (<2 ha).
Debit sedimen yang datang ketempat sedimen barrier ini lebih sedikit dibandingkan
yang datang ke sedimen trap karena luas arealnyapun lebih kecil. Bangunan ini sangat
mudah dilaksanakan dan juga dibongkar untuk dipindahkan serta biayanya sangat
murah.
Bahan untuk bangunan ini sangat banyak, bisa dari jerami padi, alang-alang, injuk,
bahan-bahan sintetis, pasir dan koral. Bahan sintetis (geotextile) harganya sangat
mahal dan tidak akan terjangkau oleh masyarakat. Sedimen barrier dipasang dibawah
daerah/lahan yang terkupas, sebelum aliran lahan masuk ke saluran.
Type saluran barrier dilihat dari lokasi penempatannya ialah sebagai berikut:

PT. BIASREKA

3- 89

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Sepanjang kontur untuk lahan miring yang terkelupas.

Pada akhir tebing atau lahan yang miring.

Sepanjang jalan atau tempat jalan kaki.

Pada masukan aliran drainase sebagai penyaring sedimen.

Ada kalanya ditempatkan memotong saluran drainase yang kecil, jangan sekali-kali
ditempatkan pada saluran drainase yang mempunyai debit cukup besar dan atau
kecepatan tinggi.
3.9.3

PERENCANAAN DAN PEMASANGAN PENAHAN SEDIMEN

Pada sedimen trap dan kolam sedimen direncanakan aliran air ditampung pada
folume tertentu.
Untuk bangunan penahan sedimen direncanakan menahan dan menyarik sedimen
yang terbawa arus aliran air yang jumlahnya sedikit.
Konstruksi penahan sedimen digunakan apabila :
- Luas areal drainasenya

0.4 ha

- Kemiringan max lereng lahan 2 : 1 (V:H)


- Maximum panjang kemiringan lereng lahan 30 m
- Air yang mengalir melewati konstruksi penahan sedimen tidak lebih
dari 0.028 m3/det.
Konstruksi penahan sedimen ini sifatnya sementara, maka umur pemakaiannyapun
pendek, yaitu 3 - 6 bulan tergantung dari bahannya.
Penahan sedimen yang terbuat dari jerami mempunyai umur pemakaian
3 bulan.
Pagar penahan lanau yang terbuat dari bahan syntesis biasanya mempunyai umur
pemakaian 6 bulan, asalkan dipelihara dari sedimen yang mengendap.
Konstruksi penahan sedimen ini merupakan jawaban yang paling sederhana untuk
mengendalikan sedimen dan juga paling murah.
1. Galian jalur
2. Tempatkan dan pasak kotakan jerami, sampai ke tanah
3. Sudut yang tidak ada jerami diantara kotakan
4. Timbun dan padatkan

PT. BIASREKA

3- 90

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

(b
)

(
a
)

a. Cara pemasangan
4

b. Potongan
kotakan jerami

melintang

dari

Gambar 3.27 Konstruksi dan kotakan jerami sebagai penahan

TANGGUL KOTAKAN JERAMI


Cara pemasangan untuk pemakaian aliran tipis.
1. Gali saluran dengan kedalaman 10 cm (tegak) lebar sama dengan lebar kotakan
jerami panjang sama dengan yang direncanakan. Penahan sedimen ini harus
mengikuti garis kontur. Apabila penahan sedimen ini dikaki lahan miring, tempatkan
1,5 - 1,8 m dan lahan miring tersebut apabila memungkinkan (gb 3.31). Perlu
diingat kemudahan-kemudahan dalam pengurusan sebelum kotakan jerami ini
diangkat.
2. Penempatan kotakan jerami pada saluran yang telah digali. Tidak diperbolehkan
adanya sudut antara kotakan jerami. Perkuat kotakan tersebut dengan pasak untuk
menghindari penggeseran.
3. Kotakan jerami diikat dengan ram kawat atau ram plastik atau diikat dengan tali.
Tempat-tempat ikatan ini akan menjadi lengkukan dan apabila bertemu dengan
tanah atau kotakan lagi akan menjadi lubang tanpa jerami, sedimen akan lolos.
Tambal bagian-bagian ini dengan jerami lagi.
4. Timbun dengan tanah galian yang tidak terisi kotakan dan padatkan. Pemadatan
tersebut untuk menghindari penggerusan.

Gambar 28 Bagian udik kotakan tanahnya harus


1.5-1.8 m

ditimbun lebih tinggi (10 cm) dari bagian hilir.

5. Periksa dan perbaikan bagian-bagian yang rusak.


Cara pemasangan untuk aliran yang memusat (bentuk saluran).

PT. BIASREKA

3- 91

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Pasang kotak jerami dengan satu jalur, sepanjang saluran, tegak lurus dengan
arah propile melintang (lihat gb 3.33a)

Perpanjang kotak jerami tersebut lebih tinggi dari elevasi air pada debit aliran
max. (gambar 3.33.b).

Gambar 3.29

(b
(a
)
) a Pemasangan kotakan jerami yang salah

b Pemasangan kotakan jerami yang benar


PENAHAN LUMPUR
Bangunan penahan lumpur adalah bangunan sementara, sampai proyek selesai dan
tidak terjadi lagi gerusan.
Bahan yang dipakai pada bangunan ini ialah :
- Sebagai filternya digunakan bahan sintetis dari pabrik.
- Konstruksi penguatnya bisa dari besi atau kayu
Fungsi dari bangunan ini ialah :
- Mengendapkan tanah pada tempat bangunan tersebut
- Menurunkan kecepatan aliran dihilirnya.
Batasan-batasan :
- Areal drainasenya 1 are max
- Kemiringan lahan max 2:1
- Max panjang kemiringan 30 m
- Pada aliran yang terkumpul (saluran kecil) max debit 1 ft3 /det.
Konstruksi penahan ini bisa bekerja lebih dari 6 bulan,lebih lama dari umur kerja kotak
jerami. Konstruksi ini lebih mahal dibandingkan dengan kotak jerami.
Perlu dipelajari karakteristik filter buatan pabrik tersebut dan juga perlu dipelajari butiran
lumpur yang terbawa arus.

PT. BIASREKA

3- 92

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Dengan diketahuinya butiran lumpur maka bisa ditentukan tipe filter dari masing-masing
pabrik yang dipilih.
Cara pemasangan :
Cara pemasangan konstruksi ini mirip dengan kotak jerami.
Cara pemasangan bisa dilihat pada gambar

1.

Gambarkan denah pemasangan konstruksi penahan lumpur. Dilapangan


pasang tiang-tiang dan gali saluran disebelah udik tiang tersebut untuk
pengikatan filter. Jarang tiang maximum 3 m dan kalau hanya menggunakan
filter saja tanpa ram kawat (filter yang kuat) maka jarak tiang menjadi 1,8 m.
Diameter tiang yang terbuat dari kayu (10 cm) atau dari besi dengan berat
kurang lebih 1,9 kg/m dan panjang 1,5 m. Tiang-tiang tersebut tertanam pada
tanah sehingga kuat.
Ukuran saluran 10 X 10 cm.

2.

Pasang ram kawat sehingga kencang pada bidang tiang sebelah udiknya.
Ikatkan ram kawat tersebut pada tiang-tiang sehingga cukup kuat. Perpanjang
ram kawat tersebut sampai ke saluran yang sudah digali. (kurang lebih 15 cm).
Lubang ram kawat atau terbuat dari baja besar. Yang terkecil dengan jarak max
15 cm X 15 cm.

3.

Pasang dan kencangkan filter (geotextile) pada ram kawat tersebut dan ikat
kawat-kawat pada ram kawat dan tiangnya. Lebihkan filter ini sampai ke galian.

4.

Timbun galian tersebut dengan tanah dan dipadatkan.

PT. BIASREKA

3- 93

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

3.10

PEMILIHAN ALTERNATIF SIPIL TEKNIS DAN KONSERVASI DAS

Dari uraian di atas maka alternatif yang dikembangkan dalam rekayasa sipil teknis
konservasi daerah aliran sungai harus diuji dan disosialsisakan kepada masyarakat di
amsing-masing daerah aliran sungai sehingga alternatif terpilih adalah sudah memuat
aspirasi dari masyarakat disekitar daerah aliran sungai di masing-masing daerah aliran
sungai. Pemilihan alternatif dapat disajikan dalam arahan rehabilitasi lahan dan
konservasi di dalam setaip kawasan/daerah aliran sungai sebagai berikut :
Gambar 3.30 ARAHAN REHABILITASI LAHAN DAN KONSERVASI TANAH DI DALAM
SETIAP KAWASAN

Alternatif kegiatan
--------------------------------------------------Vegetatif
Teknik Sipil

No Kawasan
A. Kawasan lindung (tidak
diperkenankan adanya
budidaya pertanian)

B.Kawasan Penyangga

C.Kawasan Budidaya

D.Kawasan Budidaya

PT. BIASREKA

Reboisasi (penanaman suksesi alami).

- Dam pengendali/
penahan.

- Hutan Rakyat- Drop structure


- Perlindungan mata
air, sungai, jurang
dan lain-lain.
- Ilaran api.
- Reboisasi (penanaman - Dam pengendali/
an suksesi, perkayaan
penahan.
tanaman).
- Hutan campuran/agro- - Drop structure
forestry.
- Hutan rakyat/perke- Bronjong batu
bunan.
- Hutan kemasyarakat- Saluran buntu
an.
- Cover crop.
- Teras
- Ilaran api.
- Saluran pembuangan
air (SPA)
- Dam pengendali/
penahan.
- Reboisasi (penanaman) - Dam pengandali/
Tanaman Tahunan
penahan.
- Perkebunan
- Drop structure.
- Hutan Rakyat/kebun
- Bronjong batu.
rakyat.
- Agroforestry
- Saluran buntu.
- Hutan kemasyarakatan - Teras.
- Cover crop.
- Ilaran api.
- Strip Cropping.
- Dam pengendali/
Tanaman Setahun
penahan.
- Contour
- Drop structure.
- Multiple cropping.
- Bronjong batu.
- Rotasi tanaman.
- Saluran buntu.
- Pemukiman, industri
- Teras.

3- 94

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Proses Erosi Tebing dan Penanggulangannya

Proses:

Aliran sungai mengikis


tebing

RO terkonsentrasi, erosi
parit/jurang

Aliran airtanah mengikis


tanah bagian bawah

Aksi

Vegetatif
Check dam
Gabion
Masonry
Geo -textile

Gambar 3.31 Contoh Penanggulangan Sipil teknis Konservasi daerah Aliran

Sungai

3.11

PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR SEMENT ARA

Laporan Akhir sementara ini akan memuat beberapa hal prinsip yaitu :

Kajian mengenai hasil temuan lapangan yang berupa peta situasi daerah
kritis di masing-masing daerah aliran sungai

Kajian yang memuat peta Jenis Tanah baik secara umum maupun pada
daerah kritis di masing-masing daerah aliran sungai

Kajian yang memuat kondisi vegetasi baik secara umum maupun pada
daerah kritis di masing-masing daerah aliran sungai;

PT. BIASREKA

3- 95

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Kajian jenis erosi di masing masing daerah aliran sungai

Besarnya laju erosi di masing masing daerah aliran sungai

Penyusunan alternatif pekerjaan perencanaan sipil teknis dan konservasi


daerah aliran sungai (DAS);

Pemilihan alternatif dari beberapa usulan alternatif yang dikembangkan


pada saat diskusi Interim

Penajaman alternatif terpilih secara rinci dengan rekayasa sipil teknis


dan konservasi daerah aliran sungai

3.11.1 DISKUSI LAPORAN AKHIR SEMENT ARA


Diskusi Laporan Akhir sementara ini dimaksudkan untuk mengetahui secara detail
jenis-jenis pekerjaan sipil teknis dan koservasi daerah aliran sungai yang terpilih dan
dapat disetujui sebagai bentuk terbaik dan dapat diaplikasikan di masing-masing
daerah daerah aliran sungai .Disamping itu tentunya untuk menyamakan persepsi
antara pelaksana pekerjaan dengan Direksi Pekerjaan serta instansi terkait lainnya.
3.11.2 PERBAIKAN LAPOR AN AKHIR
Laporan akhir sementar yang telah didiskusikan itu kemudian setelah siperbaiki sesuai
dengan hasil arahan dan diskusi, maka dilakukan perbaikan untuk dilakukan
pembukuan laporan akhir.

PT. BIASREKA

3- 96

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Contents
BAB-3. METODOLOGI DAN........................................................................1
PENDEKATAN ................................................................................................1
3.1. UMUM.............................................................................................................................................. 1
3.2. Konsep Pendekatan Teknis Konservasi daerah Aliran Sungai(DAS) .............................. 2
3.2.1. Proses erosi tanah oleh air ............................................................................................... 2
3.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi lahan oleh air ...................................................... 2
3.2.3. Type-type erosi tanah oleh air ............................................................................................... 7
3.3. penilaian kekritisan lahan ........................................................................................................... 7
3.3.1. Analisa kondisi awal dari lahan.............................................................................................. 9
3.3.1.1. Data Sekunder ..................................................................................................................... 9
3.3.1.2. Data primer ......................................................................................................................... 10
3.3.1.3. Arahan penggunaan lahan ................................................................................................ 11
3.3.1.4. Kemiringan lahan ............................................................................................................... 11
3.3.1.5. Jenis Tanah ........................................................................................................................ 12
3.3.1.6. Curah hujan harian rata-rata............................................................................................. 13
3.3.1.7. Perhitungan dan penentuan skoring arahan penggunaan lahan. ................................. 14
3.4. Penilaian tingkat kekritisan lahan .......................................................................................... 17
3.4.1. Pembagian kelas lahan di negara lain ............................................................................... 21
3.4.2. USDA .................................................................................................................................... 24
3.5. Prinsip Erosi dan Pengendalian Sedimen ............................................................................. 26
3.5.1. Prinsip 1 : Pengaturan pembangunan yang baik pada lahan yang miring. .................. 27
3.5.2. Prinsip 2 : Jangka waktu pembukaan lahan sampai pembangunan diusahakan
secepatnya.
28
3.5.3. Prinsip 3 : Memelihara tanaman/pohon yang ada selama Menguntungkan. ............. 29
3.5.4 Prinsip 4 : Tanami dan lindungi tanah yang sudah terbuka. ............................................ 30
3.5.5 Prinsip 5 : Arahkan aliran air dari daerah yang gundul. ................................................ 30
3.5.6 Prinsip 6 : Perkecil kemiringan dan perpendek jaraknya. ................................................ 30
3.5.7. Prinsip 7:

Atur kecepatan air pada lahan supaya sepelan mungkin. ......................... 31

3.5.8. Prinsip 8: Mempersiapkan jaringan drainase untuk menanggulangi adanya aliran air
yang terkumpul banyak. .................................................................................................................. 31
3.5.9. Prinsip 9 : Endapkan sediment pada tempat tertentu ....................................................... 32
3.5.10. Prinsip 10:Peliharabangunan-bangunan pengendali sedimen tersebut ........................ 32
3.6. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 33
3.6.1. JENIS KEGIATAN & TAHAPAN STUDI ........................................................................... 33

PT. BIASREKA

3- 97

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

3.6.2. TAHAPAN PERSIAPAN .......................................................................................................... 35


Pengurusan Administrasi ................................................................................................................ 35
Koordinasi Dengan Instansi Terkait ............................................................................................... 35
Studi Pustaka ................................................................................................................................... 35
Penyusunan Rencana Kerja ........................................................................................................... 35
Pengumpulan data sekunder dan Penyusunan Laporan Pendahuluan dan diskusi
pendahuluan ..................................................................................................................................... 35
3.6.3. EVALUASI DATA AWAL, sortasi data dan peta serta ...................................................... 36
penajaman permasalahan das kritis ............................................................................................. 36
3.6.4. SURVEY LAPANGAN .......................................................................................................... 37
3.6.4.1 Pengukuran Topografi ..................................................................................................... 38
3.6.4.2 Survey Geoteknik dan Mekanika Tanah ....................................................................... 48
Pekerjaan Persiapan ....................................................................................................................... 49
3.6.4.3 Uji Laboratorium............................................................................................................... 51
3.7. ANALISIS HASIL LAPANGAN .............................................................................................. 52

3.8

ANALISA STABILITAS CHECK DAM ....................................................71

A. GAYA-GAYA YANG BEKERJA. .................................................................72


1) BERAT SENDIRI (WC). ...............................................................................72
W1 = M H2. C...............................................................................................73
2) GAYA HIDROSTATIS. .................................................................................74
PT = H.H3 YO ..................................................................................................74
3) BERAT AIR. .................................................................................................74
W 1 = 1/2 (H + H + H3) X H3 X Y 0 W 2 = B X H3 X Y 0 ..................................75
4) TEKANAN SEDIMEN (P). ............................................................................75
PS = 1/3 YA X HA ............................................................................................76
5) BERAT SEDIMEN (W). ................................................................................77
BIASANYA YS DIPERHITUNGKAN SEBESAR = 1,8 T/M3 ............................77

PT. BIASREKA

3- 98

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

MO = WXX .......................................................................................................77
6) TEKANAN HIDROSTATIS KEATAS (U). ....................................................77
U = U1 + UZ .....................................................................................................78
VI X 2/3 B X V2 X 112 B...................................................................................78
MOMEN = U X XU J .........................................................................................78
7) GAYA GEMPA BUMI. ..................................................................................78
8) GAYA HIDRODINAMIK (P D). .....................................................................78
B. ANAIISA STABIIITAS BENDUNGAN. .........................................................79
1) TERHADAP GULING. ..................................................................................79
SUPAYA BADAN BENDUNGAN TIDAK MENGGULING PADA TITIK
OBSERVASI, MAKA HARUS ADA FAKTOR KEAMANAN YANG NILAINYA
HARUS LEBIH BESAR DARI 1,50 ..................................................................79
2) TERHADAP GAYA DUKUNG TANAH. .......................................................79
3) TERHADAP GESER. ...................................................................................80
4) TERHADAP PIPING (CREEP = REMBESAN) .............................................80
A) THEORY NET FLOW ANALYSIS. ..............................................................80
B) THEORY BLIGH. .........................................................................................80
H < ~ LLC ATAU L L > H.C .............................................................................81
WEIGHTED CREEP RATIO .............................................................................81
3.8.1

HIDRAULIC GRADIENT. .....................................................................82

3.8.2

TEBAL LANTAI ...................................................................................82

PT. BIASREKA

3- 99

Laporan Pendahuluan

3.9

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

PENYUSUNAN LAPORAN INTERIM ....................................................83

3.9.1
DISKUSI LAPORAN INTERIM ...................................................................................... 84
3.9.2
PENYUSUNAN ALTERNATIF YANG TERINCI ........................................................... 84
Sedimen trap .................................................................................................................................... 88
3.9.3
Perencanaan dan pemasangan penahan sedimen ..................................................... 90
3.10 PEMILIHAN ALTERNATIF SIPIL TEKNIS DAN KONSERVASI DAS ............................ 94
3.11 PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR SEMENTARA ........................................................... 95
3.11.1 DISKUSI LAPORAN AKHIR SEMENTARA .................................................................. 96
3.11.2 PERBAIKAN LAPORAN AKHIR .................................................................................... 96

Tabel 3.1 Ukuran Butiran .............................................................................................. 4


Tabel 3.2 Nilai skore untuk kemiringan lahan. ............................................................... 12
Tabel 3.3 . Klasifikasi jenis tanah dan nilai skore untuk di Indonesia. .............................. 12
Tabel 3. 4 Klasifikasi hujan dan nilai score untuk di Indonesia ........................................ 13
Tabel 3.5 Klasifikasi faktor bentuk wilayah(T) yang digunakan di Indonesia. .................... 18
Tabel 3. 6 Klasifikasi dan Nilai skore faktor lereng (S) yang berlaku di Indonesia. ............ 19
Tabel 3. 7 Klasifikasi dan nilai skore faktor bentuk drainase (D) yang berlaku ................. 19
Tabel 3.8 diberikan perbedaan dan kesamaan pandangan dalam memberikan klasifikasi
lahan......................................................................................................................... 24
Tabel 3. 9 Kriteria untuk lahan yang bisa ditanami di Israel ............................................ 25
Tabel 3. 10 Kriteria untuk lahan yang bisa diolah di Philippines ...................................... 25
Tabel 3. 11 Kriteria kelas kemampuan lahan di daerah tropis basah. ............................. 26
Tabel 3. 12 Satuan Internasiaonal ............................................................................... 56
Tabel 3. 13 bungan antara kondisi permukaan tanah dengan faktor c ............................. 66
Tabel 3. 14 Ketebalan Mercu Bendung Penahan (Check-dam) ........................................ 69

Gambar 3.1 Pedoman penentuan kelas texture tanah. ................................................. 5


Gambar 3.2 Pengaruh pohon terhadap air hujan. ............................................................ 6
Gambar 3.3 Merubah faktor L dan Faktor S. ................................................................... 7
Gambar 3.4 Penentuan areal pengaruh dari intensitas hujan. ......................................... 14

PT. BIASREKA

3- 100

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Gambar 3.5 Klasifikasi bentuk drainase DAS ................................................................ 20


Gambar 6 Pembukaan lahan yang dibatasi sekecil mungkin. ......................................... 29
Gambar 3.7 Flow Chart Kegiatan Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan
................................................................................................................................ 34
Gambar 3.8 Bentuk BM dan CP................................................................................... 40
Gambar 3.9 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok. ......................................................... 42
Gambar 3.10 Pengamatan Azimuth Astronomis. ........................................................... 43
Gambar 3.11 Contoh Pengukuran Topografi................................................................. 44
Gambar 3.12 Pengukuran waterpass ........................................................................... 45
Gambar 3.13 Profil Melintang Sungai ........................................................................... 48
Gambar 3.14 Perbedaan pergerakan tanah oleh jatuhnya air hujan. ............................... 53
Gambar 3.15 Tingkah laku air hujan setelah jatuh ke tanah. ........................................... 53
Gambar 3.16 bentuk masing-masing erosi dalam suatu areal kejadian erosi. ................... 55
Gambar 3.17 Variasi penyebaran hujan Der Weduwen dan Boerema di Indonesia bagian
barat. ........................................................................................................................ 58
Gambar 18 Type-type penyebaran hujan dalam % terhadap waktu dikeluarkan oleh weldell
styner, USDA, SCS (81) ............................................................................................. 59
Gambar 3.19 Perubahan L dan S. ............................................................................... 64
Gambar 3.20 Perubahan L dengan S yang tetap. .......................................................... 64
Gambar 3.21 Gambar nama-nama bagian pendadali sedimen ........................................ 72
Gambar 3.22 tekanan air pada bangunan pengendali sedimen ....................................... 74
Gambar 3.23 Type Kolam Sedimen. ........................................................................... 87
Gambar 3.24 Contoh kolam sedimen yang dibangun oleh masarakat Bengkulu dan
berfungsi sebagai kolam ikan. ..................................................................................... 88
Gambar 3.25 Sedimen Trap ........................................................................................ 88
Gambar 3.26 Contoh lokasi penempatan sedimen trap pada areal yang terbuka seluas 2.4
ha. ............................................................................................................................ 89
Gambar 3.27 Konstruksi dan kotakan jerami sebagai penahan ....................................... 91

PT. BIASREKA

3- 101

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Gambar 28 Bagian udik kotakan tanahnya harus ditimbun lebih tinggi (10 cm) dari bagian
hilir. .......................................................................................................................... 91
Gambar 3.29

a Pemasangan kotakan jerami yang salah ........................................... 92

Gambar 3.30 ARAHAN REHABILITASI LAHAN DAN KONSERVASI TANAH DI DALAM


SETIAP KAWASAN ................................................................................................... 94
Gambar 3.31 Contoh Penanggulangan Sipil teknis Konservasi daerah Aliran Sungai ....... 95

PT. BIASREKA

3- 102

BAB-4. RENCANA KERJA

4.1. RENCANA KERJA


4.1.1. TAHAPAN KEGIATAN
Sesuai dengan pembahasan pada bab sebelumnya, tahapan dan rincian kegiatan untuk
pekerjaan Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan , secara umum
dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pengumpulan Data Sekunder dan Orintasi Lapangan mencari lokasi kritis pada lahan dan
sungai di hulu waduk Darma
3. Pemilihan lokasi kritis
4. Survey Lapangan (Survey topografi, Geoteknik dan Hidrologi-Hidrometri)
5. Evaluasi Data dan Analisis
6. Plotting Peta daerah kritis pada peta Bakosurtanal
7. Analisis Data Lanjutan
8. Penyusunan Alternatif Sipil Teknis dan Vegetasi untuk mengatasi lahan kritis
9. Pemilihan Alternatif Sipil Teknis dan Vegetasi Konservasi DAS
10. Penyusunan Laporan dan Rekomendasi umum
4.2. KAPASITAS KERJA
Kapasitas Kerja merupakan penjelasan kemampuan personil atau suatu tim kerja untuk
menyelesaikan pekerjaan, persatuan waktu. Lebih lanjut, jumlah personil atau tim kerja yang
dilibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan agar dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu
yang ditetapkan, tergantung dari tingkat kapasitas kerja tim itu sendiri, serta volume kerja yang
telah ditetapkan.

PT. BIASREKA

4-1

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Dalam pelaksanaannya, kapasitas kerja personil atau tim kerja, dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
Kondisi fisik lapangan, dalam hal ini adalah kondisi topografi, tata guna lahan, tanah,
serta cuaca.
Pengalaman kerja anggota tim, terutama dalam kaitannya untuk penyelesaian pekerjaan
secara menyeluruh.
Penjelasan lebih lanjut tentang kapasitas kerja personil atau tim kerja, serta volume pekerjaan
yang akan dilakukan, disajikan pada pembahasan berikut ini.

4.3. TAHAPAN PERSIAPAN


Selama 1 minggu sejak diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), Konsultan akan
melakukan persiapan-persiapan pelaksanaan pekerjaan sebagaimana telah dijelaskan dalam
metoda kerja yang pada dasarnya terdiri dari :
Mobilisasi tenaga ahli dan rencana kunjungan lapangan
Pengumpulan data dan review data sebelumnya
Proses administrasi
Pengumpulan data awal dan investigasi lapangan pendahuluan
Uraian waktu yang dibutuhkan berdasarkan item-item pekerjaan, personil dan peralatan yang
dipergunakan pada pekerjaan persiapan ini adalah sebagai berikut :
Kebutuhan waktu pelaksanaan

Persiapan Administrasi

6 hari

Mobilisasi Personil & Peralatan

6 hari

Studi Pustaka

= 12 hari

Penyusunan Rencana Kerja

Penyusunan Laporan Pendahuluan

= 12 hari

PT. BIASREKA

4 hari

4-2

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tenaga Pelaksana da alokasi Man-Month


Tabel 4. 1 Alokasi MM Pada Kegiatan A

Alokasi MM pada kegiatan A


No
a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7

Jenis Kegiatan/Personil
Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran

Kegiatan A

0.50
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0
0
0.25
0.25
0.25
0.5
0

4.5. PENGUMPULAN DATA SEKUNDER & ORIENTASI LAPANGAN


Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk memenuhi bahan-bahan kajian yang masih
kurang. Kegiatan ini berlangsung sejalan dengan kunjungan/orientasi lapangan. Data-data yang
akan di kumpulkan dapat berupa peta, buku laporan studi terdahulu, RTRW Propinsi Jawa
Barat, RTRW Kabupaten Kuningan, hasil penelitian yang mencakup dan berhubungan dengan
lokasi kajian (Kabupaten Kuningan) disamping data-data yang lain yang mempunyai kesamaan
dalam bidang pembahasan dengan pekerjaan ini .

PT. BIASREKA

4-3

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tenaga Pelaksana dan Alokasi MM


4.2 Alokasi
Alokasi MMTabel
pada kegiatan
B MM Pada Kegiatan B
No

Jenis Kegiatan/Personil

a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7

Kegiatan B

Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran

0.75
0.25
0.50
0.25
0.25
0.00
0
0
0.25
0.25
0.5
0.5
0

4.6. SURVEY LAPANGAN


Adapun jenis Survey lapangan yang dilakukan adalah :
Survey Topografi
Survey Mekanika Tanah / Geoteknik
Survey Hidrologi/Hidrometri
Kebutuhan waktu pelaksanaan

Survey Topografi

1.5 bulan

Survey Mekanika Tanah / Geoteknik

15 hari

Survey Hidrologi/Hidrometri

15 hari

Tenaga Pelaksana

Jadi secara umum kebutuhan tenaga dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

PT. BIASREKA

4-4

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

4.3 Alokasi MM Pada Kegiatan C


AlokasiTabel
MM pada
kegiatan C
No

Jenis Kegiatan/Personil

a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7

Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran

Kegiatan C

0.75
0.50
1.00
0.50
0.25
0.00
2
0
0.5
0.5
2
0
2

4.7. ANALISIS DATA


Pekerjaan Analisis Kondisi Wilayah ini meliputi pekerjaan :
Analisa Hidrologi & Hidrometri
Analisa Geohidrologi- mekanika tanah
Kapasistas kerja
Kebutuhan waktu pelaksanaan

Analisis Topografi

= 1 bulan

Analisis Hidrologi

= 1 bulan

Analisis Geohidrologi-mekanika tanah

= 0,5 bulan

Analisis Sosek

= 0,5 bulan

Tenaga Pelaksana

Jadi secara umum kebutuhan tenaga dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

PT. BIASREKA

4-5

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tabel 4.4 Alokasi MM Pada Kegiatan D


Alokasi MM
pada kegiatan D
No

Jenis Kegiatan/Personil

a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7

Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran

Kegiatan D

1.00
1.00
0.25
1.00
0.25
1.00
0
1
2
2
0.25
1
0

4.8. PERENCANAAN TEKNIS


Salah satu tahapan penting dalam Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten
Kuningan adalah Perencanaan Teknis. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan menyusun
suatu desain yang baik dan layak dalam pemenuhan kebutuhan air baku.
Kapasistas kerja
Kebutuhan waktu pelaksanaan

Perencanaan Teknis

= 2 bulan

Tenaga Pelaksana

Jadi secara umum kebutuhan tenaga dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

PT. BIASREKA

4-6

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

4.5 Alokasi
MM
AlokasiTabel
MM pada
kegiatan
E Pada Kegiatan E
No

Jenis Kegiatan/Personil

a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7

Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran

Kegiatan E

1.00
0.25
0.25
0.25
1.00
0.50
0
1
1
1
1
1
0

4.9. REKOMENDASI KEGIAT AN REKAYAS A SIPIL TEKNIS DAN VEGETASI


Kebutuhan waktu pelaksanaan

Analisis Kelayakan

= 1,0 bulan

Tenaga Pelaksana

Jadi secara umum kebutuhan tenaga dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Alokasi MM Pada Kegiatan F
Alokasi MM pada kegiatan F
No

Jenis Kegiatan/Personil

a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7

PT. BIASREKA

Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran

Kegiatan F

1.00
0.25
0.25
0.25
0.50
0.75
0
0
1
1
1
2
0

4-7

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

4.10. RESUME PERHITUNGAN KEBUTUHAN PERSONIL


Jadi secara keseluruhan kebutuhan tenaga/personil dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.7 Kebutuhan Personil Untuk Semua Kegiatan
No
a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7

Jenis Kegiatan/Personil
Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran

PT. BIASREKA

Orang

Jumlah
Orang Bulan

Kegiatan A Kegiatan B Kegiatan C Kegiatan D Kegiatan E Kegiatan F

1
1
1
1
1
1

5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5

0.50
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25

0.75
0.25
0.50
0.25
0.25
0.00

0.75
0.50
1.00
0.50
0.25
0.00

1.00
1.00
0.25
1.00
0.25
1.00

1.00
0.25
0.25
0.25
1.00
0.50

1.00
0.25
0.25
0.25
0.50
0.75

1
1
1
1
1
1
3

2
2
5
5
5
5
2

0
0
0.25
0.25
0.25
0.5
0

0
0
0.25
0.25
0.5
0.5
0

2
0
0.5
0.5
2
0
2

0
1
2
2
0.25
1
0

0
1
1
1
1
1
0

0
0
1
1
1
2
0

4-8

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Tabel 4. 1 Alokasi MM Pada Kegiatan A....................................................................................... 3


Tabel 4.2 Alokasi MM Pada Kegiatan B ................................................................................ 4
Tabel 4.3 Alokasi MM Pada Kegiatan C ................................................................................ 5
Tabel 4.4 Alokasi MM Pada Kegiatan D ................................................................................ 6
Tabel 4.5 Alokasi MM Pada Kegiatan E ................................................................................ 7
Tabel 4.6 Alokasi MM Pada Kegiatan F................................................................................. 7
Tabel 4.7 Kebutuhan Personil Untuk Semua Kegiatan .................................................................. 8

PT. BIASREKA

4-9

Lpaoran Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

BAB 5. PENUGASAN TENAGA AHLI DAN


PELAPORAN

5.1. STRUKTUR ORGANISASI PERSONIL D AN PENUGASANNYA


Berdasarkan pemahaman atas Kerangka Acuan Kerja dan Berita Acara Pekerjaan Studi
Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan, Konsultan telah menyusun organisasi
pelaksanaan pekerjaan.
Pada gambar jadual penugasan personil juga diuraikan secara singkat bidang keahlian dan
garis besar bidang tugas yang akan dilakukan oleh tiap anggota team.
Untuk mencapai efektifitas dan efiesiensi penyelenggaraan pekerjaan ini, maka organisasi
pelaksanaan pekerjaan ini akan dibagi dalam tiga jenjang/lapis, yaitu:
Ketua Team (Team Leader) merupakan jenjang yang mengkoordinasikan pelaksanaan
pekerjaan, dan
Staff Ahli yang terdiri dari beberapa disiplin ilmu dan saling membantu dalam penyelesaian
pekerjaan.
Konsultan telah memilih dan menunjuk tenaga-tenaga ahli yang akan ditugaskan dalam
pelaksanaan pekerjaan pekerjaan ini. Tenaga ahli terpilih untuk pekerjaan ini telah mempunyai
pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan reklamasi rawa dan drainase serta didukung oleh
kemampuan akademik yang memadai untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan
pekerjaan ini.

PT. BIASREKA

5 -1

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Tenaga inti (key-personnel) dari team pelaksana Konsultan berjumlah 6 (enam) orang.
Tabel 5. 1 Susunan Personil dan Penugasan Pelaksana Pekerjaan

PT. BIASREKA

B4 -2

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuliuan

NAMA PERSONIL

PERUSAHAAN

LINGKUP KEAHLIAN

POSISI YANG

URAIAN PEKERJAAN

DIUSULKAN
IR. RONI KUST IWAN MT

PT.BIASREKA

AHLI
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA AIR

KET UA T EAM

PT. BIASREKA

Bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap


pelaksanaan pekerjaan dari sejak persiapan
sampai saat akhir pekerjaan, serta secara
periodik melaporkan perkembangan pekerjaan
kepada Direksi Pekerjaan
Betanggung
jawab
atas
koordinasi
dan
pengawasan terhadap tim yang lain dalam
pelaksanaan
pekerjaan,
baik
pekerjaan
pengumpulan data lapangan , survey lapangan,
pengeplotan data lapangan ke dalam data peta
bakosurtanal inventarisasi longsoran
sampai
pekerjaan kantor (analisis dan pelaporan)
Bertanggung
jawab
terhadap
persiapan
pelaksanaan pekerjaan, termasuk persiapan
kantor, fasilitas-fasilitas pendukung pelaksanaan
pekerjaan, rencana kerja serta metodologi yang
akan diterapkan
Bertanggung jawab terhadap Direksi Pekerjaan
yang
berkaitan
terhadap
kegiatan
tim
pelaksanaan
pekerjaan
dan
pelaksanaan
pekerjaan yang berlangsung saat ini, sehingga
semua berjalan sesuai dengan permintaan TOR
sebagai acuan pekerjaan
Bertanggung jawab membina hubungan baik
terhadap instansi-instansi yang terkait guna
memperlancar pelaksanaan pekerjaan yang akan
diselesaikan
Berperan sebagai koordinasi setiap kegiatan
diskusi dengan Direksi Pekerjaan dan alokasi
penugasan
personil
yang
telibat
dalam
pelaksanaan proyek
Melakukan
monitoring terhadap
kemajuan
pekerjaan yang dilaksanakan sehingga sesuai

B4 -3

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

NAMA PERSONIL

PERUSAHAAN

LINGKUP KEAHLIAN

POSISI YANG

URAIAN PEKERJAAN

DIUSULKAN

PT.BIASREKA

schedul yang telah direncanakan


Mengkaji ulang serata pengecekan keseluruhan
hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan
Mengkoordinasi secara keseluruhan akan laporan
yang harus diserahkan pada Pihak Direksi
Pekerjaan.
Menyiapkan
Spesifikasi
Teknis,
Rencana
Anggaran Biaya dan Rencana Paket Perioritas
pekerjaan antara laporan-laporan lainnya.

5 -4

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

NAMA PERSONIL

PERUSAHAAN

LINGKUP KEAHLIAN

POSISI YANG

URAIAN PEKERJAAN

DIUSULKAN
IR. DIDIN HAFIUDIN

PT.BIASREKA

MANAJEMEN
KEHUT ANAN

AHLI
KEHUT ANAN

IR.LULU MULYADI

PT BIASREKA

AHLI PEMET AAN


T EREST RIS

AHLI GEODESI

PT.BIASREKA

Ahli Kehutanan akan bertanggung jawab penuh terhadap


rekomendasi mengenai upaya konservasi lahan baik
dengan vegetasi maupun dengan sistem lainnya terutama
masukan terhadap rekayasa sipil teknis pelaksanaan
konservasi di daerah aliran sungai.
Adapun uraian tugas dan tanggung jawabnya dapat
diuraikan sebagai berikut :
Melakukan investigasi serta pengumpulan data
kawasan hutan sebagai zone penyangga dan
konservasi air .
Melakukan survei identifikasi penggunaan tanah
untuk setiap daerah aliran sungai, identifikasi
menegnai vegetasi yang ada saat ini serta
konstribusinya dalam proses longsoran di
lapangan ..
Melakukan analisis terhadap peristiwa longsoran
yang terjadi untuk setiap daerah aliran sungai di
masing-masing daerah aliran sungai..
Melakukan
penyusunan
upaya-upaya
penanganan konservasi tanah di masing-masing
daerah aliran sungai dengan titik berat pada
konsep penanganan secara vegetatif.
Membatu Team Leader dalam melakukan
kegiatan secara kontinu dan terpadu yang dalam
menentukan jenis rekayasa vegetasi untuk
mengatasi wilayah lahan kritis.
Ahli Geodesi bertanggung jawab penuh terhadap
bidang pengukuran dan sebagai penanggung jawab
terhadap team survei GPS, dimana dalam tugas dan
tanggung jawabnya dapat diuraikan sebagai berikut :

Melakukan survey lokasi situasi longsoran di DAS


dengan metode pengukuran GPS Geodetik, dan

5 -5

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

NAMA PERSONIL

PERUSAHAAN

LINGKUP KEAHLIAN

POSISI YANG

URAIAN PEKERJAAN

DIUSULKAN

PT.BIASREKA

Total Station .
Menyiapkan titik-titik referensi pengukuran
Menyiapkan hasil inventarisasi daerah longsoran
Melakukan koordinasi di dalam pelaksanaan
pengukuran baik ketelitian situasi longsoran hasil
pemetaan dengan GPS
Melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap
perhitungan dan ketelitian di dalam perhitungan
data pengukuran GPS
Menyiapkan gambar-gambar hasil pengukuran
dan laporan akhir dari hasil pengukuran.

5 -6

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

NAMA PERSONIL

PERUSAHAAN

LINGKUP KEAHLIAN

POSISI YANG

URAIAN PEKERJAAN

DIUSULKAN
IR.WAHJOE SET YOHADI

PT.BIASREKA

AHLI
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA AIR

AHLI COST
EST IMAT E

Ahli Cost Estimator bertanggung jawab penuh


terhadap semua permasalahan yang terkait dengan
besaran biaya konstruksi dan kubikasi bangunan
rekayasa teknis sipil dan vegetasi parameter dan
perencanaan teknis sipil untuk menangani masalah
longsoran, pemilihan alternatif penanganan serta
memberikan rekomendasi.bentuk penanganan terbaik
untuk longsotan dari suatui DAS, serta pekerjaan
lainnya yang terkait dengan perencanaan teknis,
dimana dalam tugas dan tanggung jawabnya dapat
diuraikan sebagai berikut :
Ahli Cost Estimator mempunyai tugas dan tanggung
jawab mencakup :

Melakukan inventarisasi dan pengumpulan data


untuk harga satuan upah dan bahan di lokasi
terdekat dengan wilayah kajian.

Menentukan rencana anggaran biaya dan analisis


harga satuan upah dan bahan yang ada dalam
pemilihan alternatif penanganan longsoran dan
rekayasa teknis

Membantu Team Leader dalam menyiapkan tiap


tahap laporan, dan diskusi dengan pihak pemberi
tugas.
Membuat/menyusun draft Laporan Akhir, dibantu
oleh
semua
Asisten,
untuk
kemudian
didiskusikan dengan Direksi dan melengkapi
bahan-bahan untuk Laporan Akhir, menyusun
Executive Summary dari sistem irigasi/drainasi
yang diusulkan.

IR.RUNT IARKO

PT.BIASREKA

AHLI REKAYASA
T EKNIK GEOLOGI

AHLI
GEOLOGI

Bersama tenaga ahli lain ikut serta dalam


merencanakan penentuan as bendung dan tata letak
bendung ..

PT.BIASREKA

5 -7

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

NAMA PERSONIL

PERUSAHAAN

LINGKUP KEAHLIAN

POSISI YANG

URAIAN PEKERJAAN

DIUSULKAN
Melakukan analisa daya dukung tanah . dalam
merencanakan penentuan as bendung dan tata letak
bendung
Melakukan fungsi koordinasi dan supevisi/pengawasan
internal team Konsultan untuk pekerjaan perencanaan
daya dukung fundasi bangunan di atas tanah lunak,
baik
pekerjaan
lapangan
maupun
pekerjaan
analisa/kantor;
Melakukan kordinasi dengan team disiplin ilmu lainnya
dalam menyatukan visi dan tujuan pekerjaan;
Melakukan
mekanisasi
kerja
eksternal
yang
menyangkut tindakan diskusi atau rapat dengan pihak
Direksi untuk kemudian diteruskan sebagai bahan
arahan-kerja kepada semua anggota team;
Membuat pedoman dan catatan perencanaan (design
notes) , terutama perencanaan daya dukung bangunan
air , penurunan tanah, side slope , yang
akan
digunakan seluruh anggota team dalam merencanakan
pekerjaan yang ditugaskan
Bertanggungjawab atas pelaksanaan dan hasil kegiatan
dibidang tugasnya.

PT.BIASREKA

5 -8

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

NAMA PERSONIL

PERUSAHAAN

LINGKUP KEAHLIAN

POSISI YANG

URAIAN PEKERJAAN

DIUSULKAN
IR. BUDI PART ONO

PT.BIASREKA

PT.BIASREKA

AHLI LINGKUNGAN
PENYEHAT AN

AHLI T EKNIK
LINGKUNGAN

Melakukan survey pendahuluan, survey jenis dan


ragam peristiwa longsoran, pengumpulan data
kependudukan, sanitasii lingkungan .
Melakukan fungsi koordinasi dan supevisi/pengawasan
internal team Konsultan untuk pekerjaan perencanaan
daya dukung fundasi bangunan di atas tanah lunak,
baik
pekerjaan
lapangan
maupun
pekerjaan
analisa/kantor;
Melakukan kordinasi dengan team disiplin ilmu lainnya
dalam menyatukan visi dan tujuan pekerjaan;
Melakukan
mekanisasi
kerja
eksternal
yang
menyangkut tindakan diskusi atau rapat dengan pihak
Direksi untuk kemudian diteruskan sebagai bahan
arahan-kerja kepada semua anggota team;
Membuat pedoman dan catatan perencanaan (design
notes), terutama analisis kimia, biologi, kualitas air dan
perilaku penduduk dalam penggunaan lahan dan air
Bertanggungjawab atas pelaksanaan dan hasil kegiatan
dibidang tugasnya.

5 -9

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

5.2. URAIAN PENUGAS AN TENAGA AHLI


Ketua Tim / Team Leader : Ir. Roni Kustiwan MT

Ketua Tim adalah personil yang akan bertugas memimpin seluruh team (mengkoordinir
pekerjaan dari team dan menentukan standar yang seragam untuk pekerjaan yang
dilakukan oleh anggota team). Secara terinci tugas dan tanggung jawab Ketua tim adalah
sebagai berikut :

Bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap pelaksanaan pekerjaan dari sejak


persiapan

sampai

saat

akhir

pekerjaan,

serta

secara

periodik

melaporkan

perkembangan pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan

Betanggung jawab atas koordinasi dan pengawasan terhadap tim yang lain dalam
pelaksanaan pekerjaan, baik pekerjaan pengumpulan data

lapangan, survey

lapangan, pengeplotan data lapangan ke dalam data peta bakosurtanal inventarisasi


longsoran sampai pekerjaan kantor (analisis dan pelaporan)

Bertanggung jawab terhadap persiapan pelaksanaan pekerjaan, termasuk persiapan


kantor, fasilitas-fasilitas pendukung pelaksanaan pekerjaan, rencana kerja serta
metodologi yang akan diterapkan

Bertanggung jawab terhadap Direksi Pekerjaan yang berkaitan terhadap kegiatan tim
pelaksanaan pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung saat ini,
sehingga semua berjalan sesuai dengan permintaan TOR sebagai acuan pekerjaan

Bertanggung jawab membina hubungan baik terhadap instansi-instansi yang terkait


guna memperlancar pelaksanaan pekerjaan yang akan diselesaikan

Berperan sebagai koordinasi setiap kegiatan diskusi dengan Direksi Pekerjaan dan
alokasi penugasan personil yang telibat dalam pelaksanaan proyek

Melakukan monitoring terhadap kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan sehingga


sesuai schedul yang telah direncanakan

Mengkaji ulang serata pengecekan keseluruhan hasil pekerjaan yang telah


dilaksanakan

Mengkoordinasi secara keseluruhan akan laporan yang harus diserahkan pada Pihak
Direksi Pekerjaan.

Menyiapkan Spesifikasi Teknis, Rencana Anggaran Biaya dan Rencana Paket


Perioritas pekerjaan antara laporan-laporan lainnya.

PT.DEKA PENTRA

V -10

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Ahli Kehutanan : Ir.Didin Hafiudin

Ahli Kehutanan akan bertanggung jawab penuh terhadap rekomendasi mengenai upaya
konservasi lahan baik dengan vegetasi maupun dengan sistem lainnya terutama masukan
terhadap rekayasa sipil teknis pelaksanaan konservasi di daerah aliran sungai.
Adapun uraian tugas dan tanggung jawabnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Melakukan investigasi serta pengumpulan data kawasan hutan sebagai zone
penyangga dan konservasi air .
Melakukan survei identifikasi penggunaan tanah untuk setiap daerah aliran sungai,
identifikasi menegnai vegetasi yang ada saat ini serta konstribusinya dalam proses
longsoran di lapangan ..
Melakukan analisis terhadap peristiwa longsoran yang terjadi untuk setiap daerah aliran
sungai di masing-masing daerah aliran sungai..
Melakukan penyusunan upaya-upaya penanganan konservasi tanah di masing-masing
daerah aliran sungai dengan titik berat pada konsep penanganan secara vegetatif.
Membatu Team Leader dalam melakukan kegiatan secara kontinu dan terpadu yang
dalam menentukan jenis rekayasa vegetasi untuk mengatasi wilayah lahan kritis.
Ahli Geodesi : Ir. Lulu Mulyadi

Ahli Geodesi bertanggung jawab penuh terhadap bidang pengukuran dan sebagai
penanggung jawab terhadap team survei GPS, dimana dalam tugas dan tanggung jawabnya
dapat diuraikan sebagai berikut :

Melakukan survey lokasi situasi longsoran di DAS dengan metode pengukuran GPS
Geodetik, dan Total Station .

Menyiapkan titik-titik referensi pengukuran

Menyiapkan hasil inventarisasi daerah longsoran

Melakukan koordinasi di dalam pelaksanaan pengukuran baik ketelitian situasi


longsoran hasil pemetaan dengan GPS

Melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap perhitungan dan ketelitian di dalam


perhitungan data pengukuran GPS

Menyiapkan gambar-gambar hasil pengukuran dan laporan akhir dari hasil pengukuran.

PT.BIASREKA

5 -11

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Ahli Geologi : Ir. Runtiarko


Tugas Ahli Geologi :
Bersama tenaga ahli lain ikut serta dalam merencanakan penentuan pemilihan jenis
bangunan yang akan dikontruksi sesuai dengan kondisi bangunan rencana.
Melakukan analisa daya dukung tanah. dalam merencanakan semua jenis bangunan yang
dipilih untuk rekayasa penanganan longsoran.
Melakukan fungsi koordinasi dan supevisi/pengawasan internal team Konsultan untuk
pekerjaan perencanaan daya dukung fundasi bangunan di atas tanah lunak, baik pekerjaan
lapangan maupun pekerjaan analisa/kantor;
Melakukan kordinasi dengan team disiplin ilmu lainnya dalam menyatukan visi dan tujuan
pekerjaan;
Melakukan mekanisasi kerja eksternal yang menyangkut tindakan diskusi atau rapat
dengan pihak Direksi untuk kemudian diteruskan sebagai bahan arahan-kerja kepada
semua anggota team;
Membuat pedoman dan catatan perencanaan (design notes), terutama perencanaan daya
dukung bangunan air, penurunan tanah, side slope, yang akan digunakan seluruh anggota
team dalam merencanakan pekerjaan yang ditugaskan
Bertanggungjawab atas pelaksanaan dan hasil kegiatan dibidang tugasnya.

Ahli Lingkungan : Ir. Budi Partono


Tugas Ahli Lingkungan
Melakukan survey pendahuluan, survey jenis dan ragam peristiwa longsoran, pengumpulan
data kependudukan, sanitasii lingkungan .
Melakukan fungsi koordinasi dan supevisi/pengawasan internal team Konsultan untuk
pekerjaan perencanaan daya dukung fundasi bangunan di atas tanah lunak, baik pekerjaan
lapangan maupun pekerjaan analisa/kantor;
Melakukan kordinasi dengan team disiplin ilmu lainnya dalam menyatukan visi dan tujuan
pekerjaan;
Melakukan mekanisasi kerja eksternal yang menyangkut tindakan diskusi atau rapat
dengan pihak Direksi untuk kemudian diteruskan sebagai bahan arahan-kerja kepada
semua anggota team;
Membuat pedoman dan catatan perencanaan (design notes), terutama analisis kimia,
biologi, kualitas air dan perilaku penduduk dalam penggunaan lahan dan air
Bertanggungjawab atas pelaksanaan dan hasil kegiatan dibidang tugasnya.

PT.BIASREKA

5 -12

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Laporan Pendahuluan

Ahli Cost Estimator : Ir. Wahjoe Setyohadi


Tugas Ahli Cost Estimator
Ahli Cost Estimator bertanggung jawab penuh terhadap semua permasalahan yang terkait
dengan besaran biaya konstruksi dan kubikasi bangunan rekayasa teknis sipil dan vegetasi
parameter dan perencanaan teknis sipil untuk menangani masalah longsoran, pemilihan
alternatif penanganan serta memberikan rekomendasi.bentuk penanganan terbaik untuk
longsotan dari suatui DAS,

serta pekerjaan lainnya yang terkait dengan perencanaan

teknis, dimana dalam tugas dan tanggung jawabnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Ahli Cost Estimator mempunyai tugas dan tanggung jawab mencakup :

Melakukan inventarisasi dan pengumpulan data untuk harga satuan upah dan bahan di
lokasi terdekat dengan wilayah kajian.

Menentukan rencana anggaran biaya dan analisis harga satuan upah dan bahan yang
ada dalam pemilihan alternatif penanganan longsoran dan rekayasa teknis

Membantu Team Leader dalam menyiapkan tiap tahap laporan, dan diskusi dengan
pihak pemberi tugas.
Membuat/menyusun draft Laporan Akhir, dibantu oleh semua Asisten, untuk kemudian
didiskusikan dengan Direksi dan melengkapi bahan-bahan untuk Laporan Akhir,
menyusun Executive Summary dari sistem irigasi/drainasi yang diusulkan.

5.3. JENIS PELAPORAN


1.

LAPORAN PENDAH ULUAN

Sebelum laporan pendahuluan, diserahkan laporan rencana mutu kontrak yang memuat
rencana kerja secara detail dari awal pekerjaan hingga akhir pekerjaan dengan disertai
check list dalam bentuk seperti berikut penjadwalan tenaga ahli. Laporan ini merupakan
media evaluasi dan monitoring yang efektif mengenai realisasi pelaksanaan pekerjaan.
Laporan Pendahuluan ini harus diserahkan paling lambat 3 minggu setelah Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan, dan dibuat sebanyak 5 (lima) buku. Laporan Pendahuluan
memuat :
1.Rencana kerja menyeluruh pelaksanaan pekerjaan;
2.Metodologi pekerjaan;

PT.BIASREKA

5 -13

Laporan Pendahuluan

2.

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

LAPORAN BULANAN

Laporan Bulanan memuat laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan serta kendala yang
dihadapi selama 1 (satu) bulan yang memuat uraian kegiatan, personil, bahan dan peralatan
pendukung serta kemajuan pekerjaan pada bulan yang bersangkutan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya per tanggal 3 (tiga) setiap bulannya, selama
bulan pelaksanaan pekerjaan berjalan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) rangkap
buku laporan.
3.

LAPORAN ANTARA/INTERIM

Laporan Antara/Interim memuat rangkuman hasil data survey primer dan sekunder,
analisis awal terhadap data-data hasil survey yang dilengkapi dengan kajian awal, hasil yang
telah dicapai baik dalam hal kegiatan lapangan maupun perencanaan, kendala-kendala yang
dihadapi dan langkah -langkah kegiatan selanjutnya. Serta memperhatikan hasil
diskusi laporan pendahuluan dalam bentuk notulen rapat. Laporan harus diserahkan selambatlambatnya pada pertengahan kegiatan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
4.

LA POR A N A K HIR

Laporan Akhir memuat hasil perbaikan dan penyempurnaan dari Draft Final Report, berisi
semua hasil pelaksanaan pekerjaan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya bulan ke-4 (keempat) minggu ke-3 (ketiga)
setelah diterbitkannya SPMK, sebanyak 15 (lima belas) buku laporan dan cakram padat
(compact disc) sebanyak 10 (sepuluh) keping, untuk didistribusikan kepada pihak-pihak yang
terkait dan berkepentingan.

PT.BIASREKA

5 -14

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Gambar 5. 1 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan

PT. BIASREKA

5-15

Laporan Pendahuluan

Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan

Gambar 5. 1 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan .................................................................................................................... 15

Tabel 5. 1 Susunan Personil dan Penugasan Pelaksana Pekerjaan ..................................................................................................... 2

PT.BIASREKA

5 -16

Anda mungkin juga menyukai