Berdasarkan Kontrak kerja antara Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dengan PT.
BIASREKA Engineering Consultant
No HK.02.03/At-1/03/02-23/2012
tentang pelaksanaan pekerjaan STUDI KONSERVASI HULU WADUK DARMA, KAB. KUNINGAN ,
berikut ini kami sampaikan:
LAPORAN PENDAHULUAN
Bab 1 Pendahuluan
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap pekerjaan
ini.
PT.BIASREKA
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
1-1
1.2.
1-2
1.3.
LINGKUP PEKERJAAN
1-3
2-1
2.2.
2-1
2.3.
2-4
2.4.
2-7
2.5.
2-13
UMUM
3-1
3.2.
3-2
3-2
3.3.
3-2
3-7
3-7
3-9
3-9
3-10
3-11
3-11
3-12
3-13
3-14
3-17
3-21
PT.BIASREKA
ii
3.4.2. USDA
3.5.
3-24
3-27
3-28
SELAMA MENGUNTUNGKAN.
3-29
3-30
ARAHKAN ALIRAN AIR DARI DAERAH YANG
GUNDUL.
3-30
3-30
ATUR KECEPATAN AIR PADA LAHAN SUPAYA
SEPELAN MUNGKIN.
3.5.8. PRINSIP 8:
3-31
3-31
3-32
3-33
3-33
3-35
3-36
3-37
3-38
3-48
3-51
3.7.
3-52
3.8
3-71
3.8.1
HIDRAULIC GRADIENT.
3-82
3.8.2
TEBAL LANTAI
3-82
3.9
PT.BIASREKA
3-83
iii
3.9.1
3-84
3.9.2
3-84
3.9.3
3-90
3.10
3-94
3.11
3-95
3-96
3-96
RENCANA KERJA
4-1
4.1.1. TahapanKegiatan
4-1
4.2.
KAPASITAS KERJA
4-2
4.3.
TAHAPAN PERSIAPAN
4-2
4.5.
4-3
4.6.
SURVEY LAPANGAN
4-4
4.7.
ANALISIS DATA
4-5
4.8.
PERENCANAAN TEKNIS
4-6
4.9.
4.10.
4-8
5-1
5.2.
5-14
5.3.
JENIS PELAPORAN
5-18
PT.BIASREKA
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Curah Hujan Bulanan Pos Hujan Waduk Darma
2-4
2-5
2-6
2-13
2-14
2-14
2-15
2-15
2-16
2-17
3-4
3-12
Tabel 3.3 . Klasifikasi Jenis Tanah Dan Nilai Skore Untuk Di Indonesia.
3-12
3-13
3-18
Tabel 3. 6 Klasifikasi Dan Nilai Skore Faktor Lereng (S) Yang Berlaku
Di Indonesia.
3-19
Tabel 3. 7 Klasifikasi Dan Nilai Skore Faktor Bentuk Drainase (D) Yang Berlaku 3-19
Tabel 3.8 Diberikan Perbedaan Dan Kesamaan Pandangan Dalam Memberikan
Klasifikasi Lahan.
3-24
Tabel 3. 9 Kriteria Untuk Lahan Yang Bisa Ditanami Di Israel
3-25
3-25
3-26
3-56
3-66
PT.BIASREKA
3-69
4-3
4-4
4-5
4-6
4-7
4-7
4-8
5-2
PT.BIASREKA
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi Waduk Darma Dan Sungai-Sungai Yang Menjadi Pemasok
Air Waduk.
2-3
Gambar 2.2 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Sta Waduk Darma
2-5
Gambar 2.3 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Sta Gunung Sirah
2-6
3-5
3-6
3-7
3-14
3-20
3-29
Gambar 3.7 Flow Chart Kegiatan Studi Konservasi Hulu Waduk Darma
Kabupaten Kuningan
3-34
3-40
3-42
3-43
3-44
3-45
3-48
3-53
3-53
Gambar 3.16 Bentuk Masing-Masing Erosi Dalam Suatu Areal Kejadian Erosi.
3-55
PT.BIASREKA
3-58
vii
3-59
3-64
3-64
3-72
3-74
3-87
Gambar 3.24 Contoh Kolam Sedimen Yang Dibangun Oleh Masarakat Bengkulu
Dan Berfungsi Sebagai Kolam Ikan.
Gambar 3.25 Sedimen Trap
3-88
3-88
Gambar 3.26 Contoh Lokasi Penempatan Sedimen Trap Pada Areal Yang Terbuka
Seluas 2.4 Ha.
Gambar 3.27 Konstruksi Dan Kotakan Jerami Sebagai Penahan
3-89
3-91
Gambar 3.28 Bagian Udik Kotakan Tanahnya Harus Ditimbun Lebih Tinggi (10 Cm)
Dari Bagian Hilir.
Gambar 3.29 A Pemasangan Kotakan Jerami Yang Salah
3-91
3-92
Gambar 3.30 Arahan Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah Di Dalam Setiap
Kawasan
3-94
Gambar 3.31 Contoh Penanggulangan Sipil Teknis Konservasi Daerah
Aliran Sungai
Gambar 5. 1 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan
PT.BIASREKA
3-95
5-15
viii
LAPORAN PENDAHULUAN
Bab1. PENDAHULUAN
: 6.400 ha
Kab. Cirebon
: 13.284 ha
Selain itu Waduk Darma juga melayani kebutuhan air baku untuk PDAM Kabupaten Kuningan
sebanyak 80 ltr/dt.
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) CimanukCisanggarung memiliki tugas pokok dan
kewenangan sebagai institusi pengelolaan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai CimanukCisanggarung dalam meningkatkan pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber air. Untuk
mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan konservasi sungai, waduk, danau dan sumber air
PT.BIASREKA
1-1
Laporan Pendahuluan
lainnya yang memerlukan perbaikan dan peningkatan fungsi (rehabilitasi) sehingga mampu
memberikan layanan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat melalui penyediaan air baku,
selain itu infrastruktur tersebut memiliki fungsi konservasi air dan pengendalian banjir.
Salah satu infrastruktur SDA yang memerlukan konservasi adalah Waduk. Masyarakat sekitar
baik langsung maupun tidak langsung memiliki kepentingan terhadap keberadaan
bangunan/infrastruktur tersebut, sehingga penurunan layanan manfaat dari bangunan
waduk tersebut, memberikan dampak penting bagi kehidupan masyarakat sekitar. BBWS
Cimanuk-Cisanggarung berencana untuk melaksanakan kegiatan untuk melakukan studi
konservasi di bagian hulu Waduk Darma untuk melestarikan lingkungan sekitar waduk
sehingga fungsinya sebagai tampungan sumber air dapat berfungsi secara optimal dan
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar waduk.
Selain itu dengan studi ini diharapkan mendapat suatu gambaran kondisi bangunan baik segi
teknik, fungsi, lingkungan, dan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk memelihara maupun
memperbaiki, maka direncanakan pada Tahun Anggaran 2012, BBWS Cimanuk-Cisanggarung
akan melaksanakan kegiatan Studi Konservasi Hulu Waduk Darma.
Secara umum Term of Reference (TOR) Pekerjaan Studi Konservasi Hulu Waduk Darma
Kabupaten Kuningan yang disajikan oleh Pemberi Tugas, secara garis besar sangat jelas dan
terperinci. Informasi permasalahan yang diberikan dalam kaitannya dengan pekerjaan ini cukup
jelas, sehingga kemungkinan terjadi kesalahtafsiran terhadap maksud dan tujuan pekerjaan
dapat dihindari.
Demikian juga penjelasan yang diberikan saat aanwijzing kantor cukup jelas dan sepenuhnya
dapat dimengerti oleh Konsultan.
PT.BIASREKA
1-2
Laporan Pendahuluan
Mengetahui kondisi lingkungan sekitar waduk dan bentuk konservasi yang tepat
untuk melindungi daerah sumber air tersebut;
Bahan masukan dan panduan dalam menetapkan prioritas kegiatan fisik, serta
rekomendasi agar bangunan terlindungi dengan baik.
1.4 KELUARAN
Keluaran utama adalah tersedianya gambar perencanaan yang lengkap dengan perkiraan biaya
kontrsuksi yang dapat dijadikan pedoman dalam pembangunan fisik, eksploitasi dan
pemeliharaan dalam rangka pendayagunaan areal hulu waduk Darma. Keluaran dalam bentuk
laporan dan gambar, yaitu :
PT.BIASREKA
1-3
Laporan Pendahuluan
JENIS PELAPORAN
Konsultan akan membuat dan menyerahkan produk pekerjaannya berupa laporan sebagai
berikut :
Hasil keluaran yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Daftar Informasi menyeluruh mengenai infrastruktur yang ada sekitar daerah hulu
waduk termasuk kondisi lingkungannya, meliputi:
a.
Data tingkat erosi permukaan yang terjadi di DAS Cisanggarung bagian hulu;
b.
Data besaran Sediment Yield yang terdapat di Waduk Darma yang berasal dari
DAS Cisanggarung bagian hulu;
c.
2. Desain atau rencana konservasi yang akan dilakukan dengan estimasi biayanya yang
diperlukan untuk meningkatkan fungsi lingkungan sebagai daerah tangkapan air;
3. Rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan untuk menjaga agar kondisi dan
fungsinya tetap baik.
JENIS PELAPORAN
LAPORAN PENDAH ULUAN
Sebelum laporan pendahuluan, diserahkan laporan rencana mutu kontrak yang memuat
rencana kerja secara detail dari awal pekerjaan hingga akhir pekerjaan dengan disertai
check list dalam bentuk seperti berikut penjadwalan tenaga ahli. Laporan ini merupakan
media evaluasi dan monitoring yang efektif mengenai realisasi pelaksanaan pekerjaan.
Laporan Pendahuluan ini harus diserahkan paling lambat 3 minggu setelah Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan, dan dibuat sebanyak 5 (lima) buku. Laporan Pendahuluan
memuat :
1.Rencana kerja menyeluruh pelaksanaan pekerjaan;
2.Metodologi pekerjaan;
LAPORAN BULANAN
Laporan Bulanan memuat laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan serta kendala yang
dihadapi selama 1 (satu) bulan yang memuat uraian kegiatan, personil, bahan dan peralatan
pendukung serta kemajuan pekerjaan pada bulan yang bersangkutan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya per tanggal 3 (tiga) setiap bulannya, selama
bulan pelaksanaan pekerjaan berjalan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) rangkap
buku laporan.
LAPORAN ANTARA/INTERIM
Laporan Antara/Interim memuat rangkuman hasil data survey primer dan sekunder,
analisis awal terhadap data-data hasil survey yang dilengkapi dengan kajian awal, hasil yang
PT.BIASREKA
1-4
Laporan Pendahuluan
telah dicapai baik dalam hal kegiatan lapangan maupun perencanaan, kendala-kendala yang
dihadapi dan langkah -langkah kegiatan selanjutnya. Serta memperhatikan hasil
diskusi laporan pendahuluan dalam bentuk notulen rapat. Laporan harus diserahkan selambatlambatnya pada pertengahan kegiatan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
LA POR A N A K HIR
Laporan Akhir memuat hasil perbaikan dan penyempurnaan dari Draft Final Report, berisi
semua hasil pelaksanaan pekerjaan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya bulan ke-4 (keempat) minggu ke-3 (ketiga)
setelah diterbitkannya SPMK, sebanyak 15 (lima belas) buku laporan dan cakram padat
(compact disc) sebanyak 10 (sepuluh) keping, untuk didistribusikan kepada pihak-pihak yang
terkait dan berkepentingan.
PT.BIASREKA
1-5
Laporan Pendahuluan
Contents
Bab1. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1
1.2
1.3
1.4
KELUARAN .................................................................................................................. 3
PT.BIASREKA
1-6
Bab 2. GAMBARAN
UMUM
WILAYAH KAJIAN
PT.BIASREKA
2-1
Laporan Pendahuluan
PT.BIASREKA
2-2
Laporan Pendahuluan
Gambar 2.1 Lokasi waduk Darma dan Sungai-sungai yang menjadi pemasok air waduk.
PT.BIASREKA
2-3
Laporan Pendahuluan
ditutup untuk menyimpan air dan dikeluarkan lagi pada waktu musim kemarau.
Tercatat pada daerah tangkapan air (DTA) Waduk Darmaada 2 (dua) pos hujan yaitu :
- Pos Hujan Waduk Darma
- Pos Hujan Gunung Sirah
Dari data yang terkumpul diperoleh hasil sebagai berikut :
- Curah hujan rata-rata bulanan tiap pos hujan
- Curah hujan rata-rata bulanan daerah tangkapan air (DTA) Waduk Darma
- Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2.715 mm.
Tahun
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOV
DES
2006
580
553
205
327
99
27
76
421
2007
242
411
410
365
131
96
75
201
290
2008
317
160
345
203
17
11
14
27
113
532
489
2009
458
366
336
247
239
166
102
178
198
2010
565
484
341
322
350
101
166
113
334
126
420
579
Jumlah
2159
1974
1637
1464
836
401
171
127
341
416
1407
1977
Rata-rata
432
395
327
293
167
80
34
25
68
83
281
395
PT.BIASREKA
2-4
Laporan Pendahuluan
Gambar 2.2 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-rata Sta Waduk Darma
Tabel 2.2 Curah hujan bulanan Pos Hujan Gunung Sirah
JAN
FEB
MAR
2006
687
597
306
350
168
92
2007
204
412
463
348
112
149
21
2008
391
213
291
277
16
11
2009
503
245
147
291
189
2010
402
611
406
275
Jumlah
2187
2078
1613
Rata-rata
437
416
323
No
Tahun
OKT
NOV
DES
109
341
79
180
375
149
588
540
176
16
79
198
210
309
145
214
169
249
312
555
357
1541
794
573
251
173
255
619
1630
1823
308
159
115
50
35
51
124
326
365
PT.BIASREKA
2-5
Laporan Pendahuluan
Gambar 2.3 Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-rata Sta Gunung Sirah
TabelTabel 2.3 Curah Hujan DTA Waduk Dharma
No.
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Total
Curah Hujan
( mm)
434
405
325
300
237
97
42
30
59
103
303
380
Keterangan
2.715
Lokasi Kegiatan
Waduk Darma merupakan salah satu waduk buatan yang berada pada DAS
Cisanggarung bagian hulu.Secara adminitrative terletak di Kecamatan Darma,
Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat.Luas Waduk ini mencapai 425 Ha dan dapat
menampung air maksimum 40.200.000 m 3 yang digunakan untuk menyuplai lahan
PT.BIASREKA
2-6
Laporan Pendahuluan
seluas 22.060 Ha. Waduk buatan ini dibangun dengan cara membendung aliran sungai
Cisanggarung dan beberapa anak sungainya seperti Kali Cikalapa, Kali Cilame, Kali
Cilandak, Kali Cimuncang dan Kali Cinangka, serta beberapa sumber mata air seperti
Cibuntu, Balong Beunteur dan Citambang.
2.4. DATA TEKNIS WADUK DARMA
Data Umum Waduk Darma
1. Lokasi
: Desa Darma
2. Nama Sungai
: Cisanggarung
: 23, 50 km2
: 4, 50 km2
: 40.000.000 m2
: 36.000.000 m3
: 4 km2
: 713, 00 m DPAL
9. Tinggi jagaan
: 1, 09 m
: 694, 00 m DPAL
: 40 m3/dt
: 713, 00 m DPAL
: Rockfill
: 26, 09 m
: 2.27 m
: 3 Buah x 2 m
: 165.000 m3
: 116, 90 m
: 22.060 ha
: 6,500 m3/dt
: 1, 75 m
PT.BIASREKA
2-7
Laporan Pendahuluan
: 177,00 m
: 19,00 m
Lebar jalan 9, 00 m
Lebar trotoar 1, 50 m
2. Coverdam
-
3. Bangunan sumuran
-
PT.BIASREKA
2-8
Laporan Pendahuluan
4. Plat baja
-
Pemasangan plat baja pada tahun 1972 / 1973 dan selesai pada tanggal
31 Juli 1973
6. Bangunan ruble (pasangan batu kosong yang berukuran diatas 0,16 sd 0,30 m
yang perekatnya dengan debu gilingan batu campuran split.
7. Beton tegel
-
Type Cipoleti
Ukuran 0,90 m
PT.BIASREKA
2-9
Laporan Pendahuluan
2. Bangunan Drainase
-
PT.BIASREKA
2-10
Laporan Pendahuluan
3. Saluran pembuangan
-
5. Senderan Babakan
-
6. Alat ukur
- Alat ukur Pizometer : 15 buah, tahun 1976
22 buah, tahun 1990
25 buah,tahun 1998
7. Alat ukur rembesan
- Type Cipoleti
- Ukuran 0,60
- Elevasi alat ukur + 706,476 m DPAL
- Tahun pembuatan 1962
C. Dam Pembantu
1. Panjang 30,00 m
2. Lebar atas 9,00 m
3. Lebar bawah 15,00 m
4. Elevasi atas dam + 715,00 m DPAL
5. Elevasi atas dam + 706,00 m DPAL
6. Jumlah pipa 0,40 5 bh
7. Kemiringan depan dam 1 : 3
PT.BIASREKA
2-11
Laporan Pendahuluan
2. Mercu
a. Elevasi rencana + 713,00 m DPAL
b. Elevasi rencana + 712,50 m DPAL
c. Lebar bentuk tembereng 20,00 m
b.
c.
2.
Panjang 8,00 m
Lebar 0.60 m
Tinggi 2,50 m
Pintu Inlaat
-
Lebar 2,50 m
Tinggi 1,50 m
Pintu outlaat
-
Lebar 1,50 m
Tinggi 3,50 m
Saluran Suplesi
a. Panjang 4.25 m
b. Lebar 1,50 m
PT.BIASREKA
2-12
Laporan Pendahuluan
2.5.
Volume air Waduk Darma dicatat setiap hari oleh petugas berdasarkan ketinggian
muka air (peish scal) yang ada diwaduk, dan denganmelihat tabel volume waduk,
biar diketahui volume waduknya dalam satuan m3
pada
Tabel 2.4, Tabel 2.5, Tabel 2.6, Tabel 2.7 dan Tabel 2.8 berilkut ini
Bulan
Volume Waduk
3
(m )
Pengeluaran Air (m )
Januari
5. 270
Februari
6. 912
Maret
120. 096
Pintu irigasi
April
152. 582
Rembesan
Mei
82. 166
Spill way
Juni
108. 346
PDAM
Juli
244. 512
Agustus
265. 939
September
249. 782
10
Oktober
78. 243
11
Nopember
62. 640
12
Desember
3. 197
PT.BIASREKA
keterangan
Pengeluaran air
2-13
Laporan Pendahuluan
Bulan
Volume Waduk
(m3)
Pengeluaran Air
(m3)
1
2
Januari
Februari
5. 789
5. 357
3
4
5
6
7
8
9
10
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
21.
27.
32.
34.
31.
25.
19.
11.
11
Nopember
4. 234
12
Desember
4. 838
169.
673.
097.
063.
482.
779.
272.
844.
677
333
097
667
258
355
667
839
5. 270
5. 962
7. 344
67. 565
108. 605
210. 384
241. 920
172. 195
keterangan
Pengeluaran air
Pintu irigasi
Rembesan
Spill way
PDAM
Bulan
Volume Waduk
(m3)
Pengeluaran Air
(m3)
5. 080
Januari
2
3
4
5
6
7
8
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
18.
21.
25.
27.
23.
17.
12.
071
968
667
806
333
355
129
5. 443
5. 270
3. 370
95. 386
205. 718
233. 194
104. 458
9
10
11
September
Oktober
Nopember
9. 902. 333
8. 621. 935
11. 112. 333
98. 323
17. 626
5. 011
12
Desember
5. 270
716.
910.
785.
495.
481.
299.
176.
keterangan
Pengeluaran air
Pintu irigasi
Rembesan
Spill way
PDAM
PT.BIASREKA
2-14
Laporan Pendahuluan
Bulan
Volume Waduk
(m3)
Pengeluaran Air
(m3)
3. 629
3. 370
1
2
Januari
Februari
3
4
5
6
7
8
9
10
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
36.
38.
38.
38.
37.
32.
26.
19.
11
Nopember
5. 530
12
Desember
7. 085
679.
609.
497.
329.
226.
594.
183.
979.
032
333
097
333
774
516
667
667
17. 366
137. 894
132. 538
104. 458
139. 968
233. 280
265. 507
145. 152
keterangan
Pengeluaran air
Pintu irigasi
Rembesan
Spill way
PDAM
Bulan
Volume Waduk
(m3)
Pengeluaran Air
(m3)
1
2
3
4
5
6
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
23.
31.
37.
38.
38.
38.
756.
219.
863.
833.
810.
585.
774
286
548
000
000
000
5. 011
5. 530
57. 110
162. 086
161. 309
89. 424
7
8
9
10
11
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
39.
38.
38.
38.
38.
694.
347.
581.
475.
579.
000
742
667
484
000
60. 134
51. 494
119. 405
76. 550
194. 486
12
Desember
255. 139
keterangan
Pengeluaran air
Pintu irigasi
Rembesan
Spill way
PDAM
PT.BIASREKA
2-15
Laporan Pendahuluan
Bulan
Volume Waduk
(m3)
Pengeluaran Air
(m3)
Januari
4. 956
2
3
4
5
6
7
8
9
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
5. 322
41. 022
92. 379
95. 749
115. 102
157. 283
173. 111
194. 987
10
11
Oktober
Nopember
97. 953
54. 380
12
Desember
55. 106
keterangan
Pengeluaran air
Pintu irigasi
Rembesan
Spill way
PDAM
PT.BIASREKA
2-16
Laporan Pendahuluan
Tabel 2. 10 HASIL INVENTARISASI STUDI KONSERVASI HULU WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN
Pendataan Kondisi Lingkungan pada bagian hulu waduk, Kondisi Teknis dan Fungsi Infrastruktur bangunan utama maupun peleng
serta daerah Tampungan Air
No
URAIAN LOKASI
Kondisi Eksisting
Permasalahan
Penyebabnya
Usulan Penanganan
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Kondisi Penutupan
Lahan:
Kondisi Sungai: 1.
Dihulu
2. Di
Muara (Waduk Darma)
Kondisi Sungai: 2. Di
Muara (Waduk Darma)
Laporan Pendahuluan
No
URAIAN LOKASI
Kondisi Eksisting
Permasalahan
Penyebabnya
Usulan Penanganan
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Kondisi Sungai: 1.
Dihulu
Sedimentasi di saluran
Kondisi Sungai: 2. Di
1.Lahan disekitar Outlet S. Cilame
Muara (Waduk Darma) disekitar Waduk Darma banyak
yang tererosi.
2. Out let dari S. Cilame sudah
tertutup oleh Sawah/ pertanian
Kurangnya O & P
Kondisi Sungai: 2. Di
1.Lahan disekitar Outlet S.
Muara (Waduk Darma) Cibunut disekitar Waduk Darma
banyak yang tererosi.
2. Out let dari S. Cibunut sudah
tertutup oleh Sawah/ pertanian
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Sungai Cihoe
Laporan Pendahuluan
Sungai Cilandak
HASIL IDENTIFIKASI
PENANGANAN
Ke Ciamis
1.
LOKASI
LOKASI
YANG
PERLU
Sub DAS
: Cisanggarung Hulu
Luas Sub DAS: 336,38 Ha
Nama Sungai : Cisanggarung
Lokasi
: Desa Cageur
Kecamatan : Waduk Darma
Kabupaten
: Kuningan
Sungai Cisarai
Sungai Cisangarung
Sungai
Jalan Desa
Batas DAS
Waduk Darma
Sungai Cikalapa
Sungai Cibunut
BENDUNG CISANGGARUNG I:
KONDISI PENUTUPAN LAHAN DI HULU
PERMASALAHAN:
1. SEDIMENTASI DIMUKA BENDUNG
2. LANTAI RUANG OLAK BENDUNG
TERGERUS
BENDUNG CISANGGARUNG I:
eterangan :
Sungai
Sungai Cikupa
BENDUNG CISANGGARUNG I:
Sungai Cilame
PERMASALAHAN:
PERMASALAHAN:
PENYEBABNYA:
1. KURANGNYA O & P
Jalan
PENYEBABNYA:BELUM
KESADARAN
KEGUNAAN
Waduk Darma
MASYARAKAT
KERAPATAN
ADANYA
AKAN
TEGAKAN
PENYEBABNYA:
BELUM
DAS Cisanggarung
Bagian Hulu
PT.BIASREKA
ADANYA
2-25
Laporan Pendahuluan
USULAN PENANGANAN:
1. PELAKSANAAN O&P PERLU
DITINGKATKAN
2. PEMBUATAN GROUND SILL DI
HILIR BENDUNG
USULAN PENANGANAN:
1. PENGKAYAAN TANAMAN DI
SEKITAR BENDUNG DITANAMI
DENGAN JENIS TANAMAN YANG
MEMPUNYAI PERAKARAN DALAM
DAN MENYIMPAN AIR
2. PROGRAM O&P UNTUK
PENGURASAN SEDIMEN
DISEDIAKAN ANGGRANNYA.
USULAN PENANGANAN:
PERLU PERLINDUNGAN TERHADAP
SUMBER
MATA
AIR
DENGAN
MENETAPKAN DAERAH MANFAAT DAN
DAERAH PENGUASAAN SUMBER AIR,
MELALUI UPAYA SIPIL TEKNIS DAN
VEGETATIF.
KONDISI BENDUNG
CISANGGARUNG II:
PERMASALAHAN:
1. SEDIMENTASI
2. LANTAI RUANG OLAK BENDUNG
TERGERUS
PENYEBABNYA:
KURANGNYA O & P
PENYEBABNYA:
PENYEBABNYA:
PELINDUNG.
PT.BIASREKA
Laporan Pendahuluan
USULAN PENANGANAN:
USULAN PENANGANAN:
USULAN PENANGANAN:
DITINGKATKAN
2. PEMBUATAN GROUND SILL DI HILIR
BENDUNG
AIR
2. PROGRAM O&P UNTUK PENGURASAN
CAGEUR:
PERMASALAHAN:
PERMASALAHAN:
1.
2.
SEDIMENTASI TINGGI
PENYEBABNYA:
PENYEBABNYA:
PENYEBABNYA:
1. KETERBATASAN PENGELOLAAN
1.
SUMBER AIR
2.KEGIATAN O.P
KURANG
USULAN PENANGANAN:
USULAN PENANGANAN:
USULAN PENANGANAN:
BERPOTENSI
UNTUK
DIKEMBANGKAN
KONDISI TUTUPAN LAHAN DI MUARA S. CISANGGARUNG, DAN SUNGAI-SUNGAI LAINNYA (DI WADUK DARMA):
PERMASALAHAN:
1. LAHAN DISEKITAR OUTLET S. CISANGGARUNG, DAN SUNGAI-SUNGAI LAINNYA DISEKITAR WADUK DARMA BANYAK YANG TEREROSI.
2. OUT LET DARI S. CISANGARUNG, DAN SUNGAI-SUNGAI LAINNYA SUDAH TERTUTUP OLEH SAWAH/ PERTANIAN
PT.BIASREKA
Laporan Pendahuluan
Muara S. Cisangarung
Muara S. Cibunut
Muara S. Cikupa
Muara S. Cinangka
PENYEBABNYA:
SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI YANG MASUK KE WADUK TINGGI
LAHAN DIMUARA SUNGAI YANG TERUTUP OLEH SEDIMEN DIMANFAATKAN OLEH MASYARAKAT MENJADI AREAL PERSAWAHAN /
PERTANIAN.
KURANGNYA KESADARAN, PARTISIPASI DAN PEMBERDAYAAN PARA PIHAK YANG BERKEPENTINGAN DALAM MELESTARIKAN WADUK DAN
LINGKUNGANNYA.
KURANGNYA PENGAWASAN PEMANFAATAN WADUK DAN DAERAH SEMPADAN
USULAN PENANGANAN:
A. PELESTARIAN FUNGSI DAERAH TANGKAPAN AIR DAN RESAPAN AIR
B. PEMBUATAN BANGUNAN PENGENDALI EROSI TANAH DAN SEDIMENTASI
C. PEMBUATAN BANGUNAN PENGAMANAN WADUK
D. PEMERIKSAAN BERKALA ATAS BENDUNGAN, WADUK;
E. PENETAPAN BATAS SEMPADAN WADUK, PEMASANGAN PATOK BATAS, PENETAPAN PERUNTUKAN DAERAH SEMPADAN WADUK.
F. PENGAMANAN DAERAH SABUK HIJAU DAN LINGKUNGANNYA
G. PENERTIBAN BANGUNAN/ AREAL PERSAWAHAN/ PERTANIAN DI DAERAH SEMPADAN.
H. PENGAWASAN PEMANFAATAN WADUK DAN DAERAH SEMPADAN;
I. PENINGKATAN KESADARAN, PARTISIPASI DAN PEMBERDAYAAN PARA PIHAK YANG BERKEPENTINGAN DALAM MELESTARIKAN WADUK
DAN LINGKUNGANNYA. DENGAN PEMBINAAN KEPADA PETANI DILAHAN KERING MELAKUKAN UPAYA USAHA TANI KONSERVASI
PT.BIASREKA
Laporan Pendahuluan
2.
HASIL IDENTIFIKASI LOKASI LOKASI YANG PERLU PENANGANAN DI SUB DAS CINANGKA
Sub DAS
: Cinagka
Luas Sub DAS: 937,97Ha
Sungai Cinangka
Sungai Cireungit
Sungai Cimuncang
Bd. Cilutung
Waduk Darma
PERMASALAHAN:
PENUTUPAN LAHAN DENGAN VEGETASI
TETAP MASIH KURANG
PENANAMAN PALAWIJA DENGAN
PENGOLAHAN TANAH INTENSIF
Jalan Ke Ciamis
PENYEBABNYA:
LAHAN TERBUKA KARENA PENGOLAHAN
SEDIMENTASI TINGGI
KEPERLUAN SE HARI-HARI
PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA DUKUNGAN
PENYEBABNYA:
USAHA TANI BELUM MEMPERHATIKAN
KAEDAH KONSERVASI
Sungai Cisarai
USULAN PENANGANAN:
3. PENANAMAN PALAWIJA DENGAN
PENGOLAHAN TANAH INTENSIF
USULAN PENANGANAN:
USULAN PENANGANANSungai
:
Cisangarung
PERLU PENETAPAN DAERAH MANFAAT
PERLU PENETAPAN DAERAH MANFAAT
DAN DAERAH PENGUASAAN SUMBER AIR
Sungai Cibunut
BENDUNG CILUTUNG
KONDISI TUTUPAN LAHAN DI
BENDUNG CILUTUNG:
PERMASALAHAN:
1. KERAPATAN TEGAKAN SEKITAR
BENDUNGAN MASIH JARANG
SEKITAR
Keterangan :
PT.BIASREKA
Sungai
Jalan
Laporan Pendahuluan
PENYEBABNYA:
SEKITAR BENDUNG DAN SALURAN SUPLISI
PENYEBABNYA:
KEGIATAN O & P KURANG
PENYEBABNYA:
KEGIATAN O & P KURANG
USULAN PENANGANAN:
USULAN PENANGANAN:
USULAN PENANGANAN:
DITANAMI SINGKONG
PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA PEMELIHARAAN DAN
PENGKAYAAN TANAMAN DI SEKITAR
SUMBER MATA AIR
PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA PENGAMANAN
DISEKITAR SUMBER MATA AIR
O&P KURANG
USULAN PENANGANAN:
KEGIATAN O & P DITINGKATKAN
KEGIATAN SOSIALISASI DITINGKATKAN
ADANYA PEMELIHARAAN TANAMAN DAN
USULAN PENANGANAN:
ADANYA PEMELIHARAAN TANAMAN
TANAMAN
BENDUNG SITUSARI
PERMASALAHAN:
1. SUMBER MATA AIR DIGUNAKAN UNTUK
PEMANDIAN UMUM.
2. PENGUNJUNG SERING MENCEMARI
MASIH KURANG
PT.BIASREKA
DISEKITAR
BENDUNG
PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA PEMELIHARAAN DAN
PENGKAYAAN TANAMAN DI SEKITAR
SUMBER MATA AIR
USULAN PENANGANAN:
ADANYA PEMELIHARAAN TANAMAN DAN
PENGKAYAAN TANAMAN DENGAN JENIS
TANAMAN YANG MEMPUNYAI PERAKARAN
Laporan Pendahuluan
PENYEBABNYA:
BELUM ADANYA PENGAMANAN
DISEKITAR SUMBER MATA AIR
PENYEBABNYA:
KEBUTUHAN AKAN
PENYEBABNYA:
PELAKSANAAN KEGIATAN O & P KURANG
USULAN PENANGANAN:
USULAN PENANGANAN:
SAMPAH.
PEMBUATAN GROUNDSILL.
DESA DARMA
SUMBER MATA AIR, BALONG BEUNTEUR
PERMASALAHAN:
SUMBER MATA AIR TERCEMAR
USULAN PENANGANAN:
PEMAGARAN DI SEKITAR SUMBER MATA AIR
USULAN PENANGANAN:
DIPERLUKAN ADANYA PEMELIHARAAN
USULAN PENANGANAN:
PENGAMANAN DISEKITAR SUMBER MATA
AIR DENGAN BANGUNAN SIPIL TEKNIS,
PENYEBABNYA:
PENGUNJUNG SERING MENCEMARI
SUMBER MATA AIR DENGAN MEMBUANG
SAMPAH
PT.BIASREKA
Laporan Pendahuluan
MATA AIR
USULAN PENANGANAN:
PENGAMANAN DISEKITAR SUMBER MATA
AIR DENGAN BANGUNAN SIPIL TEKNIS,
MAUPUN KONSERVASI LAHAN.
LEGALISASI LAHAN DENGAN SERTIFIKAT
USULAN PENANGANAN:
PENINGKATAN KEGIATAN O&P
PEMBUATAN BANGUNAN GROUNDSILL
UNTUK MELINDUNGI CHEK DAM DAN
SUMBER MATA AIR.
USULAN PENANGANAN:
PENGAMANAN DISEKITAR SUMBER MATA
AIR DENGAN BANGUNAN SIPIL TEKNIS,
MAUPUN KONSERVASI LAHAN.
LEGALISASI LAHAN DENGAN SERTIFIKAT
DESA BAKOM
SUMBER MATA AIR, CIDARMA;
PERMASALAHAN:
BELUM ADA PENGAMANAN SUMBER MATA AIR
PENYEBABNYA:
SUMBER MATA AIR DEKAT PEMUKIMAN PENDUDUK
BELUM ADA PENGAMANAN SUMBER MATA AIR
USULAN PENANGANAN:
PENGAMANAN DISEKITAR SUMBER MATA AIR DENGAN
BANGUNAN SIPIL TEKNIS, MAUPUN KONSERVASI LAHAN.
LEGALISASI LAHAN DENGAN SERTIFIKAT
PT.BIASREKA
USULAN PENANGANAN:
PENGAMANAN DISEKITAR SUMBER MATA AIR DENGAN BANGUNAN
SIPIL TEKNIS, MAUPUN KONSERVASI LAHAN.
LEGALISASI LAHAN DENGAN SERTIFIKAT
Laporan Pendahuluan
PT.BIASREKA
Laporan Pendahuluan
3.1. UMUM
Penyusunan Studi Konsevasi Hulu Waduk Darma Kabupaten Kuningan
Perencanaan Sipil Teknis Sumber daya Air serta pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(DAS) sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini masih menghadapi
berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait. Permasalahan tersebut antara
lain terjadinya erosi, banjir, kekeringan, masih belum adanya keterpaduan antar
sektor, antar instansi dan kesadaran msyarakat yang rendah tentang pelestarian
manfaat sumber daya alam.
Perkembangan dewasa ini menunjukkan adanya pergeseran paradigma di bidang
sumber daya air, yang antara lain berupa perubahan cara pandang terhadap pungsi
air dari yang semula benda sosial menjadi benda ekonomi yang memiliki fungsi
sosial, peran pemerintah dari provider menjadi enabler, tata pemerintahan dari
sentralistis menjadi desentralistis, sistem pembangunan dan pengelolaan dari
government centris menjadi public-private-community participation, pelayanan dari
birokratis- normatif
menjadi profesional-responsiffleksibel-netral, penentuan
kebijakan dari top-down menjadi bottom-up.
Aspek desentralisasi dituangkan dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom yang menetapkan Daerah
mempunyai kewenangan otonomi yang luas dan bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang antara lain mencakup kewenangan
pengelolaan sumber daya nasional di daerah, baik sumber daya alam, sumber daya
PT. BIASREKA
3-1
Laporan Pendahuluan
buatan maupun sumber daya manusia. Untuk sumber daya alam yang bersifat
strategis, Pemerintah menetapkan kebijakan pendayagunaannya.
Menindaklanjuti PP 25 Tahun 2000 pasal 2 ayat 3 angka 4 huruf e bidang kehutanan
dan perkebunan, maka dirasakan perlunya sebuah pedoman yang dapat menjadi
acuan bagi pihak yang terlibat dalam pengelolaan DAS, baik dinas, instansi, swasta,
lembaga masyarakat, maupun stakeholders lainnya.
3.2.
KONSEP PENDEKAT AN
SUNGAI(D AS)
TEKNIS
KONSERVASI
D AER AH
ALIRAN
Terbawa hanyutnya butiran dilahan secara merata oleh aliran air di lahan
(sheet erosion).
Sedikit agak terkumpulnya aliran air sehingga terbawanya butiran tanah agak
banyak dan memberikan bentuk aliran-aliran kecil yang sejajar (rill erosion).
Erosi yang lebih terkumpul sehingga merupakan aliran sungai kecil (gully
erosion).
Erosi di dasar dan tebing-tebing saluran atau sungai (stream channel erosion)
Erosi adalah salah satu masalah yang sangat penting dalam pertanian dan dalam
konservasi air dan tanah. Erosi lahan tentunya akan mengambil bagian tanah yang
paling atas yang umumnya sangat berguna untuk pertumbuhan tanaman.
3.2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EROSI LAHAN OLEH AIR
Air adalah merupakan faktor utama dari proses erosi tahan dan air tersebut berasal
dari air hujan. Erosi tanah bisa juga oleh adanya angin, tetapi dalam buku ini
menguraikan proses erosi oleh air hujan yang mengalir di lahan.
Pada umumnya faktor yang sangat memepengaruhi erosi tanah dilahan oleh air
ialah :
- Iklim
- Tanah
- Tanaman
- topografi
PT. BIASREKA
3-2
Laporan Pendahuluan
Dari faktor diatas dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor alam yang
tidak bisa dirubah (iklim dan tanah) dan faktor alam yang masih bisa dibentuk oleh
rekayasa manusia (Tanaman dan topografi).
Merubah bentuk topografi supaya erosi lahan menjadi kecil ialah dengan cara
merubah faktor sudut dan panjang kemiringan atau L dan S.
Uraian dari faktor-faktor yang berpengaruh proses erosi tanah oleh air bisa dipelajari
pada uraian berikut ini.
1. Iklim.
Pengaruh faktor iklim yang paling besar andilnya dalam proses erosi adalah hujan.
Faktor iklim yang lainnya adalah temperatur, angin, kelembaban udara, dan
penyinaran matahari. Faktor iklim tersebut sangat berpengaruh terhadap
penguapan, baik penguapan yang langsung dari permukaan air ataupun yang tidak
langsung yaitu lewat tanaman. Angin juga berpengaruh terhadap kecepatan jatuh
air hujan dan sudut jatuhnya.
Kelembaban dan radiasi panas sangat berpengaruh terhadap temperatur. Itulah
pengaruh interaksi antara faktor-faktor iklim hubungan antara hujan, aliran air dan
erosi tanah oleh air adalah sangat kompleks sekali.
Hasil dari percobaan dengan bermacam-macam hujan dan kondisi tanah, yang
paling penting hasil percobaan tersebut adalah hujan yang memberikan produksi
erosi tanah adalah hujan maximum dengan waktu intensitas 30 menit.
2. T a n a h
Daya rembes tanah merupakan faktor yang penting karena, makin banyak yang
rembes kedalam tanah maka makin kecil aliran permukaan dan makin kecil daya
erosinya atau sebaliknya.
Sifat-sifat fisik tanah yang mempengaruhi berjalannya erosi tanah oleh air adalah :
Struktur tanah
Texture
Kandungan organik
Rembesan
Struktur tanah
Struktur tanah berdasarkan ikatan butiran dalam tanah. Di areal dimana lahan yang
belum terganggu, tanah dalam kondisi mantap bersama dengan tanaman,
kandungan organik yang bersatu dan melindungi butiran tanah.
Kesatuan tanah tersebut disebut granular struktur. Kondisi tersebut yang diinginkan
karena rembesan dan kapasitas penampungan air tanah naik dan kesatuan butiran
menahan erosi.
PT. BIASREKA
3-3
Laporan Pendahuluan
Nama (mm)
Kerikil
Pasir
Pasir Halus
Silt/Lanau
Clay ( lempung )
Ukuran Butir
>2
2 0.1
0.1
-0.05
0.05 0.002
<0.002
Daya rembesan
Daya rembesan atau permeability adalah faktor yang cukup besar penga-ruhnya
terhadap erosi seperti yang sudah diterangkan sebelumnya.
PT. BIASREKA
3-4
Laporan Pendahuluan
100
90
10
20
80
30
70
clay
40
60
% Clay
% Silt
50
50
Silty clay
Sandy
60
clay
40
clay loam
70
30
20
Silty loam
Sandy loam
Sand
100
20
80
Loam
10
90
Silt
Loam
100
y
90
sand
10
80
70
60
50
40
30
% Sand
Gambar 3.1 Pedoman penentuan kelas texture tanah.
Kandungan organik
Organik ini berasal dari tumbuh-tumbuhan dan kotoran binatang. Organik ini
menolong butiran tanah bersatu dan memperbaiki struktur tanah serta menaik-kan
daya rembes tanah dan kapasitas penampungan air tanah.
Tanah yang
mengandung organik akan mempersulit proses erosi oleh air serta memberikan
pupuk pada tanah sehingga memudahkan tanaman akan tumbuh. Bahan organik
yang berasal dari tumbuhan yang masih mentah dan berada di atas tanah akan
melindungi tanah dari proses erosi butiran tanah oleh air.
Bahan organik yang masih mentah juga dipakai untuk melindungi tanah dari bahaya
erosi, seperti jerami, ijuk dll
PT. BIASREKA
3-5
Laporan Pendahuluan
3. Tanaman
Tanaman adalah salah satu faktor yang sangat membantu terhalangnya proses
erosi tanah oleh air, penyebabnya adalah sebagai berikut :
1.
Memperkecil energi hujan yang jatuh ke tanah dan memperkecil jumlah butiran
hujan yang jatuh ke tanah.
Hasil penelitian memperlihatkan pembagian air hujan yang jatuh
langsung dari pohon dan yang mengalir ketubuh pohon tesebut adalah
40% dan 60% (lihat gambar 3.2)
2.
3.
4.
5.
6.
Faktor pohon tersebut sangat tergantung dari waktu (musim),jenis pohon sendiri,
tanah, iklim.
Hh
Tinggi Hp <<< Hh
Hp Tinggi jatuh dari
pohon
Hh Tinggi jatuh dari
langit
Rb : Rp = 6:4
Rb air
hujan
yang
mengalir
lewat
batang
pohon
Rp
air hujan yang
jatuh dari pohon
Rp
Rb
H
p
PT. BIASREKA
3-6
Laporan Pendahuluan
4. Topografi
Faktor yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan dari lahan serta panjang
kemiringan serta luas dan bentuk dari daerah aliran tersebut:
- Slope
Makin terjal lahan maka makin besar daya erosi tanah maka untuk memperkecil
erosi salah satu upayanya adalah memperkecil sudut kemiringan lahan.
- Panjang kemiringan
Selain sudut kemiringan yang sangat mempengaruhi erosi juga panjang kemiringan.
Salah satu upaya memperkecil erosi adalah dengan memperpendek panjang
kemiringan tersebut (lihat gambar 3.3)
3.2.3. TYPE-TYPE EROSI TANAH OLEH AIR
Proses erosi oleh air dimulai dari jatuhnya air hujan ke tanah yang memberikan
energi dan menghancurkan ikatan butiran-butiran tanah, proses berikutnya adalah
membawa butiran tersebut oleh aliran air permukaan lahan. Hasil erosi oleh adanya
pengaliran di atas lahan tergantung dari tingkat konsentrasi aliran air tersebut,
akibatnya akan memberikan bentuk-bentuk erosi yang berlainan, bentuk erosi
adalah, sheet, rill dan gully.
Air hujan tersebut akan mengalir ke sungai-sungai dan di sungaipun masih terjadi
proses erosi yang disebut erosi saluran, erosi ini bisa terjadi di dasar saluran atau di
tebing saluran.
L1
Merubah Faktor L
L2
Merubah Faktor S
L
L3
PT. BIASREKA
3-7
Laporan Pendahuluan
karena efek kerusakan hutan tropis akan terasa juga oleh penduduk negara lain
yang tidak memiliki hutan tropis. Indonesia adalah salah satu negara yang
mempunyai hutan tropis, hutan tropis sebagai sumber daya alam yang mempunyai
potensi yang tinggi begi kemakmuran penduduk, wajib dipelihara yaitu dengan
melakukan usaha konservasi lahan yang sekaligus berarti konservasi air. Salah satu
kegiatan konservasi tersebut ialah melaksanakan perbaikan lahan-lahan yang kritis
(rehabilitasi lahan) karena akibat pembabatan hutan, kebakaran hutan. Seandainya
kegiatan ini terlambat akan memberikan dampak negatif yang lebih parah lagi buat
lingkungannya termasuk untuk manusia, dampak yang ditimbulkan akibat hutan
gundul dilihat dari segi tanah dan air ialah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Energi dari butiran air hujan akan langsung memecahkan ikatan antara
butiran tanah. Terjadi erosi pada tanah lapisan paling atas, lapisan
tersebut merupakan lapisan tanah efektif untuk tanaman.
Apabila kejadian erosi tanah tersebut terus berlangsung, maka lambat laun
tanah yang tererosi akan sampai pada batas paling dalam dari tanah
efektif (tanah efektif habis tererosi), maka tanah menjadi tidak subur dan
menjadi gersang.
Rembesan air hujan berkurang (tidak ada akar)dan aliran permukaan
menjadi besar yang akan mengakibatkan debit aliran permukaan besar.
Tanah efektif dilahan banyak yang tererosi dan terangkut ke sungai dan
akan mengakibatkan endapan di sungai. Dimensi sungai makin kecil, daya
tampung aliran makin kecil akibatnya air meluap (banjir) dimusim hujan.
Aliran permukaan makin besar dan rembesan air makin kurang, aliran air
didalam tanah berkurang maka musim kemarau akan kekurangan air
(mata air tidak ada) atau kekeringan.
Air sungai yang penuh dengan sedimen akan mengakibatkan aquacultur
terganggu, saluran-saluran irigasi ikut dangkal karena endapan sedimen,
pemeliharaan irigasi akan lebih mahal lagi.
Yang lebih fatal lagi air yang tersedia untuk irigasi makin berkurang,
apalagi pada waktu musim kering, berarti areal irigasi yang bisa terairi
akan berkurang.
Pada daerah terjal dengan tidak adanya pohon-pohon maka Kelongsoran
akan mengancam dikala musim hujan.
Hilangnya sumber daya alam yang sangat berharga, berarti hilang pulalah
devisa negara kita dari hasil hutan yang sangat besar nilainya.
Mengerikan, sungguh sangat mengerikan akibat dari hilangnya hutan, apalagi kalau
dibahas akibatnya terhadap negara lain yang ikut merasakan dampak negatifnya
perusakan hutan terhadap tatasurya ini.
Dampak positif dari hasil-hasil konservasi tanah adalah :
1.
Memelihara kesuburan tanah, tanah efektif tetap ada.
2.
Memanfaatkan tanah lebih produktif lagi.
3.
Memperbaiki lahan yang rusak atau yang sudah kritis.
4.
Secara tidak langsung ikut mengendalikan banjir.
5.
Secara tidak langsung juga ikut mengendalikan bahaya kekeringan dikala
musim kemarau.
PT. BIASREKA
3-8
Laporan Pendahuluan
6.
PT. BIASREKA
3-9
Laporan Pendahuluan
a. Data teknis
Data sekunder teknis ialah data yang sudah dikumpulkan atau hasil penelitian yang
telah lalu yang bersifat menunjang langsung kesasaran teknis rencana konservasi.
Data teknis yang menunjang rencana konservasi tersebut ialah sebagai berikut:
1. Data iklim : - Hujan
- Kelembaban
- Temperatur udara
- Angin
2. Data hidrologi: - Debit sungai
- Kadar sedimen di sungai
- Kwalitas air sungai.
3. Daerah pengairan
4. Peta penggunaan lahan
5. Peta kehutanan
6. Peta kemiringan lahan .
7. Peta lahan kritis.
b. Data sosial ekonomi
Data sekunder untuk bidang sosial ekonomi ialah data yang sudah terkumpulkan
hasil kerja penelitian yang terdahulu yang bersifat kehidupan sosial dari penduduk
setempat serta interaksi dengan penduduk lainnya, kondisi ekonomi masarakat
setempat serta hubungan ekonomi dengan daerah lainnya dan data kependudukan
serta ketenaga kerjaan masyarakat setempat serta interaksi tenaga kerja dengan
penduduk lainnya.
Data tersebut adalah:
1.
Jumlah penduduk didalam areal kajian dan penduduk daerah lain
yang mempengaruhi areal kajian.
2.
Pemilikan lahan di areal kajian.
3.
Kelembagaan/ organisasi masyarakat pada areal kajian.
4.
Sarana dan prasarana penyuluhan dibidang pertanian dan kehutanan
pada daerah areal kajian.
5.
Sarana pendidikan, perhubungan dan sarana ekonomi lainnya di
daerah penduduk.
6.
Jalur perdagangan hasil produksi penduduk pada areal kajian serta
daerah lain yang saling mempengaruhinya.
7.
Potensi tenaga kerja daerah kajian serta daerah lain yang saling
mempengaruhinya .
8.
Kondisi ekonomi saat sekarang didaerah kajian serta daerah lain
yang saling mempengaruhinya.
3.3.1.2. DATA PRIMER
Data primer adalah data hasil penelitian/ penelaahan langsung dilapangan gunanya
supaya mengetahui dengan pasti kondisi lapangan yang sebenarnya.
Tujuan dari survey langsung ke lapangan adalah :
PT. BIASREKA
3-10
Laporan Pendahuluan
PT. BIASREKA
3-11
Laporan Pendahuluan
Kelas
Batasan
Lahan
Nilai
Kemiringan
1
0% - 8%
Datar
20
8%-15%
Landai
40
15%-25%
Agak Curam
60
25%-45%
Curam
80
>45%
Sangat Curam
100
Nilai skore untuk kemiringan lahan di atas berguna untuk menentukan nilai arahan
penggunaan lahan. Penentuan arahan penggunaan lahan di Indonesia selain dinilai
dengan skore untuk ketiga faktor diatas juga dilihat dari kondisi dan karakteristik fisik
alam seperti kemiringan yang terjal sekali, elevasi lahan yang tinggi sekali, tanah
yang sangat erodable sekali, dll.
Kelas
2
3
4
5
PT. BIASREKA
Jenis Tanah
Nama
Aluvial,
tanah
Glei,
Planosol, Hidromerf
Kelabu, Laterik air
Latosol
Brown forest soil, non calcic
brown, mediteran
Andisol, Laterit, Grumusol,
Podsol, Podsolic
Retosol, Litosol, Organosol,
Renzina
Nilai
skore
Tingkat kerusakan
Tidak Peka
15
Agak Peka
Lebih Agak Peka
30
45
Peka
60
Sangat Peka
75
3-12
Laporan Pendahuluan
Kelas
Hujan
Nilai
Skore
Tinggi Hujan
Kepekaan terhadap
Mm/jam
Erosi
0-13.5
Sangat rendah
10
13.5-20.7
Rendah
20
20.7-27.7
Sedang
30
27.7-34.8
Tinggi
40
>34.8
Sangat Tinggi
50
PT. BIASREKA
3-13
Laporan Pendahuluan
Areal yang dipengaruhi oleh intensitas hujan yang sudah dihitung tersebut bisa
ditentukan dengan dua methode yaitu:
- Methode Thiesen
- Methode Garis kesamaan intensitas.
Cara mengerjakan kedua methode tersebut bisa dilihat pada gambar 3.4 dibawah ini.
(a)
(b)
a. methode Thiesen.
b. Methode garis kesamaan intensitas.
PT. BIASREKA
3-14
Laporan Pendahuluan
B. Kawasan penyangga.
C. Kawasan budidaya tanaman tahunan.
D. Kawasan tanaman setahun/musim.
Batasan skore untuk masing-masing arahan penggunaan lahan atau kawasan
tersebut di atas akan diuraikan satu persatu.
A. Kawasan lindung
Kawasan lindung adalah suatu kawasan hutan yang keadaan hutannya dan sifat
fisiknya mempunyai fungsi lindung, untuk kelestarian sumber daya alam yang
terdapat didalam areal tersebut (air, flora dan fauna).
Untuk memeperkuat status hukum bagi kawasan ini harus dikeluarkan keputusan
dari pihak pemerintah dan harus terjaga oleh petugas polisi kehutanan sebagai
penegak hukum.
Manusia dengan segala ilmunya yang diberikan Allah SWT cukup mampu untuk
merubah alam tetapi manusia tetap merindukan alam yang benar-benar murni, inilah
tempat manusia menikmati keindahan bahkan mungkin keganasan alam yang murni,
tapi itu yang dirindukan.
Hijaunya alam, gemerciknya air disungai, jernihnya air disungai, indahnya dan
beraneka ragamnya aquarium sungai, merdunya nyanyian binatang dihutan adalah
merupakan kerinduan manusia dan kenikmatan tersendiri. Membangun atau
merubah alam harus sesuai dengan kemampuan alam alam itu sendiri, sesuai
dengan fungsinya, tidak merusak lingkungan alam, tidak membunuh mahluk hidup
lainnya. Yang jelas semua yang diciptakan oleh Allah SWT ada manfaatnya untuk
manusia, manfaatkan semuanya secara optimal.
Secara teknis kawasan lindung ini mempunyai syarat tertentu ialah sebagai berikut:
Batasan total skore > 175.
Batasan untuk kawasan lindung ini tidak hanya dinilai dari skore tetapi juga dari
batasan-batasan lain.
Batasan-batasan untuk daerah kawasan lindung cukup memenuhi satu atau lebih
dari syarat-syarat batas dibawah ini :
1. Mempunyai kemiringan lahan > 45 %
2. Jenis tanah yang dilihat dari faktor erosi adalah kelas 5(sangat peka) dengan
kemiringan lahan >15% .
3. Merupakan jalur pengaman aliran sungai, daerah pengamanan sungai ini
sekurang-kurangnya 20 m dari pinggiran sungai.
4. Sebagai pelindung mata air, sekurang-kurangnya sampai diameter 200 m
dari mata air.
5. Mempunyai elevasi > 2000 m diatas permukaan laut.
6. Keputusan pemerintah untuk dijadikan kawasan lindung, guna keperluan
yang khusus, misalnya :
Melindungi jenis pohon tertentu yang hidup pada areal tersebut.
Melindungi salah satu satwa tertentu yang hidup didaerah tersebut.
Dijadikan areal wisata karena tempatnya yang strategis atau kekayaan flora
dan faunanya cukup baik.
PT. BIASREKA
3-15
Laporan Pendahuluan
B. Kawasan penyangga
Tujuan dari kawasan penyangga ini adalah sebagai peralihan dari kawasan lindung
kekawasan lainnya. Kawasan penyangga ini bisa diolah atau dibudidayakan baik
hutan budidaya yang terbatas atau agroforestry, perkebunan yang juga bersifat
perlindungan terhadap lahan.
Contoh tanaman yang bisa dipakai sebagai tanaman untuk kawasan penyangga
ialah:
Teh. Pohon teh ini hanya bisa tumbuh pada daerah dingin
(pegunungan) dan Canopy dan akar mempunyai sifat protektif
terhadap lahan, penghasilan dari pohon teh ini cukup besar .
Pohon kina. Pada areal yang lebih terjal (tidak bisa ditanami teh) bisa
ditanami pohon kina. Kanopi pohon kina ini cukup padat sehingga bisa
melindungi lahan dari bahaya erosi dan kulitnya bernilai komoditi
export. Mempunyai hasil untuk dijual kulitnya setelah berumur 8 tahun,
pemeliharaannya tidak begitu mahal apalagi kalau kanopinya sudah
100 % .
Kepadatan tanaman sangat padat sekali yaitu 1 x 1.25 m
untuk 1 pohon kina. Kina yang sudah dipanen tidak perlu
tanaman baru karena dari hasil tebangan akan keluar tunas
baru.
Kaliandra. Pertumbuhannya sangat cepat, kayunya bisa digunakan
untuk kayu bakar, bunganya bisa dimanfaatkan bagi para peternak
lebah madu. Kanopinya padat sehingga melindungi lahan dengan
baik, tidak perlu penanaman yang baru karena dari hasil tebangan
bisa keluar tunas baru.
Mudah untuk berkembang biak.
Batasan teknis untuk kawasan ini ialah sebagai berikut:
Batasan total skore 125 - 174.
Batasan-batasan lain selain batasan total skore untuk kawasan penyangga dan
cukup salah satu atau lebih dari batasan/kriteria umum dibawah ini :
1) Keadaan fisik areal ini memungkinkan untuk diolah secara ekonomis.
2) Ditinjau dari lokasinya merupakan lokasi strategis bagi perkembangan
ekonomi.
3) Tidak mempengaruhi segi ekosistem/lingkungan hidup.
C. Kawasan budidaya tanaman tahunan
Kawasan iniadalah kawasan yang lahannya mempunyai kemampuan untuk ditanami
oleh jenis tanaman tahunan seperti :
Tanaman hutan produksi.
Perkebunan.
Tanaman buah-buahan, melinjo.
Tanaman sengon.
Tanaman lain yang mempunyai nilai ekonomi dan nilai
komoditi
export.
Pada prinsipnya tanaman tahunan ini harus bersifat pelindung dan bernilai ekonomi
buahnya atau kayunya.
PT. BIASREKA
3-16
Laporan Pendahuluan
Dilihat dari segi teknis batasan ini mempunyai syarat sebagi berikut:
Batasan total skore < 124.
Dilihat dari segi fisik tanah dan kondisi alam cocok untuk tanaman tahunan.
Selain itu areal tersebut harus memenuhi kriteria umum untuk kawasan penyangga.
D. Kawasan budidaya tanaman semusim/ setahun
Daerah ini mampu untuk ditanami tanaman semusim, terutama tanaman pangan.
Selain untuk tanaman juga bisa digunakan untuk daerah perkembangan ekonomi
non agrobisnis, apabila lokasinya memungkinkan ditinjau dari segi ekonomi,
lingkungan, strategi pengembangan wilayah dan tersedia sarana penunjangnya.
Batasan teknis untuk kawasan ini ialah sebagai berikut:
Batasan total skore < 124.
Batasan ini sama dengan batasan untuk kawasan budidaya tanaman tahunan.
Tambahan lain dari batasan ini, ialah tanah tersebut tanah milik perorangan, tanah
adat, tanah negara yang direncanakan untuk tanaman semusim/setahun.
Arahan kawasan C dan D adalah lahan yang betul-betul diarahkan untuk
perkembangan ekonomi pada bidang pertanian dan perkebunan. Kawasan C dan D
ini pun bisa diarahkan pada perkembangan ekonomi sektor lain, selama tidak
mengganggu ekosistem /lingkungan hidup daerah tersebut.
Pencemaran lingkungan adalah batasan yang sangat ketat dalam penggunaan lahan
kawasan C dan D, karena kawasan ini suka dipakai untuk areal industri dan
pemukiman, terutama kawasan budidaya tanaman semusim/tahunan (D).
Semua kawasan tersebut harus sesuai dengan pola induk rencana tata ruang
pengembangan tingkat propinsi, kalau tidak sesuai harus diadakan pembicaraan
supaya tidak menyimpang dari aturan teknis.
3.4. PENILAIAN TINGKAT KEKRITISAN LAH AN
Dalam rangka mengatur sumber daya air dan adanya kendala dana serta waktu
maka sangat diperlukan adanya analisis untuk menentukan skala priroritas dalam
pembangunan. Priroritas ini sejalan dengan tingkat kekritisan lahan, lahan (sub DAS)
yang paling kritis tentunya yang harus segera ditangani untuk diperbaiki.
Mangkin tinggi tingkat kekeritisan maka makin bahaya untuk dibiarkan, tentunya
mendapat prioritas pertama dalam penanganannya . Tingkat kekritisan lahan ini
berlandaskan pada faktor yang mempengaruhi erosi lahan. Penilaian kekeritisan ini
tidak dilihat dari kawasan penggunaan lahan tetapi hanya dilihat fisik dan kondisi
lahan pada saat penilaian. Peninjauan kekritisan ini hanya dipandang dari segi erosi
lahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian kekritisan lahan adalah :
PT. BIASREKA
3-17
Laporan Pendahuluan
I
II
III
Tingkat
lereng
Datar
Berombak
Bergelombang
Agak
Berbukit
Berbukit
sedang
Berbukit
IV
V
VI
Lereng
(%)
0-3
3-8
8 - 15
Batasan
Perbedan
Tinggi
(m)
1
10
10
Simbol
f
u
r
h1
Nilai
Skore
1
3
4
15 - 30
10
15 - 30
10 - 50
h2
15 - 30
50 - 300
h3
Pada tabel 3.5. klasifikasi faktor bentuk lahan di atas yang dimaksud dengan
perbedaan tinggi ialah selisih elevasi tertinggi dan terendah pada satu lembah yang
tidak terpotong. Pada tabel 3.5 di atas terlihat bahwa makin tinggi perbedaan elevasi
dengan kemiringan yang sama, maka makin tinggi nilai skorenya, ini berarti juga
harga panjang kemiringan (L) makin panjang.
Akibat dari L makin panjang maka makin besar kemungkinan tanah bisa tererosi,
maka mengakibatkan nilai skore makin besar. Faktor T merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi besarnya erosi tanah oleh air.
2.
Faktor kemiringan lereng ini juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
besarnya erosi, makin besar kemiringan maka makin besarpula potensi erosi lahan
oleh air. Antara T dan S adalah dus faktor yang saling membantu dalam proses
PT. BIASREKA
3-18
Laporan Pendahuluan
erosi, maka dua faktor tersebut sama merupakan faktor penentu jumlah erosi tanah
maka T dan S dijumlahkan.
Tabel 3. 6 Klasifikasi dan Nilai skore faktor lereng (S) yang berlaku di
Indonesia.
Kelas
Tingkat
Lereng
Landai
II
Agak
curam
Curam
Curam
sekali
Terjal
III
IV
V
Batasan
Dependent
Independent
Gradient (%)
Gradient (%)
0-3
3-8
8 - 15
> 16
10 - 30
Simbul
Nilai
Skore
A1
A2
A3
B
0
0
0
2
16
16
31 - 50
51 - 75
C
D
3
4
16
> 75
di Indonesia.
Kelas
1
2
3
4
5
6
Tingkat
Drainase
Simbol
Nihil
Ringan
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Luar biasa
N
S1
M
S
VS
E
Skore
1
2
4
6
8
10
Cabang
anak
sungai
0-1
1-2
3-4
5-7
7 - 10
> 10
Sebagai pedoman pemakaian tabel di atas, bisa dilihat bentuk-bentuk drainase dari
DAS pada halaman berikut ini. (gambar 3.5)
PT. BIASREKA
3-19
Laporan Pendahuluan
lahan
ini termasuk
dengan
pengolahannya.
Pengolahan dan penggunaan tanah yang baik akan memberikan tingkat erosi lahan
terendah dan memberikan nilai skore tertinggi. Penggunaan tanah oleh tanaman
tahunan, sangat tergantung dari kerapatan tanaman tersebut, makin rapat tanah
makin terlindung, maka erosi lahan makin kecil.
Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi belum ada pedoman praktis yang bisa
dipakai di Indonesia.
1
2
3
4
5
6
PT. BIASREKA
3-20
Laporan Pendahuluan
Walaupun demikian kriteria praktis untuk menentukan nilai skore faktor penggunaan
lahan di Indonesia yang sudah ada dan biasa digunakan yaitu :
- Batasi dan beri nama (kode) tiap type penggunaan lahan pada peta atau foto
udara.
- Dengan data-data peta dan data-data lapangan, penggunaan lapangan dianalisa
lebih lanjut dan diberi nilai skore dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kelas 1 adalah type penggunaan lahan yang paling baik sehingga
kemungkinan tererosi kecil sekali (contoh persawahan). Kelas ini
diberi nilai 10.
2.
Kelas terakhir (n) adalah type penggunaan lahan yang paling jelek
didalam DAS yang ditinjau kriteria jelek ialah yang menimbulkan
erosi terbanyak.
Kelas terakhir ini diberi nilai skore 1.
3.
Kelas 2 s/d kelas (n-1) adalah kelas yang ada diantara kelas 1 dan
kelas terakhir dan diberi nilai 9 s/d 2.
4.
Penilaian tersebut bisa dilihat pula dari hasil perhitungan erosi per
penggunaan lahan.
- Hasil analisa tersebut disusun mulai dari kelas 1 sampai kelas terakhir.
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas maka Unit lahan nilai index erosifitas
(UL) adalah: faktor yang mendorong terjadinya erosi lahan oleh air dibagi dengan
faktor penghalang terjadinya erosi, seperti rumus yang tertera diatas.
Keempat faktor tersebut (T, S, D, L) masing-masing diberi batasan arealnya pada
peta dengan diberi simbul. Overlapkan keempat peta tersebut dan beri batasan yang
satu seri simbul dari keempat faktor serta diberi kode simbul.
3.4.1. PEMBAGIAN KELAS LAHAN DI NEGARA LAIN
Penentuan arah penggunaan lahan yang dianut oleh the united states Departemen
of Agriculture system (USDA) terbagi menjadi 8 kelas. Empat kelas pertama
termasuk tanah yang bisa diolah untuk pertanian.
Kelas I:
Tidak ada risiko kerusakan atau hanya sedikit sekali risiko kerusakan.
Kelas satu ini kelas tanah yang bagus. Dapat diolah dengan baik dan
aman dengan methode pertanian yang baik. Tanah efektifnya cukup
dalam, tanahnya produktif, mudah dikerjakannya dan datar. Tidak ada
bahaya
PT. BIASREKA
banjir.Tanah
digunakan
untuk
tanaman
memerlukan
3-21
Laporan Pendahuluan
air, atau
terpadu.
Kelas III:
lainnya.
Penanganan
yang
komplex
perlu
PT. BIASREKA
3-22
Laporan Pendahuluan
Kelas VII:
Kelas VIII:
Perbedaan yang dianut di negara lainnya dalam klasifikasi lahan terhadap yang bisa
ditanami dengan tanaman budidaya dan tidak bisa ditanami serta bagian yang sama
sekali tidak boleh ditanami tanaman yang dimanfaatkan.
PT. BIASREKA
3-23
Laporan Pendahuluan
klasifikasi lahan.
Jenis
Pemnafaatan
Arable
Non Arable
USDA
I
II
III
IV
V (maslah
Khusus)
VI (rumputrumputan)
VII (hutan)
VIII
Federasi
Rhodesia dan
Nyasaland
I
II
III
IV
V (lahan
Basah)
VI (rumputrumputan)
VII (hutan)
VIII
Non
Agricultural
Israel
Philippines
I
II
III
IV
V (basah Atau
Asin)
VI (rumput
ternak)
VII (hutan)
VIII
A
B
C
D
L
M
N
X (lahan Basah
Y Lahan Kering
3.4.2. USDA
Memberikan klasifikasi 5 kelas, mulai dari kelas 0 (<0.01 % areal) sampai kelas 5 (> 90
% areal yang tertutup oleh batu-batu).
3.4.2.1. KRITERIA KELAS KEMAMPUAN LAHAN
Pembagian kelas kemampuan lahan pada umumnya terbagi 8 kelas, kriteria
kemampuannya tergantung dari karakteristik fisik dari tanah tersebut.
Yang paling
utama dari klasifikasi ini ialah risiko erosi lahan dan bahaya akan naik apabila
membuka kelemahan-kelemahan terhadap erosi.
untuk ditanami lewbih banyak/detail uraiannya dibanding untuk yang tidak bisa
ditanami.
Pada tabel 3.9, 3.10, 3.11 bisa dilihat kriteria tabel tersebut memperlihatkan lahanlahan yang bisa diolah dan ditanami dengan tanaman budidaya yang dianut oleh Israel
dan Philippines.
PT. BIASREKA
3- 24
Laporan Pendahuluan
Kelas
Kemiringan
Kedalaman
Texture
Kadar Batu
< 2%
Erosi
effektif
< Kelas 1
> 1000 mm
<kelas 2
< 6%
< 10 %
< 15 %
-
< Kelas 3
< kelas 3
< kelas 5
< kelas 7
< kelas 5
< kelas 5
> 750 mm
> 500 mm
> 250 mm
-
Pasir campur
Geluh
Pasir berat
Pasir berat
Pasir berat
Pasir berat
Pasir berat
Pasir berat
II
III
IV
V
VI
VII
< kelas 2
< kelas 3
< kelas 3
< kelas 4
< kelas 5
< kelas 4
Kelas
A
B
C
D
Kemiringa
n
<3%
<8%
<15%
<20%
Erosi
Kedlaman Efektif
<kelas 1
<kelas 2
<kelas 4
<kelas 4
> 1500 mm
> 1000 mm
> 50 mm
-
Pada suatu daerah atau negara yang populasi penduduknya cukup tinggi dan setiap
jengkal tanah yang bisa ditanami sudah ditanami penduduk, biasanya tanah yang tidak
bisa ditanamipun dipaksakan diolah untuk ditanami. Efek dari tekanan penduduk
sangat berpengaruh kepada pembukaan hutan pada areal yang cukup terjal.
Walaupun demikian ada syarat-syarat yang lebih lunak supaya bisa digunakan sebagai
lahan produktif untuk pertanian. Bagi areal yang tidak bisa diolah lahannya maka bisa
ditanami dengan pohon-pohon yang bersifat protektif dan produktif atau penggunaan
agroforestri yang tidak merusak lahan, bahkan melindungi lahan.
Contoh :
-
Didaerah yang cukup terjal ditanami pohon lomtorogung dan rumput gajah,
pada bagian yang agak landai ditanami pohon merica. Pada daerah yang lebih
PT. BIASREKA
3- 25
Laporan Pendahuluan
landai lagi dibuatkan rumah sederhana dari kaya dan anyaman bambu,
penduduk tersebut memelihara ternak sapi.
Sapi yang diternak diberi makan dari daun lomtorogung dan rumput gajah,
berak Sapi diberikan sebagai pupuk pohon Merica dan susunya untuk petani
serta sebagian dijual. Sirkulasi ini adalah sirkulasi yang baik buat konservasi
lahan.
Contoh tersebut ada didaerah Puting Lupa Philippines.
Tabel 3.11 merupakan kriteria kelas untuk penggunaan lahan pada daerah tropis
basah. Pada tabel 3.12 bisa dilihat macam-macam konservasi tanah yang bisa
dilakukan pada kelasnya serta densiti penanaman tanaman.
Pembagian kelas lahan disini hanya tergantung dari kemiringan lahan dan kedalaman
tanah efektif.
Dasar dari pembagian kelas lahan adalah erosi lahan.
Tabel 3. 11 Kriteria kelas kemampuan lahan di daerah tropis basah.
Kelas
Laha
n
Max
Kemiringan
(derajat)
Minimum
Kedalaman
Tanah
Efektif
(mm)
2
3
15
20
1000
500
25
500
33
250
>33
Penanganan Konservasi
Maksimum Kena
Tanaman
1-2
Penanganan dengan
kontur teras
2-7 Saluran teras (Type C1)
Teras bangku
Teras tegak atau saluran
tebing
Teras tegak atau saluran
tebing
Orchard teras atau datardatar setempat
none
Tanaman penutup
tanah sementara
Pohon-pohonan
penutup tanah
Pohon-pohonan
penutup tanah
Hanya tanah
PT. BIASREKA
3- 26
Laporan Pendahuluan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kesepuluh prinsip tersebut akan diterangkan lebih jelas dan lebih lengkap pada
berikutnya.
Sebelum dilanjutkan, alangkah baiknya kalau membahas definisi atau batasan dari katakata pengaturan sedimen dan pengaturan erosi.
Erosi adalah terbawanya butiran-butiran tanah oleh aliran, sedangkan sedimen adalah
butiran-butiran tanah hasil erosi tersebut.
Pengaturan erosi adalah untuk mencegah atau memperkecil erosi yang terjadi,
sedangkan pengaturan sedimen adalah mengendapkan sedimen pada suatu tempat,
supaya tidak terbawa terus. Pengaturan sedimen dibutuhkann karena adanya erosi
yang tidak bisa dihindari.
3.5.1. PRINSIP 1 :
Usaha yang paling baik untuk memperkecil risiko terjadinya erosi akibat pembangunan
ialah memperkecil areal yang permukaan tanahnya terganggu. Ini berarti memperkecil
areal pembukaan lahan, lahan yang dibuka hanyalah yang akan dibangun saja. Lahan
yang tidak atau belum dibangun diusahakan agar indah untuk dipandang atau dikenal
dengan sebutan taman alam yang bersih, indah dan protektif.
Umumnya pada tempat-tempat yang terjal atau tempat-tempat yang tinggi tanahnya
sering digali, dipakai sebagai tanah timbunan untuk pembangunan di daerah rendah.
Bekas galian tersebut akan mengakibatkan tingginya erosi.
Kalau pembangunan di daerah lahan miring harus terjadi, maka pembangunannya harus
diarahkan kepada risiko erosi sekecil mungkin dan risiko runtuh sekecil mungkin. Untuk
PT. BIASREKA
3- 27
Laporan Pendahuluan
mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa pengarahan yang penting untuk ditaati
guna memperkecil risiko erosi tersebut.
Pengarahan-pengarahan penting tersebut adalah :
1.
Memeriksa dan meneliti karakteristik alam pada areal tersebut secara hatihati sebelum proyek tersebut direncanakan.
2.
Alinemen jalan usahakan lebih banyak mengikuti kontur dari pada langsung
memotong kontur turun naik.
3.
4.
5.
3.5.2. PRINSIP 2 :
PT. BIASREKA
3- 28
Laporan Pendahuluan
Karena negara Indonesia adalah daerah tropis maka ada kalanya kedua musim tersebut
tidak jelas kelihatan batasannya.
Gambar 6 Pembukaan lahan
Areal
yang
dibatasi
mungkin.
Tidak
Areal Terganggu
Terganggu
Areal
Tidak
sekecil
a. Potongan Jalan
Terganggu
Galian Jalan
Areal
Tidak
a. Potongan Jalan.
Terganggu
Areal Terganggu Areal Tidak Terg
Galian Jalan
3.5.3. PRINSIP 3 :
MEMELIHARA
MENGUNTUNGKAN.
T ANAMAN/POHON
YANG
ADA
SELAM A
Tanaman atau pohon-pohon sangat efektif untuk mencegah terjadinya erosi, sangat
kecil sekali terjadinya erosi pada daerah yang masih utuh tertutup dengan
tanaman/pohon-pohon.
Daerah yang sudah terbuka akan memberikan tingkat erosi yang cukup tinggi dan
apabila akan dikembalikan kepada posisi tertutup dengan tanaman/ pohon-pohon, maka
memerlukan waktu yang panjang sekali dan memerlukan biaya yang sangat tinggi.
Seperti pada prinsip 2, usahakan hanya membuka areal/daerah yang akan dibangun.
Contoh seperti pembangunan jalan maka striping hanya pada daerah sepanjang jalan
yang akan dibangun saja, diluar yang akan dibangun jangan diganggu.
PT. BIASREKA
3- 29
Laporan Pendahuluan
3.5.5 PRINSIP 5 :
Daerah
Pembangu
Jalan
Saluran
pengelak
nan
PT. BIASREKA
3- 30
Laporan Pendahuluan
Kalau kemiringan dari jarak miring tersebut dikalikan 2 maka potensi kehilangan tanah
akan meningkat 4 kali lipat.
Untuk memperkecil potensi kehilangan tanah maka harus dipotong jarak kemiringan
dan diperkecil sudutnya dengan menggunakan Terrasering.
Dengan adanya terrasering maka kecepatan air akan turun, potensi erosi akan rendah
maka tanah yang tererosi akan kecil.
Untuk memperpendek jarak kemiringan biasanya dengan menggunakan saluran pada
tempat-tempat tertentu pada lahan miring tersebut.
L1
L2
L3
3.5.7. PRINSIP 7:
a. Kondisi awal L.
b. Setelah harga L diperpendek menjadi L1, L2, L3.
Kalau dilihat dari rumus energi maka energi aliran air tergantung dari kuadrat
kecepatan.
Apabila kecepatan bertambah 2 kali lipat maka energi bertambah 4 kali lipat dari
semula.
Untuk memperkecil kecepatan aliran air dilahan ialah :
-
Dengan hilangnya tanaman dan digantinya dengan bahan-bahan yang tidak tembus air
(bangunan rumah, jalan dll) maka akan menimbulkan aliran permukaan yang lebih
banyak dari semula. Perubahan-perubahan yang terjadi pada permukaan tanah akan
memberikan dampak yaitu kecepatan aliran akan lebih tinggi karena debit bertambah
besar. Kalau debit besar mengalir pada suatu lahan, maka akan berproses dan aliran
PT. BIASREKA
3- 31
Laporan Pendahuluan
akan terkonsentrasi pada beberapa tempat aliran (Rill dan bisa sampai gully) dan
kejadian ini akan menimbulkan gerusan yang lebih besar. Untuk menghindari
terkumpulnya aliran air maka harus dibuat jaringan saluran drainase dimana
kepadatannya memenuhi persyaratan teknis drainase.
Drainase ini ada 2 jenis yaitu :
-
Untuk daerah lahan yang bergelombang atau lahan miring yang gundul bisa
dilaksanakan keduanya dalam satu jaringan.
Drainase vertikal bisa dilaksanakan dengan membuat sumur resapan, jumlah sumur
resapan tergantung dari daya rembes tanahnya sendiri dan luasan areal drainase.
3.5.9. PRINSIP 9 : ENDAPKAN SEDIMENT PADA TEMPAT TERTENTU
Erosi selama pembangunan pasti akan terjadi, hasil dari erosi tersebut ialah sedimen
yang akan dikumpulkan dan diendapkan pada tempat tertentu, supaya sedimen
tersebut tidak terbawa jauh dan masuk ke sungai.
Jenis dari pengumpulan sedimen tersebut pada umumnya berbentuk barriers. Jenis
endapan sedimen adalah kolam pengendapan sedimen, tanggul filter yang terbuat dari
jerami atau sejenisnya, mencegat lumpur dan lain-lain.
Dengan adanya kolam maka kecepatan air akan mengecil bahkan bisa sampai diam
dan sedimen akan mempunyai peluang yang besar untuk mengendap, airnya yang
sudah jernih secara pelan-pelan dialirkan lewat lubang pengeluaran. Sama halnya
dengan pembuatan tanggul yang bersifat filter, dibelakang tanggul tersebut air akan
menggenang dan sedimen akan mengendap.
Untuk jenis tanah clay dan lanau (silt) agak sulit untuk diendapkan secara cepat, maka
untuk jenis tanah berbutiran halus yang paling efektif adalah dengan sistim kolam
pengendapan sedimen. Untuk lebih jelasnya jenis konstruksi pengontrolan sedimen
akan dibahas secara mendalam pada bab-bab berikutnya.
3.5.10. PRINSIP 10:PELIHARABANGUNAN-BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN TERSEBUT
Pemeriksaan dan pemeliharaan bangunan pengendali sedimen tersebut sangat
mempengaruhi keberhasilan dari fungsi bangunan tersebut.
Pada kebanyakan bangunan pengendali sedimen tersebut harus diadakan
pemeliharaan secara periodik. Pemeriksaan bangunan-bangunan ini khususnya pada
waktu hujan terjadi supaya mengetahui secara pasti keberhasilan bangunan tersebut.
PT. BIASREKA
3- 32
Laporan Pendahuluan
PT. BIASREKA
3- 33
Laporan Pendahuluan
Gambar 3.7 Flow Chart Kegiatan Studi Konservasi Hulu Waduk Darma Kabupaten
Kuningan
PT. BIASREKA
3- 34
Laporan Pendahuluan
3.6.2. T AH AP AN PERSIAPAN
Sasaran utama kegiatan konsultan pada tahapan ini adalah untuk menentukan program
rencana kerja dan penugasan personil yang akan terlibat pada pekerjaan ini. Rincian
tahapan kerja yang tercakup dalam pekerjaan ini dapat dilihat pada uraian berikut ini.
PENGURUSAN ADMINIST RASI
Meliputi pengurusan surat-menyurat dan dokumen sehubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan. Jenis surat yang diperlukan pada tahap ini berupa surat tugas konsultan dan
surat pengantar dari pihak Direksi maupun Konsultan, yang ditujukan untuk instansi
terkait dan berwenang di wilayah studi. Pelaksanaan pengurusan administrasi
dimaksudkan untuk memudahkan kelancaran pekerjaan, terutama berkaitan dengan
pengumpulan data dan pekerjaan di lapangan.
KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT
Sebelum memulai kegiatan pekerjaan di lapangan, Konsultan melakukan koordinasi
dengan instansi pemberi tugas untuk menyamakan persepsi tentang maksud, tujuan
dan sasaran pakerjaan serta sebagai perkenalan dengan staf instansi/Pemda yang
ditunjuk oleh instansi pemberi tugas untuk turut terlibat dalam pekerjaan ini.
STUDI PUSTAKA
Studi Pustaka, berupa studi kepustakaan terhadap semua kegiatan dan investigasi di
bidang sumber daya air yang terdahulu. Studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi karakteristik daerah, permasalahan yang dihadapi serta potensi
pengembangan dan perlindungan sumber daya airnya. Hasil studi ini dijadikan panduan
untuk menentukan sasaran program kunjungan lapangan pendahuluan serta sebagai
masukan dalam penyusunan rencana kerja secara menyeluruh dan terpadu.
PENYUSUNAN RENCANA KERJA
Berdasarkan hasil kajian sebelumnya, ditetapkan rencana kerja lebih rinci, sesuai
dengan lingkup pekerjaan yang diminta. Rencana kerja tersebut meliputi tahapan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan lingkup pekerjaan, durasi waktu
pelaksanaan, dan kondisi lapangan.
PENGUMPULAN DATA SEKUNDER DAN PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN DISKUSI
PENDAHULUAN
Laporan Pendahuluan merupakan bentuk laporan tahap awal, yang akan menjelaskan
kesiapan pihak konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan, yang
dituangkan dalam bentuk metodologi dan rencana kerja. Disamping itu, pada laporan
ini juga sudah disajikan hasil penelaahan data sekunder tahap awal, yang dituangkan
PT. BIASREKA
3- 35
Laporan Pendahuluan
prasarana pada DAS terkait dan lain-lain. Data didasarkan kepada data statistik
kecamatan yang diperoleh dari Kantor Kecamatan dan Biro Pusat Statistik. Data ini
berguna untuk proyeksi dan memperkirakan pengaruh masyarakat dalam
pemeliharaan daerah konservasi di sekitar daerah aliran sungai
PT. BIASREKA
pada setiap
3- 36
Laporan Pendahuluan
Meliputi data yang erat kaitannya dengan pertanian (irigasi), perikanan, industri dan
lain-lain. Data ini juga berguna dalam memproyeksikan kebutuhan air untuk
berbagai keperluan diluar kebutuhan rumah tangga.
3.6.4. SURVEY LAP ANG AN
Survey Lapangan dilakukan untuk melakukan konfirmasi data terdahulu dengan
kenyataan kondisi lapangan yang sesungguhnya dan identifikasi pada lokasi-lokasi
yang mengalami longsoran / daerah kritis dalam daerah aliran sungai di masing-masing
lokasi DAS . Survey lapangan meliputi aspek : penentuan daerah kritis serta
pengukuran daerah kritis dengan GPS, , kondisi fisik & sosial ekonomi serta gambaran
umum potensi lahan yang mencakup keadaan existing dari vegetasi yang ada, jenis
tanah serta kelerengan di masing-masing DAS. Hasil survey lapangan ini dijadikan
masukan dalam menyusun pemilihan alternatif perncanaan sipil teknis dan konservasi
DAS .
Sejalan dengan itu dilakukan pula identifikasi hal-hal berikut :
Identifikasi Daerah Longsoran
PT. BIASREKA
3- 37
Laporan Pendahuluan
PT. BIASREKA
3- 38
Laporan Pendahuluan
air dan saluran, tetapi cukup mudah dicari dan berada dicakupan lokasi kerja. Patok
CP dan BM dilengkapi dengan kode proyek, nama, nomor dan huruf yang akan
dikonsultasikan dengan direksi.
Sesuai KAK, spesifikasi rintisan dan pemasangan patok dan patok permanen (BM
dan CP) kerangka dasar pengukuran adalah sebagai berikut :
Pemasangan patok, BM dan CP dilaksanakan pada jalur-jalur pengukuran
sehingga memudahkan pelaksanaan pengukuran.
BM, CP dan patok di pasang sebelum pengukuran situasi sungai/pantai
dilaksanakan.
BM di pasang pada setiap jarak
2.0 km (berdampingan dengan BM) atau pada tempat yang diperkirakan akan di
buat bangunan penanggulangan banjir. Pilar-pilar tersebut di buat dari
konstruksi beton.
BM dan CP tersebut di pasang pada tempat-tempat yang aman, stabil serta
mudah ditemukan.
Apabila tidak memungkinkan untuk mendapatkan tempat yang stabil, misalnya
tanah gembur atau rawa-rawa maka pemasangan BM dan CP tersebut harus di
sangga dengan bamboo/kayu.
Patok-patok di pasang maksimal setiap jarak 100 m pada bagian sungai yang
lurus dan < 50 m pada bagian sungai yang berkelok-kelok (disesuaikan dengan
keperluan).
Patok-patok di buat dari kayu (misal kayu gelam/dolken) dengan diameter 3 5
cm. Pada bagian atas patok ditandai dengan paku payung.
Jalur rintisan/pengukuran mengikuti alur sungai dan pantai.
Didalam laporan topografi akan di buat buku Diskripsi BM yang memuat, posisi
BM dan CP dilengkapi dengan foto, denah lokasi, dan nilai koordinat (x, y, z).
PT. BIASREKA
3- 39
Laporan Pendahuluan
20
Pen kuningan
6 cm
25
Pelat marmer 12 x 12
Tulangan tiang 10
10
15
Beton 1:2:3
Dicor beton
20
75
100
65
10
Dicor beton
Sengkang 5-15
20
20
Pasir dipadatkan
40
Benchmark
Control Point
Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat
ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat
tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara
seperti di Gambar 3.10.
Jarak AB = d1 + d2 + d3
PT. BIASREKA
3- 40
Laporan Pendahuluan
d1
d2
1
d3
Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:
Jarak antara titik-titik poligon adalah 50 m.
Alat ukur sudut yang digunakan Total Station.
Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
Selisih sudut antara dua pembacaan
2 (dua detik).
KI
fx
fy
d
1 : 5.000
PT. BIASREKA
3- 41
Laporan Pendahuluan
AB
AC
A
C
atau
+(
di mana:
T
M
( T)
( M)
PT. BIASREKA
=
=
=
=
=
azimuth ke target
azimuth pusat matahari
bacaan jurusan mendatar ke target
bacaan jurusan mendatar ke matahari
sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan
3- 42
Laporan Pendahuluan
jurusan ke target
U (Geografi)
Matahari
Target
A
20.
PT. BIASREKA
3- 43
Laporan Pendahuluan
Pengukuran Waterpass
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi elevasi (Z), pada
masing-masing patok kerangka dasar vertikal. Metoda pengukuran yang dilakukan
ini metoda waterpas, yaitu dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua
titik terhadap bidang referensi yang di pilih (LWS), jalannya pengukuran setiap titik
seperti diilustrasikan pada Gambar 3.14. di bawah ini.
PT. BIASREKA
3- 44
Laporan Pendahuluan
rambu
P3
P2
P1
LWS=0,00
ii.
PT. BIASREKA
3- 45
Laporan Pendahuluan
10) Pengukuran waterpass diikatkan pada titik tetap ketinggian geodetis yang ada di
dekat daerah pengukuran atau titik referensi lain yang ditetapkan oleh Direksi
Pekerjaan.
11) Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah dan bawah).
12) Pengukuran sifat datar ini dilakukan melalui titik-titik poligon dan patok lainnya
yang digunakan untuk pengukuran situasi dan profil melintang sungai/pantai.
elevasi.
3. Pengambilan data menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan
kerapatan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan skala peta 1 : 1.000 dan
1 : 2.000.
d) Pengukuran
penampang
memanjang
dan
penampang
melintang
sungai/pantai.
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi terukur yang
dapat dipergunakan dalam perencanaan bangunan serta perkiraan volume
galian dan timbunan.
Untuk mengetahui bentuk permukaan pantai dan bentuk sungai maka
dilakukan pengukuran profil (cross section).
Spesifikasi pengukuran penampang memanjang dan melintang sebagai
berikut :
Pengukuran dilakukan di sepanjang sungai pada patok-patok profil yang
telah dipasang.
Interval profil 50 m dan 100 m.
Pengukuran profil tegak lurus pantai dan sungai.
Pengukuran terikat terhadap titik poligon.
Pengukuran situasi dan penampang dilakukan bersama-sama.
Metode yang dipergunakan adalah metode tachimetri.
PT. BIASREKA
3- 46
Laporan Pendahuluan
sungai yang lurus dan < 50 m pada bagian sungai yang berkelok-kelok
atau disesuaikan dengan keperluan.
Penampang memanjang diambil pada dasar sungai yang terdalam
termasuk peil-peil muka air tanah terendah, normal dan tertinggi.
Detail yang ada di lapangan di ukur, terutama kampung, lembah, bukit,
jembatan dan lain-lain.
Setiap 50 m atau 25 m titik poligon diukur dengan meter ukur baja dan
harus diikatkan pada patok kerangka utama.
Pengamatan matahari harus dilakukan setiap 2,5 km.
Setiap titik poligon harus diukur ketinggiannya.
Profil memanjang dan melintang dilakukan dengan interval jarak 100 m
dan pada belokan diukur setiap 50 m dengan koridor 100 m kekiri dan
kekanan dari tepi sungai.
Jika trase memotong anak sungai, maka alur sungai tersebut harus di
ukur profil melintangnya.
Titik detail trase di ambil dari data profil melintang, sedangkan detail
lainnya yang ada diantara profil melintang harus di ukur dengan cara
dirincikan sehingga kerapatan titik detail 2 cm pada petanya.
Pengukuran penampang melintang sungai untuk lebar B 100 m dapat
dilakukan dengan menggunakan waterpass atau To untuk lebar > 100 m
akan dilakukan beberapa titik di tepi sungai berjarak 25 50 m dari muka
air sungai sedangkan profil sungai akan diukur dengan sistim colokan jika
kedalaman air h 3 m, jika h > 3 m dilakukan dengan echosounder.
Titik-titik pengukuran penampang melintang direncanakan seperti gambar
berikut :
PT. BIASREKA
3- 47
Laporan Pendahuluan
Bts Koridor
Bts Koridor
As
Tepi kiri
Tepi kanan
PT. BIASREKA
3- 48
Laporan Pendahuluan
PEKERJAAN PERSIAPAN
Tenaga/personil pelaksana dipilih sesuai dengan profesi yang dimiliki dan
berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis, yang meliputi Geologist dan
Juru Bor. Peralatan yang akan dibawa untuk melaksanakan pekerjaan akan dipilih dan
disesuaikan dengan jenis pekerjaan seperti yang tercantum dalam TOR, diantaranya
yaitu unit peralatan bor tanah, Roll meter, Kamera foto untuk dokumentasi dan unit
peralatan/perlengkapan tenaga pelaksana.
Selain berbagai peralatan seperti tersebut diatas, maka dipersiapkan pula bahan-bahan
dan perlengkapan lain berupa blanko formulir lapangan Hulu waduk Darma , peta
geologi, peta topografi dan data lain (literature) yang akan dipakai guna menunjang
kelancaran pekerjaan.
A. Pekerjaan Lapangan
Untuk mempercepat pelaksanaan survey dibagi atas beberapa tim yang bekerja
dilapangan secara simultan.
Jumlah titik dan penyebaran lapangan dan disesuaikan dengan jumlah rencana
bangunan air dan lokasi tanggul yang akan dibuat berdasarkan hasil diskusi dengan
Direksi pada Orientasi Lapangan Hulu waduk Darma dan pengamatan visual tanah
dilokasi.
1) Pemboran Dangkal
Pemboran dilakukan dengan menggunakan mata bor Iwan biasa (Iwan Auger)
dengan diameter 10 cm dan diputar dengan tangan sampai mencapai
kedalaman 8.0 meter sampai kedalaman suatu lapisan keras dimana pemboran
tidak dapat diperdalam lagi. Dari pemboran ini diambil contoh tanah tak
terganggu (undisturbed sample) yang selanjutnya akan dianalisa dilaboratorium
mekanika tanah.
Tahapan kegiatan pemboran dangkal ini adalah sebagai berikut :
Pembuatan rencana kerja secara detail termasuk daftar personil dan
schedule pelaksanaan.
Mobilisasi dan penyiapan medan kerja untuk mendapatkan jalan hantar
yang tepat dan pembuatan jalan setapak jika perlu.
Transportasi, penyetelan dan penempatan peralatan, perlengkapan serta
material.
Penyusunan core sample hasil pemboran pada core box, pengambilan
photo dari core sample serta mencatat pengujian di lubang bor.
Pemilihan sample dari core pemboran dan mengirimkannya ke laboratorium
sesuai dengan instruksi Engineer.
PT. BIASREKA
3- 49
Laporan Pendahuluan
daerah
Ukuran lubang uji (test pits) adalah 1,25 m x 1,25 m dengan kedalaman
penggalian tanah maksimum lk. 5,00 meter. Pada keadaan muka air tanah
dangkal, lubang uji diganti dengan percobaan pemboran dengan
menggunakan bor tangan sampai kedalaman lk. 5,00 meter.
Pada setiap lubang uji diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample)
pada perubahan lapisan seberat lk. 20, kg untuk diuji
sifat-sifat
pemadatannya (compaction test) di laboratorium untuk mengetahui
karakteristik tanah yang akan digunakan sebagai timbunan.
Agar pengambilan contoh dan klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan
baik, dasar sumuran uji harus dibuat horisontal.
Tiap lapisan perlu dicatat tentang uraian jenis dan warna tanah, kedalaman
dan elevasinya.
Dilakukan pengambilan contoh tanah tes permeabilitas dan pencatatan
diskripsi visual tanah.
Bahan yang dikeluarkan dari galian harus dikumpulkan di sekitar sumuran
uji untuk mengetahui bahan lain setiap kedalamaan tertentu.
Setelah masing-masing sumuran selesai, ahli mekanika tanah dari pihak
Pelaksana Pekerjaan harus membuat catatan mengenai : hasil-hasil
penemuannya, mengambil foto-foto berwarna, serta menyerahkannya
kepada Pemberi Pekerjaan.
Pada waktu membuat sumuran uji, harus dilakukan uji berat volume di
lapangan Hulu waduk Darma pada setiap kedalaman 2,0 m dengan
metode berat volume pasir atau metode volume air menurut JIS A 121
H/1971 atau ASTM D 2937-71.
Jumlah dan lokasi sumuran uji akan diputuskan oleh Pemberi Pekerjaan.
PT. BIASREKA
3- 50
Laporan Pendahuluan
Hal-hal Khusus
Pembuatan sumuran uji ini dihentikan bilamana :
Telah dijumpai lapisan keras dan tidak dapat ditembus lagi dengan
peralatan konvensional (belincong, linggis, dan lain-lain)
Bila dijumpai rembesan air tanah yana cukup besar sehingga sulit untuk
diatasi dengan peralatan-peralatan pompa sederhana di lapangan Hulu
waduk Darma.
Dinding galian mudah runtuh dan sulit untuk diatasi dan penggalian
mengalami kesulitan walaupun telah dibuat papan-papan penahan dinding
galian.
3.6.4.3 UJI LABORATORIUM
Contoh-contoh tanah yang diambil dari lapangan kota Hulu waduk Darma dibawa ke
laboratorium untuk diuji guna mendapatkan besaran-besaran sifat karakteristik fisik dan
mekanika tanah. Pengujian tanah harus dilakukan untuk dua jenis sample tanah yang
diperoleh dan sesuai dengan standar berikut:
Pengujian Contoh Tanah Tidak Terganggu
a) Penyelidikan sifat fisik tanah
Berat jenis (ASTM D.3456)
Berat volume (ASTM D. 854)
Ruang pori total (ASTM D2216)
Atterberg limit (ASTM D 4318)
Gradasi butiran (ASTM D.42)
Permeabilitas (Constant head test/Falling head test)
b) Penyelidikan Sifat Mekanika Tanah
Konsolidasi (ASTM D. 2435)
Triaxial Test ( ASTM D.565)
Pengujian Contoh Tanah Terganggu
a) Penyelidikan Sifat Fisik Tanah
Berat jenis
Atterberg limits
Gradasi butiran
b) Penyelidikan Sifat Mekanis
Percobaan pemadatan (Compaction test Modified ASSHO)
Volume pekerjaan geoteknik dan mekanika tanah :
Pekerjaan Lapangan
1) Pemboran tangan : 15 meter (di lokasi yang diperkirakan diperlukan bangunan air
untuk penanganan konservasi sipil teknis.
PT. BIASREKA
3- 51
Laporan Pendahuluan
2)
3)
4)
5)
6)
Pekerjaan Laboratorium
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Indeks properties
Consolidasi
Compaction test
Triaxial UU
Permeabilitas
Analisa contoh sedimen
:
:
:
:
:
:
5 sample
5 sample
5 sample
5 sample
5 sample
5 sample
3.7.1
Kejadian jatuhnya butiran air hujan ke permukaan tanah langsung atau ke atas lapisan
tipis air di atas permukaan, akan menghancurkan ikatan butiran tanah.
Penghancuran ikatan ini dan melemparkan butiran-butiran tanah tersebut ke udara dan
menjatuhkannya lagi pada tempat lain.
Pada tempat jatuhnya butiran air hujan tersebut menimbulkan bekas dan tanah yang
terlempar terus terbawa arus.
Terlemparnya butiran tanah tersebut disebabkan adanya energi yang timbul dari air
hujan tersebut dan juga tergantung dari besarnya butiran tanah sendiri.
Hubungan antara energi hujan dan karakteristik hujan sendiri adalah sebagai berikut :
E = 12,1 + 8,4 log i
dimana
Proses dari erosi tanah oleh air dipengaruhi oleh penghancuran kelompok tanah dan
transportasinya.
PT. BIASREKA
3- 52
Laporan Pendahuluan
Untuk tanah yang mudah dipisahkan dari kelompoknya, maka akan mudah untuk
diangkut, tanah ini disebut tanah mudah tererosi. Pemisahan tanah makin mudah
kalau ukuran makin kecil, dan tanah makin mudah diangkut kalau ukuran makin kecil.
Pada tingkat hujan tertentu mungkin jatuhnya air hujan ke tanah tidak mempengaruhi
tanah secara serius, tetapi kemiringan lahan akan menentukan erosinya.
Rill erosi akan bertambah besar apabila panjang kemiringan bertambah dan akan lebih
serius lagi pada akhir dari lahan tersebut. Pengaruh dari kemiringan lahan serta
kemiringan jatuhnya air hujan bisa dilihat pada gambar 3.16
Kalau dilihat dari hasil penelitian jatuhnya air hujan, bisa memisahkan butiran tanah
dan melemparkannya ke udara setinggi 1,5 m dan berpindah tempat sejauh 0,6 m.
Faktor yang mempengaruhi arah dan jarak terlemparnya butiran ke udara adalah
kemiringan, angin dan kondisi permukaan tanah dan yang menghalanginya adalah
tanaman penutup dan penutup lainnya.
Di bawah ini diperlihatkan proses dari jatuhnya air hujan, memisahkan butiran tanah
serta melemparkan ke udara dan menjatuhkannya lagi dengan waktu kejadian tersebut
(lihat gambar 3.14).
SHEET EROSI
Sheet erosi terjadi pada aliran lahan yang merata dan membawa butiran dari bagian
tanah paling atas, akibat erosi ini ialah hilangnya lapisan tipis tanah bagian atas secara
merata. Mulainya pergerakan tanah adalah pada saat pemukulan tanah oleh air hujan
dan persamaan dengan pengaliran air permukaan.
Kalau diteliti kecepatan jatuh air hujan pada permukaan tanah adalah antara 6 m/det
sampai 9 m/det dan kecepatan.
PT. BIASREKA
3- 53
Laporan Pendahuluan
Bagian atas dari tanah yang disebut top soil adalah yang sangat berguna untuk
pertanian dan apabila lapisan ini hilang semua akan mengakibatkan susah tumbuhnya
tanaman-tanaman.
RILL EROSI
Rill erosi adalah erosi tanah oleh air yang agak terpusat pada saluran kecil sehingga
mengakibatkan hilangnya tanah dan memberikan bekas seperti saluran-saluran kecil
kearah sesuai dengan aliran air.
Rill erosi adalah kejadian yang sering terjadi pada lahan-lahan gundul dan kelihatan
jelas ada jalur-jalur lekukan seperti saluran kecil dan merupakan jaring-jaring saluran
yang sejajar.
Rill erosian adalah suatu kejadian erosi yang perlu mendapat perhatian serius sebab
ini sudah memperlihatkan indikasi kecepatan aliran yang cukup besar dan mengangkut
sedimen lebih banyak lagi.
Rill erosian yang lebih terpusat dan lebih besar lagi salurannya akan ber-ubah menjadi
gully erosi.
GULLY EROSI
Gully erosi adalah pembentukan saluran yang lebih besar dari rill erosi dan saluran ini
dibebani air sesaat setelah hujan turun dan erosi terjadi.
Maka gully erosi adalah tingkatan lebih lanjut dari pada rill erosi sedangkan rill erosi
adalah tingkatan lebih lanjut dari pada sheet erosi.
Bahaya yang akan berlanjut adalah kelongsoran ditebing-tebing gully, yang akan
memudahkan proses erosi yang lebih besar lagi.
Ada 4 tahapan terbentuknya gully ialah sebagai berikut:
Tahap 1
Saluran erosi akan terjadi dibagian hilir dari lahan yang tererosi. Tahap ini
adalah proses yang normal dikala tanah bagian atas merupaklan sasaran
untuk tererosi.
Tahap 2
Gully hasil tahap 1 bergerak ke udik serta membesar dimensinya baik lebar
ataupun kedalam tanah-tanah yang mudah tererosi akan terbawa hanyut.
Tahap 3
Tahap 4
PT. BIASREKA
3- 54
Laporan Pendahuluan
Bentuk potongan melintang gully biasanya berbentuk v atau u, tergantung dari tanah
dan iklim setempat umur dari gully.
Gambar 3.16 bentuk masing-masing erosi dalam suatu areal kejadian erosi.
Erosi di saluran
Erosi tanah di saluran akan mengakibatkan
angkutan sedimen yang berbeda-beda yaitu :
Sheet
erosi
- Melayang.
Gully
erosi
Rill erosi
- Meloncat.
- Merangkak di dasar saluran.
Pergerakan sedimen di saluran akan dipelajari secara khusus pada pelajaran sedimen
transport.
3.7.2
Persamaan
Persamaan yang paling populer sampai saat ini adalah persamaan dari "Universal Soil
Loss Equation" (USLE), persamaan tersebut adalah :
A = R x K x LS x C x P
dimana A = kehilangan tanah yang tererosi [t/acre/tahun].
R = index erosi akibat hujan [100ft. t/acre *0in/jam].
K = faktor erosi tanah, [t/are/unit dari k].
LS = faktor panjang kemiringan dan kemiringan lahan [tidak berdimensi].
C = faktor tanaman [tidak berdimensi].
P = faktor pencegahan erosi [tidak berdimensi].
Semua satuan di atas adalah satuan dalam english unit (the imperial unit), sedangkan
kalau dirubah menjadi satuan internasional adalah sebagai berikut.
PT. BIASREKA
3- 55
Laporan Pendahuluan
English
SI
Perkalian
x 1.7 =
t/acre/unit ot R
x 1.32 =
t/ha
t/acre
x 2.47 =
t/ha
Kelima faktor di atas adalah yang menentukan perkiraan jumlah tanah yang tererosi
dari suatu areal lahan pertahunnya.
Perkiraan tersebut satuannya dalam ton/ha/tahun,dari satuan ini bisa dirubah menjadi
volume/ha/tahun.
Untuk areal lahan yang mempunyai karakteristik lahan yang sama bisa diperkirakan
kedalaman tanah yang tererosi/tahunnya.
Perkiraan kedalaman tanah yang tererosi dan keadaan kedalaman tanah eff bagi
tumbuhan maka bisa diperkirakan jangka waktu sampai lahan tersebut menjadi lahan
yang tandus (tanaman tidak mau tumbuh).
Untuk mencapai hasil perhitungan yang lebih tepat maka diperlukan ketelitian dalam
menentukan kelima faktor tersebut diatas.
a. Index erosi akibat hujan [R].
Untuk menentukan index erosi akibat hujan (R) maka harus diukur dulu tenaga yang
akan mengerosi dan hujannya sendiri.
Tenaga yang akan mengerosi tanah adalah energi yang ditimbulkan oleh tetesan hujan
yang jatuh ketanah, dengan simbul E.
Sedangkan pengukuran hujan yang dipakai dalam perhitungan adalah intensitas max
hujan untuk selang waktu 30 menit, dengan simbul I30.
R adalah hasil penjumlahan dari perkalian E x I30, selama selang waktu tertentu dan
untuk hujan yang mempunyai pengaruh pada erosi.
Untuk menghitung harga E digunakan rumus sebagai berikut:
untuk jatuhnya tetesan hujan.
m
E
1
PT. BIASREKA
916
331 log X i
Yi
100
3- 56
Laporan Pendahuluan
Rb
EL30
6.119 BCH
1.21
BHH
0.47
max P
0.53
Dimana :
Rb
BCH
[cm]
BHH
[hari]
MAX P
[cm]
PT. BIASREKA
[cm/jam]
3- 57
Laporan Pendahuluan
Pemakaian rumus-rumus diatas adalah tergantung dari data yang tersedia dilapangan,
apabila data curah hujan lengkap maka disarankan untuk mengunakan intensitas
hujan.
10
0
Malaysia
DID
70
Der Weduwen
50
Boerem
a
40
12
18
30
42
60
Jam
Meni Selang
waktu
t
Gambar 3.17 Variasi penyebaran hujan Der Weduwen dan Boerema di Indonesia
bagian barat.
7
10
20
10
PT. BIASREKA
3- 58
Laporan Pendahuluan
Type III =
Type hujan di
Indonesia
40
Type
I
Type IA
Type
III
bagian Barat
Type II
o
T
A
30
l
0
3 penyebaran
6
9
12
15
18 terhadap
21
Gambar
18 Type-type
hujan
dalam
%
waktu dikeluarkan
24 Hujan
H
u
Faktor erosi tanah diukur untuk menentukan tingkat kemudahan air hujan untuk
memisahkan butiran dan mengangkutnya dengan aliran air.
a
n
Harga faktor
erosi tanah ini sangat dipengaruhi oleh penyebaran butiran tanah dan
pengaruh lainnya
seperti struktur, organik dan permea biliti.
10
Besaran k berada diantara 0.02 sampai dengan 0.64 dengan satuan ton/ha/ satuan R.
Variasi data yang diperlukan untuk mencari faktor k dengan menggunakan segitiga
adalah :
Persentasi dari-Total pasir dan lanau
0
- Lanau dan
lempung
PT. BIASREKA
3- 59
Laporan Pendahuluan
a. Apabila jenis texture lebih kasar dari loam (lihat gambar 3.17 yang diarsir),
masukan 5 % dari prosentase pasir sangat halus kebagian pasir dan sisanya
sebagai lanau.
b. Apabila jenis texture loam dan atau lebih halus lagi masukan 10 % dari
prosentase pasir sangat halus kebagian pasir dan sisanya sebagai lanau.
c. Untuk memperkirakan harga k harus dengan menggunakan
prosentase yang sudah disesuaikan dengan berdasarkan a dan b.
besaran
Pada contoh diatas apabila didalam tanah tersebut ada kandungan organik 2 % maka
akan memberikan koreksi faktor k adalah 0 sedangkan untuk kandungan organik = 0
maka koreksi faktor k ada diantara + 0.06 sampai + 0.14, tergantung juga dari besaran
k.
Sedangkan untuk koreksi karena adanya kandungan batu (rock) berlaku untuk > 15 %
dan untuk < 15 % tidak ada koreksi.
Ukuran butiran yang termasuk dalam kriteria kandungan batu adalah >2mm.
Faktor k karena struktur tanah dan permeability (daya rembes) relatif sangat kecil,
hanya lebih kecil dari 0.1.
PT. BIASREKA
3- 60
Laporan Pendahuluan
Soil
Permeability
Structure
Permeability
6 = Sangat lambat
1 5 = Lambat
4 = Lambat s/d sedang
3 = Sedang
2 = Sedang s/d Cepat
1 = Cepat
Soil Structure
1 = Butiran Sangat halus
2 = Butiran Halus
3 = Sedang s/d kasar
4 = berbentuk blok,
masif
.70
.60
.10
.40
.50
.30
30
4
% OM
.30
.20
.20
.40
20
15
10 5
0
40
50
% Pasir
(0.1-2
60
mm)
70
80
90
0
90
10
100
PT. BIASREKA
20
30
40
50
Silt + pasir sangat halus
60
70
80
3- 61
Laporan Pendahuluan
K yang belum
dikoreksi
0.1
0.15
0.17
0.2
0.24
0.28
0.32
0.37
0.43
0.49
0.55
0.64
> 0.4
0.20-0.40
+0.14
+0.1
+0.07
+0.05
0
0
-0.07
-0.05
-0.14
-0.1
<0.20
+0.06
+0.03
-0.03
-0.06
PT. BIASREKA
-0.09
Butiran halus
Butiran kasar s/d menengah
-0.06
-0.03
D Permeability
Tanah kompak PH > 9
+0.03
-0.03
3- 62
Laporan Pendahuluan
4.56 s
S = ------------- + -------------- +
s2 + 10000
0.065
s2 + 10000
dengan :
l = panjang kemiringan [ft]
s = kemiringan [%]
m = exponent yang tergantung dari kemiringan(lihat tabel 3.6).
Tabel 4.14
m.
s[%]
__________________
0.2
<1
0.31
-3
0.4
3.5 - 4.5
0.5
>5
Tingkat kepekaan dan perubahan sudut kemiringan dan panjangnya bisa dilihat
dengan perubahan dan sudut kemiringan.
Kemiringan asal 15 : 1 (V : H) diubah-ubah sampai mencapai sudut kemiringan 6:1,
semua dibandingkan terhadap keadaan awal yaitu 1.5:1.
Dengan menggunakan rumus di atas maka dapat dilihat perbedaan dan perubahan
sudut tersebut dan pengaruhnya terhadap erosi.
PT. BIASREKA
3- 63
Laporan Pendahuluan
Besaran LS
Besaran erosi
Panjang LS
Kemiringan
terhadap
(ft)
terhadap
asal
asal
1.5 : 1
100
26.68
100
100
2 :1
124.5
19.89
74.55
92.82
3 :1
176
12.33
46.21
81.34
6 :1
338.6
5.60
20.94
71.07
2:1
Untuk lebih jelas akan dihitung perbedaan atau perubahan apabila sudut kemiringan
tetap sedangkan panjangnya berubah-ubah.
Sudut kemiringan 2.5 : 1 ( 40 %) sedangkan panjang kemiringan berubah dengan
menggunakan saluran-saluran (lihat gambar 4.14).
Merubah Faktor L
L1
L2
L3
MULTIPLE
Dasar perhitungan dari erosi lahan dengan sudut yang bermacam-macam dalam satu
lembah adalah sama pada single sudut dengan asumsinya pun sama. Asumsi dari
erosi lahan ialah butiran tanah terangkut oleh aliran permukaan yang terbatas hanya
PT. BIASREKA
3- 64
Laporan Pendahuluan
pada butiran tanah yang kontak dengan air. Pada rumus dimana tidak bisa diambil
sudut kemiringan rata-rata maka diharuskan mencari LS untuk satu sistem lembah
dengan kemiringan yang berbeda-beda.
Rumus ini dikemukakan oleh Fosrer dan Wischmeier, adalah sebagai berikut.
LS = {[(L
1]
Ss1 )
+ (L
- (L
- (L 0 Ss1 )
Ss3 )
(n-1)
Ssn )
- (L
(n-1)
0]
Ss3 )
+ [(L
2
Ss2 )
- (L 1 Ss2 )x
] + ..... [(L
Ssn )x
dimana
Ln = faktor panjang untuk kemiringan pada segmen ke n
= (ln/72.6)m
ln
d. Faktor Tanaman
Faktor tanaman adalah perbandingan dari kehilangan tanah dari lahan yang ada
tanamannya atau penutup lainnya dengan tanah yang tanpa penutup sama sekali.
Harga c disini berbeda artinya dengan harga c pada koefisien aliran.
Gunanya adalah untuk menghitung kehilangan tanah akibat erosi yang mungkin
terjadinya akibat pelaksanaan bangunan dilahan termasuk penanaman tanaman,
pengrusakan permukaan tanah oleh alat-alat mekanik, unsur kimia dan lain-lain. Tetapi
tidak termasuk struktur seperti berm, saluran, karena hal ini akan termasuk terhadap
LS.
Beberapa tindakan untuk memperkecil tanah yang terbuka terhadap akibat jatuhnya
hujan yang akan memperkecil erosi,pada tabel 3.13 memperlihatkan variasi harga c
terhadap kondisi permukaan tanah.
PT. BIASREKA
3- 65
Laporan Pendahuluan
---------------------------------------------------------------------------------K o n d i s i.
Faktor tanaman c
------------------------------------------------------------------------------------1. Kondisi tanah yang sudah terkelupas
-----------------------------------------------------------------------------------Tanah baru terkelupas
5 - 20 cm
1.00
Setelah diguyur hujan 1 kali
0.89
Hilang sampai 30 cm yang halus
0.9
Hilang sampai 30 cm yang kasar
0.8
Dipadatkan dan diratakan oleh
buldozer keatas dan kebawah
1.30
-------------------------------------------------------------------------------Sama kecuali akar dan daun
1.20
Dipadatkan dan diratakan oleh
buldozer arah melintang
1.20
Sama kecuali akar dan daun
arah melintang
0.90
-------------------------------------------------------------------------------Dikasarkan oleh track pada
semua arah
0.9
Baru ditebar benih dan pupuk
0.64
Sama setelah 6 bulan
0.54
Benih serta pupuk dan 12 bulan
dengan semprotan kimia
0.38
-------------------------------------------------------------------------------K o n d i s i.
Faktor tanaman c
--------------------------------------------------------------------------------Tidak ada pengolahan tanah
walaupun sederhana dan kasar
0.01
Tanah diolah dengan sederhana
dan kasar
0.02
Tumbuhan yang dipadatkan
1.24 - 1.71
Tidak terganggu terkecuali dikupas
0.66 - 1.30
Tanah halus dengan kedalaman 5 cm
0.61
-------------------------------------------------------------------------------2.Minyak aspal pada tanah yang sudah dikupas
-------------------------------------------------------------------------------11.7 m3 /ha
0.02
11.3 m3 /ha
0.01 0 .019
5.65 m3 /ha
0.14 - 0.57
2.82 m3 /ha
0.28 - 0.6
1.41 m3 /ha
0.65 - 0.7
-----------------------------------------------------------------------------3.Debu yang terikat
-----------------------------------------------------------------------------5.65 m3 /ha
1.05
11.3 m3 /ha
0.29 - 0.78
------------------------------------------------------------------------------
PT. BIASREKA
3- 66
Laporan Pendahuluan
4.Bahan kimia
-----------------------------------------------------------------------------Guantain
0.68
Acro spray 7 %, penutup 10 %
0.94
Curasol AE
0.3 - 0.48
Petroset SB
0.4 - 0.66
PVA
0.71 - 0.9
Terra tack
0.66
Cement + latex
+ 0.08 m2 /ha
0.13
+ 0.12 m2 /ha
0.006
----------------------------------------------------------------------------5.Pembinihan
----------------------------------------------------------------------------Sementara 0 - 60 hari
0.4
Sementara > 60 hari
0.05
Permanen0 - 60 hari
0.4
Permanen2 - 12 bulan
0.05
Permanen > 12 bulan
0.01
----------------------------------------------------------------------------Sementara :
90 % tertutup rumput tahunan
tanpa pelindung
0.1
Pelindung serat kayu, 1.7 t/ha,
dengan benih (untuk kemiringa 2:1)
0.5
----------------------------------------------------------------------------Penutup jerami
3.4 t/ha, sampai kebawah
0.2
4 t/ha, sampai kebawah
0.05
----------------------------------------------------------------------------6.Rumput
0.35
----------------------------------------------------------------------------7.Penutup dengan jaring-jaring
----------------------------------------------------------------------------plastik
0.4 - 0.1
-----------------------------------------------------------------------------
PT. BIASREKA
3- 67
Laporan Pendahuluan
3.7.3
I.
A.
PT. BIASREKA
3- 68
Laporan Pendahuluan
Tekanan hidrolika
Tekanan hidrolika adalah gaya yang besarnya dapat diperoleh dengan
formula yang bekerja secara vertikal pada permukaan bendung, yaitu :
P = W0 Hw
Dimana :
P = tekanan hidrolika (t/m2)
W0 =
Hw=
C.
1.5 2.5
Pasir, kerikil
Tidak pernah dilalui
Banjir lahar
3.0 4.0
Batu kali, batu besar
Dilalui banjir lahar
Terjadi
aliran
sedimen
dalam
jumlah besar
PT. BIASREKA
3- 69
Laporan Pendahuluan
dan lereng hilir dibuat lebih landai. Untuk bendung penahan pasir luruh, lereng
hilirnya dibuat securam mungkin (1 : 0.2), karena dengan lereng yang landai
batu-batu yang melintasi mercu dan akan menimpa tubuh bendung pada lereng
tersebut. Untuk bendung yang pondasinya lemah, maka lereng hilir tepat di
bawah pelimpah dibuat dengan kemiringan 1 : 0.2, lereng hilir bagian sayapnya
dapat dibuat dengan kemiringan lebih landai dari 1 : 0.2.
D.
Stabilitas bendung
Dalam perhitungan stabilitas bendung diambil penampang lintangnya sebagai
bentuk dua-dimensi dengan asumsi setiap unit panjang dari penampang
bendung tersebut bekerja secara sendiri-sendiri menahan beban-beban atau
gaya-gaya luar dan harus memenuhi empat syarat sebagai berikut :
Dapat bertahan terhadap guling, stabilitas terhadap guling
Dapat bertahan terhadap gelincir, stabilitas terhadap gelincir
Tidak terjadi keretakan, tegangan-tegangan di dalam tubuh bendung tidak
melampaui kekuatannya.
Tidak terjadi keruntuhan pada tanah pondasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam perhitungan struktur bangunan
checkdam yang perlu dilakukan adalah hal-hal sebagai berikut :
Tinggi muka air sebelum ada checkdam
Lebar rata-rata sungai (B) dalam meter
Panjang sungai sampai dengan checkdam (L) dalam meter
Beda tinggi dasar sungai ( H) dalam meter
Kemiringan tebing sungai (m)
Kemiringan dasar sungai (S)
Kekasaran dasar sungai (n)
Debit banjir (Q50)
Tinggi efektif checkdam (h)
Tinggi efektif checkdam ditetapkan berdasarkan analisa keseimbangan antara
biaya pelaksanaan konstruksi dengan volume storage yang dapat ditampung
Lebar mercu checkdam (B)
Lebar mercu checkdam ditetapkan berdasarkan lebar rata-rata sungai di sekitar
lokasi, propil standar dan debit rencana
PT. BIASREKA
3- 70
Laporan Pendahuluan
3.8
Dalarn menganalisa stabilitas Check Dam , harus dianalisa semua gaya-gaya yang bekerja
pada struktur bendungan. Apabila gaya-gaya tersebut dapat diketahui maka data-data
tersebut sebagai acuan untuk perencanaan (design) Sabo dam. Perhitungan analitik untuk
Sabo dam khususnya stabilitas struktur yang diperhitungkan adalah dari dasar pondasi
sampai mercu peluap (crest of spillway) saja, jadi bukan terhadap mercu sayap. Untuk
menyederhanakan perhitungan Sabo dam maka struktur bendungan dibagi-bagi dalam
pias-pias segitiga, segi empat atau segi trapesium.
PT. BIASREKA
3- 71
Laporan Pendahuluan
PT. BIASREKA
3- 72
Laporan Pendahuluan
W1 = m H2.
W2 = b.H.
W3 = n H2.
c
Wc = A.
dimana :
Sebagai ancer-ancer apabila tubuh bendungan dibuat dari beton Ye = 2,3 ton/m3, Momen
yang diperhitungkan adalah terhadap titik observasi (o) atau titik guling.
Titik berat Wc (yang merupakan resultante gaya-gaya berat pias-pias) harus dicari dan
Momen terhadap O adalah :
Mc = Wc.
PT. BIASREKA
3- 73
Laporan Pendahuluan
2) Gaya Hidrostatis.
Gaya hidrostatis yang diperhitungkan adalah tinggi air dari dasar sungai sampai Muka Air
Tinggi (Banjir rencana). Lihat gambar 22.
Pt = H.h3 Yo
P 2 = 1/2 H2. Y 0
dimana :
PI = Gaya hidrostatis setinggi tekanan air setinggi pembendungan
(t/m3)
P 2 = Gaya hidrostatis setinggi tinggi air diatas peluap = h3
(t/m3)
Untuk menghitung stabilitas Sabo dam dianggap tekanan air dibelakang bendungan tidak
ada, sedangkan tekanan hidrostatis tinggi air banjir diatas mercu peluap diperhitungkan.
Untuk menghitung Momen yang terjadi akibat tekanan air hidrostatis resultante gaya
hidrostatis PI dan P 2 dicari dengan titik beratnya, sedangkan Y 0 adalah lengan Momen
terhadap titik observasi atau titik guling (0).
3) Berat Air.
Berat air yang diperhitungkan a,dalah sebagai berikut : (lihat gambar 23)
PT. BIASREKA
3- 74
Laporan Pendahuluan
W 1 = 1/2 (H + h + h3) x h3 X Y 0 W 2 = b X h3 X Y 0
Vi7 = ViT + W
Momen terhadap titik guling = titik observasi adalah :
Mo= W1 X Yl + Wz x Yz)
4) Tekanan Sedimen (P).
Untuk menghitung stabilitas bangunan pengendali dianggap bahwa sedimen telah penuh
sampai dengan mercu bendungan (peluap). Lihat gambar 24
PT. BIASREKA
3- 75
Laporan Pendahuluan
PT. BIASREKA
3- 76
Laporan Pendahuluan
PT. BIASREKA
3- 77
Laporan Pendahuluan
U = U1 + Uz
U1 = 1/2 Yo' B (H-h) Uz = B.h. Yo
dimana :
U = Gaya uplift
U1 = Gaya uplift pias segitiga
Uz = Gaya uplift pias persegi panjang B = Lebar dasar struktur
Untuk menghitung momen adalah sebagai berikut : ILengan Momen :
VI X 2/3 B X V2 X 112 B
Momen = u x Xu J
7) Gaya Gempa Bumi.
Anonymous mengusulkan rumus gaya gempa bumi sebagai berikut :
(F ~ K. W, )
dimana :
F = Gaya gempa bumi
K = Koefisien gaya bumi
Di Indonesia oleh Direktorat Vulkanologi telah dibuat daftar nilai K untuk tiap daerah
sebagai ancerancer nilai K dapat diambil = 0,15
Wc = Berat tubuh bendungan
PT. BIASREKA
3- 78
Laporan Pendahuluan
dimana :
n = Koefisien
P d = Gaya hidrodinamik
C = Koefisien yang harganya tergantung
m
y 0 = Berat Volume air (t/m3)
K = Koefisien gempa bumi
Ho = Tinggi air dari dasar sungai sampai muka air banjir.
Untuk menghitung momen terhadap titik observasi (0) digunakan rumus :
M=PdXYd)
Yd = Lengan momen dimana besarnya sekitar 1/3 Ho'
b. AnaIisa StabiIitas Bendungan.
Dari 8 gaya tersebut di atas selanjutnya dapat dianalisa stabilitas bendungan.
Analisa stabilitas bendungan ditinjau dari hal-hal sebagai berikut:
1) Terhadap guling
2) Terhadap daya dukung tanah
3) Terhadap geser
4) Terhadap piping (rembesan = creep)
5) Terhadap aHran sedimen
1) Terhadap Guling.
Rumus :SF = Mp/MG
dimana :
SF = Safety factor (angka keamanan)
2:Mp = Jumlah momen dari gaya-gaya luar yang menimpa
2:MG = Jumlah momen dari berat pias-pias struktur
struktur bendungan.
bendungan
Supaya badan bendungan tidak mengguling pada titik observasi, maka harus ada faktor
keamanan yang nilainya harus lebih besar dari 1,50
2) Terhadap Gaya Dukung Tanah.
Akibat berat struktur bendungan, maka terjadi tekanan pada dasar pondasi (tanah). Maka
tegangan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan tanah yang diijinkan .
PT. BIASREKA
3- 79
Laporan Pendahuluan
3) Terhadap Geser.
Gaya-gaya luar yang menimpa pada struktur bendungan akan mendorong tubuh
bendungan ke arah hilir, akan berakibat bendungan akan tergeser. Untuk itu perlu adanya
faktor keamanan yaitu lebih besar dari 1,2 supaya bendungan tidak tergeser.
Rumus :
vxf
= SF > H 1,2
dimana :
SF = Faktor Keamanan
V = Jumlah gaya-gaya vertikal
H = Jumlah gaya-gaya horizontal
f = Koefisien geser antara konstruksi bendungan dan dasar pondasi.
4) Terhadap Piping (Creep = Rembesan)
Banyak teori bagaimana cara menganalisa kemungkinan terjadinya piping pada pondasi di
bawah struktur bendungan. Di Indonesia lazim menggunakan dua teori yaitu Lane dan
Bligh.
Berikut disajikan tiga teori sebagai berikut :
a) Theory Net Flow Analysis.
Teori ini menyajikan mengenai jaring-jaring bujur sangkar aliran antara garis-garis
equipotensial, dan ternyata sangat teoritis serta tidak sederhana. Disajikan sekedar sebagai
pengetahuan tambahan.
b) Theory Bligh.
Teori ini menjelaskan bahwa besarnya perbedaan tekanan dijalur pengaliran adalah
sebanding dengan panjangnya jalan air (creep line) serta dinyatakan dengan (~h). Lihat
gambar 26.
dimana :
6.h = beda tekanan
L = panjang creep line
C = creep ratio
Maka akan didapatkan, apabila jumlah saluran beda tekanan dan jumlah saluran creep line
rumus di atas akan menjadi: G= L Lie)
PT. BIASREKA
3- 80
Laporan Pendahuluan
LANE
C BLIGH
8,5
18
Pasir halus
7,0
15
Pasir sedang
6,0
5,0
12
Kerikil halus
4,0
Kerikil sedang
3,5
3,0
Pasir kasa
PT. BIASREKA
3- 81
Laporan Pendahuluan
2,5
& kerikil
4&6
Lempung lunak
3,0
Lempung sedang
1,8
Lempung keras
1,8
1,6
PT. BIASREKA
3- 82
Laporan Pendahuluan
Namun sebaiiknya lantai belakang bendung akan menerima tekanan ke atas yang besar
yaitu pada waktu tinggi muka air belakang bendung kosong. Untuk menentukan tebalnya
lantai belakang bendung, maka sebagai patokan dapat digunakan garis hydraulic gradient,
karena hydraulic gradient juga menunjukkan tekanan ke atas pada tiap titik di dasar
bendung. Hal ini dapat digunakan garis hydraulic gradient juga menunjukkan tekanan atas
pada tiap titik di dasar bendung.
3.9
Kajian mengenai hasil temuan lapangan yang berupa peta situasi daerah
kritis di masing-masing daerah aliran sungai
Kajian yang memuat peta Jenis Tanah baik secara umum maupun pada
daerah kritis di masing-masing daerah aliran sungai;
Kajian yang memuat kondisi vegetasi baik secara umum maupun pada
daerah kritis di masing-masing daerah aliran sungai;
PT. BIASREKA
3- 83
Laporan Pendahuluan
3.9.1
Diskusi Laporan Interim ini dimaksudkan untuk mengetahui secara detail jenis-jenis
pekerjaan sipil teknis yang dapat dilaksanakan dalam menangani permasalahan lahan
kritis di masing-masing daerah daerah aliran sungai, tentunya untuk menyamakan
persepsi antara pelaksana pekerjaan dengan Direksi Pekerjaan serta instansi terkait
lainnya.
3.9.2
PT. BIASREKA
3- 84
Laporan Pendahuluan
Adakalanya kolam pengendapan sedimen ini sengaja dibuat hanya untuk mendapatkan
lumpurnya yang terbawa arus dalam saluran irigasi guna menaikan lahan masyarakat
supaya jadi lahan kering, kolam ini terjadi didaerah irigasi Rentang Kuningan.
Tingkat efisiensi kerja dari sedimen trap adalah tergantung dari type tanah pada daerah
tangkapan air (DAS) yang nantinya diperkirakan akan tererosi.
Untuk lempung dan lanau sangat sulit diendapkan, karena butiran ini kecil sekali, maka
akan melayang di air.
Pada daerah tangkapan air (DAS) yang mempunyai jenis tanah lebih banyak lempung
dan lanau maka memerlukan kolam endapan yang luas yang berbentuk kolam-kolam
sedimen.
Ada kalanya kebutuhan kolam sedimen terhambat oleh karena kondisi keuangan, areal
yang tidak mencukupi dan masalah-masalah praktis yang lainnya.
Pada kondisi seperti ini pengendapan sedimen hanya bekerja efektif antara 50 %
sampai 75 %, tetapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali.
Sedimen yang lolos dari penangkapan ini bisa lari pada waduk atau sungai-sungai, dan
mengendap didalam waduk atau dibagian hilir sungai. Bangunan pengendapan
sedimen memerlukan pemeliharaan yang rutin untuk pembersihan sedimen,
memperbaiki yang rusak, supaya bangunan tersebut masih tetap berfungsi.
Kalau tidak dibersihkan maka kolom sedimen akan penuh tertutup sedimen, dan kolam
sedimen tidak berfungsi, akibatnya sedimen akan langsung terbawa air ke sungai tanpa
diendapkan terlebih dulu.
Yang perlu diperhatikan lagi ialah untuk sedimen trap dan kolam-kolam sedimen harus
aman dari bahaya kecelakaan terutama bagi anak-anak.
Untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan tersebut maka harus ada bangunan
pengamanannya.
ALTERNATIF TYPE DAN PENGGUNAAN PENGENDALIAN SEDIMEN
Type dari bangunan pengendapan atau penangkapan sedimen yang terbawa arus
aliran air permukaan yang akan dipelajari disini ialah :
- Kolam sedimen.
- Sedimen trap.
- Sedimen barrier.
Ketiga penangkap sedimen ini yang sudah populer digunakan dibeberapa negara, di
Indonesia akan dicoba untuk dipopulerkan lagi lewat para sarjana dan assisten sarjana
untuk diterapkan dilapangan.
PT. BIASREKA
3- 85
Laporan Pendahuluan
Estafet selanjutnya adalah lewat sarjana dan assisten sarjana teknik untuk
memperkenalkan kepada masyarakat agar melaksanakan sesuai dengan
kemampuannya.
Pelaksanaan oleh masyarakat terutama untuk lahan-lahan kepunyaan masyarakat
sendiri.
KOLAM SEDIMEN
Bangunan kolam sedimen adalah bangunan berbentuk kolam untuk mengendapkan
sedimen yang terbawa arus aliran air permukaan. Luas tangkapan drainase untuk kolan
sedimen harus lebih besar dari 2 ha dan untuk < 2 ha dinamakan sedimen trap.
Type kolom sedimen mempunyai komponen sebagai berikut :
-
Apabila kolam sedimen ini digunakan pada areal proyek,maka konstruksi ini harus
dibangun lebih dulu sebelum pengupasan tanah. Penempatan konstruksi kolam
sedimen ini harus benar-benar diperhitungkan supaya tidak mengganggu
pembangunan selanjutnya. Jangan sampai bangunan ini memotong jalan, padahal
masih digunakan.
Kolam sedimen umumnya ditempatkan pada
mengumpulkan aliran sedimen lebih banyak.
lokasi
terendah
supaya
bisa
PT. BIASREKA
3- 86
Laporan Pendahuluan
Masuk
Min
0.6 m
Pembuang
air
Min 0.3 m
Pembuang
darurat
Volume efektif
Volume endapan
Pemecah energi
Lokasi membangun kolam sedimen ini harus sebelum masuk ke sungai atau waduk.
Kolam sedimen yang sudah tidak lagi memasukan air dengan sedimen tetapi hanya air
bersih saja, bisa berfungsi sebagai konservasi air, untuk meresapkan air kedalam
tanah.
Kalau seandainya daerah tangkapan air hujan yang masuk ke kolam sedimen sudah
tidak ada lagi erosi, kolam sedimen tidak perlu dibongkar, kecuali ada tujuan lain yang
lebih ekonomis.
Fungsi ganda dari kolom sedimen adalah sebagai konservasi air.
Di Indonesia kolam sedimen atau yang berfungsi sebagai kolam sedimen dengan
konstruksi sederhana,kolam tersebut mempunyai fungsi sampingan yaitu berfungsi
sebagai kolam ikan, disamping sebagai pengumpul lumpur. Masyarakat membangun
kolam ini dari bambu dan ditengahnya ditimbun tanah. Kegunaannya bagi masyarakat
adalah untuk penampungan air bagi keperluan hidup (mandi, cuci, minum) dan
sekaligus untuk kolam ikan.
Kalau didaerah tangkapannya (DAS) membawa sedimen maka kolam tersebut
berfungsi sebagai kolam sedimen.
PT. BIASREKA
3- 87
Laporan Pendahuluan
Pembuatan kolam sedimen ini sangat berguna di daerah irigasi pada alur-alur drainase
alam, gunanya selain untuk penangkapan sedimen juga untuk konservasi air dan
sebagai kolam ikan seperti yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat pedesaan,
contoh daerah Air Nipis Bengkulu.
SEDIMEN TRAP
Pada prinsipnya sedimen trap sama dengan kolam sedimen.
Perbedaan pokok adalah pada sedimen trap daerah tangkapannya < 2 ha. Sedangkan
untuk kolam sedimen > 2 ha.
Maka ukuran sedimen trap lebih kecil dari pada kolam sedimen. Sedimen trap bisa
dibuat dengan menggali tanah atau dengan membuat tanggul kecil.
Pengeluaran airnya bisa terdiri dari menara pipa bangunan spill way atau lewat
bangunan dari tanah.
Sedimen trap ini biasanya lebih bersifat sementara dibandingkan dengan kolam
sedimen.
3
1
PT. BIASREKA
2. Sedimen
bentuk alam
trap
digali
atau
3- 88
Laporan Pendahuluan
Gambar
3.26
Contoh
lokasi
penempatan sedimen trap pada
areal yang terbuka seluas 2.4 ha.
Keterangan gambar:
= Pipa menara pembuang air
= Arah aliran air permukaan
= Arah aliran air pada saluran
= saluran dan Tanggul pengarah aliran
SEDIMEN BARRIER
Bangunan ini adalah bangunan sementara dan tidak teknis sama sekali, bisa
disebutkan bangunan sederhana.
Sedimen barier bersifat menyaring sedimen dari aliran air yang mengandung sedimen
yang datang dari areal tangkapan aie (DAS) yang kecil (<2 ha).
Debit sedimen yang datang ketempat sedimen barrier ini lebih sedikit dibandingkan
yang datang ke sedimen trap karena luas arealnyapun lebih kecil. Bangunan ini sangat
mudah dilaksanakan dan juga dibongkar untuk dipindahkan serta biayanya sangat
murah.
Bahan untuk bangunan ini sangat banyak, bisa dari jerami padi, alang-alang, injuk,
bahan-bahan sintetis, pasir dan koral. Bahan sintetis (geotextile) harganya sangat
mahal dan tidak akan terjangkau oleh masyarakat. Sedimen barrier dipasang dibawah
daerah/lahan yang terkupas, sebelum aliran lahan masuk ke saluran.
Type saluran barrier dilihat dari lokasi penempatannya ialah sebagai berikut:
PT. BIASREKA
3- 89
Laporan Pendahuluan
Ada kalanya ditempatkan memotong saluran drainase yang kecil, jangan sekali-kali
ditempatkan pada saluran drainase yang mempunyai debit cukup besar dan atau
kecepatan tinggi.
3.9.3
Pada sedimen trap dan kolam sedimen direncanakan aliran air ditampung pada
folume tertentu.
Untuk bangunan penahan sedimen direncanakan menahan dan menyarik sedimen
yang terbawa arus aliran air yang jumlahnya sedikit.
Konstruksi penahan sedimen digunakan apabila :
- Luas areal drainasenya
0.4 ha
PT. BIASREKA
3- 90
Laporan Pendahuluan
(b
)
(
a
)
a. Cara pemasangan
4
b. Potongan
kotakan jerami
melintang
dari
PT. BIASREKA
3- 91
Laporan Pendahuluan
Pasang kotak jerami dengan satu jalur, sepanjang saluran, tegak lurus dengan
arah propile melintang (lihat gb 3.33a)
Perpanjang kotak jerami tersebut lebih tinggi dari elevasi air pada debit aliran
max. (gambar 3.33.b).
Gambar 3.29
(b
(a
)
) a Pemasangan kotakan jerami yang salah
PT. BIASREKA
3- 92
Laporan Pendahuluan
Dengan diketahuinya butiran lumpur maka bisa ditentukan tipe filter dari masing-masing
pabrik yang dipilih.
Cara pemasangan :
Cara pemasangan konstruksi ini mirip dengan kotak jerami.
Cara pemasangan bisa dilihat pada gambar
1.
2.
Pasang ram kawat sehingga kencang pada bidang tiang sebelah udiknya.
Ikatkan ram kawat tersebut pada tiang-tiang sehingga cukup kuat. Perpanjang
ram kawat tersebut sampai ke saluran yang sudah digali. (kurang lebih 15 cm).
Lubang ram kawat atau terbuat dari baja besar. Yang terkecil dengan jarak max
15 cm X 15 cm.
3.
Pasang dan kencangkan filter (geotextile) pada ram kawat tersebut dan ikat
kawat-kawat pada ram kawat dan tiangnya. Lebihkan filter ini sampai ke galian.
4.
PT. BIASREKA
3- 93
Laporan Pendahuluan
3.10
Dari uraian di atas maka alternatif yang dikembangkan dalam rekayasa sipil teknis
konservasi daerah aliran sungai harus diuji dan disosialsisakan kepada masyarakat di
amsing-masing daerah aliran sungai sehingga alternatif terpilih adalah sudah memuat
aspirasi dari masyarakat disekitar daerah aliran sungai di masing-masing daerah aliran
sungai. Pemilihan alternatif dapat disajikan dalam arahan rehabilitasi lahan dan
konservasi di dalam setaip kawasan/daerah aliran sungai sebagai berikut :
Gambar 3.30 ARAHAN REHABILITASI LAHAN DAN KONSERVASI TANAH DI DALAM
SETIAP KAWASAN
Alternatif kegiatan
--------------------------------------------------Vegetatif
Teknik Sipil
No Kawasan
A. Kawasan lindung (tidak
diperkenankan adanya
budidaya pertanian)
B.Kawasan Penyangga
C.Kawasan Budidaya
D.Kawasan Budidaya
PT. BIASREKA
- Dam pengendali/
penahan.
3- 94
Laporan Pendahuluan
Proses:
RO terkonsentrasi, erosi
parit/jurang
Aksi
Vegetatif
Check dam
Gabion
Masonry
Geo -textile
Sungai
3.11
Laporan Akhir sementara ini akan memuat beberapa hal prinsip yaitu :
Kajian mengenai hasil temuan lapangan yang berupa peta situasi daerah
kritis di masing-masing daerah aliran sungai
Kajian yang memuat peta Jenis Tanah baik secara umum maupun pada
daerah kritis di masing-masing daerah aliran sungai
Kajian yang memuat kondisi vegetasi baik secara umum maupun pada
daerah kritis di masing-masing daerah aliran sungai;
PT. BIASREKA
3- 95
Laporan Pendahuluan
PT. BIASREKA
3- 96
Laporan Pendahuluan
Contents
BAB-3. METODOLOGI DAN........................................................................1
PENDEKATAN ................................................................................................1
3.1. UMUM.............................................................................................................................................. 1
3.2. Konsep Pendekatan Teknis Konservasi daerah Aliran Sungai(DAS) .............................. 2
3.2.1. Proses erosi tanah oleh air ............................................................................................... 2
3.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi lahan oleh air ...................................................... 2
3.2.3. Type-type erosi tanah oleh air ............................................................................................... 7
3.3. penilaian kekritisan lahan ........................................................................................................... 7
3.3.1. Analisa kondisi awal dari lahan.............................................................................................. 9
3.3.1.1. Data Sekunder ..................................................................................................................... 9
3.3.1.2. Data primer ......................................................................................................................... 10
3.3.1.3. Arahan penggunaan lahan ................................................................................................ 11
3.3.1.4. Kemiringan lahan ............................................................................................................... 11
3.3.1.5. Jenis Tanah ........................................................................................................................ 12
3.3.1.6. Curah hujan harian rata-rata............................................................................................. 13
3.3.1.7. Perhitungan dan penentuan skoring arahan penggunaan lahan. ................................. 14
3.4. Penilaian tingkat kekritisan lahan .......................................................................................... 17
3.4.1. Pembagian kelas lahan di negara lain ............................................................................... 21
3.4.2. USDA .................................................................................................................................... 24
3.5. Prinsip Erosi dan Pengendalian Sedimen ............................................................................. 26
3.5.1. Prinsip 1 : Pengaturan pembangunan yang baik pada lahan yang miring. .................. 27
3.5.2. Prinsip 2 : Jangka waktu pembukaan lahan sampai pembangunan diusahakan
secepatnya.
28
3.5.3. Prinsip 3 : Memelihara tanaman/pohon yang ada selama Menguntungkan. ............. 29
3.5.4 Prinsip 4 : Tanami dan lindungi tanah yang sudah terbuka. ............................................ 30
3.5.5 Prinsip 5 : Arahkan aliran air dari daerah yang gundul. ................................................ 30
3.5.6 Prinsip 6 : Perkecil kemiringan dan perpendek jaraknya. ................................................ 30
3.5.7. Prinsip 7:
3.5.8. Prinsip 8: Mempersiapkan jaringan drainase untuk menanggulangi adanya aliran air
yang terkumpul banyak. .................................................................................................................. 31
3.5.9. Prinsip 9 : Endapkan sediment pada tempat tertentu ....................................................... 32
3.5.10. Prinsip 10:Peliharabangunan-bangunan pengendali sedimen tersebut ........................ 32
3.6. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................... 33
3.6.1. JENIS KEGIATAN & TAHAPAN STUDI ........................................................................... 33
PT. BIASREKA
3- 97
Laporan Pendahuluan
3.8
PT. BIASREKA
3- 98
Laporan Pendahuluan
MO = WXX .......................................................................................................77
6) TEKANAN HIDROSTATIS KEATAS (U). ....................................................77
U = U1 + UZ .....................................................................................................78
VI X 2/3 B X V2 X 112 B...................................................................................78
MOMEN = U X XU J .........................................................................................78
7) GAYA GEMPA BUMI. ..................................................................................78
8) GAYA HIDRODINAMIK (P D). .....................................................................78
B. ANAIISA STABIIITAS BENDUNGAN. .........................................................79
1) TERHADAP GULING. ..................................................................................79
SUPAYA BADAN BENDUNGAN TIDAK MENGGULING PADA TITIK
OBSERVASI, MAKA HARUS ADA FAKTOR KEAMANAN YANG NILAINYA
HARUS LEBIH BESAR DARI 1,50 ..................................................................79
2) TERHADAP GAYA DUKUNG TANAH. .......................................................79
3) TERHADAP GESER. ...................................................................................80
4) TERHADAP PIPING (CREEP = REMBESAN) .............................................80
A) THEORY NET FLOW ANALYSIS. ..............................................................80
B) THEORY BLIGH. .........................................................................................80
H < ~ LLC ATAU L L > H.C .............................................................................81
WEIGHTED CREEP RATIO .............................................................................81
3.8.1
3.8.2
PT. BIASREKA
3- 99
Laporan Pendahuluan
3.9
3.9.1
DISKUSI LAPORAN INTERIM ...................................................................................... 84
3.9.2
PENYUSUNAN ALTERNATIF YANG TERINCI ........................................................... 84
Sedimen trap .................................................................................................................................... 88
3.9.3
Perencanaan dan pemasangan penahan sedimen ..................................................... 90
3.10 PEMILIHAN ALTERNATIF SIPIL TEKNIS DAN KONSERVASI DAS ............................ 94
3.11 PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR SEMENTARA ........................................................... 95
3.11.1 DISKUSI LAPORAN AKHIR SEMENTARA .................................................................. 96
3.11.2 PERBAIKAN LAPORAN AKHIR .................................................................................... 96
PT. BIASREKA
3- 100
Laporan Pendahuluan
PT. BIASREKA
3- 101
Laporan Pendahuluan
Gambar 28 Bagian udik kotakan tanahnya harus ditimbun lebih tinggi (10 cm) dari bagian
hilir. .......................................................................................................................... 91
Gambar 3.29
PT. BIASREKA
3- 102
PT. BIASREKA
4-1
Laporan Pendahuluan
Dalam pelaksanaannya, kapasitas kerja personil atau tim kerja, dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
Kondisi fisik lapangan, dalam hal ini adalah kondisi topografi, tata guna lahan, tanah,
serta cuaca.
Pengalaman kerja anggota tim, terutama dalam kaitannya untuk penyelesaian pekerjaan
secara menyeluruh.
Penjelasan lebih lanjut tentang kapasitas kerja personil atau tim kerja, serta volume pekerjaan
yang akan dilakukan, disajikan pada pembahasan berikut ini.
Persiapan Administrasi
6 hari
6 hari
Studi Pustaka
= 12 hari
= 12 hari
PT. BIASREKA
4 hari
4-2
Laporan Pendahuluan
Jenis Kegiatan/Personil
Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran
Kegiatan A
0.50
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0
0
0.25
0.25
0.25
0.5
0
PT. BIASREKA
4-3
Laporan Pendahuluan
Jenis Kegiatan/Personil
a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7
Kegiatan B
Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran
0.75
0.25
0.50
0.25
0.25
0.00
0
0
0.25
0.25
0.5
0.5
0
Survey Topografi
1.5 bulan
15 hari
Survey Hidrologi/Hidrometri
15 hari
Tenaga Pelaksana
Jadi secara umum kebutuhan tenaga dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
PT. BIASREKA
4-4
Laporan Pendahuluan
Jenis Kegiatan/Personil
a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7
Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran
Kegiatan C
0.75
0.50
1.00
0.50
0.25
0.00
2
0
0.5
0.5
2
0
2
Analisis Topografi
= 1 bulan
Analisis Hidrologi
= 1 bulan
= 0,5 bulan
Analisis Sosek
= 0,5 bulan
Tenaga Pelaksana
Jadi secara umum kebutuhan tenaga dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
PT. BIASREKA
4-5
Laporan Pendahuluan
Jenis Kegiatan/Personil
a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7
Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran
Kegiatan D
1.00
1.00
0.25
1.00
0.25
1.00
0
1
2
2
0.25
1
0
Perencanaan Teknis
= 2 bulan
Tenaga Pelaksana
Jadi secara umum kebutuhan tenaga dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
PT. BIASREKA
4-6
Laporan Pendahuluan
4.5 Alokasi
MM
AlokasiTabel
MM pada
kegiatan
E Pada Kegiatan E
No
Jenis Kegiatan/Personil
a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7
Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran
Kegiatan E
1.00
0.25
0.25
0.25
1.00
0.50
0
1
1
1
1
1
0
Analisis Kelayakan
= 1,0 bulan
Tenaga Pelaksana
Jadi secara umum kebutuhan tenaga dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Alokasi MM Pada Kegiatan F
Alokasi MM pada kegiatan F
No
Jenis Kegiatan/Personil
a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
3
4
5
6
7
PT. BIASREKA
Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran
Kegiatan F
1.00
0.25
0.25
0.25
0.50
0.75
0
0
1
1
1
2
0
4-7
Laporan Pendahuluan
Jenis Kegiatan/Personil
Tenaga Ahli
Ketua Team
Ahli Konservasi
Ahli Geodesi
Ahli Geologi dan Mekanika Tanah
Ahli Lingkungan
Ahli Cost Estimator
Tenaga Pendukung
Juru Ukur
CAD Operator
Operator Komputer
Administrator
Pengemudi
Pesuruh
Tenaga Lokal pengukuran
PT. BIASREKA
Orang
Jumlah
Orang Bulan
1
1
1
1
1
1
5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
0.50
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.75
0.25
0.50
0.25
0.25
0.00
0.75
0.50
1.00
0.50
0.25
0.00
1.00
1.00
0.25
1.00
0.25
1.00
1.00
0.25
0.25
0.25
1.00
0.50
1.00
0.25
0.25
0.25
0.50
0.75
1
1
1
1
1
1
3
2
2
5
5
5
5
2
0
0
0.25
0.25
0.25
0.5
0
0
0
0.25
0.25
0.5
0.5
0
2
0
0.5
0.5
2
0
2
0
1
2
2
0.25
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
2
0
4-8
Laporan Pendahuluan
PT. BIASREKA
4-9
Lpaoran Pendahuluan
PT. BIASREKA
5 -1
Laporan Pendahuluan
Tenaga inti (key-personnel) dari team pelaksana Konsultan berjumlah 6 (enam) orang.
Tabel 5. 1 Susunan Personil dan Penugasan Pelaksana Pekerjaan
PT. BIASREKA
B4 -2
Laporan Pendahuliuan
NAMA PERSONIL
PERUSAHAAN
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI YANG
URAIAN PEKERJAAN
DIUSULKAN
IR. RONI KUST IWAN MT
PT.BIASREKA
AHLI
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA AIR
KET UA T EAM
PT. BIASREKA
B4 -3
Laporan Pendahuluan
NAMA PERSONIL
PERUSAHAAN
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI YANG
URAIAN PEKERJAAN
DIUSULKAN
PT.BIASREKA
5 -4
Laporan Pendahuluan
NAMA PERSONIL
PERUSAHAAN
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI YANG
URAIAN PEKERJAAN
DIUSULKAN
IR. DIDIN HAFIUDIN
PT.BIASREKA
MANAJEMEN
KEHUT ANAN
AHLI
KEHUT ANAN
IR.LULU MULYADI
PT BIASREKA
AHLI GEODESI
PT.BIASREKA
5 -5
Laporan Pendahuluan
NAMA PERSONIL
PERUSAHAAN
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI YANG
URAIAN PEKERJAAN
DIUSULKAN
PT.BIASREKA
Total Station .
Menyiapkan titik-titik referensi pengukuran
Menyiapkan hasil inventarisasi daerah longsoran
Melakukan koordinasi di dalam pelaksanaan
pengukuran baik ketelitian situasi longsoran hasil
pemetaan dengan GPS
Melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap
perhitungan dan ketelitian di dalam perhitungan
data pengukuran GPS
Menyiapkan gambar-gambar hasil pengukuran
dan laporan akhir dari hasil pengukuran.
5 -6
Laporan Pendahuluan
NAMA PERSONIL
PERUSAHAAN
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI YANG
URAIAN PEKERJAAN
DIUSULKAN
IR.WAHJOE SET YOHADI
PT.BIASREKA
AHLI
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA AIR
AHLI COST
EST IMAT E
IR.RUNT IARKO
PT.BIASREKA
AHLI REKAYASA
T EKNIK GEOLOGI
AHLI
GEOLOGI
PT.BIASREKA
5 -7
Laporan Pendahuluan
NAMA PERSONIL
PERUSAHAAN
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI YANG
URAIAN PEKERJAAN
DIUSULKAN
Melakukan analisa daya dukung tanah . dalam
merencanakan penentuan as bendung dan tata letak
bendung
Melakukan fungsi koordinasi dan supevisi/pengawasan
internal team Konsultan untuk pekerjaan perencanaan
daya dukung fundasi bangunan di atas tanah lunak,
baik
pekerjaan
lapangan
maupun
pekerjaan
analisa/kantor;
Melakukan kordinasi dengan team disiplin ilmu lainnya
dalam menyatukan visi dan tujuan pekerjaan;
Melakukan
mekanisasi
kerja
eksternal
yang
menyangkut tindakan diskusi atau rapat dengan pihak
Direksi untuk kemudian diteruskan sebagai bahan
arahan-kerja kepada semua anggota team;
Membuat pedoman dan catatan perencanaan (design
notes) , terutama perencanaan daya dukung bangunan
air , penurunan tanah, side slope , yang
akan
digunakan seluruh anggota team dalam merencanakan
pekerjaan yang ditugaskan
Bertanggungjawab atas pelaksanaan dan hasil kegiatan
dibidang tugasnya.
PT.BIASREKA
5 -8
Laporan Pendahuluan
NAMA PERSONIL
PERUSAHAAN
LINGKUP KEAHLIAN
POSISI YANG
URAIAN PEKERJAAN
DIUSULKAN
IR. BUDI PART ONO
PT.BIASREKA
PT.BIASREKA
AHLI LINGKUNGAN
PENYEHAT AN
AHLI T EKNIK
LINGKUNGAN
5 -9
Laporan Pendahuluan
Ketua Tim adalah personil yang akan bertugas memimpin seluruh team (mengkoordinir
pekerjaan dari team dan menentukan standar yang seragam untuk pekerjaan yang
dilakukan oleh anggota team). Secara terinci tugas dan tanggung jawab Ketua tim adalah
sebagai berikut :
sampai
saat
akhir
pekerjaan,
serta
secara
periodik
melaporkan
Betanggung jawab atas koordinasi dan pengawasan terhadap tim yang lain dalam
pelaksanaan pekerjaan, baik pekerjaan pengumpulan data
lapangan, survey
Bertanggung jawab terhadap Direksi Pekerjaan yang berkaitan terhadap kegiatan tim
pelaksanaan pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung saat ini,
sehingga semua berjalan sesuai dengan permintaan TOR sebagai acuan pekerjaan
Berperan sebagai koordinasi setiap kegiatan diskusi dengan Direksi Pekerjaan dan
alokasi penugasan personil yang telibat dalam pelaksanaan proyek
Mengkoordinasi secara keseluruhan akan laporan yang harus diserahkan pada Pihak
Direksi Pekerjaan.
PT.DEKA PENTRA
V -10
Laporan Pendahuluan
Ahli Kehutanan akan bertanggung jawab penuh terhadap rekomendasi mengenai upaya
konservasi lahan baik dengan vegetasi maupun dengan sistem lainnya terutama masukan
terhadap rekayasa sipil teknis pelaksanaan konservasi di daerah aliran sungai.
Adapun uraian tugas dan tanggung jawabnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Melakukan investigasi serta pengumpulan data kawasan hutan sebagai zone
penyangga dan konservasi air .
Melakukan survei identifikasi penggunaan tanah untuk setiap daerah aliran sungai,
identifikasi menegnai vegetasi yang ada saat ini serta konstribusinya dalam proses
longsoran di lapangan ..
Melakukan analisis terhadap peristiwa longsoran yang terjadi untuk setiap daerah aliran
sungai di masing-masing daerah aliran sungai..
Melakukan penyusunan upaya-upaya penanganan konservasi tanah di masing-masing
daerah aliran sungai dengan titik berat pada konsep penanganan secara vegetatif.
Membatu Team Leader dalam melakukan kegiatan secara kontinu dan terpadu yang
dalam menentukan jenis rekayasa vegetasi untuk mengatasi wilayah lahan kritis.
Ahli Geodesi : Ir. Lulu Mulyadi
Ahli Geodesi bertanggung jawab penuh terhadap bidang pengukuran dan sebagai
penanggung jawab terhadap team survei GPS, dimana dalam tugas dan tanggung jawabnya
dapat diuraikan sebagai berikut :
Melakukan survey lokasi situasi longsoran di DAS dengan metode pengukuran GPS
Geodetik, dan Total Station .
Menyiapkan gambar-gambar hasil pengukuran dan laporan akhir dari hasil pengukuran.
PT.BIASREKA
5 -11
Laporan Pendahuluan
PT.BIASREKA
5 -12
Laporan Pendahuluan
teknis, dimana dalam tugas dan tanggung jawabnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Ahli Cost Estimator mempunyai tugas dan tanggung jawab mencakup :
Melakukan inventarisasi dan pengumpulan data untuk harga satuan upah dan bahan di
lokasi terdekat dengan wilayah kajian.
Menentukan rencana anggaran biaya dan analisis harga satuan upah dan bahan yang
ada dalam pemilihan alternatif penanganan longsoran dan rekayasa teknis
Membantu Team Leader dalam menyiapkan tiap tahap laporan, dan diskusi dengan
pihak pemberi tugas.
Membuat/menyusun draft Laporan Akhir, dibantu oleh semua Asisten, untuk kemudian
didiskusikan dengan Direksi dan melengkapi bahan-bahan untuk Laporan Akhir,
menyusun Executive Summary dari sistem irigasi/drainasi yang diusulkan.
Sebelum laporan pendahuluan, diserahkan laporan rencana mutu kontrak yang memuat
rencana kerja secara detail dari awal pekerjaan hingga akhir pekerjaan dengan disertai
check list dalam bentuk seperti berikut penjadwalan tenaga ahli. Laporan ini merupakan
media evaluasi dan monitoring yang efektif mengenai realisasi pelaksanaan pekerjaan.
Laporan Pendahuluan ini harus diserahkan paling lambat 3 minggu setelah Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan, dan dibuat sebanyak 5 (lima) buku. Laporan Pendahuluan
memuat :
1.Rencana kerja menyeluruh pelaksanaan pekerjaan;
2.Metodologi pekerjaan;
PT.BIASREKA
5 -13
Laporan Pendahuluan
2.
LAPORAN BULANAN
Laporan Bulanan memuat laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan serta kendala yang
dihadapi selama 1 (satu) bulan yang memuat uraian kegiatan, personil, bahan dan peralatan
pendukung serta kemajuan pekerjaan pada bulan yang bersangkutan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya per tanggal 3 (tiga) setiap bulannya, selama
bulan pelaksanaan pekerjaan berjalan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) rangkap
buku laporan.
3.
LAPORAN ANTARA/INTERIM
Laporan Antara/Interim memuat rangkuman hasil data survey primer dan sekunder,
analisis awal terhadap data-data hasil survey yang dilengkapi dengan kajian awal, hasil yang
telah dicapai baik dalam hal kegiatan lapangan maupun perencanaan, kendala-kendala yang
dihadapi dan langkah -langkah kegiatan selanjutnya. Serta memperhatikan hasil
diskusi laporan pendahuluan dalam bentuk notulen rapat. Laporan harus diserahkan selambatlambatnya pada pertengahan kegiatan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
4.
LA POR A N A K HIR
Laporan Akhir memuat hasil perbaikan dan penyempurnaan dari Draft Final Report, berisi
semua hasil pelaksanaan pekerjaan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya bulan ke-4 (keempat) minggu ke-3 (ketiga)
setelah diterbitkannya SPMK, sebanyak 15 (lima belas) buku laporan dan cakram padat
(compact disc) sebanyak 10 (sepuluh) keping, untuk didistribusikan kepada pihak-pihak yang
terkait dan berkepentingan.
PT.BIASREKA
5 -14
Laporan Pendahuluan
PT. BIASREKA
5-15
Laporan Pendahuluan
PT.BIASREKA
5 -16