Anda di halaman 1dari 80

RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
1.3. RUANG LINGKUP
1.4. PENGERTIAN
BAB II DESKRIPSI BENDUNGAN KLEGO
2.1. LATAR BELAKANG BENDUNGAN KLEGO
2.2. DATA TEKNIS BENDUNGAN
2.3. KONDISI BENDUNGAN SAAT INI
2.4. DAERAH TERDAMPAK AKIBAT KERUNTUHAN BENDUNGAN

BAB III IDENTIFIKASI KEADAAN DARURAT DAN


PENCEGAHANNYA
3.1. UMUM
3.2. ANCAMAN KEAMANAN BENDUNGAN
3.3. GEJALA KERUNTUHAN BENDUNGAN
3.3.1. Keruntuhan Bendungan Akibat Peluapan
(Overtopping)
3.3.2. Keruntuhan Bendungan Akibat Aliran Buluh
(Piping)
3.3.3. Keruntuhan Bendungan Akibat Didih Pasir (Sand
Boiling)
3.3.4. Keruntuhan Bendungan Akibat Lubang Benam
(Sinkhole)
3.3.5. Keruntuhan Bendungan Akibat Pembasahan
Lereng (Sloughing)
3.3.6. Keruntuhan Bendungan Akibat Amblesan
(Slumping)
3.3.7. Keruntuhan Bendungan Akibat Erosi
3.3.8. Keruntuhan Bendungan Akibat Pusaran Air Di Hulu
(Whirpol/ Vortex)

i
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

3.3.9. Keruntuhan Bendungan Akibat Meningkatnya


Debit Rembesan Dengan Tajam Dan Keruh
3.3.10.Keruntuhan Bendungan Akibat Retakan (Cracks)
13
3.3.11.Keruntuhan Bendungan Akibat Batu Rip-Rap Yang
Bergerak
3.3.12.Keruntuhan Bendungan Akibat Penurunan/
Amblesan Yang Berlebihan
3.3.13.Keruntuhan Bendungan Akibat Deformasi
Horisontal Yang Berlebihan
3.3.14.Keruntuhan Bendungan Akibat Gempa Bumi
3.3.15.Keruntuhan Bendungan Akibat Sabotase
3.4. PERMASALAHAN YANG PERNAH TERJADI
3.5. IDENTIFIKASI GEJALA DAN KEADAAN DARURAT
3.5.1. Kondisi ABNORMAL
3.5.2. Kondisi WASPADA
3.5.3. Kondisi SIAGA
3.5.4. Kondisi AWAS
BAB IV POTENSI BAHAYA DAERAH GENANGAN
4.1. PETA GENANGAN
4.2. ZONA BAHAYA GENANGAN
4.3. POTENSI KERUSAKAN DAN KERUGIAN
4.3.1. Penduduk Yang Terkena Dampak
4.3.2. Sarana dan Prasarana
4.3.3. Kerugian Ekonomi
4.4. PENGUNGSIAN
4.4.1. Sistem Peringatan Dini
4.4.2. Jalur dan Lokasi Pengungsian
BAB V STRUKTUR ORGANISASI, DAN ALUR PEMBERITAHUAN
KEADAAN DARURAT
5.1. STRUKTUR ORGANISASI
5.2. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB MASING-MASING
ANGGOTA PENGELOLAAN RTD BENDUNGAN KLEGO

ii
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

5.2.1. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana


Selaku Kepala Unit Pengelola Bendungan
5.2.2. Kepala Unit Pengelola Bendungan
5.2.3. Koordinator Operasi
5.2.4. Koordinator Pemeliharaan
5.2.5. Koordinator Monitoring dan Evaluasi
5.2.6. Kepala Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah
5.2.7. Bupati Boyolali selaku Pemegang Kendali
Pengamanan di Hilir, Perintah Evakuasi dan
Pengakhiran Keadaan Darurat
5.2.8. Kepala BPBD Kabupaten Boyolali Selaku
Koordinator Dalam Persiapan Dan Pelaksanaan
Evakuasi
5.2.9. Bupati Sragen selaku Pemegang Kendali
Pengamanan di Hilir, Perintah Evakuasi dan
Pengakhiran Keadaan Darurat
5.2.10.Kepala Badan KESBANGPOLLINMAS Kabupaten
Sragen Selaku Koordinator Dalam Persiapan Dan
Pelaksanaan Evakuasi
5.2.11.Camat Diwilayah Kabupaten
5.2.12.Kepala Desa Diwilayah Kabupaten
5.3. MATRIK WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK
TINGKAT KONDISI SIAGA BENDUNGAN
5.4. ALUR PEMBERITAHUAN
5.5. KOMUNIKASI
BAB VI TENAGA LISTRIK, PERALATAN, BAHAN DAN SARANA
TRANSPORTASI
6.1. UNTUK KEPERLUAN BENDUNGAN
6.1.1. Bahan/Material
6.1.2. Peralatan
6.1.3. Tenaga Listrik
6.1.4. Sarana Transportasi
6.2. UNTUK KEPERLUAN PENGUNGSIAN
6.2.1. Bahan/Material
6.2.2. Peralatan

iii
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

6.2.3. Tenaga Listrik


6.2.4. Sarana Transportasi
6.2.5. Perkiraan Kebutuhan Biaya Pengungsian
6.2.6. Kesehatan Masyarakat
BAB VII PENGAKHIRAN KEADAAN DARURAT DAN TINDAK
LANJUT
7.1. PENGAKHIRAN KEADAAN DARURAT
7.1.1. Pengakhiran Keadaan Darurat Pada Bendungan
1
7.1.2. Pengakhiran Keadaan Darurat Pada Hilir
Bendungan
7.2. TINDAK LANJUT KEADAAN DARURAT
BAB VIII SOSIALISASI, PELATIHAN, DAN PEMUTAKHIRAN RTD
VIII-1
8.1. SOSIALISASI
8.2. PELATIHAN
8.3. PEMUTAKHIRAN RTD

iv
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2010 tentang Bendungan, setiap Pemilik/ Pengelola Bendungan
diwajibkan melakukan tindakan darurat pada keadaan yang
diperkirakan akan mempengaruhi keamanan bendungan guna
melindungi jiwa manusia dan harta benda apabila terjadi keruntuhan
bendungan.
Data mengenai penyebab keruntuhan bendungan jarang diperoleh,
demikian pula pengamatan mengenai perambatan gelombang banjir
akibat keruntuhan bendungan di lembah sungai di hilir bendungan.
Namun demikian dengan pertolongan model-model matematik
modern dewasa ini dapat dibuat simulasi terjadinya rekahan serta
waktu yang diperlukan bendungan untuk menjadi hancur maupun
kecepatan banjirnya dapat diperkirakan.
Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan Klego ini disusun dengan
maksud untuk digunakan sebagai panduan bagi Pengelola
Bendungan dalam hal ini BBWS Pemali Juana dalam penanggulangan
kerusakan dibendungan dan penyelamatan asset diareal bendungan,
serta Pemerintah Daerah maupun Instansi terkait lainnya yang
daerahnya terkena resiko apabila terjadi keadaan darurat akibat
gagalnya/ runtuhnya Bendungan Klego, dalam hal ini adalah
Pemerintah Kabupaten Boyolali yang bertanggung jawab atas
penanggulangan pengungsian penduduk.
RTD Bendungan Klego ini disusun dengan mengacu pada Pedoman
Penyiapan RTD yang dikeluarkan oleh Direktur Jendral Pengairan
Departemen Pekerjaan Umum melalui Surat Keputusan Nomor
94/KPTS/A/1998 tanggal 30 Juli 1998 dan Draft Pedoman Penyusunan
RTD Desember 2012.

1
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

I.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud pembuatan Rencana Tindak Darurat adalah untuk
menyiapkan panduan/petunjuk bagi petugas Pengelola Bendungan
dan Instansi Terkait dalam Satlak PBP/BPBD untuk mengambil
tindakan jika terjadi kondisi darurat bendungan.
Tujuan dari Rencana Tindak Darurat adalah memberi petunjuk yang
sistematis, untuk:
1. Mengenali masalah-masalah yang mengancam keamanan
bendungan;
2. Mempercepat respon yang efektif untuk mencegah terjadinya
keruntuhan bendungan;
3. Mempersiapkan upaya-upaya untuk memperkecil resiko korban
jiwa dan mengurangi kerusakan properti, bila terjadi keruntuhan
bendungan.

I.3. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup RTD disesuaikan dengan tahapan kegiatan yang
diperlukan pada waktu pelaksanaan keadaan darurat, yang dirinci
sebagai berikut:
1. Latar belakang, maksud tujuan disusunnya RTD,
dan pengertian.
2. Diskripsi bendungan mencakup lokasi, data teknis
serta kondisi bendungan saat ini, serta penjelasan mengenai
daerah yang terkena risiko keruntuhan bendungan.
3. Identifikasi Keadaan Darurat dan Pencegahannya,
termasuk pengkajian terhadap akibat yang mungkin bisa
timbul dan uraian mengenai kegiatan pencegahannya, selain
itu dijelaskan pula peristiwa/ permasalahan yang pernah terjadi
di bendungan.
4. Potensi bahaya genangan, yang menampilkan peta
genangan di bagian hilir bendungan akibat runtuhnya
bendungan, zona bahaya, potensi kerusakan dan kerugian,
serta rencana pengungsian.
5. Organisasi Tim RTD, tugas rutin masing-masing,
petunjuk komunikasi, pemberitahuan keadaan darurat kepada

2
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

pejabat/ instansi terkait, koordinasi berdasarkan tahapan


kegiatan sesuai dengan tanggung jawab organisasi yang
bersangkutan.
6. Penjelasan mengenai kesediaan tenaga listrik atau
sumber tenaga lain, tersedianya transportasi, peralatan dan
bahan material serta dimana peralatan dan material tersebut
bisa diperoleh.
7. Penjabaran kriteria pengakhiran keadaan darurat
dan tindakan selanjutnya.
8. Sosialisasi, Simulasi dan Pemutakhiran RTD.
Buku Rencana Tindak Darurat ini harus ada di lokasi Bendungan,
Pengelola Bendungan dan Pemerintah Daerah/ instansi terkait.
Hal ini diupayakan agar bisa mendapatkan kesatuan langkah
apabila benar-benar terjadi keadaan darurat, maka Rencana Tindak
Darurat ini sebaiknya disosialisasikan dan dilakukan pelatihan yang
diikuti para pejabat Pemerintah Daerah/ Instansi serta Dinas yang
terkait, serta dilengkapi dengan SOP-RTD sesuai dengan aturan
yang berlaku dalam Pemerintah Daerah yang bersangkutan dalam
hal ini Pemerintah Kabupaten Boyolali. Hal ini berguna untuk
mewujudkan hubungan yang baik antara Pejabat Pemerintah
Kabupaten terkait, Pejabat Dinas terkait, dan personil Bendungan
termasuk Tim Pengelola RTD Bendungan.

I.4. PENGERTIAN
1. Bendungan adalah bangunan berupa urukan tanah, urukan
batu, beton, dan/ atau pasangan batuyang dibangun selain
untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun
untuk menahan dan menahan limbah tambang, atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
2. Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat
dibangunnya bendungan.
3. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan
pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan
dibatasi garis sempadan.
4. Banjir Klego yang dimaksudkan banjir dalam laporan ini
adalah banjir yang diakibatkan oleh runtuhnya Bendungan
Klego.
5. Hujan Berpeluang Maksimum disebut juga Probable
Maximum Precipitation (PMP), adalah tinggi hujan terbesar

3
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

dengan durasi tertentu yang secara meteorologis dimungkinkan


bagi suatu daerah pengaliran, pada suatu waktu dalam tahun.
6. Banjir Maksimum Boleh Jadi (PMF) singkatan dari Probable
Maximum Flood, adalah prakiraan debit banjir maksimum
yang mungkin terjadi.
7. Penelusuran Banjir adalah suatu proses dalam menentukan
tinggi/ amplitudo gelombang banjir dan waktu banjir di hilir
bendungan sesudah terjadi peristiwa runtuhnya bendungan.
8. Peluapan (overtopping) adalah aliran air dari waduk
melewati puncak bendungan, akibat banjir berlebihan atau
karena tidak berfungsinya pintu air.
9. Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang diperkirakan
akan mempengaruhi keamanan Bendungan dan terjadinya
keluaran air yang tak terkendali, sehingga diperlukan tindakan
darurat guna melindungi manusia dan harta benda di bagian
hilir Bendungan dan bendungan.
10. Rencana Tindak Darurat disingkat RTD adalah panduan bagi
Pemilik bendungan, Pembangun bendungan dan/ atau Pengelola
bendungan Pengelola bendungan serta instandi terkait untuk
melakukan tindakan yang diperlukan apabila terdapat gejala
kegagalan bendungan dan terjadi kegagalan bendungan.
11. Rencana Tindak Darurat Bendungan Klego adalah Rencana
Tindak Darurat yang disusun oleh Pemilik Bendungan dalam hal
ini Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum,
dimana dalam pembuatannya dilakukan konsultasi dengan
Pemerintah Daerah setempat dan Dinas-Dinas terkait dalam hal
ini adalah Pemerintah Kabupaten Boyolali.
12. Tim Rencana Tindak Darurat adalah orang/ badan yang
ditunjuk dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pengawasan/ pemantauan dan koordinasi pada saat keadaan
darurat.
13. Klasifikasi Bahaya Bendungan adalah peringkat bahaya
bendungan yang ditentukan berdasarkan potensi kehilangan
jiwa dan/atau kerusakan harta benda di daerah hilirnya jika
terjadi keruntuhan bendungan.
14. Zona Bahaya adalah pembagian daerah yang terkena banjir
yang diklasifikasikan berdasarkan kondisi siaga/ tingkat bahaya
bendungan :
i. Zona 1 : Zona Bahaya 1 adalah wilayah yang akan di
evakuasi jika bendungan dalam Kondisi Siaga ,
yaitu daerah terkena resiko yang berada pada
wilayah yang berjarak antara 0 12 km dari
Bendungan Klego (lihat peta banjir dan
pengungsian).
ii. Zona 2 : Zona Bahaya 2 adalah wilayah yang akan
dievakuasi jika bendungan dalam Kondisi Awas ,
yaitu daerah terkena resiko yang berada pada

4
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

jarak lebih dari 12 km dari Bendungan Klego


(lihat peta banjir dan pengungsian).
15. Siaga Bendungan adalah siaga setiap perkembangan kondisi
bahaya yang merupakan ancaman bagi keamanan Bendungan
yang dapat mengarah pada runtuhnya Bendungan.
16. Siaga Gempa Bumi adalah siaga sebagai akibat terjadinya
gempa bumi yang terasa dan membahayakan di daerah
Bendungan.
17. Pemeriksaan Luar Biasa adalah pemeriksaan yang dilakukan
setelah terjadi keadaan luar biasa, misalnya : banjir besar ,
gempa bumi atau sabotase.
18. Keruntuhan Bendungan adalah terjadinya atau kemungkinan
terjadinya keruntuhan bendungan atau tumpuan bendungan
yang mengakibatkan keluaran air waduk dalam jumlah besar
atau terjadi peningkatan jumlah keluaran air yang keluar dari
waduk yang tidak terkendali.
19. Likuifaksi adalah suatu gejala hilangnya kekuatan daya
dukung material yang mempunyai sifat lanau dan atau pasiran
akibat adanya goncangan (gempa).
20. Rembesan (Seepage) adalah peristiwa rambatan aliran air
melalui celah-celah antara butiran tanah/ material pada tubuh
bendungan dan/ atau pondasi bendungan.
21. Aliran Buluh (Piping) adalah suatu proses mengalirnya aliran
air waduk menerobos keluar melalui pori-pori/ celah yang terjadi
pada tubuh atau pondasi bendungan yang diakibatkan oleh
erosi buluh yang cukup besar.
22. Didih Pasir (Sand Boiling) adalah suatu proses seepage dan
piping secara bersamaan melalui pondasi di dasar bendungan
yang berakibat melunaknya tanah dan umumnya terjadi pada
bagian hilir kaki bendungan.
23. Lubang Benam (Sink Hole) adalah suatu kondisi tanah/
batuan berbentuk alur/ lubang bentukan secara geologis karena
pelapukan/ erosi geologis.
24. Penurunan (Settlement) adalah penurunan tubuh bendungan
yang berkaitan dengan seepage, piping dan kualitas
pemadatan.
25. Pelimpah (Spillway) adalah bangunan yang dibuat untuk
mengalirkan kelebihan air waduk.
26. Muka Air Normal (MAN) adalah suatu kondisi dimana elevasi
permukaan air waduk pada puncak spillway.
27. Tinggi Jagaan (Freeboard Allowances) adalah suatu jarak
ketinggian aman untuk mengatisipasi terjadinya overtopping,
dengan memperhitungkan angin, gelombang dan kegempaan.
28. RipRap adalah suatu bangunan atau timbunan batu yang
dihamparkan pada hulu/ hilir Bendungan dimaksudkan untuk
pelindung erosi akibat fluktuasi muka air waduk atau hujan ,dan
juga berfungsi sebagai counter weight untuk stabilitas tubuh
bendungan.

5
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

29. Skala Richter adalah Ukuran kekuatan gempa bumi


berdasarkan energi yang dilepaskan dari pusat gempanya
30. Modified Mercalli Intensity disingkat MMI adalah Ukuran
kekuatan gempa bumi yang diterima di lokasi setempat.
31. Penduduk Terkena Risiko disingkat Penris adalah semua
orang yang berada didaerah genangan banjir akibat keruntuhan
bendungan, yang apabila tidak dipindahkan (di-evakuasi) akan
terancam bahaya.
32. Pemerintah adalah pemerintah di tingkat Pusat yang terlibat
dalam kegiatan penganggulangan keadaan darurat.
33. Pemerintah Kota/ Kabupaten adalah pemerintahan di
tingkat kota/ kabupaten yang terlibat dalam kegiatan keadaan
darurat. Dalam hal ini untuk Bendungan Klego adalah
Pemerintah Kabupaten Boyolali.
34. Pemilik Bendungan adalah Pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/ kota, atau badan usaha yang
bertanggung jawab atas pembangunan dan pengelolaan
Bendungan dalam hal Bendungan Klego adalah Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum.
35. Pengelola Bendungan adalah instansi pemerintah yang
ditunjuk oleh Pemilik bendungan, badan usaha yang ditunjuk
oleh Pemilik Bendungan atau Pemilik Bendungan untuk
menyelenggarakan pengelolaan bendungan beserta waduknya ,
dalam hal ini adalah BBWS Pemali Juana yang berada dibawah
pembinaan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air , Kementerian
Pekerjaan Umum.
36. BBWS Pemali Juana Singkatan dari Balai Besar Wilayah
Sungai Pemali Juana adalah pengelola Bendungan Klego.
a. Komisi Keamanan Bendungan disingkat KKB adalah
organisasi keamanan bendungan yang membantu Menteri,
bertugas memberikan rekomendasi dan saran dalam
menyelenggarakan koordinasi penanganan kegiatan yang
berkaitan dengan keamanan bendungan.
b. Unit Pengelola Bendungan disingkat UPB adalah unit
yan g merupakan bagian dari Pengelola bendungan yang
ditetapkan oleh Pemilik bendungan untuk melaksanakan
pengelolaan bendunganbeserta waduknya.
37. Balai Bendungan disingkat BB adalah suatu unit kerja
dibawah Kementerian Pekerjaan Umum mengadakan inspeksi
perilaku, pengkajian, pengumpulan dan pengelolaan data
bendungan untuk kepentingan keamanan bendungan.
38. Kepala UPB adalah seseorang yang ditunjuk oleh pengelola
Bendungan Klego dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
supervisi dan koordinasi dalam pengelolaan bendungan.
39. Tim Pemantauan Bendungan Pusat adalah Tim yang
dibentuk oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air yang bertugas
melaksanakan monitoring dan memberikan rekomendasi terkait

6
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

dengan kinerja atau perilaku bendungan dan volume waduk


agar terjaga keamanan dan fungsinya.
40. Badan Penanggulangan Bencana Daerah disingkat BPBD
dari adalah lembaga yang dibentuk di porvinsi/ kabupaten/ kota
yang mempunyai fungsi, perumusan dan penetapan kebijakan
penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan
bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien, serta
pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.

7
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

BAB II
DESKRIPSI BENDUNGAN KLEGO

II.1. LATAR BELAKANG BENDUNGAN KLEGO


Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/ Kota
di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22' - 110 50' Bujur
Timur dan 7 7' - 7 36' Lintang Selatan, dengan ketinggian
antara 75 - 1500 meter di atas permukaan laut. Wilayah
Kabupaten Boyolali dibatasi oleh :
1. Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten
Semarang.
2. Sebelah Timur : Kab. Karanganyar, Kab. Sragen dan Kab.
Sukoharjo.
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa
Jogjakarta.
4. Sebelah Barat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten
Semarang.
Kabupaten Boyolali mempunyai curah hujan yang tinggi dan
memiliki sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas
masyarakatnya, termasuk iklim tropis dengan rata-rata curah hujan
sekitar 2000 milimeter/tahun. Wilayah Kabupaten Boyolali yang
berupa dataran rendah dan dataran tinggi ini memiliki keadaan
pengairan cukup baik karena terdapat sumber mata air dan sungai-
sungai yang mengalir di wilayah ini. Selain itu, di Kabupaten
Boyolali juga terdapat beberapa waduk yang dapat dimanfaatkan
masyarakat selain dari mata air dan sungai. Waduk ini berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat jika musim kemarau tiba.
Bendungan Klego terletak di Desa Bade, Kecamatan Klego,
Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah yang berada di wilayah
BBWS Pemali Juana, dengan memanfaatkan irigasi seluas 1.353 Ha.
Bendungan Klego di bangun pada tahun 1987-1990, dengan
konsultan desain PT. Indah Karya. Dan pada saat ini bendungan
klego dikelola oleh Dinas Sumber Daya Air Propinsi Jawa Tengah.

1
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Bendungan Klego adalah bendungan dengan tipe urugan tanah


homogen. Tinggi bendungan dari dasar galian terdalam adalah
12.00 m dan elevasi puncak bendungan +241,00 m, panjang
bendungan 770.00 m, lebar 4.00 m dengan kemiringan Lereng
upstream 1 : 2,50 sedangkan lereng downstream 1 : 2,50.
Bendungan Klego berfungsi meningkatkan pemanfaatan sumber
daya air secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat.

Bendungan
Klego

Gambar II-1 Lokasi Bendungan Klego Kabupaten Boyolali

2
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Gambar II-2 Reservoir Bendungan Klego Tampak Atas

II.2. DATA TEKNIS BENDUNGAN


Data Teknis Bendungan yang diperoleh sebagai berikut :
1. Data Umum
Desa Bade
Kecamatan Klego
Kabupaten Boyolali
Propinsi Jawa Tengah
Manfaat Irigasi 1353 Ha
Mulai Konstruksi 1987
Selesai Konstruksi 1990
Pengelola Dinas PSDA Prop. Jawa Tengah

2. Data Hidrologi
Sumber Air Gandik dan
Anak Sungai
Pundung
Kali Serang melalui Bendung
Sungai
Parean
Luas Daerah Tangkapan 3,37 Km2

3. Data Bendungan
Tipe Urugan Tanah Homogen

3
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Tinggi diatas Dasar Sungai 10,40 m


Tinggi diatas Galian 12,00 m
Panjang 770,00 m
Lebar Puncak 4,00 m
Elevasi Puncak +241,00 m
Perlindungan Lereng Hulu Rip-Rap, Kemiringan 1 : 2,5
Gebalan rumput dilengkapi
Perlindungan Lereng Hilir fish-bone-drain, kemiringan 1 :
2,5

4. Data Waduk
Tinggi Muka Air Banjir +240,00 m
Tinggi Muka Air Normal +239,50 m
Tinggi Muka Air Minimum +235,00 m
Luas Genangan Saat Banjir 76,40 Ha
Luas Genangan Saat Normal 68,60 Ha
Volume Banjir 3,76 Juta m3
Volume Normal 2,33 Juta m3
Volume Efektif 1,73 Juta m3
Volume Mati 0,60 Juta m3

5. Data Bangunan Pelengkap


Bangunan Pengambilan Menara
Tipe Bangunan Pengeluaran Konduit
Bentuk Bangunan
Lingkaran, 1,60 m
Pengeluaran
Panjang Bangunan
34,50 m
Pengeluaran
Kapasitas Bangunan
Tidak Ada Data
Pengeluaran
Tipe Bangunan Pelimpah Ogee Tanpa Pintu
Elevasi Mercu Bangunan
+239,50 m
Pelimpah
Kapasitas Bangunan
7,90 m3/dt
Pelimpah

6. Data Instrumentasi
Pisometer 20 buah
Vnotch 2 buah
Papan Duga 3 buah

4
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

PUNCAK BENDUNGAN +241.00

PELIMPAH

0 40 80 100 m

Gambar II-3 Tata Letak Bendungan Klego

3.50
+ 241.00
MAB +240.00
Lapisan Lempung dan Pasir MAN +239.50

Pas Batu Kosong

MAR +235.00
Dikupas

Ijuk 5 cm

6.70 11.80 5.90 7.60 22.00


SKALA

0 2 4 6 8 10 m

Gambar II-4 Potongan Melintang Bendungan Klego

3.50 +243.20

+241.00
MAB+240.00
+239.50

3.75
+235.00
+232.46
+231.90
+230.0

+229.30
SKALA

0 2 4 6 8 10 m

Gambar II-5 Potongan Memanjang Bangunan Pengeluaran

3.80
3.00

+241.00
MAB +240.00
MAN +239.00

+237.74
+257.22
+236.24 +236.24
+235.74
+235.15 +256.44

+254.24
+235.40
3.14 2.2 2.0 2.0 2.0 2.0 1.70 1.50 1.5 6.0 1.0 10.0

0.53
0.81 0.5

0 2 4 6 8 10 m

Gambar II-6 Potongan Melintang Spillway

5
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

II.3. KONDISI BENDUNGAN SAAT INI


Pada kunjungan lapangan yang dilakukan bersama dengan
pengelola bendungan dari BBWS Pemali Juana dan pemilik
bendungan yang diwakili oleh Satuan Kerja Direktorat Bina Operasi
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum.

Gambar II-7 Bendungan Klego


Kondisi Bendungan Klego saat ini masih layak operasi. Adapun hasil
inspeksi lapangan sebagai berikut :
1. Puncak dan Bahu Bendungan
Kondisi puncak bendungan secara umum cukup baik, tidak
terjadi retakan. Kondisi rip-rap pada umumnya baik, namun di
beberapa bagian udik ada yang tidak rata, diperkirakan terjadi
akibat pengaruh ulah manusia. Sedangkan kondisi lereng hilir
cukup baik, tidak terlihat adanya gejala deformasi, longsoran
dan rembesan terkonsentrasi. Hal ini sesuai dengan hasil
evaluasi kontur tekanan air pori, dengan garis freatik memotong
drainasi filter.

Gambar II-8 Kondisi Puncak Bendungan Klego


2. Sebelah Hilir dari Kaki Lereng Hilir

6
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Kondisi areal ini tampak sebagian tertutup oleh tumbuh-


tumbuhan yang agak lebat. Sebaiknya tanaman-tanaman
tersebut dibersihkan, agar pelaksanaan inspeksi lapangan tidak
terganggu.

Gambar II-9 Kondisi Lereng Hilir Bendungan Klego


3. Ebatmen Kiri dan Kanan
Kondisi ebatmen kiri dan kanan secara umum cukup baik, tidak
terlihat adanya gejala deformasi, longsoran maupun rembesan
terkonsentrasi.
4. Menara dan Terowongan Pengeluaran
Kondisi bangunan menara dan terowongan pengeluaran cukup
baik, tidak terlihat adanya kerusakan struktur maupun
rembesan. Pintu-pintu juga dalam kondisi baik dan dapat
dioperasikan secara memadai.

Gambar II-10 Bangunan Pengambilan Bendungan


Klego

7
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Gambar II-11 Bangunan Pengeluaran Bendungan


Klego
5. Pelimpah
Kondisi bangunan pelimpah cukup baik, tidak terlihat adanya
kerusakan struktur maupun bocoran lewat fondasi dan dinding
sayapnya. Pada saluran peluncur terdapat endapan, yang
ditumbuhi tanaman perdu yang bisa menghambat limpahan air
waduk. Oleh karena itu, sebaiknya tanaman tersebut
dibersihkan secara berkala.

Gambar II-12 Spillway dan Saluran Spillway Bendungan


Klego

II.4. DAERAH TERDAMPAK AKIBAT KERUNTUHAN BENDUNGAN


Daerah permukiman yang berpotensi tergenang banjir karena
keruntuhan Bendungan Klego di Kabupaten Boyolali, adalah :

Daerah Terkena Resiko Jarak dari


Zona
No Bendunga
Kabupate Kecamata Bahaya
Desa n (Km)
n n
1 Boyolali Klego Bade 0.50 Zona 1
2 Boyolali Klego Blumbang 0.65 Zona 1
3 Boyolali Klego Banyuurip 1.00 Zona 1

8
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Daerah Terkena Resiko Jarak dari


Zona
No Bendunga
Kabupate Kecamata Bahaya
Desa n (Km)
n n
4 Boyolali Klego Sangge 1.15 Zona 1
Sumberagun
5 Boyolali Klego 2.50 Zona 1
g
6 Boyolali Andong Andong 2.95 Zona 1
7 Boyolali Andong Pakang 4.55 Zona 1
8 Boyolali Andong Kacangan 4.65 Zona 1
9 Boyolali Andong Pranggong 5.55 Zona 2
10 Boyolali Andong Kedungdowo 6.00 Zona 2
11 Boyolali Andong Senggrong 7.25 Zona 2
12 Sragen Miri Brojol 6.40 Zona 2
13 Sragen Miri Sunggingan 6.25 Zona 2
14 Sragen Miri Girimargo 8.20 Zona 2
15 Sragen Miri Soko 8.65 Zona 2

9
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

BAB III
IDENTIFIKASI KEADAAN DARURAT
DAN PENCEGAHANNYA

III.1. UMUM
Identifikasi potensi keadaan darurat dimaksudkan untuk memberi
petunjuk untuk mendeteksi potensi keadaan darurat, problem,
kejadian-kejadian atau ancaman yang dapat memicu keadaan
darurat, melakukan evaluasi, mengelompokkan/ mengklasifikasi
potensi keadaan darurat termasuk peristiwa/kondisi yang
mengancam keamanan bendungan yang pernah terjadi serta
menjelaskan tindakan atau kegiatan penanganan yang perlu
dilakukan.
Yang dimaksud dengan keadaan darurat disini adalah suatu keadaan
yang diperkirakan akan mempengaruhi keamanan bendungan dan
atau terjadi keluaran/limpahan air yang melebihi kapasitas
tampungan sungai, sehingga diperlukan tindakan darurat guna
melindungi manusia dan harta benda di bagian hilir bendungan.
Terjadinya keadaan darurat dan tingkat perkembangan kerusakan
sulit diperkirakan. Perkembangan kerusakan dapat berjalan lambat
atau tetap tidak berubah atau berkembang sangat cepat dimana
tiba-tiba menjadi sangat berbahaya yang tergantung pada
penyebab awal dan mengarah pada kegagalan atau keruntuhan
bendungan. Pada kondisi tersebut diperlukan segera tindakan
penyelamatan penduduk oleh organisasi yang bertanggungjawab
untuk mengatasi keadaan darurat tersebut.
Sesuai dengan tingkat perkembangan gejala keruntuhan
bendungan, maka keadaan darurat akan diklasifikasikan ke dalam
siaga bertingkat.

1
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

III.2. ANCAMAN KEAMANAN BENDUNGAN


Keadaan darurat dari Bendungan Klego adalah terjadinya suatu
kondisi yang mengarah kepada keluarnya air dalam jumlah besar
dan tidak terkendali, akibat runtuhnya tumpuan maupun bobolnya
bendungan yang menyebabkan terjadinya banjir di daerah hilir.
Ancaman keamanan bendungan dapat disebabkan beberapa hal :
A. Faktor Konstruksi
Tahap Perencanaan :
- Terjadi kesalahan dalam perencanaan, misalkan kesalahan
dalam perencanaan banjir rencana, atau kesalahan dalam
perencanaan kekuatan konstruksi, kesalahan dalam
penetapan kriteria perencanaan, kesalahan dalam
menganalisa hasil investigasi ataupun kesalahan dalam
melakukan investigasi.
Tahap Pelaksanaan :
- Kurangnya pengawasan mutu material yang dipakai
- Kurangnya pengawasan terhadap metode pelaksanaan
yang benar, misalkan cara pemadatan pada urugan tubuh
bendungan, dsb.
- Kurangnya pengawasan terhadap cara ataupun
penempatan instrumentasi.
Tahap Operasi dan Pemeliharaan
- Tidak dilakukan prosedur pemeliharaan bendungan maupun
instrumentasi yang benar, atau tidak dilakukan
pengamatan instrumentasi.
- Petugas kurang memahami cara operasi dan pemeliharaan
bendungan dan bangunan fasilitasnya.
B. Faktor Alam
1. Hujan badai
Walaupun hujan badai sendiri tidak mengancam bendungan
secara langsung, tetapi hujan badai yang besar dapat
menambah parah problem yang sudah ada dan
mengganggu pada kegiatan perbaikan yang sedang
dilakukan. Hujan badai juga dapat menimbulkan keluaran
air banjir yang tak terkendali dan meningkatkan debit

2
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

banjir. Sehabis terjadinya hujan badai, perlu dilakukan


pemeriksaan luar biasa untuk mengetahui tanda-tanda
kerusakan yang terjadi.
2. Gempa bumi
Walaupun suatu gempa bumi tidak nampak secara visual
mengakibatkan kerusakan bendungan, tetapi pemilik tetap
harus melakukan pemeriksaan luar biasa sehabis terjadinya
gempa bumi, untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan
atau penyimpangan yang terjadi.
3. Puting beliung
Angin puting beliung yang bertiup di bendungan dapat
menimbulkan kerusakan pada bendungan, bahkan mungkin
dapat memicu terjadinya keruntuhan bendungan. Sehabis
terjadinya puting beliung, perlu dilakukan pemeriksaan luar
biasa untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan yang
terjadi.
C. Akibat Gangguan Ulah Manusia/ Sabotase/ Perang
Adanya perusakan bendungan oleh manusia yang dilakukan
dengan sengaja atau tidak disengaja seperti : klaim lahan,
penanaman pohon pada tubuh bendungan, membuat kolam-
kolam di kaki bendungan, sabotase atau akibat perang antar
etnis, kerusuhan sosial atau huru-hara, termasuk kelalaian
pengelola bendungan.
Bila terjadi ancaman perusakan pada bendungan telah terjadi,
segera lakukan tindakan untuk melindungi bendungan.
D. Usia Bendungan
Usia bendungan sangat mempengaruhi struktur bendungan,
baik pada tubuh bendungan maupun bangunan penunjang
lainnya. Semakin lama material timbunan tanah akan mudah
rapuh, sehingga daya ikat (kohesi) tanah berkurang.
Mekanisme keruntuhan suatu bendungan dapat
disebabkan oleh beberapa kemungkinan, antara lain :
a. Terjadinya luapan air diatas puncak bendungan
(overtopping) akibat adanya banjir besar yang luar biasa.

3
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

b. Terjadinya aliran buluh (piping) yang disertai dengan


membawa butiran material pada tubuh bendungan atau
pondasi bendungan.
c. Adanya gempa bumi yang berkekuatan diatas daya tahan
bendungan yang direncanakan. Gempa bumi dapat
menimbulkan bahaya likuifaksi yaitu suatu gejala hilangnya
kekuatan daya dukung material tubuh bendungan yang
mempunyai sifat lanau akibat adanya goncangan/ gempa.
d. Adanya perusakan bendungan oleh manusia yang dilakukan
dengan sengaja, seperti: sabotase, peperangan, kerusuhan
sosial.
Mekanisme penyebab keruntuhan bendungan tersebut diatas,
bisa ditengarai dengan timbulnya indikasi sebagai berikut :
a. Terjadinya longsoran akibat pembasahan lereng (sloughing)
b. Terjadinya longsoran akibat amblesan (slumping)
c. Terjadinya longsoran akibat erosi
d. Terjadinya lubang benam (sinkhole)
e. Terjadi peningkatan debit rembesan yang tajam dan keruh
f. Terjadinya retakan (cracks)
g. Terjadi retakan melintang (transversal cracks)
h. Terjadinya penurunan/ amblesan yang berlebihan
i. Terjadinya deformasi horisontal yang berlebihan
j. Adanya gempa bumi yang berkekuatan diatas daya tahan
bendungan yang direncanakan. Gempa bumi dapat
menimbulkan bahaya likuifaksi yaitu suatu gejala hilangnya
kekuatan daya dukung material tubuh bendungan yang
mempunyai sifat lanau akibat adanya goncangan/ gempa.
k. Adanya perusakan bendungan oleh manusia yang dilakukan
dengan sengaja, seperti: sabotase, peperangan, kerusuhan
sosial.

4
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

III.3. GEJALA KERUNTUHAN BENDUNGAN


III.3.1. Keruntuhan Bendungan Akibat Peluapan
(Overtopping)
Peluapan (overtopping) adalah keadaan dimana terjadi limpasan
melewati puncak bendungan akibat terjadinya banjir besar luar
biasa yang biasa disebut PMF (Probable Maximum Flood).
Dalam kondisi banjir PMF 94,96 m3/det, muka air banjir maksimum
(PMF) akan mencapai Elv + 241,25 m, dengan demikian
Bendungan Klego berpotensi terjadi overtopping, sebab
elevasi puncak bendungan Elv + 241,00 m.
Jika air waduk sampai melimpas melalui puncak bendungan,
dikhawatirkan akan menyebabkan rekahan pada tubuh
bendungan, sehingga Bendungan Klego akan mengalami
keruntuhan dan menyebabkan banjir. Jika kondisi ini terjadi untuk
selanjutnya disebut Banjir Klego.
A. Indikasi
1. Terjadi hujan deras dengan total intensitas hujan lebih dari
200 mm selama 6 jam terus menerus, yang dipantau pada
penakar hujan yang ada di waduk.
2. Kondisi muka air waduk telah melampaui Elv + 240,00 m
(yaitu elevasi banjir rencana Q 1000 th , dan terlihat gejala
muka air waduk akan terus meningkat.
3. Tidak berfungsinya pelimpah secara optimal disebabkan
terhalangnya aliran air akibat sampah dll.
4. Tidak berfungsinya pintu pada bangunan pengambilan
irigasi dengan baik pada saat air yang masuk kedalam
waduk cukup besar.
B. Tindakan Pengamatan dan Pencegahan
1. Lakukan pemantauan curah hujan dan debit air di alat
penakar hujan yang ada di Bendungan Klego.
2. Apabila ada gangguan atau hambatan aliran di pelimpah,
diusahakan benda-benda yang menghambat aliran itu
diambil atau dibersihkan sehingga pelimpahan air berjalan
normal.

5
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

3. Lakukan pemantauan terhadap tinggi muka air waduk


secara kontinyu dan bandingkan dengan kecepatan
penambahan tinggi muka air waduk. Pengamatan elevasi
muka air waduk dilakukan dengan papan duga.
4. Peningkatan frekuensi pengamatan muka air waduk,
dilaksanakan minimal 15 menit sekali dan sebelumnya
pengamatan dilaksanakan minimal 1 jam sekali.
5. Mulai melaksanakan sistem peringatan pelepasan air
(water releasing warning system) yang dipusatkan di
ruang operasi bendungan dan dilengkapi dengan stasiun
penyiaran yang dipasang menyebar di tempat-tempat
yang layak disepanjang sisi sungai, dan lanjutkan dengan
membuka pintu intake irigasi dengan memperhatikan
kriteria pelepasan air seperti yang dilakukan dalam
prosedur operasi pintu pada Bendungan Klego.
Sistem alarm, termasuk pengeras suara (sirine),
papan pengumuman dan lain sebagainya harus
dipasang untuk memberitahukan setidaknya 1/2 jam
sebelum pelepasan air waduk, seperti yang
diberlakukan dalam prosedur pembukaan pintu/
pengeluaran air pada Bendungan Klego, dan untuk
selanjutnya lakukan prosedur siaga banjir yang
berlaku di BBWS Pemali Juana dan Kabupaten
Boyolali.
6. Jika air waduk meningkat terus sampai Elv + 240,50 m,
maka harus dilakukan evakuasi terhadap penduduk yang
berada di zona bahaya 1, dan tempatkan karung-karung
pasir/ tanah sepanjang mercu bendungan untuk
menambah tinggi jagaan dan mengarahkan air melimpas
melalui pelimpah dan membuka pintu intake irigasi
dengan mengikuti ketentuan dalam prosedur
pengoperasian pintu pada Bendungan Klego.
7. Melindungi daerah yang mudah erosi di daerah hilir
bendungan dengan menempatkan lapisan plastik atau
material lain yang tahan erosi.

6
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

8. Melakukan perbaikan sementara pada tubuh bendungan


dan bangunan pelengkap lainnya yang rusak.
C. Tindakan Pasca Bencana
1. Setelah hujan deras (badai) yang membahayakan, maka
harus dilakukan inspeksi visual terhadap :
a. Sampah / kayu yang menghalangi air mengalir
melalui pelimpah.
b. Tubuh dan abutment bendungan
c. Jalan masuk permanen
d. Seluruh galian lereng dan timbunan yang permanen
e. Seluruh sistem drainase permukaan
2. Setelah banjir dan saat volume inflow berkurang dan
kembali pada elevasi normal, pengendalian yang tepat
harus dilaksanakan untuk kembali ke operasi normal
waduk.
Matriks potensi bahaya untuk kondisi peluapan (overtopping)
dapat dilihat pada Tabel III-2 bab ini.

III.3.2. Keruntuhan Bendungan Akibat Aliran Buluh (Piping)


Tekanan air pori di inti bendungan dapat bertambah karena
bertambahnya rembesan atau tegangan geser sehingga dapat
menyebabkan berkurangnya kekuatan bahan yang
mengindikasikan kerusakan bendungan.
Keruntuhan bendungan akibat piping / aliran buluh / rembesan
didefinisikan sebagai terjadinya atau kemungkinan terjadinya
rekahan di tubuh bendungan atau tumpuan bendungan yang
mengakibatkan mengalirnya air dari rekahan tersebut dalam
jumlah besar atau terjadi peningkatan jumlah air yang keluar dari
waduk dan tidak terkendali. Jika kondisi ini terjadi selanjutnya akan
disebut Banjir Klego.
Kondisi awal dari terjadinya aliran buluh ini dapat diidentifikasikan
dari inspeksi visual bendungan dengan adanya :
1. Sembulan air di lereng hilir
2. Lubang lubang kecil pada permukaan tubuh bendungan.
3. Rumput menghijau di lereng hilir.

7
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

4. Muncul areal basah di permukaan tubuh bendungan.


Sesuai dengan perencanaan sistem pengukuran rembesan
Bendungan Klego, penangkapan air melalui V-Notch meliputi :
1. Bocoran air melalui daerah inti
2. Rembesan air melalui bagian dangkal pondasi bendungan
3. Rembesan air melalui abutment
4. Hujan yang melalui kulit bendungan bagian hilir
Sedangkan tekanan air di pondasi bendungan diamati dengan
menggunakan Piezometer. Sehingga jika terjadi kenaikan debit
yang melalui weir dan instrumen tersebut dapat diindikasikan
telah terjadi rembesan yang tidak terkendali.
A. Indikasi
1. Terjadi kenaikan nilai rembesan dan atau kekeruhan
(turbiditas) dalam hal ini :
a. Jumlah bocoran harian pada alat pengukur rembesan
(V-Notch) melebihi keadaan normal , dimana
pembacaan pada V notch melebihi trend yang
melebihi pembacaan biasanya.
b. Jika terjadi kenaikan nilai secara mendadak,
kemungkinan hal tersebut menandakan terjadinya
rembesan air pada abutment bendungan dan atau
pada tubuh bendungan.
c. Terjadi perubahan tekanan air yang diamati dibagian
hilir mendekati tekanan air yang diamati di bagian
hulu dan atau tekanan air di hilir tiba-tiba
menyesuaikan dengan perubahan elevasi muka air
waduk.
d. Jika terjadi kenaikan nilai kekeruhan, kemungkinan
disebabkan karena tanah/ material tubuh bendungan
yang terbawa air yang dapat menyebabkan
pergeseran lereng dan pondasi atau menandakan
adanya partikel terlarut dan perubahan secara radikal
dalam kandungan kimia. Indikasi tersebut dapat
dijadikan fakta telah terjadi erosi buluh (piping), hal
ini menandakan kemungkinan bahaya.

8
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

e. Jika timbul mata air pada tubuh bendungan, bocoran


dari sambungan konstruksi, retakan pada konstruksi
beton.
2. Penurunan tekanan air pori secara tiba-tiba juga dapat
dijadikan sebagai indikasi retak yang berkembang atau
terjadi pergerakan lateral.
3. Selama pengoperasian waduk, variasi elevasi muka air
waduk harus mempunyai kecenderungan yang sama
dengan internal pore pressure untuk bendungan dan
pondasi. Jika terdeteksi kondisi yang tidak biasa, maka
dapat diindikasikan telah terjadi kerusakan pada kondisi
bendungan (kecuali jika terjadi kerusakan instrumen).
4. Terjadi rekahan erosi melalui tubuh bendungan, pondasi
atau tumpuan.
5. Terjadi kerusakan pada bangunan pelengkap dan pada
abutment bagian hulu dan hilir.
6. Terjadi penurunan mendadak melebihi penurunan normal.
7. Terjadi perubahan pergerakan kearah horisontal secara
mendadak yang menyimpang dari kecenderungan normal.
8. Terjadi pusaran air di waduk yang akan membahayakan
tubuh bendungan.
9. Terjadi kenaikan muka air sumur penduduk di sekitar
waduk secara tiba-tiba.
B. Tindakan Pengamatan dan Pencegahan
1. Pengukuran dan pengamatan rembesan (seepage) untuk
timbunan bendungan dilakukan dengan V-Notch. Petugas
monitoring harus waspada jika terjadi hal-hal sebagai
berikut :
a. Penyimpangan pada pembacaan instrument
bendungan.
b. Meningkatnya pembacaan pada Piezometer.
c. Trend tekanan air pori di pusat dan bagian hilir inti
bendungan berubah segera menyesuaikan dengan
elevasi muka air waduk dan total tinggi tekanan pori
segera merespon elevasi muka air waduk.

9
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

d. Pengukuran tinggi piezometer tiba-tiba naik atau


mempunyai trend yang tidak cocok dengan plot data.
Jika terjadi hal-hal tersebut diatas, maka :
a. Cek dengan 2 instrument sejenis maupun yang tidak
sejenis.
b. Cek pembacaan 3 kali berturutan dan cek dengan
batas toleransi penyimpangan.
2. Apabila terjadi kebocoran yang besar dan tiba-tiba, maka
muka air waduk harus diturunkan sampai di bawah daerah
yang rusak atau mencapai elevasi yang aman sehingga
bocoran besar berhenti atau pada level yang
diperintahkan oleh Kepala UPB dengan membuka pintu
pengeluaran irigasi.
3. Untuk pelepasan air harus mengikuti ketentuan yang ada
dalam Prosedur Operasi Pintu dan Pelepasan Air pada
Bendungan Klego yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan pelepasan air dengan debit > 3
m3/det harus mengaktifkan sistem alarm termasuk
pengeras suara (sirine) setidaknya 1/2 jam sebelum
pelepasan air waduk, lakukan prosedur siaga banjir
yang berlaku di BBWS Pemali Juana dan Kabupaten
Boyolali.
b. Dan jika air waduk mencapai Elv + 240,00 atau air
yang dikeluarkan dari waduk > 3 m3/det, lakukan
evakuasi untuk penduduk yang berada di wilayah
zona bahaya 1, dan jika keadaan masih bertambah
kritis, maka tahapan Siaga RTD harus segera
ditingkatkan.
4. Melaksanakan pengoperasian waduk sampai pada elevasi
yang memungkinkan untuk melakukan perbaikan.
5. Jika dipandang perlu, maka harus diambil sampel air
waduk dan air rembesan untuk dianalisis kualitas airnya.
Analisis ini juga dapat mengidentifikasi bagaimana
menyelesaikan permasalahan tersebut.

10
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

6. Apabila terjadi pusaran air, segera turunkan muka air


waduk dan cari lubang bocoran/ pusat pusaran air
kemudian segera tutup lubang bocoran tersebut dengan
karung-karung pasir atau batu rip rap yang ada di lereng
tanggul.
7. Memonitor terus menerus bacaan/ kondisi instrumen
pemonitor bendungan dan tingkatkan frekuensi
pengamatan.
8. Lakukan perbaikan sementara pada bangunan-bangunan
yang rusak untuk mencegah kerusakan struktur, bila perlu
dilakukan penyelaman untuk menyelidiki masalah dan
kemungkinan pelaksanaan perbaikan.
9. Jika terjadi rekahan maka langkah yang harus dilakukan
adalah menurunkan elevasi muka air waduk agar
rekahannya mengecil dan mengisi rekahan dengan
material atau benda yang dapat menyumbat rekahan
untuk mengurangi kebocoran.
Semua tindakan di atas harus dibawah koordinasi dan selalu
dilaporkan kepada Kepala UPB yang akan meneruskan kepada
Kabid OPSDA di Kantor BBWS Pemali Juana di Semarang dan
Balai Bendungan di Jakarta.
C. Tindakan Pasca Bencana
1. Memonitor terus menerus bacaan/ kondisi instrumen
pemonitor bendungan dan tingkatkan frekuensi
pengamatan.
2. Melakukan pemeriksaan secara terus menerus terhadap
daerah yang rusak sampai bocoran yang terjadi berkurang
sampai mencapai batas normal.
3. Setelah situasi kembali pada kondisi normal, pengendalian
yang tepat harus dilaksanakan untuk kembali ke operasi
normal waduk.
Matriks potensi bahaya untuk kondisi aliran buluh (piping) dapat
dilihat pada Tabel III-2 bab ini.

11
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

III.3.3. Keruntuhan Bendungan Akibat Didih Pasir (Sand


Boiling)
A. Indikasi
Hilangnya daya dukung tanah dasar (biasanya di hilir kaki
bendungan) akibat tekanan pisometrik yang tinggi dari lapisan
pondasi yang porous.
B. Tindakan Pencegahan
1. Menambah dinding halang (misalnya tirai grouting) pada
lapisan pondasi.
2. Menambah counterweight di kaki bendungan dari material
random yang semi lulus air.
Matriks potensi bahaya untuk kondisi didih pasir (sink boiling)
dapat dilihat pada Tabel III-2 bab ini.

III.3.4. Keruntuhan Bendungan Akibat Lubang Benam


(Sinkhole)
A. Indikasi
Terjadi lubang (vertikal) akibat terkikis atau terbawanya
butiran tanah di bagian bawah akibat aliran air. Biasanya
disertai dengan gejala amblesan disekitarnya, apabila
dibiarkan dapat menyebabkan keruntuhan.
B. Tindakan Perbaikan :
1. Mencari (investigasi) penyebabnya.
2. Membongkar dan mengganti tanah serta filterisasi.
Matriks potensi bahaya untuk kondisi akibat lubang benam
(sinkhole) dapat dilihat pada Tabel III-2 bab ini.

III.3.5. Keruntuhan Bendungan Akibat Pembasahan Lereng


(Sloughing)
A. Indikasi
Terjadi basahan pada lereng hilir bendungan akibat dari
tingginya air freatik di dalam tubuh bendungan, misalnya
karena toe-drain yang tersumbat, mata air - mata air yang
tidak terkontrol saat penggalian pondasi, dll.

12
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Apabila pembasahan lereng tersebut dibiarkan, maka akan


dapat mengakibatkan terjadinya kelongsoran lereng,
amblesan, atau terbawanya butiran tanah (piping).
B. Tindakan Pencegahan
1. Mencari (investigasi) penyebab dan sumber pembasahan.
2. Mengalirkan aliran yang terperangkap.
3. Memperbaiki toe-drain yang tersumbat.
4. Menstabilkan longsoran di lereng bagian hilir dengan
memperberat daerah kaki bendungan dengan tambahan
urugan tanah, pecahan batu atau kerikil.

III.3.6. Keruntuhan Bendungan Akibat Amblesan (Slumping)


A. Indikasi
Adanya gejala penurunan tanah yang terjadi secara mendadak
(berbeda dengan penurunan secara bertahap akibat proses
konsolidasi), karena terjadinya rongga akibat piping (proses
buluh) atau karena penjenuhan dari jenis tanah yang mudah
runtuh (collapsible soil).
B. Tindakan Pencegahan
1. Mencari (investigasi) penyebab amblesan.
2. Counterweight dan filterisasi supaya erosi buluh tidak
berlanjut.
3. Mengganti tanah yang mudah runtuh dengan jenis tanah
yang lebih baik.

III.3.7. Keruntuhan Bendungan Akibat Erosi


A. Indikasi
Terkikis dan terbawanya butiran tanah akibat aliran air, baik
erosi luar (permukaan) maupun erosi dalam (erosi buluh).
Apabila dibiarkan dapat mengakibatkan terjadinya
kelongsoran lereng (erosi permukaan) atau amblesan dan
keruntuhan (erosi buluh).
B. Tindakan Pencegahan
1. Perlindungan lereng, misalnya gebalan rumput, batu
kosong (untuk erosi permukaan).

13
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

2. Filterisasi dan drainase (erosi buluh).

III.3.8. Keruntuhan Bendungan Akibat Pusaran Air Di Hulu


(Whirpol/ Vortex)
A. Indikasi
Terjadi pusaran air akibat terjadinya lubang membentuk pipa
di dalam tubuh atau pondasi bendungan akibat erosi buluh di
dalam tubuh bendungan atau terbukanya kekar-kekar batuan
pondasi bendungan.
B. Tindakan Pencegahan
1. Segera menutup lubang dan lapisan blanket di hulu
bendungan.
2. Grouting untuk mengisi kekar yang terbuka.

III.3.9. Keruntuhan Bendungan Akibat Meningkatnya Debit


Rembesan Dengan Tajam Dan Keruh
A. Indikasi
Rembesan (seepage) di tubuh bendungan dan abutment
mempunyai hubungan erat dengan variasi elevasi muka air
waduk dan curah hujan. Hal tersebut dapat diukur dengan
menggunakan V-Notch yang terletak di ruang pengukuran
seepage measuring device.
Debit rembesan meningkat tajam dan keruh (membawa
butiran halus), jika dibiarkan menyebabkan terjadinya rongga
berbentuk pipa (piping) yang lama kelamaan mengakibatkan
keruntuhan.
B. Tindakan Perbaikan :
1. Mencari (investigasi) penyebabnya.
2. Dinding halang, kalau memungkinkan.
3. Toe-drain dan filterisasi.

III.3.10. Keruntuhan Bendungan Akibat Retakan (Cracks)


Retakan (cracks) dibedakan atas retakan memanjang dan
melintang.
A. Retakan Memanjang (Longitudinal Cracks)

14
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Retakan memanjang pada tubuh bendungan dengan pola


membusur dan cukup dalam dengan panjang > 10 m dengan
lebar > 2,5 mm dan terjadi beda level permukaan tanah > 10
mm, kemungkinan merupakan gejala kelongsoran lereng atau
akibat perbedaan penurunan antara bagian hulu dan hilir
puncak dari zona inti atau akibat guncangan gempa. Retakan
baru pada struktur beton > 2 m dan terjadi level permukaan >
10 mm.
Tindakan Perbaikan :
a. Menurunkan elevasi muka air waduk sampai mencapai
elevasi yang aman agar rekahannya mengecil. Penurunan
elevasi muka air waduk dilakukan sampai tingkat
pengurangan kecepatan erosi atau sampai dengan
berhentinya erosi.
b. Melaksanakan pengoperasian waduk sampai pada elevasi
yang memungkinkan untuk melakukan perbaikan agar
dapat mencegah bahaya yang lebih besar.
c. Mencari (investigasi) penyebabnya.
d. Counterweight dengan posisi yang benar.
e. Mengisi retakan dengan lempung dan bentonit.
B. Retakan Melintang (Transversal Cracks)
Biasanya terjadi pada bagian ketebalan timbunan yang
berbeda akibat perbedaan penurunan (misalnya pada bagian
dekat tumpuan kiri dan kanan, atau pada bagian galian
pondasi yang mempunyai kemiringan > 45). Apabila
dibiarkan, retakan tersebut memudahkan air waduk masuk
(penetrasi) ke dalam tubuh bendungan.
Tindakan Perbaikan :
a. Menurunkan elevasi muka air waduk sampai mencapai
elevasi yang aman agar rekahannya mengecil. Penurunan
elevasi muka air waduk dilakukan sampai tingkat
pengurangan kecepatan erosi atau sampai dengan
berhentinya erosi.

15
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

b. Melaksanakan pengoperasian waduk sampai pada elevasi


yang memungkinkan untuk melakukan perbaikan agar
dapat mencegah bahaya yang lebih besar.
c. Mengisi retakan dengan lempung dan bentonit.
d. Melapisi lereng hulu dengan lapisan kedap air (misalnya
geomembrane, tapi mahal).
Matriks potensi bahaya untuk kondisi retakan dapat dilihat pada
Tabel III-2 bab ini.

III.3.11. Keruntuhan Bendungan Akibat Batu Rip-Rap Yang


Bergerak
Biasanya terjadi setelah muka air waduk surut (draw down) atau
guncangan gempa, hal ini merupakan indikasi longsornya lereng
hulu.
Tindakan Perbaikan :
a. Mencari (investigasi) penyebabnya.
b. Counterweight pada posisi yang benar

III.3.12. Keruntuhan Bendungan Akibat Penurunan/ Amblesan


Yang Berlebihan
Penurunan/ amblesan yang terjadi lebih besar dari desain atau
terjadinya secara mendadak, kemungkinan disebabkan oleh
kelongsoran atau keruntuhan akibat erosi buluh atau guncangan
gempa.
Tindakan Perbaikan :
1. Menurunkan elevasi muka air waduk sampai pada elevasi di
mana kondisi longsoran dapat dinyatakan aman dengan
mengalirkan air melalui pintu pengeluaran irigasi.
Untuk pelepasan air harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Sebelum melakukan pelepasan air harus mengaktifkan
sistem alarm termasuk pengeras suara (sirine) setidaknya
1/2 jam sebelum pelepasan air waduk, lakukan prosedur
siaga banjir yang berlaku di BBWS Pemali Juana dan
Kabupaten Boyolali.

16
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

2. Memperbaiki tinggi jagaan dengan memasang karung pasir


atau timbunan tanah dan batu di puncak longsoran.
3. Menstabilkan longsoran di lereng bagian hilir dengan
memperberat daerah kaki bendungan dengan tambahan
urugan tanah, pecahan batu atau kerikil.
4. Mencari (investigasi) penyebabnya dan mekanismenya.
5. Perbaikan disesuaikan dengan penyebabnya.
6. Mengembalikan ke bentuk geometri semula.
Matriks potensi bahaya untuk kondisi penurunan dilihat pada Tabel
III-2 bab ini.

III.3.13. Keruntuhan Bendungan Akibat Deformasi Horisontal


Yang Berlebihan
Deformasi horisontal berlebihan akibat beban-beban luar, baik
statis maupun dinamis (termasuk gempa) dapat menyebabkan
kegagalan operasi peralatan hidromekanikal dan keruntuhan.
Tidakan Perbaikan :
1. Mencari (investigasi) penyebabnya dan mekanismenya.
2. Perbaikan disesuaikan dengan penyebabnya.

III.3.14. Keruntuhan Bendungan Akibat Gempa Bumi


Siaga gempa bumi terjadi apabila gempa bumi terasa dan
membawa akibat pada bangunan-bangunan utama di daerah
bendungan. Akibat terjadinya gempa bumi sangat tergantung
pada besar kecilnya gempa dan jarak dari pusat gempa.
Untuk memonitor respon seismic timbunan selama terjadi gempa
menggunakan strong motion seismograph. Data-data tersebut
digunakan untuk menilai potensial stabilitas tubuh bendungan dan
pondasi.
Berdasarkan analisa, guncangan gempa bumi yang
membahayakan bendungan adalah jika terjadi salah satu atau
lebih dari guncangan berikut ini :
a. lebih besar dari 4 MMI (Modified Marcalli Intensity)
b. lebih dari 15 18 detik pada frekuensi 3 Hz dan akselerasi
lebih besar dari 0,14 g.

17
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

c. dengan percepatan melebihi 0,14 g atau terdapat gempa


dengan kekuatan :
lebih dari 4 Skala Richter dalam radius < 25 km
lebih dari 5 Skala Richter dalam radius < 50 km
lebih dari 6 Skala Richter dalam radius < 80 km
lebih dari 7 Skala Richter dalam radius < 125 km
lebih dari 8 Skala Richter dalam radius < 150 km
d. gempa yang mengakibatkan kerusakan bangunan-bangunan di
sekeliling waduk.

Tindakan Pengamatan dan Pencegahan


a. Pengukuran gempa bumi dilakukan dengan menggunakan
strong motion seismograph.
b. Segera setelah terjadi gempa, petugas harus melakukan
pemeriksaan instrumen monitor keamanan bendungan serta
pengamatan visual terhadap kondisi bendungan. Inspeksi
visual adalah pemeriksaan seksama pada komponen-
komponen proyek dengan mata telanjang tanpa bantuan
instrumen atau peralatan khusus, termasuk pemeriksaan
dengan penyelaman pada bangunan di bawah permukaan air.
Inspeksi visual tersebut termasuk pencarian rembesan,
kestabilan lereng bendungan, dan adanya tanda-tanda fungsi
abnormal lainnya.
c. Jika hanya terjadi kerusakan kecil, maka Kepala UPB harus
segera melakukan pengecekan di lapangan.
d. Pengukuran pergerakan puncak bendungan dan penurunan
permukaan bendungan harus sesegera mungkin dilakukan jika
terjadi gempa bumi dengan kekuatan 5 skala Richter atau
lebih di lokasi bendungan. Pengukuran dilakukan dengan
melakukan pengamatan pada patok-patok yang telah
dipasang di tubuh bendungan.
e. Inspeksi khusus dilakukan secara seksama pada seluruh
komponen-komponen engineering sesegera mungkin setelah

18
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

terjadinya gempa bumi yang berkekuatan 5 skala Richter atau


lebih di lokasi bendungan. Inspeksi khusus yang harus
dilakukan meliputi :
Tubuh dan abutment bendungan
Jalan masuk permanen
Seluruh galian lereng dan timbunan yang permanen
Seluruh sistem drainase permukaan
Permukaan pintu intake
Kolam olakan (plunge pool) spillway apabila sounding
kedalaman air menandakan kemungkinan perubahan yang
berbahaya pada geometri kolam
f. Jika terjadi gempa dengan kekuatan 5 skala Richter atau lebih
dilokasi bendungan, maka segera dilakukan pengukuran
seepage setiap jam selama 12 jam pertama, kemudian
pengukuran dilakukan setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
g. Setelah terjadi gempa bumi, dilakukan pengamatan minimum
selama 6 minggu dengan periode pengamatan 1 minggu
sekali.
h. Jika terjadi keadaan darurat, segera laksanakan peringatan
kondisi bahaya dan lakukan prosedur RTD sesuai keadaan
yang relevan (apakah keadaan darurat dalam kondisi
overtopping atau piping).
Matriks potensi bahaya untuk kondisi gempa bumi dapat dilihat
pada Tabel III-2 bab ini.

III.3.15. Keruntuhan Bendungan Akibat Sabotase


Sabotase adalah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja oleh
seorang atau kelompok orang untuk merusak bendungan dan
bangunan pelengkapnya yang bisa menyebabkan terjadinya
kondisi Bendungan Runtuh.
Tindakan pencegahan :
1. Melindungi keamanan staf bendungan dan masyarakat yang
bermukim di dekat bendungan.

19
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

2. Melaporkan kepada pihak keamanan jika ada hal-hal yang


mencurigakan yang diindikasikan dapat mempengaruhi
keamanan bendungan.
3. Melaporkan pada pihak keamanan.
4. Menyelidiki potensi sabotase bersama pihak keamanan.
5. Penangkapan pelaku sabotase dan menyerahkan pada instansi
yang berwenang.
6. Memonitor keamanan kawasan secara kontinyu
7. Pada bangunan-bangunan utama dilakukan pengecekan setiap
hari.
8. Jika terjadi keadaan darurat, segera laksanakan peringatan
kondisi bahaya dan lakukan prosedur RTD sesuai keadaan
yang relevan (apakah keadaan darurat dalam kondisi
overtopping atau piping).

III.4. PERMASALAHAN YANG PERNAH TERJADI


Keadaan darurat dari Bendungan Klego adalah terjadinya suatu
kondisi yang mengarah kepada keluarnya air dalam jumlah besar
dan tidak terkendali, akibat runtuhnya tumpuan maupun bobolnya
bendungan yang menyebabkan terjadinya banjir di daerah hilir.

Permasalahan yang pernah terjadi di Bendungan Klego adalah


1. Pada tahun 1989, lereng hilir bendungan pernah longsor setelah
ditinggikan.
2. Terdapat retakan pada puncak bendungan bagian hilir searah
dengan porosnya, karena terjadinya menurun yang tidak
merata. Sifat retakan hanya terjadi setempat dengan panjang
10.00 m dan lebar 15 cm. Pengaruhnya kecil dan terpusat pada
satu areal.
3. Gerusan lokal telah terjadi pada tepi hilir puncak bendungan
dekat patok, dan berbentuk seperti lingkaran berdiameter
sekitar 0.50 m.
4. Retakan lain yang kecil tampak di puncak bendungan bagian
udik dekat jembatan ke menara pengambilan dengan panjang
1.00 m 2.00 m.

20
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

III.5. IDENTIFIKASI GEJALA DAN KEADAAN DARURAT


BBWS Pemali Juana selaku pemilik bendungan bertanggung jawab
melakukan pemantauan kondisi bendungan dan melakukan upaya-
upaya perbaikan terhadap setiap penyimpangan yang terjadi.
Pada saat terdeteksi adanya gejala ancaman keamanan bendungan
(munculnya permasalahan atau kondisi yang membahayakan
keamanan bendungan), langkah pertama yang harus dilakukan
adalah segera meningkatkan kegiatan pemantauan rutin menjadi
pemantauan intensif. Pemantauan intensif dilakukan dengan cara
meningkatkan frekuensi pemeriksaan dan pengukuran instrumen,
bila mungkin dengan mengubah tata cara pengukuran. Pada
keadaan waspada (akan dijelaskan di bawah) atau keadaan yang
lebih buruk, pemantauan dilakukan selama 24 jam setiap harinya.
Pada keadaan darurat, Pengelola RTD (Kepala Balai BBWS Pemali
Juana, Kepala Bidang OP SDA BBWS Pemali Juana, Kepala Balai PSDA
Serang Lusi Juana, Kepala Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah dan
pejabat lain yang ditunjuk oleh BBWS Pemali Juana) bertanggung
jawab langsung pada pelaksanaan operasi, pemeliharaan dan
pemantauan bendungan. Identifikasi secara dini terhadap setiap
problem atau kondisi yang berbahaya (membahayakan keamanan
bendungan), akan memberi kesempatan Pemilik/ Pengelola
bendungan untuk menerapkan upaya-upaya pencegahan seperti
yang tertuang dalam RTD.
Perkembangan tahap-tahap keadaan berbahaya yang dapat
mengarah pada keruntuhan bendungan sangat penting untuk
dipahami. Dengan tindakan pencegahan yang cepat dan tepat,
keadaan bahaya dapat dicegah agar tidak berkembang menjadi
keruntuhan bendungan.
Identifikasi secara dini, pemantauan secara intensif, rencana tindak
yang jelas serta upaya-upaya perbaikan yang cepat dan tepat akan
membantu mengurangi potensi keadaan bahaya. Selanjutnya akan
dijelaskan beberapa tingkatan keadaan bahaya yang dapat memicu
keruntuhan bendungan.

21
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Keadaan yang mengancam keamanan bendungan dapat terjadi


dalam berbagai kondisi dimana tingkat pengrusakannya sukar
diperkirakan. Apabila tingkat kerusakan bendungan berkembang
dengan cepat, dari keadaan yang tidak berbahaya menjadi sangat
berbahaya, maka diperlukan suatu tindakan atau kegiatan secara
darurat dari organisasi atau instansi yang bertanggung jawab untuk
menyelamatkan penduduk dari bencana.
Untuk mencegah tindakan yang kurang atau yang berlebihan dalam
penanganan keadaan darurat setelah dilakukan observasi terhadap
keadaan yang membahayakan suatu bendungan, maka tingkat
keadaan darurat bahaya Bendungan Klego diklasifikasikan dalam 4
(empat) sistem siaga bertingkat, yaitu:
1. Kondisi ABNORMAL
2. Kondisi WASPADA
3. Kondisi SIAGA
4. Kondisi AWAS
Sesuai dengan buku Pedoman Penyiapan Rencana Tindak Darurat,
dalam pelaksanaan tugas untuk keadaan tingkat siaga tertentu
harus disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Tabel III-1 Tingkat Siaga Bahaya Bendungan Klego
Klasifikasi
No Kegiatan Utama Keterangan
Siaga
1 Kondisi - Peningkatan Perhatian
ABNORMAL Pemantauan. khusus
- Observasi atas
kejadian.

22
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Klasifikasi
No Kegiatan Utama Keterangan
Siaga
2 Kondisi WASPADA - Peningkatan Waspada
Pemantauan.
- Observasi atas
kejadian.
- Perbaikan secara
tepat, bila perlu
penurunan muka air
waduk.
- Meningkatkan
kesiapan sistim
peringatan banjir.
3 Kondisi SIAGA - Analisis kejadian. Pelaksanaan
- Langkah perbaikan. evakuasi zona
- Siaga Penuh sistim bahaya 1
peringatan banjir.
- Siaga penuh sistim
gawar banjir.
- Jika diperlukan
evakuasi, maka
dilakukan evakuasi
terhadap penduduk di
zona 1.
4 Kondisi AWAS - Periksa tingkat Pelaksanaan
keparahan suatu evakuasi zona
keadaan/ kerusakan. bahaya 2
- Perkirakan
kemungkinan waktu
keruntuhan
Bendungan.

Tingkatan siaga di atas harus diumumkan oleh Pengelola RTD


(Rencana Tindak Darurat) pada waktu keadaan darurat. Apabila
kondisinya sudah sedemikian kritis sehingga perlu diumumkan
sebagai tingkat siaga bendungan yang lebih tinggi (misal AWAS),

23
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

maka Pengelola RTD yang berwenang harus segera


mengumumkan sebagai Kondisi AWAS tanpa harus melalui tingkat
SIAGA maupun WASPADA.

III.5.1. Kondisi ABNORMAL


Secara umum keadaan luar biasa adalah suatu keadaan dimana
perilaku bendungan menyimpang dari perilaku yang direncanakan.
Dibawah ini disajikan contoh beberapa kejadian yang dapat
menjadi indikasi adanya keadaan abnormal. Untuk setiap
bendungan, indikasi tersebut dibawah mungkin dapat berbeda
tergantung pada kondisi bendungan yang bersangkutan. Keadaan
luar biasa seperti terjadinya: gempa bumi, hujan badai, angin
puting beliung.
Keadaan luar biasa belum termasuk dalam keadaan darurat,
namun apabila salah satu kejadian tersebut muncul, tenaga ahli
dari pemilik/ pengelola bendungan harus segera melakukan
pemeriksaan secara khusus, mencatat/ mendokumentasikan,
melakukan pemantauan intensif, mengevaluasi dan segera
melakukan upaya-upaya untuk mencegah berkembangnya
keadaan tersebut menjadi lebih buruk.
Problem/kejadian yang termasuk dalam keadaan luar biasa
meliputi antara lain:
1. Piping atau didih pasir (sand boil) pada semua bagian struktur
bangunan seperti tubuh bendungan, bangunan pelimpah, atau
diderah sekitar kaki bendungan yang ditengarai dengan aliran
yang keruh.
2. Longsor pada tubuh bendungan, saluran pengarah pelimpah
atau tumpuan.
3. Peningkatan debit rembesan yang signifikan melalui fondasi,
tubuh bendungan, tumpuan atau pelimpah.
4. Peningkatan daerah becek (boggy), atau munculnya yang
baru.
5. Pergerakan diluar normal arah horisontal atau vertikal atau
retakan pada tubuh bendungan atau tumpuan.

24
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

6. Lubang benam kecil atau amblesan dalam jarak < 150 m dari
tubuh bendungan atau pelimpah.
7. Retakan baru yang signifikan pada puncak atau lereng tubuh
bendungan: antara lain berupa retakan dengan panjang >10
m, dengan bukaan >2,5 mm dan perbedaan tinggi antar sisi
retakan kiri dan kanan > 1,0 mm.
8. Retakan baru yang signifikan pada konstruksi beton antar lain
berupa retakan yang baru terbentuk atau berkembang > 2 m
panjang, dengan panjang >10 m, bukaan >1,0 mm dan atau
perbedaan tinggi antar sisi retakan kiri dan kanan > 1,0 mm.
9. Pusaran air di waduk.
10. Anomali bacaan pada instrumentasi :
a. anomali bacaan yang terjadi pada 3 instrumen sejenis
yang berdekatan, atau
b. anomali bacaan pada 2 instrumen yang berbeda jenis,
atau
c. anomali bacaan pada 1 instrumen dengan 3 kali bacaan
berkala berturut-turut yang disertai dengan adanya
penyimpangan yang lain seperti adanya penyimpangan
dari hasil pemeriksaan visual.
11. Kenaikan 3 kali berturut-turut nilai bacaan deformasi (patok
geser) dan melampaui threshold yang direncanakan.
12. Kenaikan 3 kali berturut-turut nilai bacaan level pisometer dan
melampaui threshold yang direncanakan.
13. Muka air banjir, naik melampaui muka air banjir yang
direncanakan atau diatas muka air banjir tertinggi yang
pernah terjadi.
14. Kegagalan operasi pada pintu atau katup atau peralatan hidro
elektrik lain yang berdampak pada keamanan bendungan.
15. Gempa bumi :
Apabila terjadi peristiwa gempa bumi dengan percepatan lebih
dari 0,14 g atau terdapat gempa dengan kekuatan :
a. lebih dari 4 Skala Richter dalam radius < 25 km
b. lebih dari 5 Skala Richter dalam radius < 50 km
c. lebih dari 6 Skala Richter dalam radius < 80 km

25
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

d. lebih dari 7 Skala Richter dalam radius < 125 km


e. lebih dari 8 Skala Richter dalam radius < 150 km
16. Hujan badai
17. Angin puting beliung
18. Sabotase, vandalisme dan tumbukan kendaraan atau alat
berat, yang setelah terjadi mengakibatkan kerusakan pada
pintu, pilar, kabel pengangkat yang berdampak pada
keamanan bendungan.
Apabila salah satu dari problem tersebut diatas teramati
dilapangan, petugas lapangan harus segera mengundang Ahli
bendungan dari BBWS Pemali Juana untuk melakukan
pemeriksaan, mendokumentasikan dan menetapkan perlu
tidaknya perbaikan atau tindak lanjut lainnya. Pada kondisi luar
biasa, belum perlu pemberitahuan/ laporan kepada pemerintah
setempat.

III.5.2. Kondisi WASPADA


Kondisi Waspada ini merupakan tingkatan siaga keadaan darurat
yang paling rendah, yang diawali dengan ditemukannya tanda-
tanda terjadi kerusakan pada bendungan, dimana tanda-tanda
kerusakan ini dikhawatirkan dapat berkembang ke arah yang
dapat menyebabkan keruntuhan bendungan. Pada keadaan ini
belum terjadi kerusakan yang serius, akan tetapi indikasi yang
dapat menimbulkan ancaman yang membahayakan bendungan
sudah terjadi dengan pasti, terutama bila keadaan ini berlangsung
terus.
Pada keadaan ini Kepala Sub UPB yang berada di dam site dan
kantor Pengelola/ Pemilik Bendungan yaitu BBWS Pemali Juana,
bersiaga penuh memonitor perkembangan keadaan selama 24
jam. Belum ada kegiatan yang menonjol yang perlu dilakukan pada
tingkat siaga ini, kecuali harus tetap waspada melakukan
pemantauan secara intensif dan menganalisa perkembangan
keadaan.
Apabila Pengelola Bendungan dapat memperbaiki kerusakan yang
ada dan keadaannya tidak berkembang menjadi semakin parah,

26
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

maka keadaan darurat dinyatakan selesai. Akan tetapi apabila


keadaan berkembang lebih parah dan semakin mengancam
penduduk di hilir bendungan, maka masuk ke tingkat Kondisi
SIAGA.
A. Indikasi
Keadaan Kondisi WASPADA bisa ditandai dengan salah satu
atau lebih dari indikasi di bawah ini :
1. Curah Hujan
Jika terjadi hujan deras terus menerus (badai) selama
lebih dari 6 jam dengan total intensitas hujan sebesar 354
mm di stasiun penakar hujan yang ada di waduk, yang
diikuti dengan terjadinya kerusakankerusakan pada
tubuh bendungan tumpuan dan sekitarnya.

2. Elevasi Muka Air Waduk


Pada saat itu elevasi muka air waduk mencapai Elv 240,63
m dan atau debit yang keluar melalui pelimpah melebihi
52,06 m3/det, dan ada gejala muka air waduk akan terus
meningkat.
3. Rembesan (Seepage)
a. Dalam keadaan normal (tidak hujan) jumlah rembesan
yang keluar dari salah satu atau lebih pipa pengumpul
drainase meningkat secara tajam.
b. Dalam keadaan normal (tidak hujan) terjadi kekeruhan
pada rembesan.
c. Pembacaan V notch melebihi trend yang biasanya.
4. Pengamatan Instrumen Bendungan
Adanya perubahan yang drastis pada hasil pemantauan
pembacaan instrumen di Bendungan Klego, antara lain:
a. Terjadinya penurunan yang tajam pada puncak
bendungan dibandingkan dengan hasil pengamatan
sebelumnya.
b. Trend (kecenderungan) grafik hasil pembacaan
pisometer yang dipasang di tubuh bendungan
menunjukkan penurunan atau kenaikan yang tiba-tiba

27
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

dibandingkan dengan hasil pembacaan sebelumnya


pada elevasi muka air waduk yang sama.
5. Gempa Bumi
Terjadi gempa bumi tektonik dengan percepatan 0,14 g,
atau setara dengan 6,1 Skala Richter dalam radius < 80
km atau 7 skala MMI.
B. Visualisasi Tubuh Bendungan dan Daerah Sekitarnya
Apabila dari hasil pengamatan visual secara rutin maupun dari
hasil pengamatan setelah terjadi kejadian luar biasa seperti:
banjir besar, gempa bumi, sabotase, dan lain-lain, ditemukan
adanya perubahan pada tubuh bendungan dan daerah
sekitarnya yang dapat mengancam keamanan bendungan,
seperti :
1. Stabilitas pondasi terganggu yang diakibatkan oleh :
a. Likuifaksi
b. Longsoran dalam pondasi
c. Penurunan yang berlebihan
d. Terangkutnya butiran-butiran tanah/ material pondasi
yang larut oleh air.
e. Pergerakan bumi pada patahan di bawah atau di dekat
tubuh bendungan.
2. Kerusakan pada pelimpah yang disebabkan oleh :
a. Tersumbatnya pelimpah.
b. Adanya scouring pada bagian hilir kolam olak.
3. Kerusakan pada tubuh bendungan yang disebabkan oleh :
a. Likuifaksi
b. Tubuh Bendungan tidak stabil
c. Retakan
d. Terjadi boilling pada hilir bandungan.
4. Kerusakan pada tepi waduk yang disebabkan oleh :
a. Ketidakstabilan lereng.
b. Melemahnya punggung bukit waduk yang tipis.
c. Timbulnya lubang benam.
C. Tindakan

28
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Belum ada kegiatan yang menonjol yang perlu dilakukan


dalam tingkat siaga ini. Kegiatan dalam Kondisi Waspada
masih dalam lingkup Pengelola Bendungan dan instansi yang
terkait dengan keamanan bendungan yaitu BBWS Pemali
Juana.
Tindakan yang dilakukan dalam Kondisi WASPADA ini adalah:
1. Melakukan observasi/ pemantauan intensif dan analisa
terhadap kejadian, apakah berkembang semakin kritis
atau tidak.
2. Bersiaga penuh selama 24 jam dan tetap waspada
terhadap perkembangan yang lebih buruk yang mungkin
bisa terjadi.
3. Memeriksa dan memantau kondisi bendungan secara
intensif.
4. Jika terjadi pelepasan air dari waduk, maka prosedur
dalam Panduan OP Bendungan Klego harus dijalankan dan
berlakukan Siaga Banjir dari BBWS Pemali Juana dan
Kabupaten Boyolali.
Apabila dari hasil observasi dan analisis menunjukkan keadaan
bendungan tidak kritis, maka keadaan darurat dinyatakan
selesai dan BBWS Pemali Juana memperbaiki kerusakan yang
timbul. Namun apabila keadaan bendungan bertambah kritis
maka masuk ke Kondisi SIAGA.

III.5.3. Kondisi SIAGA


Keadaan ini lebih serius dari Kondisi WASPADA dimana struktur
bendungan cenderung menunjukkan ke arah labilitas, namun
belum menunjukkan tanda-tanda akan segera runtuh. Keadaan ini
bisa bertambah buruk dan kemungkinan diperlukan adanya
pengungsian apabila keadaan semakin tidak terkendali. Pada
keadaan ini BPBD yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Boyolali bersiaga penuh dan dalam keadaan siap untuk
mengevakuasi masyarakat dan jika diperlukan, maka masyarakat
di wilayah zona bahaya 1 segera dievakuasi diungsikan.

29
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Apabila bendungan dinyatakan dalam kondisi yang kritis oleh Ahli


Keamanan Bendungan, maka diperlukan penanggulangan darurat
untuk mencegah kerusakan yang lebih parah. Apabila usaha
pencegahan pada Kondisi SIAGA ini berhasil, maka keadaan
darurat dinyatakan selesai. Akan tetapi apabila segala upaya
pencegahan yang dilakukan tidak berhasil dan kondisi bendungan
semakin parah, maka keadaan darurat ditetapkan menjadi Kondisi
AWAS.
A. Indikasi
Keadaan Kondisi SIAGA bisa ditandai dengan beberapa
indikasi seperti tersebut di bawah ini :
1. Curah Hujan
Jika terjadi hujan deras terus menerus (badai) selama
lebih dari 6 jam dengan total intensitas hujan sebesar 200
mm di Stasiun Penakar Hujan yang ada di waduk, yang
diikuti dengan terjadinya kerusakan kerusakan pada
tubuh bendungan tumpuan dan sekitarnya.
2. Elevasi Muka Air Waduk
Muka air di waduk mencapai Elv 240,50 dan air waduk
masih cenderung meningkat.
3. Rembesan (Seepage)
Dalam keadaan biasa (tidak hujan) aliran rembesan yang
keluar dari pipa-pipa drainase bertambah besar dan
bertambah keruh.
4. Gempa Bumi
Terjadi gempa bumi tektonik dengan percepatan > 0,14 g,
atau setara dengan 7 Skala Richter dalam radius < 80 km.
B. Visualisasi Tubuh Bendungan dan Daerah Sekitarnya
1. Adanya bocoran yang muncul di tubuh bendungan atau di
tumpuan bendungan semakin membesar.
2. Terdapat pusaran air waduk di muka bendungan.
3. Timbul rekahan pada puncak bendungan dengan arah
melintang yang menerus dari hulu sampai hilir tubuh
bendungan.

30
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

4. Terjadi longsoran yang cukup besar di lereng hulu atau di


lereng hilir tubuh bendungan.
C. Tindakan
Pada keadaan ini BPBD Kabupaten Boyolali bersiaga penuh
untuk persiapan melakukan evakuasi pengungsian warga.
Tindakan yang dilakukan dalam Kondsi SIAGA ini adalah:
1. Melakukan usaha-usaha pencegahan agar kejadian tidak
berlanjut menjadi kegagalan bendungan, dimana usaha-
usaha pencegahan tersebut tergantung kepada jenis
kejadian. Tindakan pencegahan ini berupa perbaikan yang
sifatnya sementara dan membutuhkan waktu yang cepat
sesuai dengan saran dari Ahli Keamanan Bendungan,
misalnya:
a. Menghambat perkembangan bocoran
b. Melakukan perbaikan bagian tubuh bendungan yang
rusak
c. Menambah timbunan pada bagian yang mengalami
penurunan
d. Mengisi bagian yang mengalami rekahan
2. Jika muka air waduk mencapai Elv 240,50, atau air yang
dilepaskan > 52,06 m3/det. maka harus dilakukan
evakuasi terhadap penduduk yang berada di wilayah zona
bahaya 1, dan jika keadaan bahaya meningkat terus,
maka tingkatan siaga dapat ditingkatkan seperti diuraikan
dalam Buku RTD.
Apabila usaha pencegahan berhasil, maka keadaan darurat
selesai. Akan tetapi apabila upaya pencegahan yang dilakukan
tidak menampakkan hasil dan kondisi bendungan bertambah
parah maka ditetapkan Kondisi AWAS.

III.5.4. Kondisi AWAS


Kondisi AWAS ini diumumkan apabila situasinya sudah sangat
serius, dimana upaya perbaikan pada saat Kondisi SIAGA tidak
berhasil menanggulangi kerusakan yang terjadi. Pada keadaan ini
telah terjadi kerusakan pada seluruh atau sebagian besar struktur

31
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

bendungan, dimana keadaan fisik bendungan sudah bertambah


buruk sedemikian sehingga upaya untuk menstabilkan bendungan
sudah tidak mungkin lagi untuk dilakukan dan bendungan
diperkirakan akan segera runtuh. Untuk itu segera dilakukan
evakuasi penduduk yang tinggal di daerah genangan banjir.
Dengan diumumkannya Kondisi AWAS, maka semua organisasi
yang terkait harus segera bergerak mulai mengevakuasi warga
yang berada di zona bahaya 2, maupun zona bahaya 1 yang
belum sempat diungsikan karena keadaannya sudah pada tingkat
yang paling berbahaya.
A. Indikasi
Kondisi AWAS ini ditandai dengan terjadinya salah satu atau
beberapa indikasi keadaan darurat sebagai berikut:
1. Muka air di waduk mencapai Elv 240,63 atau 0,37 m di
bawah elevasi puncak Bendungan Klego dan air waduk
masih cenderung meningkat.
2. Air yang keluar dari waduk sudah cukup signifikan dan
menjadi ancaman bagi penduduk di daerah hilir
bendungan.
3. Bendungan dianggap tidak mampu dalam fungsinya
sebagai penampung air,dan diputuskan bahwa bendungan
sudah dalam keadaan bahaya dan dipastikan akan runtuh.
4. Bendungan cenderung runtuh dan dinyatakan gagal
fungsi.
5. Bendungan telah betul-betul runtuh (gagal).
B. Tindakan
Pada tahap ini Kepala Sub UPB dan Kabid OPSDA BBWS Pemali
Juana harus segera memberikan informasi kepada Pejabat
Keamanan setempat dan Kepala BBWS Pemali Juana
melaporkan kepada Bupati Boyolali untuk melakukan evakuasi
penduduk.
Penjelasan secara rinci mengenai pengungsian (evakuasi)
penduduk diuraikan pada Bab IV Rencana Tindak Darurat
ini.
Tindakan yang dilakukan dalam Kondisi AWAS ini adalah:

32
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

1. Melakukan koordinasi terus menerus antara Tim RTD dan


Instansi terkait dengan Tim BPBD Kabupaten Boyolali.
2. Melaksanakan evakuasi penduduk dengan cepat, tepat
dan terkoordinasi.
3. Dalam hal terjadi banjir luar biasa dan melimpas di atas
puncak bendungan (overtopping), dapat dilakukan dengan
menempatkan karung-karung tanah di sepanjang puncak
bendungan untuk menambah tinggi jagaan agar air bisa
melimpas melalui bangunan pelimpah (spillway).
4. Dalam hal sudah terjadi rekahan pada puncak bendungan
yang dapat mengakibatkan runtuhnya puncak bendungan,
longsor di lereng hulu atau hilir tubuh bendungan, maka
untuk memperlampat laju aliran debit air pengeluaran
dapat dilakukan dengan penimbunan batu agar stabilitas
bendungan untuk sementara bisa terjaga sambil
menunggu keadaan muka air di waduk turun.
Apabila kegiatan pengungsian sudah selesai dilakukan, dan
kejadian bencana sudah terlampaui, maka ditetapkan Pengakhiran
Keadaan Darurat yang diikuti dengan de-evakuasi penduduk serta
melakukan rehabilitasi bendungan dan bangunan
perlengkapannya.
Uraian secara rinci mengenai Pengakhiran Keadaan Darurat dapat
diperiksa pada Bab VII Rencana Tindak Darurat.

33
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

BAB IV
POTENSI BAHAYA DAERAH
GENANGAN

IV.1. PETA GENANGAN


Peta genangan daerah hilir dimaksudkan untuk memberi gambaran
daerah yang akan tergenang banjir bila terjadi keruntuhan
bendungan. Peta genangan dibuat berdasar pada hasil analisis
keruntuhan bendungan.
Peta genangan akan digunakan oleh pemerintah daerah untuk
pelaksanaan evakuasi, peta juga harus dilengkapi dengan
penjelasan mengenai asumsi-asumsi yang digunakan dalam
pembuatan peta. Batas genangan banjir dan waktu tiba banjir
adalah merupakan perkiraan (bukan angka pasti) yang hanya
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan zona-zona evakuasi
dan rute evakuasi.
Peta-peta dibuat berdasarkan peta RBI dan analisis dilakukan
dengan asumsi-asumsi yang menghasilkan kasus yang terburuk jika
terjadi keruntuhan bendungan, yang meliputi:
No Pemodelan
1 Piping pada elv. +239.50 m, yaitu pada kondisi muka air
pada elevasi normal dan terjadi erosi buluh pada elevasi
muka air normal.
2 Piping pada elv. +237.00 m, yaitu pada kondisi muka air
pada elevasi normal dan terjadi erosi buluh pada
pertengahan antara elevasi muka air normal dan dasar
bendungan.
3 Piping pada elv. +235.00 m, yaitu pada kondisi muka air
pada elevasi normal dan terjadi erosi buluh pada dasar
bendungan.
4 Overtopping dengan inflow Q PMF, yaitu pada kondisi paling
buruk, yaitu elevasi muka air banjir dan terjadi rekahan pada
puncak bendungan.

1
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Pada peta genangan dilengkapi dengan informasi mengenai daerah


yang berpenduduk (desa) dan jalan-jalan yang ada, termasuk rute
jalan untuk pengungsian. Di samping itu pada peta genangan juga
dilengkapi dengan letak potongan melintang potongan melintang
yang digunakan sebagai dasar dalam studi analisa keruntuhan
bendungan. Pada tiap-tiap potongan melintang di peta genangan
juga dicantumkan informasi antara lain mengenai:
Jarak tiap potongan melintang dari bendungan sampai hilir
Waktu datangnya banjir
Pencapaian elevasi puncak banjir pada tiap-tiap potongan
Waktu surut banjir di tiap-tiap potongan.
Lengkung Kapasitas Waduk Klego dari hasil pengukuran Bathimetri
tahun 2014 disajikan pada Gambar berikut.

Gambar IV-13 Lengkung Kapasitas Waduk Klego


IV.2. ZONA BAHAYA GENANGAN
Tingkat siaga yang dimaksud adalah siaga bahaya hilir Bendungan
Klego di tentukan berdasarkan kondisi keadaan darurat bendungan.
Siaga bahaya daerah hilir dibagi dalam 3 (tiga) tingkat siaga
bendungan dalam penanganan evakuasi/pengungsian penduduk
yang diterangkan sebagai berikut :

2
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

1. Pada kondisi WASPADA, adalah setelah bendungan dalam


keadaan ABNORMAL, yaitu mengindikasikan bahwa telah
terdeteksi adanya permasalahan yang signifikan yang bila terus
berkembang dapat menjadi ancaman keamanan bendungan.
Situasi/permasalahan berkembang lambat dan diperkirakan
belum akan terjadi keruntuhan bendungan, sehingga masih
belum diperlukan evakuasi/pengungsian penduduk.
2. Pada kondisi SIAGA, adalah kondisi dimana pengelola merasa
tidak yakin apakah bendungan bisa diamankan atau tidak, dan
jika memang diperlukan adanya evakuasi/pengungsian
penduduk yang harus diungsikan adalah penduduk yang tinggal
di wilayah Zona 1, yaitu penduduk yang berjarak dari
bendungan kurang dari 5 (lima) km.
3. Pada kondisi AWAS, bendungan sudah tidak bisa diamankan,
sehingga penduduk yang harus diungsikan kembali adalah
penduduk yang tinggal di wilayah Zona 2 yaitu penduduk yang
berjarak dari bendungan lebih dari 5 (lima) km.
Pembagian Zona daerah bahaya tersebut berikut kelurahan yang
terkena resiko, serta arah maupun daerah pengungsiannya untuk
masing-masing daerah dapat dilihat pada Peta Arah Pengungsian
Akibat Banjir Klego di gambar berikut ini. Terlampir.

IV.3. POTENSI KERUSAKAN DAN KERUGIAN


IV.3.1.Penduduk Yang Terkena Dampak
Setelah keadaan Siaga bendungan diberlakukan, maka penduduk
yang berada di daerah yang diprediksi akan terkena Banjir Klego
harus segera diberitahu dan segera berkumpul untuk diungsikan
ke tempat-tempat yang lebih aman yang telah direncanakan
dalam RTD ini.
Untuk memudahkan proses pengungsian, penduduk dapat
dikumpulkan terlebih dahulu di lapangan/bangunan administrasi
kelurahan yang aman dari banjir, baru kemudian dilakukan proses
pemindahan atau pengungsian ke lokasi terdekat yang aman dan
telah ditetapkan. Dalam proses evakuasi yang diutamakan untuk
diungsikan terlebih dahulu adalah wanita dan anak-anak.

3
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Jumlah penduduk yang terkena banjir Klego tersebar di 15


desa/kelurahan, 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Klego Kabupaten
Boyolali, Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali, dan Kecamatan
Miri Kabupaten Sragen.

IV.3.2.Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana diartikan sebagai fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah atau swasta untuk menunjang kegiatan
masyarakat.
Sarana dan prasarana di bagian hilir Bendungan Klego yang
ditinjau sehubungan dengan tingkat pengamanan dan minimalisasi
kerugian akibat kegagalan Bendungan Klego antara lain:
Sarana Pendidikan
Sarana Peribadatan
Sarana Perhubungan
Sarana Kesehatan
Jenis Rumah
Potensi kerusakan akibat banjir yang disebabkan keruntuhan
Bendungan Klego terhadap sarana dan prasarana dapat dilihat
pada Tabel IV-1.

IV.3.3.Kerugian Ekonomi
Berdasarkan jumlah sarana dan prasarana yang berpotensi rusak
akibat banjir, kerugian ekonomis yang dialami berupa rusaknya
rumah, sawah/perkebunan, peternakan, fasilitas umu (sekolah,
puskesmas, tempat ibadah, perkantoran dan pasar). Estimasi
kerugian akibat banjir Bendungan Klego dapat dilihat pada Tabel
IV-1.

IV.4. PENGUNGSIAN
IV.4.1.Sistem Peringatan Dini
Bila suatu daerah diperkirakan akan dilanda bencana, perlu
dilaksanakan tindakan penyelamatan. Tindakan ini terdiri dari
rangkaian beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan secara

4
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

cepat dan tepat. Salah satu kegiatan utamanya adalah kegiatan


komunikasi atau pemberitaan banjir.
Agar komunikasi antar pelaksana Rencana Tindak Darurat dapat
berjalan dengan baik, maka perlu diterapkan hal-hal berikut ini :
1. Adanya kesamaan bahasa antara komunikator (pengirim
berita) dengan komunikan (penerima berita)
2. Adanya kejelasan pesan yang disampaikan
3. Tersedianya sarana yang tepat dalam penyampaian pesan
4. Pemilihan waktu yang tepat dalam penyampaian pesan
5. Adanya ajakan (persuasi) dari komunikator kepada komunikan
6. Adanya itikad baik dari komunikator kepada komunikan
7. Adanya tenggang rasa antar sesama pengguna peralatan
komunikasi
Pemberitaan banjir dapat dilaksanakan dengan menggunakan
hampir semua alat komunikasi, misalnya kentongan (dari bambu,
kayu, besi dan sebagainya), peluit, radio pemancar dan penerima,
pesawat telepon, dan lain sebagainya.
Peralatan komunikasi yang sederhana (komunikasi satu arah)
seperti kentongan, atau peluit disarankan untuk dipergunakan
hanya oleh pengamat, peronda, atau petugas lapangan lainnya
kepada pos jaga. Pemberitaan kepada pos pusat atau ke
petugas/instansi lain sebaiknya menggunakan peralatan
komunikasi dua arah.
Untuk memanfaatkan potensi yang ada dan menghindari campur
tangan yang tidak diinginkan, berbagai elemen masyarakat atau
organisasi kemasyarakatan seperti orari, pramuka dan lain
sebagainya dapat diikutsertakan dalam pelaksanaan pemberitaan
bencana.
Untuk penyebarluasan berita kepada masyarakat luas pemerintah
daerah dapat menggunakan siaran Radio Khusus Pemerintah
Daerah (RKPD)/RRI maupun radio-radio swasta nasional.
Untuk memperoleh kesamaan bahasa ataupun istilah dan sarana
yang digunakan dalam komunikasi, perlu diusahakan kesepakatan
bersama melalui forum koordinasi antar pelaksana Rencana Tindak
Darurat. Kemudian dilakukan sosialisasi dan penyuluhan ke

5
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

masyarakat mengenai pemakaian frekuensi ataupun nomor


telepon tertentu yang dipergunakan untuk kondisi darurat. Hal ini
perlu dilakukan untuk mengurangi gangguan yang mungkin terjadi
pada saat pemberitaan banjir.

IV.4.2.Jalur dan Lokasi Pengungsian


a. Metode Evakuasi
Dalam keadaan darurat telah diidentifikasi para petugas dan
masyarakat terkena banjir harus mulai melaksanakan tindakan
evakuasi/pengungsian.
Proses pengungsian ini penting sekali, karena menyangkut
keselamatan jiwa manusia. Proses ini dimulai dari tahap
pemberitahuan, tahap pengumpulan dan pemindahan
penduduk, evakuasi, tahap pengakhiran keadaan darurat yang
diikuti dengan proses pengembalian penduduk (de-evakuasi)
serta proses rehabilitasi.
Evakuasi dilakukan oleh BPBD ke tempat yang aman, dengan
koordinasi sampai dengan Unit Pelaksana Tingkat Kelurahan
dan Kecamatan dengan menggunakan Prosedur Tetap (Protap)
dari Satlak BPBD Pemerintah Kabupaten Boyolali dan
Kabupaten Sragen.
Penduduk terkena resiko yang harus diungsikan adalah
penduduk yang tinggal di daerah-daerah yang diperkirakan
akan mengalami banjir dengan kedalaman banjir lebih dari
0,60 m. Rangkaian proses evakuasi ini dapat digambarkan
dengan bagan alir sebagai berikut :

Gambar IV-14Bagan Alir Proses Evakuasi

b. Lokasi Pengungsian dan Waktu Evakuasi

6
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Lokasi pengungsian adalah tempat untuk menampung


penduduk korban Bencana Banjir Klego, untuk beberapa waktu
atau hanya bersifat sementara sampai keadaan dinyatakan
aman kembali.
Walaupun hanya bersifat sementara, lokasi ini harus
memenuhi syarat-syarat kelayakan untuk dihuni. Untuk itu
lokasi pengungsian tersebut harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Bebas dari genangan air/banjir
2. Kemudahan prasarana : jalan masuk, air bersih, listrik dan
MCK
3. Kemudahan sarana : tenda, tenaga medis, obat-obatan,
bahan makanan maupun dapur umum
4. Lokasi terdekat dengan tempat asal pengungsi.
5. Selengkapnya mengenai daftar desa terkena banjir, waktu
tiba banjir, waktu surut banjir serta lokasi pengungsian
untuk Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sragen.

7
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI, DAN ALUR
PEMBERITAHUAN KEADAAN
DARURAT

V.1. STRUKTUR ORGANISASI


Dalam penanganan keadaan darurat Bendungan Klego ada 5 (lima)
unsur yang terlibat langsung, yaitu :
1. Kementerian Pekerjaan Umum selaku Pemilik Bendungan.
2. Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana selaku Unit Pengelola
Bendungan.
3. Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah sebagai monitoring dan
evaluasi bendungan.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali beserta dinas terkait
sebagai pelaksana penanganan bencana.
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen beserta dinas terkait
sebagai pelaksana penanganan bencana.
Struktur Organisasi yang menangani Rencana Tindak Darurat
Bendungan Klego tersebut dapat dilihat pada Gambar V-1.

V.2. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB MASING-MASING ANGGOTA


PENGELOLAAN RTD BENDUNGAN KLEGO
V.2.1. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Selaku
Kepala Unit Pengelola Bendungan
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana memiliki tanggung
jawab penuh terhadap pelaksanaan RTD baik dalam kondisi
Abnormal sampai ke tingkat Awas.
1. Mengesahkan penyusunan Rencana Kerja tahunan beserta
anggaran untuk kegiatan Unit Pengelolaan Bendungan.
2. Menyiapkan pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan
dan bangunan pelengkapnya (bangunan pelimpah).

1
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

3. Membuat rencana kerja operasi dan pemeliharaan bendungan


beserta bangunan pelengkapnya.
4. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan operasi dan
pemeliharaan bendungan beserta bangunan pelengkapnya.
5. Menjelaskan bagian-bagian penting pedoman operasi dan
pemeliharaan bendungan dan bangunan pelengkapnya.
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan operasi dan
pemeliharaan bendungan beserta bangunan pelengkapnya.
7. Membuat estimasi kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan
bendungan beserta bangunan pelengkapnya.
8. Membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan operasi dan
pemeliharaan bendungan beserta bangunan pelengkapnya.
9. Mengkoodinir Tindak Darurat Bendungan dalam keadaan
bahaya.
10. Membantu BBWS Pemali Juana dalam pengendalian Tindakan
Darurat apabila bendungan memasuki tahapan bahaya.
11. Melaporkan kondisi bendungan kepada Bupati Boyolali dan
Gubernur Jawa Tengah apabila bendungan dalam kondisi
bahaya.
12. Memberikan masukan pencegahan kegagalan bendungan
kepada BBWS Pemali Juana beserta langkah-langkah
penanganannya.
13. Melakukan koordinasi dengan Bupati Boyolali dan Gubernur
Jawa Tengah yang daerahnya terkena dampak keruntuhan
bendungan.

V.2.2. Kepala Unit Pengelola Bendungan


1. Menyiapkan pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan
dan bangunan pelengkapnya (bangunan pelimpah,
teRowongan, intake irigasi, intake PLTA, hidro-elektromekanikal
dan lain-lain).
2. Membuat rencana kerja operasi dan pemeliharaan bendungan
beserta bangunan pelengkapnya.
3. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan operasi dan
pemeliharaan bendungan beserta bangunan pelengkapnya.

2
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

4. Menjelaskan bagian-bagian penting pedoman operasi dan


pemeliharaan bendungan dan bangunan pelengkapnya.
5. Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan operasi dan
pemeliharaan bendungan beserta bangunan pelengkapnya.
6. Membuat estimasi kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan
bendungan beserta bangunan pelengkapnya.
7. Membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan operasi dan
pemeliharaan bendungan beserta bangunan pelengkapnya.
8. Mengkoodinir Tindak Darurat Bendungan dalam keadaan
bahaya.

V.2.3. Koordinator Operasi


1. Mengoperasikan bendungan, bangunan pelimpah sesuai
dengan manual/ pola operasi waduk yang telah disepakati
antara pemangku kepentingan.
2. Melaporkan kepada atasan dan pemangku kepentingan bila
diprediksi akan terjadi penyimpangan terhadap pola operasi
waduk.
3. Melakukan rapat koordinasi (teknis) dalam rangka mengatasi
penyimpangan pola operasi waduk.
4. Melakukan operasi waduk dalam kondisi darurat, setelah
melaporkan kepada atasan dan berkoordinasi dengan
pemangku kepentingan.
5. Membuat laporan operasi bendungan dan bangunan
pelengkapnya sesuai ketentuan yang berlaku.

V.2.4. Koordinator Pemeliharaan


1. Melakukan pemeliharaan bendungan dan bangunan
pelengkapnya secara rutin, berkala, tahunan, inspeksi besar,
inspeksi keadaan darurat, sesuai dengan manual
pemeliharaan yang berlaku.
2. Melakukan inventarisasi bagian-bagian bendungan dan
bangunan pelengkapnya yang mengalami kerusakan dan perlu
perbaikan dan / atau penggantian.

3
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

3. Melakukan pemeliharaan waduk dan daerah sabuk hijau


sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Melakukan pemantauan dan tindakan pemeliharaan kondisi
perairan waduk terhadap pencemaran air (sampah, keramba,
limbah domestik, limbah industri).
5. Melakukan pemantauan laju sedimentasi yang masuk kedalam
waduk dan usulan pengendaliannya.
6. Membuat laporan pemeliharaan bendungan dan bangunan
pelengkapnya sesuai ketentuan yang berlaku.

V.2.5. Koordinator Monitoring dan Evaluasi


1. Melakukan pengamatan (pembacaan) seluruh peralatan
instrumentasi bendungan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Melakukan perawatan terhadap peralatan instrumentasi
bendungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Melakukan kalibrasi peralatan instrumentasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Melakukan inventarisasi kondisi peralatan instrumentasi.
5. Melakukan inventarisasi peralatan instrumentasi yang
memerlukan perbaikan atau penggantian.
6. Membuat laporan kegiatan pemantauan peralatan
instrumentasi.

V.2.6. Kepala Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah


1. Mengkoordinir pelaksanaan operasi waduk.
2. Membantu BBWS Pemali Juana dalam pengendalian Tindakan
Darurat apabila bendungan memasuki tahapan bahaya.
3. Melaporkan kondisi bendungan kepada Bupati Boyolali dan
Gubernur Jawa Tengah apabila bendungan dalam kondisi
bahaya.
4. Memberikan masukan pencegahan kegagalan bendungan
kepada BBWS Pemali Juana beserta langkah-langkah
penanganannya.

4
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

5. Melakukan koordinasi dengan Kepala BBWS Pemali Juana dan


Bupati Boyolali yang daerahnya terkena dampak keruntuhan
bendungan.

V.2.7. Bupati Boyolali selaku Pemegang Kendali Pengamanan di


Hilir, Perintah Evakuasi dan Pengakhiran Keadaan Darurat
1. Menetapkan Status Keadaan Darurat Bencana.
2. Memegang komando pengendalian di hilir bendungan bila
dalam keadaan bahaya.
3. Mengkoordinasikan dengan BPBD serta instansi terkait di
wilayahnya meliputi :
a. Kodim Boyolali dan Polisi Resort Boyolali
b. Unit Pelaksana Teknik Pemadam Kebakaran
c. Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah Boyolali
d. Palang Merah Boyolali
e. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
f. SAR Boyolali
g. NGO
h. SKPD Terkait lainnya
i. Stasiun Klimatologi dan Badan Meteorologi dan Geofisika
j. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
k. Swasta dan Lembaga Sosial lainnya
l. Penyiapan lokasi evakuasi
m. Penyiapan angkutan darat ke lokasi evakuasi
4. Dalam hal perlu dilakukan evakuasi, maka Bupati Boyolali
memerintahkan BPBD untuk evakuasi penduduk.
5. Melakukan perintah pengakhiran keadaan darurat.

V.2.8. Kepala BPBD Kabupaten Boyolali Selaku Koordinator Dalam


Persiapan Dan Pelaksanaan Evakuasi
Mempersiapkan dan melaksanakan evakuasi sesuai SOP BPBD
Kabupaten Boyolali.

5
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

V.2.9. Bupati Sragen selaku Pemegang Kendali Pengamanan di


Hilir, Perintah Evakuasi dan Pengakhiran Keadaan Darurat
1. Menetapkan Status Keadaan Darurat Bencana.
2. Memegang komando pengendalian di hilir bendungan bila
dalam keadaan bahaya.
3. Mengkoordinasikan dengan Badan KESBANGPOLLINMAS serta
instansi terkait di wilayahnya meliputi :
a. Kodim Sragen dan Polisi Resort Sragen
b. Unit Pelaksana Teknik Pemadam Kebakaran
c. Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah Sragen
d. Palang Merah Sragen
e. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
f. SAR Sragen
g. NGO
h. SKPD Terkait lainnya
i. Stasiun Klimatologi dan Badan Meteorologi dan Geofisika
j. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
k. Swasta dan Lembaga Sosial lainnya
l. Penyiapan lokasi evakuasi
m. Penyiapan angkutan darat ke lokasi evakuasi
4. Dalam hal perlu dilakukan evakuasi, maka Bupati Sragen
memerintahkan Badan KESBANGPOLLINMAS untuk evakuasi
penduduk.
5. Melakukan perintah pengakhiran keadaan darurat.

V.2.10. Kepala Badan KESBANGPOLLINMAS Kabupaten


Sragen Selaku Koordinator Dalam Persiapan Dan
Pelaksanaan Evakuasi
Mempersiapkan dan melaksanakan evakuasi sesuai SOP Badan
KESBANGPOLLINMAS Kabupaten Sragen.

V.2.11. Camat Diwilayah Kabupaten


1. Melakukan pemberitahuan kondisi darurat ke wilayah-wilayah
desa yang terkena dampak di daerah hilir bendungan Klego.

6
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

2. Memerintahkan perangkat kecamatan untuk melanjutkan


pemberitahuan ke desa-desa.
3. Memonitor perkembangan keadaan yang terjadi di wilayahnya.
4. Membantu penanganan tanggap darurat setelah terjadi
bencana.

V.2.12. Kepala Desa Diwilayah Kabupaten


1. Melakukan pemberitahuan kondisi darurat ke tingkat RT/RW di
desa-desa yang terkena dampak di daerah hilir bendungan
Klego, dengan fasilitas komunikasi yang ada seperti
kentongan, pengeras suara di masjid, dll.
2. Memerintahkan perangkat kelurahan untuk melanjutkan
pemberitahuan ke sekolah-sekolah dan unsur masyarakat
lainnya.
3. Memonitor perkembangan keadaan yang terjadi di wilayahnya.
4. Membantu penanganan tanggap darurat setelah terjadi
bencana.

V.3. MATRIK WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK TINGKAT


KONDISI SIAGA BENDUNGAN
A. Kondisi Waspada
1. Kepala Sub UPB Klego bertanggung jawab, sebagai berikut:
a. Melaporkan perkembangan kondisi bendungan kepada
Kepala UPB.
b. Mengadakan perbaikan yang bisa menghambat/
mencegah terjadinya keruntuhan bendungan.
c. Memonitor terus-menerus perkembangan kondisi.
2. Kepala UPB Klego mempunyai tanggung jawab sebagai
berikut:
a. Melaporkan perkembangan kondisi bendungan kepada
Kabid OPSDA BBWS Pemali Juana serta Kepala BBWS
Pemali Juana, Balai Bendungan di Jakarta.
b. Memonitor terus-menerus perkembangan kondisi.
c. Berkoordinasi dengan Stasiun Klimatologi dan Badan
Meteorologi dan Geofisika.

7
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

B. Kondisi Siaga
1. Kepala Sub UPB Klego bertanggung jawab atas :
Kegiatan untuk mengamankan bendungan dari keruntuhan.
2. Kepala UPB Klego bertanggung jawab atas :
a. Koordinasi di lapangan untuk terus berusaha
mengamankan bendungan dari keruntuhan.
b. Melaporkan kondisi bendungan kepada BBWS Pemali
Juana, dan selanjutnya Ka Balai BBWS Pemali Juana
memberikan informasi kepada Bupati Boyolali selaku
Kepala Daerah untuk siaga penuh dan evakuasi
penduduk di zona bahaya 1.
c. Koordinasi dengan BPBD Kabupaten Boyolali.
d. Berkoordinasi dengan Stasiun Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika.
e. Berkoordinasi dengan Bupati Boyolali cq Dinas PU
Kabupaten Boyolali. Dan selanjutnya Bupati Boyolali
memerintahkan BPBD untuk evakuasi penduduk yang
berada di wilayah zona bahaya 1.
3. Bupati Boyolali, bertanggung jawab atas :
Koordinasi dengan BPBD serta instansi terkait di wilayahnya
yang meliputi :
a. Distrik Militer dan Polisi Resort
b. Unit Pelaksana Teknik Pemadam
Kebakaran
c. Rumah Sakit
d. Tim Reaksi Cepat (TRC)
e. Organisasi Angkutan Daerah
f. Pelayanan Helikopter
g. Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika
h. Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informasi
i. Penyiapan lokasi evakuasi
j. Penyiapan angkutan darat ke lokasi
evakuasi

8
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Bupati Boyolali memerintahkan BPBD untuk evakuasi


penduduk yang berada di wilayah zona bahaya 1.
C. Kondisi Awas
1. Kepala Sub UPB Klego melaporkan kondisi AWAS kepada
Kepala UPB Klego.
2. Kepala UPB Klego melaporkan pada BBWS Pemali Juana dan
memberitahukan kondisi AWAS kepada BBWS Pemali Juana.
3. Kepala Balai BBWS Pemali Juana memberitahu Bupati
Sragen untuk evakuasi penduduk di zona bahaya 2.
4. Bupati Sragen, memerintahkan Badan KESBANGPOLLINMAS
(mengacu SK Badan KESBANGPOLLINMAS) untuk
mengevakuasi warga yang berada di zona bahaya 2 ke
tempat yang aman.
Matriks wewenang dan tanggung jawab untuk tingkat kondisi
bahaya dapat dilihat pada Tabel V1.

Tabel V-1 Matrik Wewenang dan Tanggung Jawab untuk


Tingkat Kondisi Siaga Bendungan
Siaga
Pelaksanaa
No Bendunga Kesiagaan Pengendali
n Evakuasi
n
1 Luar Biasa UPB di Lapangan UPB
2 Waspada UPB di Lapangan UPB
a. Di
BPBD siaga
Bendungan :
penuh atau jika
UPB
diperlukan Evakuasi
3 Siaga b. Di Hilir
evakuasi, maka : Zona 1
Bendungan :
BPBD melakukan
Bupati
evakuasi
Boyolali
4 Awas BPBD melakukan a. Di Evakuasi
evakuasi Bendungan : Zona 2
UPB

9
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Siaga
Pelaksanaa
No Bendunga Kesiagaan Pengendali
n Evakuasi
n
b. Di Hilir
Bendungan :
Bupati Sragen

V.4. ALUR PEMBERITAHUAN


Tindakan evakuasi/pengungsian dikoordinasi oleh Bupati setelah
mendapatkan pemberitahuan dari Kepala UPB ataupun Kepala
BBWS Pemali Juana, dan dilakukan oleh BPBD Kabupaten Boyolali
dan Badan KESBANGPOLLINMAS Kabupaten Sragen.
Prosedur pemberitahuan keadaan darurat dapat dilihat pada skema
Bagan Alir Pemberitahuan Keadaan Darurat. Pemberitahuan bisa
dilakukan melalui :
a. Radio Komunikasi : - dari lokasi waduk (Kantor
Koordinator Tim RTD di Kantor
Bendungan Klego),
- dari Kantor Ketua Tim RTD di
Kantor Bendungan Klego),
- dari Kantor Kepala UPB di Kantor
Bendungan Klego.
b. Telepon : - dari lokasi waduk (Kantor
Koordinator Tim RTD di Kantor
Bendungan Klego),
dari Kantor Ketua Tim RTD di
Kantor Bendungan Klego,
dari Kantor BBWS Pemali Juana,
dari Kantor Dinas PSDA Jawa
Tengah,
dari Kantor Pemerintah Daerah
Kabupaten Boyolali dan
Kabupaten Sragen serta Instansi
terkait,
- Dinas Informasi dan Komunikasi.

10
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

c. Handy Talky : - dari petugas O & P Bendungan


Klego ke Kantor Kelurahan untuk
mengumpulkan tenaga kerja.
d. Sirene/Pengeras Suara : - dari Kantor Bendungan Klego ke
masyarakat di hilir bendungan.
e. Kentongan : - dari Kantor Kecamatan/Kelurahan
ke warga setempat
f. RKPD, RRI & Radio Swasta : - dari Pemda kepada
masyarakat
Penyebarluasan informasi terjadinya bencana kepada masyarakat
luas dapat dilakukan melalui media cetak seperti koran, majalah
dan media elektronik seperti radio, televisi ataupun internet. Tabel
peringatan dini pada setiap kondisi bendungan dapat dilihat pada
Tabel V-2.
Instansi terkait segera melakukan tindakan sesuai tugasnya masing-
masing, dengan selalu mengadakan koordinasi dengan Pemerintah
daerah masing-masing.
Untuk penyampaian informasi kejadian bencana secara cepat,
akurat, tepat agar evaluasi dalam rangka tanggap darurat dan
pemulihan fisik terlaksana dengan baik, harus mengikuti standar
dan prosedur pelaporan bencana serta evaluasi dengan
menggunakan form-form pelaporan yang dijadikan pedoman di
lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian
Pekerjaan Umum.
Sistem pelaporan bencana runtuhnya bendungan dibedakan secara
lisan dan tertulis. Secara lisan dapat menggunakan peralatan
komunikasi radio, telepon, atau sejenisnya, sedangkan pelaporan
tertulis menggunakan form-form pelaporan yang sudah baku.
Disamping itu laporan kejadian bencana bendungan juga harus
disampaikan kepada :
1. Kepala Balai Bendungan
2. Direktur Bina OP, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Alur pemberitahuan keadaan darurat dapat dilihat pada Gambar V-
1, selain menggambarkan alur pemberitahuan kepada pejabat /
personil yang terkait pada keadaan darurat, juga dilengkapi dengan

11
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

nomor telepon kantor, nomor telepon rumah, nomor telepon seluler


sebagai sarana komunikasi untuk pemberitahuan kepada yang
bersangkutan pada keadaan darurat.

V.5. KOMUNIKASI
Sistem Komunikasi dipusatkan di Kantor Bendungan Klego (Dam
Office) meliputi telepon atau radio komunikasi yang terhubung
dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Komunikasi antara kantor O & P lapangan Bendungan Klego dengan
kantor pengelola bendungan di Dinas PSDA Jawa Tengah, serta
dengan Kantor Bupati Wilayah terdampak serta dengan instansi
terkait dilakukan dengan telepon atau dengan radio komunikasi.
Akses masuk Bendungan Klego bisa dilakukan dengan kendaraan
roda 4 sampai ke lokasi.

12
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

BAB VI
TENAGA LISTRIK, PERALATAN,
BAHAN DAN SARANA TRANSPORTASI

VI.1. UNTUK KEPERLUAN BENDUNGAN


VI.1.1. Bahan/Material
Bahan yang sering diperlukan untuk melakukan perbaikan
sementara terhadap kerusakan atau mengurangi tingkat keadaan
darurat antara lain: batu, kantong pasir, karung goni, cerucuk kayu
atau bambu, kawat bronjong dsb.
Di dalam Rencana Tindak Darurat Bendungan Klego peralatan dan
bahan disediakan oleh pemilik dan pengelola bendungan yang
disimpan oleh BBWS Pemali Juana.
Ketersediaan Peralatan dan bahan yang dimiliki pengelola
bendungan perlu diperiksa ulang pada setiap pemutakhiran
RTD Bendungan Klego.
Daftar nama dan alamat pemasok batu, kantong pasir,
cerucuk kayu atau bambu, kawat bronjong, dan lain-lain di
lengkapi dengan nama personil yang dapat dihubungi, nomor
telepon kantor/rumah dan handphone.

VI.1.2. Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan
bendungan Klego adalah: theodolit, dump truck, portable welding
equipment, alat pemotong rumput, generator, dozer, excavator,
crane dll. disiapkan oleh pemilik dan pengelola bendungan.

VI.1.3. Tenaga Listrik


Untuk mengelola Bendungan Klego tidak menggunakan sumber
tenaga listrik yang dipasok oleh PLN. Energi listrik hanya
dipergunakan untuk penerangan daerah permukiman disekitar
Bendungan Klego.

1
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

VI.1.4. Sarana Transportasi


Daftar nama dan alamat perusahaan transportasi, sewa kendaraan
dan pelayanan helikopter (jika ada), beserta kendaraan yang
dimiliki masing-masing perusahaan, lengkap dengan nama
personil yang dapat dihubungi, nomor telepon kantor/rumah dan
telpon genggam.

VI.2. UNTUK KEPERLUAN PENGUNGSIAN


VI.2.1. Bahan/Material
Diperlukan bahan papan dan tenda untuk keperluan tempat
tinggal sementara bagi pengungsi. Estimasi keperluan bahan
papan dan tenda tempat tinggal sementara adalah sebesar 1,5
m2/orang yang disediakan oleh BBWS Pemali Juana.

VI.2.2. Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam rangka pengungsian antara lain
dozer,cangkul, sekop dll untuk menyiapkan/meratakan ruang
tempat didirikannya tenda-tenda tempat berteduh sementara bagi
pengungsi yang disediakan oleh Unit Pengelola Bendungan Klego.

VI.2.3. Tenaga Listrik


Tempat pengungsian biasanya berada ditanah lapang yang luas,
berada ditempat ketinggian dan biasanya tidak tersedia jaringan
listrik dari PLN. Guna memasok listrik untuk sarana penerangan
diperlukan Generator Listrik yang disediakan oleh Unit Pengelola
Bendungan Klego.

VI.2.4. Sarana Transportasi


Daftar nama dan alamat perusahaan transportasi, sewa kendaraan
dan pelayanan helikopter (jika ada), beserta kendaraan yang
dimiliki masing-masing perusahaan, lengkap dengan nama
personil yang dapat dihubungi, nomor telepon kantor/rumah dan
telpon genggam.

2
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Perbandingan kapasitas alat transportasi yang ada dengan yang


dibutuhkan terlihat pada Tabel VI-1.

VI.2.5. Perkiraan Kebutuhan Biaya Pengungsian


Untuk kelangsungan hidup para pengungsi, perlu disediakan
kebutuhan dasar yaitu berupa ruang untuk berteduh (papan),
bahan makanan (beras), lauk pauk dan air minum.
Di bawah ini adalah standar minimum kebutuhan dasar yang
dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup :
1. Beras : 0.4 Kg/Orang
2. Laukpauk : 1 Paket/Orang
3. Air Bersih : 10 Liter/Orang
4. Selimut : 1 Buah/Orang
5. Obatobatan : 1 Set/Orang
6. Tenda : 1,5 m2/Orang
Asumsi harga satuan kebutuhan dasar yang dipergunakan adalah :
1.
Beras : Rp 9.000,/Kg
2.
Laukpauk : Rp 5.000,/Kg
3.
Air Bersih : Rp 5.000,/Liter
4.
Selimut : Rp 25.000,/Buah
5.
Obatobatan : Rp 10.000,/Set
6.
Tenda : Rp 55.000/m2
Dengan mempergunakan standar minimum kebutuhan dasar
tersebut di atas, maka diperkirakan kebutuhan dasar pengungsi
dapat dilihat pada Tabel berikut. Terlampir. Estimasi kebutuhan
pengungsian dan estimasi biaya pengungsian dapat dilihat pada
Tabel VI-2.

VI.2.6. Kesehatan Masyarakat


Kesehatan para pengungsi juga perlu mendapat perhatian,
mengingat bahwa jumlah pengungsi akibat Banjir Klego. Karena
biasanya para pengungsi tidak menghiraukan kesehatannya dan
rawan terhadap penyakit.

3
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

Perhatian khusus perlu diberikan pada penyandang cacat, maupun


pengungsi dalam usia 0 15 tahun serta umur diatas 60 tahun.
Hal ini disebabkan, bahwa golongan umur diatas lebih rentan
terhadap penyakit.
Sebagai upaya pencegahan berkembangnya penyakit diantara
para pengungsi, maka perlu dilakukan upaya pencegahan antara
lain :
1. Pengadaan air bersih.
2. Menjaga kebersihan makanan.
3. Sanitasi lapangan dengan penyediaan fasilitas pembuangan
sampah maupun MCK

4
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

BAB VII
PENGAKHIRAN KEADAAN DARURAT
DAN TINDAK LANJUT

VII.1. PENGAKHIRAN KEADAAN DARURAT


VII.1.1. Pengakhiran Keadaan Darurat Pada Bendungan
Kondisi keadaan darurat di bendungan merupakan tanggung jawab
pengelola bendungan , oleh karena itu pengakhiran keadaan
darurat bagi Bendungan Klego juga harus dinyatakan oleh
pengelola bendungan dalam hal ini oleh BBWS Pemali Juana.
Keadaan darurat pada bendungan dinyatakan berakhir, jika
bendungan dan bangunan penunjangnya sudah dilakukan
perbaikan seperlunya, tidak ada lagi gejala bahwa air waduk akan
berusaha keluar dalam jumlah yang cukup membahayakan, dan
keadaan keseluruhan bendungan telah dinyatakan cukup aman
oleh Balai Bendungan.
Apabila bendungan sudah dinyatakan aman, maka Pengelola
Bendungan dalam hal ini BBWS Pemali Juana harus memberitahu
ke Gubernur Jawa Tengah bahwa keadaan darurat bendungan
sudah berakhir.

VII.1.2. Pengakhiran Keadaan Darurat Pada Hilir Bendungan


Pengakhiran keadaan darurat di daerah hilir bendungan
dinyatakan oleh Bupati Boyolali dan Bupati Sragen. Keadaan di hilir
sudah cukup layak untuk ditemBoyolali kembali, jika :
1. Air waduk sudah tidak lagi mengeluarkan air dalam jumlah
yang cukup besar / membahayakan, dimana hal ini telah
dinyatakan aman oleh Balai Bendungan melalui BBWS Pemali
Juana sebagai pihak Pengelola Bendungan.
2. Air yang menggenang di daerah tersebut telah surut dengan
kedalaman dibawah 0,60 m, dan telah dilakukan

1
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

perbaikan/pembersihan sehingga sudah tidak membahayakan


lagi untuk dihuni.
Pengakhiran Keadaan Darurat ini harus disepakati oleh Pihak
Pengelola Bendungan Klego, Gubernur Jawa Tengah, Bupati
Boyolali, Bupati Sragen dan Dinas terkait. Berita ini harus disiarkan
secara resmi kepada masyarakat melalui media massa seperti
Radio, Televisi ataupun Media Cetak.
Bagan alir pengakhiran keadaan darurat Bendungan Klego dapat
dilihat pada Gambar VII-1.

VII.2. TINDAK LANJUT KEADAAN DARURAT


Setelah keadaan darurat siaga bendungan dinyatakan berakhir,
maka diteruskan dengan pertemuan berikutnya yang dihadiri oleh
instansi-instansi terkait. Dalam pertemuan tersebut dibahas
mengenai tindakan yang perlu dilakukan selanjutnya, dengan pokok
pembahasan antara lain :
1. Kegiatan perbaikan prasarana yang rusak yang perlu
dilakukan penanganan segera.
2. Perbaikan terhadap kelemahan yang menyangkut prosedur
dalam segi kegiatan, pengenalan, peralatan pendukung, tenaga
kerja serta aspek manajemen pengendalian RTD.
3. Peningkatan kemampuan untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi keadaan darurat yang serupa dimasa mendatang.
4. Persiapan penyusunan laporan bencana.
Hasil risalah pertemuan setelah berakhirnya keadaan darurat perlu
disebarkan ke instansiinstansi terkait, dan dimasukkan dalam
Laporan Kegiatan Sesudah Pengakhiran Keadaan Darurat
yang akan digunakan dalam memperbaiki Panduan Rencana Tindak
Darurat yang akan datang.

2
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

BAB VIII
SOSIALISASI, PELATIHAN, DAN
PEMUTAKHIRAN RTD

VIII.1. SOSIALISASI
Sosialisasi Rencana Tindak Darurat Bendungan Klego dilakukan
terhadap unsur masyarakat yang terkena potensi resiko banjir
akibat keruntuhan bendungan. Sosialisasi harus dilakukan secara
hati-hati untuk menghindari timbulnya keresahan masyarakat.
Sebelum penyampaian materi Rencana Tindak Darurat ini, kepada
para peserta sosialisasi juga perlu dijelaskan garis besar materi
Pengaturan dan Konsepsi Keamanan Bendungan untuk memberi
pemahaman mengenai latar belakang yang mendasari perlunya
disusun Rencana Tindak Darurat Bendungan Klego.

VIII.2. PELATIHAN
Simulasi diperlukan untuk pemahaman bersama antara pengelola
Rencana Tindak Darurat Bendungan Klego, personil bendungan dan
rakyat yang terkena dampak akibat runtuhnya Bendungan Klego.
Simulasi dimaksudkan agar seluruh personil/masyarakat benar-
benar memahami elemen-elemen rencana tindak darurat dan
memahami tugas serta tanggung jawab masing-masing, sehingga
terwujud pengertian bersama dalam suatu koordinasi aktif secara
baik.
Simulasi kepada petugas bendungan harus mencakup identifikasi
dan evaluasi masalah, interpretasi hasil pemantauan instrumentasi
yang tidak biasa, simulasi tanggap darurat khusus yang terjadi
akibat keruntuhan bendungan, dan tindakan pencegahan/perbaikan
(darurat) bendungan.
Simulasi harus berdasarkan pada kondisi nyata lapangan dan
keadaan yang diskenariokan. Dengan Simulasi akan meningkatkan
pemahaman dan kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat

1
RENCANA TINDAK DARURAT BENDUNGAN KLEGO

yang sebenarnya bila terjadi keadaan darurat. Sehingga petugas


dan masyarakat luas mengerti dan lebih memahami serta memiliki
kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat bila terjadi keruntuhan
bendungan.
Program Simulasi tidak dapat dipisahkan dari simulasi tanggap
darurat, pengalaman, temuan, dan hal baru yang didapat selama
Simulasi digunakan sebagai acuan untuk penyempurnaan (berkala)
Rencana Tindak Darurat yang akan datang. Simulasi perlu dilakukan
setiap 2 tahun, dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali dan Badan Kesatuan Bangsa
Politik Perlindungan Masyarakat (KESBANGPOLLINMAS) Kabupaten
Sragen.

VIII.3. PEMUTAKHIRAN RTD


Pemutakhiran atau revisi berkala dari Rencana Tindak Darurat perlu
dilakukan, untuk memperbaiki bila terjadi perubahan keadaan di
bagian hilir bendungan, juga apabila terjadi perubahan pada
pelaksana RTD yang terkait (termasuk nama, alamat dan nomor
telepon). Jika ada perubahan pelaksana RTD, baik itu perubahan
struktur organisasi, maupun alamat dan nomor telepon harus
dilaporkan pada Unit Pengelola Bendungan kemudian melakukan
revisi pada Lampiran dan selanjutnya menginformasikan kepada
semua instansi terkait.
Rencana Tindak Darurat ini harus dievaluasi secara berkala satu
tahun sekali, jika terjadi perubahan keadaan daerah hilir Bendungan
Klego. Setelah jangka waktu lima tahun Rencana Tindak Darurat
harus dikaji ulang secara menyeluruh.
Setiap revisi Rencana Tindak Darurat, semua pejabat dan personil
yang terkait dengan kegiatan Rencana Tindak Darurat harus secara
resmi diberitahu dan diberi salinan dokumennya oleh Unit Pengelola
Bendungan.

Anda mungkin juga menyukai