MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Disusun oleh:
Subagyo
Kata Pengantar
Buku ini juga tidak membahas asas-asas, termasuk prinsip
pertanggungjawaban khusus oleh pelaku usaha yang
biasa diistilahkan sebagai strict liability dengan sistem
pembuktian terbalik (pelaku usaha dibebani untuk
membuktikan dirinya tidak bersalah), sebab buku ini bukan
merupakan materi pembahasan akademis.
Buku ini lebih pada tujuan untuk dijadikan panduan dalam
memahami materi-materi tertentu Undang-undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU No. 8/
1999).
Meski buku ini juga tidak memuat ketentuan hukum acara
sengketa
perlindungan
konsumen,
sedikit
saya
informasikan bahwa hukum acara sengketa (perdata)
perlindungan konsumen mengenal pemilihan acara: boleh
melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
atau boleh juga memilih gugatan melalui Pengadilan
Umum (Pengadilan Negeri), sebagaimana ditentukan
dalam pasal 45 UU No. 8 / 1999.
Jika penyelesaian sengketa melalui pengadilan maka
berlaku hukum acara perdata yang berlaku di Pengadilan
Umum (pasal 48). Tetapi jika penyelesaiannya melalui
BPSK maka berlaku hukum acara khusus berdasarkan
pasal 54 sampai dengan pasal 58 UU No. 8 / 1999 dengan
alur: BPSK Pengadilan Negeri Mahkamah Agung
(tanpa melalui Pengadilan Banding).
Semoga buku ini bermanfaat.
Surabaya, Oktober 2010
Penulis / penyusun
Subagyo
Dalam
A.
B.
C.
i.
kegiatan
3
D.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
informasi
Pelaku
usaha
dilarang
menawarkan,
mempromosikan atau mengiklankan suatu barang
dan/atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam
waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha
tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya
sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan,
dipromosikan, atau diiklankan (pasal 12).
Pelaku
usaha
dilarang
menawarkan,
mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang
atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian
hadiah berupa barang atau jasa lain secara cumacuma dengan maksud tidak memberikannya atau
memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya.
(merencanakan kebohongan). (pasal 13 ayat 1).
Pelaku
usaha
juga
dilarang
menawarkan,
mempromosikan atau mengiklankan obat, obat
tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan
jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan
pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain.
(pasal 13 ayat 2).
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau
jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dengan
memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang
untuk: tidak melakukan penarikan hadiah setelah
batas waktu yang dijanjikan; mengumumkan
hasilnya tidak melalui media masa; memberikan
hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai
hadiah yang dijanjikan. (pasal 14)
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau
jasa dilarang melakukan dengan cara pemaksaan
atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan
baik fisik maupun psikis terhadap konsumen. (pasal
15).
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau
jasa melalui pesanan dilarang untuk: tidak menepati
8
E.
d.
e.
f.
g.
h.
10
F.
13
G.
Sanksi Hukum
Sanksi Administratif
Badan
penyelesaian
sengketa
konsumen
berwenang menjatuhkan sanksi administratif
terhadap pelaku usaha yang melanggar pasal 19
ayat 2 dan ayat 3, pasal 20, pasal 25, dan pasal 26.
Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi
paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah). (pasal 60).
-
Sanksi Pidana
Pasal 62 UU No. 8 / 1999 memuat ketentuan sanksi
pidana, dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
dari sudut pandang kekhususan sanksinya, yaitu:
1. Sanksi pidana berdasarkan hukum pidana
khusus yang ditentukan dalam UU No. 8 / 1999.
(pasal 62 ayat 1 dan 2)
2. Sanksi yang tunduk pada ketentuan hukum
pidana lainnya (di luar UU No. 8 / 1999. (pasal
62 ayat 3), yaitu: terhadap pelanggaran yang
14
H.
(3)
(4)
(5)
Pengawasan
Pasal 30 UU No. 8 / 1999 menentukan:
(1) Pengawasan
terhadap
penyelenggaraan
perlindungan konsumen serta penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangannya
diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat,
dan
lembaga
perlindungan
konsumen
swadaya masyarakat.
(2) Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Menteri dan/atau menteri teknis terkait.
(3) Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat
dilakukan terhadap barang dan/atau jasa yang
beredar di pasar.
(4) Apabila hasil pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ternyata menyimpang
dari peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan membahayakan konsumen,
Menteri dan/atau menteri teknis mengambil
21
(5)
(6)
22
23