Anda di halaman 1dari 37

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

9.1.Kajian Teknis Fasilitas Excisting Sistem Penyediaan


Air Baku
9.1.1. Kondisi Existing
Fasilitas Existing Sistem Penyediaan Air Baku oleh masyarakat akan
diuraikan menurut daerah/pulau yang ada mengingat keterkaitan dengan
kondisi pulau-pulau tersebut.
A. Pulau Kahakitang
Pulau Kahakitang merupakan pulau yang
terbesar di kecamatan Tatoareng, dengan luas
13,2 km2, dimana dipulau ini terletak Ibukota
Kecamatan Tatoareng.
Di pulau ini

terdapat 3 desa dimana dua

desa diantaranya merupakan desa persiapan


yaitu : Desa Behongan (Ibukota Kecamatan),
Desa Dalako-Bombanehe, dan Desa BatusaikiTaleko. Kedua desa terakhir ini merupakan desa
persiapan.
Desa Behongan terdiri atas dua kampung yang didiami oleh penduduk
yaitu Soa Behongan dan Sowang. Di desa Behongan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan airnya dengan menggunakan bak penampungan
yang ada dimasing-masing rumah. Selain itu pula, di desa ini terdapat
beberapa sumur dangkal yang debit airnya sangat kecil.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Saat ini di Behongan sedang dibangun beberapa fasilitas seperti Ruang


Rawat Inap dari Puskesmas Pembantu, Rumah Dokter, dan Rumah Dinas
Camat, serta akan dibangun Home stay yang merupakan program dari
Departemen

Perikanan

dan

Kelautan

yang

bekerjasama

dengan

Departemen Budaya dan Pariwisata serta Pemerintah Daerah Kabupaten


Kepulauan Sangihe guna pengembangan daerah ini sebagai daerah
Pariwisata Bahari.
Di kampung Soa Behongan masyarakat memenuhi kebutuhan airnya
dari tampungan air hujan untuk kebutuhan makan dan minum, sedangkan
untuk mandi dari sumur dangkal yang dikampung tersebut. Sedangkan
untuk kampong Sowang, masyarakat memenuhi kebutuhan airnya dari
sumur-sumur dangkal dan tampungan air hujan. Namun di daerah ini
terdapat mata air Ake Katuang atau juga disebut mata air Kelee karena
terletak di daerah yang dinamai Kelee.

Gambar 9.1. Sumber air masyarakat existing berupa Bak Penampungan air Hujan dan
Sumur di Desa Behongan

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Gambar 9.2. Sumber air masyarakat yang belum dimanfaatkan Yaitu Mata Air Kelee dan
Mata air Lewae

Seperti halnya Desa Behongan, Desa Batusaiki-Taleko terdiri dari 2


kampung yang berjauhan dan berbeda daerah tangkapan air yaitu
kampung Batusaiki dan kampung Taleko, dimana Kampung Batusaiki
terletak didataran rendah (hanya sebagian kecil yang dipebukitan)
sedangan Kampung Taleko sebagian besar terletak di dataran tinggi
(dipebukitan). Di Batusaiki masyarakat memenuhi kebutuhan airnya dari
sumur yang terletak ditengah kampong yang juga sering digunakan oleh
masyarakat dari Pulau Kalama dan Mahangetang apabila ketersediaan air
di

pulau-pulau

tersebut

sudah

habis.

Sedangkan

Kampung

Taleko

memenuhi kebutuhan airnya dari tampungan air hujan yang terdapat


dirumah masing-masing penduduk.

Gambar 9.3. Sumur Batusaiki

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Seperti halnya dengan desa lainn di pulau Kahakitang, untuk Desa


persiapan Dalako-Bombanehe, dimana kebutuhan airnya sebagian besar
didapatkan dari tampungan air hujan, dan untuk kebutuhan cuci digunakan
sumur dangkal dimana jika dalam keadaan pasang akan payau karena
terletak ditepi pantai

Gambar 9.4. Sumur Bombanehe (Makurese) hanya digunakan untuk cuci

B. Pulau Para
Pulau

ini

merupakan

daearah

paling

selatan dari wilayah studi, dimana jumlah


penduduk sebanyak 1.875 jiwa dengan dua
desa yaitu Paralelle dan Apelawo. Pulau ini pula
terletak paling berdekatan dengan Kepulauan
Siau.
Sumber

air

yang

diguanakan

oleh

masyarakat di desa Paralelle adalah :


- Tampungan air hujan
- Sumur
- Mata air (khusus untuk desa Apelawo)

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Di Paralelle terdapat beberapa sumur yang digunakan untuk kebutuhan


makan dan minum serta khusus untuk mandi dan cuci.
Dari hasil uji kualitas air didapatkan hasil bahwa air-air tersebut
memiliki kadar CaCO3 yang tinggi atau dengan kata lain memiliki
kesadahan yang tinggi.

Gambar 9.5. Sumur di Paralelle yang digunakan untuk minum

Gambar 9.6. Sumur di Paralelle yang digunakan untuk Mandi dan cuci

C. Pulau Kalama
Pulau

Kalama

merupakan

salah

satu

penyumbang PAD yang besar bagi Kabupaten


Kepulauan Sangihe. Hal ini disebabkan terdapat
sarang burung wallet yang setiap panennya
menghasilkan sekitar 70 kg sarang burung
wallet,

selain

itu

pula

masyarakat

Kalama

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

mendapatkan

penghasilan

terbesar

berbeda

dengan pulau lain di kecamatan Tatoareng yaitu


dari hasil tanaman Cengkeh.
Sumber air tawar di pulau ini berada
sangat jauh dengan pemukiman penduduk, sumber air tawar yang ada di
pulau inipun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat saat air laut surut,
karena jika air laut pasang, maka mata air ini akan tertutup oleh air laut
atau pada keadaan panas yang berkepanjangan masyarakat pergi ke
Batusaiki

(Kahakitang),

sehingga

untuk

memenuhi

kebutuhan

air

penduduk, sebagian besar dari tampungan air hujan.


D. Pulau Mahangetang,
Pulau Mahangetang merupakan pulau
yang paling kecil dari antara pulau-pulau yang
berada

dilokasi

studi.

Namun

pulau

ini

merupakan yang paling parah ketersediaan


airnya

bagi

masyarakat,

dimana

seluruh

masyarakat memenuhi kebutuhan akan airnya


dari tampungan air hujan atau pergi kepulau
lain untuk mengambil air.
Berdasarkan informasi dari Kapitalau, bahwa banyak masyarakatnya
menderita penyakit ginjal. Hal ini dimungkinkan mengingat tangkapan air
hujan (atap rumah dari seng) sebagian besar sudah terjadi korosi.
Masyarakat sudah mencoba untuk menggali sumur, namun karena
struktur lapisan tanahnya mengandung batuan yang besar dan banyak,
maka sangat sulit dilakukan penggalian secara manual.
Disisi lain Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe mencanangkan
Pulau ini sebagai daerah pariwisata karena memiliki Gunung Api bawah
laut. Juga penataan desa ini lebih baik dibandingkan desa lain diwilayah
studi.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Gambar 9.7. Promosi Pariwisata Bahari

E. Pulau Batunderang
Pulau Batunderang merupakan satu-satunya
pulau dari kecamatan ini yang masuk dalam wilayah
studi. Dipulau ini terdapat beberapa sumber air baik
itu

digunakan

oleh

masyarakat

umum

maupun

pribadi. Yang menjadi masalah di pulau ini adalah


sistim

penyaluran

air

dari

mata

air

ke

bak

penampungan yang masih menggunakan bamboo


yang dibelah dua.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Gambar 9.8. Sistem Jaringan Air Existing Pulau Batunderang

9.1.2. Perumusan Masalah


Dari kondisi existing yang ada, maka dapat dirumuskan masalah
yang ada di wilayah studi adalah sebagai berikut :
Tabel 9. 1. Perumusan Masalah
a. Pulau Kahakitang
Desa

Kelebihan

Kelemahan

Ibu kota Kecamatan Tatoareng


Memiliki beberapa sumur sebagai
sumber air
Perumahan
penduduk
dataran rendah
Behongan

pada

Sedang dibangun Ruang Rawat


Inap Puskesmas Pembantu Kec.
Tatoareng, Rumah Dinas Dokter,
Rumah
Dinas
Camat,
dan
Rencana
Pengembangan
Pariwisata
Bahari
dengan
membuat Home stay.

DalakoBembanehe

Batusaiki-Taleko

Memiliki beberapa sumur sebagai


sumber air dengan debit air

Memiliki
lindongan/kampung
yang berjauhan dan tidak dalam
satu daerah tangkapan air.
Bak Tangkapan Air Hujan sudah
tua dan banyak yang kotor
Jarak dengan mata air Kelee
jauh kurang lebih 1,5 km dan
ketinggian
mata
air
jauh
dibawah (+12,97m) sedangkan
puncak bukit terendah +33 m.
Panjang daratan antara teluk
dimana Soa Behongan dan teluk
dimana
akan
dikembangkan
pariwisata bahari 205 m
sehingga sangat riskan jika
menggunakan air tanah sebagai
sumber air.
Kualitas Air dari sumur dangkal
mempunyai kesadahan yang
tinggi dengan debit air yang
sangat kecil
Memiliki
lindongan/kampung
yang berjauhan dan tidak dalam
satu daerah tangkapan air.
Hanya memiliki sumur sumber
air hanya pada daerah Makurese
dan Memaneke/Akuriang yang
kualitas
air
yang
memiliki
kesadahan yang tinggi
Bak Tangkapan Air Hujan sudah
tua dan banyak yang kotor
Perumahan penduduk ada yang
dibukit dan sumber air berada di
tepi pantai.
Memiliki
lindongan/kampung
yang berjauhan dan tidak dalam

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

0,266
liter/detik
Kampung Batusaiki

berada

di

satu daerah tangkapan air.


Bak Tangkapan Air Hujan di
Taleko sudah tua dan banyak
yang kotor
Beberapa perumahan penduduk
berada dibukit.
Debit air sumur di Taleko sangat
kecil dan payau.
Sebagian besar rumah penduduk
berada
dibukit/dataran
yang
tinggi.
Struktur tanah berbatu

b. Pulau Para
Desa

Kelebihan
Memiliki beberapa sumur sebagai
sumber air dengan debit 0,18
liter/detik dan 0,16 liter/detik

Paralelle

Apelawo

c. Pulau Mahangetang
Desa
Kelebihan
Penataan Kampung yang baik
Soa
Mahangetang

Enematiang

Sebagai sasaran objek wisata


gunung api bawah laut oleh
pemerintah
Kabupaten
Kepulauan Sangihe

Kelemahan
Memiliki
lindongan/kampung
yang berjauhan dan tidak dalam
satu daerah tangkapan air.
Bak Tangkapan Air Hujan sudah
tua dan banyak yang kotor
Kualitas Air dari sumur memiliki
kesadahan yang tinggi.
Beberapa perumahan penduduk
berada dibukit.
Mata air Aketuwo memiliki debit
air yang sangat kecil
Tidak
terdapat
sumber
air
lainnya selain bak penangkapan
air hujan
Berbeda daerah tangkapan air
dengan desa Paralelle
Bak Tangkapan Air Hujan sudah
tua dan banyak yang kotor

Kelemahan
Tidak terdapat sumber air lain
selain Bak Penangkap Air Hujan
Bak Tangkapan Air Hujan sudah
tua dan banyak yang kotor, Atap
seng sebagai pengkap air hujan
sudah banyak yang mengalami
korosi
Struktur tanah berbatu
Berbeda daerah tangkapan air
dengan Soa Mahangetang.
Memiliki sumur sumber air

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

lainnya selain bak penangkapan


air hujan namun berair payau
Struktur tanah berbatu

d. Pulau Kalama
Desa
Kelebihan
Penataan Kampung yang baik

Soa Kalama

Terdapat sarang burung wallet


yang merupakan salah satu
sumber PAD yang besar bagi
Kabupaten Kepulauan Sangihe.

e. Pulau Batunderang
Desa
Kelebihan
Terletak dekat dengan
Sangihe Besar

Pulau

Sudah dialiri oleh listrik dari PLN


Batunderang

Memiliki beberapa sumber air


(mata air) baik yang dimiliki
pribadi maupun untuk umum.
Dengan debit air 0,16 liter/detik,
0,196 liter/detik, 0,243 liter/detik,
dan 0,264 liter/detik

Kelemahan
Sumber air lain jauh dan di tepi
pantai, jika air pasang mata air
ini akan tertutup oleh air laut.
Selain itu tidak terdapat sumber
air lain selain Bak Penangkap Air
Hujan
Bak Tangkapan Air Hujan sudah
tua dan banyak yang kotor, Atap
seng sebagai pengkap air hujan
sudah banyak yang mengalami
korosi
Struktur tanah berbatu

Kelemahan
Saluran air dari mata air ke bak
penampungan
terbuat
dari
bamboo yang sudah tua
Ada mata air yang belum
dimanfaatkan untuk masyarakat
umum
Kualitas
Air
baik
walau
mempunyai nilai BOD yang
melebihi ketentuan baku mutu

Faktor Lain:
Kondisi wilayah
Biaya Dan Metode Pelaksanaan

9.2.Sistem Penyediaan Air Baku

9.2.1. Konsep Sistem Penyediaan Air Baku


Konsep Sistem penyediaan air baku disajikan dalam bentuk skema (gambar
9.9).

Sumb
er Air

Kuantitas /
Ketersediaan
Air

Alternatif Sistem
Penyediaan Air
Baku

Sistem
penyediaan air
baku usulan

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO
Potensi
Sumber
Air

Kebutuhan air
penduduk

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Gambar 9. 9. Skema Konsep Penyediaan Air Baku

Dalam proses pemilihan sumber air maupun alternatif penyedia air


baku sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka konsultan menerapkan
langkah-langkah sebagai berikut :

Melakukan kajian dan analisis terhadap sumber-sumber air yang telah


diidentifikasi dan diinventarisasi. Apabila dari hasil kajian ternyata
kebutuhan air masyarakat telah dapat terlayani secara menyeluruh,
maka konsultan tinggal merekomendasikan sistem penyediaan air
baku yang akan direncanakan dalam rangka efisiensi dan efektifitas
penggunaanya.

Apabila dari hasil kajian tersebut, ternyata sumber air yang ada belum
dapat melakukan suplai secara menyeluruh, maka perlu dilakukan
investigasi potensi sumber air yang tersedia di wilayah tersebut. Ruang

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

lingkup pekerjaan yang perlu dilakukan pada bagian ini adalah


investigasi

potensi

sumber

air

dan

merekomendasikan

sistem

penyediaan air baku.

Untuk kasus khusus (sesuai dengan yang dijumpai di wilayah studi)


dimana belum tersedia sumber air, maka konsultan perlu mencari
alternatif-alternatif sumber air baik melalui sumber-sumber air yang
dapat dimanfaatkan maupun melalui investigasi potensi sumber air.

A. Beberapa Alternatif Sistem Penyediaan Air Baku


Dari masalah yang ada di lokasi studi, maka dapat diberikan beberapa
alternative untuk pemecahannya yaitu :
1.

BANGUNAN

AKUIFER

BUATAN

DAN

SIMPANAN

AIR

HUJAN

(ABSAH)
Bangunan ABSAH (Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan) (gambar
9.10.) adalah bangunan penyediaan air baku mandiri yang terlepas dari
sistem penyediaan air umum. Bangunan ini dibuat dengan memanfaatkan
air hujan, yang dialirkan dari talang atap bangunan ke dalam akuifer atau
lapisan air tanah buatan (yaitu kerikil, pasir, hancuran bata merah, arang,
sedikit batugamping, pasir laut jika ada, ijuk dan bantalan-bantalan pasir),
yang kemudian disimpan di dalam reservoir, dan merupakan modifikasi
terhadap bangunan PAH (Penampung Air Hujan).

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Gambar 9.10. Bangunan Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan (ABSAH)

Bangunan penampung air hujan (PAH) saat ini masih berukuran kecil
dengan kualitas air yang miskin mineral, dan kadang-kadang sering retak
akibat tidak adanya sistem pembasahan yang menerus terhadap bahan
bangunannya.
Dengan curah hujan yang tinggi dan dengan penguapan alami yang
bisa ditiadakan untuk skala lokal, maka volume air hujan yang dikumpulkan
bisa diperbesar asalkan bangunan penangkap air hujan yaitu atap
bangunan luasnya juga diperbesar dan cukup memadai. Dalam bangunan
ABSAH,

ukuran

resevoir

penyimpan

air

hujan

disesuaikan

dengan

melakukan perhitungan neraca hidrologi (mass curve analysis), dengan


memperhatikan besar curah hujan dan luas atap bangunan. Kualitas air
yang diperoleh bisa ditingkatkan mutunya, dan konstruksi bangunan dibuat
tahan terhadap retakan.
Bangunan ABSAH merupakan bangunan kombinasi yang terdiri dari:
a.

bak pemasukan air dengan penyaringan bantalan air

b.

bak pengambilan air dengan penyaringan bantalan pasir

c.

bak akuifer buatan yang berisi material berupa pasir, pasir laut, kerikil,
hancuran bata merah, arang, kapur dan bantalan pasir serta ijuk

d.

bak penyimpan air atau reservoir.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Fungsi masing-masing bagian bangunan kombinasi ini adalah sebagai


berikut:
a.

fungsi akuifer buatan adalah sebagai filter dan penambah mineral


melalui kontak air dengan butiran material akuifer yang diusahakan
selama mungkin, dengan memperpanjang waktu perlintasan air

b.

fungsi bak penyimpan air adalah untuk menampung air yang lebih
bersih dari air aslinya

c.

fungsi bak pemasukan air adalah untuk memasukan air yang


tertangkap oleh atap bangunan melalui talang yang selanjutnya air
mengalir melalui akuifer buatan dan tertampung di bak tampungan

d.

fungsi bak pengambil air adalah untuk mengambil air dengan


menggunakan berbagai cara, misalnya menggunakan ember dan
kerekan atau pompa berkapasitas kecil.

Lokasi yang paling sesuai untuk bangunan ABSAH ini antara lain:
a.

daerah kering karena faktor iklim

b.

daerah sulit air karena faktor geologi, yakni di daerah lolos air seperti
daerah batu gamping karst

c.

pulau-pulau

kecil

yang

mengalami

kesulitan

air

atau

perlu

penambahan air dari sistem yang ada


d.

daerah berair asin dan payau

e.

daerah yang kualitas airnya tidak bisa dipakai untuk keperluan tertentu
(misalnya air mengandung konsentrasi Fe atau Mn yang tinggi)

f.

daerah bergambut atau berawa

g.

kelompok tempat tinggal di daerah puncak-puncak bukit

h.

kelompok tempat tinggal di daerah di mana sistem penyediaan air


tidak ada atau kurang memadai atau yang sering mengalami
kerusakan

i.

kelompok tempat tinggal yang sangat scattered atau terpencarpencar;


dan masih banyak lagi untuk keperluan lainnya.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

DDRAFT FINAL REPORT

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

Persyaratan umum penerapan antara lain:


a.

tersedia bangunan penangkap air hujan seperti atap bangunan atau


lahan miring, yang di plester kedap

b.

dimensi kolam penampung didasarkan atas perhitungan seperti untuk


desain waduk tampungan dengan masukan berupa curah hujan kali
luas bangunan penangkap hujan, dan keluaran berupa pengambilan air
oleh pemakai. Faktor penguapan boleh diabaikan atau diperhitungkan
berdasarkan persen terhadap curah hujan
Bangunan akuifer dan bak penampung dibuat tertutup, sehingga tidak

terjadi penguapan. Bagian yang boleh terbuka hanya bagian bak pengambil
air. Tutup berupa plat-plat beton dengan ukuran yang memungkinkan untuk
diangkat oleh satu orang dan disusun sedemikian rupa sehingga tidak ada
celah yang memungkinkan pemasukan air lain atau bahan pencemar
masuk kedalam akuifer buatan maupun kedalam tampungan.
Untuk daerah berair asin atau payau, daerah yang kualitas airnya tidak
bisa dipakai untuk keperluan tertentu dan daerah bergambut, dapat
dilakukan percampuran dengan air setempat, yang apabila dipakai secara
langsung tidak memenuhi syarat kualitas air bagi pemakai, dengan cara
rekayasa percampuran air dari tampungan dengan air setempat menurut
perbandingan tertentu.
Hal-hal yang harus diperhastikan dalam pemeliharaan bangunan
kombinasi ini antara lain:
a.

selalu dilakukan pembersihan bantalan pasir pada sekitar bangunan


pemasukan setahun sekali, yakni pada akhir musim kemarau;

b.

pembersihan bantalan pasir pada bagian lainnya sebaiknya dilakukan


3 tahun sekali;

c.

selalu meninggalkan sisa air sekurang-kurangnya 3 mm untuk menjaga


kelembaban agar bangunan tidak retak karena terkena panas sinar
matahari;

d.

jika diperlukan dilakukan penguatan-penguatan tambahan

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

DDRAFT FINAL REPORT

e.

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

selalu menggunakan garam beryodium untuk memasak makanan, jika


air tidak mengandung yodium yang cukup.

Gambar 9.11. Cara Pembuatan dan Metode Kerja ABSAH

2. INSTALASI PENGOLAHAN AIR PAYAU REVERSE OSMOSIS


Untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut
diperlukan penerapan teknologi pengolahan air yang sesuai dengan kondisi
sumber air baku, kondisi sosial, budaya, ekonomi dan SDM masyarakat
setempat. Instalasi Pengolahan Air Payau dengan sistem Reverse Osmosis
(IPA RO) merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut. (gambar 4.8.).

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Gambar 9.12. Instalasi Pengolahan Air Payau Reverse Osmosis (IPA-RO)

IPA-RO mempunyai ciri-ciri yang sangat khusus sebagai model


pengolah air payau/asin yaitu:
1.

Energi yang relatif hemat. Konsumsi energi IPA RO relatif rendah untuk
kapasitas kecil, yaitu sekitar antara 8 - 9 kWh untuk air baku dengan
TDS 35.000 ppm dan 9 - 11 kWh untuk TDS 42.000 ppm (kapasitas
produksi 10 - 20 m3/hari).

2.

Hemat ruangan. Sebagai contoh, untuk IPA RO dengan kapasitas kecil


(5

10

m3/hari),

seluruh

komponen

sistem

tersebut

hanya

membutuhkan luas ruangan sekitar 6 10 m2.


3.

Mudah dalam pengoperasian karena pengendalian operasi terpusat


pada satu panel yang kecil dan sederhana.

4.

Kemudahan untuk menambah kapasitas.

5.

Produksi airnya dapat langsung diminum, tanpa dimasak dahulu.

6.

IPA RO mudah dipindahkan ke lokasi lain (ada yang terpasang dalam


unit mobil RO atau kontainer).

7.

Biaya produksi air minum bila dibandingkan dengan air mineral dalam
kemasan adalah jauh lebih murah, yaitu sekitar Rp. 15,- per liter.
Meskipun IPA RO tersebut mempunyai banyak manfaat, akan tetapi

dalam pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk operasi. Hal ini


dimaksudkan agar sistem tersebut dapat digunakan secara baik dan awet.
Di dalam pengelolaan IPA RO diperlukan biaya operasional dan perawatan.
Biaya tersebut diperlukan antara lain untuk bahan kimia, bahan bakar,
pengganti media penyaring, service komponen peralatan dan upah tenaga
operator.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

DDRAFT FINAL REPORT

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

3. MENANGKAP, MENAMPUNG KEMUDIAN MENYALURKAN DENGAN


JARINGAN PIPA
Metode ini dapat digunakan apabila sumber air tersedia seperti sungai,
mata air atau sumur yang dapat dialirkan ke tempat tujuan.

Gambar 9.13. Skema Bangunan Sadap, Jaringan Pipa sampai ke Hidran

B. Kriteria Pemilihan Sistem Penyediaan Air Baku berdasarkan


Analytic Hierarchy Process (AHP)
AHP ini digunakan sebagai dasar untuk memilih sistem penyediaan air baku
yang akan digunakan berdasarkan kriteria pemilihan yang ditetapkan.
Penjelasan secara lengkap tentang metode AHP disajikan sebagai berikut
Prinsip kerja AHP adalah penyerderhanaan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta
menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel
diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut
secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai
pertimbangan tersebut kemudian dilakukan _sintesa' untuk menetapkan
variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi
hasil pada sistem tersebut.
Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai
diagram bertingkat, yang dimulai dengan (goal) sasaran, lalu kriteria level
pertama, subkriteria dan 'akhirnya".alternatif..
AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari
suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria)

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

secara

intuitif,~yaitu

dengan

melakukan

perbandingan

berpasangan

(pairwise comparisons).- Dr T h o m a s L. Saaty, pembuat AHP, kemudian


men

entukan

eara

yang

berpasangan/pairwise,

konsisten

menjadi

untuk

suatu

mengubah

himpunan

perbandingan

bilangan

yang

merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria.


AHP

memiliki

banyak

keunggulan

dalam

menjelaskan

proses

pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafts, sehingga


mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan
keputusan. Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan
menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan
mudah.
Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi
penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal
ini menunjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hierarki harus
distruktur ulang.
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsurunsurnya, yaitu
kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. Diagram
berikut mempresentasikan keputusan untuk memilih agroindustri, dengan
menggunakan AHP Adapun kriteria untuk membuat keputusan tersebut
adalah bahan baku, pemasaran dan teknologi proses, beserta dengan
subkriteria yang terkait dengan masing-masing kriteria tersebut. Alternatif
yang tersedia dalam membuat keputusan terlihat pada level yang paling
bawah.
Kriteria yang digunakan dalam metode AHP untuk pemilihan alternatif dari
beberapa sistem penyediaan air baku yang tersedia diuraikan sebagai
berikut
1. Kriteria Fungsi
2. Kriteria Kesesuaian Lokasi
3. Kriteria Biaya
4. Kriteria Perawatan
5. Kriteria Kemudahan dalam pelaksanaan

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

KRITERIA FUNGSI
Fungsi dapat dibedakan atas dua jenis yaitu Fungsi dasar yang merupakan
tujuan utama dari suatu kegiatan dan harus dipenuhi, dan Fungsi
Penunjang adalah suatu fungsi penunjang dari fungsi utama.
Fungsi Utama dari Sistem penyediaan air baku adalah
a. Ketersediaan

air

baku

yaitu

debit

yang

ada

dapat

memenuhi

kebutuhan masyarakat
b. Kualitas

air baku yaitu apakah memenuhi baku mutu air yang

disyaratkan.
Sedangkan sebagai fungsi penunjang adalah : ketersediaan sumber-sumber
air yaitu seberapa banyak sumber-sumber air yang ada dan dapat melayani
masyarakat.
KRITERIA KESESUAIAN LOKASI
Kriteria ini menggambarkan tentang hubungan antara lokasi sumber air
dengan daerah yang akan diberi air. Sebagai contoh di Desa Behongan
Terdapat mata air yang posisinya terletak pada +12,97 m dari permukaan
laut yang jika akan dialirkan ke Soa Behongan (Ibu kota Kecamatan
Tatoareng) harus melewati suatu bukit terendah dibelakang Soa Behongan
dengan ketinggian + 33 m dan jarak 3,5 km (karena

harus memutar

bukit). Hal ini dapat dikatakan bahwa lokasi sumber air dan lokasi yang
akan diberikan air kurang sesuai.
KRITERIA BIAYA
Kriteria

ini

memberikan

pengertian

bahwa

semakin

murah

biaya

pembuatan suatu system penyediaan air baku akan semakin baik. Namun
tidak

menutup

kemungkinan

bahwa

system

yang

akan

digunakan

membutuhkan biaya yang besar karena criteria fungsi dan criteria


kesesuaian lokasi sangat memungkinkan.
KRITERIA PERAWATAN

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Perawatan

merupakan

suatu

kriteria

yang

harus

dipertimbangkan,

mengingat akan keberlangsungan dari sistem penyediaan air baku


tersebut.
KRITERIA KEMUDAHAN PELAKSANAAN
Mengingat pelaksanaan pekerjaan sistem penyediaan air baku ini berada
dipulau-pulau kecil yang dapat menyebabkan ketersediaan material atau
tenaga

yang

terbatas,

maka

kriteria

tentang

kemudahan

dalam

pelaksanaan pembangunannya harus dipertimbangkan.


C. Sistem penilaian berdasarkan Analytic Hierarchy Process(AHP)
Dalam menentukan nilai dari suatu sistem penyediaan air baku dengan
berdasarkan pada kriteria-kriteria yang ditentukan, maka dibuatkan suatu
sistem penilaian dengan asumsi-asumsi yang dicantumkan pada tabel
berikut ini :

Tabel 9.2. Sistem penilaian berdasarkan kriteria dan asumsinya


Kriteria

Bob
ot
(%)

Ketersediaan air

49,1
7

Kesesuaian Lokasi

24,1
2

Biaya

13,0
6

Asumsi dasar

Ket

Tujuan utama pekerjaan ini adalah


untuk menyediakan air baku bagi
masyarakat, sehingga fungsi utama
dari sistem ini adalah mengenai
ketersediaan air atau air yang
dihasilkan oleh sistem tersebut, serta
kualitas dari air tersebut apakah
sesuai dengan standar baku mutu
yang ditetapkan.
Posisi lokasi sumber air terhadap
daerah yang akan diairi mempunyai
peran yang penting agar air baku
dapat diadakan dan dialiri ke tujuan.
Tanggungjawab pemerintah untuk
mengadakannya. Namun semakin
murah sistem penyediaan air baku

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Perawatan

9,58

Kemudahan
Pelaksanaan

4,06

semakin baik.
Sistem yang ada jika tidak dapat
dirawat
oleh
masyarakat
akan
membuat
mubasir
semua
yang
diinvestasikan dan masalah yang ada
akan muncul kembali serta tidak
menutup
kemungkinan
akan
menimbulkan masalah yang baru.
Semakin mudah pelaksanaan untuk
membangun sistem penyediaan air
baku akan semakin baik. Hal ini akan
berkorelasi dengan biaya dimana
semakin sulit pelaksanaannya akan
mengakibatkan
biaya
semakin
meningkat.

C. Penilaian
Untuk mendapatkan suatu alternatif pemecahan masalah digunakan
suatu cara Analysis Hirarchi Process (AHP) yang memberikan nilai dari
masing-masing sistem alternatif terhadap kriteria-kriteria yang telah
ditentukan, kemudian nilai tertinggi dari alternatif-alternatif yang akan
merupakan alternatif usulan pemecahan masalah.
D. Langkah-langkah Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Dalam penentuan alternatif pemecahan masalah ditempuh melalui
langka-langkah sebagai berikut :
1.

Penentuan Ide-ide kreatif (ide-ide sistem penyediaan air baku) sebagai


metode alternative pemecahan masalah

2.

Menentukan kriteria-kriteria

3.

Menentukan prosentase dari kriteria-kriteria

4.

Menentukan nilai dari masing-masing alternative.

5.

Memberikan nilai pada setiap alternatif dan menentukannya sebagai


sistem penyediaan air baku usulan.

9.2.2. Sistem Penyediaan Air Baku Usulan

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Berdasarkan kondisi geografis serta langkah-langkah yang dijelaskan


sebelumnya, maka alternatif Sistem Penyediaan Air Baku akan dijelaskan
sebagai berikut :
A. Pulau Kahakitang
Di

Pulau

Kahakitang

terdapat

desa

yang

terdiri

dari

lindongan/kampung yang akan disediakan air yaitu :


1. Soa Behongan (Ibu kota Kecamatan Tatoareng)
No

Kriteria
1
2
3
4
5

Katersediaan Air
Kesesuaian Lokasi
Biaya
Perawatan
Kemudahan Pelaksanaan
Hasil AHP

ABSAH
Score

Bobot
0,4917
0,2412
0,1306
0,0958
0,0406

0,4917
0,3326
0,0848
0,1786
0,0646

IPA RO
Score
0,40685
0,20784
0,12374
0,20867
0,0529

0,2779

Jaringan Pipa
Score
0,23226
0,40904
0,14302
0,14594
0,06974

0,2885

0,2484

Dari hasil AHP didapatkan score tertinggi pada IPA-RO yang mempunyai
perbedaan sangat kecil dengan metode penampungan air hujan. Mengingat
kampong

ini

sebagai

ibukota

kecamatan

Tatoareng,

maka

akan

dikombinasikan kedua metode yang mempunyai nilai tertinggi yaitu ABSAH


dan IPA-RO sebagai usulan pemecahan masalah.
2. Sowang

Dari score yang didapat, maka dilokasi ini akan digunakan Jaringan
Pipa yaitu dengan menangkap di Mata air Kelee dan mengalirkannya ke
hidran-hidran di kampung Sowang.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

DDRAFT FINAL REPORT

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

3. Batusaiki

Dari score yang didapat, maka dilokasi ini akan digunakan Jaringan
Pipa yaitu dengan memanfaatkan sumur yang ada, menampungnya pada
reservoir dan mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung Batusaiki.
4. Taleko

Dari score yang didapat, maka dilokasi ini akan digunakan Metode
ABSAH yaitu dengan memanfaatkan atap gereja sebagai salah satu media
penangkapan air hujan dan mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung
Taleko.
5. Dalako

Dari score yang didapat, maka dilokasi ini akan digunakan Metode
ABSAH yaitu dengan memanfaatkan atap gereja sebagai salah satu media
penangkapan air hujan dan mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung
Dalako.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

DDRAFT FINAL REPORT

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

6. Bombanehe

Dari score yang didapat, maka dilokasi ini akan digunakan Metode
ABSAH yaitu dengan memanfaatkan atap gereja sebagai salah satu media
penangkapan air hujan dan mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung
Bombanehe.
B. Pulau Para

Dari score yang didapat, maka dilokasi ini akan digunakan Metode
Jaringan Pipa yaitu dengan memanfaatkan sumur-sumur yang ada,
menampung dan mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung Paralelle.
C. Pulau Kalama

Dari score yang didapat, maka dilokasi ini akan digunakan Metode
ABSAH yaitu dengan memanfaatkan atap gereja sebagai salah satu media

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

penangkapan air hujan dan mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung


Soa Kalama.

D. Pulau Mahangetang
Pulau

Mahangetang

merupakan

salah

satu

pulau

yang

tidak

mempunyai sumber air lain, sehingga masyarakat memenuhi kebutuhan air


dari PAH saja.

Dari score yang didapat, maka dilokasi ini akan digunakan Metode
ABSAH yaitu dengan memanfaatkan atap gereja sebagai salah satu media
penangkapan air hujan dan mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung
Soa Mahangetang. Namun mengingat daerah ini merupakan salah satu
daerah tujuan wisata bahari, dapat ditambahkan dengan IPA-RO.
E. Pulau Batunderang
Batunderang memiliki beberapa mata iar sebagai sumber air dan saat
ini masyarakat memanfaatkannya dengan membuat jaringan jari bambu.

Dari score yang didapat, maka dilokasi ini akan digunakan Jaringan
Pipa yaitu dengan memanfaatkan mata air yang ada, menampungnya pada
reservoir dan mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung Batunderang.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

9.3.Konsep Desain Sistem Penyediaan


Air Baku
9.3.1. Peta Informasi Sistem Penyediaan Air Baku
Peta Informasi Sistem Penyediaan air baku pada daerah studi dapat
dijelaskan menurut lokasi sebagai berikut :
A. Pulau Kahakitang
Di

Pulau

Kahakitang

terdapat

desa

yang

terdiri

dari

lindongan/kampung yang akan disediakan air yaitu :


Soa Behongan

1.174

2.466

REN CA NA HIDR AN

351.400,00
2.226

2.156

KAM PUNG BEHONGAN


351.300,00

SKALA
2.427

1.624

10 Cm

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 M

R ENC AN A HIDRAN

2.373
3.238

BM 05
X : 779.707,000
Y : 351.124,000
Z : 2.258
2.058
2.309

Teluk Behongan

351.200,00

LAUT

RE NC AN A BA K AIR P A YAU
KAN TOR CA M AT

2.058
P OLSEK
LAPA NGAN
BOLA KA KI
RE NC AN A HID RAN

2.258

C OLD STORAG E

351.100,00

R UM A H/ KAN TOR
A P ITALAU

2.061

2.42
2.125

780.200,00

780.100,00

780.000,00

779.900,00

779.800,00

779.700,00

779.600,00

779.500,00

351.000,00

Gambar 9.14. Peta Situasi Soa Behongan

Di Desa Behongan khususnya lindongan Soa Behongan direncanakan


menggunakan dua metode sistem penyediaan air baku yaitu Sistem ABSAH
dan IPA-RO. Hal ini disebabkan karena tidak ditersedia sumber air lain

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

seperti mata air yang dapat dialirkan menuju lokasi ini. Bak Penampungan
Air Hujan akan ditempatkan dekat dengan gereja GMIST Behongan yang
kemudian akan dialirkan kehidran yang terdapat di 4 (empat) lokasi.
Sedangkan IPA RO akan ditempatkan didekat kantor kecamatan yang
jaringan pipanya akan menggunakan jaringan pipa yang sama dengan
jaringan pipa dari ABSAH.
Sowang
Sowang merupakan lindongan dari Behongan yang dapat dialiri oleh
air yang bersumber dari mata air Kelee dengan cara menangkap dengan
menggunakan

bronkcapter

dan

menyalurkan

ke

hidran-hidran

yang

diletakan pada 3 lokasi yaitu dekat rencana pembangunan SD, samping


Gereja GMIST dan diujung pemukiman.
Adapun peta situasi dari mata air Kelee hingga ke lindongan Sowang
dapat dilihat pada gambar berikut ini.

C P.T1
X : 780.220,438
Y : 350 .612,000
Z : 15.923
15.723

15.723

350.500,00
10.988

13.202

12.007

9.363

10.039

KA M P UN G S O W AN G

5.824

SKAL A

350.400,00

10

Cm

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 M

4.525

350.300,00

3.935

C P .T2
X : 780.298,636
Y : 350.306,884
Z : 7.011
6.831

2.606

6.831

1.443

1.336

350.200,00

1.701

0.491
- 0.006

2.581

1.301

1.993

350.100,00

L A UT
35.64
9.968

7 8 0 .8 0 0 ,0 0

7 8 0 .7 0 0 ,0 0

7 8 0 . 6 0 0 ,0 0

18.588

7 8 0 . 5 0 0 ,0 0

7 8 0 . 4 0 0 ,0 0

7 8 0 .3 0 0 ,0 0

7 8 0 .2 0 0 ,0 0

7 8 0 . 1 0 0 ,0 0

33.737

20.764

Gambar 9.15. Peta Situasi Sowang

Batusaiki
Batusaiki merupakan satu-satu sumber air yang ketersediaanya paling
banyak dikecamatan Tatoareng dengan kualitas yang memenuhi standar
baku mutu. Namun sayangnya air yang bersumber dari sumur didesa ini
sangat sulit untuk dialirkan ke kampung lain mengingat kondisi geografi

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

desa lain sangat berjauhan dan harus melewati bukit-bukit sementara


sumber air terletak dekat dengan pantai di dataran rendah.
Adapun

peta

situasi

untuk

kampung/lindongan

ini

digambarkan

dibawah ini dimana direncanakan akan membuat bak penampung yang


terletak

diatas

penampungan

sumur
dan

untuk

kemudian

selanjutnya

airnya

didistribusikan

dipompakan

ke bak

kehidran-hidran

yang

terdapat dikampung ini sebanyak 3 (tiga) buah.

6.12
3.77

SUMUR GLU. DA SA R - 0.81

5.64

350.200,00

1.758
1.852
10.09
1.886
0.75

1.47

20.19

3.604

KAN TOR DESA

2.09

-0.55
1.825

BM
X : 778.308,000
Y : 350.163,000
Z : 3.804
3.604

13.02
1.70

-0.27

20.99
1.449

24.63

1.65

1.66

350.100,00

KAM PUNG BATUSAIKI


1

10 Cm

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 M

778.300,00

0
0

778.200,00

778.100,00

SKALA

778.400,00

33.29

Gambar 9.16. Peta Situasi Batusaiki

Taleko
Dikampung Taleko akan digunakan Metode ABSAH yaitu dengan
memanfaatkan atap gereja yang terletak lebih tinggi dari sebagian besar
rumah penduduk dikampung ini, sehingga digunakan sebagai salah satu
media penangkapan air hujan dan mengalirkannya ke hidran-hidran di
kampung Taleko.
Adapun lokasi hidran dikampung ini akan disediakan pada empat
tempat yaitu di samping bak penampungan untuk melayani penduduk yang
tinggal disekitar gereja, didaerah puncak untuk melayani penduduk yang
tinggal di daerah bukit, didaerah tengah bukit, dan didaerah pantai. Peta
situasi kampung dapat dilihat pada gambar berikut ini

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

SKALA

350.900,00

10

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 M

Cm

2.32
3.43

KAM PUNG TALEKO


0.00

CP
X : 777.872,000
Y : 350.772,000
Z : 15.459
14.349

2.207

350.800,00

14.058
2.36

3.00

23.965

14.349

27.83

3.66
15.305
18.971
16.05

22.231

25.656

17.56

777.900,00

777.800,00

777.700,00

350.700,00

Gambar 9.17. Peta Situasi Taleko

Dalako

L AUT
2.072

4.24

4.95
1.00
2.816

sumur

20.59

21.066

352.400,00

15.17

22.79
13.92

CP
X : 779.322,000
Y : 352.377,000
Z : 21.266
21.066

2.85

17.52

KA M PUN G DAL AKO


352.300,00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 M

Cm

7 7 9 .4 0 0 ,0 0

1
10

7 7 9 .3 0 0 ,0 0

0
0

7 7 9 .2 0 0 ,0 0

S KA LA

Gambar 9.18. Peta Situasi Dalako

Kampung Dalako terletak pada desa persiapan Dalako-Bombanehe


yang sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pebukitan,
sedangkan pada kampung ini tidak terdapat sumber air lainnya selain Bak
Penampungan Air Hujan dimasing-masing rumah penduduk.
Dikampung ini direncanakan sistem penyediaan air bakunya dengan
menggunakan metode ABSAH yang memanfaatkan atap gereja GMIST
Dalako yang terletak pada posisi paling tinggi dari pemukiman penduduk.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Bombanehe

KAM PUNG BOM BANIHE

58.72
60.70

64.17
62.68
63.02

0.00

65.56
1.98
2.04

66.19

64.08

21.48
60.79

66.620

67.72
68.300

352.400,00

2.353

2.06
62.720
16.30

58.520

27.58

CP
X : 778.921,073
Y : 352.394,981
Z : 66.820
66.620

20.718

21.131

56.460

26.895
47.109
42.330

29.70

BM
X : 778.949,000
Y : 352.397,000
Z : 68.500
68.300

55.703

SKALA

10

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 M

779.000,00

778.900,00

778.800,00

778.700,00

778.600,00

778.500,00

352.300,00

Cm

Gambar 9.19. Peta Situasi Bombanehe

Dikampung Bombanehe pemukiman penduduk agak berjauhan dan


sebagian besar berada dipebukitan. Dikampung ini tidak memiliki sumber
air lain selain bak penampungan air hujan yang berada dimasing-masing
rumah penduduk.
Dari keadaan ini direncanakan untuk menggunakan metode ABSAH
dalam memenuhi kebutuhan air masyarakat dimana atap gereja GMIST
Bombanehe dan atap gesung eskolah SD sebagai media penangkap air
hujan.
Di Bombanehe akan ditempatkan 3 (tiga) hidran yang masing-masing
terletak didekat Bak Penampungan (ABSAH), diujung kampung yang
terjauh, dan di pertengahan kampung dimana terdapat beberapa rumah
penduduk.
B. Pulau Para
Di pulau Para khususnya desa Paralelle akan digunakan Metode
Jaringan Pipa yaitu dengan memanfaatkan sumur-sumur yang ada,
menampung dan mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung Paralelle.
Jumlah hidran yang direncanakan di Paralelle sebanyak 4 buah yang

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

berlokasi di bawah bak penampung, samping kiri kampung, samping kanan


kampung, dan bagian tengah muka kampung.

339.700,00
0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.977

339.600,00

1.129
1.394

R UM AH / K ANT OR
A PITALAU

0.82
1.40

0.89

S UM UR

S D GM IS T

0.59

1.455
0.83

1.01

339.500,00
G EREJ A

LAU T

2.252

0.62

0.76
0.68
0.966
- 1.75

0.18

0.94

0.70

1.713
1.183

339.400,00
1.89

BM
X : 777.892,000
Y : 339.347,000
Z : 1.713
1.183

CP
X : 777.924,000
Y : 339.377,000
Z : 2.252
2.102

KA M P UN G P ARA

1.74

S KAL A

10

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 M

Cm

339.300,00

7 7 8 .0 0 0 ,0 0

7 7 7 .8 0 0 ,0 0

7 7 7 .9 0 0 ,0 0

2.55

Gambar 9.20. Peta Situasi Paralelle

C. Pulau Kalama
Di Pulau Kalama ini akan digunakan Metode ABSAH yaitu dengan
memanfaatkan atap gereja sebagai salah satu media penangkapan air
hujan dan mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung Soa Kalama
sejumlah 4 buah yaitu bertempat di samping bak penampungan air,
samping kiri kampung, samping kanan kampung dan bagian tengah muka
kampung.

R U M AH A PITALAU

5.06
4.70

2.92
2.98
2.61
1.790

BM
X :
Y :
Z :

357.900,00
0.728
1.39
1.04

BM
X : 772.450,848
Y : 357.889,147
Z : 0.928
0.728

1.890
0.59
0.949

CP 1
X : 772.511,048
Y : 357.849,664
Z : 1.139
0.949

2.632

1.679

357.800,00

10

20

30

40

50

60

10

70

80

90

100 M
- 2.246

7 7 2 .7 0 0 ,0 0

0.59

7 7 2 .6 0 0 ,0 0

7 7 2 .4 0 0 ,0 0

1.417

7 7 2 .5 0 0 ,0 0

KA M P UN G KA LA M A
S K ALA

07
772.576,000
357.911,000
3.804
3.604

Gambar 9.21. Peta Situasi Soa Kalama

D. Pulau Mahangetang,

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Seperti halnya Soa Kalama, Desa Mahangetang tidak mempunyai


sumber air lainnya selain tampungan air hujan, sehingga di desa ini akan
digunakan Metode ABSAH yaitu dengan memanfaatkan atap gereja GMIST
sebagai salah satu media penangkapan air hujan dan mengalirkannya ke
hidran-hidran

di

kampung

Soa

Mahangetang.

Hidran-hidran

di

Soa

Mahangetang akan ditempatkan di samping Gereja GMIST Mahangetang,


pertengahan kampung, bagian bawah dan bagian kiri kampung. Namun
mengingat daerah ini merupakan salah satu daerah tujuan wisata bahari,
dapat ditambahkan dengan IPA-RO yang ditempatkan tidak terlalu jauh dari
pantai mengingat kebutuhan akan air oleh para wisatawan.
772.500,000

6.036

772.400,000

3.231

6.260

6.799

7.19
7.022
6.97
7.37
8.009

8.13

772.300,000

BM 07
X : 772.154,240
Y : 347.980,317
Z : 6.648
6.448

1.24

3.46
6.448
7.45

5.70

772.200,000

9.15

6.60
7.901

8.39

CP 1
X : 772.237,000
Y : 347.945,000
Z : 8.101
7.901

9.15

10.66

772.100,000

KA M P UN G M AHEN GETA N G
2

10

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100 M

3 4 8 .4 0 0 ,0 0

3 4 8 .3 0 0 ,0 0

3 4 8 .2 0 0 ,0 0

3 4 8 .1 0 0 ,0 0

3 4 8 .0 0 0 ,0 0

3 4 7 .9 0 0 ,0 0

3 4 7 .8 0 0 ,0 0

S KA LA

Gambar 9.22. Peta Situasi Soa Mahangetang

E. Pulau Batunderang
Dipulau Batunderang ini akan digunakan Jaringan Pipa yaitu dengan
memanfaatkan mata air yang ada, menampungnya pada reservoir dan
mengalirkannya ke hidran-hidran di kampung Batunderang. Hidran akan
ditempatkan pada desa Batunderang sebanyak 6 (enam) lokasi.

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT


A

3 71.300,00

3 3.17

34.058

3 71.200,00

17.36 8

3 71.100,00

12.03
7.373

12 .0 3
12.03

9.200
B AL AI D ES A

3 71.000,00
12.16

8.33

S D GM IS T

7.44

1 0.24

1 1.406

CP
X :
Y :
Z :

1 4.64

11.706

789 .420,438
370.9 48,351
11.606
11.406

1 6.897

BM 05
X : 789.5 19,0 00
Y : 370.967,000
Z : 8.333
8.133

KA M P U N G BATU N DE RA N G
S KA LA

10

Cm

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10 0 M

15.618

15.71

11.76 3

3 70.900,00

R U M A H/ K AN TOR
A P ITA LA U

B M - BPN
X : 7 89.473,761
Y : 370.910,380
Z : 1 5.768
15 .6 18

14.976

13.06 0

7 8 9 . 9 0 0 ,0 0

7 8 9 . 8 0 0 ,0 0

7 8 9 . 7 0 0 ,0 0

7 8 9 . 6 0 0 ,0 0

12.03

7 8 9 . 5 0 0 ,0 0

L AU T

7 8 9 .4 0 0 , 0 0

7 8 9 .3 0 0 , 0 0

13.21

3 70.800,00

Gambar 9.23. Peta Situasi Batunderang

9.3.2. Konsep desain awal


Mengingat daerah studi sebagian besar tidak terdapat air dengan
kuantitas yang cukup, maka desain awal digunakan beberapa asumsi
sebagai berikut :
1.

Penyediaan air untuk meningkatkan ketersediaan air baik secara


kualitas, maupun kuantitas

2.

Sistem penyediaan air baku dibuat menurut lokasi/lindongan karena


kampung-lampung yang ada saling berjauhan dan tidak dimungkinkan
untuk membuatkan suatu sistem yang terpadu/terintegrasi.

3.

Mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada, maka konsep desain


dibagi dalam 3 tahap yaitu Jangka Pendek, Jangka Menengah, dan
Jangka Panjang yaitu pada tahun 2010, 2015, dan 2025.

4.

Kombinasi sistem dimungkinkan.

a.

Konsep desain Jangka Pendek


Dari analisa kebutuhan air serta ketersediaan air, pada tahun 2010
direncanakan sebagai berikut :

Tabel 9. 3. Tabel Konsep desain untuk Pulau Kahakitang tahun 2010

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

Tabel 9. 4. Tabel Konsep desain untuk pulau Lainnya dalam daerah studi tahun
2010

Dimana :
KA/Hari
KAM/Hari
SD
SKBTH
SPAB
SKA
SKAM
b.

: Kebutuhan air yang disuplai ke hidran umum (30 l/orang/hari)


: Kebutuhan air untuk makan dan minum
: Air yang tersedia yaitu dari Bak Penampungan air hujan
dimasing-masing rumah.
: Sisa kebutuhan air (KA/hari SD)
: Sistem Penyediaan Air Baru (rencana) (m3/hari)
: Sisa Kebutuhan Air (SPAB SKBTH)
: Sisa Kebutuhan Air (SPAB KAM/hari)

Konsep desain Jangka Menengah


Dari analisa kebutuhan air serta ketersediaan air pada tahun 2010,
pada tahun 2015 direncanakan sebagai berikut :

Tabel 9. 5. Tabel Konsep desain untuk Pulau Kahakitang tahun 2015


DESA/LINDONGAN
Behongan
Sowang
Batusaiki
Taleko
Dalako
Bombanehe

KA/Hari
1
39,78
19,01
25,30
15,50
30,13
22,96

KAM/Hari
2
10,61
5,07
6,75
4,13
8,03
6,12

SD
3
35,59
13,19
17,55
13,95
26,90
20,53

SKBTH
4
-4,19
-5,83
-7,76
-1,55
-3,24
-2,44

SPAB
5
5,00
19,87
8,65
1,60
3,40
2,60

SKA
6=5-4
0,81
14,04
0,89
0,05
0,16
0,16

SKAM
7=5-2
-5,61
14,80
1,90
-2,53
-4,63
-3,52

Tabel 9. 6. Tabel Konsep desain untuk pulau Lainnya dalam daerah studi tahun
2015
DESA/LINDONGAN
Mahangetang
Para
Kalama
Batunderang

Dimana :
KA/Hari
KAM/Hari

KA/Hari
1
18,85
54,75
66,03
80,61

KAM/Hari
2
5,03
14,60
17,61
21,50

SD
3
18,88
48,34
65,13
23,33

SKBTH
4=3-1
0,02
-6,41
-0,90
-57,29

SPAB
5
0,00
7,06
1,00
58,66

SKA
6=5-4
0,02
0,64
0,10
1,37

SKAM
7=5-2
-5,03
-7,54
-16,61
37,16

: Kebutuhan air yang disuplai ke hidran umum (30 l/orang/hari)


: Kebutuhan air untuk makan dan minum

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

DDRAFT FINAL REPORT

SD

: Air yang tersedia yaitu dari Bak Penampungan air hujan


dimasing-masing rumah.
SKBTH
: Sisa kebutuhan air (KA/hari SD)
SPAB
: Sistem Penyediaan Air Baru (rencana) (m3/hari)
SKA
: Sisa Kebutuhan Air (SPAB SKBTH)
SKAM
: Sisa Kebutuhan Air (SPAB KAM/hari)
c. Konsep desain Jangka Panjang
Dari analisa kebutuhan air serta ketersediaan air pada tahun 2015,
maka pada tahun 2025 direncanakan sebagai berikut :
Tabel 9. 7. Tabel Konsep desain untuk Pulau Kahakitang tahun 2025
DESA/LINDONGAN
Behongan
Sowang
Batusaiki
Taleko
Dalako
Bombanehe

KA/Hari
1
96,99
46,35
61,69
37,80
73,45
55,98

KAM/Hari
2
25,86
12,36
16,45
10,08
19,59
14,93

SD
3
67,26
42,86
57,04
34,95
67,92
51,76

SKBTH
4
-29,73
-3,49
-4,65
-2,85
-5,53
-4,22

SPAB
5
30,00
19,87
6,73
3,00
5,60
4,40

SKA
6=5-4
0,27
16,38
2,08
0,15
0,07
0,18

SKAM
7=5-2
4,14
7,51
-9,72
-7,08
-13,99
-10,53

Tabel 9. 8 Tabel Konsep desain untuk pulau Lainnya dalam daerah studi tahun
2025
DESA/LINDONGAN
Mahangetang
Para
Kalama
Batunderang

Dimana :
KA/Hari
KAM/Hari
SD
SKBTH
SPAB
SKA
SKAM

KA/Hari
1
20,02
53,29
133,71
209,09

KAM/Hari
2
5,34
14,21
35,66
55,76

SD
3
13,88
45,60
126,21
81,98

SKBTH
4=3-1
-6,14
-7,69
-7,50
-127,11

SPAB
5
6,20
8,06
7,60
48,00

SKA
6=5-4
0,06
0,37
0,10
-79,11

SKAM
7=5-2
0,86
-6,15
-28,06
-7,76

: Kebutuhan air yang disuplai ke hidran umum (30 l/orang/hari)


: Kebutuhan air untuk makan dan minum
: Air yang tersedia yaitu dari Bak Penampungan air hujan
dimasing-masing rumah.
: Sisa kebutuhan air (KA/hari SD)
: Sistem Penyediaan Air Baru (rencana) (m3/hari)
: Sisa Kebutuhan Air (SPAB SKBTH)
: Sisa Kebutuhan Air (SPAB KAM/hari)

Dengan data-data tersebut, maka direncanakan system yang akan


digunakan adalah sebagaimana dalam table berikut ini :
Tabel 9.9. Sistem Penyediaan Air Rencana

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

DDRAFT FINAL REPORT

BAB IX-SYSTEM PENYEDIAAN AIR BAKU DAN DESAIN

SID Air Baku Pulau Para, Kalama, Kahakitang, Mahangetang dan Pulau Batunderang
Kabupaten Kepulauan Sangihe
CV. CAHAYA KONSULTINDO

IX 6

Anda mungkin juga menyukai