Anda di halaman 1dari 49

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas kehendak-Nyalah penyusunan makalah asuhan keperawatan dengan
judul Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny.P Dengan Gangguan Eliminasi
(BOWEL) ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan
Gerontik I (KJR 209) tahun ajaran 2003-2004. Setelah melalui beberapa tahapan
antara lain penentuan topic dan judul, penyusunan kerangka, pengumpulan data
hingga pada analisis data. Akhirnya makalah asuhan keperawatan ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik apabila tidak didukung
oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Hj. Isnaeni DTN, SKM, M. Kes, Selaku Direktur Poltekes Malang
2. Bapak Imam Subekti, Skp. Selaku koordinator ilmu keperawatan gerontik.
3. Ibu Lenny Saragih, SKM, Mkes. Selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan makalah ini.
4. Rekan-Rekan Mahasiswa Dan Seluruh Pihak Yang Telah Membantu
Penyusunan Tugas Makalah Ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan. Dan
makalah ini penyusun persembahkan kepada para pembaca. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, Juni 2004

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Pustaka

: ...ii

Daftar Isi

: ..iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

: .01

B. Tujuan Penulisan

: .....................................................02

C. Batasan Penulisan

: .....02

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian

: .....03

B. Eliminasi

: .....17

C. Asuhan Keperawatan

: .20

D. Eliminasi Bowel

: .....21

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah
dan dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia tetapi kekurangankekurangan yang menyolok dan hal tersebut bisa terjadi karena beberapa
faktor antara lain lansia yang bekerja, lansia yang malnutrisi dan lain-lain.
Menua

bukanlah

suatu

penyakit

tetapi

merupakan

proses

berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam


tubuh maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian harus diakui bahwa ada
berbagai gangguan yang sering menghinggapi kaum lansia. Proses menua
sudah mulai berlangsung sejak mencapai usia dewasa, misalnya terjadinya
kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh
akan mengalami gangguan misalnya penurunan fungsi pencernaan/GI tract.
Pada fungsi pencernaan pada manula mengalami penurunan pada
susunan syaraf, penurunan fungsi absorbsi, penurunan fungsi peristaltik usus,
penurunan fungsi pengecap sehingga banyak mengalami gangguan seperti
diare, konstipasi, gizi buruk dan lain-lain pada lansia.
Dan pada makalah ini kelompok lebih cenderung membahas pada
gangguan Eliminasi pada lansia seperti Inkontinensia urine, konstipasi karena
banyak terjadi atau dialami oleh para manula.
B.

Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan lansia secara nyata dalam pemenuhan kebutuhan Eliminasi pada
lansia.

C.

Batasan Penulisan
Pada pembuatan makalah ini kelompok membatasi pada pembahasan
kebutuhan Eliminasi pada lansia menggunakan tinjauan teori tentang
pemenuhan kebutuhan Eliminasi pada lansia.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
1.

Gerontologi
Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia),
yaitu gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik.
Gerontologi berasal dari kata Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu. Jadi
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai
faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia.
Gerontologi Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (Kozier,
1987)
Cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang
mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).

2.

Geriatri
Geriatri berasal dari kata Geros : Lanjut usia dan Eatrie :
kesehatan/medikal.
Geriatri Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit
pada lanjut usia
Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis,
preventif maupun terapeutis bagi klien lanjut usia.
Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibatakibatnya pada tubuh manusia.
Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari geriatri adalah manusia
lanjut usia.
Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan
penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia.
Geriatri : Cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah
kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black &
Matassari Jacob, 1997).

3.

Geriatric Nursing :
a. Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses
menua (Kozier, 1987)
b. Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya
pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan,
keahlian dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi
optimal lanjut usia/lansia secara komprehensif. Oleh karena itu,
perawatan lansia yang menderita penyakit (geriatric nursing) dan
dirawat di rumah sakit merupakan bagian dari Gerontic nursing.

4.

Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes,
1994).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut)
secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua
makhluk hidup.
Proses menua sertiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda)
tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (Deskripansi). Menurut
undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasdal 8
ayat 2, berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat, kelemahan dan
lanjut usia.
Berdasarkan pernyataan ini, maka lanjut usia dianggap sebagai
semacam penyakit. Hal ini tidak benar. Gerontologi berpendapat lain,
sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu masa/tahap hidup
manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
tubuh maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui

bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi
sedikit.
Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan proses
menua, mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya
cadangan vital, teori terjadinya atrofi, yaitu : teori yang mengatakan
bahwa proses menua adalah proses evolusi dan teori imunologik, yaitu :
teori adanya produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang makin
bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergendengan
dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Yang

penting untuk

diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat/memperlambat


kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.
5.

Teori-Teori Proses Menua


a. Secara individual
1.)

Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.

2.)

Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.

3.)

Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses


menua.

b. Teori-teori biologi
1.)

Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)


Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai
contoh

yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi

penurunan kemampuan fungsional sel).


2.)

Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stres menyebabkan


sel-sel tubuh lelah (terpakai).

3.)

Pengumpulan dari pigmen/lemak dalam tubuh yang disebut teori


akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen

Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada
orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu
sendiri.
4.)

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

5.)

Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit dan


kekurangan gizi.

6.)

Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)


Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai
contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun.
(Menurut Goldteris & Brocklehurst, 1989).

c. Teori immunologik slow virus (Immunology slow virus theory)


Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
e. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini meyebabkan selsel tidak dapat regenerasi.
f. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua/usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

g. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapakn jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
6.

Teori Kejiwaan Sosial


a. Aktivitas atau kegiatan (Activity Taheory)
1.) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
2.) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lanjut usia.
3.) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Putusnya pergaulan/hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan
oleh Cumming and Henry 1961. teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya

usia

seseorang

secara

berangsur-angsur

mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari


pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjadi kehilangan ganda (Triple loos), yakni:
1.) Kerhilanhan peran (Loss of Role)
2.) Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation
Ships)

3.) Berkurangnya komitmen (Redused commitmen to social Mores


and Values).
7.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan


Meliputi :
a. Hereditas : Keturunan/genetik
b. Nutrisi : Makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres

8.

Batasan-Batasan Lanjut Usia


Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara
memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai
batasan umur.
Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :
a. Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly)

: antara 60 dan 70 tahun

c. Lanjut usia tua (old)

: antara 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun


Menurut Dra. Ny. Jos masdani (Psikolog UI)
Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
a. Fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun
b. Fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun
c. Fase praesenium, antara 55 dan 65 tahun
d. Fase senium, antara 65 hingga tutup usia.
9.

Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia


Perubahan-perubahan fisik
a.

Sel
1.)

Lebih sedikit jumlahnya

2.)

Lebih besar ukurannya.

3.)

Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan


intraseluler.

4.)

Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan


hati.

b.

5.)

Jumlah sel otak menurun.

6.)

Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

7.)

Otak menjadi atrofis beratny berkurang 5-10 %.

Sistem persyarafan
1.)

Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf


otaknya dalam setiap harinya).

2.)

Cepatnya menurun hubungan persarafan.

3.)

Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya


dengan stres.

4.)

Mengecilnya saraf panca indera.


Berkurangnya

penglihatan,

hilangnya

pendengaran,

mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap


perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5.)
c.

Kurang sensitif terhadap sentuhan.

Sistem pendengaran
1.)

Presbiakus

(gangguan

pada

pendengaran).

Hilangnya

kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama


terhadap bunyi suara/nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di atas
umur 65 tahun.
2.)

Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

3.)

Terjadinya pengumpalan serumen dapat mengeras karena


meningkatnya keratin.

4.)

Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang


mengalami ketegangan jiwa/stres.

d.

Sistem penglihatan
1.)

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap


sinar

2.)

Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3.)

Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak,


jelas menyebabkan gangguan penglihatan.

4.)

Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi


terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam
cahaya gelap.

5.)

Hilangnya daya akomodasi.

6.)

Menurunnya

lapangan

pandang

berkurang

luas

pandangannya.
7.)

Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada


skala.

e.

Sistem kardiovaskuler
1.)

Elastisitas, dinding aorta menurun.

2.)

Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3.)

Kemempuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap


tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.

4.)

Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektivitas


pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi
dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan
pusing mendadak).

5.)

Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya


resistensi dari pembuluh darah perifer, sistolis normal 170
mmHg. Diastolis normal 90 mmHg.

f.

Sistem pengaturan temperatur tubuh


Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara
lain :
1.)

Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35


0

C ini akibat metabolisme yang menurun.

2.)

Keterbatasan refleks menggigl dan tidak dapat memproduksi


panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

g.

Sistem respirasi
1.)

Oot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

2.)

Menurunnya aktivitas dari silia.

3.)

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,


menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman bernafas menurun.

4.)

Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya


berkurang.

5.)

O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg

6.)

CO2 pada arteri tidak berganti

7.)

Kemampuan untuk batuk berkurang.

8.)

Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot


pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

h.

Sistem gastrointestinal
1.)

Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease


yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain
meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2.)

Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari


selaput lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis
dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang
rasa asin, asam dan pahit.

3.)

Esofagus melebar.

4.)

Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),


asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

5.)

Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

6.)

Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu)

7.)

Liver (hati), makin mengecil dan menurunnya tempat


penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

8.)

Menciutnya ovari dan uterus.

9.)

Atrofi payudara.

10.)

Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa


meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

11.)

Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal


kondisi kesehatan baik), yaitu :
a.)

Kehidupan
seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.

b.)

Hubungan
seksual

secara

teratur

membantu

mempertahankan

kemampuan seksual.
c.)

Tidak perlu
cemas karena merupakan perubahan alami.

12.) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,


sekresi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan-perubahan warna.
i.

Sistem genitourinaria
1.)

Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh
melalui urin darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan
(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya; kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya + 1); BUN
(blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg %; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2.)

Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah,


kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan
meningkatnya retensi urin.

3.)

Pembesaran prostat 75 % dialami oleh pria usia diatas 65


tahun.

4.)

Atrofi vulva

5.)

Vagina
Orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga
membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu untuk
fungsi sexual seseorang berhenti; frekuensi sexual intercourse
cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

j.

Sistem endokrin
1.)

Produksi dari hampir semua hormon menurun

2.)

Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

3.)

Pituitari :
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan
hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya
produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

4.)

Menurunnya

aktivitas

tiroid,

menurunnya

BMR

(basal

metababolic rate) dan menurunnya daya pertukaran zat.


5.)

Menurunnya produksi aldosteron.

6.)

Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron,


estrogen dan testeron.

k.

Sistem kulit (integumentary system)


1.)

Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2.)

Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan


proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis).

3.)

Menurunnya respon terhadap trauma.

4.)

Mekanisme proteksi kulit menurun :


a) Produksi serum menurun
b) Penurunan produksi VTD.
c) Gangguan pigmentasi kulit

5.)

Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

6.)

Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

7.)

Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan


vaskularisasi.

l.

8.)

Pertumbuhan kuku lebih lambar

9.)

Kuku jari lebih menjadi keras dan rapuh.

10.)

Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

11.)

Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.

12.)

Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system)


1.)

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.

2.)

Kifosis

3.)

Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas.

4.)

Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya


berkurang).

5.)

Persendian membesar dan menjadi kaku.

6.)

Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

7.)

Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut


otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban,
otot-otot kram dan menjadi tremor.

8.)

Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

B. ELIMNASI
1.

Pengertian
Merupakan proses pembuangan waste product (sisa metabolisme) dari
urine dan faeces.
a.

Faeces merupakan :
1.) Hasil/waste product berupa zat padat dari intestinal/colon dalam
proses defekasi
2.) Masa/faeces bergerak karena pengaruh dari peristaltik tertentu dari
daerah colon
3.) Peristaltik mendorong isi keanus dan memberi tanda untuk terjadi
pengosongan.

b.

Urine
Merupakan hasil/waste product berupa zat cair hasil sekresi ditubulus
colecting diginjal kemudian dibuang melalui ureter kemudian bledder.
Sehingga dikeluarkan karena stimulasi persyarafan dinding bledder.
Namun dapat dikontrol secara sadar terutama untuk musculus spingter
interna/externa.

2.

Proses Eliminasi
a.

Pada eliminasi bowel


1.) Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan
sekresi cairan digestif dan peristaltik lamban sehingga terjadi
penurunan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan tertentu.
2.) Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan kadangkadang tak cukup cairan untuk mencerna sehingga timbul
konstipasi.. konstipasi dapat juga terjadi karena tidak
mengkonsumsi makanan yang memadai/kurang melakukan
latihan fisik.
3.) Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari
penurunan respon terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar
dan haus, perubahan pada gigi (karena sakit/trauma) sehingga
sulit untuk mengunyah.
4.) Keadaan sakit, misalnya : stroke akan menimbulkan kesulitan
untuk mengunyah/menelan.
5.) Kadang lupa dalam konsumsi makanan.
6.) Penggunaan laksatif yang berlebihan dapat menurunakan
penyerapan vitamin-vitamin tertentu yang larut dalam lemak (A,
D, E, K).
7.) Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak
biasanya akibat makanan yang kurang bisa dicernakan akibat :
a.) Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.
b.) Menurunnya toleransi terhadap makanan berlemak.
8.) Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya kadar selulosa,
kurangnya nafsu makan akibat gigi sudah lepas.

b.

Eliminasi urine
Terdapat sejumlah alasan terjadinya inkontinensia, baik yang
disebabkan oleh semua faktor diatas maupun masalah klinis yang
berhubungan. Alasan utama pada lansia adalah adanya ketidakstabilan
kandung kemih. Beberapa kerusakan persyarafan mengakibatkan
seseorang tidak mampu mencegah kontraksi otot kandung kemih secara
efektif (otot detrusor) dan mungkin juga dipersulit oleh masalah lain,
seperti keterbatasan gerak/konfusi. Keinginan untuk miksi datang cepat
dan sangat mendesak pada seseorang sehingga penderita tidak sampai
pergi ke toilet, akibatnya terjadi inkontinensia, kejadian yang sama
mungkin dialami pada saat tidur.
Pada wanita, kelemahan otot spingter pada outlet sampai kandung
kemih seringkali disebabkan oleh kelahiran multipel sehinga pengeluaran
urine dari kandung kemih tidak mampu dicegah selama masa peningkatan
tekanan pada kandung kemih. Adanya tekanan di dalam abdomen seperti
bersin, batuk, atau saat latihan juga merupakan faktor konstribusi.
Pembesaran kelenjar prostat pada pria adalah penyebab yang paling
umum terjadinya obstruksi aliran urine dari kandung kemih. Kondisi ini
menyebabkan inkontinensia karena adanya mekanisme overflow, namun
inkontinensia ini dapat juga di sebabkan oleh adanya obstruksi yang
berakibat konstipasi dan juga adanya massa maligna (cancer) dalam pelvis
yang dialami oleh pria dan wanita. Akibat dari obstruksi, tonus kandung
kemih akan menghilang sehingga disebut kandung kemih atonik. Kandung
kemih yang kondisinya penuh gagal berkotraksi akan tetapi kemudian
menyebabkan overflow, sehingga terjadi inkontinensia.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang
mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan. Pengkajian merupakan
langkah pertama dalam proses ini yaitu meliputi pengumpulan dan analisa
data dan menghasilkan diagnosa keperawatan. Pengkajian yang berfokus

pada keperawatan sangat penting untuk menetukan diagnosa keperawatan


yang dapat menentukan intervensi dan implementasi keperawatan.

1.

Pengkajian
a Eliminasi urine
1.)

Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik


amonia.
Pada overhidrasi hampir tidak berwarna
Pada dehidrasi orange-kecoklatan.

2.) Jumlah urine bervariasi tergantung intake. Normal 1 x BAK


250-400 ml.
3.) Distensi kandung kemih inkontinensia (tidak dapat menahan
BAK)
4.) Frekuensi BAK, tekanan dan desakan.
5.) Kondisi-kondisi tertentu misalnya :
a.) Disuria, keadaan nyeri waktu BAK.
b.) Nokturia, keadaan BAK sering pada malam hari.
c.) Enurisis, keadaan sadar BAK (umumnya pada anak-anak).
d.) Polyurie, peningkatan jumlah BAK baik frekuensi maupun
volume.
e.) Oliguri, penurunan jumlah BAK frekuensi/jumlahnya.
f.) Anuri, produksi urine <100 /hari.
g.) Retensio, ketidakmampuan mengosongkan bladder,
misalnya : karena obstruksi saluran urethra.
b Eliminasi bowel
1.) Status gizi
2.) Pemasukan diit
3.) Anorexia, tidak dicerna, mual dan muntah.
4.) Mengunyah dan menelan.
5.) Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6.) Auskultasi bising usus.

7.) Palpasi apakah perut kembung, fecal.


8.) Konstipasi, sudah berapa hari tidak BAB.
9.) Keadaan diare.
2.

Intervensi
a. Eliminasi Urine
1.)

Cukupkan cairan masuk 2000-3000 ml/hari.

2.)

Cegah terjadinya inkontinensia :


a) Jelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2 jam.
b) Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk
mencegah jatuh.
c) Observasi jumlah urin
d) Batasi cairan terutama waktu menjelang tidur.

b. Eliminasi Bowel

3.

1.)

Berikan sikap fowler waktu makan

2.)

Pertahankan keasaman lambung.

3.)

Berikan makanan yang tidak membentuk gas

4.)

Cukup cairan

Untuk mencegah sembelit/konstipasi.


a. Awasi kecukupan cairan dalam diit.
b. Dorong untuk melakukan aktivitas
c. Fasilitasi gerak usus dalam mencerna.
d. Berikan kebebasan dan gerak posisi tubuh normal
e. Berikan kecukupan konsumsi serat.
f. Ajarkan latihan kegel.
g. Ajarkan latihan perut.
h. Atur waktu makan dan minum.
i. Atur jumlah makan dan minum.
j. Berikan laxatif jika perlu.

BAB III
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
1. BIODATA
Nama

: Ny. P

Umur

: 69 Tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jalan B.S. Riadi Gg. X Oro-Oro Dowo Malang

Pekerjaan

: Wiraswasta

Pendidikan

: SD

Penghasilan

:-

Suku

: Jawa Indonesia

Agama

: Kristen

Status Perkawinan

: Kawin

Status Rumah

: Milik sendiri

Tanggal Pengkajian

: 24 Juni 2004

2. STATUS KESEHATAN SAAT INI


Sejak lima tahun yang lalu klien mengeluh linu linu pada bagian
ekstrimitas bawah . Rasa linu linu pada kedua kaki timbul bila klien
melakukan aktivitas yang berlebihan. Klien juga menderita penyakit hipertensi
yang kadang-kadang kambuh.Dua hari ini klien mengeluh tidak bisa BAB
karena intake makanan klien yang kurang.
3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit Difteri dan
tetanus. Tujuh tahun yang lalu klien pernah menderita penyakit jantung
koroner dan pernah dirawat di RS selama 9 hari.
4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Dalam keluarga klien ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang
sama dengan klien yaitu hipertensi . Sementara itu anaknya tidak ada yang
menderita penyakit DM , asma dll.

5. SUMBER / SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN


Klien datang ke dokter jika merasakan ada keluhan yaitu terasa linu- linu
pada kedua kaki,serta jika ada keluhan pusing. Kadang kadang selain minum
obat dari dokter, klien juga minum ramuan obat tradisional yaitu jamu asam
urat.
6. TINJAUAN SISTEM
a. Keadaan Umum
Compos Mentis , GCS 4, 5, 6
TTV :
TD

: 150 / 90 mmHg

DN

: 74 x / menit

RR

: 25 x / menit

Suhu

: 36,5 C

b. Integumen
Tekstur : kulit kehilangan elastisitasnya yaitu keriput, melipat, berkantung
dan kekeringan. Kulit teraba hangat, turgor kembali dalam waktu kurang
dari 2 detik, kebersihan kulit terjaga, tidak ada lesi dan terjadi perubahan
pada rambut.
c. Kepala
Bentuk oval, simetris, warna rambut memutih, penyebaran merata dan
rambut mulai rontok.
d. Sistem Penglihatan
Mata tidak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera agak keruh, pupil
isokor, kornea agak keruh, visus menurun.
e. Sistem Pendengaran
Fungsinya agak berkurang karena proses ketuaan, tidak ada serumen dan
tidak terjadi perdarahan.

f. Mulut dan Tenggorok


Oral hygiene terjaga, bibir kering,warna coklat tua, tidak ada lesi , gigi
tanggal semua,dan lidah bersih.
g. Hidung
Simetris, posisi septum nasi tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, dan tidak
terdapat pernapasan cuping hidung.
h. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, serta tidak terjadi
distensi vena jugularis.
i. Payudara
Simetris, tidak terdapat benjolan.
j. Sistem Pernapasan
Inspeksi

: Bentuk dada elips dan simetris, tidak terdapat retraksi

interkostal, pernapasan reguler dengan frekuensi 25 x/ menit.


Palpasi

: Pada Vokal Fremitus getarannya seimbang antara kanan

dan kiri.
Auskultasi : Suara napas vesikuler , tidak ada ronki, wheezing.
Perkusi

: Bunyi paru resonan.

k. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi dan Palpasi : Tidak terdapat pembesaran jantung .
Auskultasi

: Bunyi jantung normal : BJ I pada ICS IV linea sternalis

sinistra dan ICS V linea mid clavikula kiri , BJ II Aorta dan BJ II


Pulmonal dan tidak terdapat bunyi murmur.
Perkusi

: Tidak terdapat pembesaran jantung .

l. Sistem Perkemihan
Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada distensi suprapubik , BAK lancar ,
tidak terjadi infeksi, frekuensi BAK normal dengan volume BAK 400 ml
/ hari dan tidak terjadi inkontinensia urine.
m. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi

: Bentuk abdomen flat, tidak terdapat luka.

Palpasi

: Tidak terdapat pembesaran hati dan limpa, serta terdapat

distensi abdomen.
Auskultasi : Bising usus 3 x / menit.
Perkusi

: bunyi abdomen hipertympani

Tidak terdapat nyeri abdomen , kemampuan mengunyah dan menelan


kurang.
n. Sistem Lokomotorius
Sikap tubuh agak membungkuk , gaya berjalan pelan, kadang- kadang
terdapat nyeri persendian.
Kekuatan otot : 5

Tidak ada peradangan, edema, dan pembengkakan sendi.


ROM : klien melakukan aktivitas mandiri seperti mandi, makan, jalanjalan.
o. Sistem Saraf
Tidak terdapat kaku kuduk, muntah dan paralisis. Terkadang terjadi pusing
. dengan GCS : 4, 5,6 , kesadaran compos mentis serta tidak terjadi panas
dan kejang.
p. Sistem Endokrin
Terdapat perubahan warna rambut, tidak mempunyai riwayat DM, dan ada
penurunan fungsi hormon estrogen , tiroid dan paratiroid.
7. POLA AKTIVITAS SEHARI HARI
a. Makan dan Minum
Ny. P biasanya makan sesuai dengan selera( bisa 2-3 x/ hari ) dengan lauk
pauk dan sedikit sayur mayur. Klien biasanya menghindari makan yang
menyebabkan timbulnya linu- linu seperti daging , kacang- kacangan,
mlinjo, bayam. Biasanya klien minum air putih sebanyak 3 gelas / hari.
b. Istirahat tidur
Klien tidak terbiasa tidur siang. Jika malam hari klien mulai tidur pukul
22.00 sampai 04.00 pagi. Pada saat tidur klien sering terbangun.
c. Eliminasi

Kadang-kadang klien selama 2 hari tidak pernah BAB. Frekuensi BAK


normal dengan volume 400 ml / hari.
d. Personal Hygiene
Klien biasanya mandi 2 x / hari , keramas 2x /minggu, dan berganti
pakaian setiap hari.

8. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


a. Psikososial
Kemampuan sosialisasi klien tidak ada masalah, hal ini terbukti dengan
klien masih melakukan kegiatan berjualan. Klien juga tidak mengalami
masalah dalam melakukan sosialisasi dengan tetangga disekitar rumah dan
lingkungan sekitar.
b. Identifikasi Masalah Emosional
Status emosional klien stabil. Jika diajak bicara sangat kooperatif terutama
tentang masalah kesehatan dirinya dan keluarga.
Jawaban dari pertanyaan I :
Klien tidak mengalami sukar tidur.
Klien tidak gelisah.
Klien tidak pernah murung atau menangis sendiri.
Klien tidak merasa was- was atau kawatir saat berjalan.
c. Spiritual
Agama yang dianut klien dan keluarga yaitu kristen dengan melakukan
kegiatan keagamaan yaitu rutin ke gereja.
9. PENGKAJIAN LINGKUNGAN SOSIAL
a. KATZ Indeks
Klien mandiri dalam melakukan aktivitas : makan, kontinensia ( BAK/
BAB ), menggunakan pakaian, pergi ke toilet , berpindah, mandi dan
aktivitas aktivitas yang lainnya.
b. Modifikasi dari Barthel Indeks

No.

Kriteria

Dengan

Mandiri

Keterangan

Bantuan
1.

Makan

10

Frekuensi : 2 - 3 x /
hari

Jumlah

Jenis
(tahu,

: 3 piring
: lauk pauk
tempe)

dan

sedikit sayur
2.

Minum

10

Frekuensi : 3 - 4 x/ hari

Jumlah

: 3 gelas/

hari

Jenis

: air putih ,

kadang-kadang

minum

susu.

3.

Berpindah

dari

15

tempat tidur ke kursi

4.
5.

roda atau sebaliknya.


Personal toilet
Keluar masuk toilet (

5
10

Frekuensi 3x/ hari

Frekuensi 2x/ hari

mencuci pakaian ,

6.
7.

menyeka tubuh )
Mandi
Jalan di permukaan

15
5

8.
9.
10.

datar
Naik turun tangga
Mengenakan pakaian
Kontrol bowel

10
10
10

Kadang-kadang 2 hari sekali,

11.

( BAB)
Kontrol

10

dengan konsistensi keras.


Frekuensi sering

Blader

(BAK)

12.
13.

Olah Raga / latihan


Rekreasi
pemanfaatan
luang.

/
waktu

Warna : jernih , kuning,

10

(normal)
Frekuensi : 1x/ hari

10

Jenis : jalan jalan


Frekuensi : -

Jenis : santai dengan


keluarga

Keterangan : Skor 130 ( Mandiri )

10. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK


a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan SHORT
PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER ( SPMSQ )
Ajurkan pertanyaan 1-10 dan catat semua jawaban. Catat jumlah kesalahan
total berdasarkan 10 pertanyaan.
Benar

Salah

No.
1.
2.
3.
4.

Pertanyaan
Tanggal berapa hari ini
Hari apa sekarang ini ?
Apa nama tempat ini ?
Dimana alamat Anda ?

Jawaban
Tanggal 24
Kamis
Oro-oro Dowo
Jl. B.S. Riadi Gg. X
Oro-Oro

Dowo

5.
6.

Malang.
Berapa umur Anda ?
69 tahun
Siapa
nama
Presiden Ibu Megawati

7.

Indonesia ?
Siapa Presiden Indonesia dulu Gus Dur

8.
9.
10.

?
Kapan Anda lahir ?
Tahun 1935
Siapa nama Ibu Anda ?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17
,selanjutnya
pengurangan 3 dari setiap benar
angka baru , semua secara
menurun.

Keterangan :
Skor Total : Benar ( 10 ) Fungsi intelektual utuh
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan
MMSE ( Mini Mental Status Exam )
Orientasi
Registrasi

Perhatian
Kalkulasi
Mengingat kembali
Bahasa
No.
1.

Aspek
Kognitif
Orientasi

Nilai

Nilai

Max.
5

Klien
5

Kriteria
Menyebutkan

dengan

benar

tahun,

musim, tanggal, hari, bulan ( Kamis 24


Juni 2004 , musim panas )
Orientasi

Dimana kita sekarang berada : di


Indonesia , Propinsi Jawa Timur, Kota
Malang, Rumah Ny. P

2.

Registrasi

Sebutkan nama objek untuk menyatakan


masing-

masing

objek

tersebut,

kemudian tanyakan kembali pada klien


3

4.

Perhatian

ketiga objek tersebut.


Minta klien untuk memulai dari angka

dan

100 kemudian dikurangi 7 hingga lima

Kalkulasi
Mengingat

kali yaitu : 93, 86, 79, 72, 65.


Minta klien untuk mengulangi ketiga

objek pada No. 2 tadi. Bila benar 1


5.

Bahasa

point untuk masing masing objek.


Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan nama pada klien, misal jam
tangan dan pensil. Minta klien untuk
mengulangi kata tidak ada, jika, dan,
atau, tetapi, bila benar berikan point.
Mintaklien untuk mengikuti perintah
yang terdiri dari tiga langkah yaitu :
ambil kertas ditangan Anda, lipat jadi
dua dan taruh di lantai , perintahkan

pada klien untuk menutup mata ,


perintahkan pada klien untuk menulis
kalimat dan menyalin gambar.
Interpretasi Hasil :
Skor 24 30 : Tidak ada gangguan kognitif.
11. PENGKAJIAN LINGKUNGAN SOSIAL
a. Interaksi dengan masyarakat
Hubungan klien dengan masyarakat sangat baik hal ini dapat diketahui
dengan akrabnya klien dengan tetangga.
b. Peran dalam keluarga masyarakat
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan tinggal bersama anaknya.
Aktivitas klien setiap hari antara lain : berjualan dan membersihkan
rumah.
c. Interaksi dengan fasilitas kesehatan
Klien jika merasakan sakit segera pergi ke dokter. Selama ini klien jarang
datang ke Puskesmas.Interaksi klien dengan petugas kesehatan baik dan
klien memahami tentang pentingnya memeriksakan kesehatan secara
teratur dan menjaga kesehatan dengan menghindari makanan pantangan.
12. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK LANSIA
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
1) Klien bangun dari kursi dengan satu kali gerakan, dan stabil waktu
berdiri pertama kali.
2) Duduk ke kursi
Klien langsung duduk ke kursi dan tidak menjatuhkan diri dikursi,
klien duduk ditengah dan tampak rileks.
3) Menahan dorongan pada sternum
Klien dapat mengerakkan kedua kaki, mampu menyentuh pegangan
kursi, kaki bisa menyentuh lantai.
4) Mata tertutup
Klien mampu berjalan walaupun dengan mata tertutup dengan
kekuatan otot : 5

5) Perputaran leher
Klien mampu mengerakkan leher serta berputar ke kiri dan ke kanan,
tidak pusing , klien dapat mengerakkan kaki dan memegang objek
untuk dukungan.
6) Gerakan menggapai sesuatu
Klien mampu menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
dengan kedua tangan serta memegang sesuatu untuk dukungan.
7) Membungkuk
Klien mampu membungkuk untuk mengambil benda seperti bolpoin
dari lantai dan pada waktu berdiri tidak memerlukan bantuan dari
orang lain.
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
1) Bila klien diminta untuk berjalan ke tempat yang ditentukan klien bisa
melaksanakan dan langsung malakukan tanpa menggunakan objek
sebagai dukungan.
2) Ketinggian langkah kaki
Pada saat klien mengangkat kaki atau melangkah tampak seperti orang
normal pada umumnya. Kaki tidak diseret dan tidak mengangkat kaki
terlalu tinggi.
3) Kesimetrisan langkah
Langkah kaki klien simetris karena tidak ada kecacatan pada tubuh
klien .
4) Penyimpangan jalur saat berjalan
Klien bisa berjalan pada garis lurus dan tidak menyimpang saat
berjalan.
5) Berbalik
Pada waktu berbalik klien tidak berhenti tapi langsung berbalik . Klien
berjalan tidak sempoyongan dan bergoyang serta jarang sekali bagi
klien untuk mencari pegangan saat berjalan
6) Kontinuitas langkah kaki
Langkah klien biasa seperti sebagaimana mestinya, tetapi langkah kaki
klien pelan.

13. PENGKAJIAN LINGKUNGAN FISIK


a. Ventilasi Rumah
Ventilasi pada rumah di nilai kurang adekuat , hal ini dapat dilihat pada
keadaan padat dan sempitnya rumah.terdapat jendela 4 buah yaitu pada sisi
depan 4 buah. Serta hanya terdapat 2 buah lubang angin pada ruang tamu.
b. Lantai
Lantai terbuat dari tegel dan ubin semen.
c. Penerangan
Penerangan pada rumah klien dirasa kurang , hal ini dapat dilihat dari pada
malam hari hanya menggunakan lampu TL yang berjumlah 2 buah yaitu
pada ruang tamu dan di ruang dapur.
d. Pencahayaan
Di rumah klien pencahayaannya kurang , hal ini dapat terlihat pada siang
atau sore hari ruangan agak gelap dan terasa lembab. Karena sinar
matahari yang masuk sangat minimal .
e. Kamar Mandi / WC
Kamar mandi terletak didalam rumah dengan luas 2 x 1 m. lantai terbuat
dari keramik, serta menggunakan WC duduk. Selain itu dikamar mandi
juga terdapat ventilasi.
f. Lingkungan Perumahan
Lingkungan perumahan kondisinya sangat padat , dengan kondisi jalan
yang sangat sempit kira lebar jalan 2 m . Dimana jalan menuju rumah
sebagian besar telah diaspal dan disemen oleh penduduk. Dan keadaan
topografinya mendatar serta rata.

ANALISA DATA

Nama

: Ny. P

Umur

: 69 Tahun

No.

Data Penunjang

1.

Masalah

Kemungkinan

Penyebab
Gangguan Bowel Pemenuhan

DS :

1. Klien mengatakan 2 hari ini Eliminasi ( BAB )


tidak bisa BAB.
sayur

gizi

tidak seimbang.

2. Klien mengatakan tidak suka


makan

kebutuhan

dan

hanya

minum air putih sebanyak 3


gelas.
DO :
1. Klien hanya makan nasi dan
sedikit sayur mayur.
2. Bising usus 3 x /menit
3. Perkusi

abdomen

hypertimpani.
4. TTV :
-

TD

: 150/90 mmHg

DN : 74 x / menit

RR

Suhu : 36,5 C

: 25 x / menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama

: Ny. P

Umur

: 69 tahun

No.
1.

Tanggal
Muncul
24 Juni2004

Diagnosa

Tanggal

TT.

Keperawatan
Gangguan
Bowel

Teratasi
-

Eliminasi (BAB) b/d


pemenuhan kebutuhan
gizi tidak seimbang.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama

: Ny. P

Umur

: 69 Tahun

Tgl

No.

24

1.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Keperawatan

Hasil

Gangguan Bowel Tujuan umum :

Juni

Eliminasi (BAB) Setelah

2004

b/d
makanan

kurang adekuat.

1. Kaji

dilakukan

Intake intervensi
yang

Rencana Intervensi

pengetahuan

keperawatan

klien

dalam waktu 2 X 24 jam

pemahaman

klien dapat BAB secara


normal.
1. Klien
mau

secara

sadar

meningkatkan

intake makanan yang


mengandung

tinggi

2. Adanya motivasi dari


klien

dan

untuk

meningkatkan

keluarga

intake makanan klien.


Kriteria hasil :
nutrisi

mendapatkan
yang

cukup

gizi

yang

dengan

makan sayur dan


buah.
3. Anjurkan

klien

untuk

dapat

intake

cairan

1500 cc yang
dipenuhi secara
bertahap.
4. Anjurkan
untuk
makanan

klien
makan
yang

tidak bergas.

seimbang.
2. Klien

Anjurkan klien

meningkatkan

serat.

1. Klien

tentang nutrisi.
2.

Tujuan khusus :

mengenai

BAB 5. Lakukan

dengan

lancar

auskultasi bising

maksimal

dalam

usus.

waktu 2 X 24 jam .

CATATAN KEPERAWATAN

Nama

: Ny. P

Umur

: 69 Tahun.

No.
1.

Tanggal
24 Juni
2004

No. Dx
I

Tindakan Keperawatan
1. Mengkaji tingkat pengetahuan
klien tentang pentingnya nutrisi
yang seimbang.
2. Memberikan
mengenai

penyuluhan
makanan

yang

mengandung gizi seimbang.


3. Menganjurkan

klien

untuk

meningkatkan

intake

cairan

secara bertahap.
4. Mengukur TTV
5. Mengobservasi bising usus.

TT

EVALUASI

Nama

: Ny. P

Umur

: 69 Tahun

No.Dx
1.

Tanggal 27 Juni 2004


S :
a. Klien mengatakan sudah dapat BAB dengan lancar.
b. Klien mengatakan sudah minum sebanyak 5 gelas / hari.
c. Klien mengatakan mau mengkonsumsi sayuran dan buah- buahan.
O:
a. Bising usus 12 X / menit.
b. Makan dengan lauk pauk dan sayuran.
c. Perkusi abdomen tympani.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. P didapatkan bahwa pada


kasus dan teori tidak terdapat kesenjangan kecuali pada sistem GIT dan pola
eliminasi klien. Menurut teori terjadinya gangguan eliminasi bowel pada lansia
dapat disebabkan karena :
1. Pada sistem GIT terjadi penurunan fungsi peristaltik usus yaitu menjadi
lamban sehingga terjadi penurunan kemampuan untuk mencerna makanan.
2. Tidak cukupnya masukan cairan dan konsumsi makanan.
3. Kurang melakukan latihan fisik
4. Keadaan sakit misalnya : stroke yang menimbulkan kesulitan untuk
mengunyah atau menelan.
5. Penggunaan laxative yang berlebihan.
Sedangkan pada kasus ada beberapa kesamaan dengan teori yaitu :
Pada klien Ny. P konstipasi yang dialami klien terjadi karena tidak cukupnya
masukan cairan dan konsumsi gizi pada makanan klien yang tidak seimbang.
Tetapi ada juga perbedaan antara teori dan kasus yaitu :
Disebutkan pada teori bahwa konstipasi pada lansia dapat terjadi karena kurang
dalam aktivitas atau terjadi penurunan aktivitas. Sedangkan pada klien Ny. P aktif
dalam beraktivitas sehingga terjadinya konstipasi tidak dipengaruhi oleh aktivitas
klien.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. P dapat disimpulkan
bahwa :
1. Faktor usia juga mempengaruhi terjadinya konstipasi pada klien Ny. P
karena terjadi penurunan kemampuan peristaltik usus dalam mencerna
makanan.
2. Intake cairan dan konsumsi gizi makanan yang tidak seimbang dapat
mempengaruhi terjadinya konstipasi pada klien Ny. P.
3. Untuk mengatasi masalah konstipasi pada klien dilakukan penyuluhan
untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang pentingnya konsumsi
makanan yang mengandung gizi seimbang. Pada klien juga dianjurkan
untuk meningkatkan masukan cairan secara bertahap.

B. SARAN
1. Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan harus benar-benar
diperhatikan dan disesuaikan dengan kondisi klien.
2. Prioritas masalah yang munsul dapat digunakan untuk menentukan
penanganan atau melakukan prosedur tindakan yang tepat.
3. Melibatkan peran serta keluarga dalam prosedur keperawatan yang sangat
membantu untuk memberikan dukungan moral bagi klien.

PENGKAJIAN KEBUTUHAN BELAJAR

1. BIODATA
Nama

: Tn. W

Umur

: 78 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Suku

: Jawa

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Jl. Piranha No. 29 RW II RT I Ds. Tunjung Sekar


Lowokwaru Malang.
2. PENGKAJIAN FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pengkajian Riwayat Keperawatan


Usia
Saat ini usia klien sudah menginjak 78 tahun dimana terdapat
penurunan kemampuan dalam berpikir dan sulit untuk menerima
perubahan.
Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatan
Klien mempersepsikan bahwa penyakit yang dideritanya dapat diobati
dengan jamu tradisional Akar Pohon.
Kepercayaan klien tentang kesehatan
Klien mengetahui bahwa kesehatan perlu di jaga dan sangat penting
untuk diperhatikan ,tetapi kadang kadang klien ceroboh dalam
menjaga kesehatan.
Kepercayaan tentang agama
Klien beragama islam yang taat menjalankan ibadah dan selalu
mengikuti pengajian dikampung.
Kepercayaan dalam budaya

Klien menganggap bahwa jika makan- makanan seperti : kubis, ikan


asin, daging, kacang-kacangan, mlinjo, nangka muda, sawi, selada,
bayam dan minum es maka kedua kakinya akan terasa linu linu dan
agak pusing seperti ingin pingsan. Tetapi jlka minum susu kedelai dan
jamu tradisional Akar Pohon klien akan merasa kondisi tubuhnya lebih
baik.
Keadaan ekonomi klien
Klien selama ini sudah tidak bekerja sehingga kebutuhannya dan
iastrinya ditanggung oleh anaknya yang bekerja di pulau Batam.
Cara klien belajar
Klien belajar tentang masalah kesehatan dari pengalaman- pengalaman
keluarga

dan

tetangganya.Dimana

klien

juga

mendapatkan

pengetahuan kesehatan dari dokter dan perawat yang ada di Puskesmas


serta dari Mahasiswa Keperawatan Malang yang sedang PKMD.
Sistem pendukung yang mempertinggi proses belajar
Keluarga mempunyai kesadaran yang tinggi mengenai kesehatannya,
sehingga jika klien kambuh maka keluarga akan membawa klien ke
Puskesmas selain di obati sendiri dengan jamu Akar Pohon.
2. Pengkajian Fisik
Berat badan Tn. W adalah 65 kg, dengan tinggi badan 170 cm. Dari
pengukuran tanda tanda vital di peroleh sebagai berikut:tekanan
darahnya 140/110 mmHg , denyut nadi 68 x / menit, RR 25 X / menit dan
suhu tubuhnya 37 C. Mulutnya kering , fungsi pendengarannya baik,
fungsi penglihatannya baik serta kemampuan dalam ketrampilan
psikomotor dan perawatan dirinya baik.
3. Pengkajian kesiapan untuk Belajar
Kesiapan emosi
Tn. W secara emosi siap untuk belajar , hal ini dapat diketahui dari
cara penyambutan klien terhadap perawat yang ramah dan kooperatif
jika diajak bicara serta menjawab semua pertanyaan dengan baik.
Kesiapan kognitif

Klien dapat berfikir secara baik, serta sadar akan tindakan keperawatan
yang

dilakukan

sangat

penting

untuk

meningkatkan

status

kesehatannya.
Kesiapan berkomunikasi
Klien percaya terhadap penjelasan yang di berikan oleh perawat. Dan
klien juga mau menerima tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat.
4. Pengkajian Motivasi
Motivasi klien untuk mencegah agar tidak terjadi kekambuhan kembali
pada penyakitnya sangat kuat, tetapi suatu saat klien kadang kadang
masih melanggar aturan diit yang telah diterapkan sehingga kadang masih
terjadi kekambuhan.Sedangkan motivasi dari keluarga untuk mencegah
kekambuhan pada klien sangat besar hal ini di ketahui dari makanan yang
di berikan sudah sesuai dengan diit yang diberikan.
5. Pengkajian Kemampuan Membaca
Pendidikan klien Sd tetapi kemampuan membaca klien cukup lancar. Saat
perawat mengajukan alternatif pilihan ( membaca, menonton, atau
mendengarkan ) untuk mengetahui kemampuan membaca klien maka klien
lebih memilih membaca dan mendengarkan tentang penyakit asam
urat.Saat selesai dijelaskan oleh mahasiswa perawat klien, klien mampu
menjelaskan kembali dengan baik segala apa yang didengarkan dan
dibaca.
3. PENGKAJIAN FAKTOR PEMUNGKIN
1. Fasilitas yang ada
Rumah Tn. W dekat dengan Puskesmas, tetapi Tn. W jarang
memanfaatkannya. Hal ini dapat diketahui dari jarangnya klien datang ke
Puskesmas ( datang ke Puskesmas jika sakitnya kambuh ). Karena klien
kadang lebih memilih mengobati sakitnya dengan obat tradisional Akar
Pohon.
2. Ketersediaan sumber daya
Fasilitas kesehatan yang tersedia yaitu Puskesmas , Dokter praktek umum
dan RS daerah. Puaskesmas dapat dijangkau dengan jalan kaki dan naik

transportasi umum tetapi klien jarang memanfaatkan secara optimal


fasilitas kesehatan yang ada.
3. Keadaan rumah
Luas tanahnya yaitu 60 m milik sendiri, luas rumahnya 50 m yang
terdiri dari 2 buah kamar tidur, 1 ruang tamu, dan 1 ruang makan yang
merangkap dapur. Pengaturan perabot rumahnya tidak teratur, ventilasi
kurang, lantai terbuat dari semen , kandang ayam jadi satu dengan dapur
dan kebersihan rumah kurang terjaga.
4. Keadaan lingkungan
Lingkungan perumahan kondisinya sangat padat dengan pekarangan
rumah yang tidak ada, kondisi jalan yang sempit 2 m.Dengan topografi
yang mendatar dan rata , serta

rumah jauh dari tempat pembuangan

sampah.
5. Pola makan
Klien kurang memperhatikan komposisi menu makanan sehari hari
karena keterbatasan finansial dan kurang tahu tentang makanan yang
diperbolehkan.
6. Perilaku klien dan keluarga
Klien dan keluarga jika merasa sakit akan datang ke Puskesmas dan
kadang kadang keluarga mengkonsumsi jamu tradisional Akar Pohon.
4. PENGKAJIAN FAKTOR PENGUAT
1. Petugas kesehatan
2. Motivasi dari keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakpatuhan terhadap diit Asam Urat yang diterapkan berhubungan
dengan kurang pengetahuan terhadap progam yang diikuti.

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik

: Gangguan Sistem Muskuloskeletal

Pokok Bahasan

: Artritis Gout pada Lansia

Sub Pokok Bahasan

: Penatalaksanaan Diit pada Lansia dengan


Penyakit Artritis Gout

Sasaran

: Klien Lansia dengan Artritis Gout

Waktu dan Tempat

Hari / tanggal

: Jumat 7 Mei 2004

Tempat

: Rumah Tn. W di Jl. Piranha No. 29 RW II RT I


Ds.Tunjung sekar Malang

Pukul
Tujuan Umum

: 16. 00 - 17.00
: Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien
mengerti dan mampu memahami penyakit yang
dideritanya

Tujuan Khusus

: Setelah dilakukan penyuluhan klien mampu

Menyebutkan pengertian Artritis Gout .


Menyebutkan penyebab penyakit Artritis Gout
Menyebutkan tanda ddan gejala penyakit Artritis Gout
Menyebutkan cara penatalaksanaan diit yang tepat pada penyakit
Artritis Gout.
Media

: Leaflet

Metode Penyuluhan

: Ceramah dan Tanya Jawab

Tahap

Waktu

Kegiat
an
Pendahulu 15 menit
an

Kegiatan

Kegiatan

Metode

Perawat

Klien

dan

1. Salam

Media
dan 1. Mendengarkan Ceramah

perkenalan

dengan

2. Menyamakan

seksama

persepsi

2. Menjawab

3. Mengemukakan

Penyajian

25 menit

pertanyaan

tujuan dari ruang

yang diajukan

lingkup

penyuluh.

pembicaraan .
1. Menjelaskan
pengertian

1. Mendengarkan Ceramah

Artritis

Gout.

dengan

dan Tanya

seksama

Jawab

2. Menjelaskan tanda 2. Bertanya


dan gejala penyakit

tentang materi

Artritis Gout.

yang tidak di

3. Menjelaskan

pahami

penyebab penyakit

dan

dimengerti.

Artritis Gout.
4. Menjelaskan

cara

penatalaksanaan
diit yang tepat bagi
klien Artritis Gout
5. Memberi
kesempatan

klien

untuk bertanya
6. Menjawab
pertanyaan
Penutup

10 menit

dari

klien
1. Memberikan

1. Memperhatika

Ceramah

kesimpulan

pada

materi

yang

perasaan puas Leaflet

disampaikan.

dan mengerti

2. Evaluasi

dengan

jawaban

yang

singkat
3. Tindak lanjut dan
harapan
kegiatan

dengan dan

setelah

4. Mengucapkan
salam penutup

MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN ARTRITIS GOUT
Artritis Gout atau apa yany disebut Asam Urat merupakan penyakit
metabolik yang mempunyai sekelompok gangguan atau sindrom klinis
metabolik yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asam urat
(Hiperurisemia).masalah akan timbul jika tebentuk kristal-kristal urat pada
sendi- sendi dan jaringan sekitarnya. Dimana kristal tersebut berbentuk seperti
jarum yang akan mengakibatka reaksi peradangan, jika berlanjut akan
menimbulkan nyeri hebat dan kerusakan pada sendi dan jaringan lunak.
B. PENYEBAB
Penyebab utamanya ialah peningkatan kadar asam urat yang berlebihan
serta penurunan ekresi asam urat melalui ginjal karena suatu proses penyakit
lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Hal yang penting diketahui bahwa
asam urat sendiri tidak akan menimbulkan apa-apa tetapi rasa sakit yang
dirasakan terjadi akibat terbentuknya kristal yang mengendap.
3. TANDA DAN GEJALA
Penyakit ini mempunyai 4 tahap dari perjalanan klinis penyakitnya yaitu :
Tahap I
Ditandai dengan peningkatan asam urat serum yang tanpa disertai gejalagejala kelainan.
Tahap II
Adalah Artritis Gout yang berlanjut menjadi akut.pada tahap ini terjadi
pembengkakan dan nyeri biasanya pada sendi pergelangan kaki dan
tangan.selanjutnya diikuti penbentukan tofi ( timbunan Natrium - urat ).
Biasanya terjadi demam dan leukositosis.
Tahap III
Adalah tahap intertitis. Pada tahap ini tidak terdapat gejala-gejala klinis
yang dapat berlangsung beberapa bulan sampai dengan beberapa tahun.

Tahap IV
Adalah Gout kronik. Terjadi peradangan kronik akibat kristal- kristal asam
urat.sehingga mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran dan
penonjolan sendi yang bengkak.komplikasi jika tidak tertangani akan
terjadi kerusakan pada ginjal sehingga ekskresi asam urat akan bertambah
buruk.
D. CARA PENATALAKSANAAN DIIT YANG TEPAT PADA PENYAKIT
GOUT ARTRITIS
Faktor- faktor yang berperan atau mempengaruhi dalam perjalanan klinis
dari Artritis Gout ini adalah salah satunya diit atau konsumsi makanan
(tinggi purin) yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat.
Tujuan penatalaksanaan diit pada penyakit Artritis Gout :
1. Menurunkan pembentukan asam urat.
2. Menurunkan berat badan dalam batas normal
3. Mencegah kekambuhan kembali
4. Mengendalikan kadar asam urat serum
Syarat-syarat makanan yang bisa dikonsumsi :
1. Rendah purin
2. Cukup kalori, protein, vitamin dan mineral
3. Karbohidrat tinggi untuk memudahkan ekskresi asam urat
4. Lemak sedang untuk mengurangi pembemtukan asam urat
5. Konsumsi cairan ditingkatkan untuk meningkatkan ekskresi asam urat
Makanan yang tidak diperbolehkan :
Jeroan (jantung, limpa, otak, hati), ikan sarden, kerang, daging bebek,
angsa, burung atau ayam kalkun dan kaldu daging.
Makanan berikut diperbolehkan tetapi dibatasi konsumsinya (mengandung
purin 50-150 mg/100 gr bahan makanan):
1. Daging ayam, ikan tongkol, tenggiri, bandeng sebanyak 50 gr / hari
2. Semua macam kacang-kacangan kering 25 gr / hari dan hasil
olahannya seperti tempe, tahu, oncom 50 gr / hari
3. Kacang kapri, kacang buncis, kembang kol, bayam, jamur maksimum
50 gr / hari

4. Nangka muda, emping, sawi dan kubis


5. Minyak dalam jumlah terbatas
Bahan makanan yang boleh diberikan (mengandung purin 0-15 mg / 100
gr bahan makanan) :
1. Beras, kentang, singkong, roti, mie, bihun, tepung-tepungan biskuit.
2. Susu skim, telur
3. Semua sayuran kecuali yang dibatasi
4. Semua buah-buahan
5. Teh, kopi, minuman yang mengandung soda
6. Semua macam bumbu
Indikasi diit : pada penderita Gout dan batu ginjal asamurat
Contoh Menu Sehari

Pagi
-

Nasi

Telur dadar

Cah kangkung

Jam 10.00 : bubur kacang ijo

Siang
-

Nasi

Pepes ikan

Tahu isi kukus

Urapan

Pepaya

Jam 16.00 : selada buah

Malam
-

Nasi

Daging bumbu bali

Tempe bacem

Sayur asem

Pisang

DAFTAR PUSTAKA
Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia).
Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa
Lueckenofte, 1998. Pedoman Praktis Pengkajian Gerontologi Edisi 2. Jakarta :
EGC
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
Watson, R. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC

Disusun Guna Memenuhi Tugas Dari Mata Ajar


Keperawatan Gerontik I (KJR 209)

Disusun Oleh :
Kelompok I.A
ALVINA PUSPITASARI

(0201100001)

DEWI RACHMAWATI

(0201100006)

ANANG SATRIANTO

(0201100002)

DHIMAS ADITYA S.A

(0201100007)

CHRISTEN SUSANTI

(0201100003)

DIAN ARITINAWATI

(0201100008)

DAVID HENDRO

(0201100004)

DIANA JULI ARINDA

(0201100009)

DEWI KESWULAN N.H

(0201100005)

DIDIK SURYABUDI

(0201100010)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
MALANG
2004

Anda mungkin juga menyukai