Makalah Gerontik Eliminasi
Makalah Gerontik Eliminasi
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas kehendak-Nyalah penyusunan makalah asuhan keperawatan dengan
judul Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny.P Dengan Gangguan Eliminasi
(BOWEL) ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan
Gerontik I (KJR 209) tahun ajaran 2003-2004. Setelah melalui beberapa tahapan
antara lain penentuan topic dan judul, penyusunan kerangka, pengumpulan data
hingga pada analisis data. Akhirnya makalah asuhan keperawatan ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik apabila tidak didukung
oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Hj. Isnaeni DTN, SKM, M. Kes, Selaku Direktur Poltekes Malang
2. Bapak Imam Subekti, Skp. Selaku koordinator ilmu keperawatan gerontik.
3. Ibu Lenny Saragih, SKM, Mkes. Selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan makalah ini.
4. Rekan-Rekan Mahasiswa Dan Seluruh Pihak Yang Telah Membantu
Penyusunan Tugas Makalah Ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan. Dan
makalah ini penyusun persembahkan kepada para pembaca. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Pustaka
: ...ii
Daftar Isi
: ..iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
: .01
B. Tujuan Penulisan
: .....................................................02
C. Batasan Penulisan
: .....02
: .....03
B. Eliminasi
: .....17
C. Asuhan Keperawatan
: .20
D. Eliminasi Bowel
: .....21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah
dan dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia tetapi kekurangankekurangan yang menyolok dan hal tersebut bisa terjadi karena beberapa
faktor antara lain lansia yang bekerja, lansia yang malnutrisi dan lain-lain.
Menua
bukanlah
suatu
penyakit
tetapi
merupakan
proses
Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan lansia secara nyata dalam pemenuhan kebutuhan Eliminasi pada
lansia.
C.
Batasan Penulisan
Pada pembuatan makalah ini kelompok membatasi pada pembahasan
kebutuhan Eliminasi pada lansia menggunakan tinjauan teori tentang
pemenuhan kebutuhan Eliminasi pada lansia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
1.
Gerontologi
Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia),
yaitu gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik.
Gerontologi berasal dari kata Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu. Jadi
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus mengenai
faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia.
Gerontologi Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (Kozier,
1987)
Cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang
mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).
2.
Geriatri
Geriatri berasal dari kata Geros : Lanjut usia dan Eatrie :
kesehatan/medikal.
Geriatri Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit
pada lanjut usia
Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis,
preventif maupun terapeutis bagi klien lanjut usia.
Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibatakibatnya pada tubuh manusia.
Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari geriatri adalah manusia
lanjut usia.
Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan
penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia.
Geriatri : Cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah
kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black &
Matassari Jacob, 1997).
3.
Geriatric Nursing :
a. Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses
menua (Kozier, 1987)
b. Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya
pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan,
keahlian dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi
optimal lanjut usia/lansia secara komprehensif. Oleh karena itu,
perawatan lansia yang menderita penyakit (geriatric nursing) dan
dirawat di rumah sakit merupakan bagian dari Gerontic nursing.
4.
Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes,
1994).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut)
secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua
makhluk hidup.
Proses menua sertiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda)
tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (Deskripansi). Menurut
undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasdal 8
ayat 2, berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat, kelemahan dan
lanjut usia.
Berdasarkan pernyataan ini, maka lanjut usia dianggap sebagai
semacam penyakit. Hal ini tidak benar. Gerontologi berpendapat lain,
sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu masa/tahap hidup
manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
tubuh maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi
sedikit.
Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan proses
menua, mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya
cadangan vital, teori terjadinya atrofi, yaitu : teori yang mengatakan
bahwa proses menua adalah proses evolusi dan teori imunologik, yaitu :
teori adanya produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang makin
bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergendengan
dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Yang
penting untuk
2.)
3.)
b. Teori-teori biologi
1.)
3.)
Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada
orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu
sendiri.
4.)
5.)
6.)
g. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapakn jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
6.
usia
seseorang
secara
berangsur-angsur
mulai
8.
Sel
1.)
2.)
3.)
4.)
b.
5.)
6.)
7.)
Sistem persyarafan
1.)
2.)
3.)
4.)
penglihatan,
hilangnya
pendengaran,
Sistem pendengaran
1.)
Presbiakus
(gangguan
pada
pendengaran).
Hilangnya
3.)
4.)
d.
Sistem penglihatan
1.)
2.)
3.)
4.)
5.)
6.)
Menurunnya
lapangan
pandang
berkurang
luas
pandangannya.
7.)
e.
Sistem kardiovaskuler
1.)
2.)
3.)
4.)
5.)
f.
2.)
g.
Sistem respirasi
1.)
2.)
3.)
4.)
5.)
6.)
7.)
8.)
h.
Sistem gastrointestinal
1.)
2.)
3.)
Esofagus melebar.
4.)
5.)
6.)
7.)
8.)
9.)
Atrofi payudara.
10.)
11.)
Kehidupan
seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
b.)
Hubungan
seksual
secara
teratur
membantu
mempertahankan
kemampuan seksual.
c.)
Tidak perlu
cemas karena merupakan perubahan alami.
Sistem genitourinaria
1.)
Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh
melalui urin darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan
(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya; kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya + 1); BUN
(blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg %; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2.)
3.)
4.)
Atrofi vulva
5.)
Vagina
Orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga
membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu untuk
fungsi sexual seseorang berhenti; frekuensi sexual intercourse
cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
j.
Sistem endokrin
1.)
2.)
3.)
Pituitari :
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan
hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya
produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4.)
Menurunnya
aktivitas
tiroid,
menurunnya
BMR
(basal
6.)
k.
2.)
3.)
4.)
5.)
6.)
7.)
l.
8.)
9.)
10.)
11.)
12.)
2.)
Kifosis
3.)
4.)
5.)
6.)
7.)
8.)
B. ELIMNASI
1.
Pengertian
Merupakan proses pembuangan waste product (sisa metabolisme) dari
urine dan faeces.
a.
Faeces merupakan :
1.) Hasil/waste product berupa zat padat dari intestinal/colon dalam
proses defekasi
2.) Masa/faeces bergerak karena pengaruh dari peristaltik tertentu dari
daerah colon
3.) Peristaltik mendorong isi keanus dan memberi tanda untuk terjadi
pengosongan.
b.
Urine
Merupakan hasil/waste product berupa zat cair hasil sekresi ditubulus
colecting diginjal kemudian dibuang melalui ureter kemudian bledder.
Sehingga dikeluarkan karena stimulasi persyarafan dinding bledder.
Namun dapat dikontrol secara sadar terutama untuk musculus spingter
interna/externa.
2.
Proses Eliminasi
a.
b.
Eliminasi urine
Terdapat sejumlah alasan terjadinya inkontinensia, baik yang
disebabkan oleh semua faktor diatas maupun masalah klinis yang
berhubungan. Alasan utama pada lansia adalah adanya ketidakstabilan
kandung kemih. Beberapa kerusakan persyarafan mengakibatkan
seseorang tidak mampu mencegah kontraksi otot kandung kemih secara
efektif (otot detrusor) dan mungkin juga dipersulit oleh masalah lain,
seperti keterbatasan gerak/konfusi. Keinginan untuk miksi datang cepat
dan sangat mendesak pada seseorang sehingga penderita tidak sampai
pergi ke toilet, akibatnya terjadi inkontinensia, kejadian yang sama
mungkin dialami pada saat tidur.
Pada wanita, kelemahan otot spingter pada outlet sampai kandung
kemih seringkali disebabkan oleh kelahiran multipel sehinga pengeluaran
urine dari kandung kemih tidak mampu dicegah selama masa peningkatan
tekanan pada kandung kemih. Adanya tekanan di dalam abdomen seperti
bersin, batuk, atau saat latihan juga merupakan faktor konstribusi.
Pembesaran kelenjar prostat pada pria adalah penyebab yang paling
umum terjadinya obstruksi aliran urine dari kandung kemih. Kondisi ini
menyebabkan inkontinensia karena adanya mekanisme overflow, namun
inkontinensia ini dapat juga di sebabkan oleh adanya obstruksi yang
berakibat konstipasi dan juga adanya massa maligna (cancer) dalam pelvis
yang dialami oleh pria dan wanita. Akibat dari obstruksi, tonus kandung
kemih akan menghilang sehingga disebut kandung kemih atonik. Kandung
kemih yang kondisinya penuh gagal berkotraksi akan tetapi kemudian
menyebabkan overflow, sehingga terjadi inkontinensia.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang
mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan. Pengkajian merupakan
langkah pertama dalam proses ini yaitu meliputi pengumpulan dan analisa
data dan menghasilkan diagnosa keperawatan. Pengkajian yang berfokus
1.
Pengkajian
a Eliminasi urine
1.)
Intervensi
a. Eliminasi Urine
1.)
2.)
b. Eliminasi Bowel
3.
1.)
2.)
3.)
4.)
Cukup cairan
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
1. BIODATA
Nama
: Ny. P
Umur
: 69 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SD
Penghasilan
:-
Suku
: Jawa Indonesia
Agama
: Kristen
Status Perkawinan
: Kawin
Status Rumah
: Milik sendiri
Tanggal Pengkajian
: 24 Juni 2004
Dalam keluarga klien ada anggota keluarga yang mengalami sakit yang
sama dengan klien yaitu hipertensi . Sementara itu anaknya tidak ada yang
menderita penyakit DM , asma dll.
: 150 / 90 mmHg
DN
: 74 x / menit
RR
: 25 x / menit
Suhu
: 36,5 C
b. Integumen
Tekstur : kulit kehilangan elastisitasnya yaitu keriput, melipat, berkantung
dan kekeringan. Kulit teraba hangat, turgor kembali dalam waktu kurang
dari 2 detik, kebersihan kulit terjaga, tidak ada lesi dan terjadi perubahan
pada rambut.
c. Kepala
Bentuk oval, simetris, warna rambut memutih, penyebaran merata dan
rambut mulai rontok.
d. Sistem Penglihatan
Mata tidak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera agak keruh, pupil
isokor, kornea agak keruh, visus menurun.
e. Sistem Pendengaran
Fungsinya agak berkurang karena proses ketuaan, tidak ada serumen dan
tidak terjadi perdarahan.
dan kiri.
Auskultasi : Suara napas vesikuler , tidak ada ronki, wheezing.
Perkusi
k. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi dan Palpasi : Tidak terdapat pembesaran jantung .
Auskultasi
l. Sistem Perkemihan
Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada distensi suprapubik , BAK lancar ,
tidak terjadi infeksi, frekuensi BAK normal dengan volume BAK 400 ml
/ hari dan tidak terjadi inkontinensia urine.
m. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi
Palpasi
distensi abdomen.
Auskultasi : Bising usus 3 x / menit.
Perkusi
No.
Kriteria
Dengan
Mandiri
Keterangan
Bantuan
1.
Makan
10
Frekuensi : 2 - 3 x /
hari
Jumlah
Jenis
(tahu,
: 3 piring
: lauk pauk
tempe)
dan
sedikit sayur
2.
Minum
10
Frekuensi : 3 - 4 x/ hari
Jumlah
: 3 gelas/
hari
Jenis
: air putih ,
kadang-kadang
minum
susu.
3.
Berpindah
dari
15
4.
5.
5
10
mencuci pakaian ,
6.
7.
menyeka tubuh )
Mandi
Jalan di permukaan
15
5
8.
9.
10.
datar
Naik turun tangga
Mengenakan pakaian
Kontrol bowel
10
10
10
11.
( BAB)
Kontrol
10
Blader
(BAK)
12.
13.
/
waktu
10
(normal)
Frekuensi : 1x/ hari
10
Salah
No.
1.
2.
3.
4.
Pertanyaan
Tanggal berapa hari ini
Hari apa sekarang ini ?
Apa nama tempat ini ?
Dimana alamat Anda ?
Jawaban
Tanggal 24
Kamis
Oro-oro Dowo
Jl. B.S. Riadi Gg. X
Oro-Oro
Dowo
5.
6.
Malang.
Berapa umur Anda ?
69 tahun
Siapa
nama
Presiden Ibu Megawati
7.
Indonesia ?
Siapa Presiden Indonesia dulu Gus Dur
8.
9.
10.
?
Kapan Anda lahir ?
Tahun 1935
Siapa nama Ibu Anda ?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17
,selanjutnya
pengurangan 3 dari setiap benar
angka baru , semua secara
menurun.
Keterangan :
Skor Total : Benar ( 10 ) Fungsi intelektual utuh
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan
MMSE ( Mini Mental Status Exam )
Orientasi
Registrasi
Perhatian
Kalkulasi
Mengingat kembali
Bahasa
No.
1.
Aspek
Kognitif
Orientasi
Nilai
Nilai
Max.
5
Klien
5
Kriteria
Menyebutkan
dengan
benar
tahun,
2.
Registrasi
masing
objek
tersebut,
4.
Perhatian
dan
Kalkulasi
Mengingat
Bahasa
5) Perputaran leher
Klien mampu mengerakkan leher serta berputar ke kiri dan ke kanan,
tidak pusing , klien dapat mengerakkan kaki dan memegang objek
untuk dukungan.
6) Gerakan menggapai sesuatu
Klien mampu menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
dengan kedua tangan serta memegang sesuatu untuk dukungan.
7) Membungkuk
Klien mampu membungkuk untuk mengambil benda seperti bolpoin
dari lantai dan pada waktu berdiri tidak memerlukan bantuan dari
orang lain.
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
1) Bila klien diminta untuk berjalan ke tempat yang ditentukan klien bisa
melaksanakan dan langsung malakukan tanpa menggunakan objek
sebagai dukungan.
2) Ketinggian langkah kaki
Pada saat klien mengangkat kaki atau melangkah tampak seperti orang
normal pada umumnya. Kaki tidak diseret dan tidak mengangkat kaki
terlalu tinggi.
3) Kesimetrisan langkah
Langkah kaki klien simetris karena tidak ada kecacatan pada tubuh
klien .
4) Penyimpangan jalur saat berjalan
Klien bisa berjalan pada garis lurus dan tidak menyimpang saat
berjalan.
5) Berbalik
Pada waktu berbalik klien tidak berhenti tapi langsung berbalik . Klien
berjalan tidak sempoyongan dan bergoyang serta jarang sekali bagi
klien untuk mencari pegangan saat berjalan
6) Kontinuitas langkah kaki
Langkah klien biasa seperti sebagaimana mestinya, tetapi langkah kaki
klien pelan.
ANALISA DATA
Nama
: Ny. P
Umur
: 69 Tahun
No.
Data Penunjang
1.
Masalah
Kemungkinan
Penyebab
Gangguan Bowel Pemenuhan
DS :
gizi
tidak seimbang.
kebutuhan
dan
hanya
abdomen
hypertimpani.
4. TTV :
-
TD
: 150/90 mmHg
DN : 74 x / menit
RR
Suhu : 36,5 C
: 25 x / menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
: Ny. P
Umur
: 69 tahun
No.
1.
Tanggal
Muncul
24 Juni2004
Diagnosa
Tanggal
TT.
Keperawatan
Gangguan
Bowel
Teratasi
-
Nama
: Ny. P
Umur
: 69 Tahun
Tgl
No.
24
1.
Diagnosa
Keperawatan
Hasil
Juni
2004
b/d
makanan
kurang adekuat.
1. Kaji
dilakukan
Intake intervensi
yang
Rencana Intervensi
pengetahuan
keperawatan
klien
pemahaman
secara
sadar
meningkatkan
tinggi
dan
untuk
meningkatkan
keluarga
mendapatkan
yang
cukup
gizi
yang
dengan
klien
untuk
dapat
intake
cairan
1500 cc yang
dipenuhi secara
bertahap.
4. Anjurkan
untuk
makanan
klien
makan
yang
tidak bergas.
seimbang.
2. Klien
Anjurkan klien
meningkatkan
serat.
1. Klien
tentang nutrisi.
2.
Tujuan khusus :
mengenai
BAB 5. Lakukan
dengan
lancar
auskultasi bising
maksimal
dalam
usus.
waktu 2 X 24 jam .
CATATAN KEPERAWATAN
Nama
: Ny. P
Umur
: 69 Tahun.
No.
1.
Tanggal
24 Juni
2004
No. Dx
I
Tindakan Keperawatan
1. Mengkaji tingkat pengetahuan
klien tentang pentingnya nutrisi
yang seimbang.
2. Memberikan
mengenai
penyuluhan
makanan
yang
klien
untuk
meningkatkan
intake
cairan
secara bertahap.
4. Mengukur TTV
5. Mengobservasi bising usus.
TT
EVALUASI
Nama
: Ny. P
Umur
: 69 Tahun
No.Dx
1.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. P dapat disimpulkan
bahwa :
1. Faktor usia juga mempengaruhi terjadinya konstipasi pada klien Ny. P
karena terjadi penurunan kemampuan peristaltik usus dalam mencerna
makanan.
2. Intake cairan dan konsumsi gizi makanan yang tidak seimbang dapat
mempengaruhi terjadinya konstipasi pada klien Ny. P.
3. Untuk mengatasi masalah konstipasi pada klien dilakukan penyuluhan
untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang pentingnya konsumsi
makanan yang mengandung gizi seimbang. Pada klien juga dianjurkan
untuk meningkatkan masukan cairan secara bertahap.
B. SARAN
1. Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan harus benar-benar
diperhatikan dan disesuaikan dengan kondisi klien.
2. Prioritas masalah yang munsul dapat digunakan untuk menentukan
penanganan atau melakukan prosedur tindakan yang tepat.
3. Melibatkan peran serta keluarga dalam prosedur keperawatan yang sangat
membantu untuk memberikan dukungan moral bagi klien.
1. BIODATA
Nama
: Tn. W
Umur
: 78 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
dan
tetangganya.Dimana
klien
juga
mendapatkan
Klien dapat berfikir secara baik, serta sadar akan tindakan keperawatan
yang
dilakukan
sangat
penting
untuk
meningkatkan
status
kesehatannya.
Kesiapan berkomunikasi
Klien percaya terhadap penjelasan yang di berikan oleh perawat. Dan
klien juga mau menerima tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat.
4. Pengkajian Motivasi
Motivasi klien untuk mencegah agar tidak terjadi kekambuhan kembali
pada penyakitnya sangat kuat, tetapi suatu saat klien kadang kadang
masih melanggar aturan diit yang telah diterapkan sehingga kadang masih
terjadi kekambuhan.Sedangkan motivasi dari keluarga untuk mencegah
kekambuhan pada klien sangat besar hal ini di ketahui dari makanan yang
di berikan sudah sesuai dengan diit yang diberikan.
5. Pengkajian Kemampuan Membaca
Pendidikan klien Sd tetapi kemampuan membaca klien cukup lancar. Saat
perawat mengajukan alternatif pilihan ( membaca, menonton, atau
mendengarkan ) untuk mengetahui kemampuan membaca klien maka klien
lebih memilih membaca dan mendengarkan tentang penyakit asam
urat.Saat selesai dijelaskan oleh mahasiswa perawat klien, klien mampu
menjelaskan kembali dengan baik segala apa yang didengarkan dan
dibaca.
3. PENGKAJIAN FAKTOR PEMUNGKIN
1. Fasilitas yang ada
Rumah Tn. W dekat dengan Puskesmas, tetapi Tn. W jarang
memanfaatkannya. Hal ini dapat diketahui dari jarangnya klien datang ke
Puskesmas ( datang ke Puskesmas jika sakitnya kambuh ). Karena klien
kadang lebih memilih mengobati sakitnya dengan obat tradisional Akar
Pohon.
2. Ketersediaan sumber daya
Fasilitas kesehatan yang tersedia yaitu Puskesmas , Dokter praktek umum
dan RS daerah. Puaskesmas dapat dijangkau dengan jalan kaki dan naik
sampah.
5. Pola makan
Klien kurang memperhatikan komposisi menu makanan sehari hari
karena keterbatasan finansial dan kurang tahu tentang makanan yang
diperbolehkan.
6. Perilaku klien dan keluarga
Klien dan keluarga jika merasa sakit akan datang ke Puskesmas dan
kadang kadang keluarga mengkonsumsi jamu tradisional Akar Pohon.
4. PENGKAJIAN FAKTOR PENGUAT
1. Petugas kesehatan
2. Motivasi dari keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakpatuhan terhadap diit Asam Urat yang diterapkan berhubungan
dengan kurang pengetahuan terhadap progam yang diikuti.
Pokok Bahasan
Sasaran
Hari / tanggal
Tempat
Pukul
Tujuan Umum
: 16. 00 - 17.00
: Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien
mengerti dan mampu memahami penyakit yang
dideritanya
Tujuan Khusus
: Leaflet
Metode Penyuluhan
Tahap
Waktu
Kegiat
an
Pendahulu 15 menit
an
Kegiatan
Kegiatan
Metode
Perawat
Klien
dan
1. Salam
Media
dan 1. Mendengarkan Ceramah
perkenalan
dengan
2. Menyamakan
seksama
persepsi
2. Menjawab
3. Mengemukakan
Penyajian
25 menit
pertanyaan
yang diajukan
lingkup
penyuluh.
pembicaraan .
1. Menjelaskan
pengertian
1. Mendengarkan Ceramah
Artritis
Gout.
dengan
dan Tanya
seksama
Jawab
tentang materi
Artritis Gout.
yang tidak di
3. Menjelaskan
pahami
penyebab penyakit
dan
dimengerti.
Artritis Gout.
4. Menjelaskan
cara
penatalaksanaan
diit yang tepat bagi
klien Artritis Gout
5. Memberi
kesempatan
klien
untuk bertanya
6. Menjawab
pertanyaan
Penutup
10 menit
dari
klien
1. Memberikan
1. Memperhatika
Ceramah
kesimpulan
pada
materi
yang
disampaikan.
dan mengerti
2. Evaluasi
dengan
jawaban
yang
singkat
3. Tindak lanjut dan
harapan
kegiatan
dengan dan
setelah
4. Mengucapkan
salam penutup
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN ARTRITIS GOUT
Artritis Gout atau apa yany disebut Asam Urat merupakan penyakit
metabolik yang mempunyai sekelompok gangguan atau sindrom klinis
metabolik yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi asam urat
(Hiperurisemia).masalah akan timbul jika tebentuk kristal-kristal urat pada
sendi- sendi dan jaringan sekitarnya. Dimana kristal tersebut berbentuk seperti
jarum yang akan mengakibatka reaksi peradangan, jika berlanjut akan
menimbulkan nyeri hebat dan kerusakan pada sendi dan jaringan lunak.
B. PENYEBAB
Penyebab utamanya ialah peningkatan kadar asam urat yang berlebihan
serta penurunan ekresi asam urat melalui ginjal karena suatu proses penyakit
lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Hal yang penting diketahui bahwa
asam urat sendiri tidak akan menimbulkan apa-apa tetapi rasa sakit yang
dirasakan terjadi akibat terbentuknya kristal yang mengendap.
3. TANDA DAN GEJALA
Penyakit ini mempunyai 4 tahap dari perjalanan klinis penyakitnya yaitu :
Tahap I
Ditandai dengan peningkatan asam urat serum yang tanpa disertai gejalagejala kelainan.
Tahap II
Adalah Artritis Gout yang berlanjut menjadi akut.pada tahap ini terjadi
pembengkakan dan nyeri biasanya pada sendi pergelangan kaki dan
tangan.selanjutnya diikuti penbentukan tofi ( timbunan Natrium - urat ).
Biasanya terjadi demam dan leukositosis.
Tahap III
Adalah tahap intertitis. Pada tahap ini tidak terdapat gejala-gejala klinis
yang dapat berlangsung beberapa bulan sampai dengan beberapa tahun.
Tahap IV
Adalah Gout kronik. Terjadi peradangan kronik akibat kristal- kristal asam
urat.sehingga mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran dan
penonjolan sendi yang bengkak.komplikasi jika tidak tertangani akan
terjadi kerusakan pada ginjal sehingga ekskresi asam urat akan bertambah
buruk.
D. CARA PENATALAKSANAAN DIIT YANG TEPAT PADA PENYAKIT
GOUT ARTRITIS
Faktor- faktor yang berperan atau mempengaruhi dalam perjalanan klinis
dari Artritis Gout ini adalah salah satunya diit atau konsumsi makanan
(tinggi purin) yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat.
Tujuan penatalaksanaan diit pada penyakit Artritis Gout :
1. Menurunkan pembentukan asam urat.
2. Menurunkan berat badan dalam batas normal
3. Mencegah kekambuhan kembali
4. Mengendalikan kadar asam urat serum
Syarat-syarat makanan yang bisa dikonsumsi :
1. Rendah purin
2. Cukup kalori, protein, vitamin dan mineral
3. Karbohidrat tinggi untuk memudahkan ekskresi asam urat
4. Lemak sedang untuk mengurangi pembemtukan asam urat
5. Konsumsi cairan ditingkatkan untuk meningkatkan ekskresi asam urat
Makanan yang tidak diperbolehkan :
Jeroan (jantung, limpa, otak, hati), ikan sarden, kerang, daging bebek,
angsa, burung atau ayam kalkun dan kaldu daging.
Makanan berikut diperbolehkan tetapi dibatasi konsumsinya (mengandung
purin 50-150 mg/100 gr bahan makanan):
1. Daging ayam, ikan tongkol, tenggiri, bandeng sebanyak 50 gr / hari
2. Semua macam kacang-kacangan kering 25 gr / hari dan hasil
olahannya seperti tempe, tahu, oncom 50 gr / hari
3. Kacang kapri, kacang buncis, kembang kol, bayam, jamur maksimum
50 gr / hari
Pagi
-
Nasi
Telur dadar
Cah kangkung
Siang
-
Nasi
Pepes ikan
Urapan
Pepaya
Malam
-
Nasi
Tempe bacem
Sayur asem
Pisang
DAFTAR PUSTAKA
Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia).
Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa
Lueckenofte, 1998. Pedoman Praktis Pengkajian Gerontologi Edisi 2. Jakarta :
EGC
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
Watson, R. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC
Disusun Oleh :
Kelompok I.A
ALVINA PUSPITASARI
(0201100001)
DEWI RACHMAWATI
(0201100006)
ANANG SATRIANTO
(0201100002)
(0201100007)
CHRISTEN SUSANTI
(0201100003)
DIAN ARITINAWATI
(0201100008)
DAVID HENDRO
(0201100004)
(0201100009)
(0201100005)
DIDIK SURYABUDI
(0201100010)