PENDAHULUAN
1|Page
BAB II
HIPERTERMIA MALIGNA
Definisi
Hipertermi maligna pertama kali diberikan sebagai definisi dari peningkatan
suhu intra anastesi yang progresif. Namun semakin diketahui bahwa yang dimaksud
dengan hipertermi malgina, gejala peningkatan suhu hanyalah merupakan salah satu
dampak dari hipertermi maligna.1
Hipertermi maligna meruppakan suatu keadaan berat disertai dengan
peningkatan konsumsi dari energy tubuh setelah paparan obat dari obat anastesi.
Adanya riwayat pasien atau keluarga yang meninggal setelah anastesi umum atau
didapatkan keadaan demam tinggi.3,5
Malignan Hipertermi merupakan suatu kelainan genetik yang melibatkan otot
skeletal. Pada serangan dari malgnansi hipertensi atau biasa disebut fase krisis nya.
Seranganya dapat berlangsung kapan saja namun keadaan tersering pada saat
dilakukan analgesi inhalasi.1,5
2|Page
Sejarah
Kejadian hipertermi maligna pertamakali pada 1960, dimana Denbrouhgh dan
Lovel melaporkan sekelompok gejala klinis intra anastesi yang menimpa satu
keluarga di Australia. Secara klinis pada keadaan tersebut peningkatan suhu menjadi
suatu penanda yang khas.1,5
Pada tahun 1988 pembahasan mengenai malignan hipertermia mulai dimuat
diberbagai artikel British Journal Anastesia. Semenjak massa tersebut malignan
hipertermi menjadi suatu kelainan yang sangat mengganggu di dunia anastesi. Pada
saat tersebutlah dimulai berbagai penelitian untuk memahami lebih lanjut mengenai
hipertermi maligna.1,5
Epidemiogi
Insiden episode maligna hipertermi selama anestesi adalah antara 1 : 5.000
dan 1 : 50,000 - 100,000 anesthesias. Meskipun krisis maligna hipertermi dapat
berkembang pada paparan pertama anestesi dengan agen - agen yang dikenal untuk
memicu sebuah episode maligna hipertermi, rata - rata, pasien membutuhkan tiga
anesthesias sebelum memicu serangan. Semua kelompok etnis yang terpengaruh, di
semua bagian dunia. Insiden tertinggi adalah pada orang muda, dengan usia rata-rata
semua reaksi dari 18,3 tahun. Telah ditemukan bahwa anak-anak di bawah usia 15
tahun terdiri 52,1% dari semua reaksi. Meskipun digambarkan pada bayi baru lahir,
reaksi awal dikonfirmasi oleh pengujian adalah usia enam bulan. Yang tertua adalah
78 tahun.4
Genetik pada maligna hipertermi adalah kondisi dominan autosomal, estimasi
prevalensi kelainan genetik mungkin sebagai besar sebagai salah satu dari 3.000
orang (kisaran 1 : 3,000 1 : 8,500 sampai).4
3|Page
Banyak faktor dapat terlibat dalam memicu maligna hipertermi. Seperti usia,
jenis anestesi, suhu lingkungan, obat-obatan mengurangi diberikan secara bersamaan,
dan tingkat stres. Maligna hipertermi krisis berkembang tidak hanya pada manusia
tetapi pada spesies lain, terutama babi, yang telah menjadi sumber berharga untuk
penelitian. Reaksi juga telah dijelaskan pada kuda, anjing dan hewan lainnya.4
Patofisiologi
Hipertermi malignansi hanya timbul apabila didapatkan adanya pemicu
terjadinya keadaan tersebut. Selain dipengaruhi oleh obat obat anastesi, didapatkan
pula pada beberapa kasus keadaan hipertermi malignansi yang dipengaruhi oleh
olahraga dibawah terik matahari dan stress emosional.1
Kelainan genetik yang menyebabkan hipertermi maligna diturunkan secara
autosomal dominan. Sehingga apabila salah satu dari pasangan orang tua mempunyai
kelainan Hipertermi maligna maka seluruh anaknya beresiko mempunyai hipertermi
maligna juga. Kelainan terletak pada kromosom 19q12. 1 13.2, lokus dari reseptor
gen ryanodin berada.1
Pada labolatoriu pajanan dari ryanodin pada sel otot skeletal individu
penyandang maligna hipertensi akan menyebabkan hiperkontraktur. Hal ini
disebabkan oleh perlepasan berlebih dari Ca dari retikulum sitoplasmik ke sitosol.
Pelepasan Ca akan dimulai oleh aktivasi suatu reseptor yang berhubungan dengan
system reticulum sitoplasmik. Padas sel hipertermi maligna pajanan denga ryonadin
akan meningkatkan aktivitas dari reseptor ini dengan peningkatan pelepasan Ca.1
Pada manusia terdapat tiga reseptor ryonadin. RyR1 terletak pada otot skeletal,
RyR2 pada sel jantung, dan RyR3 pada sel otak. Di setiap sel tesebut RyR akan
meningkatkan pelepasan sel Ca dari reticulum sarkoplasmik ke sitoplasma sel. Ca ini
nantinya akan mencetuskan eksitasi kontraksi sel.1
RyR di otot skeletal dalam keadaan normal teraktivsai oleh potensial aksi
yang masuk kedalam sel. Ca yang masuk nantinya akan berikatan dengan aktin dan
myosin dan memulai kontraksi otot. Setelah proses tersebut maka Ca akan dipanggil
pulang kembali ke reticulum sitoplasmik dipanggil oleh Sarcoplasmic Endoplasmic
Retikulum Ca ATPase. Proses tersebut akan mereuptake Ca kembali ke retikulum
setelah proses kontraksi.1
4|Page
Etiologi
I.Anastesi Inhalasi
Semua jenis dari anastesi inhalasi dapat memicu hipertermi maligna, keadaan
tersebut tidak bergantung pada dosis dan lama pemberian. Dalam beberapa kasus
dilaporkan ether dan kloroform memicu terjadinya seranga maligna hipertemi intra
anastesi. Bagi penyandang maligna hipertensi dianggap pemberian obat anastesi
intravena cenderung lebih aman demikian pula dengan obat obatan anastesi lokal.1
II.Suksinilkolin
Suksinilkolin termasuk golongan obat yang dapat memicu timbulnya
hipertermi maligna. Suksinil akan memicu pelepasan Ca pada otot skeletal bahkan
pada orang normal. Pada orang dengan penyandang hipertermi maligna keadaan
tersebut menjadi lebih bermakna.1
III.Kafein
Kafein dan inhibitor fosfodiesterase ( PDE ) menyebabkan kontraktur dari
otot, namun hal tersebut pada dosis jauh diatas dosis klinis. Pada penelitian terhadap
enoxamine ( PDE 3 ) menunjukan efek tersebut muncul setelah pemberian 100 kali
dari dosis normal.1
Inhibitor fosfodiesterase menyebabkan tingginya kadar cAMP tinggi karena
lambat untuk di degradasi, sehingga efek dari eksitasi sel dipertahankan lebih lama.
Pada miosit jantung kerja dari cAMP ini akan meningkatkan kontraksi otot jantung.
Sedangkan pada otot skeletal efek ini tidak terlalu nyata. Namun pada penyandang
hipertermi maligna efek yang ditimbulkan cenderung menjadi lebih nyata.1
IV.Fenotiazin
Beberapa laporan menunjukkan serangan hipertemi maligna pada pasien yang
mendapatkan premedikasi fenotiazin untuk premedikasi anastesi inhalasi. Namun
keadaan hipertermi maligna yang disebabkan fenotiazin tidak ada yang menunjukkan
terbukti dengan tes kontraktur. Terdapat kerancuan pada keadaan ini antara
disebabkan oleh hipertermi maligna atau oleh neuroleptic maligna syndrom.1
Fenotiazin merupaka suatu anti kolinergik yang menghambat keluarnya panas
tubuh. Keadaan tersebut terutama pada pasien pasien pediatrik. Pada percobaan in
vitro fenotiazin dapat menyebabkan kontraktur dari sel otot. Namun pada dosis jauh
lebih tinggi daripada dosis klinis. Ada baiknya pada pasien penyandang maligna
hipertermi obat ini dihindari.1
6|Page
Manifestasi
Tanda tanda khas :
-
Rigiditas otot
CO2 yang meningkat cepat dan progresif
Suhu yang meningkat dengan cepat dan progresif
Myoglobinuria
Kreatinin fosfat serum akan meningkat dengan cepat dan progresif
7|Page
Gejala klinis pertama dapat terdeteksi beberapa menit setelah terpajan zat
anastetik inhalasi. Namun keadaan tersebut dapat pula muncul setelah beberapa menit
hingga beberapa jam. Bahkan pada beberapa kasus dilaporkan serangan hipertemi
maligna setelah pasien di ekstubasi dan setelah pasien berada di ruang pemulihan.1
Seringkali tanda pertama yang ditemui berupa peningkatan tonus simpatis
yaitu takikardia dan peningkatan tekanan darah yang tidak dapat diatasi dengan
pemberian analgesik. Kerap kali laporan yang datang berupa kekakuan otot yang
tidak dapat diatasi dengan pelumpuh otot.1
Hiperkontraktur dari sel sel otot skelet dapat menjalar keseluruh tubuh.
Namun diketahui yang pertama kali terdeteksi adalaha kekakuan pada otot otot
maseter, yang selanjutnya akan diikuti dengan kekakuan dari otot otot skelet yang
lainnya. Pasien kemudian akan tampak kaku seperti kayu. Keadaan tersebut kita sebut
pasie dalam keadaan rigid.1
Otot otot maseter yang pertama kali mengalami rigid dikarenakan banyak
mengandung miofilamen tipe 1. Miofilamen tipe 1 mempunyai afinitas terhadap Ca
daripada tipe II.1
Saat terjadinya serangan hipertermi maligna pertama maka kontraksi
maksimal dari otot skelet akan berlangsung lama dan akan menyebabkan reaksi
metabolism sel yang berlebihan. Hal tersebut akan mengakibatkan konsumsi oksigen
berlebih dan dapat berdampak terjadinya hipoksia apabila asupan oksigen tidak dijaga
dengan baik.1
Metabolisme berlebih akan menghasilkan CO2 yang berlebih pula sebagai
sampah metabolism. Pemantauan dengan kapnograf akan sangat penting karena hal
tersebut menjadi tanda awal dari hipertermi maligna. Periksa pula CO1absorber
8|Page
karena pada keadaan hipertermi maligna maka Co2absorber akan cepat habisnya
disertai cepat panas pada dinding kanisternya.1
Segera diikuti dengan mematikan volatile dan lakukan hiperventilasi O2
tinggi. Setealah ditemukan adanya kedua gejala awal yaitu kekauan otot otot
maseter dan hiperkarbia progresif maka dapat dipastikan pasien dalam serangan
hipertermi maligna.1
Pada peningkatan metabolism secara berlebih maka peningkatan suhu
merupakan suatu hal yang lazim. Namun peningkatan suhu merupakan suatu gejala
yang lambat muncul pada keadaan hipertermi maligna. Hipertermia, ketika itu terjadi,
ditandai dengan kenaikan suhu inti pada tingkat 1 - 2 C setiap lima menit.
Hipertermia parah (suhu inti lebih besar dari 44 C) dapat terjadi, dan menyebabkan
peningkatan yang ditandai dalam konsumsi oksigen, produksi karbon dioksida,
disfungsi organ vital luas, dan disseminated intravascular coagulation ( DIC )1,4
Akibat dari peningkatan metabolisme juga dapat diperoleh peningkatan laktat
secara berlebih. Selain itu akan diikuti pula oleh beberapa keadaan seperti hipertensi,
takikardi, dan juga aritmia yang dipicu oleh sistem simpatis.1
Hipermetabolisme tidak terkontrol menyebabkan hipoksia seluler yang
dimanifestasikan oleh asidosis metabolik progresif dan memperburuk keadaan pasien.
Jika tidak diobati, kematian miosit akan berlangsung menerus dan berujung pada
rhabdomyolysis dalam hiperkalemia yang mengancam jiwa, myoglobinuria dapat
menyebabkan gagal ginjal akut. Komplikasi tambahan yang mengancam jiwa
meliputi DIC, gagal jantung kongestif, iskemia usus, dan sindrom kompartemen
anggota badan sekunder untuk otot yang bengkak, dan gagal ginjal dari
rhabdomyolysis. Memang, ketika suhu tubuh melebihi sekitar 41 C, DIC adalah
penyebab kematian yang biasa terjadi.4
Manifestasi Post Operasi
Terjadinya malignan hipertermi bervariasi dalam kecepatan. Dalam beberapa
kasus, stimulasi metabolisme akan jelas secara klinis dalam 10 menit dari
administrasi inhalasi anestesi kuat, pada orang lain, beberapa jam mungkin berlalu.
Masuk akal bahwa kecepatan onset mencerminkan tingkat kenaikan intraseluler Ca2
konsentrasi, yang akan tergantung pada obat tertentu yang digunakan, konsentrasi
obat dalam otot dan sejumlah variabel fisiologis akan menentukan efisiensi proses
9|Page
Diagnosa
Diagnosa klinis serangan dari hipertermi maligna berupa gejala gejala yang
telah disebutkan. Diagnosis secara pasti dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
fisiologin in vitro dan pemeriksaan kromosom.1
Gold standard untuk diagnosis maligna hipertermi saat in vitro contracture test
( IVCT ) , yang didasarkan pada kontarktur dari serat otot dengan paparan halotan
atau kafein . Dua bentuk tes ini telah dikembangkan, pertama oleh European
Malignant Hyperthermia Group ( EMHG ) dan yang lainnya oleh North American
10 | P a g e
11 | P a g e
satu gen. Skrining lengkap seluruh daerah pengkode RYR1, mengungkapkan bahwa
mutasi terjadi di hampir seluruh wilayah gen.4
Berbagai tes diagnostik invasif minimal dalam pembangunan saat ini . Satu
menggunakan spektroskopi resonansi magnetik nuklir untuk mengevaluasi deplesi
ATP selama latihan bergradasi in vivo. Pasien maligna hipertermi memiliki gangguan
yang lebih besar pada ATP dan kreatin fosfat, serta peningkatan kandungan asam.
Tes memerlukan peralatan yang mahal dan canggih dan tim fasih dalam menafsirkan
penelusuran resultan dari puncak ATP dan fosfat anorganik. Pemasangan kateter
microdialysis ke otot dengan injeksi sejumlah kecil kafein akan menimbulkan sebuah
pelepasan yang disempurnakan karbon dioksida dari jaringan otot. Penilaian dapat
diukur dengan capnography.4
Tatalaksana
Beberapa langkah yang perlu diambil secara simultan :
-
12 | P a g e
Dantrolen
Dantrolen merupakan turunan dari hidantoin. Obay ini digolongkan sebagai
muscle relaxant. Namun struktur dan farmakologinya sama sekali berbeda dengan
muscle relaxant lainnya.1
Mekanisme Kerja
Dantrolen menyebabkan relaksasi dari otot rangka dengan cara menghambat
pelepasan ion Ca dari retikulum sarkoplasmik. Kekuatan kontraksi otot dapat
diturunkan 75 80 %. Dalam pemberian dosis terapi maka obat ini tidak akan
mempengaruhi saraf, otot jantung, maupun otot polos. Dantrolen juga tidak
mempunya pengaruh terhadap GABA.2
Dosis Pemberian
Dosis inisial ketika timbul hipertermi maligna adalah 2,5 mg / Kg. Pemberian
secara bolus cepat intravena. Dosis berikutnya diberikan secara titrasi bergantung
13 | P a g e
pada kadar CO2 darah. Dosis maksimal 10 mg / Kg, namun jika diperlukan dapat
lebih dari ini.
-
Farmakokinetik
Absorpsi oral lebih dari 70 %, dan kadar puncak akan dicapai setelah 1 4
jam. Metabolit utamanya berupa 5 hidroksidantrolen. Aktif namun lemah
disbanding dantrolen sendiri. Waktu paruh dantrolen 6 9 jam sedangkan waktu
paruhnya 5 hidroksidantrolen 15,5 jam. Kadarnya meningkat dengan peningkatan
dosis sampai 200 mg / hari. Tetapi tidak dengan 400 mg sehari. Tidak tampak adanya
hubungan yang berarti antara banyaknya obat di dalam darah dengan perbaikan
klinik.2
14 | P a g e
Pencegahan
Tindakan preventif meliputi riwayat anestesi menyeluruh untuk menentukan
kemungkinan pasien atau anggota keluarga setelah mengalami episode maligna
hipertermi. Ketika kecurigaan maligna hipertermi ada, anggota keluarga tidak boleh
diberikan agen anestesi yang dapat memicu, yaitu kuat agen anestesi volatil seperti
halotan, sevofluran, desfluran, enflurane, isoflurane dan succinylcholine.4
Pasien dengan bentuk myotonia seharusnya tidak menerima succinylcholine.
Pasien dengan kelumpuhan periodik hipokalemia, CCD, duchenne atau distrofi otot
becker, paramyotonia, atau myotonia fluktuans seharusnya tidak menerima agen
pemicu. Semua pasien yang menerima lebih dari anestesi umum singkat harus
memiliki suhu inti mereka dipantau.4
Pasien muda (di bawah usia 12 kurang-lebih) seharusnya tidak menerima
succinylcholine untuk prosedur elektif, untuk menghindari kemungkinan respon
hyperkalemi pada pasien dengan distrofi otot terdiagnosis. Pasien yang rentan
maligna hipertermi harus berhati - hati kemungkinan heat stroke dalam lingkungan di
mana terdapat paparan panas tinggi dan kelembaban.4
Diagnosa Banding
I.Malignant Hyperthermia Like Syndrome
Beberapa gejala klinis seperti malignant hipertermi. Pasien pasien dengan
kelainan musculoskeletal apabila terpajan dengan dengan anastesi inhalasi akan
menunjukkan gejala yang sama denga hipertermi malignant. Hal ini ditujukan pada
15 | P a g e
penyandang hipertermi maligna tidak ditemukan bukti mutasi genetiknya. Hal serupa
juga dijumpai pada keadaan heat sroke.1
Walaupu menunjukkan gejala yang mirip namun dapat dibedakan dari gejala
dan kriteria yang tidak lengkap. Kondisi tersebut seringkali dikatakan sebagai
malignant hyperthermia like syndrome.1
III.Serotonin Syndrome
Merupakan suatu akibat dari peningkatan serotonin. Hal ini dapat disebabkan
overdosis obat atau interaksi antar obat yang berifat sinergis. Keadaan ini sering pula
disebut sebagai toksisitas serotonin.1
Beberapa obat yang mempengaruhi diantaranya :
-
Agonis 5HT
Antidepresan
Opioid
Stimulan otak
16 | P a g e
Halusinogen
Obat obat herbal
Obat kolinergik
Antagonis 5HT
Gejala yang muncul mirip dengan malignant hipertermi maligna yaitu agitasi /
keringat berlebih, peningkatan tonus simpatis, hipermetabolisme dengan segala
akibatnya. Berbeda dengan maligna hipertermi yang menimbulkan rigiditas otot pada
serotonin terjadi tremor, hiperflexia, atau myoklonus.1
Terapi serotonin sindrom adalah dengan pemberian antagonis serotonin
seperti siproheptadin atau klorpromazin. Terapi lainya bersifat siptomatik untuk
mengatasi agitasi, menurunkan suhu tubuh, mengatasi takikardia, serta manajeme
ventilasi dan oksigenasi.1
IV.Thyroid Storm
Suatu keadaan hipermertabolisme yang dilepaskan berlebih dari hormon tiroid
pada pasien tirotoksikosis. Perbedaanya dengan malignant hipertermi adalah tampak
berlebihnya tonus simpatis. Pasien akan tampak mengalami hipertensi, takikardia,
gangguan neurologi, gangguan saluran cerna, serta peningkatan suhu tubuh.1
Krisis tirotoksik ini seringkali terjadi pada pasien hipertiroid tanpa terapi
optimal yang mengalami stress fisiologik. Keadaan yang kerap kali menyebabkan
krisis adalah pembedahan terutama pembedahan tehadap kelenjar tirod tersebut. Oleh
karena itu karena terjadi pada intra operaatif maka kerap kali dikira sebagai malignant
hipertermi.1
17 | P a g e