Anda di halaman 1dari 13

FARMAKOLOGI

Bentuk Sediaan Obat Baru


Nama : Berliana Natalia/ NIM : 10-2009-076
Kelompok : B4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta

PENDAHULUAN
Ketika obat digunakan oleh pasien, akan menghasilkan efek tertentu. Efek
biologis ini biasanya dihasilkan oleh interaksi obat dengan reseptor tertentu dari obat.
Meskipun demikian,obat yang dihantarkan ketempat kerja diatur pada kecepatan dan
konsentrasi tertentu di mana efek samping minimal dan efek terapetik maksimal.
Sampai tahun 1940 bentik sediaan obat berupa : injeksi, formulasi peroral
(solutio,suspensi,tablet,kapsul) dan obat topikal (krim dan salep). Pada tahun 19501960 dikembangkan bentuk sediaan obat lepas lambat peroral. Contoh kapsul
Spansule yang terdiri dari ratusan pellet obat yang disalut. Kemudian bioteknologi
dan biologi molekuler berkembang pada tahun 1980-1990, di mana dikembangkan
obat-obat biofarmaseutik seperti peptida-peptida, protein, oligonukleutida yang
umumnya susah dalam hal penghantaran obatnya. Perkembangan obat akhir-akhir ini
diarahkan pada bentuk sediaan obat alternatif dari parenteral,di mana obat masuk ke
dalam sirkulasi sistemik melalui route bukal, sublingual, nasal, pulmonary, dan
vaginal.

1. Konsep Dasar Penghantaran Obat


1.1 Bioavailibilitas : Bioavaiabilitas didefinisikan sebagai kecepatan dan jumlah
bahan aktif yang diabsorpsi dan sampai pada tempat kerja sehingga memberikan
respons terapeutik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas :


-

Tipe-tipe dari epitel,barriers yang menghalangi absorpsi, route dan mekanisme


absorpsi sangat mempengaruhi terhadap absorpsi obat.

Keadaan fisikokimia obat juga mempengaruhi absorpsi seperti : koefisien


partisi dan kelarutan dalam lemak, pKa, berat dan volume molekul, kelarutan
dalam air, dan kestabilan obat.

Faktor formulasi juga mempengaruhi disolusi dan bioavailabilitas obat.

1.2 Penghantaran obat dan penargetan


Terminologi :
-

Prolonged/sustained release : sistim penghantaran yang memperpanjang kadar


terapeutik obat dalam darah atau jaringan dalam waktu tertentu

Zero-order release : pelepasan obat yang tidak berubah dengan waktu

Bio-responsive release : sistem pelepasan obat sebagai respons dari stimulus


biologi

Modulated/self-regulated release : sistim penghantaran obat dalam jumlah


tertentu yang dikontrol oleh pasien

Rate-controlled release : sistem penghantaran obat pada kecepatan tertentu


baik sistemik atau lokal untuk waktu yang telah ditentukan.

Targeted-drug delivery : sistem penghantaran obat untuk mencapai daerah


yang ditargetkan.

1.3 Pelepasan obat terkontrol ( Rate controlled release)


Sistem pelepasan obat terkontrol merupakan pelepasan obat dengan kecepatan
konstan dengan konsentrasi obat dalam darah tidak bervariasi terhadap waktu.
Meskipun banyak obat yang kecepatan pelepasannya terkontrol, tapi mekanisme
untuk mengontrol pelepasan obatnya hanya beberapa, yaitu :
1. Diffusion-controlled release mechanism:

obat harus berdifusi melalui

membrane polimer untuk dapat dilepaskan.


2. Dissolution-controlled release mechanism :

pembawa yang mengontrol

pelepasan obat dengan disolusi


3. Osmosis-controlled release mechanism : tekanan osmosa dapat digunakan
untuk melepaskan obat dengan kecepatan konstan dari system.

4. Mechanical-controlled release mechanism : alat seperti penghantaran obat


intravena yang biasa digunakan dirumah sakit.
5. Bio-responsif controlled release mechanism : sistem ini mengatur pelepasan
obat sebagai respon untuk mengubah keadaan sekitanya.

2. Bentuk Sediaan Obat/ Pembawa


2.1 Molekuler

Obat dapat berikatan secara kovalen dengan pembawa yang larut

dalam air seperti monoclonal antibodies,karbohidrat,lectins dan immune-toxins.


Sistem ini digunakan untuk mencapai tempat kerja melalui parenteral. Pelepasan
molekul obat pada tempat kerja dengan cara enzimatis atau hidrolisa.
2.2 Nano dan mikropartikel

Nanopartikel merupakan koloid partikel padat,

umumnya berukuran kurang dari 200nm. Polimer-polimer alam seperti


albumin,gelatin, dan amilum juga digunakan sebagai pembawa mikropartikulat.
2.3 Macrodevices

Macrodevices banyak digunakan dalam berbagai aplikasi,

termasuk : 1. parenteral drug delivery

5. nasal drug delivery

2. oral drug delivery

6. pulmonary drug delivery

3. buccal drug delivery

7. vaginal drug delivery

4. transdermal drug delivery

8. ophthalmic drug delivery

2.4 Bentuk sediaan obat ideal


1. Kenyamanan obat : bentuk sediaan peroral dan transdermal diterima lebih baik
oleh pasien dibandingkan dengan sistem penghantaran parenteral
2. Reproducibillity : bentuk sediaan obat harus dapat menghantarkan obat dengan
tepat dan hasil yang tidak berubah
3. Mudah diakhiri : bentuk sediaan obat harus mudah dilepaskan dari akhir
apilikasinya atau ketika ada kontra indikasi.
4. Biokompabilitas dan tidak ada reaksi tambahan : sistem penghantaran obat
tidak boleh toksik dan imunogenik.
5. Luas efektif area kontak
6. Waktu kontak yang diperpanjang

2.5 Route perjalanan obat


Klasifikasi route sistem penghantaran obat : sistem saluran cerna, parenteral,
transmukosa, transnasal, pelepasan obat lewat paru-paru, pelepasan obat melalui
kulit, pelepasan obat transokular, dan pelepasan obat transvaginal.
2.6 Hal-hal yang mempengaruhi masuknya obat kedalam sirkulasi sistemik
1. Besarnya luas permukaan

5. Aksesbilitas

2. Aktifitas metabolik yang rendah

6. Variabilitas yang rendah

3. Waktu kontak

7. Permeabilitas

4. Suplai darah

3. Perkembangan Penghantaran Obat Parenteral


3.1 Keterbatasan obat parenteral konvesional, dimana pemberian secara intra vena
dapat mengurangi indek terapi obat, seperti :
- distribusi : obat didistribusikan keseluruh bagian tubuh dan mencapai jaringan
dan organ yang bukan target, menyebabkan pemborosan obat dan efek samping.
- metabolism : obat dimetabolisma segera dalam hati dan organ lain
- eksresi : obat dibersihkan secara cepat dari tubuh melalui ginjal
Sistem penghantaran obat dan penargetan membantu mengatasi keterbatasan obatobat konvensional dan meningkatkan kualitas obat.
3.2 Sistem penghantaran dan penargetan obat yang ideal

antara lain :

1. obat mempunyai target spesifik kepada sel atau jaringan target


2. menjaga obat agar diluar organ, sel, atau jaringan yang bukan target
3. meminimalisi pengurangan kadar obat ketika mencapai target
4. melindungi obat dari metabolisme
5. melindungi obat dari klirens dini
6. menahan obat pada tempat kerja selama waktu yang dikehendaki
7. memfasilitasi transport obat ke dalam sel
8. menghantarkan obat ke target intraselular
9. harus biokompatibel, biodegradabel dan non-antigenik

3.3 Komponen untuk penghantaran dan pentargetan obat


Komponen
Tujuan
Bagian aktif (active moiety) Untuk mencapai efek terapeutik
Sistem pembawa (larutan Untuk pendistribusian oabt yang baik
Untuk melindungi obat dari metabolism
atau partikulat)
Untuk melindungi obat dari klirens dini
Ligan (homig device)
Untuk mensfesifikasikan target obat,sel atau
organ

3.4 Sistem pembawa partikulat


Pembawa yang larut (soluble carriers) termasuk antibodi dan polimer sintetik.
Banyak pembawa partikulat dibuat untuk penghantaran dan penargetan obat
intravena. Kemampuan makromolekul atau partikulat untuk bergerak tergantung
dari sifat fisikokimia, khususnya : berat/ukuran muatan, hidrofobisitas
permukaan, dan adanya ligan untuk interaksi dengan reseptor.
3.5 Penargetan pasif dan aktif
- Penargetan pasif (passive targeting) menggunakan pola distribusi pasif (natural)
dari pebawa obat dalam tubuh dan tidak ada ligan pada pembawanya.
Contohnya : efek EPR untuk menghantarkan obat ke daerah inflamasi atau
tumor,yang disebut penargetan selekif.
- Penargetan aktif (active targeting)
Strategi active targeting merupakan ligan yang ditempelkan pada pembawa,
untuk menghantarkannya ke sel, jaringan atau organ yang spesifik. Sistem
penghantaran ini terdiri dari 3 bagian : pembawa,ligan dan obat.
3.6

Pembawa partikulat

1. Liposom : merupakan struktur vesicular yang terdiri dari satu atau lebih lipid
bilayer yang menyelubungi inti cair. Molekul lipid biasanya merupakan
fosfolipid,yang terdiri dari bagian kepala yang hidrofilik dan bagian ekor yang
hidrofobik. Diameter liposom bervariasi mulai dari 0,02 hingga 20m, dapat
berbentuk multilamellar atau unilamellar.
2. Polimerik Misel : Polimer ampifilik jika dimasukkan ke dalam air akan
membentuk koloid atau misel di atas konsentrasi misel kritiknya, dibuat dalam
bentuk enkapsulasi yang dapat mengandung berbagai jenis obat hidrofobik
dengan melarut di dalam inti polimernya. Polimerik misel disintesis dari
Polietilenglikol (PEG) yang bersifat hidrofilik dan Polilactic Acid (PLA) yang
bersifat hidrofobik akan membentuk inti yang dapat dengan mudah
terdegradasi dan tidak toksik.
3. Pembawa lipoprotein
Lipoprotein adalah sistem pembawa lipid endogen yang terdiri dari satu inti
lipid dan satu lapisan tempat apolipoprotein ditemukan. Bahan lapisan lipid
tersebut terdiri dari kolesterol dan lipid lain yang ditransport dalam plasma
dan cairan tubuh lain dalam bentuk lipoprotein.

4. Bentuk Sediaan Obat Implant


Implant merupakan satu unit sistem penghantaran obat yang dibuat untuk
menghantarkan obat dengan kecepatan tertentu dengan periode waktu yang
diperpanjang seperti pada injeksi,okular, ,maupun subkutan.
Implant dapat berbentuk,antara lain :
- polymer : biodegradable atau non-biodegradabel dengan berbagai bentuk, ukuran
dan mekanisme pelepasan obat.
- Mini-pumps : di mana diberikan energi oleh mekanisme osmosa atau mekanik.
4.1

Keuntungan dan kerugian implant


Keuntungan
Kenyamanan
Kepatuhan
Baik untuk pelepasan obat berselang
Baik untuk pelepasan obat terkontrol
Memaksimalkan penghantaran obat
Fleksibilitas

Kerugian
Invasif
Pemberhentian obat
Bahaya rusaknya alat
Terbatasnya obat-obat poten
Biokompatibel

4.2 Implant non-degradabel

Resevoir : obat dikelilingi oleh membran polimer pengontrol kecepatan

Matrix : obat didistribusikan ke dalam polimer matrix

Pada kedua tipe tersebut, pelepasan obat dengan cara difusi, obat berdifusi
melalui polimer untuk dilepaskan.
4.3 Implant biodegradabel
Matrix dan resevoir sama seperti nondegradabel. Perbedaannya pelepasan obat
tidak berdasarkan difusi melalui membran tapi degradasi membran polimer/matrik
4.4 Implant polimer biodegradabel natural
Contoh obat : Intradose (cisplatin/epinephrine) merupakan injeksi gel untuk
pengobatan (solid) tumor.
4.5 Implantable pumps
Energi untuk pelepasan obat oleh alat ialah perbedaan tekanan yang menyebabkan
aliran obat pada kecepatan tertentu. Perbedaan tekanan oleh alat ini disebabkan
tekanan osmotik atau mekanik.
4.6 Mechanical implantable pumps
Dimana dokter dan pasien dapat mengontrol dengan tepat kecepatan infus obat.
Pompa yang dapat diprogram dari luar ini dapat mengatur pelepasan obat : orde
nol dan intermittent.

5. Bentuk Sediaan Obat Peroral

Bentuk sediaan obat peroral merupakan bentuk sediaan obat untuk sistemik yang
mudah digunakan,murah, dan banyak digunakan.Tapi tidak semua bahan obat dapat
dibuat sediaan peroral seperti obat-obat peptida.
5.1 Struktur dan fisiologis dari saluran cerna
Saluran cerna terdiri dari 4 bagian utama yaitu : rongga mulut, lambung, usus
kecil, dan usus besar. Motilitas saluran cerna merupakan fungsi penting dalam
pencernaan dan proses absorpsi dalam usus. Pada saluran cerna orang sehat
memiliki pH : lambung 1,5-3,5 ; duodenum 5-7; jejenum 6-7 ; ileum 6-7,5 ; colon
5,5-7 ; dan rectum 7.

5.2 Faktor-faktor formulasi yang mempengaruhi bioavailabilitas peroral


Faktor formulasi mempengaruhi bioavailabilitas peroral obat-obat konvensional
seperti solutio, suspensi, emulsi,kapsul, tablet dan lain-lain.
5.3 Keuntungan dan kerugian penghantaran obat peroral
Keuntungan
Mudah dan nyaman digunakan pasien
Area absorpsi yang luas
Banyak pembuluh darah

Kerugian
pH; beberapa obat rusak dengan suasana
asam lambung
Reaksi tambahan;

iritasi

lokal

dan

sensitisasi
Pada pelepasan obat yang diperpanjang Variabilitas; kecepatan dan jumlah obat
dapat mengurangi frekuensi pemberian yang diabsorpsi dari bentuk sediaan obat
obat
konvesional dipengaruhi oleh fluktuasi pH
Pada pelepasan obat terkontrol dapat
di lambung dan usus kecil, ada tidaknya
mengontrol kadar obat dalam jangka
makanan,
interaksi
obat,pengosongan
waktu tertentu
lambung,ras,keadaan penyakit, dan umur.
5.4 Teknologi dalam penghantaran obat peroral
Bentuk sediaan konvesional seperti tablet, kapsul, suspensi, emulsi, solutio.
Bentuk sediaan cair lebih mudah diabsorpsi dan lebih cocok buat anak-anak yang
susah menelan tablet atau kapsul.

1. Tablet salut enterik

Tablet disalut agar tahan terhadap cairan lambung,

tapi akan larut dalam usus kecil. Umumnya digunakan untuk obat-obat yang :
- mengiritasi lambung
- bila dilepaskan di lambung akan menyebabkan muntah
- rusak oleh asam atau enzim lambung
- pelepasan obatnya diperlambat
2. Tablet dengan pelepasan terkontrol : Pelepasan obat dapat dikontrol sesuai
dengan dosis dan waktu yang kita inginkan,misalkan obat yang biasa diminum
tiga kali sehari, dapat diminum sekali sehari dengan dosis yang kita inginkan.
3. Tablet dengan pelepasan obat khusus

: Pelepasan obat dapat diatur sesuai

dengan yang kita inginkan berdasarkan formulasinya


4. Transmukosa

: Transmukosa peroral terbagi menjadi :

- Pelepasan obat sublingual, melalui mukosa bawah lidah dan bagian dasar
mulut
-

Pelepasan obat bukal,melalui mukosa dari pipi, gusi dan juga bibir
atas/bawah.

5.6 Keuntungan dan kerugian obat transmukosa peroral


- Keuntungan : 1. Area luas permukaan untuk absorpsi
2. Mudah mencapai target
3. Mudah digunakan seperti sprays, tablet dan patches
4. Aktivitas metabolime rendah
5. Pelepasan obat terkontrol, dll
- Kerugian

: Tidak semua bahan obat dapat dibuat bentuk sediaan ini

6. Penghantaran Obat Transdermal


Merupakan pelepasan obat melalui kulit dan bersifat sistemik. Stratum korneum
merupakan penghalang utama pada sistem ini.
6.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat transdermal :
- Stratum korneum merupakan penghalang utama
- Variabilitas daerah permukaan kulit yang ditempel patch
- Umur

- Iritasi kulit
- Kondisi kulit

6.2 Keuntungan dan kerugian bentuk sediaan obat transdermal


Keuntungan
Kerugian
Mencegah metabolisme presistemik di hati Terbatas untuk obat-obat poten lebih kecil
dan saluran cerna
Mengurangi variabilitas antar pasien

atau sama dengan 10 mg


Mempunyai kelarutan yang baik dalam air

dan minyak
Kadar obat dapat dikontrol pada sirkulasi Kadang-kadang mengiritasi kulit
sistemik
Dapat mengurangi frekuensi pemberian
obat untuk kerja obat yang diperpanjang
Me kemudahan pemakain obat dan
kenyamanan pasien
Pelepasan obat dapat mudah diakhiri

7. Penghantaran Obat Intra nasal


Beberapa obat diberikan secara intra nasal untuk efek lokal seperti obat tetes hidung/
spray. Rongga hidung juga dapat digunakan untuk pelepasan obat secara sistemik.
7.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas nasal
-

luas permukaan untuk absorpsi

- penyakit

aliran darah

- Aktivitas enzim

waktu kontak

- Mukus

7.2 Keuntungan dan Kerugian bentuk sediaan obat intra nasal


Keuntungan
Area permukaan untuk absorpsi obat luas

Kerugian
Mucociliary clearance mengurangi waktu

retensi obat
Banyak suplay darah, sehingga absorpsi Difusi obat terhalang oleh mucus dan ikata
cepat
mucus-obat
Aktivitas metabolisme dibanding peroral
Obat dengan berat molekul tinggi
Rongga hidung mudah diakses untuk Kurangnaya reprodusibilitas pd penyakit
penghantaran obat
Bentuk sediaan alternative

yang berhubungan rongga hidung


Iritasi lokal dan sensitisasi obat harus

Pembawa obat untuk nasal lebih mudah

diperhatikan
Mukosa nasal dan sekresinya dapat

digunakan dianding melalui rectal


Contoh obat intra nasal :

mendegradasi obat

untuk pengobatan lokal seperti dekongestan,antibiotik, mukolitik

untuk sistemik :termasuk obat-obat peptida; morfin, metoclopramide,nikotin

Berupa sprays : Beconase, Syntaris dan Rhinocort

Drops : obat penetes

8. Penghantaran Obat melalui paru-paru


Penghantaran obat melalui paru-paru terutama digunakan untuk mengobati jalan
nafas, untuk lokal seperti obatanti asthma. Paru-paru juga digunakan untuk
menghantarkan obat kedalam sirkulasi sistemik, dan efeknya pada bagian tubuh
tertentu. Obat ergotamine tartat (aerosol) digunakan dalam bentuk inhaler untuk
pengobatan migran. Anestesi dalam bentuk gas,seperti halothane digunakan melalui
paru-paru.
8.1 Keuntungan dan kerugian penghantaran obat melalui paru-paru

(+)

Obat untuk efek lokal


Obat untuk efek sistemik
- Dosis dapat dikurangi
- area permukaan luas
-Konsentrasi
rendah
dalam - Permeabilitas membran
sirkulasi sistemik

paru-paru terhadap molekul

- Onset of action yag cepat

obat lebih tinggi


- Mempunyai vaskularitas

tinggi
- Menghindari reaksi sal.cerna dan - paru-paru

(-)

metabolisma hati
- Efek samping lokal

lebih

baik

terhadap obat protein


- Paru-paru tidak siap untuk

penghantaran obat
- Pasien tidak dapat menggunakan - Absorpsi obat dihalangi
alat dengan benar

oleh lap.mucus

8.2 Teknologi untuk penghantaran obat melalui paru-paru


Ada tiga kategori aerosol untuk terapi inhalasi :
-

Nebulizers : alat yang mengubah larutan atau suspensi micronized obat


kedalam bentuk aerosol untuk inhalasi

pMDI

: bentuk sediaan obat dosis berganda yang dilengkapi dengan

katup pengukur dosis yang berhubungan dengan propellant.

Dry power inhaler : alat ini menghantarkan obat dalam bentuk serbuk kering
aerosol.

9. Penghantaran Obat melalui Vagina


Sampai saat ini pengobatan melalui vaginal terbatas untuk obat topikal dalam
pengobatan lokal dengan berbagai kondisi seperti anti infeksi termasuk antibakteri,
anti jamur,antivirus dan sebagainnya. Bentuk sediaan obat berupa ovula atau krim
yang dimasukkan ke dalam vagina.
Berikut obat yang dihantarkan melalui vaginal :
-

esterogen dan progesterone sebagai kontrasepsi, terapi hormon, program fertilisasi


in vivo. Contoh : Silastic vaginal ring

penghantaran untuk obat peptide seperti gonadotropin releasing hormone dari


insuline

nonoxynol-9 spermisida yang juga antivirus berupa diafragma

vaginal vaccine untuk mengobati infeksi traktus urinarius yang berulang

10.Penghantaran Obat melalui Mata (Ophtalmic drug delivery)


Ada 3 tipe route utama untuk pengobatan mata : topikal, sistemik, dan intraocular.
Route topikal biasa digunakan untuk pengobatan mata, dengan memberikan obat
langsung pada kantung konjungtiva untuk efek lokal dimana susah dicapai dengan
sistemik dan mencegah metabolisma obat. Pada penghantaran obat intra okular lebih
susah untuk dicapai, biasanya dengan suntikan dan implant. Beberapa obat dapat
masuk ke dalam jaringan okular melalui sistemik seperti acetazolamide untuk
pengobatan glaukoma, juga steroid dan antibiotik dapat berpenetrasi kedalam mata.
Pengobatan sistemik merupakan pilihan utama untuk penyakit mata di bagian
posterior seperti saraf mata,retina dan uveal tract.

11.Penghantaran Obat pada Susunan Saraf Pusat


Obat-obat yang sering digunakan pada susunan saraf pusat termasuk obat gangguan
jiwa (depresi,cemas), epilepsi, parkinsons disease, Alzheimers disease, nyeri dan
tumor otak. Idealnya obat-obat untuk pengobatan penyakit SSP langsung diberikan

pada site on action. Umumnya obat tidak dapat masuk ke dalam otak melalui sirkulasi
darah, masuknya obat ke otak diatur oleh blood-brain barier/BBB.
Penghantaran obat kedalam otak :
-

intracerebroventricular drug infusion

implant

reversible BBB disruption

immunoliposome

: menghantarkan obat ke otak dengan memakai sistem

receptor-mediated transcytosis, dimana obat dijerap dalam pembawa liposome


dengan perantaraan PEG. Contoh : obat kanker.

KESIMPULAN
Oleh karena itu, dengan adanya kemajuan pengetahuan dan teknologi hendaklah
seorang dokter dapat memberikan obat kepada pasien dengan pilihan obat yang terbaik,
yaitu memiliki efek terapetik yang maksimal serta efek samping minimal. Pada saat ini,
banyak bentuk sediaan obat yang telah disediakan untuk dapat disesuaikan dengan
kebutuhan pasien. Misalnya : sediaan obat peroral,transdermal,intra nasal dan lain-lain.
Obat-obat ini dapat digunakan kepada pasien dengan menyesuaikan terhadap
kondisi/daerah yang akan diobati.

Anda mungkin juga menyukai