(imobilisasi)
(Priharjo,
1993).
Mempertahankan
kesejajaran
tubuh
posisi (posisi miring ke kiri maupun ke kanan duduk ditempat tidur, duduk berjuntai)
gerakan pasif dan aktif (Suardika, 2005).
Berikut ini merupakan pengertian dari mobilisasi oleh beberapa ahli:
1) Mobilitas
adalah
pergerakan
yang
memberikan
kebebasan
dan
Mobilisasi
diperlukan
untuk
meninngkatkan
kesehatan,
2)
3)
4)
5)
6)
Gangguan koordinasi
dan
bebas sehingga
dapat
melakukan
interaksi
sosial
dan
1.1.7 Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab
utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada
demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia
lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit
(Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
Kelainan postur
Kekakuan otot
Kondisi-kondisi yang menyebabkan immobilisasi antara lain: (Restrick, 2005).
1)
Fracture
2)
Stroke
3)
4)
5)
Instability
6)
Hipnotic medicine
7)
Impairment of vision
8)
Polipharmacy
Gangguan neurologis
Penyakit kardiovaskular
Penyakit paru
Faktor sensorik
Penyebab lingkungan
Artritis
Osteoporosis
Fraktur (terutama panggul dan femur)
Problem kaki (bunion, kalus)
Lain-lain (misalnya penyakit paget)
Stroke
Penyakit parkinson
Lain-lain (disfungsi serebelar, neuropati)
Gagal jantung kongensif (berat)
Penyakit jantung koroner (nyeri dada yang sering)
Penyakit vaskular perifer (kardkasio yang sering)
Penyakit paru obstruksi kronis (berat)
Gangguan penglihatan
Takut (instabilitas dan takut akan jatuh)
Imobilisasi yang dipaksakan (di rumah sakit atau panti
werdha)
Alat bantu mobilitas yang tidak adekuat
Dekondisi (setelah tirah baring lama metastasis luas
pada keganasan)
Malnutrisi
Penyakit sistemik berat (misalnya metastasis luas pada
keganasan)
Depresi
Efek samping obat (misalnya kekuatan yang disebabkan
obat antipsikotik)
EFEK
Penurunan konsumsi oksigen maksimum
Penurunan fungsi ventrikel kiri
Penurunan volume sekuncup
Perlambatan fungsi usus
Pengurangan miksi
Gangguan tidur
HASIL
Intoleransi ortostatik
Peningkatan denyut jantung, sinkop
Penurunan kapasitas kebugaran
Konstipasi
Penurunan evakuasi kandung kemih
1.1.9.2
Muskuloskeletal
Integumen
Metabolik dan endokrin
Siku
Pergelangan tangan
DERAJAT RENTANG
NORMAL
180
150
80-90
80-90
70-90
0-20
tangan menghadap ke
atas.
Adduksi:
tekuk
pergelangan tangan ke
arah kelingking telapak
tangan menghadap ke
atas.
Fleksi:
buat
kepalan
tangan
Ekstensi: luruskan jari
Hiperekstensi: tekuk jarijari tangan ke belakang
sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari
tangan
Adduksi: rapatkan jari-jari
tangan dari posisi abduksi
30-50
90
90
30
20
20
1.1.10 Penatalaksanaan
1.1.10.1
1)
Terapi
Penatalaksanan Umum
a. Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga,
dan pramuwerdha.
b. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan seharihari sendiri, semampu pasien.
c. Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional,
dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu
yang diperlukan untuk mencapai target terapi.
d. Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan
cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta
penyakit/ kondisi penyetara lainnya.
Tatalaksana Khusus
a) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
b) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
c) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada
dokter spesialis yang kompeten.
d) Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasienpasien yang
mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk
mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas
permanen.
1.1.10.2
pergelangan kaki, 9) Fleksi dan ekstensi lutut, 10) Rotasi pangkal paha, dan 11)
Abduksi dan adduksi pangkal paha.
6) Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak
terjadinya imobilitas.
7) Melakukan Postural Drainase.
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari
paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri. Postural
drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas tetapi
juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga
dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi sputum yang
banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi dada.
8) Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara
berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain.
1.1.11 Teknik Mengubah Posisi
Pasien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf dan
peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat
untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat
tidur (Potter & Perry, 2006).
1.1.11.1
Posisi Terlentang
dasarnya sama dengan kesejajaran berdiri yang baik kecuali tubuh berada pada
potongan horizontal (Potter & Perry, 2006).
1.1.12 Posisi Miring
Pada posisi miring (lateral) pasien bersandar disamping, dengan sebagian
besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu. Kesejajaran tubuh harus sama
ketika berdiri. Contohnya struktur tulang belakang harus diperhatikan, kepala harus
di sokong pada garis tengah tubuh, dan rotasi tulang belakang harus dihindari
(Potter & Perry, 2006).
1.1.13 Mengatur Posisi Pasien
Tujuan mengatur posisi pasien adalah memberikan rasa nyaman pada
pasien, mempertahankan atau menjaga postur tubuh tetap baik, menghindari
komplikasi yang mungkin timbul akibat tirah baring. Posisi pasien sebaiknya dirubah
setiap 2 jam bila tidak ada kontra indikasi.
1.1.13.1
Posisi diatur berbaring kesamping kanan / kiri. Lengan yang dibawah tubuh diatur
fleksi didepan kepala atau diatas bantal. Sebuah bantal dapat diletakkan dibawah
kepala dan bahu. Untuk menyobong otot sternokleidomartoid dapat dipasang bantal
di bawah tangan. Untuk mencegah lengan aduksi dan bahu beratasi ke dalam,
sebuah bantal dapat diletakkan dibawahnya. Untuk mencegah paha beraduksi dan
berotasi ke dalam, sebuah bantal dapat diletakkan di bawah kaki atas, sambil kaki
atas diatur sedikit menekuk kedepan (Priharjo, 1993)
Posisi Sim
Pasien diatur posisi miring ke kiri / kanan dengan tangan yang dibawah di
letakkan dibelakang punggung dan tangan yang atas difleksikan di depan bahu. Kaki
atas sedikit fleksi dan disokong sebuah bantal. Untuk mencegah leher fleksi dan
hiperektensi, sebuah bantal dapat diletakkan di bawah kepala (Priharjo, 1993)