Anda di halaman 1dari 19

180

TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

PENGARUH KECEMASAN TERHADAP


KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA
Dyah Surti Murdiningsih 1
Gun Gun Abdul Ghofur 1
1

Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Sahid Surakarta

Abstract
Health problems tend to increase, mental health is an issue that most real improvement.
Some physical illnesses can cause anxiety in a person. A person with a chronic disease, prone to
anxiety sufferers Diabetes is one of them.
The purpose of this study is the effect of anxiety on blood glucose levels in people with
diabetes mellitus in Surakarta Banyuanyar Regional Health Center. Hypothesis There is a
positive effect of anxiety on blood glucose levels in people with diabetes mellitus in the PHC
Banyuanyar Surakarta.
In this study sample was respondents with Diabetes Mellitus (DM) type 2 Surakarta
region Banyuanyar Health Center. By sampling the total sampling with gauge Scale anxiety
scale and blood glucose levels of people with Diabetes Mellitus (DM) Type 2.
Based on calculations using the computer program SPSS 15.0 for Windows obtained
the value of r count (0.754)> r table (0.339) or (p = 0.000 <0.05) so that Ha is accepted, it
means a significant difference between the levels of anxiety blood glucose in patients with
diabetes mellitus in the Greater Surakarta Banyuanyar Health Center.
Distribution results based on Blood Glucose Levels of respondents can be seen that the
most dominant is the Blood Glucose Levels respondents in the category DM ( 200) that is
equal to 16 or 47.1%.
Keywords: Anxiety, Diabetes Type 2 DM Miletus.

181
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Abstrak
Masalah kesehatan yang cenderung meningkat, kesehatan jiwa merupakan
masalah yang paling nyata peningkatannya. Beberapa penyakit fisik dapat
mengakibatkan kecemasan pada seseorang. Seseorang dengan penyakit kronis, rentan
mengalami kecemasan salah satunya adalah penderita Diabetes.
Tujuan dari penelitian ini adalah pengaruh kecemasan terhadap kadar glukosa
darah pada penderita Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
Hipotesis Ada pengaruh positif antara kecemasan terhadap kadar glukosa darah pada
penderita diabetes melitus di wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
Dalam penelitian ini sampelnya adalah responden yang menderita Diabetes
Mellitus (DM) tipe 2 wilayah Puskesmas Banyuanyar Surakarta. Dengan pengambilan
sampel yakni total sampling dengan alat ukur skala kecemasan dan Skala kadar glukosa
darah penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe 2.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program komputer
SPSS 15.0 for windows diperoleh nilai rhitung (0,754) > rtabel (0,339) atau (p = 0,000 <
0,05) sehingga Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
kecemasan terhadap kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Melitus di Wilayah
Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
Hasil distribusi berdasarkan Kadar Glukosa Darah responden dapat diketahui
bahwa yang paling dominan adalah dengan Kadar Glukosa Darah responden pada
kategori DM ( 200) yaitu sebesar 16 atau 47,1%.
Kata kunci : Diabetes Miletus DM tipe 2, Kecemasan.

182
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

utuh

PENDAHULUAN

(tidak

mengalami

keretakan

yang

kepribadian/Splitting of Personality),

cenderung meningkat, kesehatan jiwa

perilaku dapat terganggu tetapi masih

merupakan masalah yang paling nyata

dalam batas-batas normal (Hawari,

peningkatannya. Saat ini gangguang

2006).

Masalah

kesehatan

Beberapa penyakit fisik dapat

jiwa termasuk salah satu dari sepuluh


penyebab utama kecacatan diseluruh

mengakibatkan

dunia.

seseorang.

Data dari WHO menunjukan

Kurang

bahwa 121 juta - 450 juta orang dari

masyarakat

total populasi penduduk dunia, baik di

kecemasan.

Negara

Dokter

maju

maupun

Negara

kecemasan
lebih

umum
Hasil

Spesialis

pada
5-10%

mengalami

survei

Persatuan

Kesehatan

Jiwa

berkembang telah mengalami gangguan

(PDSKJ) yang diumumkan bulan Juni

kejiwaan dan membutuhkan primary

2007 yang lalu maka hampir semua

care di bidang psikiatri. Gangguan

orang di Indonesia sedang mengalami

kejiwaan

kecemasan. Menurut survei ini 94%

yang

dimaksud

bukanlah

gangguan jiwa yang sering dikenal oleh

masyarakat

sebagian

gila,

kecemasan dari tingkat ringan hingga

gangguan

yang paling berat. Kecemasan telah

mental serta perilaku yang gejalanya

diprediksi oleh WHO sebagai penyebab

mungkin tidak disadari oleh masyarakat

masalah utama pada tahun 2020 dan

(WHO, 2009).

sebagai penyakit kedua di dunia setelah

masyarakat

sebagai

melainkan dalam bentuk

Kecemasan

(ansietas)

adalah

penyakit

yang

kecemasan

dengan

perasaan

mengidap

jantung iskemik. Seseorang dengan

gangguan alam perasaan (affective)


ditandai

Indonesia

kronis,
salah

rentan

mengalami

satunya

adalah

yang

penderita Diabetes. Hasil penelitian

mendalam dan berkelanjutan, tidak

David (2004) terdapat 48% penderita

mengalami gangguan dalam menilai

Diabetes yang mengalami kecemasan

realitas (Reality Testing Ability/RTA

akibat penyakitnya. Badan Kesehatan

masih baik), kepribadian masih tetap

Dunia mencatat 27% pasien Diabetes

ketakutan

atau

kekhawatiran

Mellitus

mengalami

kecemasan.

183
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Kecemasan merupakan perasaan sehari-

2. Mengetahui tingkat kecemasan pada

hari yang menyertai kesedihan yang

penderita

Diabetes

dibesar-besarkan secara terus menerus.

Wilayah

Puskesmas

Kecemasan adalah gangguan suasana

Surakarta.

hati yang bervariasi (Lumbantobing,

Melitus

di

Banyuanyar

Manfaat Penelitian

2004).
Angka
Melitus

di

menduduki

kesakitan
Puskesmas

peringkat

Diabetes
Banyuanyar

ke-3

setelah

Manfaat Teoritis
Hasil

penelitian

memberikan

informasi

ini

dapat

mengenai

penyakit hipertensi dan asma bronkiale.

pengaruh kecemasan terhadap penderita

Didapatkan ada 34 orang penderita

Diabetes Mellitus.

Diabetes Melitus pada bulan Mei 2011

Manfaat Praktis

di Puskesmas Banyuanyar Surakarta.


Hal inilah yang menyebabkan penulis
merasa

tertarik

Apakah

benar

untuk

menelitinya.

kecemasan

dapat

a. Bagi

penderita

tambahan

DM,

sebagai

informasi

dan

pengelolaannya

terhadap

kecemasan.

mempengaruhi kadar glukosa darah


pada penderita DM? Oleh karena itu,
dalam penelitian ini penulis memuat
tentang Pengaruh Kecemasan terhadap
Kadar

Glukosa

Darah

Penderita

Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas

b. Bagi

Peneliti,

menambah

pengetahuan dan penerapan teori


yang

telah

diperoleh

selama

perkuliahan.
c. Bagi

Pemerintah,

membantu

mengurangi angka kesakitan pada

Banyuanyar Surakarta.

masyarakat

Tujuan Penelitian

khususnya

penderita

DM.
1. Mengetahui pengaruh kecemasan
terhadap kadar glukosa darah pada
penderita

Diabetes

Wilayah

Puskesmas

Surakarta.

Melitus

di

Banyuanyar

d. Bagi Kalangan Profesional/Dokter,


membantu dalam penatalaksanaan
penderita DM secara komprehensif.

184
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

e. Bagi

Masyarakat,

sumbangan

informasi

sebagai

internasional, dan kondisi lingkungan

dan

adalah beberapa hal yang dapat menjadi

pengetahuan agar dapat mengetahui

sumber

kekhawatiran.

Kecemasan

pengaruh kecemasan terhadap kadar

bermanfaat bila hal tersebut mendorong

glukosa darah, sehingga diharapkan

kita untuk

masyarakat peduli untuk menjaga

medis secara regular atau memotivasi

kesehatannya.

kita untuk belajar menjelang ujian.

melakukan

pemeriksaan

Kecemasan adalah respon yang tepat

TINJAUAN PUSTAKA

terhadap ancaman, tetapi kecemasan


Kecemasan

bisa menjadi abnormal bila datang tanpa

1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan

ada penyebabnya yaitu, bila bukan

(ansietas)

adalah

merupakan respon terhadap lingkungan.

gangguan alam perasaan (affective)

Dalam bentuk yang ekstrem, kecemasan

yang

dapat mengganggu fungsi kita sehari-

ditandai

ketakutan

dengan

atau

perasaan

kekhawatiran

yang

hari.

mendalam dan berkelanjutan, tidak

Mark

&

Barlow

(2006)

mengalami gangguan dalam menilai

mengatakan bahwa keadaan suasana

realitas (Reality Testing Ability/RTA

hati yang ditandai oleh afek negatif dan

masih baik), kepribadian masih tetap

gejala-gejala

utuh

dimana

(tidak

mengalami

keretakan

ketegangan

seseorang

jasmaniah

mengantisipasi

kepribadian/Splitting of Personality),

kemungkinan datangnya bahaya atau

perilaku dapat terganggu tetapi masih

kemalangan di masa yang akan datang

dalam batas-batas normal (Hawari,

dengan perasaan khawatir. Kecemasan

2006).

(2006),

mungkin melibatkan perasaan, perilaku,

suatu

dan respon fisiologis. Kecemasan pada

keadaan khawatir yang mengeluhkan

jumlah yang sedang diperlukan dalam

bahwa sesuatu yang buruk akan segera

kehidupan

terjadi.

harus

dalam jumlah yang banyak. Menurut

dicemaskan misalnya, kesehatan kita,

Widodo (2003) ansietas adalah respon

relasi

emosional terhadap penilaian intelektual

Menurut

Nevid

ansietas/kecemasan

Banyak

sosial,

adalah

hal

ujian,

yang

karier,

relasi

tetapi

dapat

merugikan

185
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

terhadap
Kapasitas

sesuatu
untuk

yang

berbahaya.

menjadi

cemas

diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi

2. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Kaplan dan Sadock

tingkat ansietas yang parah tidak sejalan

(1997), faktor

dengan kehidupan.

kecemasan antara lain:

Menurut Bloom Harold (2007)

yang mempengaruhi

a. Faktor-faktor intrinsik, antara lain:

ansietas adalah perasaan yang sangat


tidak

menyenangkan,

agak

tidak

1) Usia

menentu dan kabur tentang sesuatu

Menurut Kaplan dan Sadock

yang akan terjadi. Perasaan ini disertai

(1997)

dengan suatu atau beberapa reaksi

dapat terjadi pada semua usia,

badaniah yang khas dan yang akan

lebih sering pada usia dewasa dan

datang berulang bagi seseorang tertentu.

lebih

Perasaan ini dapat berupa rasa kosong

Sebagian besar kecemasan terjadi

di perut, dada sesak, jantung berdebar,

pada umur 21-45 tahun.

keringat berlebihan, sakit kepala atau


rasa mau kencing atau buang air besar.
Perasaan ini disertai dengan rasa ingin
bergerak dan gelisah.
Berdasarkan beberapa teori yang
menjelaskan tentang kecemasan di atas
dapat disimpulkan bahwa kecemasan
dapat didefinisikan sebagai perasaan,
sikap dan perilaku kekhawatiran atau
kegelisahan sesorang yang berlebihan
terhadap sesuatu yang belum terjadi.

gangguan

banyak

kecemasan

pada

wanita.

2) Pengalaman menjalani
pengobatan
Kaplan

dan

mengatakan
dalam

Sadock

(1997)

pengalaman

pengobatan

awal

merupakan

pengalaman-pengalaman

yang

sangat berharga yang terjadi pada


individu terutama untuk masamasa

yang

akan

datang.

Pengalaman awal ini sebagai


bagian penting dan bahkan sangat
menentukan bagi kondisi mental
individu
Apabila

di

kemudian

pengalaman

hari.

individu

186
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

tentang kemoterapi kurang, maka

perilaku peran, jadi setiap orang

cenderung

disibukkan oleh beberapa peran

mempengaruhi

peningkatan

kecemasan

saat

menghadapi tindakan kemoterapi.

yang

peran
Konsep diri adalah semua ide,
kepercayaan

dan

pendirian yang diketahui individu


terhadap

dirinya

dan

mempengaruhi

individu

dengan

posisinya pada setiap waktu.


Seseorang

3) Konsep diri dan peran

pikiran,

berhubungan

yang

ganda

keluarga

mempunyai

baik

atau

memiliki

di

di

dalam

masyarakat

kecenderungan

mengalami

kecemasan

yang

berlebih disebabkan konsentrasi


terganggu.

berhubungan dengan orang lain.


Menurut

Stuart

&

Sundeen

(1991) peran adalah pola sikap


perilaku

dan

diharapkan

tujuan
dari

berdasarkan

b. Faktor-faktor ekstrinsik, antara lain:


1) Kondisi medis (diagnosis

yang

penyakit)

seseorang

Terjadinya

posisinya

di

yang

gejala

kecemasan

berhubungan

dengan

masyarakat. Banyak faktor yang

kondisi medis sering ditemukan

mempengaruhi

walaupun

peran

seperti

perilaku

dan

bervariasi untuk masing-masing

pengetahuan yang sesuai dengan

kondisi medis, misalnya: pada

peran, konsistensi respon orang

pasien sesuai hasil pemeriksaan

yang

akan

kejelasan

berarti

kesesuaian

terhadap

dan

peran,

keseimbangan

insidensi

mendapatkan

pembedahan,
mempengaruhi

Juga keselarasan budaya dan

kecemasan

harapan

pada

terhadap

perilaku peran. Disamping itu


pemisahan situasi yang akan
menciptakan

ketidaksesuaian

baik

mempengaruhi

ini

akan
tingkat

klien.

pasien

diagnosa

diagnosa

hal

antara peran yang dijalaninya.

individu

gangguan

Sebaliknya

yang
tidak

dengan
terlalu
tingkat

187
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

kecemasan Kaplan dan Sadock

komplikasi

serta

alternatif

(1997).

tindakan yang tersedia, serta


proses adminitrasi (Smeltzer &

2) Tingkat pendidikan

Bare, 2001).
Pendidikan bagi setiap orang
memiliki

arti

Pendidikan

masing-masing.
pada

umumnya

4) Proses adaptasi
Kozier

and

berguna dalam merubah pola

mengatakan

pikir, pola bertingkah laku dan

adaptasi

pola

oleh

pengambilan

(Notoatmodjo,

2000).

keputusan
Tingkat

Oliveri

(1991)

bahwa

tingkat

manusia

stimulus

dipengaruhi
internal

dan

eksternal yang dihadapi individu

pendidikan yang cukup akan

dan

lebih

perilaku yang terus menerus.

mudah

dalam

membutuhkan

respon

mengidentifikasi stresor dalam

Proses

diri sendiri maupun dari luar

menstimulasi

individu

untuk

dirinya. Tingkat pendidikan juga

mendapatkan

bantuan

dari

mempengaruhi

sumber-sumber

di

kesadaran

dan

adaptasi

lingkungan

pemahaman terhadap stimulus

dimana

(Jatman, 2000).

merupakan sumber daya yang

3) Akses informasi

tersedia di lingkungan rumah


sakit

Adalah pemberitahuan tentang


sesuatu agar orang membentuk
pendapatnya berdasarkan sesuatu
yang

diketahuinya.

Informasi

adalah segala penjelasan yang


didapatkan

pasien

sebelum

dia

sering

yang

pengetahuan
untuk

berada.

mempunyai

dan

ketrampilan

membantu

proses kemoterapi, resiko dan

pasien

mengembalikan atau mencapai


keseimbangan
menghadapi

diri

dalam

lingkungan

yang

baru.

pelaksanaan tindakan kemoterapi


terdiri dari tujuan kemoterapi,

Perawat

5) Tingkat sosial ekonomi

188
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Status

sosial

ekonomi

juga

besar

pasien

berkaitan dengan pola gangguan

kemoterapi

psikiatrik.

kecemasan.

Berdasarkan

penelitian

Durham

diketahui
kelas

hasil

bahwa

sosial

prevalensi

yang

menjalani
mengalami

Pasien

sangat

(2000)

membutuhkan penjelasan yang

masyarakat

baik dari perawat. Komunikasi

ekonomi

rendah

psikiatriknya

yang baik diantara mereka akan

lebih

menentukan

tahap

kemoterapi

banyak. Jadi keadaan ekonomi

selanjutnya. Pasien yang cemas

yang rendah atau tidak memadai

saat akan menjalani kemoterapi

dapat mempengaruhi peningkatan

kemungkinan mengalami efek

kecemasan

yang

pada

klien

menghadapi tindakan kemoterapi.

tidak

bahkan

akan

menyenangkan
membahayakan

Kaplan dan Sadock (1997).

6) Jenis tindakan kemoterapi


Adalah klasifikasi suatu tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat

terapi

dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor

mendatangkan kecemasan karena

yang mempengaruhi kecemasan

terdapat ancaman pada integritas

adalah faktor intrinsik dan faktor

tubuh dan jiwa seseorang (Long,

ekstrinsik.

medis

yang

1996).

Semakin

mengetahui

tentang

tindakan

kemoterapi,

akan

mempengaruhi

tingkat

kecemasan pasien kemoterapi.


7) Komunikasi terapeutik

Gejala dan Tanda Kecemasan


Menurut Baihaqi, dkk (2007),
kecemasan (ansietas) yaitu jawaban
emosi

yang

sifatnya

antisipatif,

merupakan jawaban awal sebelum ada

Komunikasi sangat dibutuhkan

pertanyaan. Gejala-gejala psikis antara

baik

lain: perasaan gundah, khawatir, gugup

bagi

perawat

maupun

pasien. Terlebih bagi pasien yang

tegang,

akan

proses

berlanjut, emosi labil (perubahan rasa

sebagian

hati berganti-ganti), mudah tersinggung,

menjalani

kemoterapi.

Hampir

apatis,

cemas,

perasaan

tak

salah

aman,

tidak

lekas

pada

189
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

tempatnya.

Sementara

gejala

berkeringat, tangan rasa dingin, diare,

somatic antara lain: keluar keringat

mulut kering, sering kencing, rasa takut,

dingin,

gangguan

sulit konsentrasi, insomnia, libido turun,

lambung, berdebar-debar, tekanan darah

rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual

meninggi, dan sebagainya.

di perut.

sulit

itu,

bernafas,

Kumar

dan

Clark

(2002)

Dampak Dari Kecemasan

disebutkan ansietas dan gangguannya

Dampak kecemasan

terhadap

dapat menampilkan diri dalam berbagai

sistem saraf sebagai neuro transmitter

tanda dan gejala fisik dan psikologik

terjadi peningkatan sekresi kelenjar

seperti gemetar, renjatan, rasa goyah,

norepinefrin, sero tonin, dan gama

nyeri punggung dan kepala, ketegangan

aminobuyric

otot, nafas pendek, mudah lelah, sering

mengakibatkan terjadinya gangguan: a)

kaget, hiperaktivitas autonomik seperti

fisik (fisiologis), antara lain perubahan

wajah merah dan pucat, takikardi,

denyut jantung, suhu tubuh, pernafasan,

palpitasi,

rasa

mual, muntah, diare, sakit kepala,

dingin, diare, mulut kering, sering

kehilangan nafsu makan, berat badan

kencing, rasa takut, sulit konsentrasi,

menurun ekstrim, kelelahan yang luar

insomnia, libido turun, rasa mengganjal

biasa; b) gejala gangguan tingkah laku,

di tenggorok, rasa mual di perut.

antara

berkeringat,

tangan

Berdasarkan uraian di atas dapat


disimpulkan

bahwa

bertambah

aktivitas
atau

sehingga

psikomotorik

berkurang,

sikap

dan

menolak, berbicara kasar, sukar tidur,

gangguannya dapat menampilkan diri

gerakan yang aneh-aneh; c) gejala

dalam berbagai tanda dan gejala fisik

gangguan mental, antara lain kurang

dan

konsentrasi, pikiran meloncat-loncat,

psikologik

ansietas

lain

acid

seperti

gemetar,

renjatan, rasa goyah, nyeri punggung

kehilangan

dan kepala, ketegangan otot, nafas

kehilangan ingatan, phobia, ilusi dan

pendek, mudah lelah, sering kaget,

halusinasi (Hawari, 2001).

hiperaktivitas autonomik seperti wajah


merah dan pucat, takikardi, palpitasi,

kemampuan

persepsi,

190
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Pengertian Diabetes Melitus (DM)


Diabetes

Melitus

(DM)

Kurangnya

aktifitas

hiperinsulinemia.

jasmani

Semua

dan

faktor

ini

merupakan suatu kelompok penyakit

berinteraksi dengan beberapa faktor

metabolik

genetik

dengan

hiperglikemia

yang

karakteristik
terjadi

karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin

yang

berhubungan

terjadinya DM tipe 2

dengan

(Gustaviani,

2006).

atau kedua-duanya (Gustaviani, 2006).

Berdasarkan uaraian di atas

Hiperglikemia kronik pada diabetes

maka penulis

berhubungan dengan kerusakan jangka

bahwa Diabetes Melitus (DM) adalah

panjang,

sebagai

disfungsi

atau

kegagalan

dapat

penyakit

menyimpulkan

metabolik

tidak

beberapa organ tubuh, terutama mata,

menular yang kebanyakan herediter,

ginjal, saraf, jantung dan pembuluh

dengan tanda-tanda hiperglikemia dan

darah (Gustaviani, 2006).

glukosuria, disertai dengan atau tidak

Secara epidemiologik diabetes

adanya gejala klinik akut ataupun

seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan

kronik, disebabkan kegagalan relatif sel

onset atau mulai terjadinya diabetes

dan resistensi insulin efektif di dalam

adalah 7 tahun sebelum diagnosis

tubuh, gangguan primer terletak pada

ditegakkan, sehingga morbiditas dan

metabolisme karbohidrat yang biasanya

mortalitas dini terjadi pada kasus yang

disertai juga gangguan metabolisme

tidak terdeteksi ini. Penelitian lain

lemak dan protein.

menyatakan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

bahwa

dengan

adanya

urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan

Diabetes Melitus (DM)

meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi


perubahan

perilaku

rural-tradisional

Pola dan gaya hidup seseorang


akan

mempengaruhi

pola

fungsi

menjadi urban. Faktor resiko yang

kesehatan yang dapat digunakan untuk

berubah

mengetahui

secara

epidemiologik

diperkirakan adalah: bertambahnya usia,


lebih

banyak

obesitas,

dan

distribusi

lebih
lemak

lamanya
tubuh.

Menurut
penyakit

perubahan
Wijayakusuma
Diabetes

Melitus

disebabkan oleh beberapa hal:

tersebut.
(2004),
dapat

191
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

a. Pola makan dan tata laksana hidup


sehat.

ataupun kapiler dengan memperhatikan


angka-angka kriteria diagnostik yang
berbedasesuai pembakuan oleh WHO.

b. Faktor obesitas

Untuk pemantauan hasil pengobatan


c. Pola genetis

dapat diperiksa glukosa darah kapiler

d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan.

(Gustaviani, 2006).

e. Penyakit dan infeksi pada pancreas

Hipotesis merupakan jawaban


sementara

f. Pola tidur dan istirahat

terhadap

permasalahan

penelitian sampai terbukti melalui data

g. Faktor usia

yang
Diagnosis Diabetes Melitus

Hipotesis

Diagnosis DM didasarkan atas


pemeriksaan

kadar

glukosa

Menentukan

diagnosis

DM

terkumpul

darah.
harus

(Arikunto,

penelitian

ini

2002).
dapat

dirumuskan sebagai berikut:


Ada pengaruh positif antara
kecemasan

terhadap

kadar

glukosa

diperhatikan asal bahan darah yang

darah pada penderita diabetes melitus di

diambil dan cara pemeriksaan yang

wilayah

dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan

Surakarta.

Puskesmas

Banyuanyar

yang dianjurkan adalah pemeriksaan


glukosa dengan cara enzimatik dengan
bahan

darah

plasma

memastikan

vena.

diagnosis

Untuk
DM,

pemeriksaan glukosa darah seyogyanya


dilakukan di laboratorium klinik yang
terpercaya (yang melakukan program
pemantauan

kendali

mutu

secara

demikian

sesuai

teratur).
Walaupun

kondisi setempat dapat juga dipakai


bahan darah utuh (whole blood), vena

METODE
Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas: kecemasan.
b. Variabel tergantung: kadar glukosa
darah

pada

penderita

Mellitus (DM) tipe 2.

Diabetes

192
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Definisi

Operasional

Variabel

Penelitian

Kadar Glukosa Darah Penderita


Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2
Kadar glukosa darah adalah

Kecemasan
Kecemasan dalam penelitian ini

tingkat

glukosa

di

dalam

darah.

adalah sebagai perasaan, sikap dan

Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 adalah

perilaku kekhawatiran atau kegelisahan

merupakan suatu penyakit kerusakan

sesorang

jangka

yang

berlebihan

terhadap

panjang,

disfungsi

sesuatu yang belum terjadi. Untuk

kegagalan

mengungkap atau mengukur kecemasan

terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan

yang dialami responden, pada penelitian

pembuluh

darah

ini digunakan skala kecemasan. Skala

resistensi

insulin

ini terdiri dari item favourable dan item

insulin relatif sampai yang predominan

un favourable. Penyusunan skala ini

gangguan

berdasarkan ciri-ciri kecemasan yang

resistensi insulin. Pengukuran Kadar

dialami

glukosa darah pada penderita Diabetes

oleh

Diabetes

responden

Mellitus

penderita

(DM)

yang

beberapa

organ

atau

serta

tubuh,

presominan

disertai defisiensi

sekresi

insulin

bersama

Mellitus (DM) tipe 2 dilakukan oleh

dikelompokan menjadi 10 aspek yaitu

perawat

dengan

perasaan cemas (ansietas), keregangan,

glukosa

darah

ketakutan, gangguan tidur (insomnia),

dikelompokan menjadi 3 kriteria yaitu;

perasaan depresi, gejala somatic/fisik

bukan DM, belum pasti DM dan DM,

(sensorik),

kardiovaskuler

semakin tinggi nilai kadar glukosa

(jantung dan pembuluh darah), gejala

darah sewaktu (mg/dl) maka positif

respiratori

DM, begitu pula sebaliknya.

gejala

(pernafasan),

gejala

pengukuran
sewaktu

urogenital (perkemihan dan kelamin)

Populasi,

dan gejala autonom. Semakin tinggi

Pengambilan Sampel

skor pada angket semakin tinggi pula

Sampel

dan

kadar
(mg/dl)

Teknik

Populasi

kecemasan pada penderita Diabetes


Mellitus (DM), begitu pula sebaliknya.

Dalam penelitian ini populasinya


responden yang menderita Diabetes

193
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Mellitus (DM) tipe 2 di wilayah


Puskesmas Banyuanyar Surakarta yang

Alat Pengumpulan Data


Instrumen

pengukuran

yang

berjumlah 34 orang.

digunakan pada penelitian ini adalah

Sampel

dengan menggunakan dua macam skala

Dalam penelitian ini sampelnya


adalah

responden

yang

menderita

Diabetes Mellitus (DM) tipe 2. Adapun


ciri-ciri

sampel

yang

dimaksudkan

yaitu:
a. Skala Kecemasan
b. Skala kadar glukosa darah penderita
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2.

dalam penelitian ini adalah:


Analisis
a. Jenis kelamin, usia, pekerjaan dan

data

menggunakan

yang

digunakan

Perhitungan

korelasi

pendapatan yang akan diungkap

product

moment

dilakukan

dalam data identitas.

bantuan

program

SPSS

b. Penderita Diabetes Mellitus (DM)


tipe 2 dari hasil tes toleransi MGDL

dengan

(Statistical

Product and Service Solution) Versi 15.


HASIL DAN PEMBAHASAN

didapatkan kadar glukosa darah


pasca pembebanan yang abnormal.

Berdasarkan

hasil

penelitian

tentang pengaruh kecemasan terhadap


Teknik Pengambilan Sampel

kadar glukosa darah pada penderita

Teknik sampling yang digunakan


dalam

penelitian

ini

adalah

total

sampling

dimana

semua

anggota

populasi

diambil

untuk

sampel

penelitian yaitu sebanyak 34 responden

Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas


Banyuanyar
dilakukan

Surakarta
terhadap

34

yang

telah

responden

diperoleh hasil sebagai berikut:


Hasil

distribusi

berdasarkan

penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe 2

kecemasan responden dapat diketahui

di

bahwa yang paling dominan adalah

wilayah

Surakarta.

Puskesmas

Banyuanyar

dengan kecemasan responden pada


kategori tinggi yaitu sebesar 29 atau
85,3%.

194
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Hasil distribusi berdasarkan Kadar


Glukosa

Darah

responden

dapat

terhadap kadar glukosa darah pada


penderita Diabetes Melitus di Wilayah

diketahui bahwa yang paling dominan

Puskesmas

Banyuanyar

adalah dengan Kadar Glukosa Darah

Adapun

responden pada kategori DM ( 200)

interpretasi terhadap koefisien korelasi

yaitu sebesar 16 atau 47,1%.

menggunakan teori Sugiyono (2006),

dengan

Surakarta.

pedoman

untuk

pengujian

nilai koefisien korelasi berada pada

menggunakan

interval 0,80-1,00 dikatakan kategori

metode kolmogorov smirnov di atas

sangat tinggi, sedangkan 0,6000,790

diketahui bahwa nilai probabilitas (p)

dikatakan kategori tinggi, sedangkan

untuk variabel kecemasan adalah 0,759

0,40-0,599 dikategorikan sedang, 0,20-

> 0,05 dan variabel kadar glukosa darah

0,399 dikategorikan rendah dan bila

adalah 0,452 > 0,05 sehingga Ha

0,00-0,199 dikategorikan sangat rendah,

ditolak,

maka pengaruh kecemasan terhadap

Berdasarkan
normalitas

hasil

dengan

artinya

data

berdistribusi

kadar glukosa darah pada penderita

normal.

Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas


Berdasarkan
linieritas

dengan

hasil

pengujian

One-Way

Anova

diketahui bahwa nilai probabilitas (p)


pada deviation adalah 0,504 > 0,05
sehingga Ha ditolak. Jadi variabel
kecemasan (X) terhadap kadar glukosa
darah (Y) adalah linier.
Berdasarkan

kategori tinggi, dikarenakan nilai rhitung (0,754) ada di antara 0,600


0,790.

Berdasarkan

pedoman

interpretasi terhadap koefisien korelasi


tersebut

dapat

diambil

kesimpulan

bahwa kecemasan mempunyai pengaruh


perhitungan

yang kuat terhadap kadar glukosa darah

dengan menggunakan bantuan program

pada penderita Diabetes Melitus di

komputer SPSS 15.0 for windows

Wilayah

Puskesmas

diperoleh nilai rhitung (0,754) > rtabel

Surakarta,

dimana

(0,339) atau (p = 0,000 < 0,05) sehingga

meningkat maka kadar glukosa darah

Ha diterima, artinya terdapat pengaruh

juga akan meningkat.

yang

signifikan

hasil

Banyuanyar Surakarta termasuk dalam

antara

kecemasan

jika

Banyuanyar
kecemasan

195
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Beberapa penyakit fisik dapat


mengakibatkan
seseorang.

Kurang

masyarakat
kecemasan.
Dokter

kecemasan
lebih

umum
Hasil

5-10%

mengalami

survei

Spesialis

pada

Persatuan

Kesehatan

perasaan sehari-hari yang menyertai


kesedihan yang dibesar-besarkan secara
terus

menerus.

Kecemasan

adalah

gangguan suasana hati yang bervariasi,


(Lumbantobing, 2004).

Jiwa

Secara

epidemiologik

diabetes

(PDSKJ) yang diumumkan bulan Juni

seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan

2007 yang lalu maka hampir semua

onset atau mulai terjadinya diabetes

orang di Indonesia sedang mengalami

adalah 7 tahun sebelum diagnosis

kecemasan. Menurut survei ini 94%

ditegakkan, sehingga morbiditas dan

masyarakat

mengidap

mortalitas dini terjadi pada kasus yang

kecemasan dari tingkat ringan hingga

tidak terdeteksi ini. Penelitian lain

yang paling berat. Kecemasan telah

menyatakan

diprediksi oleh WHO sebagai penyebab

urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan

masalah utama pada tahun 2020 dan

meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi

sebagai penyakit kedua di dunia setelah

perubahan

jantung iskemik. Seseorang dengan

menjadi urban. Faktor resiko yang

penyakit

berubah

kecemasan

Indonesia

kronis,

rentan

salah

mengalami

satunya

adalah

penderita Diabetes. Dari hasil penelitian


David (2004) terdapat 48% penderita

bahwa

perilaku

dengan

adanya

rural-tradisional

secara

epidemiologik

diperkirakan adalah: bertambahnya usia,


lebih

banyak

obesitas,

dan

distribusi

lebih

lamanya

lemak

tubuh.

Diabetes yang mengalami kecemasan

Kurangnya

akibat penyakitnya. Dari data Badan

hiperinsulinemia.

Kesehatan

berinteraksi dengan beberapa faktor

penderita

Dunia

didapatkan

kecemasan

pada

27%
pasien

genetik

aktifitas

yang

Semua

terjadinya DM tipe 2,

(2004) menyatakan dari 391 orang yang

2006).

penderita

Diabetes

terkait

dengan

hospitalisasi. Kecemasan merupakan

faktor

berhubungan

Diabetes. Penelitian dari Ferris tahun

diteliti terdapat 26% kecemasan pada

jasmani

dan
ini

dengan

(Gustaviani,

196
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Edisi Revisi V cet III, PT Rineka

SIMPULAN
Berdasarkan

hasil

penelitian

Cipta, Jakarta.

tentang pengaruh kecemasan terhadap

______, 2006, Prosedur Penelitian

kadar glukosa darah pada penderita

Suatu Pendidikan Praktek, PT

Diabetes Melitus di Wilayah Puskesmas

Rineka Cipta, Jakarta.

Banyuanyar

Surakarta

telah

Baihaqi, M, I, F, dkk, 2007, Psikiatri,

dilakukan terhadap 34 responden dapat

Konsep Dasar dan Gangguan-

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Gangguan,

1. Terdapat pengaruh positif yang

Bandung.

signifikan

antara

yang

kecemasan

Refika

Bloom, H, 2007, Frankenstein (Blooms

terhadap kadar glukosa darah pada

Guides),

penderita

Diabetes

Criticism, New York.

Wilayah

Puskesmas

Melitus

di

Aditama,

Blooms

Literary

Banyuanyar
David G, Risk Factors Diabetic Foot

Surakarta.

Ulcers and Prevention, Diagnosis,


2. Tingkat

kecemasan

penderita

and Classification, University of

Diabetes Melitus (DM) di wilayah

Texas Health Science Center at

Puskesmas Banyuanyar Surakarta

San Antonio and the Diabetic foot

berada pada kategori tinggi yaitu

Research

sebesar 29 atau 85,3%.

Antoni, Texas.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto,

S,

Penelitian

1989,
Suatu

Group,

1998,

San

Durham, JB, (2000), The Effect of


Prosedur

Monetary Policy on Monthly and

Pendidikan

Quaterly Stock Market Returns:

Praktek, PT Rineka Cipta, Jakarta.


______, 1998, Prosedur Penelitian

Cross-Country
Sensitivity

Evidence

Analyses,

Division

of

and

Working

Suatu Pendidikan Praktek, PT

paper,

Monetary

Rineka Cipta, Jakarta.

Affairs Board of Governors of the


Fed Reserve System, Washington

______, 2002, Prosedur Penelitian


Suatu

Pendekatan

Praktek,

D.C.

197
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Gustaviani, R, 2006, Diagnosis dan


Klasifikasi

Diabetes

Mellitus,

Penerbit

Fakultas

Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,


Balai

Penerbit

Kedokteran

Fakultas
Universitas

Nevid, J, S., dkk, 2006, Psikologi


Abnormal, Erlangga, Jakarta.

Indonesia1879, Jakarta
Hawari, D, 1988, Manfaat Pemeriksaan
MMPI

Sebagai

Penunjang/Pelengkap

Diagnosis

Notoatmodjo,

S,

Penelitian

2000,

Metodologi

Kesehatan,

Rineka

Cipta, Jakarta.

Kliniis Ciri/Gangguan Kepribadian

Sadock, B,J, & Sadock, V,A, 2007,

(AKSIS 2, PPDGJ-II) Bagian I,

Kaplan & Sadocks Synopsis of

dalam Majalah Psikiatri, Tahun

Psychiatry,

XXI No. 4 Desember 1988.

Sciences/Clinical Psychiatry, 10th

Behavioral

Edition, Philadelhia: Lippincott


Kozier B,& Erb G, 1991, Fundamentals
of

Nursing:

Procedurs,

Conxcepts
Addition

Williams & Wilkins.

and

Wesley-

Publishing Company California.


Kumar, P dan Clark, M, 2002, Kumar &
Clark Clinical Medicine, 5th ed,

Smeltzer,

S,C,

Keperawatan

2001,

Buku

Medical

Ajar
bedah

(Edisi Penerbit Buku Kedokteran,


Jakarta.

UK, WB Saunders.
Stuart, R,F, & Sundeen P,C,1991, Buku
Long, B,C, 1996, Perawatan Medical
Bedah, Suatu Pendekatan Proses

Saku Keperawatan Jiwa, Edisi I,


EGC, Jakarta.

Keperawatan 2, Yayasan IAPK,


Padjajaran, Bandung.

Sugiyono, 2007, Statistika Untuk


Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Lumbantobing,

2004,

Bencana

Peredaran Darah di Otak, Balai

198
TALENTA PSIKOLOGI
Vol. II, No. 2, Agustus 2013

Anda mungkin juga menyukai