Tentang
Pemeriksaan dan Pelepasan NGT serta
Pemeriksaan Fisik
Oleh Kelompok I :
Afrita Wahyuni
Ayu Anaira
Eti Nurjanah
Ikhsanul Arif
Maria Ulfa
Dosen Pembimbing:
Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM, S.Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi
lambung, juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan.
NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler,
2001).
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan
perawat dalam memasukan dan melakukan perawatan NGT adalah sangat
dibutuhkan.
Bagi anak-anak,kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa
kondisi seperti anomali anatomi jalan makanan;oesophagus atau alat
eliminasi, kelemahan reflek menelan, distress pernafasan atau tidak sadarkan
diri. Keselamatan adalah selalu menjadi perhatian,dimana kerjasama perawat
pasien dan keluarga sangat dibutuhkan dan pada sebagian anak terkadang
agak sedikit dipaksakan.
Sebagai perawat profesional,harus berhati-hati dalam melaksanakan
tindakan serta memperhatikan keunikan variasi di dalam melaksanakan
tindakan secara aman dan nyaman. (WALLEY & WONG, 2000).
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian
kepala
dan
berakhir
pada anggota
gerak.
Setelah
darah selalu
dilakukan
pertama kali.
B. Tujuan dan Manfaat Tindakan
Naso Gastric Tube digunakan untuk:
1.
Mengurangi isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah)
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemasangan NGT
Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak
melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen
berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan
pemasukan cairan ke dalam lambung.
Pelaksana harus seorang professional kesehatan yang berkompeten
dalam prosedur dan praktek dalam pekerjaannya.
Pengetahuan dan ketrampilan dibutuhkan untuk melakukan procedure
dengan aman adalah :
1. Anatomi dan fisiologi saluran gastro-intestinal bagian atas dan system
pernafasan..
2. Kehati-hatian
dalam
procedure
pemasangan
dan
kebijaksanaan
penatalaksanaan NGT.
Pengetahuan mendalam pada pasien ( misalnya : perubahan anatomi
dan fisiologi yang dapat mambuat sulitnya pemasangan NGT tersebut
Peralatan
Pelumas/ jelly
Stetoskop
klem
Handuk kecil
Tissue
Spatel lidah
Plester
Kidney tray
Bak instrumen
13. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring,
instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan
14. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan
lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang
menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkahlangkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas
dalam
15. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang
hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien
membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau
drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml
masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung
dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
16. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2
inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang
hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester
lilitan mengitari slang
17. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet
dapat digunakan untuk memfiksasi slang.
18. Kurangi manipulasi atau merubah posisi klien sewaktu memasukan
NGT, termasuk juga batuk atau tersedak karena bisa menyebabkan
cervical injury karena manual stabilization of the head sangat
diperlukan sewaktu melaksanakan prosedur.
19. Stabilisasikan posisi kepala.
Initial Confirmation of Position
Posisi tubing yang benar harus dipastikan seebelum penggunaan NGT
untuk tujuan apapun. Biarkan guide wire di tempat sampai posisi.Untuk
meyakinkan tubing di dalam lambung sebelum cairan diberikan. CirginElliott et al (1999)
X-Ray confirmation , harus dilakukan pada semua klien,
Peringatan : X Ray confirmation hanya valid pada waktu X_Ray dilakukan.
Warning x-ray
6
Aspirate 20 mls dari tubing( gunakan large syringe > 30mls) and test on
pH dengan indicator strips.
Nutrisi Enteral
Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna
dengan menggunakan sonde (tube feeding). Nutrisi enteral direkomendasikan
bagi pasien-pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara
volunter melalui asupan oral. Pemberian nutrisi enteral dini (yang dimulai
dalam 12 jam sampai 48 jam setelah pasien masuk ke dalam perawatan
intensif [ICU]) lebih baik dibandingkan pemberian nutrisi parenteral.
Manfaat dari pemberian nutrisi enteral antara lain:
Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung
Kontraindikasi:
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan
kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya
sewaktu memasang NGT,seperti:
Sondenya tersumbat.
Dislokasi
dari
sonde,
misalnya
karena
ketidaksempurnaan
Proses Keperawatan
Proses Keperawatan pada Klien dengan Pemasangan NGT
Pengkajian
Biodata klien:
Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan,tingkat pendidikan, Diagnosa
medis,Tanggal admission. Riwayat kesehatan: Riwayat Masa lalu klien,
Riwayat kesehatan keluarga dan Riwayat kesehatan klien saat ini.
Kondisi kesehatan saat ini
Pemeriksaan fisik:
Tanda-tanda
Vital:
Respiration(regular/irregular),Respiration
oesophagus,naso-oro-pharyngeal
burn.apakah
terdapat
Oxygen saturation
Chest X-Ray
sesudah insertion untuk memastikan posisi NGT di lambung
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa kepeerawatan yang sering muncul pada pasien dengan
pemasangan NGT adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Potensial aspirasi
posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30)
Diare
12
Kemungkinan II
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)
Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)
Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)
Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)
Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari)
nutrisi
enteral
selama
12
jam
sehari.
Contoh :
26 Cermin Dunia Kedokteran No. 42, 1987 Pada kecepatan 100
ml/jam,
pasien
merasa
mual
dan
mendapat
diare.
Dianjurkan:
13
apakah
ada
kemungkinan
kontaminasi
pada
waktu
14
Kontrol Rutin
1. Setiap 2 hari menimbang berat badan
"CHECK LIST"
2.
3.
diduga aspirasi
4.
15
Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai pada masalah pada diagnosa
keperawatan dan rencana keperawatan diatas, yang terdiri darimasalah
aktual,
dan
potensial.
Implementasi
bertujuan
pada
mengatasi
Evaluasi
Setelah melakukan proses keperawatan baik dari hasil pengkajian
diagnosa perencananaan pemasanagan NGT ini diharapakan tidak terjadi
komplikasi Nasal irritation, sinusitis, epistaxis, rhinorrhea, skin erosion or
esophagotracheal fistula sebagai dampak dari pemasangan NGT
Aspiration pneumonia secondary to vomiting and aspiration.
C. Konsep Teori Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai
ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif
tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis.
Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima
klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
16
17
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan
tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu
penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh
lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika,
2010)
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan
oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan
Mary Meyers, 1997)
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan
alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah :
bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010)
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang
harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut:
a.
Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril,
memasang masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa
jika ada.
b.
Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat,
dan cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi
klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup
pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
18
Efisiensi
Dokumentasi
2.
3.
4.
5.
tertentu yang akan di jelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan di
lakukan pemeriksaan fisik.
E. Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat
sendiri, maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:
1.
2.
3.
4.
F. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada:
1. klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
19
2.
3.
Jenis kelamin
4.
5.
Tahapan perkembangan
6.
20
7.
8.
9.
2.
3.
Nadi
a) Frekuensi = Normal : 60-100x/menit ; Takikardia: >100 ;
Bradikardia: <6 span="">
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang teraba;
2+: Denyutan mudah teraba, tak mudah lenyap; 3+: denyutan
kuat dan mudah teraba
4.
Pernafasan
a) Frekuensi: Normal= 15-20x /menit; >20: Takipnea; <15
bradipnea="" span="">
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kedalaman: dalam/dangkal
d) Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal : tidak ada setelah
diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
Persiapan
1)
2)
3)
Prosedur Pelaksanaan
a. Pemeriksaan kulit\
o Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat,
sianosis, dan ikterik.
o Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
o Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan,
turgor kulit, dan edema.
o Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
o setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
b. Pemeriksaan kuku
o Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
o Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh
(clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.
o Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
o Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
o setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat
dengan
membandikan
dengan
keadaan
normal,
dan
22
b)
Persiapan alat
a)
Lampu
b)
Prosedur Pelaksanaan
2. Pemeriksaan wajah
tidak
pucat/ikterik, simetris.
membandikan
dengan
keadaan
normal,
23
dan
3. Pemeriksaan mata
Tujuan
a)
b)
Persiapan alat
a)
Senter Kecil
b)
c)
Kartu Snellen
d)
Penutup Mata
e)
Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
24
akomodasi
supaya
bayangan
benda
tepat
jatuh
di
visus
ini
menggambarkan
luasnya
medan
tersebut
visusnya
e20/20
maka
tajam
maka=""
penglihatanya=""
peglihatan=""
penurunan=""
pembiasan.=""
penyebab=""
refraksi=""
Pemeriksaan
dilakukan
dengan
meminta
pasien
25
untuk
mengidentifikasi
adanya
26
(menutup
salah
satu
matanya
dengan
Jarak pemeriksaan :
Penutup/Occluder
27
Prosedur Pemeriksaan :
1. Minta pasien untuk selalu melihat dan memperhatikan titik
fiksasi, jika objek jauh kurang jelas, maka gunakan kacamata
koreksinya.
2. Pemeriksa menempatkan dirinya di depan pasien sedemikian
rupa, sehingga apabila terjadi gerakan dari mata yang barusa
saja ditutup dapat di lihat dengan jelas atau di deteksi dengan
jelas.
3. Perhatian dan konsentrasi pemeriksa selalu pada mata yang
ditutup.
4. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari luar
(temporal) kearah dalam (nasal) pada mata yang baru saja di
tutup,
berarti
terdapat
kelainan EXOPHORIA.Exophoria
berarti
terdapat
kelainan ESOPHORIA.Esophoria
tutup,
berarti
terdapat
kelainan
HYPERPHORIA.
28
b)
Garpu tala
c)
Speculum telinga
d)
Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan
dapat
dengan
membandikan
dengan
keadaan
normal,
dan
b)
Persiapan Alat
a)
Spekulum hidung
b)
Senter kecil
c)
Lampu penerang
d)
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi
kesimetrisan),
hidung
eksternal
rongga,
hidung
(bentuk,
(
lesi,
ukuran,
sekret,
warna,
sumbatan,
30
Senter kecil
b)
Sudip lidah
c)
d)
Kasa
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan
bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada
lesi dan stomatitis
Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan
gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi
lidah, dan keadaan langit2.
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau
kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah
simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang
terdiri dari 16 buah di rahang atas dan 16 buah di rahang bawah.
Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia enam bulan. Gigi
pertama tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain
yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga
empat belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi tetap.
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah),
usia 7-8 bulan berjumlah 7 buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang
31
b)
c)
Persiapan Alat
Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik,
bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal: arteri karotis terdengar.
Inspeksi
dan
palpasi
kelenjer
tiroid (nodus/difus,
32
A)
System pernafasan
Tujuan :
a)
b)
c)
Persiapan alat
a)
Stetoskop
b)
Penggaris centimeter
c)
Pensil penada
Prosedur pelaksanaan
o Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur
bantu
pernafasan),
warna
kulit,
lesi,
edema,
pembengkakan/ penonjolan.
o Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda
distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain,
tidak ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema
o Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus.
o (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk
mengucapkan angka tujuh-tujuh atau enam-enam sambil
melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung
pasien.)
o Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tandatanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung
sebelah kanan lebih teraba jelas.
33
membandikan
dengan
keadaan
normal,
dan
B)
System kardiovaskuler
Tujuan
a)
b)
c)
d)
Persiapan alat
a)
Stetoskop
b)
Senter kecil
Prosedur pelaksanaan
o Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
o Palpasi: denyutan
o Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
o Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah
samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi
redup)
34
o Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari
garis mid sterna, pada RIC 4,5,dan 8.
o Auskultasi: bunyi
jantung,
arteri
karotis.
(gunakan
bagian
b)
Persiapan alat
a)
Prosedur pelaksanaan
o Inspeksi payudara: Integritas kulit
o Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan
penyebaran vena
o Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe,
konsistensi.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
10. Pemeriksaan Abdomen (Perut)
Posisi klien: Berbaring
Tujuan
a)
b)
35
c)
Persiapan
a)
b)
Stetoskop
c)
Penggaris kecil
d)
Pensil gambar
e)
Bntal kecil
f)
Pita pengukur
Prosedur pelaksanaan
o Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,
ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus,
dan gerakan dinding perut.
o Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik
tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan
umbilicus.
o Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran
(bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan
friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
o Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar
denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
o Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak
searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman
kualitas bunyinya.
o Perkusi hepar: Batas
o Perkusi Limfa: ukuran dan batas
o Perkusi ginjal: nyeri
o Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan
apabila banyak cairan = hipertimpani
o Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,
karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan
nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu
36
o Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa dan penumpukan cairan
o Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
11. Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
Tujuan :
1.
2.
Alat :
1. Meteran
Posisi klien: Berdiri. duduk
37
2.
3.
4.
Alat :
1.
2.
Sarung tangan
Pemeriksaan rectum
Tujuan :
1.
2.
3.
4.
38
Alat :
1.
2.
Zat pelumas
3.
Prosedur Pelaksanaan
1.
Wanita:
a. Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit,
contour simetris, edema, pengeluaran.
b. Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik,
semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi
(pengeluaran pus /bau)
c. Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa,
pengeluaran
d. Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran,
konsistensi dan, massa
e. Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema,
haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
f. Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/
polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
g. Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan
genitalia
evaluasi
membandikan
hasil
dengan
yang
di
keadaan
dapat
dengan
normal,
dan
Pria:
a. Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan
pengeluaran
b. Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau
pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah
c. Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan
bentuk, turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan
tonjolan
39
Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik
pada pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi
memiliki format khusus yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan.
Perawat meninjau semua hasil sebelum membantu klien berpakaian, untuk
berjaga-jaga
seandainya
perlu
memeriksa
kembali
informasi
atau
40
2.
3.
4.
5.
6.
41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat
bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada
klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara
rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien.
Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus di lakukan pada kondisi
tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat,
baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi
yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari
asuhan keperawatan.
B. Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat
harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan
fisik ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan
prosedur yang benar.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Indikasi.................................................................................................................. 19
G.
H.
Evaluasi ................................................................................................................. 40
I.
Dokumentasi ......................................................................................................... 40
Kesimpulan ........................................................................................................... 42
B.
Saran ..................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
ii
44