Conver
Conver
OLEH :
PEMBIMBING :
1. Dr. M. RHIZA Z. TALA, SpOG(K)
2. Dr. BINARWAN HALIM, SpOG
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
Lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Ridha dan Karunia-Nya
penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia
biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari
sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat
bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
PREVALENSI DAN FAKTOR FAKTOR RESIKO OVERACTIVE BLADDER
PADA PARAMEDIS PEREMPUAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU
Medan.
2. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Kepala Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Einil Rizar, SpOG (K), Sekretaris Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG (K),
Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan,
Dr. Deri Edianto, SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri
dan Ginekologi FK-USU Medan; dan juga Prof. Dr. Djaffar Siddik, SpOG (K), Prof.
Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K), Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG
(K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K), Prof. Dr. T.M. Hanafiah, SpOG
(K), Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K), dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG
(K), yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti
pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
3. Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K), selaku Kepala Sub Divisi Fertilitas
Endokrinologi dan Reproduksi atas kesempatan yang diberikan kepada saya
untuk melakukan penelitian tentang
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
10. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan
sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri
dan Ginekologi.
11. Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU
Dr. Pringadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk
bekerja selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
12. Direktur RS. PTPN II Tembakau Deli, Dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG, dan Dr.
Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) beserta staf yang telah memberikan kesempatan
dan sarana untuk bekerja selama bertugas di Rumah Sakit tersebut.
13. Direktur RSU BALIGE , beserta staf atas kesempatan kerja dan bantuan moril
dan materil selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.
14. Kepala Departemen Patologi Anatomi FK-USU beserta staf, atas kesempatan
dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di Departemen
tersebut.
15. Kepada Abang-Abang dan Kakak Saya,Dr. Adi Putra, SpOG, Dr. Harry C.
Simanjuntak, SpOG, Dr. Cut Adeya Adella, SpOG, Dr. Riza Rivany, SpOG, Dr.
Roy Yustin Simanjutak, SpOG, Dr. Johny Marpaung, SpOG, Dr. Melvin NG.
Barus, SpOG, terima kasih banyak atas segala bimbingan, bantuan, dan
dukungannya yang telah diberikan selama ini.
16. Khususnya kepada Teman-Teman Dr. M. Oky Prabudi, SpOG, Dr. Ronny Ajartha
Tarigan,SpOG,Dr.Aswin,SpOG,Dr.Maria
N.Pardede,SpOG.Dr
dukungan
Wahyudi
yang diberikan
kepada saya selama ini. Dan kepada tim jaga; Dr. Hayu Lestari Haryono, Dr. Dwi
Faradina, Dr. Edwar, Dr.Made Kumara, Dr. Rizka Heriansyah, terima kasih
banyak atas bantuan, kerjasama, dan kebersamaan kita selama ini.
17. Dr. Dudy Aldiansyah, Dr. Eka Purnama Dewi R., Dr. Hayu Lestari Haryono, Dr.
Abdul Hadi, Dr. Juni Hardi Tarigan,Dr. Renardi, Dr. Adrian Setiawan, Dr. Edihan,
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Dr. Miranda Diza.Dr Tommy, Dr. Panuturi Gottlieb Sidabutar, Dr. T.M. Rizki, Dr.
Mulda F. Situmorang,Dr. Silvy,Dr. M.Ikhwan, Dr. David Luther Lubis, Dr.Gorga,Dr.
T. Jeffry Abdillah, Dr. Riza Hendrawan Nasution,Dr.M.Yaznil dan teman-teman
lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu,
Sejawat,
karyawan/karyawati,
Asisten
dan
Ahli,
Dokter
pasien-pasien
yang
Muda,
telah
Bidan,
ikut
Paramedis,
membantu
dan
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI.......
vii
DAFTAR SINGKATAN......... ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL
xi
ABSTRAK...
xii
BAB 1 PENDAHULUAN..
2.2.
MEKANISME BERKEMIH 8
2.3.
OVERACTIVE BLADDER
11
13
19
26
RANCANGAN PENELITIAN..
31
3.2.
31
3.3.
31
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
31
32
3.4.
33
3.5.
VARIABEL PENELITIAN.. 34
34
34
3.7.
KERANGKA PENELITIAN..........
36
3.8.
BATASAN OPERASIONAL................ 38
3.9.
PENGOLAHAN DATA..
38
39
42
44
46
47
49
KEPUSTAKAAN.... 50
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR SINGKATAN
ACH
: ACETIL CHOLINE
AMP
ATP
EMG
ICS
IMT
M/m
: MUSKARINIK
OAB
: OVERACTIVE BLADDER
DHB
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR
HAL
GAMBAR 1.
GAMBAR 2.
GAMBAR 3.
GAMBAR 4.
GAMBAR 5.
10
GAMBAR 7.
15
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL
HAL
TABEL 1.
33
TABEL 2.
34
TABEL 3.
34
TABEL 4.
35
TABEL 5.
36
TABEL 6.
37
TABEL 7.
38
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
ABSTRAK
Tujuan
untuk menilai penderita Overactive Bladder secara klinik dengan rancangan potong
lintang (cross sectional). Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai
Desember 2007 dengan populasi paramedis wanita yang bekerja di RSHAM yang
memenuhi kriteria penerimaan dan kriteria pengeluaran. Sampel diambil secara
random sampling. Responden diberikan kuesioner, pemeriksaan fisik dan daftar
harian berkemih untuk menegakkan diagnosa overactive bladder. Dilakukan
penilaian terhadap faktor resiko seperti usia, paritas, cara persalinan, menopause,
obesitas dan riwayat histerektomi.
Analisa Statistik
meliputi data hasil anamnesis, hasil pemeriksan fisik dan hasil laboratorium. Data
diolah dan disusun dalam bentuk tabel distribusi sesuai tujuan penelitian. Dilakukan
uji statistik Chi-square dan regresi logistik dengan menggunakan perangkat SPSS
(Statistic Package for Social Science) versi 15.
Hasil : Pada penelitian dengan 100 orang responden didapatkan usia terbanyak
adalah pada kelompok usia < 40 tahun yaitu sebanyak 53 orang (53%), riwayat
persalinan terbanyak adalah persalinan spontan sebanyak 73 orang (73%).
Sebanyak 78 orang (78%) adalah multipara, 12 orang (12%) adalah primipara dan
sebanyak 10 orang (10%) adalah nullipara. Terdapat 93 orang (93%) yang belum
menopause. Dari seluruh responden, didapatkan sebanyak 60 orang (60%) yang
mempunyai IMT 18,5 24,9 ( normal ), 31 orang (31%) yang mempunyai IMT 2529,9 ( overweight ), dan 9 orang (9%) yang mempunyai IMT 30 ( obese ). Dari
penelitian ini, tidak didapatkan satu orang pun yang mempunyai IMT < 18,5 ( kurus ).
Sehingga kelompok ini tidak diikutsertakan dalam analisa statistik. Dan didapatkan
100 responden (100%) tidak mempunyai riwayat operasi histerektomi. Dengan
demikian hubungan riwayat histerektomi dan gangguan OAB tidak dapat dianalisa
secara statistik.
Didapatkan prevalensi OAB sebanyak 18 orang (18%) dengan kelompok usia 40
49 tahun paling banyak mengalami gangguan OAB, yaitu 9 orang (22,5%). Dengan
uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat persalinan dengan
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
bekerja di lingkungan RSUP H. ADAM MALIK MEDAN adalah 18% (18 orang).
Terdapat hubungan yang bermakna antara usia,persalinan,IMT,menopause dengan
terjadinya OAB. Persalinan dengan vakum mempunyai resiko 36 kali lebih besar
terjadinya OAB dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan. IMT 25
(overweight dan obese) mempunyai resiko 11,4 kali lebih besar untuk terjadinya OAB
dibandingkan IMT 24,9 (normal dan kurus). Wanita menopause beresiko 7 kali
lebih besar terjadinya OAB dibandingkan yang belum menopause. Tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara paritas dengan terjadinya OAB.
KATA KUNCI
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB I
PENDAHULUAN
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Jakarta pada tahun 2002 didapatkan prevalensi OAB sebesar 21,2% (dimana
sebanyak 45,5% adalah wanita dan 54,4%nya pria).1,2,3,4,5,6,7,8,9
Selain usia, yang menjadi faktor resiko terjadinya gangguan overactive bladder
(OAB) adalah paritas, cara persalinan, menopause, obesitas, dan adanya riwayat
operasi histerektomi atau operasi ginekologi sebelumnya.10
Gejala dari OAB adalah mencakup frekuensi berkemih sebanyak 8 kali atau lebih
dalam 1 hari atau 2 kali atau lebih pada malam hari; urgensi berkemih yang terjadi
secara tiba-tiba, keinginan yang kuat untuk segera berkemih; urge incontinence
yakni ketidak-mampuan untuk menahan keinginan berkemih. Gejala gejala
tersebut dapat mengakibatkan timbulnya berbagai masalah
seperti gangguan
aktivitas fisik dan pekerjaan, interaksi sosial, masalah psikologis (depresi), gangguan
pola tidur, dan masalah seksual yang semuanya itu merupakan gangguan terhadap
kualitas hidup seseorang. Overactive bladder (OAB) merupakan suatu keadaan yang
dapat diobati dan tidak mematikan. Umumnya pengobatan OAB dilakukan secara
konservatif dan tindakan operatif hanya dilakukan bila pengobatan konservatif
tersebut gagal. Dengan pengobatan tersebut diharapkan kualitas hidup penderita
OAB dapat ditingkatkan.1,2,3,4,6,7,8,9,10,11
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
seperti
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Dinding kandung kemih terdiri dari 3 lapis : lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan
lemak. Pada bagian tengah, lapisan muskular dibentuk oleh otot polos yang disebut
detrusor. Detrusor akan meregang ketika kandung kemih diisi oleh urin dan
kemudian berkontraksi untuk mengeluarkan urin tersebut. Otot polos tidak dibawah
pengaruh kontrol volunter, namun ia berkontraksi akibat respon dari refleks-refleks
tertentu. 12,13
Normalnya
kandung kemih dapat menampung urin sebanyak 360-480 cc, yang kemudian
disebut sebagai kapasitas fungsional dari kandung kemih. Kedudukan kandung
kemih dipertahankan oleh kelompok otot otot levator ani terutama otot
pubokoksigeus.12,13
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Sistem saraf involunter mencakup sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem
saraf simpatis mengatur pengisian kandung kemih melalui (1) merelaksasi otot
kandung kemih sehingga dapat diisi oleh urin, dan (2) mengkontraksikan sfingter
uretra internal dalam mencegah urin memasuki uretra. Sistem saraf parasimpatis
menimbulkan keinginan untuk berkemih atau pengosongan kandung kemih melalui
(1) stimulasi otot kandung kemih untuk berkontraksi sehingga menyebabkan sensasi
berkemih dan (2) merelaksasikan sfingter uretra internal yang menyebabkan urin
memasuki uretra. 1,12,13,15,16,17
Sistem saraf somatik mengirim signal ke sfingter uretra eksternal untuk mencegah
kebocoran urin atau untuk berelaksasi sehingga urin dapat keluar. 1,12,13,15,16,17
Fungsi sistem persarafan bergantung pada pelepasan zat kimiawi yang kita kenal
dengan neurotransmitter. Zat yang paling penting mempengaruhi kandung kemih
adalah asetilkolin (ACH). Ketika ACH dilepaskan is akan menyebabkan otot-otot
kandung kemih mengalami kontraksi. Pelepasan zat kimiawi ini mengatur respon dari
sistem persarafan pada kandung kemih. 1,12,13,15,16,17
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
belum
jelas
tapi
EMG
(electromyogram)
dari
pelvis
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Overactive bladder (OAB) adalah suatu sindroma klinik yang merupakan salah satu
bentuk dari kelainan overactive detrusor. Overactive detrusor adalah suatu keadaan
dimana terjadi aktivitas atau kontraksi kandung kemih yang berlebihan, yang
berdasarkan etiologinya dapat dibagi atas 2 jenis yaitu overactive detrusor
hypereflexia dan overactive detrusor instability.20,21,22
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Secara farmakologis reseptor muskarinik telah dikenali sebagai M1, M2, M3, M4 dan
M5. Secara umum reseptor M1 terutama terdapat dalam ganglion dan glandula
sekretoris, reseptor M2, terdapat dalam miokardium dan otot polos, reseptor M3
terdapat dalam otot polos dan glandula sekretoris. Reseptor M4 dan M5 terdapat
dalam berbagai sel di tubuh. Berdasarkan distribusi tersebut, reseptor utama yang
terdapat pada kandung kemih adalah reseptor M2 (60-80%) dan M3 (20-40%). Tehnik
kloning molekuler telah mengenal subtipe tambahan reseptor muskarinik lain yaitu
m1, m2, m3, m4, dan m5 dimana lokasi dan spesifitasnya berhubungan dengan
reseptor M1, M2, M3, M4, dan M5.1,15,23
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Reseptor kandung kemih dan uretra terhadap stimulasi reseptor diperantarai oleh
kegiatan sistim massenger yang spesifik. Aktivitas reseptor m1, m3 dan m5 akan
merangsang fosfolipase C dan akan menyebabkan pecahnya fosfatidil inositol
polifosfat menjadi inositol polifosfat. Inositol-1,4,5-trifosfat (IP3) yang merupakan
salah satu produk hidrolisis akan menyebabkan pelepasan kalsium intraseluler dari
retikulum endoplasma dan mengakibatkan kontraksi otot polos. Diasil gliserol
merupakan produk hidrolisis lain yang akan mengaktivasi kalsium protein kinase
yang mengakibatkan terjadinya fosforilasi. Stimulasi reseptor m2 dan m4 tidak lepas
hubungannya dengan membran yang berkaitan dengan protein G1. Stimulasi G1
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
dikenali pada aferen, termasuk reseptor vanilloid, yang diaktivasi oleh capsaicin dan
mungkin oleh endogenous anandamide; reseptor purinergic (P2X); reseptor
neurokinin, yang beraksi terhadap substansi P dan neurokinin A; dan reseptor
reseptor growth factor . Substansi lain termasuk nitric oxide, calcitonin gene-related
protein, dan brain-derived neurotropic factor juga mempunyai peran penting dalam
modulasi sensor aferen pada otot detrusor manusia.12 Pemahaman yang lebih baik
terhadap pengaruh atau peranan yang kompleks dari bermacam macam
neurotransmiter diatas dan substansi lain yang merupakan derivat dari ureopitelium,
sel otot detrusor, serabut saraf aferen sendiri hendaknya memberikan suatu target
terapi yang spesifik dan terbaru sebagai medikamentosa untuk keadaan Overactive
Bladder.1
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Dari hasil penelitian OAB pada wanita di Asia (meliputi 11 negara Asia, yaitu
Thailand, Philipina, Taiwan, India, Pakistan, Korea Selatan, Hongkong, Malaysia,
Indonesia, Singapura, dan Cina) dilaporkan bahwa usia lanjut, riwayat sering
melahirkan dan riwayat keluarga menderita OAB sering dihubungkan dengan
peningkatan kejadian gangguan OAB.
a. Usia
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia wanita sangat berhubungan erat
dengan inkontinensia urin.Inkontinensia urin merupakan hal yang lazim ditemui
pada wanita usia lanjut, maka sering dianggap normal dan merupakan hal yang
tidak terlepaskan pada wanita tua. Prevalensinya meningkat secara progresif
terhadap
umur.
Inkontionensia
seharusnya
dianggap
normal
dengan
pertambahan usia, dimana terjadi perubahan pada struktur kandung kemih dan
struktur pelvic yang disebabkan oleh pertambahan usia yang kemudian
bermanifestasi menjadi inkontinensia urin.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
b. Paritas
Persalinan dapat merubah elastisitas dasar panggul sebagai konsekuensi dari
melemah dan meregangnya otot-otot serta jaringan ikat selama persalinan
berlangsung. Kerusakan jaringan dapat terjadi akibat laserasi spontan atau
episiotomi. Akibat dari kejadian ini, akan mengakibatkan gangguan kontraksi
pada otot sfingter uretra dan kandung kemih.
terhadap
kejadian
inkontinensia
urin.
Akibat
obesitas
dapat
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
d. Cara Persalinan
Menurut Rubin (2003), wanita yang menjalani operasi sesar akan lebih sedikit
menderita inkontinensia urin dibandingkan dengan wanita yang melahirkan
secara normal.
peregangan tersebut dapat merusak saraf pudendal , saraf pelvik, otot serta
jaringan pelvik sekitarnya yang dapat mempengaruhi kemampuan meregang dari
sphincter uretra untuk berkontraksi dalam merespon peningkatan tekanan intra
abdominal. (Morkved, Schei dan Asmund 2003; Viktrup & Lose 2001; Rubin,
2003).
e. Histerektomi
Dalam pemantauan secara sistematik terhadap bukti yang ada, penelitian
menunjukkan bahwa histerektomi berhubungan dengan inkontinensia urin (Brown
et al., 2000).Dilaporkan seorang wanita yang mengalami inkontinensia urin
segera setelah histerektomi. Inkontinensia urin pasca histerektomi dapat
disebabkan oleh kerusakan saraf sewaktu menjalani prosedur dan gangguan
muskulofasial pada vesika urinaria di sekeliling dinding pelvik (Hunskaar et al.,
2000)
f. Menopause
Gangguan berkemih sering dijumpai pada wanita menopause. Perubahan atrofi (
seperti lemak tubuh, kulit dan otot), penurunan kadar estrogen tubuh pada
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Gejala lain yang menyertai seperti stress inkontinensia dan prolaps organ
pelvis.
Pola dari intake cairan penderita yang menggunakan catatan harian berkemih
selama 3 hingga 7 hari.
Dimana anamnesa ini terangkum dalam kuesioner standar yang dikeluarkan oleh
ICS (Internatonal Continence Society), yang memiliki sensitifitas 80% dan
spesifitas 75%.
Pemeriksaan keadaan umum meliputi status vital, berat dan tinggi badan
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Pemeriksaan
abdomen
untuk
mengevaluasi
adanya
massa
atau
pengumpulan cairan.
-
Pemeriksaan ginekologi.
3. Pemeriksaan urin.
Urinalisa dilakukan untuk menyingkirkan adanya hematuria, glukosuria, piuria,
dan bakteriuria.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Minum
Kegiatan
(batuk,
Berkemih
Keinginan
bersin,
Interval
kuat
waktu
untuk
Mengompol
fisik,
Berapa
Jenis Jumlah
Jumlah
kali
aktivitas
berkemih
hubungan
seks, dll)
00.0001.00
01.0002.00
02.0003.00
03.0004.00
04.0005.00
05.0006.00
07.0008.00
Dst
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
5. Pemeriksaan urodinamik
Pemeriksaan
urodinamik
merupakan
pemeriksaan
baku
emas
untuk
Perlu diingat bahwa gejala gejala yang ditemukan pada OAB dapat juga ditemukan
pada jenis inkontinensia urin terutama pada stres inkontinensia urin (SIU) tipe
campuran sehingga anamnesis yang teliti perlu dilakukan, karena pengobatan antara
OAB dan SIU sangat berbeda. Secara klinis perbedaan gejalanya dapat dilihat pada
tabel 1 di bawah ini.
OAB
SIU
1. Urgensi
> banyak
Sedikit
2 kali
Jarang
Tidak
Bisa
3.Keluarnya
urin
berhubungan
dengan
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Terapi Konservatif
1. Farmakoterapi.
Beberapa obat obatan yang dapat digunakan untuk menghambat kontraksi
kandung kemih antara lain dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Belakangan ini obat
yang banyak digunakan adalah tolterodine tartrate (antimuscarinic agent) karena
dianggap lebih baik dibandingkan oxybutynin (nonselective antimuscarinic agent),
khususnya dalam hubungannya dengan frekuensi dan keparahan dari efek samping
obatnya yaitu mulut dan mata kering serta efek with drawalnya yang lebih rendah.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Kemasan
Dosis
Hyocyamine (Levsin)
Tablet
antikolinergik
kapsul (0,375)
antikolinergik + antimuskarinik
15mg)
acting),5-30mg
perhari(long
acting)
Transdermal
antikolinergik + antimuskarinik
36mg (1 patch)
Propantheline (Pro-Banthine)
antikolinergik
Trospium (Sanctura)
15-30mg,
kali
sehari
Tablet (20mg)
2 kali sehari
Solifenacin (Vesicare)
Tablet (5mg,10mg)
Darifenacin (enablex)
nonselektif antikolinergik
antimuskrinik
hari
Tolterodine tartrate
(2,4mg)
antimuskarinik
kali
sehari(short
acting),4mg
perhari(long
acting)
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Imipramin (Toframil)
Tablet (10,25,50mg)
antidepresan trisiklik
Botulinum toxin (BOTOX, Dysport)
10-25mg,
kali
sehari
Vial (100 IU, 500 IU)
200-300
IU
transuretral
(disuntikkan pada
10-50 tempat)
3,6,7
dengan tehnik distraksi atau tehnik relaksasi sehingga frekuensi berkemih hanya 6
hingga 7 kali perhari atau 3 hingga 4 jam sekali dan dilakukan minimal selama 6
minggu.10,56
3. Akupunktur
Dengan menggunakan jarum akupunktur ditempatkan secara bilateral pada kedua
betis bagian dalam, lipatan lutut bagian luar dan punggung belakang serta pada
pertengahan perut bagian bawah. Kemudian jarum tersebut diputar searah jarum
jam, sehingga penderita merasakan sensasi panas dan sensasi meregang,
kemudian jarum dipertahankan selama 20 menit. Hal ini diulangi setiap minggu
selama 1 bulan.10,57
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Terapi operatif
Terapi operatif untuk mengatasi keadaan OAB antara lain :8,10,11,12,59,60,61,62
1. Sacral nerve stimulation
Prinsip dari tindakan ini adalah dengan menghantarkan stimulasi elektrik sehingga
dapat menginhibisi refleks pada kandung kemih.Alat ini diimplankan secara
permanen pada serabut saraf S3. Pada awalnya penderita menjalani evaluasi
serabut saraf perkutaneus, dimana jarum dimasukkan melalui foramen sacral
dibawah anastesi lokal. Alat ini kemudian terhubungkan dengan stimulator eksternal.
Bagi penderita yang puas dengan teknik ini dapat dipertahankan secara permanen.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
2. Diversi urin
Metode ini bertujuan untuk mengalihkan drainase urin dari uretra. Hal ini dilakukan
dengan cara mengalihkan ureter ke segmen ileum yang kemudian dibuat stoma
permanen ke kulit.Urin yang terkumpul dialirkan ke kantong urin yang berada di kulit.
3. Detrusor myectomy
Metode ini bertujuan untuk memperbaiki fungsi kapasitas kandung kemih dengan
cara meng-eksisi otot kandung kemih dari fundus kandung kemih sehingga
meninggalkan divertikel yang lebar secara permanen.Kemudian omentum mayor
ditarik keluar kemudian dijahitkan pada dinding anterior vesika urinaria.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
n = Z2PQ
d2
Prevalensi = 40% P = 0,40
Q = 1 P = 1 0,40 = 0,60
Penyimpangan = d = 10% = 0,1
Interval kepercayaan = 95 % (a = 0,05, Z = 1,96)
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
n=
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Cara
Persalinan
Menopause
Paritas
Usia
Overactive Bladder
(OAB)
BMI
Riwayat
Histerektomi
Kualitas hidup
penderita OAB
Penatalaksanaan
OAB
Diteliti
Tidak diteliti
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
hasil
kuesioner
dilakukan
pemeriksaan
urinalisa
untuk
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
yang
terbukti
mengalami
gangguan
Overactive
Bladder
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
BUKAN OAB
(NORMAL, SIU)
CURIGA OAB
URINALISA
NORMAL
TIDAK NORMAL
DAFTAR HARIAN
BERKEMIH
(SELAMA 7 HARI)
ISK, GLUKOSURIA
URINALISA
PEMERIKSAAN
FISIK
DALAM BATAS
NORMAL
OVERACTIVE
DETRUSOR
IDIOPATIK
(OAB)
FAKTOR RESIKO :
USIA, IMT, MENOPAUSE,
HISTEREKTOMI, PARITAS,
RIWAYAT PERSALINAN
TERDAPAT KELAINAN
NEUROLOGIS ATAU
KELAINAN ANATOMIS
YANG LAIN
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
merupakan
salah
satu
bentuk
dari
overactive
detrusor
yang
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu tiga bulan yaitu berlangsung sejak bulan
Oktober hingga Desember 2007. Didapatkan 100 orang responden atau subyek
penelitian, yang memenuhi kriteria penerimaan, yang terdiri dari paramedis
perempuan di RSUP H. ADAM MALIK Medan.
Pada penelitian dengan 100 orang responden ini didapatkan usia terbanyak adalah
pada kelompok usia dibawah 40 tahun yaitu sebanyak 53 orang (53%).
Sebagian besar responden pada penelitian OAB ini mempunyai riwayat persalinan
spontan yaitu sebanyak 73 orang (73%). Yang melahirkan secara seksio sesarea
adalah sebanyak 12 orang (12%).Persalinan dengan ekstraksi vacum sebanyak 5
orang (5%). Hanya 10 orang (10%) responden yang belum pernah melahirkan.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Dari 100 responden penelitian ini terdapat 93 orang (93%) yang belum menopause.
Hanya 7 orang (7%) yang mengalami menopause.
Dari seluruh responden, didapatkan sebanyak 60 orang (60%) yang mempunyai IMT
18,5 24,9 ( normal ), 31 orang (31%) yang mempunyai IMT 25 29,9 (overweight ),
dan 9 orang (9%) yang mempunyai IMT 30 ( obese ) Dari penelitian ini, tidak
didapatkan satu orang pun yang mempunyai IMT < 18,5 ( kurus ). Untuk selanjutnya
pada analisis regresi logistik, IMT ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu,
kelompok IMT 24,9 (normal dan kurus) dan kelompok IMT 25 (overweight dan
obese)
Pada penelitian ini, didapatkan 100 responden (100%) tidak mempunyai riwayat
operasi histerektomi. Dengan demikian hubungan riwayat histerektomi dan
gangguan OAB tidak dapat dianalisa secara statistik.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
< 40 tahun
53
53
40 49 tahun
40
40
50 55 tahun
Belum pernah
10
10
Seksio sesarea
12
12
Spontan
73
73
Ekstraksi vakum
Nullipara
10
10
Primipara
12
12
Multipara
78
78
Ya
Tidak
93
93
60
60
31
31
30 (obese)
Ya
Tidak
100
100
Kelompok usia
Riwayat persalinan
Status menopause
Riwayat Histerektomi
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Positif
18
18
Negatif
82
82
Angka kejadian secara umum dari overactive bladder ini ditemukan sekitar 20%
hingga 40% dari seluruh inkontinensia urin. Prevalensi OAB pada wanita di Eropa
dengan 16.776 responden yang berusia diatas 40 tahun sebesar 17%.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Total
Usia
Ya
(tahun)
Tidak
< 40
9,4
48
90,6
53
100
40 49
22,5
31
77,5
40
100
50 55
57,1
42,9
100
RP
95% CI
0,005
2,787
0,854-9,096
12,8
2,207-74,221
Chi-square
Regresi logistik
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Pada penelitian ini, kelompok usia 50 55 tahun yang mengalami gangguan OAB
lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok usia 40 49 tahun. Hal ini disebabkan
karena jumlah responden pada kelompok usia 50 55 tahun jauh lebih sedikit.
Total
Riwayat
Ya
persalinan
Tidak
Belum pernah
10
90
10
100
SC
11,1
16
88,9
18
100
RP
95% CI
1,768
0,203-15,403
0,003
Spontan
11
16,4
56
83,6
67
100
1,125
0,089-14,202
EV
80
20
100
36,0
1,772-731,562
Chi-square
Regresi logistik
Pada tabel 4. diatas didapatkan riwayat persalinan spontan paling banyak menderita
OAB sebanyak 11 orang (16,4%), riwayat ekstraksi vakum yang menderita OAB
sebanyak 4 orang (80%) , riwayat seksio sesarea yang menderita OAB sebanyak 2
orang (11,1%), dan pada kelompok belum pernah melahirkan yang menderita OAB
sebanyak 1 orang (10%). Dengan uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna
antara riwayat persalinan dengan terjadinya OAB (p<0,05). Pada kelompok riwayat
persalinan ekstrasi vakum didapatkan rasio prevalens sebesar 36. Artinya persalinan
dengan ekstraksi vakum, mempunyai resiko terjadinya OAB sebesar 36 kali lebih
besar dibandingkan dengan wanita yang belum pernah melahirkan.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Louw (2004) melaporkan bahwa partus pervaginam mempunyai resiko yang lebih
besar (OR=1) untuk terjadinya OAB dibandingkan dengan seksio sesarea
(OR=0,2).64
Pada penelitian ini, resiko untuk terjadinya OAB pada persalinan seksio sesarea (RP
= 1,768) lebih besar dibandingkan dengan persalinan spontan (RP = 1,125), dimana
seharusnya persalinan spontan memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita
OAB dibanding seksio sesarea. Hal ini disebabkan karena pada penelitian ini indikasi
seksio sesarea terbanyak karena persalinan tidak maju.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Ya
Total
p
RP
95% CI
0,768
1,8
0,139-23,374
2,143
0,252-18,28
Tidak
Nullipara
10
90
10
100
Primipara
16,7
10
83,3
12
100
Multipara
15
19,2
63
80,8
78
100
Chi-square
Regresi logistik
Pada
tabel
5,
didapatkan
multipara
15
orang
(19,2%)
yang
mengalami
Ya
Total
p
Tidak
24,9
57
95
60
100
25
15
37,5
25
62,5
40
100
RP
95% CI
11,4
3,028-42,921
0,0001
Chi-square
Regresi logistik
Dari tabel 6. diatas, pada kelompok IMT 25 (overweight dan obese) didapatkan 15
orang (37,5%) yang menderita OAB, dan pada kelompok IMT 24,9 (normal dan
kurus) dijumpai 3 orang (5%) yang menderita OAB. Pada uji statistik, didapatkan
hubungan yang bermakna antara indeks masssa tubuh dengan terjadinya OAB
(p<0,05). Pada kelompok IMT 25
prevalens sebesar 11,4, dimana pada kelompok ini resiko terjadinya OAB 11,4 kali
lebih besar dibandingkan dengan kelompok IMT 24,9 (normal dan kurus).
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Ya
Total
p
Tidak
Tidak
14
15
79
85
93
100
Ya
57,1
42,9
100
RP
95% CI
7,524
1,517-37,311
0,005
Chi-square
Regresi logistik
Rekers dkk (1992) melaporkan wanita menopause mengalami OAB lebih banyak
dibanding dengan wanita yang tidak menopause (54% vs 28%).72
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Prevalensi penderita OAB pada paramedis perempuan yang bekerja di
lingkungan RSUP H. ADAM MALIK adalah 18% (18 orang).
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia,persalinan,IMT,menopause
dengan terjadinya OAB.
3. Semakin tua umur seorang wanita semakin besar resiko terjadinya OAB,
persalinan dengan vakum mempunyai resiko 36 kali lebih besar terjadinya
OAB dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan. IMT 25
(overweight dan obese) mempunyai resiko 11,4 kali lebih besar untuk
terjadinya OAB dibandingkan IMT 24,9 (normal dan kurus). Wanita
menopause beresiko 7 kali lebih besar terjadinya OAB dibandingkan yang
belum menopause.
4. Tidak terdapat yang bermakna antara paritas dengan terjadinya OAB.
SARAN
1. Sebaiknya disediakan alat untuk pemeriksaan urodinamik di poliklinik
uroginekologi RSHAM.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penatalaksanaan OAB yang
efektif serta bagaimana kualitas hidup penderita OAB.
3. Bagi wanita overweight dan obese disarankan untuk mengurangi berat badan
hingga indeks massa tubuh mencapai normoweight untuk mengurangi resiko
terjadinya OAB.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
KEPUSTAKAAN
Refractory
Overactive
Bladder
Syndrome:
12-Month
Follow-up.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
for
Urinary
Incontinence
in
Women.
Available
at
http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/treatmentsuiwomen/index.htm
12. Newman DK. Program of Excellence in Extended Care, Understanding
Bladder Conditions. Diagnostic Ultrasound Corporation, 2006 : 59 81.
13. Maneefee SA et al. Incontinence, Proplapse, and Disorders of the Pelvic
Floor. Novaks Gynecology, 13th ed, Lippincott William & Wilkins, PhiladelphiaUSA 2002 : 645 702.
14. Cunningham FG. Williams Obstetrics 21st Edition.
15. Andersson KE. New roles for muscarinic receptors in the pathophysiology of
lower urinary tract symptoms. BJU International 86, Suppl.2, 2000 : 36 43.
16. Rackley
R,
et
al.
Neurogenic
Bladder.
Available
at
http://www.emedicine.com/med/topic3176.htm
17. Messelink EJ. The overactive bladder and the role of the pelvic floor muscles.
BJU International 83, Suppl.2, 1999 : 31-35.
18. The
Overactive
Bladder.
OAB
Info.
Available
at
http://www.overactivebladder.ca/
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
19. Gillespie JI. The autonomous bladder : a view of the origin of bladder
overactivity and sensory urge. BJU International 93, 2004 : 478 83.
20. University of Texas at Austin, School of Nursing, Family Nurse Practitioner
Program. Recommendations For Management of Stress and Urge Urinary
Incontinence in Women. May, 2002.
21. Drake NL, et al. Nocturnal polyuria in women with overactive bladder
symptoms and nocturia. American Journal of Obstetrics and Gynecology 192,
Elsevier Inc., 2005 : 1682 6.
22. Overactive Bladder Urgency / urge incontinence. The American
Urogynecologic Society. Available at :
http://www.augs.org/i4a/pages/index.cfm?pageid=207
23. Mansfield KJ, et al. Lower Urinary Tract : Molecular characterization of M2 and
M3 muscarinic receptor expression in bladder from women with refractory
idiopathic detrusor overactivity. BJU International 99, 2007 : 1433 38.
24. Van Der Pal F, et al. Percutaneous tibial nerve stimulation in the treatment of
refractory
overactive
bladder
syndrome
is
maintenance
treatment
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
27. Artibani W, Cerruto MA. The Role of imaging in urinary incontinence. BJU
International 95, 2005 : 699 703.
28. Nitti V, Taneja S. Overactive bladder : achieving a differential diagnosis from
other lower urinary tract conditions. Int J Clin Pract 59, Blackwell Publishing
Ltd, Juli 2005 : 825 30.
29. Yamaguchi O. Defining Clinical Assessment in Overactive Bladder. Int J Clin
Pract 58, Suppl. 140, Blackwell Publishing Ltd, July 2004 : 4 - 5.
30. Abrams P, et al. Factors involved in the success of antimuscarinic treatment.
BJU International 83, Suppl. 2, 1999: 42 47.
31. Hunskaar S, Burgio K, Clark A, et al. Epidemiology of urinary (ui) and faecal
(fi) incontinence and pelvic organ prolapse (pop). 2003:255-312
32. Netti VW, et al. Efficacy and tolerability of Tolterodine extended release in
continent patient with overactive bladder and nocturia. BJU International 97,
2006 : 1262 63.
33. Kato K, et al. Managing patients with an overactive bladder and glaucoma : a
questionnaire survey of Japanese urologist on the use of anticholinergics. BJU
Internatonal 95, 2005 : 98 101.
34. Quinn P, Goka J, Richardson H. Assesment of an electronic daily diary in
patients with overactive bladder. BJU International 91, 2003 : 647 652.
35. Cardozo L. The overactive bladder syndrome : treating patients on an
individual basis. BJU International 99, supplement 3, 2007 : 1 7.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
36. Weiss BD. Selecting Medications for the Treatment of Urinary Incontinence.
American
Academy
of
Family
Physician.
Available
at
http://www.aafp.org/afp/20050115/315.pdf
37. Finney SM. Antimuscarinic drugs in detrusor overactivity and the overactive
bladder syndrome: motor or sensory actions?. BJU International 98, 2006 :
503 7.
38. Wein AJ, et al. Achieving continience with antimuscarinic therapy for
overactive bladder: effects of baseline incontinence severity and bladder diary
duration. BJU international 99, 2006 : 360 3.
39. Herbison P, er al. Effectiveness of anticholinergic drugs compared with
placebo in the treatment of overactive bladder: systematic review. BMJ 326,
2003: 841 4. Available at : http://bmj.com/cgi/content/full/326/7394/841
40. Best Buy DrugsTM. Evaluating Prescription Drugs Used to Treat : Overactive
Bladder, Comparing Effectiveness, Safety and Price. Available at :
www.crbestbuydrugs.org/PDFs/OveractiveBladder-2pager-FINAL.pdf
41. Dmochowski RR, Starkman JS, Davila GW. Transdermal Drug Delivery
Treatment for Overactive Bladder. Int Braz J Uro, vol.32(5), 2006 : 513 20.
42. Odeyemi IAO, et al. Epidemiology, prescribing patterns and resource use
associated with overactive bladder in UK primary care. Int J Clin Pract,
Blackwell Publishing Ltd, Vol. 60, 2006 : 949 58.
43. Wagg AS, et al. Overactive bladder syndrome in older people. BJU
International 99, 2007 : 502 9.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
44. Chapple CR, Gormley EA. Developments in pharmacological therapy for the
overactive bladder. BJU International 98, suppl.1, 2006 : 78 87.
45. Castro-Diaz D. Definig clinical success in overactive bladder. J Clin Pract 48,
Suppl.140, Blackwell Publishing Ltd, 2004 : 6 7.
46. Payne CK, Kelleher C. Redefining response in overactive bladder syndrome.
BJU International 99, 2007 : 101 106.
47. Haab F, Castro-Diaz D. Persistence with antimuscarinic therapy in patients
with overactive bladder. J Clin Pract, 59, 2005 : 931 37.
48. Chapple CR, et al. Solifenacinsignificantly improves all symptoms of
overactive bladder syndrome. J Clin Pract, 60, 2006 : 959 966.
49. Overactive
bladder.
Available
at
http://www.mayoclinic.com/health/overactive-bladder/DS00827/DSECTION=8
50. Parsons M, Robinson D, Cardozo L. Darifenacin in the treatment of overactive
bladder. J Clin Pract, 59, 2005 : 831 38.
51. Hjlms K, et al. The Overactive bladder in children : a potential future
indications for tolterodine. BJU International 87, 2001 : 569 74.
52. Robinson D, et al. A randomized double-blind placebo-controlled multicentre
study to explore the efficacy and safety of tamsulosin and tolterodine in
women with overactive bladder syndrome. BJU International, 2007 : 1 6.
53. Wagg AS, et al. Overactive bladder syndrome in older people. BJU
International, 99, 2007 : 502 9.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
54. Cruz F, Silva C. Refractory neurogenic detrusor overactivity. J Clin Pract, 60,
suppl. 151, Blackwell Publishing Ltd, 2006 : 22 26.
55. Dmochowski R, Sand PK. Botulinum toxin A in the overactive bladder: current
status and future directions. BJU International, 99, 2007 : 247 62.
56. Overactive bladder. Available at :
http://www.urologyhealth.org/search/index.cfm?topic=450&search=Overactive
%20AND%20bladder&searchtype=and
57. Emmons SL, Otto L. Acupuncture for overactive bladder : a randomized
controlled trial. Obstet Gynecol 2005;106:13843
58. Overactive bladder. Available at :
http://www.medicinenet.com/overactive_bladder/article.htm
59. Foster RT, et al. A prospective assessment of overactive bladder symptoms in
a cohort of elderly women who underwent transvaginal surgery for advanced
pelvic organ prolapse. American Journal of Obstetrics & Gynecology, July
2007 : 82e1 82e4.
60. Bradshaw HD, et al. The acute effect of magnetic stimulation of the pelvic floor
on involuntary detrusor activity during natural filling and overactive bladder
symptoms. BJU International 91, 2003 : 810 -13.
61. Swami KS, et al. Detrusor myectomyfor detrusor overactivity: a minimum 1year follow-up. British Journal of Urology, 98, 1998 : 68 72.
62. Croen J, Bosch JLHR. Neuromodulation techniques in the treatment of the
overactive bladder. BJU International 87, 2001 : 723 31.
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
RJ.
Epidemiology.
In
Textbook
of
Female
Urology
and
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008
Ujang Ridwan Permana : Prevalensi Dan Faktor-Faktor Resiko Overactive Bladder Pada Para Medis Perempuan di RSUP..., 2008
USU e-Repository 2008