Anda di halaman 1dari 15

ANESTESI

Analgetik
Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
a.

Penyebab sakit/ nyeri.


Didalam lokasi jaringan yang mengalami luka atau peradangan beberapa
bahan algesiogenic kimia diproduksi dan dilepaskan, didalamnya terkandung
dalam prostaglandin dan brodikinin. Brodikinin sendiri adalah perangsang
reseptor rasa nyeri. Sedangkan prostaglandin ada 2 yang pertama
Hiperalgesia yang dapat menimbulkan nyeri dan PG(E1, E2, F2A) yang dapat
menimbulkan efek algesiogenic.

b. Mekanisame Kerja
Mekanisme kerja obat analgetik merupakan sebuah mekanisme fisiologis
tubuh terhadap zat-zat tertentu. Obat analgetik bekerja di dua tempat utama,
yaitu di perifer dan sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan
cara

menghambat

pelepasan

mediator

sehingga

aktifitas

enzim

siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi. Sedangkan


analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu
dorsalis

medulla

spinalis

sehingga

terjadi

penghambatan

pelepasan

transmitter dan perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.


Prostaglandin merupakan hasil bentukan dari asam arakhidonat yang
mengalami metabolisme melalui siklooksigenase. Prostaglandin yang lepas
ini akan menimbulkan gangguan dan berperan dalam proses inflamasi,
edema, rasa nyeri lokal dan kemerahan (eritema lokal). Selain itu juga

prostaglandin . meningkatkan kepekaan ujung-ujung saraf terhadap suatu


rangsangan nyeri (nosiseptif).
Enzim siklooksigenase (COX) adalah suatu enzim yang mengkatalisis sintesis
prostaglandin dari asam arakhidonat. Obat AINS memblok aksi dari enzim
COX yang menurunkan produksi mediator prostaglandin, dimana hal ini
menghasilkan kedua efek yakni baik yang positif (analgesia, antiinflamasi)
maupun yang negatif (ulkus lambung, penurunan perfusi renal dan
perdarahan). Aktifitas COX dihubungkan dengan dua isoenzim, yaitu
ubiquitously dan constitutive yang diekspresikan sebagai COX-1 dan yang
diinduksikan inflamasi COX-2. COX-1 terutama terdapat pada mukosa
lambung, parenkim ginjal dan platelet. Enzim ini penting dalam proses
homeostatik seperti agregasi platelet, keutuhan mukosa gastrointestinal dan
fungsi ginjal. Sebaliknya, COX-2 bersifat inducible dan diekspresikan
terutama pada tempat trauma (otak dan ginjal) dan menimbulkan inflamasi,
demam, nyeri dan kardiogenesis. Regulasi COX-2 yang transien di medulla
spinalis dalam merespon inflamasi pembedahan mungkin penting dalam
sensitisasi sentral.
c.

Karakteristik
1.
2.
3.
4.

Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit


Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
Tidak mempengaruhi pernapasan
Gunanya untuk nyeri sedang, ex: sakit gigi

d. Penggolongan Analgesik
Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:
1)
Analgesik Opioid/analgesik narkotika

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat


seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan
atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fractura dan kanker.
Macam-macam obat Analgesik Opioid:
Methadon
- Mekanisme kerja: kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
- Indikasi: Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada
pasien yang di rumah sakit.
- Efek tak diinginkan: - Depresi pernapasan
- Konstipasi
- Gangguan SSP
- Hipotensi ortostatik
- Mual dam muntah pada dosis awal

Fentanil
- Mekanisme kerja: Lebih poten dari pada morfin. Depresi
Pernapasan lebih kecil kemungkinannya.
- Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
- Efek

tak

diinginkan:

Depresi

pernapasan

lebih

kecil

kemungkinannya. Rigiditas otot, bradikardi ringan.

Kodein
- Mekanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi
morfin. Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif
(menekan batuk)
- Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor
- Efek tak diinginkan: Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat
pada dosis yang menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi,
toksisitas seberat morfin.

2) Obat Analgetik Non-narkotik


Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal
dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer
(non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan

tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat


Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan
rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik NonNarkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat
Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Efek samping obat-obat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan
darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit. Macam-macam obat
Analgesik Non-Narkotik:

Ibuprofen
Ibuprofen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi
yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin.
Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.

Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan
parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak
digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati
analgesik.
Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar
tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan
cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu
meningkatkan dosisnya.

Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat
sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan
obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran

cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap
mukosa lambung.
A. Pengertian Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan
aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
B. Penggolongan anastesi
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi umum, anestesi local,
dan regional anestesi. Pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai
hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit
tanpa disertai hilang kesadaran.
1. Anestesi Umum
Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali Komponen
anestesi ini dapat dicapai dengan menggunakan obat yang berbeda secara
terpisah. Teknik ini sesuai untuk pembedahan abdomen yang luas,
intraperitonium, toraks, intrakanial, pembedahan yang berlangsung lama
dan operasi dengan posisi tertentu yang memerlukan pengendalian
pernapasan. Cara pemberian anestesi umum:
a. Parenteral (intramuscular/intravena)

Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anestesi.


Umumnya diberikan thiopental, namun pada kasus tertentu dapat
digunakan ketamin, diazepam dll. Untuk tindakan yang lama anestesi
parenteral dikombinasikan dengan cara lain.
b. Perektal
Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan singkat.
c. Anestesi inhalasi

Anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah


menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara
pernapasan. Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas
(dengan O2) dan konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari
tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak akan
menentukan kekuatan daya anestesi. Zat anestetik disebut kuat bila
dengan tekanan parsial yang rendah sudah dapat member anestesi yang
adekuat. Contoh anestesi inhalasi :

Dinitrogen Oksida (N2O/ gas gelak)


N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak
iritatif, tidak berasa, lebih berat dari pada udara, tidak mudah
terbakar/meledak dan tidak bereaksi dengan soda lime absorber
(pengikat CO2). Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai
dalam kombinasi N2O:O2 yaitu 60%:40%, 70%:30%, dan
50%:50%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan
dengan perbandingan 20%;80%, untuk induksi 80%:20%, dan
pemeliharaan 70%:30%.

Halotan
Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enek, tidak
iritatif, mudah menguap,

tidak mudah terbakar/meledak, tidak

bereaksi dengan soda lime, dan mudah diuraikan cahaya. Halotan


merupakan obat anestetik dengan kekuatan 4-5 kali eter atai 2 kali
kloroform. Keuntungan penggunaan halotan adalah induksi cepat
dan lancar, tidak mengiritasi jalan nafas, bronkodilatasi, pemulihan
cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan mual/muntah.
Kerugiannya adalah sangat poten, relatif terjadi over dosis, analgesi
dan relaksasi yang kurang, harus dikombinasika dengan obat
analgetik dan relaksan, harga mahal,menimbulkan hipotensi,
aritmia, dll.

Etil Klorida

Merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan


mudah terbakar. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun
cepat hilang. Induksi dapat dicapai dalam 0,5-2 menit dengan
waktu pemulihan 2-3 menit sesudah pemberian anestesi dihentikan.
Etil klorida sudah tidak dianjurkan digunakn sebagai anestesi
umum. Sebagai anestesi lokal etil klorida digunakan dengan cara
disemprotkan pada kulit sampai beku.

Eter (Dietil Eter)


Merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas,
mengiritasi saluran napas, mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi
dengan soda lime absorber, dan dapat terurai oleh udara serta
cahaya. Eter merupakan obat anestesi yang sangat kuat sehingga
pasien dapat memasuki tiap tingkat anestesi. Keuntungan
penggunaan eter adalah mudah didapat dan murah, tidak perlu
digunakan bersama-sama dengan obat-obat lain karena telah
memenuhi trias anestesi, cukup aman dengan batas keamanan yang
lebar, dal alat yang digunakan cukup sederhana. Kerugiannya
adalah mudah terbakar/meledak, bau tidak enak, mengiritasi jalan
napas, menimbulkan hipersekresi kelenjar ludah, menyebabkan
mual dan muntah serta masa pemulihannya cepat. Jumlah eter yang
dibutuhkan tergantung dari berat badan dan kondisi pasien,
kebutuhan dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan.

Enfluran (ethran)
Merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah
menguap, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime.
Induksi dengan enfluran cepat dan lancar. Oabt ini jarang
menimbulkan mualdan muntah serta masa pemulihannya cepat.

Isofluran (forane)
Merupakan eter berhalogen, berbau tajam dan tidak mudah
terbakar. Keuntungan penggunaan isofluran adalah irama jantung

stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin serta induksi dan masa
pulih anestesi cepat.

Sevofluran
Obat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling
disukai untuk induksi inhalasi, induksinya enak dan cepat terutama
pada anak.

2. Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri atau sakit secara lokal
tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat
dilakukan dengan teknik:
a) Anestetik permukaan yaitu pengolesan atau penyemprotan analgetik
lokal diatas selaput mukosa seperti mata, hidung, dan faring.
b) Anestesi infiltrasi yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung
diarahkan disekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang
sering digunakan adalah blokade lingkar dan obat disuntikan
intradermal atau subkutan.
c) Anestesi blok yaitu penyuntikan analgetik lokal langsung ke syaraf
utama atau pleksus syaraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada syaraf
tunggal misalnya syaraf oksipital dan pleksus brankialis, anestesi lokal,
anestesi epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi spinal, analgetik
lokal disuntikkan kedalam ruang subaraknoid diantara konus medularis
dan bagian akhir ruang subaraknoid. Anestesi epidural diperoleh dengan
menyuntikkan zat anestetik lokal kedalam ruang epidural. Pada anestesi
kaudal, zat anelgetik lokal disuntikkan melalui hiatus sakralis.
d) Anastesi regional intravena yaitu penyuntikkan larutan analgetik lokal
intravena. Ekstremitas dieksanguinasi dan isolasi bagian proksimalnya
dari sirkulasi sintemik dengan turniket pneumatik. Contohnya :

Ketamin

Ketamin

adalah

suatu

rapid

acting

nonbarbiturat

general

anaesthetic. Indikasi pemakaian ketamin adalah prosedur dengan


pengendalian jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis, tindakan
ortopedi, pasien resiko tinggi, tindakan operasi sibuk, dan asma.
Kontra indikasinya adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik
100 mmHg, riwayat penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung.

Droperidol (dehidrobenzperidol, droleptan)


Droperidol adalah turunan buturofenon dan merupakan antagonis
reseptor dopamin. Obat ini digunakan sebagai premedikasi
(antiemetik yang baik) dan sedasi pada anestesi regional. Obat
anestetik ini juga dapat digunakan untuk membantu prosedur
intubasi, bronkoskopi, esofagoskopi, dan gastroskopi. Droperidol
dapat menimbulkan reaksi ekstrapiramidal yang dapat diatasi
dengan pemberian diphenhidramin.

Diprivan (diisopropil fenol, propofol)


Propofol adalah campuran 1% obat dalm air dan emulsi berisi 10%
minyak kedelai, 2,25% gliserol, dan lesitin telur. Propofol
menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA.

Untuk suatu obat dapat digunakan sebagai anestetikum lokal yang baik,
maka beberapa persyaratan harus dipenuhi, antara lain:
a) Tidak merangsang jaringan;
b) Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf;
c) Toksisitas sistemik yang rendah;
d) Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput
lendir;
e) Waktu untuk memulai daya kerjanya sesingkat mungkin dan untuk
jangka waktu yang cukup lama, dan;
f)

Dapat larut dalam air serta menghasilkan larutan yang stabil, juga
terhadap pemanasan (sterilisasi).

3. Regional Anestesi
Regional anestesi terbagi atas spinal anestesi, epidural anestesi dan blok
perifer. Spinal & anestesi epidural ini telah secara luas digunakan di
ortopedi, obstetri dan anggota tubuh bagian bawah operasi abdomen
bagian bawah. Spinal anestesi, diperkenalkan oleh Bier Agustus 1898,
adalah teknik regional pertama utama dalam praktek klinis. Operasi seksio
sesaria memerlukan anestesi yang efektif yaitu regional (epidural
atautulang belakang) atau anestesi umum. Dengan epidural anestesi, obat
anestesi yang dimasukkan ke dalam ruang di sekitar tulang belakang ibu,
sedangkan dengan spinal anestesi yaitu obat anestesi disuntikkan sebagai
dosis tunggal ke dalam tulang belakang ibu. Dengan dua jenis anestesi
regional ini ibu terjaga dalam proses persalinan, tetapi mati rasa dari
pinggang ke bawah. Dengan anestesi umum, ibu tidak sadar dalam proses
persalinan dan obat anestesi yang digunakan dapat mempengaruhi seluruh
tubuhnya serta bayi yang akan dilahirkan.
Obat obat anestesi regional
Ester : Prokain, kloroprokain, tetrakain.
Amida: Lidokain, bupivakain, ropivakain.
Obat anestesi lokal dalam dosis besar,
khususnya lidokain, dapat menyebabkan
vasokonstriksi arteri uterine. Anestesi
spinal dan epidural tidak menurunkan
aliran darah uterus, bahkan aliran darah
uterus selama persalinan membaik pada
pasien preeklampsia yang mendapat
anestesi epidural, penurunan katekolamin
dalam sirkulasi menyebabkan
berkurangnya vasokonstriksi uterus.

C. Mekanisme Kerja Anestesi


Mekanisme pencegahan rasa sakit melalui anestesi bertujuan untuk
meminimalisasi adanya efek samping yang membahayakan seperti pada
penggunaan narkosa. Walaupun demikian, terdapat perbedaan dalam
mekanisme kerja anestesi lokal dan anestesi umum yang sangat mencolok,
antara lain sebagai berikut:
1)

Anestesi Umum
Kebanyakan anestesi umum tidak dimetabolisme oleh tubuh karena tidak
bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faal. Maka teori-teori yang dicoba
untuk menerangkan khasiatnya selalu berdasarkan sifat-sifat fisiknya.
Yang tertua adalah teori lemak dari Meyer-Overton yang membuktikan
adanya hubungan erat antara sifat lipofil suatu zat dengan kekuatan
anestetiknya. Atas dasar perbandingan daya larutannya dalam minyak dan
dalam air telah dibuat penggolongan dari anestetika. Teori ini ternyata
kurang memuaskan dan sebetulnya tidak menjelaskan mekanisme kerjanya
obat atas membrane sel atau atas reseptor apapun. Suatu teori baru
menyarankan bahwa anestetika umum dapat membentuk hidrat-hidrat
dengan air yang stabil di bawah pengaruh protein-protein SSP. Hidrathidrat gas SSP ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsanganrangsangan di sinaps-sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anestesi.

2) Anestesi Lokal
Pusat mekanisme kerja anestetika lokal adalah di membran sel. Seperti
juga alkohol dan barbital-barbital, maka anestetika lokal memblokir
penerusan impuls dengan jalan mencegah kenaikan permeabelitas
membrane sel terhadap ion-ion natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang
layak. Pada waktu yang bersamaan ambang kepekaan terhadap rangsangan
listrik lambat-laun meningkat yang pada akhirnya memblokir penerusan
(konduksi) impuls. Diperkirakan bahwa proses stabilisasi membrane
tersebut ion-ion kalsium memegang peranan penting, yakni molekul-

molekul lipofil besar dari anestesi lokal mungkin mendesak sebagian ionion kalsium di dalam membrane sel tanpa mengambil alih fungsinya.
Dengan demikian membran sel menjadi lebih padat dan stabil, serta dapat
lebih baik melakukan segala sesuatu perubahan dalam permeabelitas.
Di samping ini anestesi lokal menggangu fungsi dari semua organ-organ
dalam dimana terjadi konduksi/transmisi dari impuls-impuls. Dengan
demikian anestesi lokal mempunyai efek yang penting terhadap SSP,
ganglia otonom, cabang-cabang neuromoskular dan semua jaringan otot.
Obat anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran syaraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan syaraf dengan kadar cukup. Obat ini
bekerja pada setiap bagian syaraf. Pemberian anestetik lokal pada kulit
akan menghambat transmisi impuls sensorik. Sebaliknya, pemberian
anestesi lokal pada batang syaraf menyebabkan paralisis sensorik dan
motorik di daerah yang dipersyarafinya.
3. Regional Anestesi :
a.

Anestesi Spinal
Pemasukan suatu anestetika lokal ke dalam ruang subarkhnoid untuk
menghasilkan blok spinal. Yang pertama kali diblok pada analgesi
subarakhnoid yaitu serabut saraf preganglionik otonom, yang
merupakan serat saraf halus (serat saraf tipe B). Akibat denervasi
simpatis ini akan terjadi penurunan tahanan pembuluh tepi, sehingga
darah tertumpuk di pembuluh darah tepi karena terjadi dilatasi arterial,
arteriol dan post-arteriol. Pada umumnya serabut preganglionik diblok
dua sampai empat segmen dikranial dermatom sensoris yang diblok.

b.

Anestesi Epidural
Blok simpatis dan sensorik yang lebih tinggi sampai T2 akan
menyebabkan vasodilatasi perifer, pelebaran kapiler, penurunan

venous return yang berhubungan dengan kejadian hipotensi sebesar


30-50% meski telah diberikan prehidrasi 20 mL/kg.
Pilihan obat: Lidokain 2%, 20-25 cc, dengan atau tanpa epinefrin dan
fentanyl 50 g; Bupivakain 0,5% 20-25 cc dengan fentanyl 50 g
D. Efek Samping Anestesi
Hampir semua anestetika mengakibatkan sejumlah efek samping, walaupun
tetap ada beberapa kelebihan/keuntungannya, misalnya pada:
1. Anestesi Umum
Kelebihnnya :
a) Alat-alat dan obat lebih kompleks dibandingkan dengan alat dan obatobat pada anastesi regional.
b) Fasilitas perawatan pasca bedah dan cara perawatan lebih rumit
dibandingkan dengan penderita sadar yang telah mengalami anastesi
regional.
Kekurangan :
a) Menekan pernafasan; paling sedikit pada N2O, eter dan trikloretilen
b) Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan metoksifluran;

paling ringan efek ini pada eter.


c) Merusak hati, terutama senyawa-senyawa klor, misalnya kloroform.
d) Merusak ginjal, khususnya metoksifluran.

2. Anestesi Lokal
Kelebihannya :
a) Kemungkinan pneumothorax, blockade, n. laryneus recurrent, n.
phrenicus, n. vagus, penyuntikan epidural atau subarachnoideal tidak
ada sama sekali.
b) Kalau perlu dapat dilakukan blockade kiri-kanan tanpa takut gangguan
pernafasan
Kekurangan :

a) Kadang-kadang penderita dengan kelainan di tangan tidak melakukan


abduksi, flexi dan supinasi.
b) Volume yang digunakan jauh lebih banyak daripada supraclavicular
block.
c) Sangat susah dilakukan pada penderita gemuk dimana pulsasi arteri
susah diraba. secara kimiawi dengan zat-zat faal. Maka teori-teori
yang dicoba untuk menerangkan khasiatnya selalu berdasarkan sifatsifat fisiknya.
3. Regional Anestesi
Kelebihan :
a) Pada Obstetri, dilaporkan kehilangan darah ibu dan mencatat bahwa
darah secara signifikan lebih sedikit hilang ketika baik menggunakan
anestesi epidural (Hong 2002; Lertakyamanee 1999; WMD -126,98
mililiter, 95% CI - 225,06 untuk -28,90, 256 wanita) atau anestesi
spinal (Dyer, 2003; Lertakyamanee 1999; perbedaan rata-rata standar
(SMD)-0.59millilitres, 95% CI - 0,35 -0,83 untuk, 279 perempuan)
bila dibandingkan dengan anestesi umum.
b) Tidak ada penelitian yang dilaporkan pada luka dan infeksi lainnya.
c) Tidak ada penelitian melaporkan pada kematian bayi.
Kekurangan :
a) Berkurangnya venous return (peningkatan kapasitas vena dan

pengumpulan volume darah dari kaki) dan penurunan afterload


(penurunan resistensi pembuluh darah sistemik) menurunkan maternal
mean arterial pressure (MAP), menimbulkan nausea, kepala terasa
melayang dan dysphoria, dan berkurangnya perfusi uteroplacental.
b) Setiap orang yang ada diruang operasi harus selalu ingat bahwa wanita

yang berada dibawah analgesia regional tetap sadar.harus hati-hati


sekali berbicara dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
perawtan ibu dan janinnya,sehingga ibu tersebut tidak
menginterpretasikan ucapan ucapan atau tindakan tindakan tersebut

sebagai indikaasi bahwa ia dan janinnya dalam bahaya, atau


kesejahteraan kurang diperhatikan.
c) Kebocoran cairan serebrospinal dari tempat pungsi meninges

dianggap merupakan faktor utama timbulnya sakit kepala.

Anda mungkin juga menyukai