Anda di halaman 1dari 10

RENCANA AKSI PROYEK PERUBAHAN

(RAPP)
1.

IDENTITAS PROYEK
Nama Proyek

Optimalisasi Tata Kelola Perizinan RS Kelas B di


Provinsi Sulawesi Selatan melalui Shared Knowledge

Deskripsi Proyek
:
Dengan adanya perubahan beberapa peraturan baik melalui peraturan Menteri
kesehatan maupun Peraturan Gubernur Sulsel menyangkut perizinan RS maka
dibutuhkan beberapa perbaikan menyangkut penetapan perizinan RS tersebut.
Dalam hal ini, diperlukan perbaikan menyangkut tata kelola perizinan dengan
melakukan Optimalisasi Tata Kelola Perizinan RS kelas B melalui Shared
Knowledge.
Adapun upaya-upaya yang akan dilakukan, berupa :
(a) Pembentukan tim gabungan yang melibatkan 2 (dua) Institusi terkait.
(b) Melakukan Shared Knowledge sesama Tim baik dalam bentuk Bimbingan
tehnis maupun simulasi.
(c) Membuat payung hukum untuk menaungi upaya (a) dan (b) diatas
Diharapkan dengan ke-tiga upaya tersebut, pelayanan pemberian Izin RS kelas
B lebih efisien, efektif, transparan dan terintegrasi.
Sponsor

Dr.dr. H. Rachmat Latief, Sp.PD-KPTI, M.Kes,


FINASIM Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan

Project Leader

dr. Muhammad Ichsan Mustari, MHM


Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan

Sumberdaya Tim
:
1. Nurwahyudianti, S.S,M.HRM.IR ( Coach )
2. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi
Sulsel
3. Kepala UPT Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sulsel
4. Kepala Seksi Rujukan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
5. Tim Teknis pada UPT P2T di BKMD Prov. Sulsel
6. PERSI Sulsel
7. Mukhlis, SE, MM (Salah satu peserta Diklatpim III)

2.

LATAR BELAKANG
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nomor 39 Tahun
2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Struktural Pada Dinas Kesehatan
Provinsi Sulsel, Bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes) mempunyai Tugas
Pokok melaksanakan pengaturan, pembinaan dan pengawasan kegiatan
pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan kegiatan
pelayanan kesehatan pengembangan & penunjang.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Yankes mempunyai Fungsi,
yang salah satunya menyangkut : Pemberian izin sarana kesehatan tertentu.
Fungsi bidang Yankes tersebut diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri
kesehatan Nomor 147 tahun 2010 yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri
kesehatan Nomor 56 tahun 2014. Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa
kewenangan Provinsi (termasuk Provinsi Sulsel) menyangkut izin sarana
adalah pemberian izin mendirikan RS Kelas B dan Izin Operasional RS Kelas B.
Untuk mendapatkan izin RS dimaksud, pemohon terlebih dahulu harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, seperti yang dapat
dilihat pada lampiran 1.
Selanjutnya, persyaratan tersebut akan di verifikasi oleh Tim perizinan RS yang
dibentuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel. Tim ini melakukan
pemeriksaan dokumen persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan izin.
Setelah pemeriksaan dokumen, dilakukan pemeriksaan lapangan (Visitasi) ke RS
bersangkutan untuk menyesuaikan dokumen yang telah diperiksa dengan
keadaan di lapangan.
Mengingat proses verifikasi memerlukan keahlian (pengetahuan dan
keterampilan) di bidang RS maka Tim ini dibentuk dari tenaga yang mempunyai
keahlian di bidang RS. Keahlian ini diperlukan dalam tim karena proses
pemberian izin RS tidak hanya menyangkut administrasi saja namun juga
menyangkut pemenuhan kualitas pelayanan RS yang merupakan persyaratan
teknis pemberian izin RS.
Adapun skema/ alur pelayanan pengurusan Izin operasional RS tersebut dapat
dilihat pada lampiran 2.
Pada tahun 2013, telah diterbitkan Peraturan Gubernur Sulsel Nomor 12 Tahun
2013 yang menetapkan bahwa Gubernur memberikan pendelegasian wewenang
penandatanganan perizinan kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulsel. Selain itu, Peraturan Gubernur ini juga
mengatur tentang perpindahan proses pengurusan izin dari suatu Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang memilki kewenangan perizinan ke BKPMD
Provinsi Sulsel. Untuk pemrosesan administrasi perizinan, BKPMD Provinsi
Sulsel telah membentuk Unit Pelayanan Tehnis Pelayanan Perizinan Terpadu
(UPT P2T).

Dapat disampaikan bahwa Pendelegasian kewenangan dari Gubernur tersebut


juga menyangkut tentang penandatanganan izin RS kelas B yang sebelumnya
diproses di Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel.
Dengan adanya peraturan tersebut, proses pengurusan izin RS kelas B dilakukan
di 2(dua) institusi berbeda. Dinas kesehatan Provinsi Sulsel mempunyai
wewenang dalam hal memberikan rekomendasi tehnis. Dilain sisi, Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulsel berwenang
menandatangani izin operasional RS tersebut.
Adapun skema/ alur proses Pelayanan perizinan terpadu sesuai Peraturan
Gubernur Sulsel Nomor 12 Tahun 2013, dapat dilihat pada lampiran 3.
Sebenarnya, di UPT P2T telah dibentuk Tim teknis yang merupakan kelompok
kerja yang terdiri dari unsur-unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah. Tim ini
dibentuk sesuai Peraturan Gubernur Sulsel Nomor 10 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata kerja UPT P2T pada BKMD.
Namun pembentukan tim Teknis ini belum optimal menyelesaikan masalah
kecepatan, kemudahan dan efisiensi pelayanan pemberian Izin RS karena tim
teknis ini tetap akan membawa berkas persyaratan ke SKPD terkait untuk
melakukan verifikasi teknis.
Dengan ada fakta tersebut maka diperlukan perbaikan tata kelola perizinan RS
karena proses pemberian izin RS dilakukan oleh 2 (dua) institusi yang memiliki
perbedaan Tugas pokok dan Fungsi (Tupoksi). Jika tidak dilakukan perbaikan
maka proses pemberian izin RS menjadi lebih lambat (tidak efisien), berbelit-belit,
tidak transparan dan tidak terintegrasi.
3.

TUJUAN
3.1. Tujuan jangka panjang
Terjalinnya Liquiditas koordinasi yang harmonis dalam Tim Terpadu yang
dibentuk dari instansi yang terlibat dalam penetapan perizinan RS kelas B
sehingga pelayanan pemberian izin RS menjadi efisien dan efektif.
3.2. Tujuan jangka pendek
a. Tereksplorasinya kapabilitas masing masing organisasi yang terlibat
dalam pemberian izin operasional RS
b. Terumusnya kebutuhan baru berupa pembentukan tim terpadu dan list
materi untuk Shared Knowledge
c. Terbentuknya Payung Hukum (MoU/ Pergub).
d. Terlaksananya shared knowledge.
e. Terevaluasinya keberhasilan kegiatan

4.

PENTAHAPAN
Adapun tahapan-tahapan aksi perubahan ini, direncanakan sebagai berikut :
Tahap I: Tereksplorasinya Kapabilitas
Pada tahap ini dilakukan eksplorasi terhadap kapabilitas masing-masing
organisasi. Tujuan dari tahap pertama ini adalah untuk memahami secara
sungguh-sungguh keunggulan dan batasan kemampuan masing-masing
organisasi dalam penetapan izin operasional RS kelas B. Tujuan lainnya adalah
untuk membandingkan keunggulan dan batasan kemampuan masing-masing
(benchmarking) sehingga memudahkan dalam menetapkan materi untuk shared
knowledge.
Olehnya itu, Pada tahap ini akan dilakukan :
a. Persuratan / undangan ke organisasi menyangkut rencana pertemuan. Pada
surat undangan tersebut juga disampaikan bahwa agenda acara pertemuan
adalah penyampaian keunggulan dan batasan kemampuan masing-masing
organisasi dalam penetapan izin operasional RS kelas B. Dengan
penyampaian tersebut, diharapkan setiap organisasi akan membawa bahan
yang diperlukan dalam pertemuan yang akan dilakukan.
b.

Melakukan pertemuan dengan agenda acara :


masing masing organisasi memaparkan/ presentasikan keunggulan dan
batasan masing-masing menyangkut penetapan izin operasional RS.
Selanjutnya, dilakukan diskusi yang difokuskan pada pembentukan tim
terpadu dan shared knowledge dalam tim tersebut. Selain itu,
didiskusikan pula rencana pembentukan payung hukum (MoU/ Peraturan
Gubernur) yang mengatur pembentuakn tim, shared knowledge dan halhal lain yang berkait.

c.

Output pertemuan ini adalah :


Diketahuinya kapabilitas masing masing stakeholder yang akan terlibat
Merencanakan agenda tindak lanjut yang dibutuhkan untuk membentuk
Tim terpadu dan membuat materi shared knowledge.

Tahap II: Terumusnya kebutuhan baru


a. Setelah agenda tindak lanjut telah ditetapkan pada Tahap I, selanjutnya
dilakukan pertemuan lagi, dengan agenda acara :
masing masing organisasi memaparkan/ presentasikan kebutuhan baru
yang tidak dapat dipenuhi/ dimiliki oleh salah satu organisasi menyangkut
pembentukan tim terpadu dan shared knowledge.
Selanjutnya, dilakukan diskusi untuk evaluasi seberapa efisien (Cepat dan
Biaya) dan optimum kebutuhan baru tersebut berhasil dibangun
terutama dengan kaitannya dengan pemanfaatan beranekaragam sumber
daya organisasi masing-masing.
Selain itu, dilakukan diskusi tentang draft payung hukumnya.

b. Output pertemuan ini adalah :


disepakatinya Pembentukan Tim Terpadu
Adanya List materi untuk Shared Knowledge
Disepakatinya agenda agenda yang akan termuat dalam payung hukum
Tahap III: Terbentuknya Payung Hukum (MoU/ Pergub)
Pada tahap ini, proses integrasi/ kerjasama telah berjalan karena pada tahap ini
dilakukan :
a. Pertemuan formal/ informal untuk memadukan pendapat menyangkut materi
Mou/ Pergub
b. Selanjutnya dilaksanakan penandatangan Mou/ Pergub
Tahap IV: Terlaksananya Shared Knowledge
Pada tahap ini dilakukan shared knowledge antar Tim terpadu yang dilaksanakan
dalam 2 (dua) bentuk, yaitu :
a. Bimbingan Teknis
b. Simulasi : melakukan kunjungan ke salah satu RS untuk melakukan simulasi
kunjungan lapangan.
Olehnya itu, pada tahap ini dilakukan kegiatan :
a. Bimbingan teknis dalam bentuk pertemuan yang membahas materi- materi
yang telah disepakati menjadi kebutuahan baru. Frekwensi Bimbingan
teknis di sesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing.
b. Menetapkan RS yang akan dikunjungi sebagai tempat simulasi
c. Melakukan simulasi
Tahap V: Terevaluasinya keberhasilan kegiatan
Untuk mengukur keberhasilan upaya tersebut diatas maka dilakukan evaluasi
dengan memberikan daftar pertanyaan.
Ke-5 (Lima) proses diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

Pada Lampiran 4, dapat dilihat hubungan antara Milestones/ pentahapan dan


kegiatan yang dilaksanakan.
5.

MANFAAT
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan terlaksananya proyek ini adalah :
a. Bagi masyarakat
Pelayanan perizinan rumah sakit menjadi lebih jelas, efisien, efektif dan
akuntabel
b. Bagi petugas
Koordinasi antar lintas sektor semakin Cair
Teamwork yang dibentuk semakin kuat
c. Bagi pihak yang berkepentingan
Proyek ini dapat dijadikan contoh untuk diterapkan di tempat kerja
masing masing

6.

RUANG LINGKUP
Pelaksanaan proyek perubahan ini sesuai dengan Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi selatan tahun 2013 2018, dengan Visi :
Sulawesi Selatan Sebagai Pilar Utama dan Simpul Jejaring
Pembangunan Kesehatan Nasional
Untuk mendukung Visi tersebut, dirumuskan Misi sebagai berikut :
1. Mendorong penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
terjangkau dan berkeadilan.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat, kemitraan swasta dan lintas sektor.
3. Meningkatkan Sumber Daya Kesehatan (SDK) secara merata baik kuantitas,
kualitas dan distribusinya.
Pelaksanaan Visi dan Misi tersebut di Bidang Bina pelayanan Kesehatan di
sesuaian dengan Tupoksi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur
Sulawesi Selatan (Sulsel) Nomor 39 Tahun 2008, yang tertuang di dalam
Rencana kerja (Renja) Dinas kesehatan provinsi Sulsel khususnya pencapaian
sasaran : Meningkatnya Sarana Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas , seperti
berikut ini :

Indikator Kinerja

Target

Jumlah Rumah Sakit yang Terakreditasi Internasional


Jumlah Rumah Sakit yang Terakreditasi Nasional
Jumlah Regulasi yang Dihasilkan
Persentase RS Pemerintah yang telah Mempunyai Registrasi
Persentase RS Swasta yang telah Mempunyai Registrasi
Persentase RS Pemerintah yang telah Melaksanakan Penetapan
Kelas
Persentase RS Swasta yang telah Melaksanakan Penetapan Kelas

2 RS
9 RS
3 Regulasi
100% (32 RS)
70% (35 RS)
100%
70%
6

Persentase RS Non Pusat Rujukan sebagai RS Kelas C

96% (25 RS)

Persentase RS Pusat Rujukan sebagai RS Kelas B


Persentase RS Pemerintah yang telah Memiliki Izin RS
Persentase RS Swasta yang telah Memiliki Izin RS
Jumlah Puskesmas yang Terakreditasi

100% (6 RS)
70% (22 RS)
60% (30 RS)
4 PKM

7.

LESSON LEARNED
Setelah melakukan Benchmarking pada tanggal 20 23 Oktober 2014, diperoleh
pengalaman/ pembelajaran, yaitu :
Direktur RSUD Embong Fatimah Kota Batam, Drg. Fadilla
Mallarangeng,
M.Kes,
membuat
kebijakan
menyangkut
pengembangan SDM di RS tersebut. Ibu Direktur mengatakan bahwa
: shared Knowledge oleh tenaga RS yang telah ikut pendidikan,
pelatihan dan lain lain kepada temannya, sangat membantu untuk team
work dan efisiensi

8.

TATA KELOLA PROYEK


Tim yang akan mendukung pelaksanaan Proyek Perubahan ini ditetapkan
melalui Keputusan Gubernur Sulsel Nomor 07254/ Yankes-2/X/ 2004 tanggal 10
Oktober 2014 yang dapat dilihat pada Lampiran 5.

9.

ANGGARAN
Anggaran yang dibutuhkan untuk Proyek Perubahan ini, digunakan untuk :
a. Pembelian ATK : Kertas, tinta print, pulpen
b. Makan dan minum pertemuan
c. Transportasi
Rencana sumber anggaran untuk kebutuhan tersebut berasal dari :
a. Kesepakatan antara stakeholder
b. Menggunakan fasilitas perkantoran masing-masing, mengingat bahwa
kegiatan pada proyek ini merupakan bagian dari pelaksanaan Tupoksi.

10. IDENTIFIKASI STAKEHOLDER


STAKEHOLDER INTERNAL

STAKEHOLDER EKSTERNAL

1. Kepala Dinas Kesehatan prov. 1.


Sulsel
2.
2. Kepala Bidang Bina pelayanan 3.
kesehatan
Dinas
Kesehatan
4.
Sulsel
3. Kepala Seksi Rujukan
Kesehatan Sulsel
4. Tim Pendukung

Dinas

Kepala BKPMD Prov. Sulsel


Kepala UPT P2T Prov. Sulsel
Tim Teknis UPT P2T
Nurmahyudianti, SS.MH RM.IR
( Coach )

5. PERSI SULSEL
6. Mukhlis, SE, MM (Salah satu
peserta Diklatpim III)
7. RS tempat simulasi
8. Dirjen
BUK
Kesehatan

Kementerian

9. Kasubdit
Kesehatan

Kementerian

RS

Adapun analisis peranan dan pengaruh dari masing-masing stakeholder tersebut


dapat digambarkan sebagai berikut :

11. IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH


Kendala yang dapat menghambat keberhasilan proyek ini, adalah :
a. Kesibukan stakeholder.
b. Persepsi stakeholder menyangkut Shared knowledge
12. INDIKATOR KEBERHASILAN
Adapun indikator keberhasilan proyek perubahan ini adalah :
a. Adanya tim terpadu yang dibentuk berdasarkan kesepakatan
b. Terlaksananya shared knowledge dalam bentuk Bimbingan teknis dan
simulasi
c. Diketahuinya materi pada shared knowledge.
d. Adanya MoU/ pergub .
13. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
Faktor-faktor yang menjadi kunci bagi keberhasilan pencapaian tujuan
proyek perubahan secara tepat sasaran dan tepat waktu, adalah :
a. Komitmen Mentor, coach dan semua Stakeholder untuk melakukan
perbaikan.
b. Semangat untuk melakukan Shared Knowledge.

14. DEFENISI OPERASIONAL


a. Shared Knowledge adalah proses komunikasi dengan cara memberi dan
menerima pengetahuan melalui alih pengetahuan yang dilakukan dalam
1 (satu) kelompok yang mempunyai kepentingan yang sama sehingga
tercipta efisiensi dan efektivitas.
b. Liquiditas Koordinasi adalah perihal terjalinnya hubungan komunikasi
berbentuk Shared Knowledge untuk mengatur dan mengintegrasikan
tujuan suatu kegiatan dari satuan-satuan yang berbeda sehingga
tercipta efisiensi dan efektifitastas.

MENYETUJUI:
COACH,

Nurwahyudianti,S.S,M. HRM.IR.
NIP. 19720919 198803 2 001

MENTOR,

Dr.dr. H. Rachmat Latief, Sp.PD-KPTI, M.Kes, FINASIM.


NIP. 19590204 198511 1 002

10

Anda mungkin juga menyukai