Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AWAL

KAJIAN PENYUSUNAN DOKUMEN UNIT PELAKSANA


TEKNIS LABORATORIUM KESEHATAN
PROVINSI JAWA BARAT MENJADI
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

INSTITUT PEMBANGUNAN JAWA LABORATORIUM KESEHATAN


BARAT- UNIVERSITAS PADJADJARAN PROVINSI JAWA BARAT

2021
LEMBAR KERJA
KAJIAN PENYUSUNAN DOKUMEN UNIT PELAKSANA TEKNIS
LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT MENJADI
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Disusun oleh
Ketua Tim :
Prof. Dr. Keri Lestari.Si.,Apt.,M.Si.

Sekretaris :
Yogi Suprayogi Sugandi, S.Sos., M.A., Ph.D

Anggota Tim Ahli :


Irsyad Kamal , S.E., MBA, QWPR
Teguh Santoso, SE., M.Sc.
Nasrul Walthoni, Ph. D., Apt
Adhadian Akbar S.E., MBA.
apt. Irma Rahayu Latarissa, M.Farm.Klin
Irfan Winaldi, S.A.P
Enjang Mutaqin, S.A.P
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan


Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia dan Rahmat-Nya,
penyusunan Laporan Awal Kajian Dokumen Unit Pelaksana Teknis
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat Menjadi Badan
Layanan Umum Daerah dapat diselesaikan dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah


membantu terlaksananya kegiatan ini, terutama kepada pihak
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk mengkajinya, serta
menjadi partner diskusi yang efektif.

Dari situlah kami melakukan rekomendasi sebagai konklusi


atas masukan-masukan yang didapatkan dari empirik. Demikianlah
Laporan Awal Kajian Dokumen Unit Pelaksana Teknis Laboratorium
Kesehatan Provinsi Jawa Barat Menjadi Badan Layanan Umum
Daerah dibuat dengan menyadari masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami dengan senang hati
menerima kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan
datang.

Bandung, 30 September 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.................................................................2
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan..........................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
2.1 Kapasitas Organisasi................................................................4
2.2 Perubahan Organisasi..............................................................5
2.3 Laboratorium Kesehatan..........................................................5
2.4 Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)....................................6
2.4.2 Persyaratan Badan Layanan Umum Daerah..........................7
2.5 Feasibility Study....................................................................10
2.6 Internal Rate of Return...........................................................11
2.7 Net Present Value...................................................................13
2.8 Payback Period.......................................................................13
2.9 Return on Investment............................................................14
2.10 Gambaran Umum Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa
Barat............................................................................................14
BAB III METODE................................................................................
3.1 Metode Penelitian...................................................................30
3.2 Indikator dan Standard Minimum..........................................31
3.3 Asumsi Kajian........................................................................32
3.4 Pengumpulan Data................................................................33
3.5 Analisis Data..........................................................................34
3.6 Waktu Pelaksanaan...............................................................35
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) memiliki kewenangan yang
lebih luas dalam melakukan perencanaan, pengelolaan anggaran dan
pelaksanaan pembangunan. Paradigma baru tersebut merubah pola
perencanaan pembangunan daerah. Paradigma baru tersebut didukung
dengan terbitnya Undang-undang Nomor 25 tahun 2005 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Perubahan paradigma pembangunan pengganggaran nasional dari
penganggaran tradisional ke penganggaran berbasis kinerja membawa
dampak pada perubahan pola pengelolaan keuangan di Indonesia. Pola
pengelolaan keuangan Indonesia yang semula menekankan pada
pembayaran terhadap masukan berubah menjadi pembayaran terhadap apa
yang dihasilkan.
Dalam mendukung program pembangunan kesehatan dengan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka dibentuklah Program
Pengelolaan Keuangan dalam bentuk Badan Layanan Umum (BLU). Tujuan
dibentuknya BLU dalam PP Nomor 23 Tahun 2005 adalah untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibelitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip
ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat
Laboratorium Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas
Kesehatan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam urusan
pelayanan dan pemeriksaaan laboratorium kesehatan yang memenuhi
standar yang ditetapkan dan peningkatan kesehatan masyarakat berbasis
pembinaan, pengendalian, pencegahan dan promosi kesehatan masyarakat
tingkat Provinsi.
Laboratorium Kesehatan dituntun untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu, memenuhi standar yang ditetapkan dan biaya

5
kesehatan yang terkendali demi kepuasan pasien, salah satu mewujudkan
tuntutan tersebut adalah dengan pengendalian biaya. Dengan kondisi biaya
kesehatan yang cenderung meningkat menuntut laboratorium kesehatan
untuk secara mandiri mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat menjadi
pusat pelayanan kesehatan yang bermutu melalui Pola Pengelolaan
Keuangan (PPK) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
Tentang Badan Layanan Umum Daerah terdapat 3 persyaratan untuk
menerapkan BLUD, yaitu:
1. Substantif
2. Teknis
3. Administratif
Di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut keuangan yang
harus disiapkan :
1. Laporan Keuangan atau prognosis / proyeksi keuangan
2. Laporan audit terakhir atau pernyatan bersedia untuk diaudit oleh
pemeriksa eksternal pemerintah
Oleh karena itu berdasarkan pernyataan di atas perlu kiranya
dilakukan pengkajian untuk menerapkan perubahan Laboratorium
Kesehatan Provinsi Jawa Barat menjadi Badan Layanan Umum Daerah.
Dengan membuat sebuah Kajian dengan judul “Kajian Penyusunan
Dokumen Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan Provinsi
Jawa Barat Menjadi Badan Layanan Umum Daerah”.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menyusun Kajian
Penyusunan Dokumen Unit Pelaksana Teknis Laboratorium
Kesehatan Provinsi Jawa Barat Menjadi Badan Layanan Umum
Daerah.
2. Tujuan

6
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk
menganalisis Kajian Penyusunan Dokumen Unit Pelaksana Teknis
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat Menjadi Badan Layanan
Umum Daerah.

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan


a. Pengumpulan data
b. Pengolahan dan analisis data
c. Forum diskusi
d. Pelaporan akhir

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

7
2.1 Kapasitas Organisasi
Kapasitas organisasi merupakan kemampuan untuk melakukan
aktivitas-aktvitas organisasi. Kapasitas organisasi dapat didefinisikan
sebagai kemampuan pemerintah untuk menyusun, mengembangkan,
memimpin dan mengendalikan manusia, sumber daya keuangan, fisik, dan
informasi. Pada sector sosial atau nirlaba, kapasitas organisasi merupakan
seperangkat praktek manajemen, proses, atau atribut yang membantu
organisasi untuk memenuhi misinya. (Eisinger, 2002)
Pengembangan kapasitas organisasi tidak hanya multidimensional,
tetapi juga mampu menjadi dibagi menjadi kategori fungsional yang
berbeda. Eisinger (2002) mendefinisikan elemen-elemen penting dari
kapasitas organisasi sosial sebagai sumber daya, kepemimpinan yang
efektif, keterampilan dan kecukupan staf, kelembagaan dan hubungan
eksternal.
Horton et al., (2003) menjelaskan bahwa pengembangan kapasitas
organisasi secara umum berhubungan dengan sumber daya, pengetahuan
dan proses yang dilakukan organisasi. Staff, infrastruktur, teknologi, dan
pembiayaan merupakan kapasitas sumber daya dasar pada setiap
organisasi.
Kemudian menurut Christensen & Gazley, (2008) menjelaskan bahwa
kapasitas organisasi sebagai fungsi dari infrastruktur organisasi, sumber
daya manusia, sumber daya keuangan dan sistem manajemen, dan
karakteristik politik dan permintaan pasar sebagai lingkungan eksternal.
Maka dapat disimpulkan bahwa kapasitas organisasi merupakan
kemampuan organisasi untuk melaksanakan fungsi organisasi dan
membangun tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2 Perubahan Organisasi
Perubahan organisasi merupakan hal yang esensial untuk persaingan
jangka pendek dan keberlangsungan jangka panjang, yang menjadi
tantangan manajerial. Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana
organisasi tersebut berpindah dari keadaannya yang sekarang menuju ke
masa depan yang diinginkan untuk meningkatkan efektifitas organisasinya.

8
Tujuannya adalah untuk mencari cara baru atau memperbaiki dalam
menggunakan resources dan capabilities dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan organisasi dalam menciptakan nilai dan
meningkatkan hasil yang diinginkan kepada stakeholders.
Menurut Desplaces (2005) perubahan yang terjadi dalam organisasi
seringkali membawa dampak ikutan yang selalu tidak menguntungkan.
Bahkan menurut Abrahamson (2000), perubahan itu akan menimbulkan
kejadian yang “dramatis” yang harus dihadapi oleh semua warga organisasi.
Desplaces (2005) mengutip kajian yang dilakukan Poras dan Robertson's
(1992) menyatakan bahwa kebijakan perubahan yang dilakukan oleh
organisasi hanya memberikan manfaat positif bagi organisasi sebesar 38%.
Meskipun perubahan organisasi tidak langsung memberikan manfaat yang
besar bagi kemajuan organisasi, namun beberapa praktisi tetap meyakini
tentang pentingnya suatu organisasi untuk melakukan perubahan.

2.3 Laboratorium Kesehatan


Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364 tahun 2003 tentang
Laboratorium Kesehatan, Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan
yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan
yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia
untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan
factor yang berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
Laboratorium kesehatan terdiri dari 2 jenis, yaitu Laboratorium klinik dan
laboratorium kesehatan masyarakat
Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematology, kimia klinik,
mikrobiologi klinik, parasitology klinik, imunologi klinik, patologi anatomi
dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Laboratorium kesehatan masyarakat adalah laboratorium kesehatan
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika,
kimia dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan

9
masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama untuk menunjang upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat.

2.4 Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)


Berdasarkan Permendagri Nomor 79 tahun 2018, Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) merupakan system yang diterapkan oleh unit
pelaksana teknis dinas/ badan daerah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan
keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan daerah pada
umumnya. Flexibilitas dalam hal pengelolaan keuangan memberikan
keleluasaan atau kemandirian dalam mengelola keuangan sebagai upaya
untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat serta untuk
meningkatkan kesejahteraan umum serta mencerdaskan kehidupan
bangsa. Penyelenggaraan praktek bisnis yang sehat memiliki tujuan untuk
memberikan layanan yang bermutu pada masyarakat, berkesinambungan
serta berdaya saing dengan memperhatikan kaidah-kaidah manajemen
yang baik.
2.4.1 Tujuan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) mempunyai tujuan sebagai
pemberi layanan umum secara lebih efektif, efisien, ekonomis, transparan
serta bertanggung jawab dengan tetap memprioritaskan asas kepatuhan,
keadilan serta manfaat yang searah dengan praktek bisnis yang sehat.
Selain itu, BLUD juga mempunyai tujuan untuk ikut serta dalam
mendukung pencapaian tujuan pemerintah daerah yang mana
pengelolaannya dilakukan berlandaskan kewenangan yang dimandatkan
oleh kepala daerah kepada BLUD.
2.4.2 Persyaratan Badan Layanan Umum Daerah
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang akan diberlakukan pada
Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah wajib melengkapi syarat-syarat
yang meliputi:
a. Substantif
Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah yang akan
mengimplementasikan BLUD harus melengkapi persyaratan substatif yang

10
dilakukan dengan cara memenuhi tugas serta fungsinya sebagai Unit
Pelaksana Teknis Dinas /Badan Daerah. Tugas dan fungsi yang dimaksud
merupakan tugas serta fungsi yang sifatnya operasional seperti
penyelenggaraan layanan umum untuk memproduksi semi barang/jasa
publik. Kriteria yang termasuk dalam layanan umum meliputi :
1. Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah menyediakan barang
dan/atau jasa layanan umum yang diunggulkan seperti
pelayanan kesehatan. Penyediaan barang dan/atau jasa yang
disediakan berupa pengadaan barang dan/atau jasa yang
dilakukan bagi pemerintah maupun swasta dengan tetap
memperhatikan Praktek Bisnis Yang Sehat sebagai salah satu
wujud pengembangan layanan.
2. Mengelola dana khusus yang meliputi dana bergulir untuk usaha
mikro, kecil serta menengah dan/atau dana perumahan sebagai
upaya untuk memajukan ekonomi dan/atau layanan kepada
masyarakat
3. Memajukan perekonomian masyarakat atau layanan umum
semacam zona ekspansi ekonomi terpadu yang dilakukan dengan
melakukan pengelolaan wilayah/Kawasan tertentu.
b. Teknis
Persyaratan teknis yang perlu dilengkapi meliputi hal-hal berikut:
1. Penerapan BLUD oleh Unit Pelaksana Teknis/Badan Daerah
sebagai bentuk pengelolaan keuangan bisa memberikan
pelayanan yang lebih layak pada masyarakat yang bertujuan
untuk mencapai target keberhasilan. Kriteria yang dapat disebut
layak diantaranya adalah Unit Pelaksana Teknis/Badan Daerah
mempunyai potensi pada penyelenggaraan pelayanan secara
efektif, efisien, produktif serta mempunyai perincian teknis yang
tergantung langsung dengan layanan umum pada masyarakat.
2. Penerapan BLUD memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja
keuangan menjadi lebih baik serta meningkatkan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat. Memiliki potensi bukan hanya
dilihat dari peningkatan kinerja keuangan saja, melainkan juga

11
peningkatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
yang meliputi perkiraan rencana pengembangan yang dilihat.
Estimasi agenda pengembangan dapat diamati dari
kenaikan/diversifikasi unit layanan, total konsumen serta derajat
kepuasan konsumen; serta rekapitulasi/agenda peningkatan
penghasilan dalam periode tertentu di masa depan setelah
diterapkan BLUD.
c. Administratif
Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah yang akan
mengimplementasikan BLUD wajib melengkapi persyaratan
administratif dengan membuat serta menyampaian dokumen yang
meliputi :
1. Surat pernyataan kesanggupan untuk menaikkan kinerja yang
ditandatangani oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas/ Badan
Daerah dengan sepengetahuan dari Kepala SKPD
2. Pola tata kelola, yang akan diterapkan oleh Unit Pelaksana Teknis
Dinas/ Badan Daerah yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala
Daerah. Pola tata kelola yang dimiliki oleh Unit Pelaksana
Teknis/Badan Daerah ini berisi tentang kelembagaan yang berisi
tentang posisi jabatan beserta pengelompokan tugasnya, peranan,
beban, interaksi kerja dan kewenangannya serta metode kerja
yang yang memuat tentang pedoman yang mengatur hubungan
dan mekanisme kerja antar posisi jabatan dan fungsi;
pengelompokan fungsi yang mencantumkan tentang
pengorganisasian fungsi pelayanan serta fungsi pendukung yang
disesuaikan berdasarkan prinsip pengendalian internal dengan
tujuan untuk efektifitas perolehan; serta manajemen sumber daya
manusia yang berisi tentang manajemen sumber daya manusia
yang bertujuan untuk menambah pelayanan yang diberikan pada
masyarakat.
3. Renstra, adalah rencana 5 (lima) tahunan menggunakan teknik
analisis bisnis yang ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan tujuan
untuk menggambarkan bagaimana skema pengelolaan BLUD

12
dengan cara meninjau porsi sumber daya beserta kinerja. Renstra
sendiri berisi tentang rancangan pengembangan layanan, rencana
taktis juga pedoman kebijakan, rancangan program serta kegiatan
dan draf keuangan.
4. Standar pelayanan minimal, merupakan salah satu syarat yang
perlu dipenuhi oleh setiap Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan
Daerah yang akan memberlakukan BLUD yang berisi tentang
standar minimal tentang jenis serta mutu layanan dalam standar
pelayanan minimal. Pengaturan tentang standar pelayanan
minimal ini diatur oleh Peraturan Kepala Daerah dengan
mengikuti ketetapan yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan dengan tujuan untuk menjamin kecukupan,
keterjangkauan, pendistribusian, kesamaan, kemudahan serta
nilai ayanan umum yang disediakan oleh Unit Pelaksana Teknis
Dinas/Badan Daerah yang akan mengimplementasikan BLUD.
5. Laporan keuangan atau prognosis/proyeksi keuangan, yang mana
penyusunannya menggunakan sistem perakuntansian yang
diterapkan pada pemerintah daerah. Penyusunan
prognosis/proyeksi keuangan oleh Unit Pelaksana Teknis
Daerah/Badan Daerah yang pertama kali didirikan dan akan
menjalankan BLUD berupa laporan realisasi anggaran dan
laporan operasional yang disesuaikan bersama-sama sistem
perencanaan juga penganggaran yang diterapkan oleh pemerintah
daerah. Laporan keuangan meliputi neraca, laporan realisasi
anggaran, laporan perubahan ekuitas, laporan operasional, serta
catatan atas laporan keuangan.
6. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk dilakukan
audit oleh pemeriksa eksternal pemerintah. Laporan audit adalah
laporan keuangan terakhir Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan
Daerah sebelum menerapkan BLUD yang kemudian dilakukan
audit oleh pemeriksa eksternal pemerintah berdasarkan
ketentuan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan
untuk selanjutnya dapat dijadikan rekomendasi apakah Unit

13
Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah dapat memberlakukan
BLUD atau tidak.

2.5 Feasibility Study


Feasibility study merupakan sebuah metode evaluasi yang bertujuan
untuk menilai kelayakan dari pelaksanaan suatu proyek maupun investasi.
Penilaian tersebut dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan serta
kelemahan yang dimiliki oleh bisnis, proyek, maupun investasi yang
bersangkutan, dan peluang serta ancaman yang hadir di dalam lingkungan
eksternal secara objektif dan rasional. Selain mengidentifikasi faktor-faktor
pendukung dan penghambat di dalam lingkungan internal dan eksternal,
feasibility study pun mengevaluasi sumber daya yang dibutuhkan untuk
menjalankan rencana yang akan diimplementasikan, serta prospek
kesuksesan dari objek yang dikaji (Justis and Kreigsmann 1979).
Proses feasibility study merupakan langkah pertama yang perlu
dilakukan sebelum menyusun desain pelaksanaan proyek. Mengkaji
kelayakan implementasi sebuah proyek dinilai menjadi salah satu proses
terpenting dalam proses perencanaan karena efektivitas dari kajian ini
dapat memengaruhi kesuksesan proyek tersebut dan tingkat pengembalian
yang diterima oleh pemangku kepentingan yang terlibat (Shen, et al. 2010).
Kelayakan faktor finansial merupakan salah satu fokus analisa dalam
feasibility study. Terdapat sejumlah informasi yang perlu dipertimbangkan
dalam menilai kelayakan finansial suatu proyek maupun investasi lainnya,
seperti estimasi jumlah biaya yang perlu dikeluarkan, sumber dana yang
dipakai untuk financing, serta proyeksi arus kas dan profitabilitas
(Australian Government Department of Finance 2013). Informasi-informasi
tersebut kemudian dapat diolah menjadi parameter-parameter kesuksesan
yang dipilih, seperti internal rate of return, net present value, payback
period, serta return on investment.

2.6 Internal Rate of Return


Secara matematis, internal rate of return (IRR) didefinisikan sebagai
tingkat suku bunga yang akan membuat present value dari serangkaian

14
proyeksi arus kas sama dengan nol (Hartman and Schafrick 2004). IRR
kerap digunakan untuk menilai apakah sebuah proyek / investasi dapat
memberikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibandingkan bentuk
investasi lainnya, seperti deposito dan index fund (Arshad 2012).
IRR dimanfaatkan sebagai salah satu tools dalam proses pengambilan
keputusan oleh banyak akademisi, manajer, analis, hingga praktisi (Magni
2010). Dalam kondisi dimana nilai IRR tercatat lebih tinggi dibandingkan
tingkat pengembalian yang telah ditentukan, maka investasi dapat diterima.
Di sisi lain, apabila nilai IRR berada dibawah tingkat pengembalian yang
diinginkan, maka investasi tidak dapat diterima.
Tingkat pengembalian yang dijadikan batas minimum IRR dapat
dihitung melalui Weighted Average Cost of Capital (WACC), yaitu tingkat
bunga rata-rata yang harus perusahaan bayarkan demi membiayai
investasinya. WACC mempertimbangkan sumber pendanaan perusahaan
melalui kalkulasi cost of debt dan cost of equity untuk menghitung rata-rata
bunga yang perlu dibayar setiap tahunnya. Dalam kasus dimana
perusahaan membiayai seluruh investasinya dengan ekuitas, seperti Labkes
Jabar, maka komponen WACC yang perlu dihitung hanya cost of equity.
Cost of equity sendiri dapat diperkirakan dengan menggunakan formula
Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Formula dari Internal Rate of Return adalah:

Dimana:
NPV = Net present value
Ct = Cash flow pada periode t
C0 = Total investasi
IRR = Internal rate of return
t = Jumlah periode investasi

15
2.7 Net Present Value
Net present value (NPV) merupakan jumlah dari seluruh arus kas di
masa depan yang didiskontokan menjadi nilai masa kini (Arshad 2012).
Nilai Weighted Average Cost of Capital (WACC) dapat digunakan sebagai
discount rate yang digunakan untuk mendapatkan nilai masa kini investasi.
Sama halnya dengan IRR, NPV pun digunakan untuk menilai kelayakan
sebuah investasi, baik dalam bentuk pengadaan barang dan jasa, akuisisi,
maupun jenis investasi lainnya.
NPV dinilai lebih intuitif ketika digunakan sebagai parameter penentu
dalam proses pengambilan keputusan dibandingkan IRR karena disajikan
dalam bentuk nominal (Gallo 2014). Apabila nilai NPV lebih besar dari 0,
maka secara teori, investasi layak untuk dijalankan, namun jika nilai NPV
kurang dari 0, maka investasi tersebut tidak akan menghasilkan
keuntungan dan diproyeksikan akan menyebabkan kerugian, sehingga
investasi tidak dapat diterima.
NPV dapat dihitung dengan menggunakan formula:

Dimana:
NPV = Net Present Value
i = Discount rate
t = Jumlah periode investasi

2.8 Payback Period


Payback period (PP) didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan bagi
sebuah proyek atau bisnis untuk mengembalikan atau membayar kembali
jumlah investasi yang dikeluarkan, atau dengan kata lain, mencapai
breakeven point (BEP) (Ardalan 2012). Periode BEP yang rendah dapat
membuat suatu investasi lebih atraktif, di sisi lain, periode pengembalian
modal yang lama akan menjadi hambatan bagi suatu proyek untuk menarik
investor

16
Payback period kerap digunakan sebagai salah satu metode studi
kelayakan atau analisis finansial secara umum, tetapi, payback period
memiliki kelemahan yang cukup signifikan, yakni, tidak
dipertimbangkannya time value of money di dalam perhitungan. (Boardman,
Reinhart and Celec 1982).
Payback period dapat dihitung dengan menggunakan formula:
Jumlah Investasi
PP=
Jumlah Arus Kas per Tahun

2.9 Return on Investment


Return on investment (ROI) adalah rasio yang dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam mencetak laba dari aktivitas
investasinya (Ichsani and Suhardi 2015). Rasio ini mencerminkan
efektivitas serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan dana investasi
yang didapatkannya, dan telah banyak digunakan sebagai salah satu
metode untuk mengambil keputusan terkait alokasi sumber daya (Philips
and Phillips 2010).
ROI kerap digunakan sebagai cerminan dari kinerja keuangan sebuah
perusahaan, sehingga setiap perusahaan akan berusaha untuk
meningkatkan dan memaksimalkan ROI yang dicatatkannya. Pada
umumnya, perusahaan akan menentukan ROI minimum yang perlu dicapai
untuk produk, jasa, ataupun investasi lainnya (Meng and Berger 2012).
Return on investment dapat dihitung dengan menggunakan formula:
Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak
Return on Investment =
Jumlah Investasi

2.10 Gambaran Umum Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat


2.10.1 Sejarah Singkat UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa
Barat
Laboratorium Kesehatan berdiri sejak tahun 1970 sebagai
Laboratorium Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
(P3M) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, kemudian tahun 1978
berdasarkan SK Menkes No. 142/Menkes/SK/IV/1978 menjadi Balai
Laboratorium Kesehatan berada dibawah Direktur Laboratorium Kesehatan

17
Dirjen Yankes. Berdasarkan SK Menkes No. 783/Menkes/SK/XI/1986
Balai Laboratorium Kesehatan Menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat
dibawah Kepala Pusat Laboratorium Kesehatan Sekretariat Jenderal
Departemen Kesehatan RI dan menjadi institusi penghasil PNBP
( Pendapatan Negara Bukan pajak ). Pada tahun 1998 Balai Laboratorium
Kesehatan berada di bawah DirJen YanMed Depkes RI. Berdasarkan SK
Menkes RI No. 909/Menkes/SK/VIII/2001 tahun 2001 Balai Laboratorium
Kesehatan diserahkan kepada pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
melalui SK Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 50 tahun 2002 menjadi Balai
pengembangan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat dengan tugas
pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas Kesehatan dibidang
Pengembangan Laboratorium Kesehatan. Pada Tahun 2009 berdasarkan SK
Gubernur No. 113 berubah nama Menjadi Balai Laboratorium Kesehatan,
kemudian pada tahun 2017 berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat
No. 69 Tahun 2017 berubah Nama menjadi Laboratorium Kesehatan
Provinsi Jawa Barat sebagai UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
hingga sekarang.
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat terletak di Jalan
Sederhana Nomor 3-5 Bandung Nomor Telp. 022 2033517 Fax 022 2033717
e-mail : balailabkesjabar@yahoo.co.id kode pos 40161. Sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya pelayanan pemeriksaan Laboratorium kesehatan
terdiri dari:
1. Pelayanan pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari
pemeriksaan :
a. Patologi Klinik
b. Mikrobiologi Klinik dan Lingkungan
c. Kimia Kesehatan Lingkungan
d. Elektromedis
2. Menyelenggarakan mutu pelayanan UPTD Laboratorium
Kesehatan dalam hal penerapan :
a. Sistem Manajemen Mutu
b. Pengendalian Mutu Internal dan Eksternal/ Uji
Profisiensi

18
c. Penyelenggaraan Uji Profisiensi
3. Melaksanakan koordinasi, bimbingan, pengendalian, dan
fasilitasi di bidang Laboratorium Kesehatan, meliputi aspek
pengendalian mutu internal/eksternal (uji Profisiensi),
pelatihan teknis laboratorium, magang dan penelitian.
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah memiliki
status terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan
instrumen SNI ISO IEC 15189 : 2012 yaitu Persyaratan Akreditasi
Laboratorium Medik, SNI ISO IEC 17025 : 2017 yaitu Persyaratan
Akreditasi Laboratorium Pengujian, SNI ISO IEC 17043 : 2010 yaitu
Persyaratan Umum Uji Profisiensi dan terakreditasi oleh Komite
Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK).
Pengukuran kualitas pelayanan merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi oleh laboratorium terakreditasi,
sebagaimana tertuang dalam:
a. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 96 Tahun
2012 dan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
c. Permendagri No. 52 Tahun 2011 tentang Standar
Operasional Prosedur di Lingkungan Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten/Kota
d. Permenpan dan RB No. 15 Tahun 2014 tentang Pedoman
Standar pada Publik
e. Permenpan dan RB No. 24 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik
Secara Nasional
f. SNI ISO IEC 15189:2012
g. SNI ISO IEC 17025:2017
h. SNI ISO IEC 17043:2010
i. Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK)

Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai salah

19
satu fasilitas pelayan kesehatan tingkat Provinsi memberikan
pelayanan dasar sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 605/Menkes/SK/VII/2008 tentang
Standar Balai Laboratorium Kesehatan dan Balai Besar
Laboratorium Kesehatan
Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan Kimia Klinik
Melayani Pemeriksaaan antara lain : Glukosa, kolesterol,
triglisterida, Urea (BUN), Asam Urat, kreatinin, SGOT, SGPT,
ALP, Albumin, Globulin, dll.
2. Pemeriksaan Hematologi
Melayani Pemeriksaan antara lain : Hemoglobin, Leukosit,
Eritrosit, Trombosit, Hematokrit, Hitung Jenis sel, Morfologi,
Golongan Darah/Rhesus, Waktu Perdarahan, Waktu
Pembekuan, Laju Endap Darah, dll.
3. Pemeriksaan Imunologi
Melayani Pemeriksaan antara lain : Hepatisis A, B, dan C, HIV,
TORCH, Dengue, RPR, TPHA, ASTO, CRP, RF, dll.
4. Pemeriksaan Mikrobiologi
Melayani Pemeriksaan antara lain : Mikroskopis, biakan dan
resistensi untuk kuman aerob, anaerob, TBC, Gonococcus,
Kolera, S. Typhi, Jamur / Kapang, Malaria, Telur Cacing,
Filaria, dll.
5. Pemeriksaan Kimia Kesehatan Lingkungan:
Melayani Pemeriksaaan antara lain : Air, Makanan, minuman,
udara, pestisida, Zat Pemanis, Zat pengawet, dll
6. Pelayanan Elektromedis, antara lain : Pemeriksaaan Radiologi
dan Ultrasonografi (USG) dan Pemeriksaaan Electrokardiografi
(EKG).
Laboratorium Kesehatan melayani pemeriksaan yang
bertujuan untuk screening, diagnostik, follow up terapi,
surveilans KLB dan pemantauan lingkungan, dengan sampel

20
yang berasal dari:
 Masyarakat Umum
 Instansi Pemerintah
 Instansi Swasta
A. TUPOKSI
Sebagai Instansi yang bergerak dalam bidang pelayanan,
Laboratorium Kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada pelanggan mengingat banyaknya kompetitor
dalam bidang yang sama seperti laboratorium mandiri. Agar dapat
bersaing dengan para kompetitor maka Laboratorium Kesehatan
Provinsi Jawa Barat memiliki Tugas Pokok dan fungsi yang tertuang
dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor No. 71 Tahun 2017
tentang Tugas Pokok, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut:
a. Tugas Pokok
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang
pelayanan laboratorium kesehatan, meliputi Sub Seksi
Pelayanan serta Sub Seksi Mutu dan Pengembangan.
b. Fungsi
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut di
atas, Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat mempunyai
fungsi sebagai berikut :
 Penyelenggaraan penyusunan bahan kebijakan teknis
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
 Penyelenggaraan pelayanan Laboratorum kesehatan
 Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan UPTD
Laboratorium Kesehatan
 Penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya
Rincian Tugas Laboratorium Kesehatan
1. Menyelenggarakan penyusunan program kerja
Laboratorium Kesehatan;

21
2. Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis
penyelenggaraan Laboratorium kesehatan;
3. Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis
pelayanan dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan;
4. Penyelenggaraan koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi UPTD
meliputi pelayanan dan mutu;
5. Menyelenggarakan pelayanan UPTD Laboratorium
Kesehatan
6. Menyelenggarakan mutu UPTD Laboratorium Kesehatan
7. Menyelenggarakan pemantauan mutu laboratorium dengan
penyelenggaraan uji profisiensi/uji banding
8. Menyelenggarakan ketatausahaan Laboratorium
Kesehatan;
9. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan Laboratorium
Kesehatan;
10. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
11. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan UPTD
Laboratorium Kesehatan
12. Menyelenggarakan fungsi lain sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.

Struktur Organisasi Laboratorium Kesehatan


Berikut ini adalah struktur organisasi Laboratorium Kesehatan
Provinsi Jawa Barat:

KEPALA
LABORATORIUM
KESEHATAN
KEPALA SUB BAGIAN
TATA USAHA

22
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI MUTU DAN
PELAYANAN PENGEMBANGAN

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Laboratorium Kesehatan Provinsi


Jawa Barat

B. SUMBER DAYA LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA


BARAT
Sumber daya laboratorium kesehatan secara garis besar dibedakan
menjadi dua macam, yaitu sumber daya manusia (human resources) dan
sumber daya non-manusia (non-human resources). Sumber Daya Manusia
adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik
institusi maupun perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih
dan dikembangkan kemampuannya. Sedangkan sumber daya non-manusia
merupakan sarana atau peralatan berupa mesin-mesin atau alat-alat non
mesin dan bahan-bahan yang digunakan dalam proses pelayanan
laboratorium termasuk jenis pemeriksaan yang tersedia.
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Labkes Prov. Jabar)
memiliki potensi yang besar dari segi sumber daya manusia.
Kondisi Sumber Daya Manusia Laboratorium Kesehatan sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Jumlah pegawai Laboratorium Kesehatan berdasarkan
Kelompok Jabatan

23
No Nama Jabatan Jumlah
1 Struktural 4
Fungsional Tertentu yang terdiri
2
dari:
1. Dokter Spesialis Patologi
2
Klinik
2. Dokter Umum 3
3. Pranata Laboratorium
24
Kesehatan

Sumber : 4. Radiografer Pelaksana 2


UPT 3 Calon Tenaga Fungsional tertentu 7
Labkes
Provinsi 4 Fungsional Umum 12
Jawa 5 Non ASN 43
Barat,
2021

Jumlah pegawai 97
Tabel PNS 54 2.2.
Rincian Tenaga Kerja Kontrak 43 Tenaga
Non - Dokter Spesialis Radiologi 1 ASN
(TKK) - Sarjana Biologi 1
- ATLM 13
- IT 3
- Pengemudi 1
- Satpam 9
- Cleaning service 4

- Administrasi 3

- Akuntansi 1

- Pengadministrasi Kepegawaian 1

- Pengelola Barjas 1

- Penyusun Program Diklat 1

- Pengolah Data 2

- Analis Publikasi 1
24
- Pengelola Data Aplikasi 1

- Kebersihan / Kebun 1
Sumber : UPT Labkes Provinsi Jawa Barat, 2021

Tabel 2.3. Rincian Tenaga Jabatan Fungsional Umum


No Nama Jabatan Fungsional Umum Jumlah
1 PELAYANAN (3 orang)
- Juru pungut retribusi 2
- Pelaksana administrasi (Hasil
1
pemeriksaan)
2 KEUANGAN (2 orang)
- Pengelola gaji 1
- Bendahara 1
3 LAINNYA (7 orang)
- Pengelola kepegawaian 1
- Pengadministrasi sarana dan
1
prasarana
- Pramu Laboratorium (Pengelola
3
limbah)
- Pemanfaatan Barang Milik Daerah 1
- Pengadministrasi umum 1
Sumber : UPT Labkes Provinsi Jawa Barat, 2021

Tabel 2.4. Rincian pegawai berdasarkan jenjang pendidikan


terakhir
No Pendidikan Jumlah
1 Spesialis Patologi Klinik 2
2 Dokter umum 2
3 Magister Hukum Kesehatan (S2) 1
4 Magister Biologi Molekuler (S2) 1
5 Magister Farmasi (S2) 1
6 Magister Kedokteran Dasar (S2) 1
7 Magister Manajemen (S2) 1

25
Magister Manajemen Kesehatan
3
8 (S2)
9 Magister Teknologi Pangan (S2) 1
10 Sarjana Kimia (S1) 3
Sarjana Kesehatan Masyarakat
2
11 (S1)
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
1
12 (S1)
13 D4 Analis Kesehatan / ATLM 12
14 D3 Analis Kesehatan / ATLM 9
15 D3 Farmasi 1
16 D3 Radiografer 2
17 D3 Perawat gigi 1
18 SLTA 5
19 SLTP 2
20 SD 3
Sumber : UPT Labkes Provinsi Jawa Barat, 2021

No Nama jabatan Golongan Jumlah


1 Pranata Laboratorium Kesehatan (31 orang)
A. AHLI
- Pranata Labkes Pertama III a/b 4
- Pranata Labkes Muda III c/d 8
- Pranata Labkes Madya IV a/b 5

B. TERAMPIL
- Pranata Labkes Pelaksana Lanjutan III a/b 3
- Pranata Labkes Penyelia III c/d 4
2 Dokter Pertama III a/b 1
3 Dokter Muda III c/d 1
4 Dokter Madya IV a/b 1
5 Dokter Spesialis Muda III a/b 1
6 Dokter Spesialis Madya 26 III d 1
7 Radiografer Pelaksana II c/d 1
8 Radiografer Pelaksana Lanjutan III a/b 2
Tabel 2.5. Rincian Pejabat Fungsional Tertentu
Sumber : UPT Labkes Provinsi Jawa Barat, 2021

C. KINERJA PELAYANAN
Kondisi Saat Ini
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat mendukung Misi dari
Dinas Kesehatan yaitu menjamin pelayanan kesehatan yang prima dan
Mendukung Sumber Daya Pembangunan Kesehatan, dengan tujuan
menjamin setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
Bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, anti
diskriminasi dan efektif serta lebih mendahulukan pertolongan
keselamatan nyawa pasien disbanding kepentingan lainnya.
Tabel 2.6 Jumlah kunjungan Pasien / Pelanggan pertahun

No Tahun Jumlah Pelanggan (orang)


1 2015 22.233
2 2016 22.214
3 2017 21.965
4 2018 23.408
5 2019 28.453
6 2020 263.240

Sumber : UPT Labkes Provinsi Jawa Barat, 2021

UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat ditunjuk sebagai


Laboratorium Pemeriksaan Coronavirus Disease-19 (Covid-19) berdasarkan
Keputusan Gubernur Jawa barat nomor 443/Kep.192-Dinkes/2020 tentang
penetapan laboratorium kesehatan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
sebagai laboratorium Pemeriksaan Covid-19. Berbagai kebijakan
dikeluarkan oleh Kepala UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa

27
Barat untuk mendukung pelayanan Pemeriksaan Sample covid - 19.
Kebijakan sarana prasarana, SDM serta fasilitas lainnya dilakukan agar
pelayanan tetap berjalan dengan baik. Saat ini UPTD Laboratorium
Kesehatan Provinsi Jawa Barat berkolaborasi dengan Laboratorium
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung serta
Laboratorium Nanosains dan Nanoteknologi Institut Teknologi Bandung.
Kebijakan bagi para pengunjung dan pasien lain juga dilakukan seperti
setiap pengunjung dan pasien wajib menggunakan masker saat berada di
UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Menerapkan physical
distancing. Selain itu juga kurangnya kerjasama dan kemitraan dengan
jangkauan luas dengan Instansi Pemerintah, Perusahaan swasta,
perhotelan, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi dan Dunia Usaha di
Provinsi Jawa Barat.

Tabel 2.7 Kinerja Pelayanan Laboratorium Kesehatan


No Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)
1 2013 3.454.393.000 4.029.357.500
2 2014 3.400.000.000 3.555.707.500
3 2015 3.200.000.000 3.431.403.500
4 2016 3.800.000.000 3.966.868.000
5 2017 4.500.000.000 4.940.886.379
6 2018 5.400.000.000 6.046.750.000
7 2019 6.400.000.000 8.068.216.000
8 2020 6.400.000.000 5.858.510.500
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021

Tabel 2.8. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh


Laboratorium Kesesehatan
Realisasi
No. Tahun Patologi Imuno& Mikrobi Kimia Radiol SARS
Klinik Serologi ologi Kesling ogi COV-2 Jumlah
1 2014 123.279 3.918 29.561 15.411 5.043 177.212

28
2 2015 113.078 9.602 19.061 18.753 4.872 165.366
3 2016 133.154 5.348 21.341 25.035 4.014 188.892
4 2017 150.154 5.865 19.336 18.416 5.319 199.090
5 2018 166.942 6.886 26.293 23.203 5.437 228.761
6 2019 139.598 8.993 22.167 11.997 7.346 190.101
7 2020 83.852 5.188 18.451 11.925 3.459 229.446352.321
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021

Tabel 2.9. Jumlah Pemeriksaan Laboratorium & Elektromedis


Realisasi
NoTahun Patologi Imuno& Kimia SARS
Mikrobiologi Radiologi Jumlah
Klinik Serologi Kesling COV-2
1 2014 22.219 2.047 19.795 2.547 4.827 51.435
2 2015 21.846 6.022 10.951 2.960 4.485 46.264
3 2016 25.080 2.702 13.073 3.623 3.786 48.264
4 2017 26.922 2.472 10.060 2.437 4.790 46.681
5 2018 28.656 3.624 13.341 3.205 5.324 54.150
6 2019 28.069 4.174 19.383 2.884 5.996 60.506
7 2020 10.537 2.572 14.792 2.727 3.166 229.446 263.240
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021

Tabel 2.10. Jumlah Sampel Laboratorium & Elektromedis


Jumlah Jumlah Rata-rata
No Tahun
pelanggan hari kerja pelanggan/hari
1 2013 28.312 241 117,4
2 2014 24.918 244 101,2
3 2015 22.233 242 91,9
4 2016 22.214 246 90,3
5 2017 21.965 241 91,14
6 2018 23.385 247 94.68
7 2019 25.412 250 101,7
8 2020 263.240 248 1061,5
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021

29
Tabel 2.11. Jumlah Pelanggan Laboratorium Kesehatan per
Tahun
No Tahun EKG Konsultasi
1 2015 1.879 7.200
2 2016 1.979 9.600
3 2017 2.322 14.400
4 2018 2.841 9552
5 2019 2.769 14.000
6 2020 1.337 10.000
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021
Tabel 2.12 Jumlah Pemeriksaan EKG dan Konsultasi
No Tahun USG
1 2014 90
2 2015 89
3 2016 103
4 2017 167
5 2018 142
6 2019 230
7 2020 57
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2021

Tabel 2.13. Jumlah pemeriksaan USG


Keracunan Hepatitis Chikung Flu SARS
Tahun Difteri
makanan A unya burung COV-2
2015 200 8 500 27 -
2016 217 0 688 0 -
2017 147 0 560 0 -
2018 220 5 1289 8 -
2019 241 88 832 - -
2020 166 17 249 - - 229.446
Sumber : UPT Labkes Provinsi Jawa Barat, 2021

30
Tabel 2.14. Jumlah sampel Kejadian Luar Biasa (KLB) di
Jawa Barat
Parameter
Tahun Lab Telur Anti Kimia
BTA HematologiUrinalisis Fe Mn
cacing HIV Klinik
Rumah Sakit 2 35 23 42 42 42 - -
Puskesmas 1 42 20 30 53 49 - -
2016
Labkesda 24 24 7 24 25 24 21 21
Total 27 101 50 96 120 115 21 21
Rumah Sakit 31 33 26 36 34 36 - -
Puskesmas 15 10 10 26 33 26 - -
2017
Labkesda 15 12 4 10 10 12 10 10
Total 61 55 40 72 77 74 10 10
Rumah Sakit 34 28 28 36 35 34 - -
Puskesmas 14 6 20 47 59 45 - -
2018 Labkesda & Lab
26 36 5 26 28 29 18 18
Mandiri
Total 74 70 53 109 122 108 18 18
Rumah Sakit 32 31 27 41 37 40 - -
Puskesmas 16 7 24 65 73 65 1 1
2019 Labkesda & Lab
36 36 9 31 32 32 21 21
Mandiri
Total 77 74 60 137 142 137 22 22
Rumah Sakit 38 37 25 61 54 54 - -
Puskesmas 20 12 36 97 110 108 - -
2020 Labkesda & Lab
22 28 9 39 33 36 16 16
Mandiri
Total 80 77 70 197 197 198 16 16

Sumber : UPT Labkes Provinsi Jawa Barat, 2021

Tabel 2.15. Jumlah Laboratorium di Indonesia yang mengikuti Uji


Profisiensi Laboratorium Kesehatan
Tahun Magang PKL Penelitian Kunjungan Jumlah
2016 52 207 29 207 495
2017 28 176 11 176 391
2018 42 292 5 230 569
2019 26 178 - - 204
2020 7 7 1 - 15
Sumber : UPT Labkes Provinsi Jawa Barat, 2021

31
BAB III
METODE

3.1 Metode Penelitian


Metode kegiatan yang digunakan dalam kajian ini yaitu metode
kualitatif, karena analisis data dipaparkan secara verbal untuk
mendapatkan informasi secara menyeluruh. Creswell (2016) menyatakan
bahwa metode kualitatif merupakan jenis metode untuk mengeksplorasi
dan memahami makna di sejumlah individua tau sekelompok orang yang
berasal dari masalah social.
Metode kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakang dan lain-lain secara
holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Metode penelitian kualitatif digunakan karena permasalahan yang
dijaki kompleks, dinamis, dan penuh makna, sehingga dibutuhkan metode
kajian yang mendalam mengenai proses kajian tersebut. Dalam kajian ini,
menggunakan metode kualitatif dengan mendayagunakan berbagai data,
baik primer maupun sekunder.
Studi atau kajian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk
menilai kelayakan investasi Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
pada perspektif ekonomi. Dampak dari investasi akan dievaluasi dengan
melalui proses capital budgeting. Capital budgeting sendiri merupakan
suatu metode yang kerap digunakan oleh sebuah bisnis dalam penilaian

32
sebuah proyek atau investasi besar untuk mengetahui kelayakannya secara
ekonomi, sehingga pengambil keputusan dapat menentukan apakah proyek
/ investasi tersebut akan dijalankan oleh perusahaan (Kenton 2020).
Pada kajian ini, objek yang akan diteliti menggunakan metode capital
budgeting merupakan investasi sejumlah Rp. 310.959.683.748 yang
direncanakan oleh Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Untuk
mengetahui kelayakan investasi tersebut, pendapatan serta penerimaan
perusahaan akan diproyeksikan dari tahun 2022 hingga 2030. Data-data
tersebut kemudian akan diolah menjadi sejumlah rasio yang dijadikan
indikator kelayakan investasi dan dibandingkan dengan standard minimum
yang perlu dicapai.

3.2 Indikator dan Standard Minimum


Indikator-indikator yang digunakan pada analisis kelayakan ini
diantaranya adalah Internal Rate of Return, Net Present Value, serta
Payback Period. Adapun standard minimum yang perlu dicapai oleh
perusahaan adalah sebagai berikut:
Feasibility Metrics Kriteria
Internal Rate of Return > WACC
Net Present Value > 0 Rupiah
Payback Period < 20 Tahun

Tingkat pengembalian yang dijadikan batas minimum IRR dapat


dihitung melalui Weighted Average Cost of Capital (WACC), yaitu tingkat
bunga rata-rata yang harus perusahaan bayarkan demi membiayai
investasinya. WACC mempertimbangkan sumber pendanaan perusahaan
melalui kalkulasi cost of debt dan cost of equity untuk menghitung rata-
rata bunga yang perlu dibayar setiap tahunnya. Dalam kasus dimana
perusahaan membiayai seluruh investasinya dengan ekuitas, seperti Labkes
Jabar, maka komponen WACC yang perlu dihitung hanya cost of equity.
Cost of equity sendiri dapat diperkirakan dengan menggunakan formula
Capital Asset Pricing Model (CAPM).

33
Standard minimum dari NPV adalah 0. Apabila nilai NPV lebih besar
dari 0, maka secara teori, investasi layak untuk dijalankan karena akan
memberikan keuntungan yang melebihi nilai investasi di masa yang akan
datang, namun jika nilai NPV kurang dari 0, maka investasi tersebut tidak
akan menghasilkan keuntungan dan diproyeksikan akan menyebabkan
kerugian, sehingga investasi tidak dapat diterima.

3.3 Asumsi Kajian


Terdapat 2 skenario dalam pengkajian kelayakan keuangan investasi
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Skenario 1: APBD tidak dikurangi

Pendapatan Jasa Pendapatan


Pendapatan APBD
Layanan Kerjasama

+10% per tahun

Pendapatan Labkes
Jabar

Pada skenario ini, Labkes Jabar tidak mengurangi jumlah APBD yang
diterimanya. Nilai APBD yang diterima perusahaan meningkat dengan
pertumbuhan kurang lebih 10% per tahunnya, sesuai dengan proyeksi yang
diterima tim kajian dalam Rencana Strategis (Renstra) perusahaan. Namun,
skenario ini dinilai kurang mencerminkan salah satu tujuan pergeseran
bentuk kelembagaan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat menjadi
BLUD, yaitu mengurangi ketergantungan secara keuangan terhadap
pemerintah daerah.

34
Skenario 2: APBD dikurangi secara gradual

Pendapatan Jasa Pendapatan


Pendapatan APBD
Layanan Kerjasama

-25% - 50% per tahun

Pendapatan Jasa
Layanan

Pada skenario ini, Labkes Jabar mengurangi jumlah APBD yang


diterimanya secara gradual. Nilai APBD yang diterima perusahaan akan
dikurangi sebanyak 25% - 50% per tahunnya. Skenario ini dinilai lebih
mencerminkan tujuan perubahan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa
Barat menjadi BLUD, hasil yang dicetak perusahaan akan lebih rendah
dibandingkan skenario pertama.
Tim pengkaji menggunakan asumsi optimis, moderate, serta pesimis
untuk tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan dalam skenario 2.
Pada asumsi optimis, pertumbuhan pendapatan berada pada angka 5% -
30% per tahunnya, sesuai dengan proyeksi perusahaan pada dokumen
Rencana Strategis (Renstra) yang diterima oleh tim pengkaji, sedangkan
pada asumsi moderate dan pesimis, pertumbuhan pendapatan yang
digunakan masing-masing berada pada angka 3% - 15% dan 2% - 6,5%.
Seluruh asumsi pertumbuhan menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan
akan mengikuti pola Product Life Cycle.

3.4 Pengumpulan Data


3.4.1 Pengumpulan Data
Seluruh data yang digunakan dalam kajian ini merupakan data
sekunder yang diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa
Barat. Data-data keuangan, asumsi-asumsi yang digunakan untuk

35
memproyeksikan pendapatan perusahaan, serta nilai APBD yang diterima
seluruhnya berasal dari dokumen Rencana Strategis (Renstra) yang
didapatkan oleh tim pengkaji. Data dalam mengumpulkan informasi kajian
ini terbagi ke dalam dua macam, yaitu:
1. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan Focus Group
Discussion atas beberapa narasumber yang memiliki kompetensi dalam
bidang yang relevan dengan riset ini. Narasumber FGD terdiri dari para
pakar dan praktisi yang dianggap memiliki informasi dan pengetahun yang
relevan seperti pakar kesehatan, kefarmasian, ekonomi dan administrasi.
Sementara itu, para praktisi berasal dari institusi di bawah laboratorium
kesehatan daerah Provinsi Jawa Barat.
Data primer juga diperoleh dengan cara mencari berbagai dokumen dan
data utama yang menjadi hirauan riset ini dari instansi terkait seperti dari
rencana strategis, standar pelayanan minimal dll.

2. Data Sekunder
Adapun data sekunder yang digunakan untuk melengkapi data
didapatkan dari pencarian data melalui internet terhadap beberapa
sumber informasi baik jurnal, buku, maupun media daring. Dari data
primer dan sekunder yang diperoleh kemudian direduksi, diolah,
dianalisis dan ditampilkan dalam bentuk gambar, tabel, dan narasi
sehingga menjadi satu kesatuan yang holistik.

3.5 Analisis Data


1. Member Check
Kegiatan ini merupakan tahap seleksi dan penafsiran sebuah
data. Setiap data yang diperoleh selalu dilakukan cek ulang dan
diteliti kembali kepada sumber aslinya, yaitu narasumber pada Focus
Group Discussion. Selanjutnya data yang sudah dicek, akan diolah
dan ditafsirkan.
2. Triangulasi Data

36
Triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang telah ada. Triangulasi digunakan untuk
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Penggunaan triangulasi data berarti kajian ini menggunakan banyak
sumber data yang berbeda-beda. Dalam kajian ini menggunakan
teknik observasi, Focus Group Discussion, dan dokumentasi untuk
sumber data yang berbeda. Kemudian dalam kajian juga
menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen melalui buku,
jurnal, dan media yang didapatkan secara daring.

3.6 Waktu Pelaksanaan


Kajian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan pada:
Bulan I Bulan II Bulan III
No Uraian Pekerjaan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Rapat Persiapan        
2 FGD I (Kick Off Awal Kajian)        
3 Pelaksanaan Pengambilan Data
4 Pengolahan dan Analisis Data
5 FGD II ( Penyampaian Hasil Sementara )
6 Analisis Data berdasarkan Hasil FGD sebelumnya
7 FGD III (Penyampaian Hasil Revisi)
8 Penyusunan Laporan Akhir
9 Ekspose Hasil Implementasi

37

Anda mungkin juga menyukai