kemudian berubah menjadi BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) berdasarkan Undang
Undang pada waktu itu diperkirakan membutuhkan waktu yang lama. Maka untuk memudahkan
proses dan sekaligus mempersingkat waktu akhirnya disepakati untuk memasukkan
pembentukan BNSP kedalam Rancangan Undang Undang Ketenagakerjaan yang pada tahun
2002 dalam proses pembahasan dengan DPR-RI. Pada tahun 2003, Undang Undang No. 13
disahkan yang didalamnya secara eksplisit mencantumkan tentang prinsip prinsip pelatihan
tenaga kerja berdasarkan paradigma baru dan menetapkan BNSP sebagai pelaksana sertifikasi
kompetensi kerja.
Visi :
Menjadi lembaga otoritas sertifikasi profesi yang independen dan terpercaya dalam menjamin
kompetensi tenaga kerja di dalam maupun luar negeri.
Misi :
Meningkatkan rekognisi dan daya saing tenaga kerja Indonesia di dalam maupun di luar
negeri;
Tugas pokok dan fungsi BNSP sebagai otoritas sertifikasi personel sesuai PP No. 23
tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi tahun 2004, utamanya pasal 4 Ayat 1) : Guna
terlaksananya tugas sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BNSP
dapat memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. Ayat 2) : Ketentuan mengenai
persyaratan dan tata cara pemberian lisensi lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1) ditetapkan lebih lanjut oleh BNSP.
Keanggotaaan dan Organisasi
Kepengurusan BNSP saat ini terdiri dari Ketua merangkap anggota dan 25 Anggota yang
terdiri dari unsur masyarakat (13 orang) dan unsur pemerintah (12 orang). Mereka mewakili
berbagai sektor ekonomi dan berbagai bidang profesi.
Pengurus BNSP diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri yang membidangi
Ketenagakerjaan (Kemenakertrans). Masa kerja pengurus BNSP selama lima tahun dan dapat
diangkat kembali untuk satu kali periode berikutnya.
Struktur organisasi BNSP terdiri dari Ketua dan Wakil Ketua sebagai unsur Pimpinan, serta
komisi-komisi sebagai unsur pelaksana, yaitu:
1. Komisi Sertifikasi dan Lisensi
2. Komisi Harmonisasi dan Kelembagaan
3. Komisi Pengendalian
4. Komisi Perencanaan dan Pengembangan
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari BNSP didukung oleh sekretariat yang dipimpin oleh
seorang Kepala Sekretariat. Sekretariat BNSP merupakan organisasi struktural eselon II.A yang
secara organik masuk dalam organisasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
KEBIJAKAN
Kebijakan adalah norma atau rambu-rambu yang memberi batasan atau arahan dalam
pengembangan program dan kegiatan untuk pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan.
Dalam rangka pelaksaan strategi BNSP, kebijakan yang ditetapkan adalah :
1. Mendukung peningkatan daya saing industri. Artinya program dan kegiatan BNSP
haruslah menghasilkan luaran dan dampak yang mendukung peningkatan daya saing
industri, baik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri
2. Mendukung pelaksanaan kesempatan kerja dan penanggulangan pengangguran.
Erat kaitannya dengan kebijakan tersebut butir 1, apabila daya saing indstri meningkat,
akan terjadi pengembangan usaha yang berdampak pada perluasan kesempatan kerja dan
penanggulangan pengangguran.
3. Mendukung peningkatan kualitas, produktivitas dan daya saing tenaga kerja
Indonesia. Program dan kegiatan BNSP secara langsungdan tidak langsung harus dapat
meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing tenaga kerja Indonesia, baik di
pasar kerja dalam negeri maupun pasar kerja luar negeri. Hal ini penting untuk
peningkatan
perlindungan
dan
kesejahteraan
tenaga
kerja.
2.
3.
kredibilitas LSP agar dapat menjadi lembaga pelaksana uji kompetensi dan sertifikasi
kompetensi yang akuntabel. Kegiatan dikembangkan antara lain:
a. Pedoman dan Prosedur Pembentukan dan Akreditasi LSP/TUK
b. Pelatihan dan Sertifikasi Assessor
c. Perluasan Jaringan TUK
d. Pengembangan Manajemen LSP
e. Penyelenggaraan Lisensi LSP
4.
selalu terkendali mutunya. Dalam rangka ini kegiatan yang dilakukan antara lain :
a. Pengembangan Pedoman Organisasi, Tata Kerja Kode Etik dan Tata Tertib
b. Pengembagan Prosedur Tetap dan Instrumen Kendali Mutu
c. Pengembangan SDM BNSP/LSP
d. Pengembangan Sarana dan Prasarana Kendali Mutu
e. Penerapan SMM mengacu ISO 17011