Anda di halaman 1dari 33

RAHMA DEWI (08-157)

Pembimbing :
Dr.Suhelmi,Sp.B

Motilitas kolon
Absorbsi cairan
Keluarkan isi feses dari
kolon ke rectum
Fungsi defekasi
Keluarkan feses secara
intermitten dari rectum
Tahan isi usus agar
tidak keluar saat tidak
defekasi

Secara embriologi, saluran


pencernaan berasal dari:
foregut
midgut
hindgut.

Kegagalan perkembangan yang


lengkap
dari
septum
urorektalis
menghasilkan
anomali letak tinggi atau supra
levator.
Sedangkan anomali letak rendah
atau infra levator berasal dari
defek
perkembangan
proktoderm
dan
lipatan
genital.
Pada anomali letak tinggi, otot
levator ani perkembangannya
tidak normal. Sedangkan otot
sfingter eksternus dan internus
dapat tidak ada.

Atresia ani merupakan


kelainan bawaan
(kongenital), tidak
adanya lubang atau
saluran anus (Donna,
2003)

Anomali kongenital ini terjadi dalam jumlah


yang sama pada kedua jenis kelamin sampai 1
dalam 5000 kelahiran
Hasil penelitian Boocock dan Donna di
Manchester menunjukkan bahwa atresia ani
letak rendah lebih banyak ditemukan
dibandingkan atresia letak tinggi ( Boocock
G, 1987)

Kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit


Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah anus
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
12 minggu atau tiga bulan
Ketidaksempurnaannya migrasi dan perkembangan struktur
kolon antara 7- 10 minggu selama perkembangan janin.
Atresia ani yang berkaitan dengan kelainan kongenital saat
lahir

Faktor predisposisi terjadinya atresia ani dapat


disebabkan oleh kelainankongenital saat lahir
seperti:
Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi
abnormalitas pada vertebral, anal, jantung,
trachea, esofagus, ginjal, dan kelenjar limfe).
Kelainan sistem pencernaan.
Kelainan sistem pekemihan.
Kelainan tulang belakang
Sumber CDC

Faktor kongenital
Masa embrio
Tidak sempurnanya
perkembangan kolon

Obstruksi

Anus imperforata

Fistel

Feses tidak keluar


Distensi abdomen
Sekuestrasi cairan
muntah

Rektouretralis
rektovesika

Rektovestibular
rektovaginal

Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan,


terdapat tiga letak:
1. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di
atas M. levator ani (M. puborektalis) dengan
jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit
perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator
biasanya disertai dengan fistel ke saluran
kencing atau saluran genital.

2. Intermediate : rektum terletak pada M.


levator ani tetapi tidak menembusnya.
3. Rendah : rektum berakhir di bawah M.
levator ani sehingga jarak antara kulit dan
ujung rektum paling jauh 1 cm.

Golongan I

Tindakan

1.Fistel urin
2.Atresia Rekti
3.Perineum datar
4.Tanpa fistel.

Kolostomi neonatus operasi definitif usia

Udara > 1 cm dari kulit pada invertogram (teknik 4 6 bulan


pengambilan foto untuk menilai jarak punting
distal rectum terhadap marka anus di kulit
peritoneum)
Golongan II
1.

Tindakan

Fistel perineum

2.Membran anal meconeum tract


3.Stenosis ani
4.Bucket handle
5.Tanpa fistel. Udara < 1 cm dari kulit pada

Operasi definitif pada neonatus tanpa kolostomi

Golongan I
1.

Kloaka

1.

Fistel vagina

Tindakan

Kolostomi neonatus operasi definitif usia


1.

Fistel vestibulum ano atau rekto vestibuler

1.

Atresia rekti

1.

Tanpa fistel. Udara > 1 cm dari kulit pada

4 6 bulan

invertogram
Golongan II
1.

Fistel perineum

1.

Stenosis

Tindakan

Operasi definitif pada neonatus


1.

Tanpa fistel. Udara > 1 cm dari kulit pada


invertogram

1. Perut kembung.
2. Muntah hijau bercampur tinja.
3. Tidak bisa buang air besar.

Invertogram dilakukan untuk menentukan golongan


malformasi yang dapat dibuat setelah udara yang
ditelan oleh bayi telah mencapai rektum. Ini adalah
teknik untuk menilai jarak puntung distal rektum.
Sewaktu foto diambil bayi diletakkan terbalik kepala
dibawah atau tidur telungkup, dengan sinar
horisontal diarahkan ke trokanter mayor.

Radilogi

Pemeriksaan urinalisa untuk mengetahui


adanya feses dalam urin.
Sonografi pelvic untuk mengenal kantong
dan untuk membimbing pemasangan jarum
transperineum, yang melalui jarum ini media
kontras dapat disuntikkan untuk menentukan
posisi anatomi tepat dari kantong ani.

Leape (1987) menyatakan :


Bila mekonium didadapatkan pada perineum, vestibulum atau fistel
perianal maka kelainan adalah letak rendah.
Bila pada pemeriksaan fistel (-) maka kelainan adalah letak tinggi
atau rendah.
Pemeriksaan foto abdomen setelah 18-24 jam setelah lahir agar usus
terisi udara, dengan cara Wangenstein Reis (kedua kaki dipegang
posisi badan vertikal dengan kepala dibawah) atau knee chest
position (sujud) dengan bertujuan agar udara berkumpul
didaerah paling distal.
Bila terdapat fistula lakukan fistulografi.

Pena dan Defries pada tahun 1982 memperkenalkan metode


operasi dengan pendekatan postero sagital anorektoplasti
(PSARP) : membelah m. sfingter eksternus dan m. levator ani
untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan
pemotongan fistel

Pena atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan


kolostomi terlebih dahulu. Operasi definitif setelah 4 8
minggu.

Kolostomi

Leape (1987) menganjurkan pada :


Atresia letak
tinggi dan intermediet
dilakukan
sigmoid kolostomi, setelah 6 12 bulan baru dikerjakan
tindakan definitif (PSARP).
Atresia letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana
sebelumnya dilakukan tes provokasi dengan stimulator
otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.

Posterior sagittal anorectoplasty pada


fistula rektovestibular

Dengan menggunakan klasifikasi wingspread


maka dapat dilakukan evaluasi fungsi klinis dari
pasien:
kontrol feses dan kebiasaan buang air besar
sensasi rektal dan soiling
kontraksi otot yang baik pada colok dubur

Evaluasi Psikologis
Fungsi kontinensi juga bergantung pada kerja
sama orang tua dengan keadaan mental si
penderita

Anda mungkin juga menyukai