KP 03 Perencanaan Irigasi
KP 03 Perencanaan Irigasi
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
SALURAN
KP 03
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Hal
1. PENDAHULUAN
5
5
17
19
19
19
20
20
21
3.2.3 Sedimentasi . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .
23
3.2.4 Erosi . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
25
32
33
3.3.5
Lebar tanggul. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
34
..
3.3.6
3.3.7
40
Perencanaan saluran gendong ................................
40
.........................................
41
3.3.7.2 Tata Cara dan Dasar Perhitungan ................................
3.3.7.3
41
43
3.3.7.4 Kelemahan dan kelebihan saluran Gendong .........................
3.4
3.5
43
Potongan Memanjang .........................................................
3.4.1
3.4.2
Kemiringan memanjang . . . . . . . . . . . . . . .
..
47
SALURAN PASANGAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
52
..
4.1
52
4.2
Jenis-jenis Pasangan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
54
...
4.2.1
54
..
4.2.2
Tanah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
56
...
4.2.3
Lining Ferrocemet. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
57
...
4.3
Perencanaan Hidrolis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
61
...
4.3.1
Kecepatan maksimum. . . . . . . . . . . . . . . .
61
...
4.3.2
Koefisien kekasaran. . . . . . . . . . . . . . . . .
62
...
4.3.3
63
...
4.3.4
Lengkung saluran. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
65
...
4.3.5
Tinggi jagaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
65
...
5.
66
5.1
Pemakaian
............................
66
...
5.1.1
66
Topografi ...............................................................
5.1.2
67
Geologi ................................................................
67
5.1.3 Kedalaman Galiani ...................................................
5.1.4
5.2
67
Kondisi Air Tanah ....................................................
68
Bentuk-bentuk dan Kriteria Hidrolis ..............................
5.2.1
Terowongan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
68
5.2.1.1
Kondisi` Aliran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
68
5.2.1.2
68
5.2.1.3
Ukuran miniimum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
70
5.2.1.4
Lengkungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
70
5.2.1.5
70
5.2.1.6
Peralihan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
70
5.2.1.7
Penutup minimum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
74
5.2.2
Saluran tertutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
75
5.2.2.1
Kondisi Alirab. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
76
5.2.2.2
76
5.3
5.2.2.3
Lengkung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
76
5.2.2.4
Ukuran Minimum
76
PerencanaanHidrolis
77
5.3.1
Rumus aliran . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
77
5.3.2
77
5.3.3
Kemiringan hidrolis . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
78
5.3.4
Tinggi jagaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
78
5.3.5
79
5.3.6
79
5.3.7
80
84
6.1
6.2
6.3
6.2.1
Jaringan pembuang . . . . . . . . . . . . . . . . .
85
6.2.2
87
Kebutuhan pembuang untuk tanaman padi ..........................
6.2.3
92
Kebutuhan pembuang untuk sawah nonpadi ........................
6.2.4
Debit pembuang . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . .
96
99
Data Mekanika Tanah .........................................................
100
7.1
100
7.2
102
7.2.1
Rumus aliran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
102
7.2.2
102
7.3
8.
103
105
109
7.3.1 Geometri
109
....................
110
110
111
113
8.1
113
8.2
114
8.2.1
114
8.2.2
117
8.2.3
118
120
8.3.1
120
8.3.2
120
8.3.3
120
8.3
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PERISTILAHAN IRIGASI
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
DAFTAR TABEL
Tabel
Uraian
hal
2.1
3.1
3.2
3.2
29
3.3
32
3.4
34
3.5
34
4.1
53
4.2
54
4.3
64
4.4
65
5.1
71
5.2
74
5.3
75
5.4
77
5.5
81
6.1
95
7.1
7.2
103
7.3
106
7.4
110
8.1
111
8.2.
A.1.1
A.2.1
L1-4
L2-6
A.2.2
L2-7
A.2.3
L2-7
A.3.1
L3-2
A.3.2
L3-4
A.3.3
L3-6
A.3.4
A.3.5
L3-7
bulat ............................................................
L3-8
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Uraian
hal
3.1
3.2
21
koheran (SCS) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
25
3.3
26
3.4
35
3.5
36
3.6
36
3.7
38
3.8
39
3.9
3.10
.........................................................
40
44
3.11
51
4.1
................................................................58
4.2
60
5.1
5.2
69
72
5.3
5.4a
82
5.4b
83
6.1
91
6.2
92
7.1
7.2
7.3
......................................................................................
108
112
8.1
113
8.2
118
8.3
A.2.1
119
A.3.1 Debit puncak menurut Der Weduwen untuk daerahdaerah dengan curah hujan sehari 240 mm/hari ......................
L3-9
1. PENDAHULUAN
KP
KP
03 Saluran
KP
04 Bangunan
KP
05 Petak Tersier
KP
06 Parameter Bangunan
KP
07 Standar Penggambaran
Persyaratan
Teknis
untuk
Pengukuran,
penyelidikan
dan
Perencanaan
-
terutama membahas
2.
2.1.
Data Topografi
lokasi
titik
tetap/benchmark,
termasuk
deskripsi
benchmark.
jaringan
irigasi.
Kombinasi
antara
informasi
dan
Foto-foto satelit ini bisa dipakai untuk studi awal, studi identifikasi
dan studi pengenalan.
topografi
setempat
daripada
saluran
yang
mengikuti
punggung medan.
2.2.
Kapasitas Rencana
Q=
c NFR A
e
...... ( 2.1)
Dimana :
Q
NFR
irigasi, maka debit rencana harus ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan itu, dengan memperhitungkan efisiensi pengaliran. Kebutuhan air lain selain untuk irigasi yaitu kebutuhan air untuk
tambak atau kolam, industri maupun air minum yang diambil dari
saluran irigasi .
"Lengkung Kapasitas Tegal" yang dipakai sejak tahun 1891, tidak lagi
digunakan untuk perencanaan kapasitas saluran irigasi. Alasannya
adalah:
-
dari
pengaliran.
142
ha,
sekarang
Pengurangan
digabungkan
kapasitas
yang
dalam
efisiensi
diasumsikan
oleh
untuk
daerah
yang
tidak
ditanami
tebu.
Persentase
Besarnya
kebutuhan
air
di
sawah
bervariasi
menurut
tahap
dapat
Sistem
pemberian
yang
air
Uraian terinci mengenai kebutuhan air di sawah serta cara perhitungannya diberikan dalam KP- 01 Perencanaan Jaringan lrigasi; Lampiran 2.
2.2.3. Efisiensi
Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperlima sampai
seperempat dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu
sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi,
evaporasi
dan
perembesan.
Kehilangan
akibat
evaporasi
dan
Kehilangan-
Partisipasi P3A
Meminimalkan penguapan
sungai.
Faktor-faktor
efisiensi
yang
diterapkan
untuk
Kebutuhan Air
NFR (Kebutuhan bersih air di
sawah
TOR (kebutuhan air di
bangunan sadap tersier)
(NFR x luas daerah) x
Petak
Sekunder
Satuan
1
et
1
TOR x
c3
Petak Primer
1
TOR mc ) x
ep
1
Bendung
DR (kebutuhan diversi)
MOR sisi kiri dan
MOR sisi kanan
(l/dt/ha)
(l/dt)
(l/dt atau
m3/dt)
m3/dt
TORmc: Kebutuhan air di bangunan sadap tersier untuk petak-petak tersier di sepanjang saluran
primer.
Berkurangnya
kebutuhan
pengambilan
puncak
(koefisien
pengurangan rotasi)
-
2.3.
Data Geoteknik
sifat-sifat
tanah
di
daerah
trase
saluran
yang
direncanakan.
Perhatian khusus harus diberikan kepada daerah - daerah yang
mengandung :
-
Tanah
gambut
dan
bahan
bahan
organik,
karena
Muka air tanah, karena muka air tanah yang dalam akan
mempunyai kecenderungan menyebabkan kehilangan air yang
besar.
Formasi
batuan
kapur
limestone,
karena
punya
2.4.
Data Sedimen
maka
tidak
dibutuhkan
kantong
lumpur.
Untuk
keperluan
3.
di
setiap
potongan
melintang
harus
minimal
dan
angkut
sedimennya
berkurang.
Dengan
menurunnya
(partikel yang lebih besar dari 0,088 mm), lebih dari 5 % dari
kedalaman air di seluruh jaringan saluran. Jadi, volume sedimen adalah
5 % dari kedalaman air kali lebar dasar saluran kali panjang total
saluran.
Gaya erosi diukur dengan gaya geser yang ditimbulkan oleh air di dasar
dan lereng saluran. Untuk mencegah terjadinya erosi pada potongan
melintang gaya geser ini harus tetap di bawah batas kritis.
Dalam Kriteria Perencanaan ini, dipakai kecepatan aliran dengan hargaharga maksimum yang diizinkan, bukan gaya geser, sebagai parameter
untuk gaya erosi. Untuk perencanaan hidrolis sebuah saluran, ada dua
parameter pokok yang harus ditentukan apabila kapasitas rencana
yang diperlukan sudah diketahui, yaitu :
-
Rumus
aliran
melintang
dan
hidrolis
menentukan
kemiringan
hubungan
memanjang.
antara
Sebagai
potongan
tambahan,
Ruas saluran di dekat bangunan utama menentukan persyaratan pengangkutan sedimen ruas-ruas saluran lebih jauh ke hilir pada jaringan
itu. Untuk mencegah sedimentasi, ruas saluran hilir harus direncana
dengan kapasitas angkut sedimen relatif yang, paling tidak, sama
dengan ruas hulu. Di lain pihak gaya erosi harus tetap di bawah batas
kritis untuk semua ruas saluran di jaringan tersebut.
Keadaan ini akan terjadi bila air diambil dari waduk secara langsung.
Perencanaan saluran sekarang banyak dipengaruhi oleh kriteria erosi
dan dengan demikian oleh kecepatan maksimum aliran yang diizinkan.
Besarnya kecepatan ini bergantung kepada bahan permukaan saluran.
Masalah sedimen dan saluran tanah adalah situasi yang paling umum
dijumpai dalam pelaksanaan irigasi di Indonesia. Kini perencanaan
irigasi sangat dipengaruhi oleh kriteria erosi dan angkutan sedimen.
3.2.
V = K R
R
..( 3.1 )
A
P
= ( b + m h ) h
= ( b + 2 h
= V x A
= nxh
1 + m2
Dimana :
Q = debit saluran, m3/dt
v
= keliling basah, m
= lebar dasar, m
= tinggi air, m
MAN
w
h
1
m
1
m
P
b
Trase
Sedimen
Bentuk
dan
besar/
kecilnya
partikel
di
permukaan
saluran
saluran
irigasi,
ketidak
teraturan
permukaan
yang
tinggi
air
dan
kecepatan
aliran
sangat
membatasi
pertumbuhan vegetasi. Vegetasi diandaikan minimal untuk hargaharga k yang dipilih dan dipakai dalam perencanaan saluran.
Pengaruh
trase
saluran
terhadap koefisien
kekasaran dapat
m /dt
Q > 10
k
1/3/dt
45
5 < Q < 10
42,5
1<Q<5
40
35
3.2.3. Sedimentasi
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terendah
yang tidak akan menyebabkan pengendapan partikel dengan
diameter maksimum yang diizinkan (0.088 mm).
Tetapi secara kuantitas baru sedikit yang diketahui mengenai
dilengkapi
dengan
kantong
lumpur
atau
excluder
Jika
semua
persyaratan
telah
dipenuhi,
bangunan
ini
akan
3.2.4. Erosi
Kecepatan maksimum yang diizinkan adalah kecepatan aliran (ratarata) maksimum yang tidak akan menyebabkan erosi di permukaan
saluran. Konsep itu didasarkan pada hasil riset yang diadakan oleh US
Soil Conservation Service (USDA - SCS, Design of Open Channels,
1977) dan hanya memerlukan sedikit saja data lapangan seperti
klasifikasi tanah (Unified System), indeks plastisitas dan angka pori.
Kecepatan maksimum yang diizinkan ditentukan dalam dua langkah:
1. Penetapan kecepatan dasar (vb) untuk saluran lurus dengan
ketinggian air 1 m seperti pada Gambar 3.2 ; vb adalah 0,6 m/dt
untuk harga harga PI yang lebih rendah dari 10.
2. Penentuan faktor koreksi pada vb untuk lengkung saluran, berbagai
ketinggian air dan angka pori seperti tampak pada Gambar 3.3.
1.2
CH
CL
SC
1.0
ML
GM
faktor koreksi C
1.1
SM
GC
0.9
0.8
0.2
1.3
1.2
1.4
b
0.9
trase
0.8
0.7
16
12
8
6
10
14
jari-jari lengkungan / lebar
- permukaan air
- permukaan air
1.3
c
1.2
fa k to r k o re k s i B
faktor koreksi A
1.1
1.0
0.9
0.8
0.7
1.0
2.0
kedalaman air rencana h dalam meter
3.0
4.0
vmaks = vb x A x B x C
..... (3.2)
dimana :
vmaks = kecepatan maksimum yang diizinkan, m/dt
vb
Kecepatan dasar untuk muatan sedimen antara 1000 dan 20.000 ppm
dapat diketemukan dengan interpolasi dari Gambar 3.2 Akan tetapi,
perlu dicatat bahwa pada umumnya air irigasi digolongkan dalam
"aliran bebas sedimen" dalam klasifikasi yang dipakai di sini.
Faktor-faktor koreksi saluran adalah:
Apabila data yang tersedia dilapangan tidak dalam sistem USCS maka
diperlukan adanya tambahan informasi konversi dari sistem USCS ke
sistem klasifikasi yang lain, dengan demikian tidak perlu dilakukan test
tanah yang baru. Berikut ini adalah konversi klasifikasi dari USCS ke
dalam klasifikasi AASHTO, jika data yang tersedia dalam bentuk
klasifikasi AASHTO.
GW
Sangat
Mungkin
A-1-a
Mungkin
-
Kemungkinan
Kecil
A-2-4, A-2-5,
A-2-6, A-2-7
GP
A-1-a
A-1-b
A-3, A-2-4,
A-2-5, A-2-6
A-2-7
GM
A-1-b, A-2-4
A-2-6
A-2-5, A-2-7
A-4, A-5,
A-6, A-7-5,
A-7-6, A-1-a
GC
A-2-6, A-2-7
A-2-4, A-6
A-4, A-7-6,
A-7-5
SW
A-1-b
A-1-a
A-3, A-2-4
A-2-5, A-2-6
A-2-7
SP
A-3, A-1-b
A-1-a
A-2-4, A-2-5
A-2-6, A-2-7
SM
SC
A-1-b, A-2-4
A-2-6, A-4
A-6, A-7-6
A-2-5, A-2-7
A-5
A-7-6, A-1-a
A-2-6, A-2-7
A-2-4, A-6
A-7-5
A-4, A-7-6
ML
A-4, A-5
A-6, A-7-5
CL
A-6, A-7-6
A-4
OL
A-4, A-5
A-6, A-7-5
A-7-6
MH
A-7-5, A-5
A-7-6
CH
A-7-6
A-7-5
OH
A-7-5, A-5
A-7-6
Pt
3.3.1. Geometri
Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin,
potongan melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang
terbaik.
Usaha untuk mendapatkan bentuk yang ideal dari segi hidrolis dengan
saluran tanah berbentuk trapesium, akan cenderung menghasilkan
potongan melintang yang terlalu dalam atau sempit. Hanya pada
saluran dengan debit rencana sampai dengan 0,5 m3/dt saja yang
potongan melintangnya dapat mendekati bentuk setengah lingkaran.
Saluran dengan debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan
dangkal dengan perbandingan b/h (n) sampai 10 atau lebih.
Harga n yang tinggi untuk debit-debit yang lebih besar adalah perlu,
sebab jika tidak, kecepatan rencana akan melebihi batas kecepatan
maksimum yang diizinkan. Lebih-lebih lagi, saluran yang lebih lebar
mempunyai variasi muka air sedikit saja dengan debit yang berubahubah, dan ini mempermudah pembagian air. Pada saluran yang lebar,
efek erosi atau pengikisan talut saluran tidak terlalu berakibat serius
terhadap kapasitas debit. Dan karena ketinggian air yang terbatas,
kestabilan talut dapat diperoleh tanpa memerlukan bahu (berm)
tambahan.
Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah
persyaratan pembebasan tanah dan penggaliannya lebih tinggi, dan
dengan demikian biaya pelaksanaannya secara umum lebih mahal.
Lampiran 2, Tabel A.2.1 memberikan harga-harga m, n dan k untuk
perencanaan saluran.
Simbol
Kisaran
kemiringan
Batu
< 0,25
Gambut kenyal
Pt
12
CL, CH, MH
12
pasiran,
tanah
pasiran kohesif
SC, SM
Pasir lanauan
SM
23
Gambar lunak
Pt
34
1,5 2,5
Geluh : (loam) adalah campuran pasir, lempung dan Lumpur yang kira-kira sama
banyaknya
D (m)
D 1,0
1,0 < D 2,0
D> 2,0
1:1
1 : 1,5
1:2
Talut yang lebih landai daripada yang telah disebutkan dalam tabel
di atas harus dipakai apabila diperkirakan akan terjadi rembesan ke
dalam saluran.
Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm)
tanggul harus dibuat sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). Bahu
tanggul harus dibuat setinggi muka air rencana di saluran. Untuk
kemirinan luar, bahu tanggul (jika perlu) harus terletak di tengahtengah antara bagian atas dan pangkal tanggul.
Jenis tanah
Kecepatan aliran.
< 0,5
0,40
0,5 1,5
0,50
1,5 5,0
0,60
5,0 10,0
0,75
10,0 15,0
0,85
> 15,0
1,00
(m3/dt)
(m)
Q1
1,00
3,00
1<Q<5
1,50
5,00
5 < Q 10
2,00
5,00
10 < Q 15
3,50
5,00
Q > 15
3,50
5,00
Jalan inspeksi terletak ditepi saluran di sisi yang diairi agar bangunan
sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan liar makin
sulit dilakukan. Lebar jalan inspeksi dengan perkerasan adalah 5,0 m
atau lebih, dengan lebar perkerasan sekurang-kurangnya 3,0 meter.
Untuk pertimbangan stabilitas tanggul, lebar tanggul yang diberikan
pada Tabel 3.5 dan/atau talut luar dapat ditambah (lihat Bab 9 Bagian
KP - 04 Bangunan).
300
b
var
100
sempadan
saluran
1
1
kupasan 20 cm
Q 1 m/dt
sempadan
saluran
500
b a ta s g a ris
s e m p a d a n s a lu ra n
100
300
b (var)
< 0,5
40
50
60
75
85
> 15,0
100
sempadan
saluran
200
b (var)
100
tinggi
jagaan
W (cm)
debit
Q m/dt
ba ta s g aris
se m pa d an sa lu ran
ba ta s g aris
se m pa d an sa lu ran
sempadan
saluran
sempadan
saluran
150
5 < Q 10 m/dt
1 Q < 5 m/dt
batas garis
sempadan saluran
1 : 20
1
1
h (var)
1
m
kupasan 20 cm
1 m/dt Q 10 m/dt
b (var)
500
sempadan
saluran
350
1 : 20
1 : 20
w
1
1
1
batas garis
sem padan saluran
batas garis
sem padan saluran
sempadan
saluran
(var)
1
m
kupasan 20 cm
500
b (var)
350
sempadan
saluran
1 : 20
1 : 20
1
1
Q 15 m/dt
(var)
1
m
m
kedalaman
galian cm
D = h+w
kemiringan
talud min
hor. / ver.
D < 100
100 < D < 200
ukuran dalam cm
batas garis
sempadan saluran
batas garis
sempadan saluran
10 m/dt Q 15 m/dt
D > 200
1
1,5
2
:n
saluran, yang ditunjukkan oleh batas daerah gelincir. Lihat gambar 3.5.
Pada kasus dimana bahan timbunan untuk tanggul saluran diambil dari
galian tanah disekitar saluran, maka galian tanah harus terletak diluar
Jalan Inspeksi
Sempadan
=T
Sempadan
=T
Ketinggian
Tanggul = T
Sisi terluar
Jar. irigasi
3.
Garis
sempadan
saluran
irigasi
yang
terletak
pada
sama
dengan
kedalaman
saluran
irigasi.
-
sama
dengan
ketinggian
tanggul
sama
dengan
penetapan
pada
saluran
irigasi
3.3.7.1.
Gambaran Umum
Saluran Gendong
Saluran Irigasi
3.3.7.2.
dihitung
berdasarkan
rumus
Manning
dengan
4. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan 50 cm untuk saluran sejajar jalan dan 30 cm
untuk kondisi saluran gendong lainnya.
sisi
atas
selama
waktu
tertentu
sehingga
tidak
3.10
berikut
memberikan
ilustrasi
mengenai
cara
Saluran tersier
Saluran kuarter
q
h
f
Sawah
c
H
h 100
h 70
I a / 00
A
L
Untuk irigasi yang lebih luas (skala besar) perlu perhitungan yang
lebih teliti mendekati kebenaran. Yaitu dengan memperhitungkan
adanya pengaruh pembendungan (back water) dari bangunan hilir
(downstream) terhadap bangunan hulu (up stream). Hal ini akan
menyebabkan pengurangan kehilangan tinggi yang dibutuhkan.
Akumulasi
pengurangan
tinggi
dalam
seluruh
sistem
dapat
pengurangan
debit
yang
masih
ditolerir
sehingga
bangunan
pengatur
akan
menjadi
lebih
sering;
3.4.2.1
Kemiringan Minimum
3.4.2.2
Kemiringan maksimum
Bila mana kondisi bahan tanah pada trase sudah diketahui, maka kecepatan dasar yang diizinkan vvb untuk mencegah erosi dapat
ditentukan bagi ruas saluran, sebagaimana telah dibicarakan dalam
pasal 3.2.4. Perlu dicatat bahwa kecepatan rencana yang biasanya
diambil untuk tanah-tanah kohesif, pada umumnya lebih rendah
daripada kecepatan maksimum yang diizinkan untuk tanah ini. Erosi
pada saluran irigasi jarang sekali.
3.4.2.3
Ditempat
ini
Dalam
Lampiran
diberikan
rincian
lebih
lanjut
mengenai
perencanaan saluran.
Dalam prosedur perencanaan saluran dapat timbul kesulitan-kesulitan
berikut :
1.
2.
3.
penampang
saluran
tanah
diperlukan
dalam
rangka
Lebar 0,5 1 m
Lining : Pasangan
batu kali / beton
4.
SALURAN PASANGAN
4.1.
5.
6.
7.
8.
9.
ii. Dengan
metode
penggenangan.
Pengukuran
basah
saluran
akan
meghasilkan
volume
dibagi luas
besarnya
0,00963
0,01161
0,01872
0,01925
0,02775
0,03398
0,04757
0,06230
S = 0,035 C Q / v
.. (4.1)
Dimana :
S
Q = debit, m3/ dt
v
= kecepatan, m/dt
Harga C
m/ hari
0,10
0,12
Geluh pasiran
0,20
Abu volkanik
0,21
0,37
0,51
0,67
berbagai
bentuk
struktur
sesuai
dengan
kreasi
perencananya.
4.2.1. Lining Permukaan Keras
Lining Permukaan keras, dapat terdiri dari plesteran pasangan batu kali
atau beton. Tebal minimum untuk pasangan batu diambil 30 cm. Untuk
beton tumbuk tebalnya paling tidak 8 cm, untuk saluran kecil yang
dikonstruksi dengan baik (sampai dengan 6 m3/dt), dan 10 cm untuk
saluran yang lebih besar. Tebal minimum pasangan beton bertulang
adalah 7 cm. Tebal minimum pasangan beton ferrocement adalah 3
Cm. Untuk pasangan semen tanah atau semen tanah yang dipadatkan,
tebal minimum diambil 10 cm untuk saluran kecil dan 15 cm untuk
saluran yang lebih besar.
Stabilitas
pasangan
permukaan
keras
hendaknya
dicek
untuk
4.2.2. Tanah
Tebal pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran dan 75 cm
untuk talut saluran.
2.
Lebih tipis
Penulangan 2 arah
Sifat Mekanik
tarik
3.
konstruksi
untuk
aplikasi
di
laut
lebih
murah
Bentuk yang umum dipakai dalam saluran irigasi adalah bentuk U (tapal
kuda).
Untuk
menghitung
dimensi
saluran
linning
ferrocement
tetap
w =
I =
h =
r =
b=
2r
= b x h + ( . r2)
= (2h + . r)
= A/P
= k x R2/3 x I1/2
Q = VxA
Perencanaan Hidrolis
jurkan pemakaiannya:
- pasangan batu
- pasangan beton
- pasangan tanah
- Ferrocemen
: kecepatan 3 m/dt
sampai
20
persen
dari
harga
anggapan
yang
seperti yang dibahas dalam Bab 3. bilangan Froude akan kurang dari
0,3 dan dengan demikian di bawah 0,55.
F= Vx
g x`h
=V gh m+n
2 m +n
1/2
..... (4.2)
Dimana :
F
= bilangan Froude
kekasaran
Strickler
(m1/3/dt)
yang
dianjurkan
pemakaiannya adalah :
-
Pasang batu
60 (m1/3/dt)
Pasang beton
70 (m1/3/dt)
Pasang tanah
35 45 (m1/3/dt)
Ferrocemen
70 (m1/3/dt)
Harga harga untuk pasangan keras hanya akan dicapai jika pasangan
itu dikonstruksi dengan baik.
2/3
k=p
Pi
k 1,5
i
1
2 / 3
.. (4.3)
Di mana:
k=
p=
keliling basah, m
Pj =
kj =
kemiringan
talut
pada
Tabel
4.2
dianjurkan
pemakaiannya
h < 0,75 m
Lempung pasiran
Tanah pasiran kohesif
1,25
1,5
1,25
1,5
Tanggul (F)
Pasangan (F1)
m3/dt
< 0,5
0,40
0,20
0,5 1,5
0,50
0,20
1,5 5,0
0,60
0,25
0,5 10,0
0,75
0,30
10,0 15,0
0,85
0,40
> 15,0
1,00
0,50
5.1. Pemakaian
Pemakaian
terowongan
dianjurkan
apabila
trase
saluran
akan
5.1.1 Topografi
Trase saluran terpendek mungkin melintasi dataran/ tanah tinggi atau,
daerah berbukit-bukit. Dalam hal ini akan dipertimbangkan penggalian
yang dalam atau pembuatan terowongan sebagai alternatif dari
pembuatan trase yang panjang dengan tinggi muka tanah yang lebih
rendah. Biaya pembuatan saluran juga akan, dibandingkan dengan
biaya per meter untuk pembuatan terowongan atau saluran tertutup.
5.1.2 Geologi
Terowongan
5.2.1.1`Kondisi Aliran
Terowongan yang dipakai dalam jaringan irigasi akan direncana
sebagai aliran bebas (sebagian penuh). Perbedaan tinggi energi yang
berlebihan pada as untuk memperhitngkan tekanan terowongan jarang
ada.
5.2.1.2
tanpa
terlalu
banyak
kehilangan
luas
potongan
tradisional
dengan
bentuk
segiempat
tanpa
5.2.1.3
Untuk
Ukuran Minimum
memungkinkan
penggalian
dan
penempatan
peralatan
Lengkungan
kapasitas
diperlukan
debit
untuk
yang
lebih
menyangga
tinggi.
batu
dan
Biasanya
pasangan
untuk
mencegah
perembesan.
Terowongan dapat digolong-golongkan menjadi empat tipe seperti
Tipe
Terowon
gan
Kondisi Geologi
Tipe Penyangga
Tipe Pasangan
Tanpa
penyangga atau
batu batu
Beton siraman
(mortar
atau
pasangan beton
tanpa tulangan)
Penyangga baja
bentuk
busur
terowongan
Pasangan beton
tanpa tulangan
Penyangga baja
bentuk busur
Pasangan beton
tanpa tulangan
Penyangga baja
bentuk busur
Pasangan beton
dengan
atau
tanpa tulangan
lapuk
dan
daerah
tanah
patahan
(fracture
zones);
5.2.1.5
Peralihan
Bagian bawah
1/20 D, Min 15 cm
1/20 D, Min 15 cm
1/20 D, Min 20 cm
1/20 D, Min 15 cm
1/15 D, min 20 cm
1/15 D, min 20 cm
1/12 D, min 20 cm
1/12 D, min 20 cm
5.2.1.6
Penutup minimum
5.2.2.
Saluran Tertutup
konstruksi
untuk
menggunakan
terowongan
maka
dapat
Tabel 5.3.
terowongan
Uraian
Terowongan
dalam batu
10 De
min 30 m
Terowongan
dalam tanah
(1)
(2)
3 De
min 6 m
3 De
min 10 m
(3)
2 De
min 4 m
3 De
min 6 m
(4)
1,0 De
min 2 m
1,5 De
min 3 m
5.2.2.1
Kondisi aliran
Aliran harus bebas
5.2.2.2
5.2.2.3
Lengkung
5.2.2.4
Ukuran Minimum
5.3.
Perencanaan Hidrolis
..... (5.1)
Dimana :
va
k, m1/3/dt
Pasangan batu
60
Beton
70
Bahan konstruksi
kecepatan
maksimum
dan
tidak
boleh
di
bawah
5.3.5
dan lingkaran dapat dipakai Tabel A.3.2 dan A.3.3 Lampiran 3. Dimensi
potongan melintang dan kehilangan tinggi energi (kemiringan hidrolis I)
dapat dievaluasi dengan menggunakan tabel-tabel ini setelah dipilih va
dan k seperti yang telah dibicarakan di atas.
Untuk potongan-potongan segi empat evaluasi kehilangan
tinggi energi dan potongan melintang dilakukan langsung dengan
menggunakan rumus Strickler. Lebar potongan melintang dibagi tinggi
akan berkisar antara 1 dan 2.
5.3.6
tertutup adalah :
H
..... (5.2)
dimana :
Hmasuk, keluar
keluar, m
Hfr
HB
Hkeluar : keluar
(v a v ) 2
2g
(v a v ) 2
2g
(5.3)
..(5.4)
Dimana :
Hmasuk, keluar= kehilangan tinggi energi masuk dan keluar, m
masuk, keluar = Koefisien kehilangan tinggi energi masuk dan
keluar
va
peralihan
dari
potongan
saluran
terbuka
sampai
v
HB = Kb a
2g
..(5.5)
5o
10o
15o
22,5o
30o
45o
60o
70o
90o
0,02
0,03
0,04
0,05
0,11
0,24
0,47
0,80
1,1
0,02
0,04
0,05
0,06
0,14
0,3
0,6
1,0
1,4
Persamaan
5.3
5.4
pipa gorong-gorong
sampai ke peralihan
samping saluran
masuk
keluar
0.50
1.00
0.50
1.00
III
0.30
0.60
IV
0.25
0.50
0.20
0.40
VI
0.10
0.20
Dianjurkan
I
pipa goronggorong sampai
di dinding hulu
melalui saluran
II
Dianjurkan
Dianjurkan
peralihan punggung
patah dengan sudut
pelebaran 1:1 atau
1:2
dinding hulu
dengan
peralihan yang
dibulatkan
dengan jari-jari
lebih dari 0,1 y
peralihan
punggung
patah dengan
sudut pelebaran
sekitar 1:5
peralihan berangsur
antara potongan
melintang segiempat
dan trapesium
0.5
0.4
D
0.3
b
R
0.2
0.1
0.07
0
0
4
6
8
Perbandingan Rb/D
10
1.2
1.0
faktor koreksi
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
20
40
60
80
100 120
sudut tikungan dalam derajat
6
6.1.
(b)
(c)
(d)
jaringan
irigasi.
Kombinasi
antara
informasi
dan
Foto-foto satelit ini dipakai untuk studi awal, studi identifikasi dan
studi
pengenalan,
sedangkan
pengukuran
teristris
untuk
6.2.
Data Rencana
irigasi
dilengkapi
dengan
bangunan-bangunan
Pembuangan untuk tanaman-tanaman lain dilakukan dengan saranasarana khusus didalam petak tersier. Misalnya, jika tanaman-tanaman
ladang dipertimbangkan, maka metodemetode penyiapan lahan pada
punggung medan dapat diterapkan.
Jika tanaman-tanaman selain padi akan ditanam secara besar-besaran,
maka sebaiknya dipikirkan untuk membuat jaringan pembuang seperti
yang dipakai tanaman padi.
Pembuangan air didaerah datar (misalnya dekat laut) dan daerah
pasang surut yang dipengaruhi oleh muka air laut, sangat bergantung
kepada muka air sungai saluran yang menampung air buangan
ini,muka air ini memegang peranan penting dalam perencanaan
kapasitas saluran pembuang maupun dalam perencanaan bangunanbangunan khusus dilokasi ujung (muara) saluran pembuang bangunan
yang dimaksud misalnya pintu otomatis yang tertutup selama muka air
sungaii naik mencegah agar air sungai tidak masuk lagi ke saluran
pembuang.
Di daerah-daerah yang diairi secara irigasi teknis, jaringan pembuang
mempunyai dua fungsi:
a. Sebagai pembuang intern untuk mengalirkan kelebihan air dari
sawah untuk mencegah terjadinya genangan dan kerusakan
tanaman atau untuk mengatur banyaknya air tanah sesuai dengan
yang dibutuhkan oleh tanaman.
b. Pembuang ekstern untuk mengalirkan air dari daerah luar irigasi
yang mengalir melalui daerah irigasi.
primer.
Aliran buangan dari luar daerah irigasi biasanya memasuki daerah
proyek irigasi melalui saluran saluran pembuang alamiah yang akan
merupakan bagian dari jaringan pembuang utama di dalam proyek
tersebut.
Hujan lebat ;
2)
3)
2)
3)
4)
Varietas padi.
untuk
aerasi
dibuang
akar
secepatnya
tanaman,
dalam
rangka
memberi
tanpa mengakibatkan
stress
tanaman.
Jumlah kelebihan air yang harus dikeringkan per petak disebut modulus
pembuang atau koefisien pembuang dan ini bergantung pada :
1) Curah hujan selama periode tertentu
2) Pemberian air irigasi pada waktu itu
3) Kebutuhan air tanaman
4) Perkolasi tanah
5) Tampungan di sawah-sawah selama atau pada akhir periode yang
bersangkutan
6) Luasnya daerah
7) Sumber sumber kelebihan air yang lain.
Pembuang permukaan untuk petak dinyatakan sebagai:
D(n) = R(n)T + n (I ET P) - S
..... (6.1)
dimana :
n
ET
= evapotranspirasi, mm/hari
perkolasi, mm/hari
b. Daerah terjal
Seperti untuk kondisi dataran rendah tetapi dengan perkolasi P
sama dengan 3 mm/ hari.
D(3)
Dm = _______
3 x 8,64
..... (6.2)
dimana :
Dm
D(3)
139
curah hujan
dlm mm hari
120
80
33
40
26
P = IR = 0
Dm =
240
curah hujan komulatif
dlm mm hari
200
curah hujan
160
172
120
198
s
148
130
139
s maks
80
= 50 mm
nET = 18 mm
nDm = 130 mm
40
0
130
= 5 l/dt ha
3 x 8.64
pembuangan
0
1
waktu dalam hari
neraca air disawah
= 1,62 Dm A0,92
..... (6.3)
Dimana :
Qd
Dm
Faktor pengurangan luas yang dibuang airnya 1,62 A0,92 diambil dari
Gambar 6.2 yang digunakan untuk daerah tanaman padi di Jawa dan
juga dapat digunakan di seluruh Indonesia
faktor pengurangan
1.00
0.90
0.80
0.70
120
200 3 4 5 6
luas pembuangan
1000
4 5 6
10.000
dalam ha
mempunyai
nilai
lebih besar
a. Debit puncak
Debit puncak untuk daerah daerah yang dibuang airnya sampai
seluas 100 km2 dihitung dengan rumus Der Weduwen, yang
didasarkan pada pengalaman mengenai sungai sungai di Jawa ;
rumus rumus lain bisa digunakan juga
..... (6.4)
dimana :
Qd
Untuk harga harga R(1) yang bukan 240 mm/ hari rumus Der
Weduwen tersebut sebaiknya dipecahkan secara terpisah. Untuk
penjelasan lebih lanjut, lihat Bagian KP 01 Perencanaan Jaringan
Irigasi, Lampiran 1.
Rumus rumus lain juga bisa digunakan mengacu pada SNI tentang
Perhitungan Debit Banjir dan penjelasannya dapat dilihat pada KP-01
Lampiran 1.
b. Debit Rencana
Debit rencana didefinisikan sebagai volume limpasan air hujan dalam
waktu sehari dari suatu daerah yang akan dibuang airnya yang
disebabkan oleh curah hujan sehari di daerah tersebut air hujan yang
tidak tertahan atau merembes dalam waktu satu hari, diandaikan
mengalir dalamwaktu satu hari, diandaikan mengalir dalam waktu satu
hari itu juga. Ini menghasilkan debit rencana yang konstan
..... (6.5)
dimana :
Qd
Tabel
6.1.
Harga-harga
koefisien
limpasan
air
hujan
untuk
penghitungan Qd
Penutup tanah
Hutan lebat
0,60
0,70
0,65
0,75
0,75
0,80
liat di atau di dekat permukaan, dan tanah dangkal pada bahan yang
hamper kedap air. Tanah-tanah ini memiliki laju penyebaran air yang
lamban.
Periode ulang untuk debit puncak dan debit rencana berbeda untuk
debit puncak, periode ulang dipilih sebagai berikut :
Perlu dicatat bahwa debit puncak yang sudah dihitung bisa dikurangi
dengan cara menampung debit puncak tersebut. Tampungan dapat
dibuat didalam atau di luar daerah irigasi.
Misalnya ditempat dimana pembuang silang memasuki daerah irigasi
melalui gorong gorong yang disebelah hulunya boleh terdapat sedikit
genangan. Didalam jaringan irigasi tampungan dalam jaringan saluran
dan daerah cekungan akan dapat meratakan debit puncak di bagian
hilir. Debit puncak juga akan dikurangi dengan cara membiarkan
penggenangan terbatas (untuk jangka waktu yang pendek) didalam
daerah irigasi. Akan tetapi, penggenangan terbatas mungkin tidak
dapat diterima.
Pada pertemuan dua saluran pembuang di mana dua debit puncak
bertemu, debit puncak yang tergabung dihitung sebagai berikut :
2. Apabila dua daerah yang akan dibuang airnya kurang lebih sama
luasnya (40 sampai 50% dari luas total), debit puncak dihitung
sebagai 0,8 kali jumlah kedua debit puncak.
3. jika daerah yang satu jauh lebih kecil dari daerah yang satunya lagi
(kurang 20% dari luas keseluruhan), maka gabungan kedua debit
puncak dihitung sebagai daerah total.
4. bila persentase itu berkisar antara 20 dan 40% maka gabungan
kedua debit puncak dihitung dengan interpolasi antara harga
harga dari no.1 dan 2 diatas.
Untuk menghitung debit rencana pada pertemuan dua saluran
pembuang, debit rencana yang tergabung dihitung sebagai jumlah
sebagai
pengganti
perbandingan
luas
dari
daerah
pembuangan.
Jika selisih perbandingan besar debit antara 0,40 - 0,50 dari jumlah
debit maka dipakai koefisien 0,8
Jika perbandingan besar debit kurang dari 0,20 dari jumlah debit
maka debit di hilir adalah jumlah dari kedua debit
Jika perbandingan besar debit antara 0,20 0,40 dari jumlah debit
maka dihitung dengan cara interpolasi.
Masalah
utama
dalam
perencanaan
saluran
pembuang
adalah
7.
7.1.
Air dari saluran pembuang mempunyai pengaruh negatif pada muka air
tanah atau pada air yang masuk dari laut dan sebagainya. Oleh sebab
itu perencana harus mempertimbangkan faktor tersebut dengan hatihati guna memperkecil dampak yang mungkin timbul.
7.2.
7.2.1.
Rumus Aliran
..... (7.1)
dimana :
v
= kemiringan energi
7.2.2.
Lebatnya vegetasi
Karena saluran pembuang tidak selalu terisi air, vegetasi akan mudah
sekali tumbuh disitu dan banyak mengurangi harga k. Penyiangan yang
teratur akan memperkecil harga pengurangan ini. Harga harga k
pada Tabel 7.1. yang dipakai untuk merencanakan saluran pembuang,
mengandaikan bahwa vegetasi dipotong secara teratur.
k m1/3/dt
h) > 1,5 m
30
h 1,5 m
25
Untuk saluran saluran alamiah tidak ada harga umum k yang dapat
diberikan.
Cara
terbaik
untuk
memperkirakan
harga
itu
ialah
7.2.3.
v maks = v b x A x B x C x D
.......(7.2)
1.7
1.6
faktor koreksi D
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1.0
10
15
20
periode ulang
25
30
40
50
60
70
80 90 100
dalam tahun
maka
kecepatan
saluran
pembuang
pada
daerah
yang
dengan
menguatnya
aspek
lingkungan
maka
saluran
tinggi dengan tujuan agar terjadi infiltrasi yang besar sebelum mengalir
kembali ke sungai. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kwalitas
lingkungan yang lebih hijau, memperbesar cadangan air tanah dan
mengurangi debit air di saluran pembuang.
Batas atas kecepatan atas yang diizinkan adalah kecepatan yang tidak
menyebabkan erosi untuk jenis tanah tertentu pada saluran dan dapat
dihitung berdasar gaya seret.
V m/det
(air bersih)
V m/det
(air yg
mengangkut
lanau koloid)
0,020
0,457
0,762
0,020
0,533
0,762
0,020
0,610
0,914
0,020
0,610
1,067
0,020
0,762
1,067
Abu vulkanis
0,020
0,762
1,067
0,025
1,143
1,524
0,025
1,143
1,524
Lempung keras
0,025
1,829
1,829
Kerikil halus
0,020
0,762
1,524
0,030
1,143
1,524
0,030
1,219
1,676
0,025
1,219
1,829
0,035
1,524
1,678
Sumber : Pedoman Perencanaan Saluran Terbuka, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan
Dep. PU, 1986.
aliran
yang
memungkinkan
terjadinya
efek
Makin
besar
lebar
penampang
saluran
akan
memperbesar
Makin
lambat
kecepatan
air
dalam
saluran
tanpa
terjadi
B.P.T
1 : 20
?
Q rencana
untuk Q = 1 m3/dt
tanggul sisa galian
disatu sisi saja
Q = 20 m3 /dt
Q puncak fna
= 100
sisa galian
b (var)
= 350
=
100
1,5
1,5m
= 300
Q rencana
Q puncak fna
sisa galian
B.P.T
1 : 20
Q puncak fa
1 tanggul
sisa galian
=
100
B.P.T
= 200
=
100
Q > 20 m3/dt
1
m
fa
Fna
150
=
100
100
=
100
Q puncak
1 : 20
Jalan Inspeksi
Q puncak
1,5
ukuran dalam cm
1 : 20
1,5
= 350
300
=
100
B.P.T
B.P.T
1 : 20
Q = 5 m3/dt
B.P.T
300
Q rencana
Q rencana
kedalaman
galian cm
kemiringan talut
minimum
hor. / vert.
D = 100
11,5
D > 200
Muka air rencana pada titik pertemuan antara dua saluran pembuang
sebaiknya diambil sebagai berikut:
-
Evaluasi muka air yang sesuai dengan banjir dengan priode ulang 5
kali per tahun untuk sungai,
untuk saluran
(m)
(1 hor : m vert.)
D 1,0
1,0 D < 2,0
D > 2,0
1,0
1,5
2,0
Jari-jari minimum
m
3 x lebar dasar*)
4 x lebar dasar
5 x lebar dasar
6 x lebar dasar
7 x lebar dasar
Jika diperlukan jari-jari yang lebih kecil, jari- jari tersebut boleh
dikurangi sampai 3 x lebar dasar dengan cara memberi pasangan
bagian luar lengkungan saluran.
*)
40.0
n
ga
un l
d
lin ggu
tan
20.0
10.0
ul
gg
n
a
t
6.0
4.0
2.0
1.0
0.6
0.4
0.2
0.1
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
8.
di bawah ini.
Saluran Gendong
Saluran Irigasi
debit
drainasi
ini
menentukan
dimensi
saluran
dan
area ).
2)
Land ) .
8.2.4 Metode Rasional
Metode Rasional digunakan untuk menghitung besar aliran permukaan
daerah drainasi yang melalui dataran tinggi pegunungan dengan luas
daerah tangkapan tidak melebihi 500 Ha.
Q =
R x C - H x F ) x 10,000
. . . . ( 8.1)
3600
L
Panjang aliran ( m )
Kecepatan aliran ( m / dt )
20 x ( H / L ) 0,6 m / dt
Q = 0,278 C . It . A
. . . . ( 8.2)
Dimana :
Q
= Debit drainasi ( m3 / dt )
= A2
A1
A1
A2
= R
24
24
R
24
24
( sawah ) (Ha)
Tc
Tc
L
W
It
0,0195 ( L / S1/2 )
Dimana S =
H =
0,77
. . . . ( 8.3)
H/L
Beda tinggi elevasi puncak perbukitan sampai elevasi
rencana saluran gendong.
= Panjang aliran ( m )
Sedang
It =
. . . ( 8.4)
TC + b
K/A
1/4
. . . . ( 8.5)
Maksi
mum
Direkomendasi
untuk
Digunakan
Dalam Desain
0,75
0,9
0,85
0,8
0,9
0,75
0,65
0,75
0,70
Dan bersungai
0,75
0,85
0,75
0,75
0,85
0,80
0,65
0,75
0,75
0,50
0,75
0,65
a =
b =
I10
I20
I25
I50
9229,2
11797,3
12578,2
15564,5
59,6
72,9
76
90
Sumber :Penuntun praktis perencanaan teknis jalan raya ( Bab ) Drainasi jalan )
Metode ini
Q =
x qx A
. . . . . . ( 8.6)
Dimana :
Q
= Debit drainasi ( m3 / dt )
dR
dT
dR
dT
= Ri x A i
Ai R maks
A1
R1
A2
R2
A3
Dimana
A 42
= Curah
hujan
A
Luas
Catchment
R3
R4
8.2.6
Metode ini digunakan untuk luas daerah drainasi lebih dari 500 Ha
dengan sistim tata jaringan irigasi utama, sekunder, dan tersier
sehingga tidak perlu diuraikan pada perencanaan saluran gendong.
Hal ini disebabkan karena saluran gendong ini umumnya merupakan
sistim irigasi tunggal. Kecuali pada kondisi khusus , jika sistim saluran
gendong harus melalui suatu perkotaan atau pemukiman maka tata
jaringan saluran gendong harus
primer,
Untuk daerah aliran < 100 Km2 , metode Weduwen atau Hasper akan
lebih cocok dan juga rumus Chezy.
Talang Irigasi
Perumahan atau perkotaan
Areal Sawah
Saluran Drainasi cacing
Saluran Irigasi
Jalan inspeksi
1)
2)
3)
4)
1
1
A.A.S.T.H.O.
Abrasi
aerasi
pemasukan
udara,
untuk
menghindari
tekanan
subatmosfer
agradasi
agregat beton
pasir,
kerikil/batu pecah
agrometeorologi
aliran bebas
aliran bertekanan
aliran getar
aliran
pada
got
miring
atau
pelimpah
yang
aliran
setinggi
tebing
sungai,
biasanya
untuk
aliran subkritis
aliran superkritis
aliran tenggelam
aliran teranyam
aliran terkonsentrasi
aliran turbulen
aliran/debit moduler
dsb),
dipengaruhi
di
oleh
mana
aliran
aliran
di
di
bagian
hulu
tidak
hilir,
aliran
sekarang
yang
sempurna
alur pengarah
aluvial
endapan
yang
terbentuk
masa
ambang moduler
ambang ujung
angka pori
2
1
angka rembesan
artifisial
buatan manusia
AWLR
bagian normal
bagian peralihan
bak tenggelam
bakosurtanal
bangunan akhir
bangunan bantu
bangunan pelengkap
bangunan pembilas
bangunan pengaman
bangunan pengambilan
bangunan pengelak
3
1
bangunan utama
banjir rencana
bantaran sungai
batas Atterberg
batasan-batasan
untuk
membedakan
atau
batas meander
batas moduler
batas plastis
batu candi
bendung gerak
bentang efektif
bibit unggul
bilangan Froude
bitumen
blok halang
blok halang
blok muka
bor log
disertai
dengan
keterangan-keterangan
bronjong
busur baja
baja
lengkung
penunjang
terowongan
saat
pelaksanaan
CBR
jalan raya
celah kontrol trapesium
bangunan
pengontrol
muka
air
dengan
celah
berbentuk trapesium
cerobong (shaft)
D.R.
Diversion
Requirement,
besamya
kebutuhan
debit andalan
debit puncak
debit rencana
debit rencana
degradasi
depresi
dewatering
diluvium
endapan sungai data lingkungan dan ekologi datadata yang meliputi data fisik, biologi, kimiawi, sosio
ekonomi dan budaya
dinding halang
double massplot
efisiensi irigasi
hasil
perkalian
efisiensi
petak
tersier,
saluran
eksploitasi pintu
energi kinetis
energi potensial
erodibilitas
terbawanya
butir
tanah
pondasi
akibat
gaya
rembesan (piping)
evaporasi
penguapan
evapotranspirasi
F.A.O.
faktor tulangan
filter
fleksibilitas
flum
foil plastik
plastik penyekat
foto udara
G.F.R.
gambar pabrikan
gambar pengukuran
gambar penyelidikan
gambar purnalaksana
garis energi
garis kontur
gelombang tegak
gelombang tegak
geluh (loam)
geometri saluran/bangunan
perbandingan
antara
dimensi-dimensi
salur-
an/bangunan
gesekan
got miring
8
gradasi
gradien medan
kemiringan medan
gully
hidrodinamik
hidrometeorologi
hidrostatik
hockey stick
hujan efektif
hujan titik
I.H.E
I.R.R
sama
dengan
nilai
penerimaan,
irigasi melingkar
jalan inspeksi
jalur rembesan
konstruksi,
melalui
dasar
atau
samping
konstruksi
jalur- jalur
jaringan aliran
jaringan bongkah
saringan
pada
mulut
pintu
pengambilan
untuk
jaringan pembuang
jaringan saluran
saluran lainnya
kantong lumpur
karakteristik saluran
kavitasi
kebutuhan pembuang
kebutuhan pengambilan
kebutuhan pengambilan
kecepatan dasar
kecepatan datang
kecepatan spesifik
kedalaman konjugasi
kelulusan tanah
kemiringan maksimum
kemiringan minimum
kemiringan talut
kerapatan satuan
keseimbangan batas
kisi-kisi penyaring
klimatologi
koefisien debit
koefisien kekasaran
koefisien kontraksi
koefisien pengaliran
10
konfigurasi
konglomerat
konsentrasi sedimen
kandungan
sedimen
per
satuan
volume
air,
koperan
krip
lapisan subbase
11
pada badan jalan raya
layout petak tersier
konstraksi
akibat
pilar
dan
lengkung debit
lengkung/kurve pengempangan
limpasan tanggul
lindungan sungai
pengendapan
dan
longsoran,
misal:
krib
lingkaran slip
loncatan hidrolis
M.O.R.
Main
Off-take
Water
Requirement
besarnya
Mercu
metode numerik
metode analitis/bilangan
micro film
fiche reader
mode of failure (beton)
modulus pembuang
dinyatakan
dalam
volume
persatuan
luas/satuan waktu
morfologi sungai
mortel
adukan
mosaik
12
N.F.R.
Net-Field
Water
Requirement
satuan
kebutuhan
ogee
P3A
pangkal bendung
paritan
patahan
patok hektometer
pelapukan
pembilas bawah
pembilas melalui tubuh bendung berupa goronggorong di bagian bawah pintu penguras
pembilas samping
maksud
tidak
mengurangi
lebar
tubuh
13
pembuang ekstern
pembuang intern
penampang kontrol
pengambilan bebas
pengarah aliran
penggerusan
pengolahan lahan
penyadapan liar
perencanaan hidrolis
perhitungan
hidrolis
untuk
menetapkan
dimensi
bangunan
periode tengah bulanan
periode ulang
perkolasi
peta geologi
peta
yang
menggambarkan
keadaan
geologi,
menggambarkan
suatu
wilayah,
secara
umum
keadaan
mengenai jenis
batuan,
14
dibuat
berdasarkan
hasil
pengamatan
lapangan
peta topografi
petak
tersier
lengkap
dengan
jaringan
irigasi,
piesometer
pintu penguras
pintu radial
pola tanaman
ppm
prasarana (infrastruktur)
fasilitas
untuk
pelayanan
masyarakat
seperti
program ekstensifikasi
usaha
poningkatan
produksi
dongan
peng-
usaha
peningkatan
produksi
pertanian
dengan
15
contoh
dengan
ukuran
sesuai
dengan
obyek
sebenarnya
relief mikro
resistensi
ripples
risiko proyek
kemungkinan
diinginkan,
terjadinya
misal
suatu
kegagalan
hal
pada
yang
tidak
proyek
pada
S.O.R.
saluran cacing
saluran irigasi
saluran pintasan
sedimen abrasif
sedimen dasar
sedimen layang
16
simulasi
sipon pelimpah
sipon peluap
sistem grid
dengan
penggeseran
masa
penanaman
disini
sponeng
studi simulasi
suatu
cara
mengevaluasi
perilaku
suatu
kon-
sudut
kemiringan
garis
energi
terhadap
garis
horisontal
sudut lentur (pada got miring)
memenuhi
persyaratan
tertentu,
untuk
bagian di manasedimen
tidak
dapat dikuras/
surface roller
T.O.R.
talang sipon
tampakan (feature)
gambaran bentuk yang dinyatakan dengan simbolsimbol tertentu disertai keterangan seperlunya
17
tanah bengkok
tanaman acuan
tanaman ladang
tanaman
yang
semasa
tumbuhnya
tidak
perlu
tanggul banjir
tanggul penutup
tegangan efektif
tekanan pasif
tekanan piesometrik
tekanan subatmosfer
tembok sayap
tikungan stabil
tinggi energi
tinggi
air
ditambah
tinggi
tekanan
dan
tinggi
kecepatan
tinggi jagaan minimum
18
tingkat pertumbuhan
transmisivity
transplantasi
transposisi data
trase
turbulensi
U.S.B.R
U.S.C.E.
U.S.C.S.
U.S.D.A
U.S.S.C.S.
ulu-ulu
vegetasi
tumbuh-tumbuhan/tanaman penutup
waktu konsentrasi
DAFTAR PUSTAKA
1
DAFTAR PUSTAKA
Dort, J.A. van, M.G. Bos : Drainage principles and applications, ILRI
publication No.16, Wageningen, 1974.
Vlugter, H.: Het transport van vaste stoffen door stroomed water,
DeIngenieur in Ned.-Indie No.3, 1941.
LAMPIRAN 1
1. Jika
dpertimbangkan
angkutan
sedimen
layang,
Vlugter
T/Q g v I
di mana :
T
Q = debit, m3/dt
..... (A.1.1)
= Kemiringan energi
Pengukuran
di
daerah
Serayu
menunjukkan
bahwa
untuk
2. Bahan bahan yang lebih besar dari sekitar 0,06 mm (pasir halus
atau lanau) akan diangkut terutama di sepanjang dasar saluran.
untuk angkutan bahan ini, bisa dipakai rumus angkutan sedimen
Einstein Brown, yakni :
T b h3 I3
dimana :
b = lebar dasar, m
h = kedalaman air, m
T dan I sama dengan pada rumus A.1.1.
..... (A.1.2)
T/Q h8/15 I
..... (A.1.3)
T/Q h6/10 I
..... (A.1.4)
T/Q h1/2 I
..... (A.1.5)
Rumus debit
Dalil
Tipe Angkutan
Sendimen
v I Layang
De Vos
Vlugter
Chezy
Einstein Brown
Chezy
h6/10 I
Einstein Brown
Strickler
h8/15 I
Einstein Brown
Rumus regim
h1/2 I v2 * I
Kesimpulan :
-
H1/2 I = konstan
LAMPIRAN 2
1.
bangunan
sadap
tersier
yang
diperlukan.
Ini
2.
3.
4.
6.
7.
8.
Tabel A.2.1
debit
dalam
m3/dt
kemiringan
talut
1:m
perbandingan
b/h
n
1.0
faktor
kekasaran k
0.15
0.30
1.0
35
0.30
0.50
1.0
1.0
1.2
35
0.50
0.75
1.0
1.2
1.3
35
0.75
1.00
1.0
1.3
1.5
35
1.00
1.50
1.0
1.5
1.8
40
1.50
3.00
1.5
1.8
2.3
40
3.00
4.50
1.5
2.3
2.7
40
4.50
5.00
1.5
2.7
2.9
40
5.00
6.00
1.5
2.9
3.1
42.5
6.00
7.50
1.5
3.1
3.5
42.5
7.50
9.00
1.5
3.5
3.7
42.5
9.00
10.00
1.5
3.7
3.9
42.5
10.00
11.00
2.0
3.9
4.2
45
11.00
15.00
2.0
4.2
4.9
45
15.00
25.00
2.0
4.9
6.5
45
25.00
40.00
2.0
6.5
9.0
45
Tabel A.2.2
Q
m3/dt
Ih
vbd
k1/3/dt
10-3
m/dt
10-4
m/dt
10
0.30
1.0
1.0
35
0.56
0.62
0.62
0.39
3.19
0.42
0.50
1.0
1.2
35
0.50
0.73
0.88
0.42
3.16
0.44
0.75
1.5
1.3
35
0.46
0.78
1.02
0.44
3.07
0.46
1.50
1.5
1.8
40
0.39
0.92
1.66
0.54
2.92
0.55
3.00
1.5
2.3
40
0.32
1.16
2.66
0.59
2.76
0.57
4.50
1.5
2.7
40
0.28
1.32
3.57
0.61
2.63
0.58
6.00
1.5
3.1
42.5
0.25
1.41
4.37
0.66
2.46
0.61
7.50
1.5
3.5
42.5
0.23
1.50
5.25
0.67
2.36
0.62
9.00
1.5
3.7
42.5
0.21
1.60
5.93
0.67
2.24
0.61
11.00
2.0
4.2
45
0.20
1.60
6.71
0.70
2.14
0.64
15.00
2.0
4.9
45
0.17
1.76
8.64
0.70
1.94
0.63
25.00
2.0
6.5
45
0.15
2.00
12.98
0.74
1.87
0.64
40.00
2.0
9.0
45
0.13
2.19
19.73
0.74
1.79
0.65
m3/dt
Ih
vbd
k1/3/dt
10-3
m/dt
10-4
m/dt
10
0,30
1,0
1,0
35
0,44
0,65
0,65
0,36
2,56
0,39
0,50
1,0
1,2
35
0,38
0,77
0,92
0,38
2,46
0,40
0,75
1,5
1,3
35
0,35
0,82
1,07
0,40
2,40
0,41
1,50
1,5
1,8
40
0,30
0,97
1,74
0,49
2,30
0,49
3,00
1,5
2,3
40
0,25
1,21
2,79
0,54
2,21
0,52
4,50
1,5
2,7
40
0,225
1,38
3,71
0,57
2,51
0,53
6,00
1,5
3,1
42,5
0,20
1,47
4,55
0,60
2,01
0,56
7,50
1,5
3,5
42,5
0,19
1,55
5,44
0,62
1,99
0,57
9,00
1,5
3,7
42,5
0,175
1,66
6,14
0,63
1,90
0,57
11,00
2,0
4,2
45
0,16
1,67
7,00
0,64
1,75
0,58
15,00
2,0
4,9
45
0,145
1,82
8,91
0,66
1,68
0,59
25,00
2,0
6,5
45
0,13
2,05
13,34
0,70
1,64
0,61
40,00
2,0
9,0
45
0,12
2,23
20,03
0,73
1,62
0,62
LAMPIRAN 3
4
Tabel A.3.4 Parameter perencanaan hidrolis untuk saluran pipa tapal kuda