Anda di halaman 1dari 6

IPA adalah pendekatan penelitian kualitatif yang dilakukan untuk

memeriksa bagaimana orang memaknai sebagian besar pengalaman hidup mereka.


IPA merupakan pendekatan fenomenologis yang berkaitan dengan menjelajahi
pengalaman seseorang dengan caranya sendiri. IPA dilakukan untuk memeriksa
suatu kasus tertentu secara terpirinci.

IPA ingin mengtahui secara rinci

bagaimana pengalaman bagi orang tertentu secara khusus, bagaimana orang


tertentu tersebut mengartikan suatu pengalaman yang terjadi padanya.
Pendekatan IPA biasanya hanya melibatkan sedikit peserta dalam
penelitiannya, hal ini bertujan untuk mengungkap suatu pengalaman bagi masingmasing individu secara khusus Dengan melibatkan sedikit peserta diharapakan
penelitian dapat mengeksplorasi secara rinci persamaan dan perbedaan diantara
kasus-kasus yang ada. Pendekatan IPA relatif menggunakan sedikit sampel, hal
ini bertujuan untuk menemukan sampel-sampel yang homogen, sehingga setiap
sampel dapat ditemukan persamaan dan perbedaannya pada tingkat tertentu.
Analisis
1. Reading and re-reading
Langkah pertama dari analisis IPA adalah dengan melibatkan diri dengan
beberapa data asli. Dalam kebanyakan penelitian IPA data asli merupakan
transkrip pertama yang dicatat dalam penelitian, dalam tahapan ini seseorang
perlu membaca dan membaca lagi data yang ada. Tahapan pertama dalam analisis
IPA diadakan untuk memastikan agar subjek menjadi fokus dalam penelitian, hal
ini perlu karena kebanyakan orang sering kali membaca dan menyimpulkan

informasi yang kompleks dalam waktu yang singkat, tahapan ini bertujuan untuk
membuat peneliti agar lebih teliti dalam membaca informasi yang didapat.
Dalam usaha kita untuk memasuki dunia subjek, penting bagi peneliti
untuk terus menerus aktif melibatkan diri dengan data yang ada. Membaca
berulang kali juga memungkinkan peneliti untuk mengembangkan model struktur
wawancara secara keseluruhan, dan memungkinkan peneliti untuk memperoleh
pemahaman tentang bagaimana cerita di dalam wawancara dapat bersama
mengikat bagian tertentu dari sebuah wawancara.
2. Initial noting
Tahapan ini adalah tahapan yang paling memakan banyak waktu dan yang
paling rinci dari tahapan-tahapan dalam analisis IPA. Tahapan ini memeriksa isi
semantik dan bahasa dalam tingkat penyelidikan yang cukup mendalam. Peneliti
perlu berpikir secara terbuka dan mencatat semua yang menarik di dalam
transkrip, dan mulai mengidentifikasi dengan cara-cara tertentu bagaimana para
peserta berbicara tentang pemahaman dan pemikirannya tentang suatu
permasalahan.
3. Developing emergent themes
Dalam mencari tema-tema yang muncul, tugas peneliti dalam menyusun
data berubah secara bersamaan dengan usaha peneliti dalam mengurangi rincian
yang ada yaitu rincian pada transkrip dan catatan awal, sambil berusaha
mempertahankan kompleksitan dalam hal memetakan keterkaitan, hubungan, dan
pola diantara catatan yang telah di pelajari.

Tujuan dalam menganalisa ulasan yang telah di pelajari adalah untuk


mengidentifikasi tema-tema yang muncul, hal ini memerlukan fokus, dalam
tingkat tertentu pada potongan transkrip tertentu. Akan tetapi, peneliti juga perlu
mengingat kembali apa yang telah dipelajari dalam seluruh proses pencatatan
awal. Karena dalam proses mengidentifikasi tema yang muncul peneliti perlu
memutus alur cerita dalam wawancara.
Tugas utama dalam mengubah catatan awal menjadi tema memerlukan
usaha untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan yang singkat dan tajam tentang
ulasan-ulasan penting yang ada di suatu transkrip. Tema biasanya diekspresikan
sebagai frase yang berbicara kepada esensi psikologis dan cukup mengandung
kekhususan untuk dijadikan dasar dan cukup abstraksi untuk menjadi konseptual.
Tema tidak hanya menggambarkan perkataan asli dan pemikiran subjek, tema
juga mencerminkan interpretasi peneliti. Tema-tema menggambarkan proses
sinergis antara deskripsi dan interpretasi. Dimana catatan awal terasa sangat
bebas, terbuka, dan tidak pasti, tema yang muncul akan terasa telah menangkap
dan menggambarkan suatu pemahaman.
4. Searching for connections across emergent themes
Setelah membuat kumpulan tema-tema dalam suatu transkrip dan tematemanya

telah

tersusun

secara

berurutan,

tahap

selanjutnya

adalah

mengembangkan pemetaaan tema yang menurut peneliti dapat dikelompokan


bersama.

Beberapa cara spesifik untuk mencari pola-pola dan hubungan antara


tema-tema yang muncul:

Abstraction, merupakan bentuk dasar dalam mengidentifikasi pola-pola


antar tema yang muncul, dan membentuk pengertian yang kita sebut
sebagai tema super-ordinat

Subsumption, proses analisis ini hampir seupa dengan proses abstraksi,


akan tetapi proses analisis ini beroperasi dimana tema yang muncul sendiri
membutuhkan status super-ordinat dalam menyatukan serangkaian tema
yang terkait.

Polarization, terkadang memeriksa trasnkrip untuk mencari hubungan


yang berlawanan antar tema yang muncul akan terasa cukup bermanfaat,
berfokus pada perbedaan antar tema daripada berfokus pada persamaan.

Contextualization, cara yang cukup berguna dalam mencari hubungan


antar tema-tema yang muncul adalah dengan mengidentifikasi konteks
atau unsur cerita dalam analisis.

Numeration,

terkadang

kita

mungkin

akan

tertarik

dengan

mempertimbangkan frekuensi tema yang didukung, hal ini tidak menjadi


satu-satunya indikator yang membuat tema tersebut menjadi sangat
penting. Akan tetapi, tahapan ini dapat menjadi satu cara dalam
menunjukkan secara relatif

seberapa pentingnya beberapa tema yang

muncul.

Function, tema-tema yang muncul dapat diperiksa fungsi khususnya di


dalam transkrip.

Bringing it together, setelah proses mempelajari pola-pola dan hubungan


yang ada telah selesai dan peneliti merasa cukup puas, peneliti perlu
membuat grafik struktur dari tema-tema yang muncul.

5. Moving to the next cases


langkah berikutnya adalah pindah ke transkrip atau catatan subjek
berikutnya, dan mengulangi proses sebelumnya. Pada tahap ini penting bagi
peneliti untuk memperlakukan kasus berikutnya pada keunikannya tersendiri,
untuk menghormati ke unikan tiap-tiap individu. hal ini berarti peneliti perlu
sebanyak mungkin mengumpulkan pemikiran-pemikiran yang muncul pada
analisis kasus sebelumnya seraya mengerjakan kasus berikutnya.
6. Looking for patterns across cases
Tahap berikutnya adalah mencari pola-pola antar kasus. Hal ini berarti
mengumpulkan semua data yang ada dan mencari hubungan antar kasus pada
permukaan yang lebih besar. Dengan mencari hubungan antar kasus sudut
pandang penelitian menjadi lebih luas sehingga peneliti dapat mengambil
kesimpulan dengan lebih baik dan penelitian menjadi lebih kaya akan data.

Smith, Jonathan A. Flowers, Paul. Larkin, Michael. 2009. Interpretative


Phenomenological Analysis. London: Sage

Anda mungkin juga menyukai