Hassan Al-Hudaibi juga merupakan sosok yang sangat disegani oleh teman
sejawatnya dan para konsultan lainnya; terutama yang berani bermain-main
dengan undang-undang sipil, dan yang melakukan pelanggaran dasar-dasar
syariah Islam. Suatu kali; pada jiwa-jiwa terhenti tanpa dapat melakukan apaapa, dan cukup dengan memberikan agenda kritikan yang lembut, beliau pergi
dengan sendirinya ke pusat revisi undang-undang, dan memberikan pernyataan
secara resmi bahwa dirinya menentang dan mengutuk berbagai produk undangundang yang tidak berasal dan bersumber dari syariat Islam, atau kandungan
bab dan fasal-fasalnya yang bertentangan dengan Al-Quran dan sunnah.
Sehingga, dengan sikap tersebut menjadi berita headline di seluruh surat kabar
di Mesir saat itu; bahkan koran Al-Ikhwan menerbitkan berita dengan tema
Hasan Al-Hudaibi, semoga Allah menolongnya yang berasal dari surat kabar
Akhbar Al-Youm. Dan karakter yang agung yang terdapat dalam diri Al Hassan
Al-Hudaibi adalah ketegarannya dan keberaniannya dalam menentang kebatilan,
dan terhadap para pelaku dan pendukung kebatilan, ketegarannya berdiri
dihadapan kekuatan zhalim dan para pelaku kezhaliman, sekalipun usia beliau
sudah lanjut dan sering sakit-sakitan beliau tetap melakukan aktivitas.
Sebagaimana beliau juga memiliki karakter membenci terhadap hal-hal yang
berbau pamer dan pujian, jauh dari pantauan, karena itu kadang- beliau selalu
menghindar dari sorotan kamera, menolak untuk ditulis tentang jati dirinya dan
perjalanan hidupnya; karena yang beliau harapkan hanyalah ganjaran dari Allah.
Jika seorang imam memilih banyak diam dan jauh dari sorotan masa, adalah
ketawadhuan dan kelebihan yang dimilikinya, namun di antara haknya dan juga
hak imam Al-Banna dan seluruh ulama dan umat yang membawa amanah
setelah mereka hingga hari akhir zaman, untuk selalu menjadi uswah dan
qudwah (contoh dan teladan), bahkan beliau menjadi menara yang
mengarahkan para pembawa risalah dakwah dan pengarah jalan di dalamnya,
sehingga dapat dijadikan pegangan bagi para pengemban amanah dakwah dan
menerangi jalan mereka, karena para pemuda zaman sekarang ini, banyak yang
sering mentaqlid dari sana sini, menemukan kebesaran jiwa dari sebagian tokoh.
Karena itu, jika mereka mengambil kebesaran jiwa maka mereka kelak akan
menjadi jiwa yang memiliki kepribadian yang tinggi pula.
Perjuangan beliau
Adapun Perjuangan pada bidang pekerjaan dan spesialisasinya memiliki sejarah
yang sangat menarik. Suatu ketika ketua mahkamah konstitusi bertanya
mengapa selama saya yakin dengan apa yang saya sampaikan, namun menurut
praduga saya, kelak setelah berjalan 20 atau 30 tahun opini akan mengarah
pada pengambilan pendapat saya; setiap kali Allah melapangkan dada umat
manusia dengan Al-Quran pada hari yang meliputi opini dan pendapat ini.
Kami telah melihat bahwa berbagai undang-undang yang bersumber pada
undang-undang asing tidak memberikan kemaslahatan pada negeri kami, tidak
mencapai apa yang diharapkan, penjara ini penuh narapidana, kejahatan
meningkat, kemiskinan menyebar, dan moral dan akhlak menurun, hubungan
sosial memburuk hingga terjadi setiap hari sejak para pendahulunya, dan ini
semua tidak mampu diubah kecuali jika kita menyusun kembali hubungan kita
dengan sunnah kauniyah yang telah diturunkan melalui wahyu dengan berbagai
rahasia-rahasianya, dan tanda-tandanya yang terdapat dalam Al-Quran, dan
dengan itu semua, maka kita akan dapat tinggal di rumah, di tengah keluarga
dan masyarakat, bersama anak-anak kita, dan bersama semua orang yang hidup
bersama Al-Quran .
Pada tanggal sepuluh Desember 1952, konstitusi Klasik Mesir mengumumkan
revisi dan setelah berlalu dua hari ditetapkan seratus anggota untuk membuat
konstitusi baru yang mana di antara mereka ada tiga orang yang berasal dari
Ikhwanul Muslimin. Akhirnya majalah El-dakwah menerbitkan artikel yang
mengajak untuk mendukung konstitusi berdasarkan Islam. Hasan Al-Hudaibi
mengajak untuk dilakukan referendum; guna mengetahui apakah Mesir memilih
syariat Islam atau undang-undang barat? Jika memilih berhukum pada Islam
maka pemerintah harus komitmen melaksanakan pilihan tersebut, dan jika
memilih undang-undang Barat yang tidak mungkin keluar dari diri seorang
muslim- maka kita harus mengaca diri, mengajarkan umat akan perintah
Tuhannya dan apa yang seharusnya mereka lakukan.
Awal Hasan Al-Hudaibi mengenal Ikhwanul Muslimin
Dikisahkan bahwa hubungan beliau dengan Ikhwanul Muslimin dimulai sejak
tahun 1942, yaitu saat beliau mendapatkan kepuasan dengan dakwah al-Ikhwan
melalui praktek sebelum mendapatkannya secara teori. Hal tersebut terjadi
ketika beliau melihat sebagian anggota kerabatnya dari para petani yang sedang
menghadapi berbagai macam masalah; agama dan politik, yang kebanyakan
dari masyarakat umum tidak memahami hal tersebut, terutama karena
kebanyakan dari mereka adalah berasal kalangan umi (buta huruf), dan ketika
diketahui bahwa hal tersebut kembali kepada para Ikhwan, beliau tertarik
dengan cara dakwahnya, sehingga beliau sangat antusias untuk menghadiri
khutbah Jumat di masjid-masjid yang diisi oleh pendiri jamaah Ikhwan; Hasan AlBanna. Dan sejak tahun 1942 beliau mulai menjalin hubungan dengan dakwah
yang penuh berkah ini melalui pendirinya langsung terutama di saat beliau
melakukan kunjungan ke kota Zaqaziq.
Adapun awal begitu tertariknya beliau dengan dakwah Ikhwanul Muslimin adalah
saat mendengar ceramah ustadz Hasan Al-Banna tentang masalah
membersihkan jiwa, menumbuhkan perasaan, menggelorakan ruh. Ketika beliau
mendengarkan uraiannya ada perasaan aliran darah yang deras dan kencang
merasuk ke dalam jiwanya, bergelora ruhnya, akalnya, hatinya dan perasaannya,
sehingga tidak membutuhkan waktu lama dan usaha yang keras, segera
terdorong jiwanya untuk bergabung dengan dakwah yang penuh berkah ini,
dakwah yang membawa kebenaran, dan siap bekerja untuknya, terikat
dengannya serta komitmen untuk berjihad di jalannya. Pada saat itu Imam Hasan
memandang telah terjadi kehancuran di tengah umat Islam sehingga perlu
adanya kerja keras untuk menolong dan menyelamatkannya. Dan ditambah
kecemburuan iman Hasan Al-Banna yang bergelora di dadanya, yang mana hal
tersebut dapat diketahui saat beliau berbicara, baik dihadapan para ulama yang
shalih dan dihadapan orang-orang yang duduk-duduk dan nongkrong di kedai
kopi.
Pada saat itu setelah mendengar uraian imam Hasan Al-Banna- beliau langsung
menghadap, dan setelah berbicara singkat, beliau melakukan janji, ikatan dan
baiat. Baiat yang mengikat dirinya dan kehidupannya untuk selamanya, dan
berada di jalan dakwah yang penuh berkah ini, mengarungi masa depan dakwah.
Dan inilah model kejujuran para rijal dakwah. Mengikat jiwa mereka dengan
dakwah kehidupan masa lalunya, yang sedang berjalan dan yang akan datang
dengan kebenaran.
Dan karena karakter imam Hasan Al-Hudaibi memiliki kecerdasan dan kejelian,
jiwa yang kokoh, ruh yang bersih, sehingga ketika mendengar dakwah imam
Hasan Al-Banna yang bersumber dari kejujuran dan keikhlasan, dan totalitas
yang begitu dalam, beliau yakin bahwa ini adalah dakwah yang akan
memberikan air kesejukan bagi siapa saja yang haus hatinya, perasaannya dan
jiwanya.
Ikhwan, menunaikan amanah untuk Allah SWT, tidak mencari dan berharap
apapun kecuali ganjaran dan ridha Allah, dan saya tidak meminta pertolongan
kepada siapapun kecuali pada kekuasaan dan kekuatan Allah SWT.
Apa yang diberikan oleh Hasan Al-Hudaibi untuk jamaah Ikhwan?
Dengan retorika dan metode khas beliau dan berpenampilan tenang dan
penuh tawadhu mampu menghidupkan dakwah di daerah Syibin AlQanatir.
Beliau tidak pernah putus menjalin hubungan dengan imam syahid, dan
bahkan beliau tidak pernah lepas dalam bertukar pikiran dan memberikan
pendapat yang konstruktif pada setiap langkah dan sikap sebelum
terjadinya pembunuhan dan setelahnya, bahkan beliau selalu ikut dalam
jalasah yang diikuti oleh mukhlisin dan pejabat teras Ikhwanul Muslimin,
yang sedang berjual melakukan pemetaan strategi dakwah untuk jamaah
sebelum dan sesudah syahidnya Mursyid pertama.
Beliau adalah satu-satunya orang yang jujur dalam dakwah yang berasal
dari kalangan kejaksaan sehingga beliau menjadi pionir dan satu-satunya
orang yang mampu membersihkan kewibawaan jamaah, membersihkan
kejaksaan dari pengaruh kedustaan dan kebohongan, yang sengaja
dilakukan oleh pemerintah untuk mengubah kejaksaan dari kerja yang
Namun, setiba sahaja ke Mesir, di atas tekanan Amerika dan kuasa-kuasa Barat,
Raja Farouk telah menahan dan memenjarakan mujahidin Ikhwan. Tidak kurang
dari 10,000 orang mujahidin Ikhwan yang dihumban ke dalam beberapa penjara
Mesir.
Pada tempoh tersebutlah, Al-Hudhaibi cukup sibuk berurusan dengan pemerintah
untuk membela dan membebaskan anggota-anggota Ikhwan melalui proses
undang-undang. Al-Hudhaibi juga turut menggerakkan Ikhwan untuk
mewujudkan sistem sokongan bagi membantu anak-anak dan keluarga tahanan
yang merengkok dalam penjara.
Dalam Revolusi 1952, Sayyid Qutb ditampilkan sebagai tokoh Ikhwan untuk
bertahalluf dengan Naguib dan Jamal Abdul Nasir bagi menggulingkan
pemerintahan Farouk. Revolusi tersebut menjanjikan untuk menempatkan Islam
sebagai dasar pemerintahan negara.
Setelah Revolusi 1952 berjaya mengguling Farouk, Sayyid Qutb diundang untuk
menyertai kabinet sebagai menteri pendidikan. Walau bagaimanpun, Sayyid
Qutb menolaknya kerana Jamal Abdul Nasir mungkir janji apabila memasukkan
golongan sosialis, nasionalis serta tidak meletakkan Islam sebagai dasar
pemerintahan.
Percubaan kedua untuk mendapat sokongan Ikhwan dibuat terus melalui AlHudhaibi. Majlis Pemerintah Revolusi pimpinan Jamal Abdul Nasir menawarkan
tiga kementerian untuk diterajui oleh Ikhwan. Pada peringkat awal tawaran
tersebut diterima oleh Al-Hudhaibi. Tiga orang tokoh terkemuka Ikhwan iaitu
Syeikh Hasan Al-Baquri, Hasan Al-Ashmawi dan Munir Al-Dilla dinamakan
sebagai calon-calon Ikhwan.
Majlis Pemerintah Revolusi menolak Hasan Al-Ashmawi dan Munir Al-Dilla,
sedangkan Syeikh Hasan Al-Baquri sudah pun menerima jawatan tersebut.
Keadaan ini menimbulkan ketegangan.
Maktab Irshad Ikhwan kemudian bersidang untuk memutuskan untuk menolak
tawaran pemerintah revolusi bagi Ikhwan terlibat dalam kabinet. Dua sebab
utama penolakan tersebut adalah kerana kuasa pemutus di setiap kementerian
bukanlah milik menteri tetapi terletak di atas kuasa pegawai tertinggi tentera
Revolusi yang ditugaskan di situ. Sebab kedua adalah hanya dengan tiga
kementerian dalam kerajaan, suara Ikhwan tidak cukup kuat untuk menentukan
pemerintahan akan berjalan di atas landasan Islam.
Di atas sebab itu Ikhwan memutuskan untuk tidak menyertai kerajaan.
Hubungan tegang antara Majlis Pemerintah Revolusi dengan Ikhwan semakin
memuncak. Pada peringkat awal, tiada tindakan diambil terhadap pemimpinpemimpin Ikhwan. Namun, setelah kuasa Majlis Pemerintah Revolusi semakin
bertambah teguh, mulalah pemimpin-pemimpin Ikhwan ditangkap, diseksa dan
dipenjarakan oleh Jamal Abdul Nasir.
Al-Hudhaibi keluar masuk penjara berkali-kali. Pernah juga dia dijatuhi hukuman
gantung sampai mati. Ketika itu usianya sudah pun agak lanjut. Namun
semangat dan jiwanya amat kental.
Al-Hudhaibi mengingatkan anggota-anggota Ikhwan: Penjara bukan tembok
tebal dan jeriji besi. Sebenarnya penjara adalah keadaan dalam perasaan dan
fikiran kalian.
Semasa bertahun-tahun dalam penjara dengan dianiaya dan diseksa, AlHudhaibi terus menyuntikkan semangat anggota-anggota untuk terus bertahan.
Beliau terus menyemarakkan semangat teguh mempertahankan Islam dan untuk
hidup sepenuhnya di bawah naungan Islam. Al-Hudhaibi mahu anggota-anggota
Ikhwan terus meningkatkan tarbiyyah dan tazkiyyah diri walaupun sedang
merengkok dalam penjara.
Syeikh Abdul Badi Saqr, juga seorang yang dipenjarakan oleh rejim Jamal Abdul
Nasir menceritakan bahawa suatu hari Al-Hudhaibi menemuinya di depan bilik
air penjara.
Al-Hudhaibi bertanya: Berapa hari kamu khatamkan Al-Quran?.
Aku menjawab: Setiap lima belas hari!.
Al-Hudhaibi berkata: Apakah yang menghalang kamu untuk mengkhatamkan
dalam tiga hari? Bacalah dua juzu setiap selesai solat waktu sedangkan kamu
masih berwudhu. Ingatlah peluang seperti ini tidak akan berulang!
Oleh kerana kesihatannya semakin kritikal, hukuman gantung sampai mati
terhadapnya ditukar kepada hukuman penjara seumur hidup. Apabila pemerintah