Anda di halaman 1dari 57

KIMIA KELAS XII

SEMESTER I
BAB I SIFAT-SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Standar Kompetensi
Menjelaskan sifat-sifat koligatif larutan nonelektrolit dan elektrolit
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan, dan
tekanan osmosis termasuk sifat koligatif larutan.
2. Membandingkan antara sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan sifat koligatif larutan
elektrolit yang konsentrasinya sama berdasarkan data percobaan
Tujuan
1. Menghitung konsentrasi larutan dan menghubungkannya dengan sifat koligatif larutan,
2. Menyimpulkan pengaruh zat terlarut terhadap tekanan uap pelarut, penurunan titik beku
larutan, kenaikan titik didih larutan, dan tekanan osmotik larutan,
3. Menganalisis diagram P-T untuk menafsirkan penurunan tekanan uap, penurunan titik beku,
dan kenaikan titik didih larutan,
4. Menganalisis data untuk membandingkan sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit.
Sifat-sifat larutan, seperti rasa dan warna, bergantung pada jenis zat terlarut. Larutan gula
mempunyai rasa manis, sementara larutan cuka mempunyai rasa asam. Tingkat kemanisan atau
keasaman larutan tersebut bergantung pada konsentrasi atau kepekatannya. Larutan gula yang pekat
tentu lebih manis daripada larutan gula yang encer; demikian juga halnya dengan rasa larutan cuka,
semakin pekat larutannya, akan semakin asam rasanya.
Selain sifat yang bergantung pada jenis zat terlarut, ada beberapa sifat larutan yang hanya
bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut. Artinya, larutan zat yang berbeda akan mempunyai
sifat yang sama, asalkan konsentrasi partikel terlarut sama. Salah satu sifat tersebut yaitu penurunan
tititk beku. Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan
(lihat Gambar 1.1).
Sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi
partikel terlarut disebut sifat koligatif. Istilah koligatif berasal dari bahasa Latin yang artinya kolega
atau kelompok. Sifat koligatif hanya bergantung pada jumlah partikel atau kelompok partikel zat
terlarut di dalam laruta. Larutan 0,1 mol urea dalam 1 kg air (Gambar 1.1.b) dan larutan 0,1 mol
glukosa dalam 1 kg air (Gambar 1.1.d) mempunyai penurunan titik beku yang sama karena
mempunyai jumlah partikel zat terlarut yang sama. Sebagaimana Anda ketahui, 0,1 mol urea dan 0,1

mol glukosa mempunyai jumlah partikel (molekul) yang sama, yaitu 0,1 mol x 6,02 x 1023 molekul
mol-1 = 6,02 x 1022 molekul.
Gambar hal. 4
Perlu anda pahami bahwa zat terlarut dengan jumlah mol yang sama tidak selalu menghasilkan
jumlah partikel yang sama di dalam larutan. Ada kalanya beberapa molekul atau partikel zat terlarut
mengelompok, sehingga jumlah partikel menjadi lebih sedikit dari yang diperkirakan. Di lain pihak,
khususnya untuk larutan elektrolit, jumlah partikel di dalam larutan akan lebih banyak karena zat
elektrolit terurai menjadi ion-ion (lihat Subbab E).
Di atas telah disebutkan bahwa sifat koligatif larutan hanya bergantung pada konsentrasi partikel
terlarut, bukan pada jenisnya (apakah partikel terlarut merupakan molekul atau ion, sama saja). Oleh
karena itu, sifat koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif larutan nonelektolit,
meski jumlah mol zat terlarut sama. Pada pembahasan berikut, akan dibahas terlebih dahulu sifat
koligatif larutan nonelektrolit, baru kemudian dibahas sifat koligatif larutan elektrolit. Sifat koligatif
yang akan dibahas meliputi tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan
osmotik.
A. KEMOLALAN DAN FRAKSI MOL
Dalam buku jilid 2 telah dijelaskan salah satu cara menyatakan konsentrasi larutan, yaitu
kemolaran (M). Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Satuan kemolaran adalah mol L-1.
n
M=
V
dengan, M = kemolaran
n = jumlah mol zat terlarut
V = volume larutan (dalam liter)
Pada pembahasan sifat koligatif, digunakan dua jenis satuan konsentrasi yang lain, yaitu
kemolalan dan fraksi mol. Kemolalan dan fraksi mol tidak dikaitkan dengan volme
larutantetapi dengan massa atau jumlah mol.
1. Kemolalan (m)
Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 kg (=1.000 g)
pelarut. Oleh karena itu, kemolalan dinyatakan dalam mol kg-1.
n
m=
p
dengan, m = kemolalan larutan
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut (dalam kg)
jika massa larutan dinyatakan dalam gram, maka rumus kemolalan diatas akan
menjadi:

m=n

1.000
p

Contoh Soal 1.1 Menentukan Kemolalan


a. Berapakah kemolalan larutan yang dibuat dengan mencampurkan 3 gram urea dengan
200 gram air?
b. Berapakah kemolalan larutan glukosa yang mengandung 12% massa glukosa (Mr =
180)?
Jawaban
a. Larutan 3 gram urea dalam 200 gram air.
Jumlah mol urea =

= 0,05 mol
3g
60
g mol-1
Massa pelarut = 200
gram
= 0,02 kg
n 0,05 mol
m= =
=0,25 mol kg
p
0,2 kg

-1

b. Dalam 100 gram larutan glukosa 12% terdapat:


12
Glukosa 12% = 100 x 100 gram = 12 gram, dan air (pelarut) = (100 12) = 88
gram
Jumlah mol glukosa =

12 g
180 g mol

-1

= 0,067 mol

Massa pelarut = 88 gram = 0,088 kg


n 0,067 mol
m= =
=0,76 mol kg -1
p 0,088 kg
2. Fraksi Mol (X)
Fraksi ml (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap
jumlah mol larutan. Jika jumlah mol zat pelarut adalah nA , dan jumlah mol zat terlarut
adalah nB , maka fraksi mol pelarut dan zat terlarut adalah:
n A +n B

n A +n B dan X b= n B

nA
X A=
Jumlah fraksi mol pelarut dengan zat terlarut adalah 1
XA + XB = 1
Kata fraksi mempunyai arti serupa dengan bagian. Misalkan, jumlah siswa lakilaki dalam sebuah kelas sebanyak 20 dan siswa perempuan sebanyak 18, maka:

20
38

Fraksi siswa laki-laki =

Fraksi siswa perempuan =

,
18
38

Jumlah fraksi siswa laki-laki dan fraksi siswa perempuan =

20
38

18
38

=1

Contoh Soal 1.2 Menghitung fraksi mol


Hitunglah fraksi mol urea dalam larutan urea 20% (Mr urea = 60)
Jawab:
Fraksi mol merupakan nisbah mol terlarut dengan mol larutan (mol pelarut + mol
terlarut), maka yang harus ditentukan yaitu jumlah mol pelarut dan jumlah mol terlarut
kemudian menentukan fraksi mol dengan rumus yang ada.
Dalam 100 gram larutan urea 20% terdapat 20 gram urea dan 80 gram air.
80 g
Jumlah mol air = 18 g mol -1 = 4,44 mol
Jumlah mol urea =
X urea = XB =

20 g
60 g mol -1 = 0,33 mol

0,33 mol
(4,44 +0,33)

mol= 0,069

Latihan 1.1
1. Tentukan kemolalan larutan yang mengandung 10 gram NaCl dalam 200 mL air. (Massa jenis
air = 1 g mL-1)
2. Hitunglah kemolalan larutan yang dibuat dengan melarutkan 31 mL glikol (C2H6O2) dalam 90
mL air. Kedua jenis cairan itu mempunyai massa jenis 1 kg L-1.
(Ar H = 1; C = 12; O = 16)
3. Larutan 6 gram urea dalam 200 mL air dicampur dengan larutan 12 gram urea dalam 300mL
air. Hitunglah kemolalan larutan-larutan itu sebelum dan sesudah dicampurkan.
(Mr urea = 60)
4. Tentukan kemolalan larutan glukosa 18%. (Mr glukosa = 180).
5. Tentukan kadar urea dalam larutan urea 1 molal.
B. PENURUNAN TEKANAN UAP LARUTAN
1. Pengertian Tekanan Uap Jenuh
Anda tentu mengetahui bahwa air memiliki titik didih 1000C. Ketika mendidih, air
berubah menjadi uap air. Akan tetapi, air dapat menguap pada suhu berapa saja, termasuk
pada suhu dibawah 1000C. Sebagai contoh, pakaian basah menjadi kering ketika dijemur
karena air menguap. Meskipun demikian, pakaian basah tidak akan kering jika

ditempatkan dalam ruang tertutup karena ruangan itu akan menjadi jenuh uap air. Pada
keadaan jenuh,proses penguapan tetap berlangsung, tetapi pada saat yang sama terjadi
pengembunan dengan laju yang sama. Dengan kata lain terdapat kesetimbangan dinamis
antara zat cair dengan uap jenuh (lihat Gambar 1.2). Tekanan yang ditimbulkan oleh uap
jenuh suatu zat disebut tekanan uap zat itu.
GAMBAR HAL 7

Biasanya tekanan uap bergantung pada jenis zat dan suhu. Zat yang memiliki gaya
tarik menarik antar partikel relatif besar berarti sukar menguap, mempunyai tekanan uap
yang relatif rendah, contohnyagaram, gula, glikol dan gliserol. Sebaliknya, zat yang
memiliki gaya tarik-menarik antarpartikel relatif lemah berarti mudah menguap,
mempunyai tekanan uap yang relatif tinggi. Zat seperti itu dikatakan mudah menguap
atau atsiri (volatile), contohnya etanol dan eter.
Tekanan uap suatu zat akan bertambah jika suhu dinaikkan. Hubungan ini dapat
dipahami sebagai berikut. Kenaikan suhu menyebabkan energi kinetik moekul-molekul
cairan bertambah besar, sehingga lebih banyak molekul yang dapat meninggalkan
permukaan cairan memasuki fase gas. Akibatnya, konsentrasi uap semakin besar dan
dengan demikian tekanan uap semakin besar. Tekanan uap jenuh air pada berbagai suhu
diberikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Tekanan uap jenuh air pada berbagai suhu (mmHg).
T(0C)
0
5
10
12
14
16
17
18
19
20

P
4,58
6,54
9,21
10,52
11,99
13,63
14,53
15,48
16,48
17,54

T(0C)
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

P
18,65
19,83
21,07
22,38
23,76
25,21
26,74
28,35
30,04
31,82

T(0C)
35
40
45
50
55
60
65
70
80
90

P
42,2
55,3
71,9
97,5
118,0
149,4
187,5
233,7
355,1
525,8

T(0C)
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110

P
567,0
610,9
657,6
707,3
760,0
815,9
875,1
937,9
1.004,6
1.074,6

2. Tekanan Uap Larutan dan Hukum Raoult


Bagaimanakah pengaruh zat terlarut terhadap tekanan uap pelarut dan tekanan uap
larutan? Jika zat terlarut bersifat volatil, maka permukaan larutan terdiri atas uap pelarut

dan uap zat terlarut. Akan tetapi, jika zat terlarut sukar menguap, maka uap di permukaan
larutan hanya terdiri dari uap zat pelarut saja. Perhatikan Gambar 1.1.
Gambar halaman 9
Komposisi uap di permukaan larutan telah dipelajari oleh seorang kimiawan dari
Perancis, yaitu Franois Marie Raoult (1830 1901). Raoult menemukan bahwa
tekanan uap suatu komponen bergantung pada fraksi mol komponen itu dalam larutan,
dengan hubungan sebagai berikut.
PA = XA PoA
dengan, PA = tekanan uap komponen A
XA = tekanan uap A murni
PoA = fraksi mol komponen A
Jika zat terlarut sukar menguap, maka uap di permukaan larutan terdiri atas uap zat
pelarut saja. Jika demikian, maka tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap pelarut.
Sesuai dengan hukum Raoult, tekanan uap pelarut bergantung pada fraksi molnya. Jadi,
jika zat terlarut sukar menguap, maka:
Plarutan = Ppelarut = Xpelarut Popelarut
Plarutan = Xpelarut Popelarut
Oleh karena fraksi mol pelarut <1, maka P larutan akan lebih rendah dari pada Po
pelarut. Dengan kata lain, zat terlarut yang sukar menguap akan menurunkan tekanan uap
pelarut. Selisih antara tekananuap pelarut dengan tekanan uap larutan disebut penurunan
tekanan uap (P).
P = Po P
Nilai penurunan tekanan uap larutan (P) dapat dikaitkan dengan fraksi mol terlarut
sebagai berikut. Telah diketahui bahwa Xpel + Xter = 1, sehingga Xpel = (1 Xter),
maka persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut.
P = Po P
= Po (Xpel Po)
= Po (1 - Xpel ) Po
= Po Po + (Xpel Po)
= Xpel Po
P = Xpel Po

Penurunan tekanan uap merupakan sifat koligatif larutan, artinya bahwa penurunan
tekanan uap tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi (fraksi
mol). Fraksi mol yang sama akan mempunyai penurunan tekanan uap yang sama pula.
Suatu ilustrasi untuk hal diberikan pada Tabel 1.2
Tabel 1.2 Penurunan tekanan uap jenuh (P) teoretis berbagai jenis larutan nonelektrolit
dalam air pada 200C
Fraksi mol zat
terlarut
0,01
0,02
0,01
0,02

Zat terlarut
Air murni
Glikol
Glikol
Urea
Urea

Tekanan uap
jenuh larutan
17,54 mmHg
17,36 mmHg
17,18 mmHg
17,36 mmHg
17,18 mmHg

Penurunan tekanan
uap jenuh
0,18 mmHg
0,36 mmHg
0,18 mmHg
0,36 mmHg

Contoh Soal 1.3 Menghitung tekanan uap jenuh larutan


Tekanan uap air pada 1000C adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap larutan glukosa 18%
pada 1000C? (Ar H = 1; C = 12; O = 16)
Jawab
Menurut hukum Raoult, tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut: P = Xpel
Po . oleh karena itu, yang harus dicari terlebih dahulu yaitu fraksi mol pelarut, kemudian
menghitung tekanan uap larutan dengan rumus yang ada. Cara menghitung fraksi mol telah
dibahas dalam Contoh Soal 1.1.
Dalam 100 gram larutan glukosa 18% terdapat:
Glukosa 18% =

18
100

x 100 gram = 18 gram

Air = 100 gram 18 gram = 82 gram


18 g
Jumlah mol glukosa = 180 g mol -1 = 0,1 mol
Jumlah mol urea =
P = Xpel Po =

82 g
18 g mol -1 = 4,55 mol
4,55
4,55+0,1

x 760 mmHg = 18 gram

= 743,66 mmHg
Latihan 1.2
1. Zat cair dalam ruang tertutup akan mengadakan kesetimbangan dengan uap
jenuhnya. Manakah laju penguapan dan laju pengembunan yang benar menuju
keadaan setimbangan, (a) atau (b)? Jelaskan jawaban anda.
Gambar halaman 11

2. Jika kita menjemur pakaian di tempat tertutup, ternyata pakaian lebih sulit (lama)
kering. Mengapa?
3. Bagaimanakah hubungan konsentrasi larutan dengan:
a. Tekanan uap larutan,
b. Penurunan tekanan uap larutan.
4. Tekanan uap jenuh air pada 1020C adalah 816 mmHg. Berapakah tekanan uap jenuh
larutan urea 20% pada suhu itu? (Mr urea = 60)
5. Tekanan uap jenuh air pada 250C adalah 23,76 mmHg. Berapakah tekanan uap
jenuh larutan urea 0,1 m pada suhu itu? (Mr urea = 60)
C. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN TITIK BEKU
1. Titik Didih dan Titik Beku
Mengapa air mendidih pada suhu 1000C dan membeku pada 00C? Pada pembahasan
terdahulu telah disebutkan bahwa air dapat menguap pada suhu berapa saja dan tekanan
uapnya akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu. Tekanan uap menggambarkan
kecenderungan cairan untuk menguap. Semakin besar tekanan uap, semakin mudah zat
itu menguap. Sementara itu, tekanan udara luar memaksa uap tetap berada dalam cairan.
Jika tekanan uap kurang dari tekanan udara luar (tekanan di permukaan cairan), uap
hanya terbentuk dari permukaan cairan. Namun ketika tekanan uap cair sama dengan
tekanan udara di permukaan, penguapan dapat terjadi di seluruh bagian cairan. Uap yang
tebentuk dapat naik dan pecah di permukaan. Keadaan seperti itu kita sebut mendidih.
Jadi, titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan di
permukaan. Oleh karena itu, titik didih bergantung pada tekanan di permukaan. Di
permukaan laut (tekanan = 760 mmHg), air mendidih pada 1000C karena pada suhu
1000C tekanan uap air sama dengan 760 mmHg (lihat Tabel 1.1). di puncak Everest
(ketinggian 8.882 m dari permukaan laut), air mendidih pada 710C. Biasanya yang
dimaksud dengan titik didih adalah titik didih normal, yaitu titik didih pada tekanan 760
mmHg. Titik didih normal air adalah 1000C.
Adapun titik beku adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan
uap padatannya. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada 00C karena pada suhu itu tekanan
uap air sama dengan tekanan uap es.
Gambar halaman 12 atas
Gambar 1.4 menguap dan mendidih. Menguap dan mendidih keduanya merupakan
perubahan wujud dari cair menjadi gas. Penguapan dapat terjadi pada suhu
berapa saja, sedangkan mendidih hanya terjadi pada titik didih.
2. Titik Didih dan Titik Beku Larutan

Jika sama-sama mendidih, manakah yang lebih tinggi suhunya, air murni atau air laut?
Mana pula yang mempunyai titik beku lebih rendah? Melalui percobaan telah diketahui
bahwa larutan dari zat-zat yang sukar menguap mempunyai titik didih lebih tinggi dan
titik beku lebih rendah daripada pelarutnya. Sebagai contoh, larutan garam mendidih pada
suhu diatas 1000C dan membeku pada suhu dibawah 00C.
Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarutnya disebut kenaikan titik
didih (Tb = boiling point elevation); sedangkan selisih antara titik beku pelarut dengan
titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Tf = freezing point depression) (lihat
Gambar 1.5)
Gambar hal. 12 bawah
Gambar 1.5 Titik didih dan beku air dan larutan
Tb = Tb larutan - Tb pelarut
Tb larutan = titik didih larutan
Tb pelarut =titik didih pelarut
Tb = kenaikan titik didih
Tf = Tf pelarut Tf larutan
Tf larutan = titik beku larutan
Tf pelarut =titik beku pelarut
Tf = penurunan titik beku
3. Hubungan Konsentrasi dengan Tb dan Tf
Bagaimanakah hubungan konsentrasi larutan dengan kenaikan titik didih (Tb) dan
penurunan titik beku (Tf)?
Percobaan-percobaan menunjukkan bahwa kenaikan titik didih maupun penurunan
titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel
dalam larutan. Oleh karena itu, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku tergolong
sifat koligatif.
Untuk larutan encer, kenaikan titik didih (Tb) maupun penurunan titik beku (Tf)
sebanding dengan kemolalan larutan.
Tb = Kb m.....................(1.1)
Tf = Kf m.......................(1.2)

dengan, Tb = kenaikan titik didih


Tf = penurunan titik beku
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
m

= kemolalan larutan

Nilai Kb dan Kf bergantung pada jenis pelarut. Nilai Kb dan Kf dari beberapa
pelarut diberikan pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Tetapan kenaikan titik didih molal (Kb) dan tetapan penurunan titik beku molal
(Kf) dari beberapa pelarut
Pelarut
Air
Asam asetat
Benzena
Kloroform
Kamfer
Sikloheksan
a

Titik didih (0C)


100
118,3
80,2
61,2
-

Kb
0,52
3,07
2,53
3,63
-

Titik beku (0C)


0
16,6
5,45
178,4

Kf
1,86
3,57
5,07
37,7

80,7

2,69

6,5

20,0

Contoh Soal 1.4 Menentukan titik didih dan titik beku larutan
Tentukan titik didih serta titik beku larutan yang mengandung 18 gram glukosa (Mr = 180)
dalam 500 gram air. Kb air = 0,520C/m; Kf air = 1,860C/m.
Jawab:
Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku bergantung pada kemolalan larutan. Oleh
karena itu, yang harus dilakukan yaitu:
1. Menentukan kemolalan larutan,
2. Menghitung Tb dan Tf dengan menggunakan rumus yang ada.
Tb = Kb m dan Tf = Kf m
18 g
Jumlah mol glukosa = 180 g mol -1 = 0,1 mol
Kemolalan larutan =

0,1mol
0,5 kg

= 0,2 mol kg-1

a. Titik didih Tb = m Kb = 0,2 0,520C = 0,1040C.


Titik didih larutan = titik didih pelarutan + Tb = 100 + 0,1040C = 100,1040C
b. Titik beku Tf = m Kf = 0,2 1,860C = 0,3720C.
Titik beku larutan = titik didih pelarutan - Tf = 0 - 0,3720C = -0,3720C

4. Diagram Fase atau Diagram P-T


Mengapa larutan mendidih pada suhu yang lebih tinggi dan membeku pada suhu yang
lebih rendah daripada pelarutnya? Pertanyaan itu dapat dijelaskan secara teoretis dengan
membandingkan diagram fase larutan dengan diagram fase pelarutnya.
Diagram fase atau diagram P-T adalah diagram yang menyatakan hubungan antara
suhu dan tekanan dengan fase zat. Diagram fase air diberikan pada Gambar 1.6.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari diagram fase:
Garis didih
Garis BC pada Gambar 1.6 disebut garis didih. Garis didih merupakan terdahulu, titik
didih bergantung pada tekanan gas di permukaan. Pada tekanan 1 atm (760 mmHg),

air mendidih pada 1000C. Pada tekanan 4,58 mmHg, air mendidih pada 0,00980C.
Garis beku
Garis BD pada Gambar 1.6 disebut garis beku. Garis beku merupakan transisi fase
cair-padat. Setiap titik pada garis ini menyatakan suhu dan tekanan di mana air dapat
membeku (es mencair). Pada tekanan 1 atm (760 mmHg), air membeku pada 00C;
pada 4,58 mmHg, air membeku pada 0,00980C. Perhatikan bahwa tekanan permukaan
berpengaruh besar pada titik didik, tetapi sangat kecil pengaruhnya pada titik beku.

Garis BD pada Gambar 1.6 nyaris vertikal terhadap sumbu suhu.


Garis sublimasi
Garis AB pada Gambar 1.6 disebut garis sublimasi. Garis sublimasi merupakan
transisi fase padat-gas. Setiap titik pada garis sublimasi menyatakan suhu dan tekanan

di mana zat padat atau uapnya dapat menyublim.


Titik tripel
Perpotongan antara garis didih dengan garis beku dan garis sublimasi disebut titik
tripel. Titik tripel air adalah (0,00980C; 4,58 mmHg). Pada titik tripelnya, ketiga
bentuk fase, yaitu padat, cair, dan gas, berada dalam kesetimbangan.
Sekarang, marilah kita dibandingkan diagram fase larutan dengan diagram fase

pelarutnya (dalam hal ini air), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.7.
Gambar halaman 15
Gambar 1.7 Diagram fase larutan relatif terhadap pelarutnya.
Telah disebutkan pada bagian terdahulu, larutan mempunyai tekanan uap lebih
rendah daripada pelarutnya. Oleh karena itu, garis didih dan garis beku larutan berada di
bawah garis didih dan garid beku pelarutnya. Penurunan tekanan uap tersebut
berpengaruh pada titik didih dan titik beku larutan. Sebagaimana yang tampak pada
Gambar 1.7, tekanan larutan belum mencapai 760 mmHg pada suhu 1000C. Oleh karena
itu, larutan belum mendidih. Larutan akan mendidih pada suhu diatas 1000C, yaitu ketika
tekanan uapnya mencapai 760 mmHg. Dengan kata lain, larutan mempunyai titik didih

lebih tinggi daripada pelarutnya. Sebaliknya, penurunan tekanan uap menyebabkan titik
beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarutnya.
Latihan 1.3
1. Apa yang dimaksud dengan kenaikan titik didih larutan? Bagaimanakah hubungan
kenaikan titik didih dengan konsentrasi larutan?
2. Apa yang dimaksud dengan penurunan titik beku larutan? Bagaimanakah hubungan
penurunan titik beku dengan konsentrasi larutan?
3. Bagaimanakah hubungan titik didih suatu zat dengan tekanan uapnya? Dapatkah air
murni mendidih pada suhu di bawah 1000C? Jelaskan. Apakah yang dimaksud
dengan titik didih normal?
4. Hitunglah titik didih dan titik beku larutan glikol 20% berdasarkan massa. (Mr glikol
= 62; Kb dan Kf air berturut-turut adalah 0,520C m-1 dan 1,860C m-1)
5. Tentukan titik didih dan titik beku larutan 32 gram belerang, S8, dalam 400 gram
asam asetat. Asam asetat murni mendidih pada 118,30C dan membeku pada 16,60C
pada tekanan 1 atm. (Kb CH3COOH =3,10C m-1; Kf CH3COOH = 3,60C m-1; Ar S =
32)
D. TEKANAN OSMOTIK LARUTAN
Apa yang dimaksud dengan osmosis? Apa pula yang dimaksud dengan tekanan osmotik?
Bagaimana hubungan tekanan osmotik dengan konsentrasi larutan?
1. Pengertian Osmosis dan Tekanan Osmotik
Berbagai jenis selaput, baik yang alami (seperti jaringan usus) maupun yang sintetis
(seperti selofan), dpat dilewati molekul pelarut yang kecil, tetapi menahan molekul
(partikel) zat terlarut yang lebih besar. Selaput seperti itu disebut selaput semipermeabel
(lihat Gambar 1.8).
Gambar hal. 17 atas
Gambar 1.8 Selaput semipermeabel dapat dilewati oleh molekul pelarut, tetapi menahan
molekul zat terlarut.
Sekarang perhatikan Gambar 1.9, suatu bejana berbentuk U yang kedua kakinya
dipisahkan dengan suatu selaput semipermeabel diisi dengan air murni pada kaki sebelah
kanan dan larutan gula pada kaki sebelah kiri. Pada awalnya, ketinggian cairan pada
kedua kaki bejana dibuat sama. Ternyata, lama-kelamaan cairan di kaki sebelah kiri
bertambah, sedangkan di kaki kanan berkurang. Sementara itu, cairan di sebelah kanan
tetap merupakan air murni (tidak ada gula yang merembes ke kaki sebelah

kanan).perbedaan ketinggian cairan pada kedua kaki menunjukkan bahwa telah terjadi
aliran air dari kaki sebelah kanan ke kaki sebelah kiri. Hal serupa juga terjadi jika kedua
kaki diisi larutan, asalkan konsentrasinya berbeda. Pelarut akan merembes dari larutan
yang lebih pekat. Peristiwa seperti itu disebut osmosis. Jadi, osmosis adalah perembesan
molekul pelarut dari pelarut kedalam larutan, atau dari larutan lebih encer ke larutan lebih
pekat, melalui selaput semipermeabel.
Gambar hal. 17 bawah
Gambar 1.9 Pada peristiwa osmosis, terjadi perembesan molekul pelarut dari larutan
encer ke larutan yang lebih pekat
Perbedaan ketinggian cairan pada kedua kaki bejana akan menyebabkan perbedaan
tekanan hidrostatik. Perbedaan tekanan hidrostatik itu akan menghambat aliran air ke kaki
sebelah kiri. Pada suatu saat, akan tercapai suatu keadaan dimana ketinggian cairan pada
kedua kaki tidak berubah lagi. Keadaan tersebut merupakan suatu kesetimbangan yang
mana aliran air pada kedua arah berlangsung dengan kecepatan yang sama. Perbedaan
tekanan hidrostatika maksimum antara suatu larutan dengan pelarutnya disebut tekanan
osmotik larutan.
Osmosis seperti yang ditunjukkan Gambar 1.9 dapat dicegah dengan memberi suatu
tekanan pada permukaan larutan. Besarnya tekanan yang diperlukan untuk menghentikan
aliran pelarut dari pelarut murni menuju larutan sama dengan tekanan osmotiknya, maka
akan terjadi osmosis balik, yaitu air mengalir dari larutan ke pelarut.
2. Hubungan Tekanan Osmotik dengan Konsentrasi Larutan
Tekanan osmotik tergolong sifat koligatif karena harganya bergantung pada konsentrasi
dan bukan pada jenis partikel zat terlarut. Menurut vant Hoff, tekanan osmotik larutanlarutan encer dapat dihitung dengan rumus yang serupa dengan persamaan gas ideal,
yaitu:

V =n RT .................(1.3)

dengan, = tekanan osmotik


V = volume larutan (dalam liter)
n = jumlah mol zat terlarut
T = suhu absolute larutan (suhu kelvin)
R = tetapan gas (0,08205 L atm mol-1 K-1)
Persamaan (1.3) dapat ditata ulang menjadi,
=

n
RT
V

dengan

n
V

menyatakan kemolaran larutan (M). Oleh karena itu, persamaan diatas

dapat ditulis sebagai berikut.


=M RT ..............(1.4)

Contoh Soal 1.5 Menentukan tekanan osmotik larutan


Berapakah tekanan osmotik larutan sukrosa 0,0010 M pada 250C
Jawab:
=M RT

= 0,0010 mol L-1 0,08205 L mol-1 K-1 298 K


= 0,024 atm (= 18 mmHg)
3. Osmosis dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh osmosis dalam kehidupan sehari-hari adalah pada sel darah merah. Dinding sel
darah merah mempunyai ketebalan kira-kira 10 nm dan pori dengan diameter 0,8 nm.
Molekul air berukuran kurang dari setengah diameter tersebut, sehingga dapat lewat
dengan mudah. Ion K+ yang terdapat dalam sel juga berukuran lebih kecil daripada pori
dinding sel itu, tetapi karena dinding sel tersebut bermuatan positif, maka ion K+ akan
ditolak. Jadi, selain ukuran partikel, muatan dapat juga merupakan faktor penentu untuk
dapat melalui pori sebuah selaput semipermeabel.
Cairan dalam sel darah merah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan
larutan NaCl 0,92%. Dengan kata lain, cairan sel darah merah isotonik dengan larutan
NaCl 0,92%. Jika sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0,92%, air yang
masuk dan keluar dinding sel akan setimbang (kesetimbangan dinamis). Akan tetapi, jika
sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,92%, air akan
keluar dari dalam sel dan sel akan mengerut. Larutan yang demikian dikatakan
hipertonik. Sebaliknya, jika sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl yang
lebih encer dari 0,92%, air akan masuk ke dalam sel dan sel akan mengembung dan pecah
(plasmolisis). Larutan itu dikatakan hipotonik.
Latihan 1.4
1. Apa yang dimaksud dengan (a) osmosis, (b) tekanan osmotik? Bagaimana hubungan
tekanan osmotik dengan konsentrasi larutan?

2. Hitunglah tekanan osmotik larutan yang mengandung 17,1 gram sukrosa (Mr = 342)
dalam 1 liter larutan pada 270C.
3. Tekanan osmotik darah manusia pada 370C adalah 7,7 atm. Berapa gram glukosa (Mr
= 180) diperlukan untuk membuat 200 mL larutan yang isotonik dengan darah?
4. Apakah anda pernah memperhatikan acar mentimun? Lama-kelamaan mentimun di
dalam acar akan mengerut. Mengapa demikian?
E. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT
Larutan NaCl 0,010 m mempunyai penurunan titik beku sebesar 0,03590C. Nilai ini hampir
dua kali lebih besar (tepatnya 1,93 kali lebih besar) daripada penurunan titik beku larutan
urea 0,010 m. Bagaimanakah kita menjelaskan perbedaan ini?
Gambar hal 19
Gambar 1.10 Larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada larutan
nonelektrolit berkonsentrasi sama
Pada permulaan bab ini telah disebutkan bahwa sifat koligatif larautan bergantung pada
konsentrasi partikel dalam larutan dan tidak bergantung pada jenisnya, apakah partiket itu
berupa molekul, atom, atau ion. Sebagaimana telah kita ketahui, zat elektrolit sebagian atau
seluruhnya terurai menjadi ion-ion. Jadi, untuk konsentrasi yang sama, larutan elektrolit
megandung jumlah partikel lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Oleh karena itu,
larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada sifat koligatif larutan
nonelektrolit. Perbandingan antara nilai sifat koligatif yang terukur dari suatu larutan
elektrolit dengan nilai sifat koligatif yang diharapkan dari suatu larutan nonelektrolit pada
konsentrasi yang sama disebut faktor vant hoff dan dinyatakan dengan lambang i. Nilai i
untuk larutan NaCl 0,010 m dapat dihitung sebagai berikut.
Nilai i NaCl 0,010 m
T f larutan NaCl 0,010 m
= T f larutan urea 0,010 m
= 0,03590C
0,01860C
= 1,93
Nilai i dari berbagai jeis larutan dari berbagai konsentrasi diberikan pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Nilai i (Faktor vant Hoff) untuk penurunan titik beku berbagai jenis elektrolit.
Elektrolit
Elektrolit tipe ion
NaCl
KCL
MgSO4
K2SO4

0,100 m

0,0100 m

0,00500 m

Batas teoritis

1,87
1,86
1,42
2,46

1,93
1,94
1,62
2,77

1,94
1,96
1,69
2,86

2
2
2
3

Elektrolit tipe kovalen


HCl
CH3COOH
H2SO4

1,91
1,01
2,22

1,97
1,05
2,59

1,99
1,06
2,72

2
2
3

Satu mol zat nonelektrolit dalam larutan menghasilkan satu mol (6,02 1023 butir)
partikel. Sebaliknya, satu mol elektrolit tipe ion, seperti NaCl, terdiri atas satu mol ion Na+
dan satu mol ion Cl-; satu mol K2SO4 terdiri atas 2 mol ion K+ dan satu mol ion SO42-.
Secara teoritis, larutan NaCl akan mempunyai penurunan titik beku dua kali lebih besar
daripada larutan urea (mempunyai nilai i = 2), sedangkan larutan K2SO4 tiga kali lebih besar
(i = 3). Akan tetapi, seperti tampak pada 1.4, nilai i dari elektrolit tipe ion selalu lebih kecil
daripada nilai teoritis. Hal itu disebabkan oleh tarikan listrik antarion yang berbeda muatan
sehingga ion-ion itu tidak 100% bebas. Semakin kecil konsentrasi larutan, jarak antarion
semakin besar dan ion-ion semakin bebas. Akibatnya, nilai i semakin mendekati nilai teiritis.
Gambar hal. 20
Gambar 1.11 Perbandingan jumlah partikel dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit
Nilai i dari elektrolit tipe kovalen ternyata lebih bervariasi, bergantung pada kekuatan
elektrolit itu. Elektrolit lemah mempunyai nilai i yang mendekati satu, sedangkan elektrolit
kuat mempunyai nilai i yang mendekati nilai teoritisnya. Hubungan nilai i dengan persen
ionisasi (derajat disosiasi) adalah sebagai berikut.
i = 1 + (n 1)
dengan = derajat ionisasi elektrolit; n = jumlah ion yang dapat dihasilkan oleh 1
satuanrumus senyawa elektrolit. Misalnya, untuk NaCl: n = 2; untuk K2SO4: n = 3.
Oleh karena pertambahan sifat koligatif larutan elektrolit sebanding dengan pertambahan
jumlah partikel dalam larutan, maka rumus-rumus sifat koligatif untuk larutan elektrolit
menjadi:
Tb = Kb m i......(1.5)
Tf = Kf m i........(1.6)
=M RT i

.....(1.7)

i = 1 + (n 1) ..........(1.8)
khusus untuk tekanan uap, pertambahan jumlah partikel diperhitungkan pada fraksi mol
pelarut dan terlarut.
npel
Xpel =
npel + nter i

Xpel = npel i
npel + nter i
(pel = pelarut; ter = terlarut)
Contoh Soal 1.6 Menentukan sifat koligatif larutan elektrolit
Satu gram MgCl2 dilarutkan dalam 500 gram air. Tentukanlah:
a. Titik didih,
b. Titik beku, dan
c. Tekanan osmotik larutan itu pada 250C jika derajat ionisasi = 0,9. (Kb air =0,520C m-1; Kf
air = 1,860C m-1; Ar Mg = 24; Cl = 35,5)
Jawab
Jumlah mol MgCl2 =
Molalitas larutan =

1g
95 g mol -1 = 0,011 mol

0,011 mol
0,5 kg

= 0,022 mol kg-1

Molalitas larutan juga dapat dianggap = 0,022 mol/liter (untuk larutan encer, kemolalan
dan kemolaran mempunyai nilai yang hampir sama).
i = 1 + (n 1) = 1 + (3 1) 0,9 = 2,8
a. Tb = Kb m i = 0,52 0,022 2,8 = 0,0320C.
Titik didih larutan = 100 + 0,0320C = 100,0320C
b. Tf = Kf m i = 0,2 0,22 2,8 = 0,1150C.
Titik beku larutan = 0 - 0,1150C = -0,1150C
c. Molaritas larutan juga dapat dianggap = 0,022 mol/liter (untuk larutan encer,
kemolalan dan kemolaran mempunyai nilai yang hampir sama).
=M RT i = 0,022 0,08205 298 2,8 = 1,51 atm
Latihan 1.5
1. Jika dianggap mengion sempurna (nilai i = nilai teoritis), tentukanlah titik didih dan titik
beku larutan 11,7 gram NaCl dalam 1 liter air. Kb air =0,520C m-1; Kf air = 1,860C m-1.
2. Suatu contoh air diambil dari laut Arktik membeku pada -1,980C. Hitunglah molalitas total
partikel terlarut dalam sample tersebut.( Kf air = 1,860C m-1)
3. Tekanan osmotik darah manusia pada 370C adalah 7,7 atm. Berapa gram NaCl harus
dilarutkan dalam 1 liter larutan sehingga pada 370C isotonik dengan darah manusia? (Ar
Na = 23; Cl = 35,5)

4. Sebanyak 1,8 gram suatu basa bervalensi 2 {M(OH)2}, dilarutkan dalam 100mL air.
Larutan ini mendidih pada 100,20C. Jika basa ini mengion 80%, hitunglah massa atom
relatif logam pembentuk basa tersebut. (Kb air =0,520C m-1; Ar H = 1; O = 16)
5. Kedalam 1 liter air dilarutkan 60 gram urea (Mr = 60); 11,7 gram NaCl (Mr = 58,8) dan
11,1 gram CaCl2 (Mr = 111). Tentukan titik beku larutan itu. Kf air = 1,860C/m
F. PENGGUNAAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Sifat koligatif larutan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, ilmu pengetahuan, dan
industri. Dalam subbab ini akan dibahas beberapa contoh, yaitu:
1. Membuat campuran pendingin
2. Cairan antibeku
3. Pencairan salju di jalan raya
4. Menentukan massa molekul relatif
5. Membuat cairan infus
6. Desalinasi air laut (osmosis balik)
1. Membuat Campuran Pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah 00C.
Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat es putar.
Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke dalam air.
Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam
dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana kayu. Pada pencamouran itu, es batu
akan mencair sementara suhu turun. Selanjutnya, campuran bahan pembuat es putar
dimasukkan dalam bejana lainyang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini kemudian
dimasukkan kedalam cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran
membeku.
2. Antibeku
Antibeku adalah zat yang ditambahkan kedalam suatu cairan untuk menurunkan titik
bekunya. Antibeku mencegah pembekuan cairan yang digunakan sebagai pendingin,
misalnya dalam pesawat terbang dan kendaraan bermotor. Zat antibeku yang ideal adalah
zat yang dapat larut dalam cairan pendinginnya sendiri, mempunyai viskositas dan
konduktivitas listrik yang rendah, titik didih tinggi, tidak korosif, dan mempunyai daya
hantar panas yang baik. Antibeku yang banyak digunakan dalam kendaraan bermotor
berupa etilen glikol (glikol: CH2OH-CH2OH). Selain menurunkan titik beku, antibeku
juga menaikkan titik didih, sehingga mengurangi penguapan.
3. Pencairan Salju di Jalan Raya
Lapisan salju di jalan raya dapat membuat kendaraan tergelincir (selip), sehingga perlu
disingkirkan. Lapisan salju tersebut sebagian besar dapat disingkirkan dengan buldoser,

namun untuk membersihkannya digunakan garam dapur atau urea. Prinsip dasar dari
proses ini juga berdasarkan penurunan titik beku.
4. Penentuan Massa Molekul Relatif (Mr)
Pengukuran sifat koligatif dapat digunakan untuk menentukan massa molekul relatifzat
terlarut. Hal ini dapat dilakukan karena sifat koligatif bergantung pada konsentrasi zat
terlarut. Sebagai contoh, perhatikan rumus penurunan titik beku berikut ini.
Tf = m Kf atau
Tf = G 1000 Kf
Mrzat terlarut
P (G) serta nilai penurunan titik bekunya (T ),
Dengan mengetahui massa
f
maka massa molekul relatif (Mr) zat terlarut itu dapat ditentukan. Perhatikan contoh soal
berikut.
Contoh Soal 1.7 Menentukan massa molekul relatif zat terlarut
Larutan 3 gram suatu zat dalam 100 gram air mendidih pada 100,260C. Tentukan massa
molekul relatif zat itu. Kb air =0,520C m-1
Jawab:
Tf = m Kf =
G
1000 Kf

P
(100,26 100) = Mr
3
1000 0,52

0,26 =
Mr
100
3 5,2
Mr
Mr =3 5,2= 60
Jadi, massa
molekul relatif zat itu = 60.
0,26
5. Membuat Cairan Fisiologis
Cairan infus dan berbagai cairan fisiologis lainnya, seperti obat tetes mata, harus isotonis
dengan cairan tubuh kita. Oleh karena itu, konsentrasinya perlu disesuaikan. Anda tentu
mengetahui bahwa salah satu masalah yang dihadapi korban kecelakaan di tengah laut
yang terpaksa harus terapung berhari-hari yaitu rasa haus. Meminum air laut tidak akan
menghilangkan rasa haus, malah sebaliknya akan menambah rasa haus. Hal ini terjadi
karena air laut hipertonik terhadap cairan tubuh kita. Akibatnya, air laut justru akan
menarik air dari jaringan tubuh.
6. Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik
Telah disebutkan bahwa osmosis balik adalah perembesan molekul pelarut dari larutan ke
pelarut, atau dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer. Osmosis balik
terjadi kepada larutan diberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotiknya.
Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut (lihat Gambar 1.12).
dengan memberi tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan

osmotikny, air dipaksa untuk merembes dari air asin ke dalam air murni melalui selaput
permeabel untuk air tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut.
Gambar hal. 25
Gambar 1.12 Desalinasi air laut dengan osmosis balik.
Penggunaan lain dari osmosis balik, yaitu untuk memisahkan zat-zat beracun dalam
air limbah sebelum dilepas ke lingkungan bebas.

Latihan 1.6
1. Berapa gram glikol(C2H6O2) harus dilarutkan kedalam 1 liter air untuk membuat
cairan antibeku yang tidak membeku hingga -200C? Kf =1,80C/m
2. Kelarutan NaCl dalam air relatif tidak bergantung pada suhu, yaitu 36 g per 100 g air.
Periksalah dengan suatu perhitungan, apakah NaCldapat mencairkan salju bersuhu
-300C? (Ar Na = 23; Cl = 35,5; Kf air =1,860C/m)
3. Berkaitan dengan soal nomor 2, berapakah suhu minimum cairan pendingin yang dapat
dibuat dengan garam dapur sebagai terlarut? Bagaimana cara untuk membuat cairan
pendingin dengan suhu lebih rendah?
4. Untuk membuat cairan pendingin, maka ke dalam 10 liter air dilarutkan 3 kg NaCl dan
3 kg NaNO3. Berapakah suhu terendah yang dapat diperoleh dari campuran pendingin
tersebut? (Ar N = 14; O = 16; Na = 23; Cl = 35,5; Kf =1,80C/m).
5. BHT (butylated hydroxytoluene) adalah suatu bahan antioksidan yang banyak
digunakan sebagai bahan aditif pada makanan olahan. Larutan 2,5 gram BHT dalam
100 gram benzenamembeku pada 4,880C. Tentukan massa molekul relatif (Mr) BHT
tersebut. Titik beku normal benzena adalah 5,460C dan Kf benzena adalah 5,070C m-1.

Soal Latihan Bab 1


1. Larutan 1 molal NaOH terbuat dari 1 mol (40 gram) NaOH dengan ....
A. 960 gram air
B. 1 liter air
C. Air hingga volume larutan 1 liter
D. 1.000 gram air
E. 960 mL air
2.

Tekanan uap jenuh


(mmHg) pada 250C
A
20
B
35
C
56
D
112
E
224
Gaya tarik-menarik antar molekul yang paling kuat terdapat dalam zat cair ....
A. A
B. B
C. C
D. D
E. E
3. Fraksi mol larutan urea dalam air 0,2. Tekanan uap jenuh air murni pada suhu 200C sebesar 17,5
Zat cair

mmHg. Maka tekanan uap jenuh larutan pada suhu itu adalah ....
A. 3,5 mmHg
B. 14,0 mmHg
C. 17,5 mmHg
D. 17,7 mmHg
E. 21 mmHg
4. Zat X sebanyak 15 gram dilarutkan dalam 90 gram air. Larutan ini mempunyai tekanan uap
jenuh 28,85 mmHg. Pada suhu yang sama, air murni mempunyai tekanan uap jenuh 30 mmHg.
Massa molekul relatif (Mr) zat X adalah .... (Mr air = 18)
A. 30
B. 60
C. 75
D. 90
E. 150
5. Tekanan uap jenuh air murni pada 290C adalah 30 mmHg. Pada suhu yang sama larutan
glukosa 2 molal mempunyai tekanan uap sebesar ....
A. 1,04 mmHg
B. 1,08 mmHg
C. 28,96 mmHg
D. 31,08 mmHg
E. 60 mmHg
6. Gambar berikut adalah diagram P T benzena. Titik beku dan titik didih normal larutan
naftalena ditunjukkan oleh titik ....
Gambar hal 29
A. A dan B
B. C dan D
C. A dan C
D. B dan D
E. A dan D
7. Gambar dibawah merupakan diagram P T untuk suatu zat murni X. Manakah diantara
pernyataan berikut yang benar ....

Gambar hal 29 bawah


A. Q adalah titik kritis zat X
B. Titik cair zat X bertambah dengan kenaikan tekanan luar
C. Pada titik R tiga fase berada dalam kesetimbangan
D. Titik didih zat X menurun jika tekanan luar diperbesar
E. Pada titik T, padatan X berada dalam kesetimbangan dengan uap X
8. Kelarutan CaCl2 dalam air 00C adalah sekitar 5,4 molal. Jika Kf = 1,860C m-1, maka penurunan
titik beku larutan CaCl2 0,54 molal adalah ....
A. 1,00C
B. 5,00C
C. 3,00C
D. 2,70C
E. 2,00C
9. Titik beku larutan 0,1 M NaCl dalam air adalah -0,360C. Diharapkan titik beku larutan kalsium
klorida (CaCl2) 0,05 M dalam air adalah ....
A. -0,180C
B. -0,270C
C. -0,360C
D. -0,450C
E. -0,540C
10. Tetapan kenaikan titik idih molal (Kb) bergantung pada ....
A. Titik didih pelarut
B. Molalitas larutan
C. Jenis pelarut
D. Molaritas larutan
E. Perbedaan titik beku dan titik didih pelarut
11. Suatu pelarut murni mempunyai ....
A. Titik didih lebih tinggi dari larutannya pada tekanan yang sama
B. Titik beku lebih rendah dari larutannya pada tekanan yang sama
C. Tekanan osmotik lebih besar dari larutannya pada suhu yang sama
D. Tekanan uap jenuh lebih tinggi dari larutannya pada suhu yang sama
E. Perbedaan 1000C antara titik beku dan titik didih
12. Sebanyak 3 gram zat Z yang dilarutkan dalam 100 gram benzena menghasilkan kenaikan titik
didih sebesar 0,540C. Bila diketahui kenaikan titik didih molal benzena = 2,70C, berapakah
massa molekul relatif (Mr) zat X?
A. 15
B. 30
C. 60
D. 120
E. 150
13. Pada pembuatan sirup, kekentalannya diukur dengan mengamati titik didihnya. Penelitian
menunjukkan bahwa sirup yang baik harus mendidih pada suhu 1050C m-1 (Kf air = 0,50C m1

). Jika sirup ini memakai gula pentosa (Mr = 150), konsentrasi gula dalam sirup adalah ....

A. 30%
B. 40%
C. 50%
D. 60%
E. 75%
14. Untuk menaikkan titik didih 250mL air menjadi 100,10C pada tekanan 1 atm (Kb air = 0,500C
m-1), maka jumlah gula (Mr = 342) yang harus dilarutkan adalah ....
A. 684 gram
B. 171 gram
C. 86 gram
D. 17.1 gram
E. 342 gram
15. Suatu zat nonelektrolit (Mr = 40) sebanyak 30 g dilarutkan dalam 900 g air, penurunan titik
beku larutan ini adalah 1,5500C. Berapa gram dari zat tersebut harus dilarutkan ke dalam 1,2 kg
air agar diperoleh larutan dengan penurunan titik beku yang setengahnya dari penurunan titik
beku di atas?
A. 10 g
B. 15 g
C. 20 g
D. 45 g
E. 80 g

BAB II REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA


Standar Kompetensi
Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan
sehari-hari
Kompetensi Dasar
1. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dalam sistem elektrokimia yang melibatkan
energi listrik dan kegunaannya dalam mencegah korosi dan dalam industri
2. Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi dalam sel elektrolisis
3. Menerapkan hukum Faraday untuk elektrolisis larutan elektrolit
Tujuan
1. Menyetarakan reaksi redoks dengan cara setengah reaksi (ion elektron) dan perubahan
bilangan oksidasi (PBO),
2. Menggambarkan susunan sel Volta atau sel Galvani beserta fungsinya dan proses terjadinya
3.
4.
5.
6.

aliran listrik dalam sel tersebut,


Menghitung potensi sel berdasarkan potensi standar,
Menggambarkan reaksi yang terjadi di dalam anode dan katode dalam proses elektrolisis
Menuliskan terjadinya peristiwa korosi dan cara-cara pencegahannya,
Menerapkan konsep hukum Faraday dalam perhitungan sel elektrolisis.

Reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi disebut reaksi reduksi-oksidasi atau
reaksi redoks. Pengertian reaksi redoks telah dibahas dalam buku Jilid I. Reduksi yaitu

penurunan bilangan oksidasi atau penyerapan elektron, sedangkan oksidasi yaitu kenaikan
bilangan oksidasi atau pelepasan elektron. Reaksi redoks ada yang berlangsung spontan, ada juga
yang tidak spontan. Reaksi redoks spontan dapat digunakan sebagai sumber arus, yaitu dalam sel
volta seperti batu baterai dan aki. Sementara itu, reaksi redoks tak spontan dapat dilangsungkan
dengan menggunakan arus listrik, yaitu dalam reaksi elektrolisis. Elektrolisis banyak diterapkan
dalam industri, misalnya pengolahan aluminium, produksi NaOH dan klorin, dan dalam
penyepuhan (electroplating).
Pada bagian pertama bab ini, akan dibahas cara menyetarakan reaksi redoks. Hal ini perlu
dibahas karena banyak reaksi redoks yang sulit disetarakan dengan cara menebak. Selanjutnya
pada bagian kedua, akan dibahas tentang elekrokimia, yaitu tentang sel volta dan sel elektrolisis.
Pada bagian akhir, akan dibahas tentang korosi sebagai slah satu contoh proses elektroimia di
alam.
A. PENYETARAAN REAKSI REDOKS
Seperti telah dikemukakan di atas, banyak persamaan reaksi redoks yang sukar disetarakan
dengan cara menebak. Cobalah perhatikan persamaan reaksi berikut ini. Apakah anda dapat
menemukan koefisiennya?
Cu(s) + HNO3(aq)
Cu(NO3)2(aq) + NO(g) + H2O(l)
Untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks, diperlukan cara-cara khusus. Dalam subbab
ini akan dibahas dua diantaranya, yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi
1. Meode Bilangan Oksidasi
Metode ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari
reduktor sama dengan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penyetaraan reaksi adalah sebagai berikut.
1. Tuliskan kerangka dasar reaksi, yaitu reduktor dan hasil oksidasinya serta oksidator dan
hasil reduksinya.
2. Setarakan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi dengan memberi koefisien
yang sesuai (biasanya adalah unsur selain hidrogen dan oksigen)
3. Tentukan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator dan jumlah pertambahan
bilangan oksidasi dari reduktor. Dalam hal ini yang dimaksud dengan jumlah penurunan
bilangan oksidasi atau jumlah pertambahan bilangan oksidasi adalah hasil kali antara
jumlah atom yang terlibat dengan perubahan bilangan oksidasinya.
4. Samakan jumlah perubahan bilangan oksidasi tersebut dengan memberi koefisien yang
sesuai.
5. Setarakan muatan dengan menambah ion H+ (dalam suasana asam) atau ion OH+ (dalam
suasana basa)
6. Setarakan atom H dengan menambahkan H2O.

Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah contoh soal berikut.


Contoh Soal 2.1 Menyetarakan reaksi redoks dengan metode bilangan oksidasi
Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode bilangan oksidasi.
Jawab:
MnO4-(aq) + H2C2O4(aq) + H+(aq)
Mn2+(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Langkah 1: Menuliskan kerangka dasar reaksi.
+7

+3

+2

+4

Langkah 2: Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi dengan


memberi koefisien yang sesuai.
+7

+3

+4

+2

Langkah 3: Menentukan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator dan jumlah
pertambahan bilangan oksidasi dari reduktor
+7

+3

+4

+2

(turun 5)

Langkah +7
4:

+2 bilangan oksidasi tersebut dengan memberi


Menyamakan jumlah perubahan
+6

koefisien yang sesuai


+7

+3

(naik 2)

+2

+8

+4

(turun 5)(2)

Hasilnya sebagai
berkut.
+7

+2
+6

(naik 2)(5)

+8

+
(aq) menambah
2Mn2+(aq)
Langkah2MnO
5: Menyamakan
ion+H10CO
4 (aq) + 5Hmuatan
2C2O4dengan
2(g)
+
Langkah
2MnO4-(aq)
6: Menyetarakan
+ 5H2C2O4(aq)
atom+H6H
dengan
(aq) menambahkan
2Mn2+(aq)
molekul
+ 10CO
air.2(g) (muatan

setara)
2MnO4-(aq)
+ 5H2C2O4(aq) + 6H+(aq)
2Mn2+(aq) + 10CO2(g) + 8H2O(l)(setara)
2. Metode Setengan Reaksi (Ion Elektron)
Metode ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah elektron yang dilepaskan pada
setengah reaksi oksidasi sama dengan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi
reduksi. Penyetaraan dalam larutan bersuasana basa berbeda dengan suasana asam. Kita akan
melihat terlebih dahulu penyetaraan dalam larutan bersuasana asam.
a. Suasana larutan asam
Proses penyetaraan berlangsung menurut langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah 1: Tulislah kerangka dasar dari setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi secara terpisah dalam bentuk reaksi ion.
Langkah 2: Masing-masing setengah reaksi disetarakan dengan urutan sebagai berikut.
a. Setarakan atom unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
(biasanya adala unsur selain oksigen dan hidrogen)
b. Setarakan oksigen dengan menambahkan molekul air (H2O)
c. Setarakan atom hidrogen dengan menambahkan ion H+

d. Setarakan muatan dengan menambahkan elektron


Langkah 3: samakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi dengan
jumlah elektron yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi dengan cara
memberi koefisien yang sesuai, kemudian jumlahkanlah kedua setengah
reaksi tersebut. Dengan demikian diperoleh reaksi redoks yang telah setara.
Untuk jelasnya perhatikan contoh berikut.
Contoh Soal 2.2 Menyetarakan reaksi redoks dengan metode ion-elektron (suasana
asam)
Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode ion elektron.
K2Cr2O7(aq) + HCl(aq)
KCl(aq) + CrCl3(aq) + Cl2(g)+ H2O(l)
Jawab:
Langkah 1: Menuliskan kerangka dasar dari setengah reaksi reduksi dan setengah
reaksi oksidasi
Reduksi :
Cr3+
Oksidasi : Cr2O72-(aq)
Cl (aq)
Cl (aq)
Langkah 2: Menyetarakan
masing-masing
setengah reaksi.
(aq) 2
Reduksi
Oksidasi
23+
(2a) 2 Cl (aq)
Cl2(g)
(2a) Cr2O7 (aq)
2Cr (aq)
(2b) CrO72-(aq)
2Cr3+(aq)+ 7 H2O(l)
(2c) CrO72-(aq) + 14H+(aq)
2Cr3+(aq)+ 7 H2O(l)
(2d) CrO72-(aq) + 14H+(aq) + e
2Cr3+(aq)+ 7 H2O(l)

(2b) 2 Cl-(aq)

Cl2(g)

(2c) 2 Cl-(aq)

Cl2(g)

(2d) 2 Cl-(aq)

Cl2(g) + 2e

Langkah 3: Menyamakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi
dengan jumlah elektron yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi
kemudian jumlahkan
Reduksi :
Oksidasi :
Redoks

CrO72-(aq) + 14H+(aq) + e
6Cl-(aq)
3Cl2(g) + e
CrO72-(aq) + 14H+(aq) +6Cl-(aq)
H2O(l)

2Cr3+(aq)+ 7 H2O(l)
2Cr3+(aq)+ 3Cl2(g) + 7

b. Suasana larutan basa


Penyetaraan reaksi redoks dalam suasana basa dapat dilakukan dengan cara yang sama
seperti dalam suasana asam, tetapi ion H+ kemudian harus dihilangkan. Cara
menghilangkan ion H+ tersebut dengan menambah ion OH- pada kedua ruas, masingmasing sejumlah ion H+ yang ada. Untuk jelasnya perhatikan contoh soal berikut.
Contoh Soal 2.2 Menyetarakan reaksi redoks dengan metode ion-elektron (suasana
basa)

Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode ion-elektron.


Bi2O3(s) + NaOH(aq) + NaClO(aq)
NaBiO3(aq) + NaCl(aq) + H2O(l)
Jawab:
Langkah 1: Tuliskan kerangka dasar dari setengah reaksi reduksi dan oksidasi secara
terpisah
Reduksi :
ClO-(aq)
Cl-(aq)
Oksidasi :
Langkah 2: Menyetarakan
masing-masing
reaksi.
Bi2O
BiOsetengah
3(s)
3 (aq)
Reduksi
Oksidasi
(2a) Bi2O3(s)
BiO3-(aq)
(2a) ClO-(aq)
Cl-(aq)
(2b) Bi2O3(s)
3H2O(l)
(2b) ClO-(aq)
Cl-(aq) + H O(l)
2

(2c) ClO-(aq) + 2H (aq)

(2c) Bi2O3(s) + 3H2O(l)

Cl-(aq) + H2O(l)

2 BiO3(aq) + 6H+(aq)

(2d) ClO-(aq) + 2H+(aq) + 2e

(2d) Bi2O3(s) + 3H2(l)

2 BiO3-(aq) + 6H+(aq)+ 4e

Cl-(aq) + H2O(l)

Langkah 3: Menyamakan jumlah elektron, kemudian jumlahkan


Reduksi :

ClO-(aq) + 2H+(aq) + 2e

Oksidasi :

Bi2O3(s) + 3H2(l)

Redoks

2ClO-(s) + Bi2O3(s) + 3H2O(l)

Cl-(aq) + H2O(l)
(2)
2 BiO3-(aq) + 6H+(aq)+ 4e (1)
2 Cl-(aq)+ 2 BiO3-(aq) + 2H+

(aq)

Langkah 4: Menghilangkan ion H+


Untuk menghilangkan dua ion H+, tambahkan masing-masing dua ion OH- pada
kedua ruas.
Redoks

2ClO-(aq) + Bi2O3(s) + H2O(l) + 2OH-(aq)


2 Cl-(aq)+ 2 BiO3-(aq) + 2H+(aq) + 2OH-(aq)

Dua ion H+ dan dua ion OH- di ruas kanan akan bergabung membentuk dua molekul
air.

Redoks

2ClO-(aq) + Bi2O3(s) + H2O(l) + 2OH-(aq)


2 Cl-(aq)+ 2 BiO3-(aq) + 2H2O(l)

Kurangkan molekul air yang ada di ruas kiri dan ruas kanan, sehingga menyisakan
satu molekul air di ruas kanan.

Redoks

2ClO-(aq) + Bi2O3(s) + 2OH-(aq)

2 Cl-(aq)+ 2 BiO3-(aq) + H2O(l)(setara)

Latihan 2.1
1. Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode bilangan oksidasi dan metode ion-elektron
(metode setengah reaksi).
a. Cl2(g) + SO2(g) + H2O(l)
SO42-(aq) + Cl-(aq) + H+(aq)
b. MnO4-(aq) + C2H4(g) + H2O(l)
MnO2 + OH-(aq) + C2H6O2(aq)
c. I2(aq) + S2O32-(aq)
I-(aq) + S4O62-(aq)
d. PbO2(s) + Pb(s) + H+(aq)
Pb2+(aq) + H2O(l) (reaksi komproporsional)
e. ClO-(aq)
Cl-(aq) + ClO3-(aq) (reaksi disproporsional)
f. MnO42-(aq)
MnO2(s) + MnO4-(aq) (reaksi disproporsional, suasana asam)
g. Cu2+(aq) + I-(aq)
CuI(s) + I2(aq)
h. IO3 (aq) + I (aq)
I2(aq) (reaksi komproporsional suasana asam)
i. [Cr3+(aq) + 3I-(aq)] + Cl2(aq)
CrO42-(aq) + IO4-(aq) + Cl-(aq)
Catatan : Cr3+ dan I- berasal dari zat yang sama, yaitu CrI3+
j. Cr2O72-(aq) + Fe2+ + C2O42-(aq)
Cr3+(aq) + Fe3+(aq) +CO2(g)
Catatan: Fe2+ dan C2O42- berasal dari senyawa Fe C2O4
2. Berapakah bilangan oksidasi:
a. S di dalam Na2SO3 dan S2O32b. Cr di dalam K2CrO4 dan Cr2O72c. Mn di dalam KmnO4 dan MnO4d. Cl di dalam Ca(ClO2)2 dan ClO4e. P di dalam NaH2PO4 dan PO333. Selesaikan setengah reaksi redoks di bawah ini:
a. Cl2
b. PbO2
c. MnO2

ClO3
PO2+

MnO42d. N2
NO33P4
e. PO4
f. Cr2O3
CrO42g. S2O32SO42h. H2O2
OHi. MnO4Mn2+
j. Cr2O72Cr3+

(suasana basa)
(suasana asam)
(suasana basa)
(suasana asam)
(suasana asam)
(suasana basa)
(suasana asam)
(suasana basa)
(suasana basa)
(suasana asam)

4. Setarakan reaksi redoks berikut


a. KBr + MnO2 + H2SO4
K2SO4 + MnSO4 + H2O + Br2

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

KClO3 + SO2
KCl + SO3
KMnO4 + KI + H2O
MnO2 + KOH + I2
SO2 + KMnO4 + KOH
K2SO4 + MnO2 + H2O
MnO2 + KClO3 + KOH
K2MnO4 + KCl + H2O
Cl2 + NaOH
NaCl + NaClO + H2O
KMnO4 + H2SO4 + H2C2O4
MnSO4 + K2SO4 + H2O + CO2
KMnO4 + H2SO4 + KNO2
K2SO4 + MnSO4 + H2O + KNO3
Na2Cr2O7 + SnI2 + HI
CrI3 + SnI2 + NaI + H2O

B. SEL VOLTA
Di awal bab, telah disebutkan hubungan timbal balik reaksi redoks dengan arus listrik. Tempat
berlangsungnya perubahan tersebut disebut sel elektrokimia. Dengan demikian, ada dua jenis sel
elektrokimia, yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Dalam sel volta, reaksi redoks spontan
digunakan untuk menghasilkan arus listrik. Contohnya adalah batu baterai dan aki. Dalam sel
elektrolisis, arus listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan. Contohnya
adalah elektrolisis air dan penyepuhan. Dalam subbab ini, akan dibahas tentang sel volta,
sedangkan sel elektrolisis akan dibahas dalam subbab berikutnya.
1. Reaksi Redoks Spontan
Reaksi redoks spontan adalah reaksi redoks yang berlangsung serta-merta. Contohnya adalah
reaksi antara logam zink dengan larutan tembaga(II) sulfat. Jika sepotong logam zink
dimasukkan ke dalam larutan tembaga(II) sulfat, segera terjadi reaksi dimana logam zink
sedikit demi sedikit melarut, sedangkan ion tembaga(II) diendapkan. Reaksi ini bersifat
eksoterm yang ditandai dengan naiknya suhu larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan
sebagai berikut.
Zn(s) + Cu2+(aq)
Zn2+(aq) + Cu(s)
Sementara itu, reaksi kebalikannya, yaitu reaksi antara logam tembaga dengan larutan zink
sulfat (ion Zn2+) tidak terjadi.
Cu(s) + Zn2+(aq)
Cu2+(aq) + Zn(s)
(tidak ada reaksi)
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kebalikan dari reaksi spontan adalah tidak spontan.
2. Susunan Sel Volta
Telah disebutkan bahwa reaksi redoks spontan dapat digunakan sebagai sumber listrik.
Untuk memahami hal itu, marilah kita perhatikan reaksi redoks spontan antara logam zink
dan ion tembaga(II) yang telah dibahas diatas.
2e

Zn(s) + Cu2+(aq)
Zn2+(aq) + Cu(s)
Perlu diingat bahwa arus listrik adalah aliran elektron melalui kawat pengantar. Jika zink
dimasukkan ke dalam larutan ion tembaga(II), akan terjadi reaksi redoks tetapi tidak ada arus

listrik karena tidak ada aliran elektron. Ion-ion Cu2+ datang ke permukaan logam zink,
mengambil dua elektron lalu mengendap. Dalam sel volta, reduktor dan oksidatornya
dipisahkan sehingga pemindahan elektron tidak terjadi secara langsung tetapi melalui kawat
penghantar. Sebagai contoh susunan sel volta dapat dilihat pada Gambar 2.1, yaitu reaksi
zink dengan ion Cu2+.
Gambar hal. 44

Gambar 2.1 Sel volta mengubah energi dari suatu reaksi redoks spontan menjadi energi
listrik
Pada rangkaian tersebut, logam zink dicelupkan dalam larutan yang mengandung ion
Zn2+ (larutan garam zink) sementara sepotong logam tembaga dicelupkan dalam larutan ion
Cu2+ (larutan garam tembaga(II)). Logam zink akan larut sambil melepas dua elektron.
Elektron yang dibebaskan tidak memasuki larutan tetapi tertinggal pada logam zink
itu. Elektron tersebut selanjutnya akan mengalir ke logam tembaga melalui kawat
penghantar. Ion Cu2+ akan mengambil elektron dari logam tembaga kemudian mengendap.
Cu2+(aq) + 2e
Cu(s)
Dengan demikian, rangkaian tersebut dapat menghasilkan aliran elektron (listrik).
Akan tetapi bersama dengan melarutnya logam zink, larutan dalam labu A menjadi
bermuatan positif. Hal itu akan menghambat pelarutan logam zink selanjutnya. Sementara
itu, larutan dalam labu B akan bermuatan negatif seiring dengan mengendapnya ion Cu2+.
Hal ini akan menahan pengendapan ion Cu2+. Jadi, aliran elektron yang disebutkan di atas
tidak akan berkelanjutan. Untuk menetralkan muatan listriknya, kedua larutan dihubungkan
dengan suatu jembatan garam, yaitu larutan garam (seperti NaCl atau KNO3) dalam agaragar. Ion-ion negatif dari jembatan garam akan bergerak ke labu A untuk menetralkan
kelebihan ion Zn2+, sedangkan ion-ion positif akan bergerak ke labu B untuk menetralkan
kelebihan ion SO42-. Pada kenyataannya, tidak ada arus listrik yang dapat diukur tanpa
kehadiran jembatan garam tersebut. Jembatan garam melengkapi rangkaian tersebut
sehingga menjadi suatu rangkaian tertutup.
Logam zink dan tembaga yang menjadi kutub-kutub listrik pada rangkaian sel volta di
atas disebut elektrode. Secara definisi, elektrode tempat terjadinya oksidasi disebut anode,
sedangkan elektrode tempat terjadinya reduksi disebut katode. Oleh karena oksidasi adalah

pelepasan elektron, maka anode adalah kutub negatif, sedangkan katode merupakan kutub
positif. Pada sel volta di atas, anode adalah logam zink dan katode adalah tetmbaga.
3. Notasi Sel Volta
Susunan suatu sel volta dinyatakan dengan suatu notasi singkat yang disebut diagram sel.
Untuk contoh di atas (Gambar 2.1), diagram selnya dinyatakan sebagai berikut.
Zn | Zn2+ || Cu2+ |Cu
Anode biasanya digambarkan di sebelah kiri, sedangkan katode di sebelah kanan.
Notasi tersebut menyatakan bahwa pada anode terjad oksidasi Zn menjadi Zn2+, sedangkan
di katode terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu. Dua garis sejajar (||) yang memisahkan anode
dan katode menyatakan jembatan garam, sedangkan garis tunggal menyatakan batas
antarfase (Zn padatan, Zn2+ sedangkan dalam larutan; Cu2+ dalam larutan, sedangkan Cu
padatan).
4. Potensi Elektrode Standar (Eo)
Perhatikan kembali Gambar 2.1. pada rangkaian itu elektron mengalir dari elektrode Zn ke
elektrode Cu, dan tidak sebaliknya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Zn lebih mudah
teroksidasi (lebih mudah melepas elektron) daripada Cu, sebaliknya ion Cu2+ lebih mudah
tereduksi (lebih mudah menyerap elektron) daripada ion Zn2+.
Perbedaan kecenderungan teroksidasi menghasilkan perbedaan rapatan muatan antara
elektrode Zn dan elektrode Cu. Perbedaan rapatan muatan itu menyebabkan beda potensial
listrik antara Zn dan Cu yang mendorong elektron mengalir. Selisih potensial itu disebut
potensial sel dan diberi lambang Esel. Potensial sel disebut gaya gerak listrik (ggl = emf
atau electromotive force).
Apabila konsentrasi ion Zn2+ dan Cu2+ masing-masing 1 M, maka sel volta pada
Gambar 2.1 itu mempunyai potensial 1,1 volt. Potensial sel yang diukur pada 250C dengan
konsentrasi ion-ion 1M dan tekanan gas 1 atm disebut potensial sel standar dan diberi
lambang Eosel.
a. Potensial elektrode
Pengukuran potensial sel dapat digunakan untuk membandingkan kecenderungan logamlogam atau spesi lain untuk mengalami oksidasi atau reduksi. Misalnya, jika elektrode
Zn| Zn2+ pada Gambar 2.1 diganti dengan elektrode Ag| Ag+, ternyata elektron mengalir
dari elektrode Cu ke elektrode Ag menghasilkan potensial standar (Eosel) = 0,45 volt.
Jadi, tembaga lebih mudah teroksidasi daripada perak. Berdasarkan data diatas, urutan
kecenderungan teroksidasi dari logam-logam Zn, Cu, dan Ag adalah Zn > Cu > Ag.

Untuk membandingkan kecenderungan oksidasi atau reduksi suatu elektrode, telah


ditetapkan suatu elektrode pembanding, yaitu elektrode hidrogen (lihat Gambar 2.2).
elektrode hidrogen terdiri atas gas hidrogen yang dialirkan dalam larutan asam (H+)
melalui logam inert, yaitu platina. Potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektrode (M)
dengan elektrode hidrogen disebut potensial elektrode itu dinyatakan dengan lambang
E. Apabila pengukuran dilakukan pada standar, yaitu pada suhu 250C dengan konsentrasi
ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm, disbut potensial elektrode standar dan diberi
lambang. Nilai potensial elektrode standar (Eo) dari berbagai elektrode diberikan pada
Tabel 2.1.
Gambar hal 46

Gambar 2.2 Menentukan potensial elektrode relatif.


Tabel 2.1 Potensial elektrode standar, Eo (volt).
Reaksi Elektrode

Li+(aq) + e
Li(s)
K+(aq) + e

Potensial Standar, Eo (volt)


-3,04

K(s)

Ba2+(aq) + 2e
Ba(s)

Ca2+(aq) + 2e
Ca(s)

Na+(aq) + e
Na(s)

Mg2+(aq) + 2e
Mg(s)

Al3+(aq) + 3e
Al(s)

Mn2+(aq) + 2e
Mn(s)
2H2O(l) + 2e H2(g) + 2OH(aq)

Zn2+(aq) + 2e
Zn(s)

-2,92

Cr3+(aq) + 3e

Cr(s)

-0,74

Fe2+(aq) + 2e

Fe(s)

-0,44

Cd2+(aq) + 2e

Cd(s)

-0,40

Ni2+(aq) + 2e
Ni(s)

Co2+(aq) + 2e
Co(s)

Sn2+(aq) + 2e
Sn(s)

-0,28

-2,90
-2,87
-2,71
-2,37
-1,66
-1.18
-0,83
-0,76

-0,28
-0,14

Pb2+(aq) + 2e

Pb(s)

2H+(aq) + 2e H2(g)

Cu2+(aq) + 2e
Cu(s)
O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH(aq)
I2(s) + 2e 2I-(aq)

Fe3+(aq) + e
Fe2+(aq)
Hg22+(aq) + 2e Hg(l)

Ag+(aq) + e
Ag(s)

Hg2+(aq) + 2e
Hg(l)
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 4e
2H2O(l)
Br2(l) + 2e 2Br-(s)
O2(g) + 4H+(aq) + 4e
2H2O(l)
Cl2(g) + 2e 2Cl-(aq)

Au3+(aq) + 3e
Au(s)
F2(g) + 2e 2F (aq)

-0,13
0,00
+0,34
+0,40
+0,54
+0,77
+0,79
+0,80
+0,85
+0,96
+1,07
+1,23
+1,36
+1,52
+2,87

Elektrode yang lebih mudah mengalami reduksi dibandingkan terhadap elektrode


hidrogen mempunyai potensial elektrode bertanda positif (diberi tanda positif),
sedangkan elektrode yang lebih sukar mengalami reduksi diberi tanda negatif.
Menurut kesepakatan (konvensi), potensial elektrode dikaitkan dengan reaksi
reduksi. Jadi, potensial elektrode sama dengan potensial reduksi. Adapun potensial
oksidasi sama nilainya dengan potensial reduksi, tetapi tandanya berlawanan.
b. Potensial sel
Potensial sel volta dapat ditentukan melalui percobaan dengan menggunakan voltmeter
atau potensiometer. Potensial sel volta dapat juga dihitung berdasarkan data potensial
elektrode positif (katode) dan potensial elektrode negatif (anode).
Eosel = Eokatode - Eoanode
Katode adalah elektrode yang mempunyai Nilai Eo lebih besar (lebih positif), sedangkan
anode adalah yang mempunyai Eo lebih kecil (lebih negatif). Perhatikan contoh soal
berikut.
Contoh Soal 2.4 Menentukan potensial standar sel volta

Ditentukan dua elektrode sebagai berikut.


Ag+(aq) + e
Ag(s)
Eo = +0,80 V
Mg2+(aq) + 2e
Mg(s)
Eo = -2,37 V
a. Tentukan Eosel yang disusun dari kedua elektrode itu.
b. Tulis reaksi elektrode dan reaksi selnya.
Jawab:
a. Potensial sel adalah selisih potensial katode dengan anode. Katode merupakan
elektrode yang potensial reduksinya lebih positif, dalam hal ini yaitu perak.
Eosel = Eokatode - Eoanode
Eosel = +0,80 V (-2,37 V) = +3,17 volt
b. Reaksi elektrode adalah reaksi yang terjadi pada masing-masing elektrode. Reaksi
katode adalah reduksi, sedangkan reaksi anode adalah oksidasi.
Katode (reduksi) : Ag+(aq) + e
Ag(s) Eo = +0,80 V
Anode (oksidasi) : Mg2+(aq) + 2e
Mg(s) + 2e Eo = -2,37 V
Reaksi sel adalah penjumlahan reaksi elektrode, dan merupakan reaksi redoks. Untuk
menyetarakan koefisien reaksi, maka jumlah elektron yang terlibat pada masingmasing reaksi sel harus disamakan. Dalam hal ini, reaksi katode harus dikalikan
dengan dua. Akan tetapi, perlu diingat bahwa nilai potensial elektrode tidak
bergantung pada koefisien reaksi. Oleh karena itu, potensial reduksi (ag) tidak ikut
dikalikan dengan dua.
Katode (reduksi) : 2Ag+(aq) + 2e
2Ag(s)
Eo = +0,80 V
Anode (oksidasi) : Mg(s)
Mg2+(aq) + 2e
Eo = -2,37 V
Reaksi sel (redoks) : 2Ag+(aq) + Mg(s)
2Ag(s) + Mg2+(aq) Eosel = +3,17 volt
+
5. Potensial Reaksi Redoks
Potensial reaksi redoks sama dengan potensial sel yang dibentuknya. Sebagaimana telah
disebutkan pada bagian terdahulu, setelah reaksi reduksi menyusun katode, sedangkan
setengah reaksi oksidasi menyusun anode.
6. Deret Keaktifan Logam (Deret Volta)
Susunan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode standarnya disebut deret
elektrokimia atau deret volta. Deret volta dapat dilihat dalam Tabel 2.2. semakin kiri
kedudukan suatu logam dalam deret volta,
Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron),
Logam merupakan reduktor yang semakin kuat.
Sebaliknya, semakin kanan kedudukan logam dalam deret volta,

Logam semakin kurang reaktif (semakin sukar melepas elektron),


Kationnya merupakan oksidator yang semakin kuat.

Tabel 2.2 Deret Volta.

Loga
m
Eo (V)

Li

Ba

Ca

Na

M
g

Al

M
n

Zn

Cr

Fe

Ni

Co

Sn

Pb

(H
)

Cu

Hg

Ag

Au

-3,04

-2,92

-2,90

-2,87

-2,71

-2,37

-1,66

-1.18

-0,76

-0,74

-0,44

-0,28

-0,28

-0,14

-0,13

0,00

+0,34

+0,79

+0,80

+1,52

Jadi, logam yang terletak lebih kiri lebih reaktif daripada logam-logam yang dickanannya.
Oleh karena itu, logam yang terletak lebih kiri dapat mendesak logam yang lebih kanan dari
senyawanya.
7. Beberapa Sel Volta Komersial
Sel volta dengan berbagai ukuran atau potensial tersedia di pasar. Ada yang sekali pakai, ada
pula yang dapat diisi ulang. Sel volta yang sekali pakai disebut sel primer, sedangkan sel
volta yang dapat diisi ulang disebut sel sekunder. Kita dapat membahas diantaranya.
a. Aki
Aki adalah jenis baterai yang banyak digunakan untuk kendaraan bermotor. Aki menjadi
pilihan yang praktis karena dapat menghasilkan listrik yang cukup besar dan dapat diisi
kembali.
Sel aki terdiri atas anode Pb (timbal = timah hitam) dan katode PbO2 (timbal(IV)
oksida). Keduanya merupakan zat padat, yang dicelupkan dalam larutan asam sulfat
(lihat Gambar 2.3).
Gambar hal. 50
Gambar 2.3 Baterai (aki) terdiri dari beberapa sel yang dihubungkan secara seri.
Kedua elektrode tersebut, juga hasil reaksinya, tidak larut dalam larutan asam sulfat,
sehingga diperlukan jembatan garam.
Reaksi pengosongan aki:
Anode : Pb(s) + HSO4-(aq)
PbSO4(s) + H+(aq) + 2e
Katode : PbSO2(s) + HSO4-(aq) + 3H+(aq) + 2e
PbSO4(s) + 2H2O(l)
+
: Pb(s) + PbSO2(s) + 2HSO4 (aq) + 2H (aq)
2PbSO2(s) +2H2O(l)
Tiap sel aki mempunyai beda potensial 2V. Aki 12V terdiri atas 6 sel yang +
dihubungkan seri.
Aki dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksi pengosongan aki tetap melekat
pada kedua elektrode. Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron
pada kedua elektrode. Pada pengosongan aki, anode (Pb) mengirim elektron pada katode.
Sebaliknya pada pengisian aki, elektrode Pb dihubungkan dengan kutub negatif sumber
arus sehingga PbSO4 yang terdapat pada elektrode Pb itu direduksi. Sementara itu, PbSO4
yang terdapat pada elektrode PbO2 mengalami oksidasi membentuk PbO2.
b. Baterai kering (Sel Leclanche)
Baterai kering ditemukan oleh Leclanche yang mendapat hak paten atas penemuan tu
pada tahun 1866. Sel Leclanche terdiri atas suatu silinder zink yang berisi pasta dari

campuran batu kawi (MnO2), salmiak (NH4Cl), karbon (C), dan sedikit air (jadi sel ini
tidak 100% kering). Zink berfungsi sebagai anode, sedangkan sebagai katode digunakan
elektron inert, yaitu grafit, yang dicelupkan di tengah-tengah pasta. Pasta itu sendiri
berfungsi sebagai oksidator. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam baterai kering sebenarnya
lebih rumit, tetapi pada garis besarnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Anode : Zn(s)
Zn2+(aq) + 2e
Katode : 2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e
Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)
: Zn(s) + 2NH4+(aq) + 2MnO2(s)
Zn2+(aq) + Mn2O3(s) + 2NH3(aq) +
H2O(l)
Zn2+ dapat bergabung dengan NH3 membentuk ion Zn(NH3)42+.
Zn2+(aq) + 4NH3(aq)
Zn(NH3)42+(aq)
Potensial satu sel Leclanche adalah 1,5 volt. Sel ini kadang disebut sel kering asam

karena adanya NH4Cl yang bersifat asam. Sel Leclanche tidak dapat diisi ulang.
Gambar hal 51
Gambar 2.4 Susunan sebuah baterai kering (sel Leclanche).
c. Baterai alkalin
Baterai kering jenis alkalin pada dasarnya sama dengan sel Leclanche, tetapi sifatbasa
karena menggunakan KOH menggantikan NH4Cl dalam pasta. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut.
Anode
: Zn(s) + 2OH-(aq)

Zn(OH) 2(s) + 2e

: 2MnO2(s) + 2H2O(l) + 2e
2MnO(OH)(s) + 2OH-(aq)
: Zn(s) + 2MnO2(s) + H2O(l)
Zn(OH) 2(s) + Mn2O3(s)
+ lebih lama.
Potensial baterai alkalin juga sebesar 1,5 volt, tetapi baterai ini dapat bertahan
Baterai alkalin dapat menghasilkan arus lebih besar dan total muatan yang lebih
Katode

banyak daripada baterai kering biasa. Oleh karena itu, cocok digunakan untuk peralatan
yang memerlukan arus lebih besar, misalnya kamera dan tape recorder. Adapun baterai
kering biasa baik digunakan untuk peralatan yang menggunakan arus lebih kecil,
misalnya radio dan kalkulator.
d. Baterai litium
Baterai litium telah mengalami berbagai penyempurnaan. Baterai litium yang kini
banyak digunakan adalah baterai litium ion. Baterai litium ion tidak menggunakan logam
litium, tetapi ion litium . ketika digunakan, ion litium berpindah dari satu elektrode ke
elektrode lainnya melalui suatu elektrolit. Ketika di-charge, arah aliran ion litium
dibalik. Baterai litium-ion diperdagangkan dalam bentuk kosong.
Gambar hal 52

Gambar 2.5 Baterai litium -ion. Selama pengisian, ion litium dipaksa berpindah dari
LiCoO2 ke elektrode grafit. Selama penggunaan, ion litium kembali ke elektrode
LiCoO2
Latihan 2.2
1. Reaksi redoks berikut berlangsung spontan.
Fe(s) + Cu2+(aq)
Fe2+(aq) + Cu(s)
Gambarlah rangkaian sel volta yang berdasarkan reaksi tersebut.
Tulislah juga diagram (notasi) sel volta itu.
2. Seperti pertanyaan nomor 1 untuk reaksi redoks berikut.
2Al(s) + 6H+(aq)
2Al2+(aq) + 3H2(g)
3. Tulislah reaksi elektrode dan reaksi sel pada masing-masing sel volta berikut.
a. Ni(s) | Ni2+(aq) || Ag+(aq) | Aq(s)
b. Pt | H2(g) | H+(aq) || Ce4+(aq), Ce3+(aq) | Pt
4. Apakah yang dimaksud dengan potensial elektrode standart?
Apa artinya jika suatu elektrode mempunyai potensial standar bertanda negatif?
5. Diketahui potensial elektrode Zn dan Ag sebagai berikut.

Zn2+(aq) + 2e
Zn(s) Eo = -0,76 volt
Ag+(aq) + e

Ag(s) Eo = +0,80 volt

a. Logam manakah yang lebih mudah mengalami oksidasi, Zn atau Ag? Jelaskan.
b. Ion manakah yang lebih mudah mengalami reduksi, Zn2+ atau Ag+ ? Jelaskan.

8. Persamaan Nernst (Pengayaan)


Pada bagian sebelumnya, perhitungan potensial sel didasarkan pada potensial elektrode
dalam keadaan standar (Eo) yang didapat dari tabel pottensal elektrode standar yang
ditentukan pada tekanan 1 atmosfer, suhu 298 K, dan konsentrasi larutan 1 molar.
Jika konsentrasi larutan tidak dalam keadaan standar (bukan 1 molar), maka
perhitungan potensial sel dihitung dengan menggunakan persamaan Nernst.
Untuk reaksi:

An+ + ne
bBm+
Potensial elektrode (E) dirumuskan oleh Nernst dengan persamaan sebagai berikut:
E = Eo [Bm+]b
RT
Dimana :
log
[An+]
nF
Eo = potensial elektrode standar
R = konstanta gas (8,314 k/ mol)
T = temperatur (K)
F = konstanta Faraday (96.500 Coulomb)

N = banyaknya elektron yang ditransfer


Jika nilai R, F, dan suhu 250C dimasukkan dalam rumusan tersebut, maka persamaan
menjadi:
E = Eo -

[Bm+]b
0,0592 log
[An+]
n
Contoh Soal 2.5 Menghitung
potensial sel
Jawab:
Contoh Soal 2.6 Menghitung kadar ion perak dalam larutan
Jawab:
Contoh Soal 2.7 Menghitung potensial sel
Jawab:
Contoh Soal 2.8 Menghitung Ksp CuBr
Jawab:
Contoh Soal 2.9 Menghitung potensial sel
Jawab:
C. ELEKTROLISIS
Kita telah membahas salah satu sel elektrokimia, yaitu sel volta. Dalam sel volta reaksi redoks
spontan digunakan sebagai sumber listrik.Sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta.
Dalam sel elektrolisis, listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan. Dalam
subbab ini, akan dibahas susunan sel elektrolisis, reaksi-reaksi elektrolisis, stoikiometri reaksi
elektrolisis, dan aplikasi reaksi elektrolisis dalam industri.
1. Susunan Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis terdir dari sebuah wadah, elektrode, elektrolit, dan sumber arus searah
dengan susunan seperti Gambar 2.6
Gambar hal 59
Gambar 2.6 Susunan sel elektrolisis.
Elektron (listrik) memasuki sel elektrolisis melalui kutub negatif (katode). Spesi tertentu
dalam larutan menyerap elektron dari katode dan mengalami reduksi. Sementara itu, spesi
lain melepas elektron di anode dan mengalami oksidasi. Jadi sama seperti pada sel volta,
reaksi di katode adalah reduksi, sedangkan reaksi di anode adalah oksidasi. Akan tetapi,
muatan elektrodenya berbeda. Pada sel volta, katode bermuatan positi, sedangkan anode
bermuatan negatif. Pada sel elektrolisis katode bermuatan negatif, sedangkan anode
bermuatan positif.
2. Reaksi-reaksi Elektrolisis
Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katode, yaitu reduksi, dan reaksi anode, yaitu oksidasi.
Spesi apa yang terlibat dalam reaksi katode dan anode bergantung pada potensial elektrode
dari spesi tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut.

Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah spesi yang potensial reduksinya paling

besar
Spesi yang mengalami oksidasi di anode adalah spesi yang potensial oksidasinya paling

besar
Berdasarkan ketentuan tersebut, kita dapat meramalkan reaksi-reaksi elektrolisis. Namun
demikian, perlu juga dipahami bahwa potensial elektrode juga dipengaruhi konsentrasi dam
jenis elektrodenya.
a. Reaksi-reaksi di katode (Reduksi)
Reaksi di katode bergantung pada jenis kation dalam larutan. Jika kation berasal dari
logam-logam aktif, (logam golongan IA, IIA, Al, atau Mn) yaitu logam-logam yang
potensial standar reduksinya lebih kecil (lebih negatif dari pada air), maka air yang
tereduksi. Sebaliknya, kation yang telah disebutkan diatas akan tereduksi.
b. Reaksi-reaksi di anode (Oksidasi)
Elektrode negatif (katode) tidak mungkin ikut bereaksi selama elektrolisis karena logam
tidak ada kecenderungan menyerap elektron membentuk ion negatif. Akan tetapi,
elektode positif (anode) mungkin saja ikut bereaksi, melepas elektron dan mengalami
oksidasi. Kecuali Pt dan Au, pada umumnya logam mempunyai potensial oksidasi lebih
besar dari pada air atau anion sisa asam. Oleh karena itu, jika anode tidak terbuat dari Pt,
Au atau grafit, maka anode itu akan teroksidasi.
L(s) Lx+(aq) + xe
Elektrode Pt, Au, dan grafit (C) digolongkan sebagai elektrode inert (sukar bereaksi).
Jika anode terbuat dari elektrode inert, maka reaksi anode bergantung pada jenis anion
dalam larutan. Anion sisa asam oksi seperti SO42-, NO3-, PO43- dan F-, mempunyai
potensial oksidasi lebih negatif daripada air. Anion-anion seperti itu sukar dioksidasi
sehingga air yang teroksidasi.
2H2O(l) 4H+(aq) + O2(g) + 4e
Jika anion lebih mudah dioksidasi daripada air, seperti Br- dan I-, maka anion itu yang
teroksidasi.
Contoh Soal 2.10 Menuliskan reaksi elektrolisis
Jawab:
3. Hukum-hukum Faraday
Pada tahun 1831-1832, jauh sebelum penemuan elektron, Michael Faraday dari Inggris, telah
menemukan hubungan kuantitatif antara massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis dengan
jumlah listrik yang digunakan. Penemuan itu disimpulkannya dalam dua hukum sebagai
berikut.
Hukum Faraday 1: Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus
dengan jumlah listrik yang digunakan (Q).
G Q.....................................................(2.1)

Jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus (i) dengan waktu (t).
Q = i t (coulomb).............................(2.2)
Jadi, persamaan (2.1) diatas dapat dituliskan sebagai berikut :
G i t ....................................................(2.3)
Hukum Faraday 2: Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus
dengan massa ekivalen zat itu (ME).
G ME..................................................(2.4)
Penggabungan hukum Faraday 1 dan 2 menghasilkan persamaan sebagai berikut :
G = k i t ME...............................(2.5)
(k= tetapan/pembanding)
Faraday menemukan nilai k =
1
Jadi, persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut :
96.500
G=
..............................(2.6)
it
Dengan,
G=
massa zat yang dibebaskan (dalam gram)

ME
96.500 i = kuat arus (dalam ampere)
t = waktu (dalam detik)
ME = massa ekivalen
Massa ekivalen dari unsur-unsur logam sama dengan massa atom relatif (Ar) dibagi dengan
ME =

bilangan oksidasinya (biloks).


.....................................(2.7)

Ar
Contohbiloks
Soal 2.11 Menggunakan hukum Faraday
Jawab:

4. Stoikiometri Reaksi Elektrolisis


Stoikiometri reaksi elektrolisis didasarkan pada anggapan bahwa arus listrik adalah aliran
elektron. Muatan listrik dari 1 mol elektron adalah 96.500 coulomb (tepatnya 96.487
coulomb). Jumlah muatan dari 1 mol elektron ini sama dengan tetapan faraday (1F).
1 F = 1 mol elektron
= 96.500 coulomb...........................(2.8)
Bagaimanakah hubungan kuat arus dan waktu dengan jumlah mol elektron? Telah kita
ketahui bahwa arus sebesar i ampere dialirkan selama t detik membawa muatan sebesar it
coulomb. Oleh karena 1mol elektron 96500 coulomb, maka dalam i t coulomb terdapat
mol elektron.
It
Jumlah mol elektron =
mol.....(2.9)
96.500
It
Contoh Soal 2.12 Stoikiometri reaksi elektrolisis
96.500
Jawab:
Contoh Soal 2.13 Stoikiometri reaksi elektrolisis
Jawab:
5. Penggunaan Elektrolisis dalam Industri
Dapat disebutkan tiga bidang industri yang menggunakan elektrolisis, yaitu produksi zat,
pemurnian logam, dan penyepuhan.
a. Produksi zat

Banyak zat kimia dibuat melalui elektrolisis, misalnya logam-logam alkali, magnesium,
aluminium, fluorin, klorin, natrium hidroksida, natrium hipoklorit, dan hidrogen
peroksida.
Klorin dan natrium hidroksida dibuat dari elektrolsisis larutan natrium klorida. Proses ini
disebut proses klor-alkali dan merupakan proses industri yang sangat penting.
Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan NaOH dikatode dan Cl2 di anode.
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Katode : 2H2O(l) + 2e 2OH-(aq) +H2(g)
Anode : 2Cl-(aq) Cl2(g)+ 2e
2H2O(l) + 2Cl-(aq) 2OH-(aq) + H2(g) + Cl2(g) +
Reaksi Rumus : 2H2O(l) + 2NaCl (aq) 2aNaOH (aq) + H2(g) + Cl2(g)
Selama elektrolisis, harus dijaga agar Cl2 yang terbentuk dianode tidak bereaksi dengan
NaOH yang terbentuk dikatode. Untuk itu ruang katode dan anode perlu dipisahkan.
b. Pemurnian logam
Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat kabel
listrik, diperlukan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi
konduktivitas tembaga. Akibatnya akan timbul banyak panas dan akan membahayakan
penggunaannya.
Gambar hal 64
Gambar 2.8 Pemurnian tembaga secara elektrolisis
Tembaga dimurnikan secara elektrolisis. Tembaga kotor dijadikan anode, sedangkan
katode digunakan tembaga murni. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan
CuSO4. Selama elektrolisis, tembaga dari anode terus-menerus dilarutkan kemudian
diendapkan pada katode.
CuSO4(aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Katode: Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Anode: Cu(s) Cu2+(aq) + 2e +
Cu(s) Cu(s)
anode
katode
Perak, emas, platina, besi, dan zink biasanya merupakan pengotor pada tembaga. Perak,
platina, dan emas mempunyai potensial lebih positif daripada tembaga. Dengan mengatur
tegangan selama elektrolsis, ketiga logam itu tidak ikut larut. Ketiga logam tersebut akan
terdapat pada lumpur anode. Hasil ikutan ini biasanya cukup untuk menutup biaya
pemurnian tembaga itu. Besi dan zink, yang mempunyai potensial elektrode lebih negatif
daripada tembaga, akan ikut larut. Akan tetapi, ion-ionnya (Fe2+ dan Zn2+) lebih sukar
diendapkan, jadi tidak ikut mengendap di katode.
c. Penyepuhan

Penyepuhan (electroplating) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau


untuk memperbaiki penampilan. Pada penyepuhan, logam dijadikan katode sedangkan
logam penyepuhannya sebagai anode. Kedua elektrode itu dicelupkan dalam larutan
garam dari logam penyepuh. Contoh, penyepuhan sendok yang terbuat dari besi (baja)
dengan perak. Sendok digunakan sebagai katode, sedangkan anode adalah perak murni.
Larutan elektrolitnya adalah larutan perak nitrat. Pada katode, akan terjadi pengendapan
perak, sedangkan pada anode, perak terus-menerus larut. Konsentrasi ion Ag+ dalam
larutan tidak berubah.
Katode (Fe) : Ag+(aq) + e Ag(s)
Anode (Ag): Ag(s) Ag+(aq) + e
Ag (anode) Ag (katode)
Latihan 2.3
D. KOROSI
1. Pengertian Korosi
Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat dilingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi
disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Gambar hal 67
Gambar 2.10 Korosi besi: (a) rongsokan mobil yang tampak telah berkarat (b) peristiwa
korosi yang terjadi pada besi
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah
Fe2O3.xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) Fe2+(aq) + 2e
E= +0,44 V
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir kebagian lain dari besi yang berlaku sebagai
katode, dimana oksigen tereduksi .
O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH-(aq)
E = +0,40 V
Atau
O2(g) + 4H+(aq) + 4e 2H2O(l)
E = +1,23 V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III)
yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3xH2O, yaitu karat besi.
Mengenai bagian mana dari besi yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang
bertindak sebagai katode bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau
perbedaan rapatan logam itu.

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Korosi Besi


Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kalsium klorida anhidrat (CaCl2) adalah zat yang
bersifat higroskopis (menyerap air), sehingga udara dalam tabung yang mengandung zat itu
akan bersifat kering (bebas air). Air yang sudah dididihkan kehilangan oksigen terlarut.
3. Pengaruh Logam Lain terhadap Korosi Besi
Dari kehidupan sehari-hari, kita ketahui bahwa besi yang dilapisi dengan zink akan tahan
karat, sedangkan besi yang kontak dengan tembaga, berkarat lebih cepat.
4. Cara-cara Pencegah Korosi Besi
Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan
mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel). Akan tetapi, proses ini terlalu
mahal untuk kebanyakan pengunaan besi.
Korosi membutuhkan oksigen dan air. Kemudian, berbagai jenis logam dapat melindungi
besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas didasarkan pada
dua sifat tersebut.
1) Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya di cat. Cat menghindarkan kontak besi
dengan udara dan air.
2) Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan
mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air.
3) Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang
sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4) Tin plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang
dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut
electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak
mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) atau air. Akan tetapi,
lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru
mendorong/mempercepat korosi besi. Hal ini terjadi karena potensial reduksi besi lebih
negatif daripada timah (EFe=-0,44volt;ESn=-0,14volt). Oleh karena itu, besi yang
dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai
anode. Dengan demikian timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang
diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5) Galvanisasi (pelapisan dengan zink). Pipa, besi, tiang telpon, badan mobil dan berbagai
barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari
korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hali itu tejadi karena suatu mekanisme yang
disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif dari pada
zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi
sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.

6) Cromium plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan
kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper
mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium
dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
7) Sacrificial protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih
aktif (berarti lebih mudah berkarat) dari pada besi. Jika logam magnesium dikontakkan
dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan
untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara
periodik, batang magnesium harus diganti.
5. Korosi Aluminium
Aluminium, juga zink dan kromium merupakan logam yang lebih aktif daripada besi. Jika
demikian, mengapa logam-logam lebih awet ? Sebenarnya, aluminium berkarat dengan cepat
membentuk oksida aluminium (Al2O3), perkaratan segera terhenti setelah lapisan tipis
oksida terbentuk. Lapisan itu melekat kuat pada permukaan logam, sehingga melindungi
logam dibawahnya terhadap perkaratan berlanjut.
Lapisan oksida pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui elektrolisis,
yang disebut anodizing. Aluminium yang telah mengalami anodizing digunakan untuk
membuat panci dan berbagai perkakas dapur, bingkai, kerangak bangunan (panel dinding),
serta kusen pintu dan jendela. Lapisan oksida aluminium lebih mudah di cat dan memberi
warna yang lebih terang.
Latihan 2.4
Soal Latihan Bab 2

BAB III KIMIA UNSUR


Standar Kompetensi
Memahami karakteristik unsur-unsur penting, kegunaan dan bahayanya, serta terdapatnya di alam
Kompetensi Dasar
1. Mengidentifikasi kelimpahan unsur-unsur utama dan transisi di alam dan produk yang
mengandung unsur tersebut
2. Mendeskripsikan kecenderungan sifat fisik dan kimia unsur utama dan unsur transisi (titik
didih, titik leleh, kekerasan, warna, kelarutan, kereaktifan, dan sifat khusus lainnya)
3. Menjelaskan manfaat, dampak dan proses pembuatan unsur-unsur dan senyawanya dalam
kehidupan sehari-hari
4. Mendeskripsikan unsur-unsur radioaktif dari segi sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia,
kegunaan, dan bahayanya
Tujuan
A. KELIMPAHAN UNSUR-UNSUR DI ALAM
1. Keberadaan Unsur-unsur di Kulit Bumi
Sekitar 90 jenis umsur terdapat di alam, sisanya merupakan unsur buatan. Sebagian dari unsur
tersebut terdapat sebagai unsur bebas, tetapi lebih banyak yang berupa senyawa. Unsur-unsur
gas mulia (helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon) terdapat sebagai unsur bebas.
Tidak ditemukan satu pun senyawa alami dari unsur gas mulia. Beberapa unsur logam, yaitu
emas, platina, perak, dan tembaga, juga ditemukan dalam bentuk bebas, di samping sebagai
senyawa. Begitu juga dengan beberapa unsur nonlogam, yaitu oksigen, nitrogen, belerang, dan
karbon.
Bahan-bahan alam yang mengandung unsur atau senyawa tertentu dalam kadar yang
relatif besar disebut mineral. Suatu unsur atau senyawa diperoleh dari mineral yang tersedia.
Akan tetapi, tidak semua mineral dapatdigunakan sebagai sumber komersial untuk unsurnya.
Hal ini bergantung pada kadar mineral dan mudah/sukarnya proses pengolahan. Mineral yang
secara komersial digunakan sebagai sumber logam disebut bijih. Aluminosilikat dan bauksit
merupakan dua contoh mineral aluminium. Secara komersial, aluminium dibuat dari bauksit.
Jadi, bauksit merupakan contoh bijih aluminium.
2. Kelimpahan Unsur-unsur di Kulit Bumi
Unsur yang paling melimpah di kulit bumi adalah oksigen, kemudian silikon dan aluminium
(lihat Tabel 3.1)

Tabel 3.1 Kelimpahan unsur-unsur dalam kulit bumi


Unsur
Oksigen
Silikon
Aluminium
Besi
Kalsium
Natrium
Kalium
Magnesium
Hidrogen
Titanium

% Massa
49,20
25,67
7,50
4,71
3,39
2,63
2,40
1,93
0,87
0,58

Unsur
Klorin
Fosforus
Mangan
Karbon
Belerang
Barium
Nitrogen
Fluorin
Stronsium
Unsur lain

% Massa
0,19
0,11
0,09
0,08
0,06
0,04
0,03
0,03
0,02
0,47

Sumber komersial dari oksigen dan nitrogen adalah udara. Kelimpahan kedua unsur itu
dalam udara diberikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Komposisi udara bersih dan kering
Komponen

Rumus

Nitrogen
Oksigen
Argon
Karbon dioksida
Neon
Helium
Metana
Kripton
Karbon monoksida
Nitrogen oksida
Hidrogen
Xenon
Nitrogen
Ozon

N2
O2
Ar
CO2
Ne
He
CH4
Kr
CO
N2O
H2
Xe
NO2
O3

Konsentrasi
%
78,09
20,94
0,934
0,0315
0,0018
0,00052
0,00010 0,00012
0,0001
0,00001
0,00005
0,00005
0,000008
0,000002
0,000001 0,000004

ppm
780900
209400
9340
315
18
5,2
1,0 1,2
1
0,1
0,5
0,5
0,08
0,02
0,01 0,04

Beberapa unsur diperoleh dari air laut. Misalnya natrium, klorin, magnesium dan
bromin. Komposisi mineral dalam air laut diberikan pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Kandungan mineral utama dalam air laut
Komponen
Klorida
Natrium
Sulfat

Rumus
ClNa+
SO42-

Konsentrasi

Komponen

(g/kg air laut)


18,980

Bikarbonat

10,556
2,649

Bromida
Asam borat

Rumus
HCO3BrH3BO3

Konsentrasi
(g/kg air laut)
0,140
0,065
0,026

Magnesium
Kalsium
Kalium

Mg2+
Ca2+
K+

1,272
0,400
0,380

Stronsium
Fluorida

Sr2+
F-

0,013
0,001

Sebagian besar unsur, khususnya logam, terdapat sebagai deposit di bawah permukaan
tanah. Bijih logam biasanya digolongkan menurut jenis anionnya, seperti pada Tabel 3.4
berikut.
Tabel 3.4 Berbagai golongan mineral.
Anion
Tidak ada*
Oksida

Sulfida

Contoh mineral
Au, Ag, Pt, Cu, Bi, As, Sb, Os, Ir, Ru, Rh, Pd
hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4), bauksit (Al2O3.nH2O), kasiterit
(SnO2), silica (SiO2)
Kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S), spalerit (ZnS), galena (PbS), pirit

(FeS2), cinnabar (HgS)


Garam batu (NaCl), silvit (KCl), karnalit (KCl-MgCl2)
Klorida
Batu kapur (CaCO3), magnesit (MgCO3), dolomit (MgCO3.CaCO3)
Karbonat
Gypsum (CaSO4.2H2O), garam Epsom (MgSO4.7H2O), barit (BaSO4)
Sulfat
Beryl (Be3Al2Si6O18), kaolinit (Al2Si2O8(OH)4) spodumene
Silikat
*Sebagai unsur
Rumus beberapa mineral lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.5.;sedangkan berbagai logam
yang terdapat cukup melimpah di Indonesia diberikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.5 Rumus beberapa mineral.
Nama
Gibsit
Boehmite
Corundum
Olivine, Peridot
Tephroite
Monticellite
Kirschsteinite
Cryolite
Calcite
Fluorite
Quartz
Angelsite
Cerussite
Sphalerite/Zinc blende
Malachite

Rumus
mineral
Al2O3H2O
AlO(OH)
Al2O3
(Mg,Fe)2SiO4
Mn2SiO4
CaMgSiO4
CaFeSIO4
Na3AIF6
CaCO3
CaF2
SiO2
PbCO3
PbCO3
(Zn,Fe)S
Cu2CO3(OH)2

Nama
Azurite
Cuprite
Bornite
Auricupride
Novodneprite
Weishanite
Aurostibite
Siderite
Brucite
Serpentine
Barite
Celestine
Halite
Chromite

Rumus mineral
Cu3(CO3)2(OH)2
Cu2O
Cu5FeS4
Cu3Au
AuPb3
(Au,Ag)3Hg2
AuSb2
FeCO3
Mg(OH)2
Mg,Fe)3Si2O5(OH)4
BaSO4
SrSO4
NaCl
(Fe, Mg)Cr2O4

Tabel 3.6 Berbagai mineral dan tempatnya di Indonesia


No
1.

Unsur
Tembaga

2.

Besi

3.

Nikel

Mineral
Kalkopirit , CuFeS2
Kalkosit, Cu2S
Hematit, Fe2O3
Magnetit, Fe3O4
Pirit, FeS2
Siderit, FeCO3
NiS

Terdapat di

4.

Emas

Unsur

5.

Aluminium

6.

Timah

Bauksit, Al2O3 .nH2O


Kriolit, Na3AIF6
Kasiterit, SnO2

Papua
Cilacap

Soroako, Sulawesi Selatan


Aceh, Lampung Selatan, Jawa Barat,
Kalimantan Tengah, dan Bengkulu.
Pulau Bintan
Pulau Bangka

Latihan 3.1
B. SIFAT-SIFAT UNSUR
Sifat-sifat unsur sangat ditentukan oleh konfigurasi elektronnya. Unsur-unsur dalam sistem
periodik disusun menurut kenaikan nomor atom dan berdasarkan konfigurasi elektronnya. Unsurunsur yang memiliki susunan elektron terluar sama memiliki sifat kimia yang sama dan
dimasukkan dalam satu golongan, dan unsur-unsur yang memiliki jumlah kulit yang sama
dimasukkan dalam satu periode. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibahas sifat-sifat unsur
menurut golongan dan menurut periode. Sifat-sifat tersebut meliputi sifat fisis dan sifat kimia,
seperti penampilan, kelarutan, titik didih, titik leleh, kekerasan, jari-jari atom, kereaktifan, dan
sifat khusus lainnya.
1. Gas Mulia
Unsur-unsur gas mulia dalam sistem periodik menempati golongan VIII A yang terdiri dari
unsur Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe) dan Radon (Rn).
Struktur elektron terluar gas mulia yang oktet (8) (kecuali helium duplet (2)) merupakan
struktur yang paling stabil, oleh karena itu gas mulia sukar bereaksi dengan unsur lain
sehingga disebut gas inert (lamban).
Pada tahun 1962 Neil Bartlett berhasil mensintesis senyawa gas mulia xenon, yaitu
XePtF6. Sejak saat itu istilah inert tidak lagi sesuai dan para ahli kimia mulai menyebut

dengan golongan gas mulia.


a. Sifat-sifat fisis gas mulia
Sifat-sifat fisis gas mulia berubah secara periodik seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Beberapa data fisis unsur gas mulia.
Sifat
Nomor atom

He
2

Ne
10

Ar
18

Kr
36

Xe
54

Rn
86

Elektron valensi
Jari-jari atom ()
Titik leleh (C)
Titik didih (C)
Energi pengion (kJ mol-1)
Afinitas elektron (kJ mol-1)
Densitas (g L-1)

2
0,50
-272,2
-268,9
24,6
21
0,178

8
0,65
-248,6
-246,0
21,6
29
0,900

8
0,95
-189,4
-185,9
15,8
35
1,78

8
1,10
-157,2
-153,4
14,0
39
3,73

8
1,30
-111,8
-108,1
12,1
41
5,89

8
1,45
-71
-62
10,7
41
9,73

Seperti tampak pada Tabel 3.7, gas mulia mempunyai titik leleh serta titik didih yang
sangat rendah. Unsur gas mulia terdapat sebagai gas tak berwarna yang monoatomik, Titik
cair dan titik didih gas mulia meningkat dengan bertambahnya nomor atom. Hal ini
disebabkan semakin bertambahnya gaya dispersi antar atom gas mulia sesuai
bertambahnya massa atom relatif (Ar).
b. Sifat-sifat kimia gas mulia
Selama bertahun-tahun unsur gas mulia disebut sebagai gas inert. Sejak penemuan XePtF 6
oleh Neil Bartlett anggapan gas inert gugur. Energi ionisasi kripton, Xenon dan Radon
hampir sama dengan energi ionisasi oksigen dan masih lebih rendah dari fluor. Oleh
karena itu dimungkinkan tiga unsur tersebut dapat membentuk senyawa dan telah
dibuktikan oleh Bartlett.
Kereaktifan gas mulia bertambah besar sesuai dengan pertambahan jari-jari
atomnya, yaitu dari atas ke bawah. Pertambahan jari-jari atom mengakibatkan daya tarik
inti terhadap elektron kulit luar berkurang, sehingga semakin mudah ditarik oleh atom
lain. Walaupun senyawa gas mulia telah berhasil dibuat, namun tetap harus diakui bahwa
unsur gas mulia lebih stabil dari semua golongan lainnya.
2. Halogen
Unsur-unsur halogen dalam sistem periodik menempati golongan VIIA yang terdiri dari unsur
Fluor (F), Klor (Cl), Brom (Br), Yod (I), dan Astatin (At). Unsur-unsur golongan VIIA disebut
unsur halogen artinya pembentuk garam. Dinamai demikian karena karena unsur tersebut
dapat bereaksi dengan logam membentuk garam. Misalnya, klorin bereaksi dengan natrium
membentuk natrium klorida (NaCl), yaitu garam dapur.
Pada bagian ini unsur Astatin tidak dibahas karena bersifat radioaktif dengan waktu
paruh pendek sehingga jarang ditentukan dan sifat-sifatnya belum banyak diketahui.
a. Sifat-sifat fisis
Sifat-sifat halogen berubah secara periodik seperti terlihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.8 Sifat-sifat fisis halogen
Sifat
Nomor atom (Z)
Konfigurasi elektron
Titik cair (C)

Fluor

Klor

Brom

Yod

9
[He]2s2p5
220

17
[Ne]3s23p5
101

35
[Ar]3d104s24p5
7

53
[Kr]4d105s25p5
114

Titik didih (C)

188

35

59

184

Rapatan (g/cm3)
Energi pengionan tingkat

1,69 103
1681

3,21 103
1251

3,12
1140

4,93
1008

pertama (Kj mol1)


Afinitas elektron (Kj mol1)
Kelektronegatifan (skala

328
4,0

349
3,0

325
2,8

295
2,5

Pauling)
Potensial reduksi standar (volt)

2,87

1,36

1,06

0,54

0,64
1,19

0,99
1,67
242

1,14
1,82
193

1,33
2,06
151

X2 + 2e
2X
Jari-jari kovalen,
Jari-jari ion (X),
Energi Ikatan X-X (Kj mol1)

155

1) Struktur halogen
Unsur halogen berupa molekul diatomik (X 2) dengan energi ikatan X - X berkurang
dari Cl2 sampai I2, sesuai dengan pertambahan jari-jari atomnya. Semakin panjang jarijari atom semakin lemah ikatan antaratom sehingga semakin mudah diputuskan
akibatnya energi ikatan makin rendah. Energi ikatan F - F lebih kecil dibanding dengan
energi ikatan Cl -Cl dan Br - Br, hal ini berhubungan dengan kereaktifan F 2. Semakin
reaktif molekul X2 menyebabkan ikatan semakin mudah diputuskan sehingga energi
ikatan relatif kecil.
2) Wujud halogen
Titik cair dan titik didih halogen meningkat dengan bertambahnya nomor atom. Hal ini
disebabkan semakin bertambahnya gaya dispersi antarmolekul halogen sesuai
bertambahnya massa molekul relatif. Sesuai titik cair dan titik didihnya, maka wujud
halogen pada suhu kamar bervariasi
3) Warna dan aroma halogen
Unsur-unsur halogen dapat dikenali dari bau dan warnanya karena berbau merangsang.
Fluor berwarna kuning muda, klor hijau kekuningan, Brom cokelat, dan yod berwarna
ungu.
4) Kelarutan halogen
Kelarutan halogen dari fluor sampai yod dalam air semakin berkurang. Fluor
selain larut juga bereaksi dengan air.
2F2(g) + 2H2O(l)
4HF(aq) + O2(g)
Yod sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam larutan yang mengandung ion
I karena membentuk ion poliiodida I3, misalnya I2 larut dalam larutan KI.
I2(s) + KI(aq)
KI3(aq)
Karena molekul halogen nonpolar sehingga lebih mudah larut dalam pelarut
nonpolar, misalnya CCl4, aseton, kloroform, dan sebagainya.
b. Sifat-sifat kimia
1) Kereaktifan halogen

Unsur-unsur halogen adalah unsur-unsur yang reaktif, hal ini terbukti keberadaan
halogen

di

alam

sebagai

senyawa.

Kereaktifan

halogen

dipengaruhi

kelektronegatifannya. Semakin besar kelektronegatifan semakin reaktif karena


semakin mudah menarik elektron. Selain dipengaruhi keelektronegatifan, kereaktifan
halogen juga dipengaruhi oleh energi ikatan halogen. Semakin kecil energi ikatan
halogen, semakin mudah diputuskan ikatan tersebut sehingga makin reaktif halogen.
Dengan melihat data keelektronegatifan dan energi ikat halogen, dapat disimpulkan
kereaktifan halogen dari atas ke bawah semakin berkurang.
2) Reaksi-reaksi halogen
a. Reaksi dengan logam
Halogen dapat bereaksi dengan sebagian besar logam menghasilkan halida.
b. Reaksi dengan hidrogen
Halogen dapat bereaksi dengan hidrogen menghasilkan asam halida.
c. Reaksi dengan nonlogam dan metaloid tertentu
Halogen bereaksi dengan sejumlah nonlogam dan metaloid. Reaksi dengan
fosforus, arsen dan antimon menghasilkan trihalida jika halogennya terbatas, atau
pentahalida jika halogennya berlebihan
d. Reaksi dengan air
Reaksi Fluor dengan air menghasilkan HF dan gas oksigen, sedangkan halogen
lainnya bereaksi dengan air menurut reaksi:
X2 + H2O
HX + HXO
e. Reaksi dengan basa
Klorin, bromin, dan iodin mengalami reaksi disproporsionasi dalam basa.
f. Reaksi antarhalogen
Antarhalogen dapat bereaksi membentuk senyawa antarhalogen. Reaksinya secara
umum dapat dinyatakan sebagai berikut
X2 + nY2

2XYn

Dengan Y adalah halogen yang lebih elektronegatif dan n adalah bilangan ganjil
1, 3, 5, atau 7. Senyawa antarhalogen paling mudah terbentuk dengan fluorin.
3) Daya oksidasi halogen
Halogen merupakan oksidasi kuat. Sifat oksidator halogen dari atas ke bawah semakin
lemah, sehingga halogen-halogen dapat mengoksidasi ion halida di bawahnya.
F2(g) + 2e 2F- (aq) Eo = +2,87 V
Cl2(g) + 2e 2Cl-(aq) Eo = +1,36 V
Br2(l) + 2e 2Br-(aq) Eo = +1,06 V
I2(s) + 2e 2l-(aq) Eo = +0,547 V
Sebagaimana diketahui, semakin positif nilai potensial elektrode, maka spesi
itu semakin mudah mengalami reduksi, berarti merupakan pengoksidasi kuat.

4) Reaksi pendesakan antarhalogen


Latihan 3.2
3. Logam Alkali
Alkali merupakan unsur-unsur golongan IA kecuali hidrogen, yang meliputi litium (Li),
natrium (Na), kalium (K), rubidium (Rb), sesium (Cs), dan fransium (Fr).
a. Sifat fisis
Secara umum sifat fisis unsur-unsur alkali seperti yang tertera pada Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.8 Sifat Fisika Logam Alkali (Tak Termasuk Fransium)
titik leleh, C
titik didih, C
rapatan, g/cm3

Li
181
1.336
0,54

Na
98
881
0,97

Rb

64
766
0,87

39
694
1,53

istribusi elektron

2.1

2.8.1

2.8.8.1

2.8.18.8.1

energi pengionan, eV
ari-jari atom,
jari-jari ion,
kelektronegatifan
potensial reduksi standar (volt)
truktur kristal

5,4
1,34
0,60
1,0
3,05
bcc

5,1
1,54
0,95
0,9
2,71
bcc

4,3
1,96
1,33
0,8
2,92
bcc

4,2
2,16
1,48
0,8
2,49
bcc

Cs
29
679
1,88
2.8.18.18.8.
1
3,9
2,35
1,69
0,7
3,02
bcc

1) Wujud Alkali
Alkali merupakan unsur logam yang lunak dan dapat diiris. Dari data kekerasan (skala
Mohs) terlihat dari atas ke bawah semakin berkurang, hal ini berarti makin ke bawah
semakin lunak.
2) Titik didih dan Titik Cair
Logam-logam alkali memiliki titik didih dan titik cair yang rendah dan cukup lunak. Hal
ini disebabkan karena atom-atom logam alkali mempunyai satu elektron valensi sehingga
gaya yang mengikat partikel-partikel terjejal relatif lemah.
3) Energi Ionisasi (Energi Pengion)
Energi ionisasi logam-logam alkali relatif rendah dibanding energi ionisasi logam-logam
lain. Hal ini menunjukkan bahwa logam alkali lebih mudah melepaskan elektron daripada
logam lainnya. Energi ionisasi logam alkali dari atas ke bawah makin rendah, sehingga
dari litium sampai sesium
semakin reaktif.
4) Potensial Reduksi Standar
Harga potensial reduksi standar kecuali litium dari atas ke bawah semakin negatif. Hal ini
menunjukkan semakin mudahnya melepas elektron (sifat reduktor semakin kuat dari Na
sampai Cs). Penyimpangan harga potensial reduksi (E) pada litium disebabkan karena
energi hidrasi Li jauh lebih besar daripada alkali yang lain sehingga potensial reduksi Li
paling negatif.

b. Sifat kimia
Unsur-unsur alkali merupakan golongan logam yang paling reaktif. Kereaktifan logam
alkali dari atas ke bawah semakin bertambah, hal ini disebabkan energi ionisasinya dari
atas ke bawah semakin rendah sehingga semakin mudah melepaskan elektron. Kereaktifan
logam alkali dapat dibuktikan dengan kemampuan bereaksinya dengan berbagai unsur lain
dan senyawa.
Reaksi-reaksi logam alkali
4. Logam Alkali Tanah
a. Sifat-sifat fisis logam alkali tanah
b. Sifat-sifat kimia logam alkali tanah
1) Reaksi dengan air
2) Reaksi dengan udara
3) Reaksi dengan halogen (X2)
4) Reaksi dengan asam dan basa
c. Reaksi nyala logam alkali dan alkali tanah
d. Kelarutan senyawa logam alkali tanah
Latihan 3.3
5. Unsur-unsur Periodik Ketiga
a. Sifat-sifat fisis
1) Titik cair dan titik didih
2) Energi ionisasi
3) Sifat logam dan nonlogam
b. Sifat pereduksi dan pengoksidasi unsur periode ketiga
c. Sifat asam-basa hidroksida unsur periodik ketiga
Latihan 3.4
6. Unsur-unsur Transisi
a. Sifat-sifat umum unsur transisi
b. Sifat logam unsur transisi periode keempat
c. Sifat magnet
d. Warna senyawa unsur transisi periode keempat
e. Tingkat oksidasi unsur transisi periode keempat
7. Ion Kompleks
a. Struktur ion kompleks
b. Ligan
c. Bilangan koordinasi
d. Muatan ion kompleks
e. Tata nama ion kompleks
Latihan 3.5
C. PEMBUATAN DAN MANFAAT BEBERAPA UNSUR LOGAM DAN SENYAWANYA
1. Natrium
a. Pembuatan natrium
b. Penggunaan natrium dan senyawa natrium
1) Natrium
2) Natrium klorida (NaCl)
3) Natrium hidroksida (NaOH)

2.
3.

4.

5.
6.

4) Natrium karbonat (Na2Co3)


5) Natrium bikarbonat (NaHCO3)
Magnesium
a. Pembuatan magnesium
b. Penggunaan magnesium
Aluminium
a. Pembuatan aluminium
b. Penggunaan aluminium dan senyawanya
1) Aluminium
2) Aluminium sulfat [Al2(SO4)3]
Besi
a. Pembuatan besi
b. Penggunaan besi
c. Pembuatan baja
Tembaga
a. Pembuatan tembaga
b. Penggunaan tembaga
Timah, Kromium, dan Emas

Latihan 3.6
D. PEMBUATAN DAN MANFAAT BEBERAPA UNSUR NINLOGAM DAN SENYAWANYA
1. Karbon dan Senyawa Karbon
a. Intan
b. Grafit
c. Karbon monoksida (CO)
d. Karbon dioksida (CO2)
2. Silikon
a. Pembuatan silikon
b. Penggunaan senyawa silikon
3. Nitrogen dan Senyawa Nitrogen
a. Nitrogen
1) Pembuatan nitrogen
2) Penggunaan nitrogen
b. Amonia
1) Pembuatan nitrogen
2) Penggunaan nitrogen
c. Asam nitrat
4. Fosforus dan Senyawa Fosforus
a. Fosforus
1) Pembuatan Fosforus
2) Penggunaan Fosforus
b. Asam folat
c. Pupuk superfosfat
d. Natrium Tri Poli Fosfat (STPP), Na3P3O10
5. Oksigen
a. Pembuatan oksigen
b. Pembuatan oksigen di laboratorium
6. Belerang dan Senyawa Belerang
a. Belerang

1) Pembuatan belerang
2) Penggunaan belerang
b. Asam sulfat
Penggunaan asam sulfat
7. Halogen dan Senyawa Halogen
a. Fluorin dan senyawa fluorin
b. Klorin dan senyawa klorin
c. Bromin dan senyawa bromin
d. Iodin dan senyawa iodin
e. Pembuatan halogen di laboratorium
Latihan 3.7
E. UNSUR RADIOAKTIF
1. Penemuan Radioaktif
2. Sinar-sinar Radioaktif
a. Sinar alfa ( )
b. Sinar beta ( )
c. Sinar gamma ( )
3. Persamaan Inti
4. Transmutasi Buatan (Artificial Transmutation)
1
5. Laju Peluruhan dan Waktu Paro (t 2 )
Contoh Soal 3.1 Menggunakan waktu paro
6. Pengaruh Radiasi pada Makhluk Hidup
Latihan 3.8
F. PENGGUNAAN RADIOISOTOP
1. Radioisotop Sebagai Perunut
a. Bidang kedokteran
b. Bidang kimia dan biologi
1) Mempelajari kesetimbangan dinamis
2) Mempelajari reaksi pengesteran
3) Mempelajari mekanisme reaksi fotosintesis
2. Radioisotop Sebagai Sumber Radiasi
a. Bidang kedokteran
1) Sterilisasi radiasi
2) Terapi tumor atau kanker
b. Bidang pertanian
1) Pemulihan tanaman
2) Penyimpanan makanan
c. Bidang industri
1) Pemeriksaan tanpa merusak
2) Pengawetan bahan
Latihan 3.9
Soal Latihan Bab 3

Anda mungkin juga menyukai