Anda di halaman 1dari 87

TINJAUAN HUKUM EKONOMI TERHADAP KERJASAMA

EKONOMI INTERNASIONAL DI BIDANG PENANAMAN


MODAL YANG DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH DAERAH
SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

O
L
E
H
RISKA MAREBA MELIALA
NIM. 040200166
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

TINJAUAN HUKUM EKONOMI TERHADAP KERJASAMA EKONOMI


INTERNASIONAL DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG
DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

O
L
E
H
RISKA MAREBA MELIALA
040200166
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Disetujui oleh :
Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Prof.Dr. Bismar Nasution,SH,MH


NIP.131570455

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof.Dr. Bismar Nasution,SH,MH


NIP.131570455

Dr. Mahmul Siregar, SH, MH


NIP.132302943

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

TINJAUAN HUKUM EKONOMI TERHADAP KERJASAMA EKONOMI


INTERNASIONAL DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG
DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH
SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh:
RISKA MAREBA MELIALA
NIM. 040200166

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI


Disetujui Oleh :
Ketua Departemen

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H. M.H.


NIP. 131 570 455

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H. M.H.


NIP. 131 570 455

Dr. Mahmul Siregar, S.H, M.Hum.


NIP. 132 302 943

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmaanirrahim
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
karena atas segala petunjuk rahmat dan karunia-Nya, dan shalawat beriring salam
juga Penulis persembahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul TINJAUAN HUKUM EKONOMI TERHADAP
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL DI BIDANG PENANAMAN
MODAL YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH sebagai
salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan program studi sarjana di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan doa dari
berbagai pihak, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak M. Husni, SH, MH, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan
masukan baik di dalam kampus maupun organisasi.
3. Bapak Prof. DR. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Departemen
Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

sebagai

dosen

pembimbing

yang

telah

membimbing

dalam

menyelesaikan skripsi ini.


4. Bapak DR. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, selaku dosen pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi
banyak masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Afrita, SH, M.Hum, selaku dosen wali Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang telah banyak membantu dari awal hingga akhir
semester penulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6.

Bapak DR. Jelly Leviza, SH, M.Hum, selaku dosen Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan memberikan
masukan serta arahan untuk kelancaran penyelesaian skripsi ini,

Best

Lecture I Ever Had, all i can say just thank u so much.


7. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang
telah mencurahkan ilmunya dan membantu penulis selama menjalani
perkuliahan.
8. Seluruh karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
membantu kegiatan akademik penulis selama menjalani perkuliahan.
9. Teristimewa persembahan untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Ir.
Iskandar Sembiring, MM dan ibunda Hj. Rosdah Liana Tarigan, SE yang
telah banyak memberikan dukungan moril, materil, dan kasih sayang yang
tak ternilai serta doa yang tak pernah putus hingga dapat mengantarkan
penulis menjadi seperti sekarang. Im so sorry for all the things that i did
to u, I love both of you with all my heart and my life...

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

10. Karina Octavina Meliala dan Raihan Rais Meliala atas segala dukungan
yang telah diberikan selaku adik penulis (resmi kali ya kan??? I cant live
without all of ur support, ur happines, and ur love. Rajin belajar kalian,
karena kalian harus lebih dari aku. Harus!!).
11. Alm. Bulang Dompet Sembiring Meliala dan Alm. Bayak Abdul Razak
Tarigan atas nasihat-nasihat yang diberikan semasa hidup kepada penulis.
12. Iting Mias Br.Ginting dan Bayang Siti Hasmah Br. Sebayang yang selalu
mendukung dan mendoakan penulis.
13. Keluarga besar penulis yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Thank you for all the support.. Love You....
14. Thanks to the person whom i called with Nicht Nocht ( u dont like this
name, do you?) for always be there for me, for all the things that you
have done for me. But the important one is you always knew how to make
me feel bettter and thats why i wanted u to be my motivator....
15. Sahabat-sahabat penulis : Sevani Noy Marisya, Risna Nana Faradina ,
Poppy Popi Pitaloka Nasution, Pristiwana Wana Damanik atas
persahabatan yang kalian berikan kepada penulis hingga saat ini.
16. The best people ever : Mahalia Lala Nola Pohan, SH (Finally....), Karina
Kebo Utari Nasution, SH( makasi kebo buat semuanya...... oia,kapan
akad bo?? Hehehehe), Dhira Rara MWS Nasution, SH( makasi inda.... ri
sayang inda..), Dewi Inang Meivisa Harahap,SH( nang makasi yah..),
Bedoel (Hidung kau bawa hoki dul), Inggit IS (bisanya tu git), Budi
Heboh (budi... namaku harus ada di skripsi kau ya...), Faat (orang tua

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

17. Senior stambuk 2002,2003, teman-teman stambuk 2004 dan adik-adik


stambuk 2005, 2006, 2007 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang tidak bisa disebukan satu persatu.
18. Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,
yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
19. Last but not least, i wanna say thank u for all the people out there who
already gave me an experience as the best teacher in my life. Now i can be
a better person because of that....
Thank u............
Akhir kata, dengan kerendahan hati Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Akan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan berfikir bagi
setiap orang yang membaca.

Medan, November 2008


Penulis

Riska Mareba Meliala

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

ABSTRAK .............................................................................................

vii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................

A. Latar Belakang Masalah .......................................................

B. Perumusan Masalah .............................................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................

D. Keaslian Penelitian ...............................................................

E. Tinjauan Kepustakaan ..........................................................

F. Metode Penelitian ................................................................

11

G. Sistematika Penulisan ..........................................................

13

BAB II KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL YANG


DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH ..................

15

A. Sejarah Kerjasama Ekonomi Internasional ..........................

15

B. Pengaturan Hukum Tentng Kerjasama Ekonomi Internasional .21


C. Manfaat Kerjasama Ekonomi Internasional oleh Pemerintah
Daerah ..................................................................................

26

D. Kendala-Kendala Dalam Kerjasama Ekonomi Internasional


oleh Pemerintah Daerah ........................................................

31

BAB III INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL


OLEH PEMERINTAH DAERAH ...........................................

34

A. Pengaturan Hukum Investasi dalam Kewenangan


Pemerintah Daerah ...............................................................

34

B. Praktek-praktek Kerjasama Ekonomi Internasional oleh


Pemerintah Daerah di Indonesia ..........................................

39

C. Kerjasama Ekonomi Internasional oleh Pemerintah


Daerah Sumatera Utara .......................................................

46

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

D. Investasi Sebagai Salah Satu Hasil Kerjasama Ekonomi


Internasional oleh Pemerintah Daerah .................................

53

BAB IV KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL DI BIDANG


INVESTASI OLEH PEMERINTAH DAERAH .....................

57

A. Aspek Hukum Kerjasama Investasi Bilateral ......................

57

B. Beberapa Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional Oleh


Pemerintah Daerah ...............................................................

60

C. Perlindungan Investasi Asing Oleh Pemerintah Daerah ......

63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................

68

A. Kesimpulan ..........................................................................

68

B. Saran .....................................................................................

71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

74

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

TINJAUAN HUKUM EKONOMI TERHADAP KERJASAMA EKONOMI


INTERNASIONAL DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG
DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH
Abstrak
Riska Mareba Meliala*)
Prof. DR. Bismar Nasution**)
DR. Mahmul Siregar***)
Dalam kajian ekonomi global, negara berkembang selalu tidak dapat
memenuhi kebutuhan pembangungan dalam negerinya. Indonesia sebagai negara
berkembang yang terdiri dari pemerintahan di tiap-tiap daerahnya menghadapi
perubahan perekonomian global dan mengikut sertakan keberadaannya sebagai
masyarakat internasional dalam melakukan berbagai kerjasama ekonomi
internasional dengan negara lain sebagai upaya memenuhi kebutuhan
pembangunan di dalam negeri.
Salah satu bentuk kerjasama ekonomi internasional yang bermanfaat
sumber pendapatan dan pembiayaan daerah yang dipandang prospektif adalah
kegiatan yang berkaitan dengan penanaman modal (investasi). Adapun yang
menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah pertama, kendalakendala apa saja yang muncul dalam kerjasama ekonomi internasional oleh
pemerintah daerah, yang kedua, bagaimana implementasi investasi sebagai salah
satu hasil kerjasama ekonomi internasional oleh pemerintah daerah dan yang
ketiga, bagaimana perlindungan investasi asing oleh pemerintah daerah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum
normatif. Metode penelitian hukum normatif adalah penelitian yang didasarkan
pada bahan hukum primer dan sekunder. Alat pengumpulan data yaitu melalui
studi pustaka (Library Search) dengan mengumpulkan sumber-sumber atau
bahan-bahan antara lain dari buku-buku, makalah, artikel, koran, majalah,
internet.
Penanaman modal sangat penting untuk menggerakkan perekonomian
nasional sekaligus daerah yang pada gilirannya akan mampu menciptakan
kesejahteraan bangsa. Otonomi daerah menjadi momentum berharga untuk
membuktikan diri bahwa daerah memiliki kemampuan tangguh dalam mengelola
potensi ekonominya. Permasalahan yang timbul dalam kerjasama ekonomi
internasional di bidang penanaman modal adalah pengaturan hukum, praktekpraktek kerjasama, aspek hukum kerjasama investasi, beberapa bidang kerjasama,
perlindungan investasi asing oleh pemerintah daerah sebagai pelaksana.
Pemerintah perlu mengadakan peninjauan kembali aspek-aspek pengaturan
perundang-undangan dan ketentuan pelaksanaan kerjasama ekonomi internasional
tersebut serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menarik investor agar
dapat lebih mendorong pertumbuhan ekonomi di tiap daerah di Indonesia.
Kata Kunci : Kerjasama Ekonomi Internasional, Penanaman Modal Oleh
Pemerintah Daerah.
*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU 2004
**) Guru Besar Fakultas Hukum USU, Pembimbing I
***) Dosen/Staff Pengajar Fakultas Hukum USU, Pembimbing II
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan hubungan dengan
manusia lain. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota
masyarakat itu membutuhkan hubungan satu sama lainnya. Hubungan antara
anggota masyarakat ini kemudian meluas tidak hanya terbatas antara anggota
masyarakat dalam satu negara saja, tetapi kemudian meluas melewati batas
negara. Kebutuhan akan adanya hubungan antara anggota masyarakat yang satu
dengan masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lain makin
bertambah dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi pengangkutan,
komunikasi, dan informasi. 1
Dapat dikatakan bahwa tidak ada seorang pun dapat hidup tanpa bantuan
orang lain. Sifat saling membutuhkan juga dialami oleh suatu negara. Sebagai
anggota dari masyarakat internasional, suatu negara tidak dapat hidup tanpa
adanya hubungan dengan anggota masyarakat internasional lainnya. Dengan
perkataan lain, ada kebutuhan saling tergantung antar negara. 2
Dinamika globalisasi yang kini telah merambah ke berbagai belahan dunia
terjadi dengan banyaknya kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK), canggihnya sarana-sarana komunikasi dan transportasi antar negara dan
antar benua. Sebelum lebih jauh membahas tentang globalisasi perdagangan,
1

Sri Setianingsih, Pengantar Hukum Organisasi Internasional (Jakarta : Universitas


Indonesia Press, 2004), hal.1
2
Ibid

1
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap
Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

maka secara hakiki patut dipertanyakan sebenarnya apakah fenomena globalisasi


itu?, yang pada saat bersamaan mendapat pujian (karena manfaatnya) dan cercaan
(karena dampak negatifnya). Secara mendasar, globalisasi adalah penyatuan yang
semakin dekat antara negara-negara dan masyarakat-masyarakat di dunia yang
disebabkan oleh pengurangan biaya transportasi dan komunikasi yang begitu
besar, dan meruntuhkan berbagai penghalang artifisial bagi arus barang, jasa,
modal, pengetahuan dan (dalam jumlah yang sedikit) orang-orang diperbatasan 3 .
Proses globalisasi dan liberalisasi ekonomi yang sedang berlangsung dewasa ini
telah mendorong peningkatan intensitas komunikasi dan interaksi antar bangsabangsa, termasuk antar kota-kota/daerah dan masyarakat di negara yang berbeda.
Dalam hal ini hubungan persahabatan dan saling pengertian antar bangsa-bangsa
semakin dirasakan dalam mendukung kepentingan nasional. Keadaan tersebut
sudah barang tentu memberi peluang yang baru dan luas kepada negara-negara
yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif. 4
Dengan meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan bersamaan
dengan itu meningkat pula hubungan ekonomi, melampaui batas-batas negara,
membawa perkembangan aliran modal asing / teknologi menunjukkan adanya
satu rangkaian kegiatan di bidang ekonomi dengan seperangkat pengaturan
hukumnya. 5

Joseph Stiglitz, Globalisasi dan Kegagalan Lembaga-Lembaga Keuangan


Internasional(Jakarta : PT. Ina Publikatama, 2003), hal.12
4
Damos Dumoli Agusman, Makalah : Kerjasama Sister City/Sister Province
(Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya, Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional,
Deplu, 2006)
5
Sumantoro, Hukum Ekonomi( Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986), hal 16
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Penanaman modal merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam


suatu kegiatan pembangunan sebab dengan penanaman modal kita dapat
mengubah sumber daya manusia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata. Melalui
penanaman modal akan dihasilkan barang dan jasa memperluas kesempatan
berusaha, melaksanakan alih teknologi dan sebagainya.

Salah satu cara untuk menggerakkan kembali perekonomian nasional


adalah melalui kebijakan mengundang masuknya investor ke Indonesia,
khususnya investor asing yang sampai saat ini masih merupakan faktor penting.

Penanaman Modal Asing (PMA) terutama di negara-negara yang sedang


berkembang termasuk Indonesia adalah diperuntukan bagi pengembangan usaha
dan menggali potensi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan memanfaatkan
potensi-potensi modal, skill atau managerial, dan teknologi yang dibawa serta
para investor asing untuk akselerasi pembangunan ekonomi negara berkembang
sepanjang tidak mengakibatkan ketergantungan yang terus menerus serta tidak
merugikan kepentingan nasional. 6

Pada kondisi sekarang di mana perekonomian negara termasuk


perekonomian di daerah masih dalam situasi krisis. Penyelenggaraan Pemerintah
dan pembangunan juga sedang menghadapi perkembangan dan perubahan
berbagai tatanan politik, ekonomi dan sosial yang berbarengan dengan semangat
reformasi secara terus menerus bergulir. Perubahan tatanan tersebut ternyata

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia dalam


Menghadapi Era Global (Malang : Bayumedia Publishing,2003), hal 8
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

mengakibatkan semakin ketatnya perilaku penanaman modal untuk semakin


berhati-hati dalam merencanakan dan melakukan investasi. 7

Dalam rangka pembangunan penanaman modal ke depan Pemerintah telah


berusaha menciptakan iklim yang kondusif dengan melakukan deregulasi dan
debirokratisasi secara terus menerus sebagaimana yang dilakukan pada tahuntahun terakhir ini baik yang menyangkut bidang usaha, perizinan dan
kelembagaan.

Jadi di sini penanaman modal diarahkan pada serangkaian pengaturan oleh


pemerintah untuk berperan serta dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan,
meliputi :

1. Peningkatan produksi nasional / penggalian potensi-potensi ekonomi


2. Penciptaan lapangan kerja
3. Peningkatan perataan hasil-hasil pembangunan/parisipasi masyarakat
dalam pembangunan/kegiatan ekonomi
4. Pemerataan kegiatan pembangunan ke daerah. 8

Seiring dengan adanya otonomi daerah dan dalam hal kaitannya dengan
pembangunan bertujuan untuk pemerataan kegiatan pembangunan ke daerah,
maka diperlukannya peraturan peraturan daerah yang bertujuan mengundang
minat investor untuk berinvestasi di tiap daerah di Indonesia. Sehingga dapat
menggerakan roda perekonomian di tiap daerah dan terwujudnya tujuan
7
8

www.google.com, tanggal 18 Juni 2008


Sumantoro, op.cit.,hal. 112

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

pembangunan di atas. Terbatasnya informasi tentang potensi investasi yang ada di


berbagai daerah di Indonesia, memberi dampak terhadap kurang dikenalnya
potensi di kalangan investor dalam negeri maupun manca negara. Pemberlakuan
sistem otonomi daerah, menuntut setiap pemerintah daerah otonom untuk lebih
aktif mempromosikan sekaligus menjual potensi investasi di daerahnya sehingga
pada akhirnya dapat menjadi motor dalam menggerakkan roda perekonomian di
masing-masing daerah.

Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal telah mulai dilaksanakan pada


tanggal 1 Januari 2001. Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal ini
menandai dimulainya sebuah babak baru dalam pembangunan daerah. Terlepas
dari perdebatan mengenai ketidaksiapan pemerintah di berbagai bidang dalam hal
pelaksanaannya, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal diyakini merupakan
jalan terbaik dalam rangka mendorong pembangunan daerah menggantikan
konsep pembangunan terpusat yang oleh beberapa pihak dianggap sebagai
penyebab lambannya pembagunan di daerah dan semakin membesarnya
ketimpangan antardaerah. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yang berarti
adanya keleluasaan bagi daerah untuk mengembangkan potensi penerimaan
daerah pada satu sisi, dan keleluasaan untuk menyusun daftar prioritas
pembangunan di sisi lainnya, akan dapat mendorong percepatan pembangunan
daerah. 9

Daya Saing Daerah.Konsep dan Pegukurannya di Indonesia( Yogyakarta :BPFE,


2002), hal.5
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk


mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pada tingkat terendah, otonomi mengacu pada
individu sebagai perwujudan free will yang melekat pada diri-diri manusia sebagai
salah satu anugerah paling berharga dari Sang Pencipta. Free will inilah yang
memungkinkan individu-individu menjadi otonom sehingga mereka bisa
mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang ada di dalam dirinya secara
optimal. Individu-individu yang otonom inilah yang selanjutnya membentuk
komunitas yang otonom, dan akhirnya bangsa yang mandiri serta unggul. 10

Oleh karena itu, penguatan otonomi daerah harus membuka kesempatan


yang sama dan seluas-luasnya bagi setiap pelaku dalm rambu-rambu yang
disepakati bersama. Di luar itu, pada prinsipnya tak boleh ada pembatasan,
khususnya dalam mobilitas faktor-faktor produksi. Otonomi juga memberikan
peluang bagi persaingan sehat antardaerah, tentu saja dengan jaring-jaring
pengaman bagi tercapainya persyaratan minimum bagi daerah-daerah yang
dipandang masih belum mampu menyejajarkan diri dalam suatu level of playing
field. 11

Otonomi pada prinsipnya memang berusaha mendorong potensi daerah


agar berkembang menurut preferensi daerah itu sendiri sesuai dengan aspirasi
masyarakatnya yang terus berkembang, karena hanya orang daerahlah yang
mengetahui persoalan, potensi dan preferensi masyarakatnya dalam membawa ke
10

Faisal H.Basri, Prospek Investasi di Era Otonomi Daerah(Jurnal Hukum Bisnis, Vol
22, No.5, 2003), hal 6
11
Ibid
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

arah mana pembangunan dilaksanakan. Karena, hakekat pembangunan adalah


membentuk

manusia-manusia

atau

individu-individu

otonom,

yang

memungkinkan mereka bisa mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang


dimilikinya secara optimal. Dari sini muncul keberagaman dan spesialisasi
sehingga menyuburkan pertukaran (exchange) atau transaksi. 12

Mengingat pentingnya pengaturan hukum mengenai investasi yang


dilakukan oleh pemerintah daerah , maka hal inilah yang membuat penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut bagaimana investasi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah, apakah telah sesuai atau belum sesuai dengan penerapan yang terdapat
dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal serta
kaitannya dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Demikianlah yang menjadi alasan penulis memilih penulisan skripsi
dengan judul : TINJAUAN HUKUM EKONOMI TERHADAP KERJASAMA
EKONOMI INTERNASIONAL DI BIDANG PENANAMAN MODAL YANG
DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH.

B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
mengenai hal-hal berikut :
1.

Kendala-kendala apa saja yang muncul dalam kerjasama ekonomi


internasional oleh pemerintah daerah?
12

Ibid, hal 7

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

2.

Bagaimana implementasi investasi sebagai salah satu hasil kerjasama


ekonomi internasional oleh pemerintah daerah?

3.

Bagaimana perlindungan investasi asing oleh pemerintah daerah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Penulisan ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui lebih jelas kendala yang muncul dalam
kerjasama ekonomi internasional oleh pemerintah daerah.
b. Untuk mengetahui bagaimana implementasi investasi sebagai salah
satu

hasil kerjasama ekonomi internasional oleh pemerintah

daerah.
c. Untuk lebih mengetahui bagaimana perlindungan investasi asing
oleh pemerintah daerah.
2. Manfaat Penulisan :
a. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat terhadap investor asing yang
ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
b. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat terhadap investor asing yang
ingin

melakukan

kerjasama

ekonomi

internasional

dengan

pemerintah daerah.
c. Hasil penulisan ini dapat bermanfaat terhadap pemerintah daerah
dalam memahami akan hak dan tanggung jawabnya sebagai pihak
yang melakukan kerjasama ekonomi internasional.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

D. Keaslian Penulisan
Judul yang penulis pilih adalah TINJAUAN HUKUM EKONOMI
TERHADAP KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL DI BIDANG
PENANAMAN

MODAL

YANG

DILAKUKAN

OLEH

PEMERINTAH

DAERAH, yang diajukan dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan syarat-syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Judul skripsi ini belum pernah ditulis
di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulisan ini berdasarkan
referensi buku-buku, media cetak, dan elektronik. Oleh karena itu penulisan ini
merupakan sebuah karya asli sehingga tulisan ini dapat di pertanggung jawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan
Untuk menghindarkan salah pengertian yang mungkin timbul dalam
pembahasan skripsi ini maka diuraikan definisi operasional dari konsep-konsep
yang terkait sebagai berikut :
1. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. 13
2. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam
negeri. 14

13
14

Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 1.


Ibid, Pasal 1 angka 2.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

3. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk


melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam
negeri. 15
4. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan
penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing. 16
5. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah
yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia
. 17
6. Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan
usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman
modal di wilayah negara Republik Indonesia. 18
7. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan
warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau
badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki
oleh pihak asing. 19

15

Ibid, Pasal 1 angka 3.


Ibid, Pasal 1 angka 4.
17
Ibid, Pasal 1 angka 5.
18
Ibid, Pasal 1 angka 6.
19
Ibid, Pasal 1 angka 7.
16

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

8. Kerjasama patungan adalah suatu usaha kerjasama yang dilakukan antara


penanam modal asing dengan modal nasional semata-mata berdasarkan
suatu perjanjian atau kontrak belaka. 20

F. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan yang bersifat
normatif, yaitu penelitian yang menggunakan data sekunder. Data sekunder
tersebut meliputi :
1. Tipe Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif. 21
Langkah pertama dilakukan penelitian normatif yang didasarkan pada bahan
hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan penanaman modal, kerjasama patungan dan pemilikan saham
dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing.
Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan
persoalan ini dalam perspektif hukum penanaman modal.
2. Jenis Penelitian
Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari 22 :
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang isinya
mempunyai kekuatan mengikat kepada masyarakat. Dalam
penelitian ini antara lain, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

20

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Cet 3 (Jakarta : Kencana,


2007) hal 61.
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI Press.,1986) hal 9-10.
22
Ibid, hal 51 52
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah RI No. 1
Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Dan / Atau di DaerahDaerah Tertentu.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang isinya
menjelaskan mengenai bahan hukum primer. Dalam penelitian ini
adalah buku-buku, makalah, artikel dari surat kabar dan majalah,
internet, dan bahan-bahan yang berhubungan dengan kerjasama
ekonomi internasional yang dilakukan oleh pemda.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka
digunakan metode pengumpulan data dengan cara 23 :
a. Studi Kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara
sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet,
peraturan

perundang-undangan

dan

bahan-bahan

lain

yang

berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.


4. Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif,
yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya
dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas

23

Ibid. hal. 24.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. 24 , Metode kualitatif


dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analistis, yaitu datadata yang akan diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka akan diberikan gambaran
secara ringkas mengenai uraian dari bab ke bab yang berkaitan satu dengan
lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab ini digambarkan secara umum tentang latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian,
sistematika penulisan yang berkenaan dengan permasalahan yang
akan dibahas dalam skripsi ini.

BAB

II

KERJASAMA

EKONOMI

INTERNASIONAL

YANG

DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH


Pada bab ini digambarkan secara umum tentang sejarah kerjasama
ekonomi internasional, pengaturan hukum, manfaat kerjasama
ekonomi

internasional

serta

kendala

yang

muncul

dalam

pelaksanaan kerjasama ekonomi internasional.

24

Ibid.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

BAB III

INVESTASI

DAN

KERJASAMA

EKONOMI

INTERNASIONAL OLEH PEMERINTAH


Pada bab ini diuraikan mengenai pengaturan hukum investasi
dalam kewenangan pemerintah daerah, praktek-praktek kerjasama,
kerjasama ekonomi internasional, investasi sebagai salah satu hasil
kerjasama ekonomi internasional oleh pemerintah daerah.

BAB IV

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL DI BIDANG


INVESTASI OLEH PEMERINTAH DAERAH
Pada bab ini dijelaskan secara mendalam tentang aspek hukum
kerjasama

investasi

bilateral,

bidang

kerjasama

ekonomi

internasional oleh pemerintah daerah, perlindungan investasi asing


oleh pemerintah daerah.

BAB V

PENUTUP
Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan yang diambil dari apa
yang telah diuraikan oleh penulis yang disertai dengan saran-saran
untuk pengembangan iklim investasi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

BAB II
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL YANG DILAKUKAN
OLEH PEMERINTAH DAERAH

A. Sejarah Kerjasama Ekonomi Internasional


Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini telah memacu semakin
intensifnya interaksi antar negara dan antar bangsa di dunia. Meningkatnya
intensitas interaksi tersebut telah mempengaruhi pula potensi kegiatan ekonomi,
politik, sosial dan budaya Indonesia dengan pihak luar, baik itu dilakukan oleh
Pemerintah, organisasi non pemerintah, swasta dan perseorangan. Kenyataan ini
menuntut tersedianya suatu perangkat ketentuan untuk mengatur interaksi tersebut
selain ditujukan untuk melindungi kepentingan negara dan warga negara serta
pada gilirannya memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah telah mengundangkan UndangUndang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan UndangUndang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Kedua UndangUndang ini memberikan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan
hubungan luar negeri, pelaksanaan politik luar negeri dan pembuatan perjanjian
internasional. Kedua perangkat hukum ini menandai dibukanya paradigma baru
bagi Indonesia dalam melakukan hubungan luar negeri untuk memenuhi tuntutan
zaman yang bergerak cepat ini. Dengan adanya paradigma baru ini, tentunya

15
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap
Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

mengubah pemahaman yang selama ini ada bahwa hubungan luar negeri
merupakan monopoli negara (state actors). 25
Globalisasi yang mengacu pada pendirian formal organisasi-organisasi
internasional untuk mengkoordinasi perdagangan seperti yang disebut terakhir,
dengan sendirinya disertai pula oleh globalisasi hukum. Artinya globalisasi
perdagangan telah membawa substansi dari berbagai undang-undang dan
perjanjian-perjanjian

menyebar

melewati

batas-batas

negara.

Globalisasi

perdagangan membawa berbagai akibat baru dalam hubungan bisnis dan


hubungan-hubungan internasional. 26
Masyarakat Internasional sebagai landasan sosiologi dari hukum
internasional, dewasa ini sedang mengalami perubahan-perubahan besar yang
perlu diperhatikan. Perubahan-perubahan itu antara lain :
1.

Perubahan peta politik terutama setelah perang dunia II, yang merubah
pola kekuasaaan politik dari masyarakat internasional yang terbagi dalam
beberapa negara besar, menjadi masyarakat internasional yang terdiri dari
banyak sekali negara-negara yang merdeka

2.

Perkembangan dan kemajuan teknologi yang mempunya akibat besar bagi


masyarakat dan hukum internasional

3.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalm struktur organisasi masyarakat


internasional, dengan munculnya organisasi atau lembaga internasional

25

www.deplu.go.id, tanggal 2 September 2008.


Erman Rajagukguk, Globalisasi Hukum dan Kemajuan Teknologi: Implikasinya Bagi
Pendidikan Hukum dan Pembangunan Hukum Indonesia. (Medan : Universitas Sumatera Utara,
2001)
26

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

serta adanya kompetensi hukum bagi individu dalam beberapa hal


tertentu. 27
Perubahan peta bumi politik dalam masyarakat internasional melalui
lahirnya negara-negara baru sebagai anggota masyarakat internasional serta
perkembangan dan kemajuan teknologi, telah mengharuskan adanya hubunganhubungan yang tetap dan terus menerus diantara negara-negara, Adanya kemauan
negara-negara ( dalam suatu masyarakat internasional ) untuk menjalin hubungan
kerjasama satu sama lainnya secara timbal balik merupakan pencerminan
keterbatasan dari setiap negara dalam hal memenuhi segala kebutuhannya atau
adanya saling ketergantungan

( interdependensi ) diantara semua negara.28

Sebagai akibat dari penjajahan, maka negara-negara yang baru merdeka


tersebut menghadapi berbagai masalah dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan
karena negara-negara yang baru merdeka tersebut baru berhasil memperoleh hakhak politiknya saja, sedangkan secara ekonomis ketergantungan mereka ( negaranegara yang baru merdeka ) pada kekuatan ekonomi negara-negara colonial masih
sangat besar. Dengan kata lain, kolonialisme atau penjajahan ekonomi masih
berlangsung terus. 29
Negara-negara yang baru merdeka dalam perkembangan selanjutnya
berjuang untuk mengisi kemerdekaannya melalui pembangunan nasional dalam
rangka memperoleh penghidupan yang lebih layak bagi rakyatnya. Dengan
penghidupan yang lebih layak bagi rakyatnya, maka dapat menjembatani jurang

27

Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, ( Bandung : Bina Cipta,


1978), hal.19-22.
28
Ibid, hal.12-13
29
Ibid, Hal.40.
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

kemajuan dan kesejahteraan antara negara-negara maju sebagai bekas penjajah


dengan negara-negara berkembang yang baru merdeka tersebut.
Jurang kemajuan antara negara-negara maju dengan negara-negara
berkembang terjadi karena kecepatan pertumbuhan ekonomi pada negara-negara
maju berjalan sangat cepat, sedangkan pertumbuhan ekonomi negara berkembang
umumnya lambat. Hal ini berhubungan erat dengan kemajuan pada bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
negara-negara maju dapat lebih mudah meningkatkan kemajuan ekonominya,
sedangkan negara-negara berkembang yang tinngi penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologinya masih rendah semakin jauh ketinggalan. 30
Usaha menjembatani jurang ekonomi antara negara-negara maju dengan
negara-negara berkembang, diupayakan dengan memperjuangkan terciptanya Tata
Ekonomi Internasional Baru (TEIB) melalui forum PBB. Dalam hal ini sebagai
suatu organisasi internasional dengan salah satu tujuannya agar dapat berperan
menjembatani jurang kemajuan negara maju dan negara berkembang tersebut.
Karena itu dalam konsiderans Deklarasi TEIB, para anggota PBB bertekad
untuk membina suatu tata ekonomi baru yang didasarkan atas keadilan, persamaan
kedaulatan, saling ketergantungan, kepentingan bersama dan kerjasama antar
semua Negara. 31
Pembentukan Tata Ekonomi Internasional Baru yang didasarkan pada
persamaan kedaulatan, salaing ketergantungan, kepentingan bersama da kerjasama
30

Ibid, hal.46.
Sayid Fadhil, Makalah Kerjasama Luar Negeri Oleh daerah Dalam Rangka
Kerjasama Sister City dan Kerjasama Ekonomi Sub-Regional Indonesia-Malaysia-Thailand
Growth Triangle (KESR IMT-GT) yang disampaikan pada Lokakarya Aktualisasi Tata Cara
Hubungan Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah, 14 Juli 2007, hal.3.
31

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

antar semua negara, dapat menjadi landasan yang kuat untuk membangun dan
mengembangkan kerjasama antar kota (sister city cooperation).
Kerjasama antar kota sebagai pelaksanaan asas kerjasama seluas mungkin
sesama

negara

anggota

masyarakat

internasional,

diupayakan

untuk

memanfaatkan peningkatan bantuan internasional, bebas dari segala syarat politik


atau militer. Hal ini penting karena dari segi hukum internasional kedudukan
negara-negara maju, sesuai doktrin dasar hak dan kewajiban asasi negara yaitu
hak atas kesamaan derajat negara-negara tanpa memandang besar kecil, kuat
rendahnya negara-negara yang bersangkutan. 32
Dalam hal ini kerjasama anatar kota sebagai pelaksanaan dari kerjasama
seluas mungkin semua negara anggota masyarakat internasional, dilakukan tanpa
mempengaruhi kedaulatan negara dan hak memilih system ekonomi, politik,
social dan kebudayaannya serta tanpa paksaan baik ekonomi maupun politik
(terutama dari negara maju kepada negara berkembang). Adanya kewajiban
bekerjasama untuk pembangunan internasional (The Duty to Cooperation for
Global Development) merupakan syarat mutlak bagi negara-negara, karena
adanya saling ketergantungan (interdependensi) satu sama lain. Kerjasama
inernasional sebagai akibat saling ketergatungan diantara negara-negara, pada
gilirannya akan memberikan dampak pada peningkatan kerjasama antar kota
dalam rangaka pembangunan kota. Kerjasama demikian memang sangat
bermanfaat karena kota-kota menghadapi banyak masalah seperti : urbanisasi,
pembangunan perumahan, pengadaan air minum, sarana jalan dan lain-lainnya,
32

I Wayan Pathiana, Beberapa Masalah Dalam Hukum Internasional Dan Hukum


Nasional Indonesia, (Bandung : Bina Cipta, 1987), hal.11.
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

sehingga pertukaran pengalaman dalam penanganan akan sangat membantu dalam


penanggulangan masalah-masalah tersebut. 33
Kewajiban bekerjasama untuk pembangunan internasional menjadi
penting, karena perkembangan perekonomian internasional yag ditandai dengan
kemajuan teknologi, telah menampakkan ciri yang sangat menonjol yaitu proses
globalisasi dari berbagai sector seperti produksi, perdagangan dan investasi.
Proses globalisasi ekonomi internasional tersebut digambarkan dengan proses
internalisasi industri, sebagai berikut : 34
Keharusan untuk semakin memperbesar produksi dank arena itu
keharusan untuk memeprluas pasaran, ditunjang oleh penemua-penemuan
baru di bidang komunikasi dan telekomunikasi mengakibatkan bahwa
semakin banyak produk tidak lagi dihasilkan di suatu Negara. Disamping
itu juga semakin banyak produksi tidak lagi sekedar ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pasar local tetapi justru sebaliknya, produksi itu
sengaja dibuat untuk eksport ke luar negeri. Semua ini mengakibatkan
tumbuhnya suatu pola pembagian kerja yang baru yang tidak lagi melihat
dunia ini terpecah-pecah ke dalam negara-negara besar da kecil, masingmasing dengan system nasional negaranya yang satu sama lain berbeda,
tetapi bertolak belakang dari paham dunia sebagai suatu pasar global dan
satu planet yang dihuni oleh satu spesies makhluk, yaitu manusia.
Proses globalisasi ekonomi yang bertolak dari paham dunia sebagai suatu
pasar global dan merupakan satu planet yang dihuni manusia mengharuskan
adanya kerjasama baik antar Negara maupun kerjasama antar kota. Hal ini penting
karena peran kota-kota disetiap negara sebagai sumber ekonomi dan perdagangan,

33
34

Sayid Fadhil, Opcit, hal.5.


Ibid, hal.6.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

ilmu pengetahuan dan teknologi serta pusat tenaga kerja potensial yang sangat
mendukung proses globalisasi tersebut. 35
B.

Pengaturan Hukum Tentang Kerjasama Ekonomi Internasional Oleh


Pemerintah Daerah
Pada umumnya kerjasama antar ekonomi internasional terbentuk karena

adanya persamaan-persamaan di antara pihak-pihak yang melakukan kerjasama


tersebut, misalnya ada persamaaan kedudukan status administrasi, adanya
kesamaan ukuran/luasnya wilayah dan fungsi, adanya kesamaan karakteristik dan
adanya persamaan permasalahan. Adanya komplementaritas anatara kedua pihak
dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dapat menimbulkan aliran barang, jasa dan
hubungan sosial yang dapat mengakibatkan terjadinya pertukaran kunjungan
pejabat pengusaha dan misi-misi lainnya diantara kedua negara tersebut.
Mandat untuk membina hubungan kerjasama ini telah diungkapkan dalam
Undang-undang No.22 Tahun 1999 sejak 1 Januari 2000 yang kemudian direvisi
melalui Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa Pemerintah RI memang telah menyadari arti pentingnya
kerjasama ini. 36
Untuk mengadakan suatu kerjasama ekonomi internasional yang dalam hal
ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan mitra di luar negeri, memiliki dasar
hukum sebagai berikut :

35

Ibid
Wisnu Setiawan, Makalah Persepsi Prosedur Dan Mekanisme Kerja Sama Luar
Negeri Oleh Pemerintah Daerah : Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden atau Peraturan
Menteri?, Medan,14 Juli 2007, Hal.5.
36

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

a.

Keputusan Presidium Kabinet No. 81/U/KEP/4/1967 tentang Panitia


Kerjasama Teknik Luar Negeri (PKKTLN) jo Keputusan Presiden
No.60/M/1981 tanggal 21 Maret 1981 ;

b.

Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 (hasil amandemen) ;

c.

Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri ;

d.

Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional ;

e.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ;

f.

SK Menlu No. SK 03/A/OT/X/2002/01 tentang Panduan Umum Tata


Cara Hubungan Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah yang telah
diperbaharui dengan Peraturan Menteri Luar Negeri RI No.
09/A/KP/XII/2006 tanggal 28 Desember 2006 tentang Panduan Umum
Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemerintah
Daerah. 37
Dengan demikian Pemerintah Daerah dalam tataran terbatas dapat

mengadakan hubungan luar negeri seperti yang tercantum dalam Pasal 1 angka 1
UU No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri yang menyebutkan :
Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek
regional dan internasional yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat dan
daerah, atau lembaga-lembaganya lembaga Negara, badan usaha, organisasi
politik, organisasi masyarakat, Lembaga swadaya masyarakat atau warga Negara
Indonesia. 38

UU No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri pada prinsipnya


dimaksudkan untuk membangun suatu system atau mekanisme yang dapat

37
38

Ibid, hal. 12.


UU No. 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri, Pasal 1 angka 1.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

menjamin terlaksananya pengelolaan penyelenggaraan hubungan luar negeri dan


pelakasanaan politik luar negeri yang baik. Adapun prinsip-prinsip dimaksud
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.

Pemantauan (Monitoring);

b.

Pengarahan (Guidance);

c.

Pengendalian (Control);

d.

Pengawasan Umum (General Supervision), termasuk penegakan


peraturan (Rule Enforcement);

e.

Koordinasi (Coordination);

f.

Konsultasi (Consultation);

g.

Pemberi pertimbangan (Advisory)

Prinsip-prinsip tersebut di atas berlaku pula bagi pemerintahan daerah yang ingin
bekerja sama dengan pihak asing. 39
Undang-undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional juga
mengatur tentang prosedur dan mekanisme kerjasama ekonomi internasional. Hal
ini dimuat dalam pasal 5 Undang-undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional :
Lembaga Negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun non
departemen, di tingkat pusat dan daerah, yang mempunyai rencana untuk
membuat perjanjian internasional terlebih dahulu melakukan konsultasi dan
koordinasi mengenai rencana tersebut dengan Menteri. 40
Konsultasi dan koordinasi meliputi hal-hal sebagai berikut : 41

39

Sayid Fadhil, Opcit, hal.13.

40

Undang-undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional Pasal 5.


Damos Dumoli Agusman, Kerjasama Sister City/Sister Province (Direktorat
Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya, Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional, Deplu, 2006),
hal.3.
41

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

a.

latar belakang permasalahan;

b.

analisis permasalahan ditinjau dari aspek politis dan yuridis serta aspek
lain yang dapat mempengaruhi kepentingan nasional Indonesia;

c.

posisi Indonesia, saran dan penyesuaian yang dpat dilakukan untuk


mencapai kesepakatan.

Apabila ketiga hal tersebut telah mendapat pesetujuan dari Menteri Luar Negeri,
maka kerjasama pemerintah daerah dengan pihak asing sudah dapat dimulai.
Sebagaimana diketahui, UU No. 5/1974 tentang Pemerintah Daerah yang
lama secara implicit dan eksplisit tidak membuka peluang bagi pemerintah daerah
untuk melakukan kerjasama dengan pihak asing. Kerjasama pemerintah daerah
dengan pihak asing sebelumnya didasarkan pada :
a.

Keputusan Presidium Kabinet No. 81/U/KEP/4/1967 tentang Panitia


Kerjasama Teknik Luar Negeri (PKKTLN) jo Keputusan Presiden
No.60/M/1981 tanggal 21 Maret 1981;

b.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 275 tahun 1982 tentang


Pedoman Kerjasama Pembangunan Antar Daerah;

c.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1/1992 tanggal 15 Februari di


Jajaran Departemen Luar Negeri;

d.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 193/1652/PUOD tanggal 26


April 1993 perihal Tata Cara Pembentukan Hubungan Kerjasama
Antar Kota (Sister City) dan Antar Propinsi (Sister Province) Dalam

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

dan Luar Negeri. Surat Edaran tersebut ditujukan kepada Gubernur


Kepala Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia;
e.

SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Dalam Negeri dan Menteri


Luar Negeri tentang Promosi Potensi Ekonomi di Luar Negeri.

Kelima ketentuan/ aturan tersebut di atas berdasarkan UU No. 5/1974 telah


menjadi dasar hukum bagi pemerintahan daerah dalam melakukan hbungan
dan kerjasama dengan pihak asing. 42
Seiring berakhirnya pemerintahan orde baru (orba) yang sangat sentralistik
dimana tidak memberi peluang kepada daerah untuk mengatur dirinya sendiri
dan terbentuknya pemerintahan reformasi pada tahun 1998 yang memberi
angina segar kepada pemerintah daerah untuk mengatur dirinya sendiri, maka
UU No. 22/ 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah membolehkan
pemerintah daerah untuk mengadakan hubungan dan kerja sama dengan pihak
asing. Pasal 88 UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan
bahwa :
Daerah dapat mengadakan kerja sama yang saling menguntungkan
dengan lembaga/badan luar negeri, yang diatur dengan keputusan bersama
kecuali menyangkut kewenangan pemerintah, sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 7. 43
Rumusan pasal 88 Undang-undang No. 22/1999 ternyata tidak lagi
dicantumkan pada penggantinya yaitu Undang-undang No.32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Pada Undang-undang yang baru ini, masalah
kerja sama luar negeri lebih bersifat mekanisme internal sehingga rumusannya
lebih menekankan peranan DPRD dalam memberikan persetujuan dan
42
43

Sayid Fadhil, Opcit, hal.14.


UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 88.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

pertimbangan terhadap rencana kerja sama dan perjanjian internasional. Pasal


42 huruf f dan g menegaskan tentang tugas dan wewenang DPRD yang
berbunyi :
.memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah
terhadap rencana perjanjian internasional di daerah dan memberikan
persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh
pemerintah daerah. 44
Bentuk-bentuk peraturan yang telah disebutkan diatas pada prakteknya
kurang ditaati oleh pemerintah daerah dalam melakukan hubungan kerjasama
ekonomi internasional karena sering dijumpai departemen ataupun kanwil di
daerah melakukan perjanjian dengan pihak asing tanpa sepengetahuan
Departemen Luar Negeri sebagai pintu gerbang Pemerintah dengan pihak
asing. Akibatnya, perjanjian-perjanjian internasional yang dilakukan tidak
terkoordinasi dan sering bertentangan dengan kebijakan pemerintah secara
umum.
C. Manfaat Kerjasama Ekonomi Internasional Oleh Pemerintah Daerah
Pada

hakikatnya,

pembangunan

ekonomi,

pembangunan

ekonomi

merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus, dan pemerintah


membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan tersebut
agar dapat terlaksana sesuai dengan tahapan-tahapannya. 45
Sejalan dengan itu, sumber-sumber dana yang berasal dari dalam negeri
sering tidak mencukupi atau belum diterima pemerintah pada saat-saat
pengeluaran untuk membiayai pembangunan sudah sangat dibutuhkan. Situasi
44

Sayid Fadhil, Loc.cit.

45

Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal,
(Bandung : PT.Alumni,2008), Hal. 71.
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

demikian menciptakan perlunya pembiayaan pembangunan ditopang oleh sumbersumber dana lainnya seperti dana yang bersumber dari luar negeri. Keberadaan
sumber dana yang berasal dari luar negeri tidak dapat dihindarkan dari kegiatan
pembangunan nasional. 46
Sumber-sumber pembiayaan pembangunan ekonomi yang berasal dari luar
negeri memiliki fungsi sebagai berikut :
a. pelengkap dana pembangunan yang tersedia di dalam negeri, dan
b. menambah aliran devisa ke dalam negeri. 47
Salah satu penerimaan dana dari luar negeri berbentuk dalam kerjasama
ekonomi internasional yang pada hakikatnya merupakan kerjasama luar negeri
dalam bidang kerjasama teknik antara lain dalam rangka alih teknologi dan
pengetahuan (transfer of technology and knowledge) dari negara maju kepada
negara berkembang. Dalam kerjasama tersebut terlihat pula kecenderungan
berkembangnya kerjasama di bidang-bidang lainnya seperti bidang ekonomi,
perdagangan, teknologi, pariwisata kebudayaan dan manajemen perkotaan.
Hubungan kerjasama ekonomi internasional pada dasarnya merupakan
bahagian yang tidak terpisahkan dari hubungan luar negeri Indonesia. Hubungan
luar negeri Indonesia dilandasi prnsip politik luar negeri bebas dan aktif yang
diabadikan kepada kepentingan pembangunan di segala bidang, dalam rangka
untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. 48

46

Ibid, Hal.72.
Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan :Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan,
(Jakarta : Prenada Media, 2006), Hal.323-324.
48
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
47

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Dengan demikian, kepentingan pembangunan di segala bidang yang ingin


dicapai melalui hubungan luar negeri merupakan tujuan internal untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
mencerdaskan

kehidupan

bangsa.

Sedangkan

adanya

tujuan

eksternal

mengungkapkan kesadaran bahwa negara Indonesia tidak dapat mewujudkan


tujuan internalnya atau berkembang sesuai dengan perkembangan manusia dan
kemajuan di segala bidang secara mandiri lepas dari negara-negara lain.
Dalam hal ini, tujuan kerjasama ekonomi internasional oleh Pemerintah
Daerah juga memperlihatkan aspek internal dan eksternalnya. Aspek internal dari
kerjasama antar kota bagi Indonesia adalah dalam rangka menunjang
pembangunan nasional. Karena kerjasama ini selain bertjuan untuk memperat
persahabatan, dapat memanfaatkan kemajuan dan kemampuan kota di luar negeri
untuk kepentingan pengembangan dan pembangunan kota di Indonesia. 49

Dalam kaitannya dengan pengembangan dan investasi maka kerjasama


ekonomi internasional ini bermanfaat antara lain :

1. Perekonomian dikembangkan berorientasi dan berdaya saing


global melalui transformasi bertahap dari perekonomian berbasis
keunggulan komparatif sumberdaya alam melimpah menjadi
perekonomian yang berkeunggulan kompetitif
2. Peningkatan efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah kegiatan
primer terutama sektor pertanian dalam arti luas dan pertambangan
49

Podji Koentarso, Kebijaksanaan Kerjasama Teknik dan Sister City Cooperation


(Majalah Kota, No.3, Tahun II, Nopember-Desember 1990), Hal. 15.
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

didorong agar mampu bersaing di pasar lokal dan internasional


serta untuk memperkuat basis produksi secara nasional.
3. Daya

saing

global

perekonomian

ditingkatkan

dengan

mengembangkan pola jaringan rumpun industri (industrial cluster)


sebagai fondasinya, berdasarkan 3 (tiga) prinsip dasar:
o

Pengembangan rantai nilai tambah dan inovasi yang utamanya


adalah pilihan terhadap arah pola pengembangan yang ditetapkan
pada suatu periode tertentu;

Penguatan (perluasan dan pendalaman) struktur rumpun industri


dengan membangun keterkaitan antarindustri dan antara industri
dengan setiap aktivitas ekonomi terkait (sektor primer dan tersier,
UKM maupun perusahaan penanaman modal asing);

Pembangunan fondasi ekonomi mikro (lokal) agar terwujud


lingkungan usaha yang kondusif melalui penyediaan berbagai
infrastruktur peningkatan kapasitas kolektif (teknologi, mutu,
peningkatan kemampuan tenaga kerja dan infrastruktur fisik) serta
penguatan kelembagaan ekonomi yang dapat menjamin bahwa
peningkatan interaksi, produktivitas, dan inovasi yang terjadi,
melalui persaingan sehat, dapat secara nyata meningkatkan daya
saing perekonomian secara berkelanjutan.

4. Dengan keunggulan komparatif sebagai negara berpenduduk besar


dengan wawasan, kemampuan, dan daya kreasi yang tinggi, serta

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

memiliki bentang alam yang luas dan kekayaan sumber daya alam
dikembangkan berdasarkan 3 (tiga) prinsip utama, yaitu:

Pengembangan industri yang mengolah sumber daya alam secara


efisien dan rasional, dengan memperhatikan daya dukungnya;

Pengembangan industri yang memperkuat kemampuan dan


pembangunan jaringan interaksi, komunikasi, dan informasi baik
untuk kepentingan domestik maupun dalam kaitannya dengan
dinamika globalisasi; dan

Pengembangan industri yang memperkuat integrasi dan struktur


keterkaitan antar-industri ke depan.

5. Peningkatan efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor


pertanian dalam arti luas dikelola dengan pengembangan agribisnis
yang dinamis dan efisien, yang melibatkan partisipasi aktif petani
dan nelayan.

6. Perdagangan dan investasi dikembangkan agar mampu mendukung


perkuatan daya saing global. 50
7. Meningkatkan devisa negara.
8. Penciptaan lapangan kerja.
9. Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya, dalan hal ini terkait
dengan penanaman modal asing, Pemerintah menetapkan daerah
berusaha perusahaan-perusahaan modal asing di Indonesia dengan
50

www. Yahoo.com, tanggal 3-11-08

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

memperhatikan perkembangan ekonomi nasional , maupun


ekonomi daerah, macam perusahaan, besarnya penanaman modal
dan keinginan pemilik modal asing sesuai dengan rencana
pembangunan ekonomi nasional dan daerah. 51

D. Kendala-Kendala dalam Kerjasama Ekonomi Internasional Oleh


Pemerintah Daerah
Seiring dengan globalisasi, liberalisasi ekonomi semakin banyak terjadi
dalam perekonomian nasional. Salah satunya bisa dilihat dari penetrasi investasi
asing yang begitu kuat. Sebelum krisis ekonomi, Indonesia merupakan salah satu
tujuan investasi asing terpenting di dunia. Sekarang Indonesia sekurangnya masuk
dalam enam besar wilayah yang menarik bagi investor asing. Sektor
pertambangan, keuangan, perdagangan, dan jasa di Indonesia saat ini sebagian
besar telah dikuasai asing. Implikasinya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak
menetes ke rakyat Indonesia. 52
Banyak faktor yang menjadi kendala dalam kerjasama ekonomi
internasional oleh Pemerintah Daerah, antara lain : 53
1. Petunjuk / aturan yang beragam dari tiap-tiap lembaga
2. Hambatan bahasa
3. Kurangnya koordinasi dengan pelaksana program
51

Hulman Panjaitan & Anner Mangatur Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing,
(Jakarta : Indhill Co, 2008), Hal.37-39.
52
www. Google.com, tanggal 30 Oktober 2008
53
Zawiruddin, Makalah Fungsi Administrasi Departemen Dalam Negeri Dalam
Kerjasama Yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Disampaikan dalam lokakarya Aktualisasi
Tata Cara Hubungan Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah,Medan 14 Juli 2007, Hal. 8.
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

4. Minimnya pelaporan dari pelaksana


5. Peraturan pendukung yang minim
Seiring dengan tuntutan globalisasi, Undang-Undang No.37 Tahun 1999
tentang Hubungan Luar Negeri telah mengakui peranan Pemerintah Daerah
sebagai salah satu pelaku (actor) hubungan luar negeri. Selama ini pelaku
hubungan luar negeri didominasi oleh Pemerintah Pusat sebagai pelaku tunggal
(State-Actor) hubungan luar negeri. Perkembangan ini perlu disikapi Pemda
dengan memersiapkan diri dari aspek kelembagaan,tugas dan fungsi,SDM, serta
program dan strategi kerjasama luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
tantangan yang timbul dalam praktek kerjasama ekonomi internasional oleh
pemda, diantaranya : 54
1. Perbedaan sudut pandang/ persepsi Hubungan Kerjasama Luar Negeri
Dalam pelaksanaanya, ada negara/ kota menganggap hubungan kerjasama
yang dilakukan menjadi urusan Pemerintahan Kota, sedangkan partisipasi
masyarakat hanya sebagai pendukung. Di pihak lain, ada yang
menganggap bahwa hal tersebut menjadi urusan dan kepentingan
masyarakat, sedangkan pemerintah kota hanya bertindak sebagai
fasilitator.
Dilain pihak, sebagian instansi/ pejabat pusat di Indonesia menilai bahwa
actor / pelaku hubungan kerjasama luar negeri adalah hanya Pemerintah
Pusat (State-Actor) tidak termasuk Pemerintah Daerah. Pemda hanya

54

Purba Hutapea, Makalah Praktek Sister City / Province oleh DKI Jakarta,
Disampaikan dalam lokakarya Aktualisasi Tata Cara Hubungan Luar Negeri Oleh Pemerintah
Daerah,Medan 14 Juli 2007, Hal. 8-10.
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

sebagai tangan pusat atau cenderung bersifat menunggu dalam melakukan


hubungan kerjasama luar negeri.
2. Terbatasnya Sumber Daya Manusia
Hubungan

kerjasama luar negeri dalam hal ini kerjasama ekonomi

internasional membutuhkan SDM professional yang memahami praktek


dan etika hubungan internasional. Namun hingga saat ini, masih banyak
terdapat kendala di pemerintahan daerah dalam hal keterbatasan SDM.
Misalnya, yang fasih berbahasa asing dan yang memahami legal drafting
untuk beberapa MoU dan implementing agreement.
3. Sinkronisasi Penyusunan Program dan Anggaran
Belum semua unit / instansi di lingkungan Pemerintah Daerah yang terkait
dengan kerjasama ekonomi internasional menyususn program dan
anggaran secara terpadu dan sinkron dengan program-program yang telah
disepakati dan ditetapkan secara bilateral.
Kendala dan tantangan yang telah disebutkan diatas merupakan hal yang
harus dijawab oleh tiap Pemerintah Daerah di Indonesia jika ingin meningkatkan
tingkat investasi yang telah ditargetkan oleh tiap pemda tersebut

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

BAB III
INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL OLEH
PEMERINTAH DAERAH

A. Pengaturan Hukum Investasi dalam Kewenangan Pemerintah Daerah


Hukum investasi di Indonesia dipengaruhi oleh 2 sistem yang berbeda
yang kedua-duanya berlaku sampai saat ini, yakni system Civil Law dan system
Common Law yang banyak mewarnai ketentuan perundang-undangan di
Indonesia setelah tahun 1970-an. Sebagaimana halnya dengan hukum perjanjian
yang bersifat terbuka, hukum investasi di Indonesia dapat berkembang mengikuti
dinamika dan pertumbuhan perekonomian nasional. Pada umumnya, hukum
investasi merupakan hukum tertulis. Asas-asas yang terdapat dalam Hukum
Perikatan berlaku pula pada hukum investasi. Asas kebebasan mengadakan
perjanjian, asas konsensualisme, asas persamaan hukum, asas keseimbangan, asas
moral, asas kepatutan, dan asas kebiasaan yang terdapat pada Buku III KUPerdata
mendasari hukum investasi di Indonesia. 55
Hukum investasi merupakan bagian dari hukum perikatan. Ketentuanketentuan yang terdapat pada Buku III KUHPerdata serta peraturan perundangundangan yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia yang berkaitan dengan
investasi, baik investasi langsung maupun investasi tidak langsung termasuk
dalam cakupan hukum investasi. 56

55

Jonker Sihombing,Opcit, Hal.79.


Jonker Sihombing,Opcit, Hal.80.

56

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
34 2008
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah,
USU Repository 2008

Undangundang No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal


menegaskan bahwa investasi di Indonesia diselenggarakan berdasarkan asas
kepastian hukum yang sama bagi investor dalam negeri maupun investor asing,
kebersamaan, efiesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.57
Pada dasarnya, asas perlakuan yang sama merupakan hal yang sangat
fundamental dalam sebuah perikatan termasuk juga halnya dengan berinvestasi. 58
Diundangkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Undang-Undang Otonomi Daerah) yang kemudian diganti dengan UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberi dimensi baru berupa
kewenangan yang lebih luas pada daerah dalam mengatur dan mengurus rumah
tangganya. Undang-Undang Pemerintahan Daerah, melahirkan paradigma baru
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah yang mengutamakan pelaksanaan asas
desentralisasi, yang di masa sebelumnya dikebiri. Dalam perspektif ekonomi.
otonomi daerah merupakan langkah strategis untuk memperkuat basis
perekonomian daerah dalam menyongsong era globalisasi ekonomi. 59

Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah mengurus dan


mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan Pemerintah yang telah
ditetapkan oleh undang-undang. Pasal 10 angka (1)

UU No.32 Tahun 2004

menyebutkan :

57

Jonker Sihombing,Opcit,Hal.81.
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, (Bandung :
Citra Aditya Bakti, 2006), Hal.94-95.
59
Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah,( Yogyakarta : Andi,2002 ),
Hal.96.
58

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang


menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ini ditentukan menjadi urusan pemerintah.
Menurut pasal 10 angka (3) UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan :

Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana


dimaksud pada angka (1) meliputi : politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama.
Pemberian

otonomi

yang

luas

kepada

daerah

diarahkan

untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan


pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Besarnya kewenangan daerah ini, berimpliksi pada semakin besarnya


beban daerah, baik dalam pengelolaan maupun dalam pembiayaan urusan
pemerintahan yang menjadi urusan rumah tangganya. Sedangkan implementasi
kewenangan daerah dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain, aspek sumber
daya alam, aspek sumber daya manusia, dan aspek kemampuan daerah dalam
memperoleh sumberpendapatan daerah termasuk pendapatan asli daerah. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan otonomi daerah ini, setiap daerah harus secara
optimal mencari berbagai alternatif untuk mendapatkan sumber pembiayaan untuk
menyelenggarakan

urusan

pemerintahannya,

baik

dengan

intensifikasi

pemanfaatan sumber pendapatan daerah maupun ekstensifikasi (diversifikasi)


sumber pendapatan daerah. 60

60

www.mohjamin.blogspot.com, tanggal 10 November 2008.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Salah satu aspek sumber pendapatan dan pembiayaan daerah yang


dipandang prospektif adalah kegiatan yang berkaitan dengan penanaman modal
(investasi). Aktifitas penanaman modal di daerah yang sedang berlangsung
maupun penanaman modal baru sangat diharapkan menjadi penopang utama
pendapatan, pertumbuhan, dan pembangunan ekonomi daerah. 61

Dalam rangka menarik investor (pelaku investasi) ke daerah, Pemerintah


Daerah dapat mengupayakan tahapan tahapan sebagai berikut : 62

1. Menggali dan mengidentifikasikan untuk menentukan potensi keunggulan


daerah yang bisa ditawarkan kepada investor
2. Melakukan promosi atau road show ataupun publikasi lain pada industri,
terutama investor asing
3. Menetapkan kebijaksanaan pemerintah daerah dan pengaturan hukum
yang mendukung penciptaan iklim kondusif bagi investor
4. Melakukan penyesuaian kebijakan pemerintah daerah dan pengaturan
hukum yang tidak sesuai dengan ketentuan penanaman modal baik
internasional maupun nasional.
5. Mempersiapkan peningkatan sumberdaya manusia, aparat pemerintah
daerah dalam memberikan pelayanan yang baik dengan investor.

61

Murtir Jeddawi,. Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah (Yogyakarta :UII


Press,2005),Hal.8.
62

Rosyidah, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Global


(Malang : Bayumedia Publishing,2003), Hal.119.
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

6. Mendukung partisipasi aktif masyarakat atau publik pada aktifitas dan


pengawasan kegiatan penanaman modal.
7. Perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung bagi
kelancaran modal.
8. Perbaikan pelayanan perijinan bagi penanaman modal secara sederhana,
cepat, mudah, murah dan memuaskan.
9. Mengupayakan keamanan, kenyamanan, ketertiban lingkungan agar
tercipta iklim murah dan memuaskan,
10. Mendukung

pemberian

fasilitas

untuk

peningkatan

sumberdaya

masyarakat agar dapat menduduki jabatan strategis dan terjadi alih


teknologi.

Untuk memacu investasi di daerah, sekalipun bukan satu-satunya,


keberadaan regulasi daerah (Perda dan Perkada) yang mengatur dunia usaha
terutama perizinan sebagai sarana pelaksanaan otonomi daerah menjadi sangat
urgen. Adalah hal yang keliru jika dalam rangka memacu pendapatan (PAD)
daerah membuat banyak regulasi yang membebani dunia usaha misalnya dalam
hal perijinan. Karena dengan perijinan yang sulit dan berbelit, biaya tinggi akan
menyebabkan investor enggan masuk ke daerah. Padahal dengan mengurangi
pendapatan dari perijinan tetapi dapat mengundang banyak investor justru dampak
profit ekonomi yang dapat diraih dari kegiatan usaha akan jauh lebih lebih besar.
Tujuan regulasi daerah di bidang usaha bukanlah semata untuk meraup
pendapatan langsung bagi daerah yang berakibat ekonomi biaya tinggi (high cost)
bagi investor. Regulasi dalam bentuk perda dan perkada harus lebih berytujuan
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

untuk melakukan kontrol dan menciptakan keamanan berusaha dengan


mempertimbangkan potensi ekonomi, budaya, tenaga kerja, infrastruktur,
keuangan daerah, tidak bertentangan dengan peraturan daerah lain, peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum.

Pembuatan regulasi daerah, juga harus memperhatikan berlakunya hukum


internasional yang mengatur mengenai hukum investasi sebagai konsekuensi
Indonesia sebagai anggota WTO (World Trade Organization) dengan Undang
Undang No. 7 Tahun 1994 tentang pengesahan Agreement Establishing World
Trade Organization , dimana dari hasil Putaran Uruguay itu telah memasukkan
penanaman modal yang dikaitkannya dengan perdagangan (TRIMs : Trade
Related Invesment Measurers) dalam kerangka WTO. Salah satu prinsip yang
diatur dalam organisasi perdagangan dunia ini adalah prinsip national treatment,
dimana dalam kaitannya dengan penanaman modal, harus ada perlakuan yang
sama antara investor dalam negeri dengan investor asing. 63

B.

Praktek-Praktek Kerjasama Ekonomi Internasional oleh Pemerintah


Daerah di Indonesia
Arah pembangunan ekonomi Indonesia tercantum dengan jelas pada

Pembukaan UUD 1945, yang pada alinea ke-4 menyebutkan :


Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

63

www.mohjamin.blogspot.com, Ibid.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Tujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan yang berkeadilan


sosial menurut Pembukaan UUD 1945 di atas membuktikan bahwa Indonesia
sejak awal dicirikan sebagai negara kesejahteraan. Namun, karena pemerintah
mempunyai keterbatasan dana, sarana, dan birokrasi yang belum mampu
melaksanakan negara kesejahteraan sebagai sebuah institutional welfare state,
pemerintahan yang ada pada saat ini baru melaksanakan residual welfare state.
Kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945 diharapkan akan tercapai dalam jangka panjang. 64
Bagaimanapun Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai
kerjasama ekonomi internasional yang terkait dengan investasi baik secara
bilateral, regional, multilateral. 65
Kerjasama ekonomi internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah
di Indonesia yang akan dibahas lebih lanjut terbagi dalam 2 bidang yaitu :
a. Sister city 66
Sister city atau hubungan kerjasama antar kota, antar daerah di dua Negara
adalah hubungan kemitraan yang diakui resmi dan bersifat jangka panjang antar 2
komunitas, atau antar dua daerah dalam dua negara. Kerjasama ini membuka
kemungkinan pegembangan berbagai macam kegiatan atau program internasional
seluas mungkin. Program-program sister city juga bersifa unik karenamelibatkan
ketiga aktor utama dalam masyarakat yaitu : pemerintah daerah, dunia usaha dan
berbagai unsur masyarakat yang secara sukarela ingin terlibat.

64

Jonker Sihombing, op.cit , Hal.252.


Ibid, Hal. 185
66
Sayid Fadhil, op.cit, Hal.15-16.
65

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Adapun prosedur/mekaisme pelaksanaan Kerjasama Kota / Propinsi


Kembar adalah sebagai berikut :
1. Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Daerah di
luar negeri ( Sister province/Sister City ) dilakukan denga Negara yang
memiliki hubungan diplomatic dengan Indonesia, tidak mengganggu
stabilitas politik dan keamanan dalam negeri, dan berdasarkan pada
prinsip menghormati kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
persamaan kedudukan, tidak memaksakan kehendak, memberi manfaat
dan saling mengutungkan serta tidak mengarah pada campur tangan
urusan dalam negeri masing-masing;
2. Pemerintah Daerah yang berminat mengadakan kerjasama dengan
Pemerintah Kota / Propinsi di luar negeri memberitahukan kepada
Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan instansi
terkait untuk mendapat pertimbangan;
3. Pemerintah aerah besama dengan Departemen Luar Negeri melalui
Perwakilan RI di luar negeri mengadakan penjajakan untuk
mengetahui apakah minatnya tersebut mendapat tanggapan positif dari
Pemerintah Kota/Propinsi di luar negeri;
4. Dalam hal terdapat tanggapan positip dari kedua Pemerintah Daerah
mengenai rencana kerjasama, maka kedua pemerintah daerah dapat
menyiapkan penandatanganan kesepakatan awal dalam bentuk Letter
of Intent (Lol);

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

5. Letter of Intent (Lol) dapat disiapkan oleh Pemerintah Daerah,


Departemen Luar Negeri atau perwakilan RI di luar negeri untuk
disampaikan dan dimintakan tanggapan kepada mitra asing di luar
negeri;
6. Naskah Lol yang disepakati bersama dapat ditandatangani oleh
Pimpinan atau pejabat setingkat dari kedua Pemerintah Daerah;
7. Sebagai tindak lanjut dari Lol, kedua pihak dapat bersepakat untuk
melembagaka kerjasama dengan menyiapkan naskah Memorandum of
Understanding (MoU );
8. Pembuatan MoU sebagai salah satu bentuk perjanjian internasional
dilakukan menurut mekanisme yang berlaku;
9. Rancangan naskah MoU dapat memuat bidang kerjasama dengan
memperhatikan pula aturan tentang pemberian visa, ijin tinggal,
perpajakan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
10. Dalam hal para pihak sepakat untuk melakukan penandatanganan
terhadap MoU tersebut, selanjutnya dapat dimintakan surat kuasa (Full
Powers ) kepada Menteri Luar Negeri;
11. Naskah asli Letter of Intent ( Lol ) dan Memorandum of Understanding
( MoU ) kerjasama Sister City / Sister Province yang telah
ditandatangani oleh kedua pihak diserahkan kepada Departemen Luar
Negeri c.q Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya.
Selanjutnya Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya akan

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

membuatkan salinan naskah resmi ( certifid true copy ) untuk


kepentingan/arsip Pemerintah Daerah.
Berikut ini adalah beberapa praktek Sister City yang telah dilaksanakan
oleh beberapa pemerintahan daerah di Indonesia s/d Desember 2006 : 67
No
1

Kota
Ambon

Banda Aceh

Bogor

Shenzen
(RRChina)

Bidang/Sektor
Pariwisata,Ekonomi,
Pendidikan
Sistem
Administrasi,
ekonomi dan
kebudayaan
Bisnis, IPTEK,
Pariwisata

Bandung

Lizhou
(RRChina)

Investasi, IPTEK,
Olahraga

DKI Jakarta

Denpasar

Medan

Makasar

Padang

10

Pare-pare

11

Semarang

Pyongyang
(Korea Utara)
Haikou
(RRChina)
Kota
Guangdong
Leismore,
Australia
Hildesheim,
Jerman
Tawau,
Malaysia
Fuzhou

12

Surabaya

Izmir ( Turki )

13

Yogyakarta

14

Yogyakarta

Gangbuk-Gu
Seoul ( Korea )
Hue, Vietnam

67

Mitra
Darwin,
Australia
KaharmelTurki

Keterangan
Lol, 28
Oktober 1988
MoU Tahun
1985

MoU tanggal
31 0ktober
2006
MoU bulan
Sepetember
2006
Lol 24-27 Nov
2005
Lol tanggal 16
Oktober 2003
MoU 11 Maret
2002
MoU tahun
1980
MoU 1988

Promosi,
Perdagangan
Perdagangan,
Pariwisata, Investasi
IPTEK, Pertanian,
Investasi, UKM
Pendidikan,
Transportasi
Kesenian dan
kebudayaan
Tenaga Kerja,
MoU 17
Pendidikan
Februari 1991
Ekonomi, IPTEK, Lol 24 Oktober
Pariwisata
2004
Industri, Ekonomi
Lol 1 Sept
1995
Ekonomi,
MoU tanggal
Administrasi Publik 19 April 2005
Pariwisata,
Lol 20 Maret
Kebudayaan, IPTEK
2006

Wisnu Setiawan, op.cit, Hal.9-14.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Berikut ini adalah beberapa praktek Sister Province yang telah


dilaksanakan oleh beberapa pemerintahan daerah di Indonesia s/d Desember 2006
: 68
No
1
2

Province
Nangroe Aceh
Darussalam
Sumatera Utara

Mitra
Antwerpen,
Belgia
Gelderland,
Netherlands
Pulau Pinang
( Malaysia )
Iwata, Jepang

Jawa Barat

Bali

D.I Yogya

Tyrol,
Australia

6
7

Jawa Timur
Jawa Tengah

Tianjin-RRC
Quensland
( Australia )

Irian Jaya

Yamagata,
Jepang

Bidang / Sektor
Pertanian,
Infrastruktur
Pendidikan, Ekonomi,
Perdagangan
Pengelolaan
dan
Pengembangan SDA
Pertanian, Pariwisata,
Kesenian,
Kebudayaan
Ekonomi,
Perdagangan, IPTEK,
Industri
Ekonomi, Perkotaan
Pembagunan kota &
desa,
Pertanian,
IPTEK
Kependudukan,
IPTEK,
Pertanian,
Kebudayaan

Keterangan
MoU Tahun
1982
MoU
tahun
1989
Lol tanggal 6
Agust 2003
MoU, 19972001
MoU tgl 30
Nov 1999
Lol thn 2003
MoU tgl 10
Sept 2002
MoU thn 1993

b. Kerjasama Ekonomi Sub-Regional IMT-GT 69


Kerjasama Ekonomi Sub-Regional (KESR) yang sering disebut juga
sebagai segitiga pertumbuhan ( Growth Trianggle ) atau wilayah pertumbuhan (
Growth Are ) merupakan salah satu bentuk keterkaitan ekonomi antar daerah.
Apabila keterkaitan ekonomi antar daerah merupakan hal yang biasa, maka
keistimewaan KESR terletak pada unsure internasionalnya, yaitu bahwa daerah
anggota ( member areas ) yang saling berkaitan tersebut terletak di lebih dari satu
negara.
68
69

Ibid, Hal.15-20.
Sayid Fadhil, op.cit, Hal.16.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Kerjasama ini dilandasi oleh beberapa landasan dasar yang bersifat


strategis dan sejalan pula dengan dasar-dasar yang sehat dari proses liberalisasi
ekonomi dan perdagangan yakni : 70
Kedekatan geografis dari wilayah negara-negara anggota
Komplementasi faktor produksi antar wilayah
Peran dunia usaha ( private sector ) sebagai penggerak pembangunan
Tujuan pemerintah sebagai fasilitator
IMT-GT ( Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle ) merupakan
salah satu wadah ekonomi yang pertama sekali dicetuskan oleh Perdana Menteri
Malaysia DR. Mahatir Mohammad dan ditandatangani oleh ketiga Kepala
Pemerintahan

( Indonesia-Malaysia-Thailand ) di Langkawi-Malaysia pada

tanggal 6 Juli 1993 dengan tujuan meningkatkan kerjasama ekonomi ASEAN


yang terjadi selama ini pada dasarnya meliputi 3 kegiatan pokok yaitu : moving of
goods and sevices, Moving People, and moving capital. Tujuan lainnya dibentuk
forum kerjasama ini oleh ketiga negara adalah untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi di tiga Negara dan memperlancar arus perdagangan, investasi, pariwisata
dan jasa. Bagi pemerintah Indonesia sendiri tujuan lain adalah untuk mempercepat
pembangunan daerah dengan peningkatan ekspor non migas dan investasi.
Sementara sasaran yang ingin dicapai antara lain adalah untuk menciptakan
uniformitas kebijakan domestic dan prosedur dalam arus barang, modal dan jasa,
khususnya di kawasan yang tergabung dalam sub-regional IMT-GT. 71

70
71

Ibid, Hal.19.
Ibid

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

B. Praktek-Praktek Kerjasama Ekonomi Internasional oleh Pemerintah


Daerah di Indonesia
Arah pembangunan ekonomi Indonesia tercantum dengan jelas pada
Pembukaan UUD 1945, yang pada alinea ke-4 menyebutkan :
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan yang berkeadilan
sosial menurut Pembukaan UUD 1945 di atas membuktikan bahwa Indonesia
sejak awal dicirikan sebagai negara kesejahteraan. Namun, karena pemerintah
mempunyai keterbatasan dana, sarana, dan birokrasi yang belum mampu
melaksanakan negara kesejahteraan sebagai sebuah institutional welfare state,
pemerintahan yang ada pada saat ini baru melaksanakan residual welfare state.
Kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945 diharapkan akan tercapai dalam jangka panjang. 72
Bagaimanapun Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai
kerjasama ekonomi internasional yang terkait dengan investasi baik secara
bilateral, regional, multilateral. 73
Kerjasama ekonomi internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah
di Indonesia yang akan dibahas lebih lanjut terbagi dalam 2 bidang yaitu :
a. Sister city 74

72

Jonker Sihombing, op.cit , Hal.252.


Ibid, Hal. 185
74
Sayid Fadhil, op.cit, Hal.15-16.
73

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Sister city atau hubungan kerjasama antar kota, antar daerah di dua Negara
adalah hubungan kemitraan yang diakui resmi dan bersifat jangka panjang antar 2
komunitas, atau antar dua daerah dalam dua negara. Kerjasama ini membuka
kemungkinan pegembangan berbagai macam kegiatan atau program internasional
seluas mungkin. Program-program sister city juga bersifa unik karenamelibatkan
ketiga aktor utama dalam masyarakat yaitu : pemerintah daerah, dunia usaha dan
berbagai unsur masyarakat yang secara sukarela ingin terlibat.
Adapun prosedur/mekaisme pelaksanaan Kerjasama Kota / Propinsi
Kembar adalah sebagai berikut :
12. Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Daerah di
luar negeri ( Sister province/Sister City ) dilakukan denga Negara yang
memiliki hubungan diplomatic dengan Indonesia, tidak mengganggu
stabilitas politik dan keamanan dalam negeri, dan berdasarkan pada
prinsip menghormati kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
persamaan kedudukan, tidak memaksakan kehendak, memberi manfaat
dan saling mengutungkan serta tidak mengarah pada campur tangan
urusan dalam negeri masing-masing;
13. Pemerintah Daerah yang berminat mengadakan kerjasama dengan
Pemerintah Kota / Propinsi di luar negeri memberitahukan kepada
Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan instansi
terkait untuk mendapat pertimbangan;
14. Pemerintah aerah besama dengan Departemen Luar Negeri melalui
Perwakilan RI di luar negeri mengadakan penjajakan untuk

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

mengetahui apakah minatnya tersebut mendapat tanggapan positif dari


Pemerintah Kota/Propinsi di luar negeri;
15. Dalam hal terdapat tanggapan positip dari kedua Pemerintah Daerah
mengenai rencana kerjasama, maka kedua pemerintah daerah dapat
menyiapkan penandatanganan kesepakatan awal dalam bentuk Letter
of Intent (Lol);
16. Letter of Intent (Lol) dapat disiapkan oleh Pemerintah Daerah,
Departemen Luar Negeri atau perwakilan RI di luar negeri untuk
disampaikan dan dimintakan tanggapan kepada mitra asing di luar
negeri;
17. Naskah Lol yang disepakati bersama dapat ditandatangani oleh
Pimpinan atau pejabat setingkat dari kedua Pemerintah Daerah;
18. Sebagai tindak lanjut dari Lol, kedua pihak dapat bersepakat untuk
melembagaka kerjasama dengan menyiapkan naskah Memorandum of
Understanding (MoU );
19. Pembuatan MoU sebagai salah satu bentuk perjanjian internasional
dilakukan menurut mekanisme yang berlaku;
20. Rancangan naskah MoU dapat memuat bidang kerjasama dengan
memperhatikan pula aturan tentang pemberian visa, ijin tinggal,
perpajakan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
21. Dalam hal para pihak sepakat untuk melakukan penandatanganan
terhadap MoU tersebut, selanjutnya dapat dimintakan surat kuasa (Full
Powers ) kepada Menteri Luar Negeri;

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

22. Naskah asli Letter of Intent ( Lol ) dan Memorandum of Understanding


( MoU ) kerjasama Sister City / Sister Province yang telah
ditandatangani oleh kedua pihak diserahkan kepada Departemen Luar
Negeri c.q Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya.
Selanjutnya Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya akan
membuatkan salinan naskah resmi ( certifid true copy ) untuk
kepentingan/arsip Pemerintah Daerah.
Berikut ini adalah beberapa praktek Sister City yang telah dilaksanakan
oleh beberapa pemerintahan daerah di Indonesia s/d Desember 2006 : 75
No

Kota

Mitra

Bidang/Sektor

Keterangan

Ambon

Darwin,

Pariwisata,Ekonomi,

Lol, 28

Australia

Pendidikan

Oktober 1988

Kaharmel-

Sistem

MoU Tahun

Turki

Administrasi,

1985

Banda Aceh

ekonomi dan
kebudayaan
3

Bogor

Shenzen

Bisnis, IPTEK,

MoU tanggal

(RRChina)

Pariwisata

31 0ktober
2006

Bandung

Lizhou

Investasi, IPTEK,

MoU bulan

(RRChina)

Olahraga

Sepetember
2006

75

Wisnu Setiawan, op.cit, Hal.9-14.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

10

11

12

DKI Jakarta

Denpasar

Medan

Makasar

Padang

Pare-pare

Semarang

Surabaya

Pyongyang

Promosi,

Lol 24-27 Nov

(Korea Utara)

Perdagangan

2005

Haikou

Perdagangan,

Lol tanggal 16

(RRChina)

Pariwisata, Investasi

Oktober 2003

Kota

IPTEK, Pertanian,

MoU 11 Maret

Guangdong

Investasi, UKM

2002

Leismore,

Pendidikan,

MoU tahun

Australia

Transportasi

1980

Hildesheim,

Kesenian dan

MoU 1988

Jerman

kebudayaan

Tawau,

Tenaga Kerja,

MoU 17

Malaysia

Pendidikan

Februari 1991

Fuzhou

Ekonomi, IPTEK,

Lol 24 Oktober

Pariwisata

2004

Industri, Ekonomi

Lol 1 Sept

Izmir ( Turki )

1995
13

14

Yogyakarta

Yogyakarta

Gangbuk-Gu

Ekonomi,

MoU tanggal

Seoul ( Korea )

Administrasi Publik

19 April 2005

Hue, Vietnam

Pariwisata,

Lol 20 Maret

Kebudayaan, IPTEK

2006

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Berikut ini adalah beberapa praktek Sister Province yang telah


dilaksanakan oleh beberapa pemerintahan daerah di Indonesia s/d Desember 2006
: 76
No

Province

Mitra

Nangroe

Aceh Antwerpen,

Bidang / Sektor

Keterangan

Pertanian,

MoU

Darussalam

Belgia

Infrastruktur

Sumatera Utara

Gelderland,

Pendidikan, Ekonomi, MoU

Netherlands

Perdagangan

Jawa Barat

Bali

Tahun

1982

Pulau Pinang Pengelolaan

tahun

1989
dan Lol tanggal 6

( Malaysia )

Pengembangan SDA

Iwata, Jepang

Pertanian, Pariwisata, MoU,


Kesenian,

Agust 2003
1997-

2001

Kebudayaan
5

D.I Yogya

Tyrol,

Ekonomi,

MoU tgl 30

Australia

Perdagangan, IPTEK,

Nov 1999

Industri
6

Jawa Timur

Tianjin-RRC

Ekonomi, Perkotaan

Jawa Tengah

Quensland

Pembagunan kota & MoU tgl 10

( Australia )

desa,

Pertanian,

Lol thn 2003

Sept 2002

IPTEK
8

Irian Jaya

Yamagata,

Kependudukan,

Jepang

IPTEK,

MoU thn 1993

Pertanian,

Kebudayaan

76

Ibid, Hal.15-20.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

b. Kerjasama Ekonomi Sub-Regional IMT-GT 77


Kerjasama Ekonomi Sub-Regional (KESR) yang sering disebut juga
sebagai segitiga pertumbuhan ( Growth Trianggle ) atau wilayah pertumbuhan (
Growth Are ) merupakan salah satu bentuk keterkaitan ekonomi antar daerah.
Apabila keterkaitan ekonomi antar daerah merupakan hal yang biasa, maka
keistimewaan KESR terletak pada unsure internasionalnya, yaitu bahwa daerah
anggota ( member areas ) yang saling berkaitan tersebut terletak di lebih dari satu
negara.
Kerjasama ini dilandasi oleh beberapa landasan dasar yang bersifat
strategis dan sejalan pula dengan dasar-dasar yang sehat dari proses liberalisasi
ekonomi dan perdagangan yakni : 78
Kedekatan geografis dari wilayah negara-negara anggota
Komplementasi faktor produksi antar wilayah
Peran dunia usaha ( private sector ) sebagai penggerak pembangunan
Tujuan pemerintah sebagai fasilitator
IMT-GT ( Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle ) merupakan
salah satu wadah ekonomi yang pertama sekali dicetuskan oleh Perdana Menteri
Malaysia DR. Mahatir Mohammad dan ditandatangani oleh ketiga Kepala
Pemerintahan

( Indonesia-Malaysia-Thailand ) di Langkawi-Malaysia pada

tanggal 6 Juli 1993 dengan tujuan meningkatkan kerjasama ekonomi ASEAN


yang terjadi selama ini pada dasarnya meliputi 3 kegiatan pokok yaitu : moving of
goods and sevices, Moving People, and moving capital. Tujuan lainnya dibentuk
77
78

Sayid Fadhil, op.cit, Hal.16.


Ibid, Hal.19.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

forum kerjasama ini oleh ketiga negara adalah untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi di tiga Negara dan memperlancar arus perdagangan, investasi, pariwisata
dan jasa. Bagi pemerintah Indonesia sendiri tujuan lain adalah untuk mempercepat
pembangunan daerah dengan peningkatan ekspor non migas dan investasi.
Sementara sasaran yang ingin dicapai antara lain adalah untuk menciptakan
uniformitas kebijakan domestic dan prosedur dalam arus barang, modal dan jasa,
khususnya di kawasan yang tergabung dalam sub-regional IMT-GT. 79
D. Investasi Sebagai Salah Satu Hasil Kerjasama Ekonomi Internasional
oleh Pemerintah Daerah

Pada dasarnya, investasi yang dilakukan oleh pihak asing, dalam hal ini
merupakan salah satu bentuk kerjasama ekonomi internasional menjadi sumber
pembiayaan bagi pembangunan ekonomi nasional. Nmun, berbeda halnya dengan
bantuan maupun pinjaman yang diterima dari luar negeri yang lazimnya
berbentuk tunai, dalam hal ini dana milik pihak asing tidak diberikan kepada
pemerintah tetapi langsung ditanamkan pemiliknya ke dalam investasi di
Indonesia sesuai dengan pilihannya. 80

Dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi untuk mencapai


kesejahteraan masyarakat, peranan pembangunan ekonomi sangat penting karena
pembangunan ekonomi tersebut akan menunjang pembangunan di sektor-sektor
yang lain. Karena perananan pembangunan ekonomi yang demikian besar untuk
menunjang sektor-sektor lainnya, anggaran untuk pembagunan bidang ekonomi
79

Ibid
Jonker Sihombing, Opcit, Hal.77.

80

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

memegang porsi yang terbesar pada APBN sehingga pembangunan nasional


sering diidentikkan dengan pembangunan ekonomi. 81

Namun,

untuk

keberhasilan

pembangunan

nasional

diperlukan

pembaharuan yang menyeluruh bagi segenap komponen bangsa sebagai hakikat


dari adanya sebuah pembangunan, dan untuk itu peranan hukum sangat
diperlukan. Dalam hal ini hukum berperan sebagai sarana pembaharuan
masyarakat ( a tool of social engineering ). 82

Pembangunan ekonomi harus ditopang oleh investasi, baik yang


dilaksanakan oleh investor dalam negeri maupun yang dilakukan oleh investasi
asing. Kedua jenis investasi tersebut dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Melalui investasi, kekuatan ekonomi
potensil akan diolah menjadi kekuatan ekonomi riil. Keseluruhan investasi
tersebut harus dilaksanakan selaras dengan rencana pembangunan yang
dicanangkan oleh pemerintah. 83

Sebagai

contoh

Undang-Undang

mengenai

Pemerintahan

Daerah

(Undang-Undang Otonomi Daerah) memberikan kemungkinan Daerah untuk


mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pihak asing. Makin beragamnya
aktor hubungan luar negeri selain negara (non-state actors) seperti organisasiorganisasi international, LSM, perusahaan multinasional, kelompok-kelompok
minoritas, individu dan bahkan Pemerintah Daerah harus dianggap sebagai suatu
81

Jonker Sihombing, Opcit, Hal.253.


Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, ( Bandung :
P.T.Alumni,2006 ), Hal.14.
83
Jonker Sihombing, Loc.cit.
82

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

potensi bagi perjuangan diplomasi Indonesia dilingkup hubungan internasional.


Ragam aktor tersebut dapat digunakan Indonesia sebagai model diplomasi multijalur (multitrack diplomacy) untuk mewujudkan tujuan-tujuan politik luar negeri
Indonesia. Dengan kata lain, hubungan dan kerjasama luar negeri dapat juga
dijalankan oleh para pedagang, pengusaha, ilmuwan, politisi, para pejabat daerah,
mahasiswa, wisatawan dan sebagainya. Tentunya hubungan dan kerjasama luar
negeri dimaksud harus sejalan dan tidak boleh bertentangan dengan kebijakan
politik luar negeri. Berkaitan dengan kewajiban bagi lembaga negara/lembaga
pemerintahan untuk melakukan konsultasi dan koordinasi dalam hubungan luar
negeri sebagaimana digariskan oleh peraturan perundang-undangan, diharapkan
setiap lembaga negara dan lembaga pemerintahan baik di Pusat dan Daerah dapat
bekerjasama untuk mewujudkan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dewasa ini telah terjadi perkembangan
baru yang penting pada proses penyempurnaan sistem otonomi daerah yang
berkelanjutan yang telah pula membawa perubahan dalam ruang lingkup dan
kewenangan daerah dalam hubungan luar negeri. Dikeluarkannya UndangUndang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengganti
Undang-Undang No.22 Tahun 1999 telah menata ulang ruang lingkup dan
kewenangan kerjasama luar negeri oleh daerah. Selain itu, lahirnya berbagai
peraturan nasional dewasa ini yang memuat aturan lebih rinci dan teknis tentang
pelaksanaan Otonomi Daerah di berbagai bidang melalui Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden maupun Peraturan Menteri telah memantapkan landasan

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

hukum serta semakin memberikan kejelasan tentang rambu-rambu kewenangan


Pemerintah Daerah dalam melakukan hubungan luar negeri.
Selain penataan ulang kewenangan, kedudukan Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat di daerah membawa nuansa baru dalam kerjasama luar negeri
daerah. Dengan demikian kerjasama luar negeri oleh daerah pada tingkat daerah
harus dilakukan melalui koordinasi hirarkis yang pada tingkat tertentu adalah
Gubernur. Di tingkat pusat sejalan dengan Undang-Undang No.37 Tahun 1999
dan Undang-Undang No.24 Tahun 2000 Departemen Luar Negeri mempunyai
tugas dan wewenang melakukan koordinasi dan konsultasi hubungan dan
kerjasama luar negeri yang dilakukan oleh daerah. 84
Dengan melihat manfaat investasi sebagai salah satu bentuk kerjasama
ekonomi inernasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah bagi pembangunan
ekonomi, dapat disebutkan bahwa investasi turut berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. 85

84
85

www.deplu.go.id, loc.cit.
Jonker Sihombing, Opcit, Hal.58.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

BAB IV
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL DI BIDANG INVESTASI
OLEH PEMERINTAH DAERAH

A. Aspek Hukum Kerjasama Investasi Bilateral

Era globalisasi dewasa ini telah mengakibatkan keterkaitan yang erat


antarnegara, dan menciptakan saling kebergabtungan antar Negara yang satu
dengan yang lainnya. 86

Di setiap negara berkembang, kebutuhan terhadap modal pembangunan


yang besar kerap menjadi masalah penting. Ketika kapital ini tidak dapat
dicukupi dari sumber-sumber yang ada di dalam negeri, maka hal tersebut
didapat dari negara lain atau lembaga internasional dalam bentuk investasi.
Begitupun di Indonesia, paradigma pertumbuhan dalam pembangunan ekonomi
telah melahirkan sejumlah regulasi yang mendorong masuknya modal asing
dalam bentuk investasi. 87

Kerjasama dengan negara lain dalam hal investasi seyogianya memiliki


suatu perjanjian sebagai dasar hukum. Traktat adalah suatu perjanjian yang dibuat
antara dua negara (bilateral) atau lebih (multilateral) dalam kaitannya dengan
investasi. Traktat-traktat yang telah disepakati oleh negara-negara investor dan
negara penerima modal dalam bidang investasi :

86

Jonker Sihombing, Opcit, Hal. 165


www.yahoo.com, tanggal 10 November 2008.

87

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
57 2008
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah,
USU Repository 2008

1.

International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID) 88


Merupakan lembaga arbitrase yang berfungsi menyelesaikan sengketa
penanaman modal asing antarnegara dan warga negara lain. Pembentukan
lembaga ini diprakarsai oleh Bank Dunia dan ditetapkan pada tanggal 14
Oktober 1966 di Amerika Serikat. Ada dua pola penyelesaian sengketa
yang diatur dalam ICSID yaitu : Penyelesaian sengketa melalui konsiliasi
dan penyelesaian sengketa dengan menggunakan arbitrase.

2.

Agreement on Trade Related Investment Measures ( TRIMs).


TRIMs merupakan perjanjian tentang aturan-aturan investasi yang
menyangkut perdagangan. TRIMs ini menentukan bahwa negara anggota
tidak dapat menerapkan aturan-aturan investasi yang berkaitan dengan
perdagangan (TRIMs) yang bertentangan dengan pasal III GAAT tentang
national treatment (cara memperlakukan) dan pasal XI GAAT tentang
prohibition

of

quantitative

restriction

(sejumlah

larangan

yang

membatasi). Uraian mengenai TRIMs yang dianggap bertentangan dengan


kedua pasal itu adalah :
a. aturan-aturan

tentang

local

content

requirements

yang

mengharuskan pembelian input dari dalam negeri (lokal) pada


tingkat tertentu oleh suatu perusahaan; atau
b. aturan-aturan

tentang

trade

balancing

requirement

yang

mensyaratkan bahwa volume atau nilai impor yang dapat


dilakukan harus dikaitkan dengan produk yang diekspor. 89

88

M. Yahya Harahap, Arbitrase (Jakarta : Sinar Grafika, 2001), Hal. 7.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

3. The Convention Establishing ther Multilateral Guarantee Agency (MIGA)


MIGA merupakan lembaga internasional yang dibentuk oleh Bank Dunia.
MIGA ini berlaku pada tanggal 12 April 1988. Tujuan lembaga MIGA
adalah:
a. Memberikan

jaminan

kepada

investor

terhadap

risiko

nonekonomis, khususnya di negara-negara berkembang ; dan


b. Berperan dalam menggalakkan aliran penanaman modal untuk
ujuan-tujuan ke negara-negara sedang berkembang. 90
4. The Treaty of Rome (Perjanjian Roma)
Perjanjian Roma didirikan pada tahun 1957. Perjanjian ini dibuat oleh
Masyarakat Ekonomi Eropa. Perjanjian ini memberi kebebasan bagi
setiap orang untuk melakukan usaha di bidang jasa dan modal. 91
5. NAFTA (the Nort America Free Trade Agreement)
Perjanjian ini dibuat di dalam wilayah Amerika Utara, yang mulai berlaku
pada tahun 1994. Prinsip-prinsip NAFTA adalah :
a. perlakuan nasional (national treatment) yang mensyaratkan
perusahaan-perusahaan asing dan domestic dan penanaman modal
untuk diperlakukan secara adil;
b. non-decriminatory treatment sesuai dengan hukum internasional. 92

89

Kartadjoemena, GAT WTO dan Hasil Uruguay Round ( Jakarta : Prenada Media,
1997), Hal.226.
90
Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional
(WTO), (Jakarta : Rajawali, 2004), Hal. 36.
91
Ibid, Hal. 37.
92
Ibid, Hal.38.
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Dalam hal ini, pemerintah perlu melakukan penagturan dan pengawasan


yang lebih teliti atas investasi yang masuk, agar investasi tersebut dapat
memberikan manfaat bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. 93

B. Beberapa Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional Oleh Pemerintah


Daerah
Untuk menjamin agar pelayanan public dapat berjalan optimal maka
apabila Daerah tidak melaksanakan kerjasama dalam pengelolaan pelayanan
publik yang menyebabkan dampak lintas daerah maka pengelolaan pelayanan
publik tersebut dapat dilaksanakan Pemerintah. Bentuk kerjasama ekonomi
internasional oleh pemerintah daerah diantaranya : 94
1. Kerjasama Antar Daerah yang berdekatan, sifatnya wajib
dilaksanakan dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat, khususnya pelayanan yang terdapat di daerah yang
berbatasan

seperti

pendidikan

dasar,

pelayanan

kesehatan

(Puskesmas), penanganan sampah terpadu, penyuluhan pertanian,


dan lain-lain.
2. Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan pihak ketiga,
dikembangkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan yang tidak
dapatdipenuhi

langsung

oleh

Pemerintah

Daerah

yang

93

Jonker Sihombing,Opcit, Hal. 173.


Pendastaren Tarigan, Makalah Fungsi dan Wewenang DPRD Dalam Praktek
Memberikan Pertimbangan, Rekomendasi dan Persetujuan atas Hubungan dan Rencana
Kerjasama Oleh Pemerintah Daerah, Disampaikan Dalam Lokakarya Aktualisasi Tata Cara
Hubungan Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah, diselenggarakan oleh Dirjen Hukum dan
Perjanjian Internasional Deparlu RI bekerjasama dengan Fakultas Hukum USU, Medan 14 Juli
2007, Hal.10-12.
94

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

bersangkutan karena berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh


masing-masing daerah otonom, kerjasama ini dapat berbentuk :
a. Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan pihak
swasta :
1. Kontrak pelayanan (Service Contract), dicirikan
dengan

tidak

ada

investasi,

terbatas

pada

operasional dan manajemen, keuntungan kecil,


efisiensi terbatas dan cocok dilakukan pada masa
krisis.
2. Kontrak pengelolaan ( Management Contract ),
dicirikan dengan tidak ada investasi, adanya
pengelolaan perusahaan, keuntngan kecil, efisiensi
terbatas dan cocok dilakukan pada masa krisis.
b. Kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak luar negeri,
yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor
24

Tahun

2000

tentang

perjanjian

internasional.

Pembuatan perjanjian internasional dilakukan melalui


tahap penjajakan, perundingan, perumusan naskah,
penerimaan

dan

penandatanganan.

Sebelum

penandatangan perjanjian dilakukan, Pemerintah Daerah


harus mendapatkan surat kuasa dari Menteri Luar Negeri.
Dari segi Hukum Perjanjian Internasional, siapapun dapat diterima sebagai
perwakilan suatu Negara untuk kepentingan membentuk perjanjian internasional

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

sejauh ia dapat menunjukkan / memiliki kuasa penuh dari Negara. Konsekuensi


dari pemberian mandate kuasa penuh dari Negara ( Pemerintah Pusat ) kepada
Pemerintah Daerah untuk atas nama Pemerintah Pusat membuat perjanjian
kerjasama luar negeri, Negara ( Pemerintah Pusat ) bertanggung jawab
sepenuhnya atas kerjasama tersebut. Dalam hal ini jika terjadi pelanggaran
kewajiban internasional dalam pelaksanaan kerjasama maka tanggung jawab
dapat dibebankan kepada negara berdasarkan prisip imputability dalam hukum
internasional. Dalam hal hubungan dan kerjasama luar negeri diperlukan
penanganan khusus untuk melakukan koordinasi dan konsultasi terutama pada
bidang hubungan / kerjasama yang nerupakan kewenangan pemerintah pusat yang
meliputi : 95
1. Kerjasama Kota / Provinsi Kembar ;
2. Kerjasama Ekonomi Sub-Regional (KESR) ;
3. Kerjasama Teknik Luar Negeri ;
4. Kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Asing ;
5. Pendirian Lembaga Kebudayaan, Lembaga Persahabatan, Badan
Promosi dan Lembaga atau Badan Indonesia lainnya di luar negeri ;
6. Pendirian Perhimpunan Persahabatan ;
7. Kegiatan jurnalistik bagi wartawan asing ;
8. Pengamanan misi diplomatic / konsuler ;
9.

Perlindungan Kepentinngan Warga Negara Indonesia dan Badan


Hukum Indonesia ;

95

Sayid Fadhil, Opcit, Hal. 10

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

10. Penanganan Warga Negara Asing yang dituduh melanggar /


melakukan tindak pidana di Indonesia ;
11. Penanganan Pencari Suaka, Pengungsi dan Imigran gelap dari Luar
Negeri;
12. Pelayanan Fasilitas Diplomatik ;
13. Pelayanan Keprotokolan Kunjungan Pejabat Asing ke Daerah dan
Pejabat Daerah ke Luar Negeri ;
14. Pelayanan Kekonsuleran ;
15. Perjanjian Internasional ;
16. Izin Penelitian bagi Warganegara Asing ;
17.

Pengiriman Misi Ekonomi, Sosial dan Budaya dari dan ke Luar


Negeri.

Namun, bidang-bidang kerjasama ekonomi internasional yang telah


disebutkan di atas, pada dasarnya memerlukan peraturan dan kebijakan dari tiap
Pemerintah Daerah untuk mewujudkannya.

C. Perlindungan Investasi Asing Oleh Pemerintah Daerah


Pemberlakuan

Undang-undang

Nomor

32

Tahun

2004

tentang

Pemerintahan Daerah telah membuka peluang bagi daerah untuk ikut serta sebagai
salah satu komponen dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri.
Pemerintah daerah memiliki peran yang sangat strategis dalam
peningkatan penanaman modal secara nasionla, dengan cara mendorong iklim
investasi yang kondusif di daerah. Kewenangan bidang penanaman modal pada

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

daerah paling tidak dapat memangkas mata rantai birokrasi dalam perjanjian
investasi. Pemberian kewenangan bidang pelayanan penanaman modal kepada
daerah juga diharapkan mampu mempercepat pembangunan infrastruktur investasi
di daerah sehingga lebih menggairahkan iklim investasi nasional. Oleh karena
itulah sejak keluarnya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, yang kemudian digantikan oleh Undang-Undang No.32 tahun 2004,
kewenangan bidang penanaman modal mulai diserahkan kepada daerah. 96
Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota mempunyai peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan pelaksanaan investasi di Indonesia. Dalam
pasal 30 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, telah
ditentukan

kewenangan

antara

pemerintah,

pemerintah

provinsi,

dan

kabupaten/kota. 97
Pasal 30 angka (4) UU No.25 Tahun 2007 menyatakan :
Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi
menjadi urusan pemerintah.
Pasal 30 angka (5) UU No.25 Tahun 2007 menyatakan :
Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas
kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah provinsi.
Pasal 30 angka (6) UU No.25 Tahun 2007 menyatakan :
Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada dalam
satu kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota.

Pasal 30 angka (7) UU No.25 Tahun 2007 menyatakan :


96

Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal : Studi Kesiapan


Indonesia dalam Perjanjian Investasi Multilateral, ( Medan : Universitas Sumatera Utara, 2005),
Hal. 294.
97
Salim H.S & Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, ( Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2008), Hal. 89.
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal, yang menjadi


kewenangan Pemerintah adalah :
a. penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak terarukan
dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi;
b. penanaman modal pada bidang instruksi yang merupakan prioritas tinggi
pada skala nasional;
c. penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung
antarwilayah atau ruang lingkupnya lintas provinsi;
d. penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan
keamanan nasional;
e. penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal
asing, yang berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan
perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah dan pemerintah Negara lain ; dan
f. bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan Pemerintah menurut
undang-undang.
Pemerintah daerah berdasarkan pasal 14 angka (1) huruf n UU No.32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memiliki kewenangan untuk
menyelenggarakan pelayanan administrasi penanaman modal. Kewenangan ini
dikategorikan sebagai urusan wajib daerah kabupaten kota. Pemerintah dengan
demikian memiliki kewenangan sekaligus kewajiban untuk membentuk dan
menerapkan peraturan-peraturan daerah berkaitan dengan pelayanan administrasi
penanaman modal. 98
Pada dasarnya, kewajiban pemerintah dan/atau pemerintah daerah adalah
menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan modal. Hal ini
dijamin dalam pasal 176 Undang-Undang no.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yaitu :
Pemerintah daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat
memberikan insentif dan / atau kemudahan kepada masyarakat dan/atau investor

98

Mahmul Siregar, Opcit, Hal. 297.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

yang diatur dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan perundangundangan.

Lebih lanjut dijelaskan dalam penjelasan atas Undang-Undang No.32


tahun 2004 pasal 176 yaitu :
Yang dimaksud insentif dan/atau kemudahan dalam ayat ini adalah
pemberian dari Pemerintah Daerah antara lain dalam bentuk penyediaan sarana,
prasarana, dana stimulan, pemberian modal usaha, pemberian bantua teknis,
keringanan biaya dan percepatan pemberian izin.
Sejalan dengan proses globalisasi maka para pelaku hubungan
internasional
tidak hanya mengikuti negara saja tetapi telah meluas dan mencakup berbagai
subyek seperti Organisasi Internasional, LSM, Perusahan Multi Nasional serta
media daerah yang melibatkan kegiatan-keguiatan yang terkait dengan hubunganhubungan Internasional. Para pelaku yang terlibat dalam hubungan luar negeri
tentu saja membuat proses pengambilan keputusan semakin kompleks di samping
membuka peluang bagi pemantapan informasi Indonesia sekaligus pemberdayaan
seluruh pelaku hubungan luar negeri sehingga diharapkan dapat mewujudkan
suatu diplomasi yang memandang substansi permasalahan secara integratif yang
melibatkan semua komponen bangsa dalam suatu sinergitas yang disebut sebagai
diplomasi.
Sosialisasi tata cara kerja sama hubungan luar negeri oleh Pemerintah
Daerah dapat dimanfaatkan secara optimal dan memiliki tujuan yang sangat
strategis dan potensial dalam menjawab semua tuntutan dan tantangan
perkembangan daerah dalam memasuki era globalisasi sehingga dapat
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

memberikan arah serta Pemerintah dan semua Instansi terkait di daerah sebagai
para pelaku hubungan luar negeri lainnya baik kelompok maupun individu guna
menunjang pelaksanaan pembangunan daerah secara komprehensif, terpadu dan
berkelanjutan. 99

99

www. yahoo.com, tanggal 3 November 2008.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian tentang tinjauan hukum ekonomi terhadap kerjasama ekonomi
internasional di bidang penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kerjasama ekonomi internasional dalam penanaman modal diyakini dapat
menjadi salah satu sumber pendapatan di tiap pemerintahan daerah di
Indonesia

yang

baik

secara

langsung

maupun

tidak

langsung

mempengaruhi kesejahteraan masyarakatnya. Prinsip hukum penanaman


modal Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Kepastian hukum yaitu dalam negara hukum yang meletakkan
hukum dan ketentuan perundang-undangan sebagai dasar dalam
setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
b. Keterbukaan yaitu setiap masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang kegiatan
penanaman modal.
c. Akuntabilitas

yaitu

penyelenggaraan

setiap

penanaman

kegiatan
modal

dan

hasil

akhir

dari

dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan


negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi 68


Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara yaitu


perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan baik antara penanam modal dalam
negeri dan penanam modal dari satu negara asing dan penanam
modal dari negara asing lainnya.
e. Kebersamaan yaitu mendorong peran seluruh penanam modal
secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
f. Efisiensi berkeadilan adalah dasar pelaksanaan penanaman modal
dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha
mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
g. Berkelanjutan yaitu secara terencana mengupayakan berjalannya
proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin
kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik
untuk masa kini maupun yang akan datang.
h. Berwawasan

lingkungan

yaitu

tetap

memperhatikan

dan

mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.


i. Kemandirian yaitu tetap mengedepankan potensi bangsa dan
negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing
demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
j. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yaitu
berupaya menjaga kesimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam
kesatuan ekonomi nasional.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

2. Kerjasama ekonomi internasional di bidang investasi yang dilakukan oleh


pemerintah daerah harus melalui prosedur sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Permasalahan yang timbul dalam penanaman modal kerjasama ini
terdapat pada kewenangan tiap daerah dalam

implementasinya.

Permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut :


a) Kurangnya perlindungan hukum bagi para investor asing.
b) Masih kuatnya sentralisasi perijinan di pusat dan belum jelas kewenangan
pembagian porsi investasi di daerah
c) Lemahnya pengawasan aparat penegak hukum di pusat terhadap
aparaturnya di daerah.
d) Belum adanya indikator untuk memonitor iklim investasi di Indonesia,
misalnya terkait masalah: perpajakan, kepabeanan, infrastruktur, regulasi
ketenagakerjaan, dan perijinan menjadi kendala utama dalam melakukan
investasi di Indonesia
e) Tidak adanya kejelasan prosedural mengenai investasi. Hal ini terkait
dengan tingginya biaya di luar pajak dan pungutan-pungutan tidak resmi
yang dilakukan oleh oknum aparat penegak hukum.
f) Pembatasan investasi yang diusulkan dalam Undang-Undang Penanaman
Modal bertentangan dengan asas desentralisasi.
g) Belum adanya ukuran investasi yang bisa ditangani oleh pemerintah
daerah.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan adalah :
1. Kepastian hukum, kepastian hukum dalam berinvestasi merupakan
prasyarat mutlak yang harus disediakan oleh pemerintah (baik pusat
maupun daerah). Kepastian hukum dalam hal prosedur investasi,
ketenagakerjaan, pajak, masa investasi dan lainnya harus benar-benar
ditegakkan.

Dan Indonesia harus memiliki lembaga peradilan yang

profesional dan jauh dari mafia peradilan ataupun praktik-praktik koruptif.


Lembaga peradilan yang profesional merupakan kunci utama perlindungan
investor asing.
2. Pemerintah pusat segera mungkin melakukan sinkronisasi regulasi
(payung hukum) untuk menghindari adanya tumpang tindih peraturan.
Serta melakukan reformasi regulasi (deregulasi) peraturan yang berlaku
yang tidak ramah investasi. Banyaknya regulasi di bidang usaha harus
dikaji kembali melalui regulatory impact assesment (RIA).
3. Insentif pajak, dengan adanya insentif pajak maka diharapkan jumlah
investasi yang masuk ke Indonesia meningkat. Dengan adanya insentif
pajak ini, secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat profitabilitas
usaha dalam jangka panjang.
4. Perlindungan tempat usaha, adanya keamanan investasi melalui jaminan
kemanan di lingkungan usaha adalah mutlak diperlukan untuk
berlangsungnya usaha tersebut. Sehingga dengan ini, pemerintah
Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

diwajibkan untuk menjaga dan menjamin tingkat keselamatan lingkungan


usaha Penanaman Modal Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negri
tersebut. Hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan
memberikan penyebaran informasi melalui media masa kepada masyarakat
akan pentingnya investasi di Indonesia, bahwa dengan adanya investasi
maka akan bisa menciptakan lapangan kerja. Dengan demikian, tanggung
jawab kemanan usaha di Indonesia juga tanggung jawab masyarakat pada
umumnya.
5. Memberantas adanya oknum penegak hukum yang mencari-cari kesalahan
berupa celah-celah kelemahan payung hukum yang belum pasti.
Tujuannya adalah untuk menjebak dan memeras investor dan instansiinstansi yang terkait.
6. Penerapan sistem pelayanan perijinan melalui One Stop Service (OSS)
atau pelayanan satu atap (one roof system). Sebagai bagian dari upaya
penciptaan iklim yang kondusif bagi investasi. Mengingat pelaksanaan
investasi tersebut dilakukan di daerah, maka sistem pelayanan satu atap
tersebut agar diberlakukan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten dan
kota, sesuai dengan tingkat kewenangan masing-masing.
7. Selain itu, perlu diberikan perlindungan hak pada investor yang telah habis
masa konsesinya, pemda diberi kewenangan untuk melakukan kerjasama
dengan investor luar negeri untuk melaksanakan Penanaman Modal Asing
di daerah tanpa melalui pemerintah pusat, dan mengingat pentingnya

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

peranan tanah dalam investasi diperlukan adanya kepastian hukum yang


berkaitan dengan hak-hak atas tanah dan hak ulayat.
8. Perlu adanya koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah.
Dan Pemerintah pusat untuk dapat

memberikan kejelasan pembagian

wewenang dan ukuran investasi yang berhak dikelola oleh daerah dan
yang menjadi wewenang pemerintah pusat sehingga tercapai satu kesatuan
penafsiran dalam pelaksanaan peraturan di daerah.

Dengan menyimak kondisi-kondisi riil yang ada, baik yang menyangkut


investasi itu sendiri maupun bidang-bidang lain yang terkait, maka kiranya perlu
dilakukan langkah-langkah konkrit di atas untuk menyelamatkan perekonomian
Indonesia melalui perbaikan iklim investasi di Indonesia yang perlu dibangun
dengan kesadaran dan tingkat kolektif bersama. Dan peranan pemerintah daerah
yang perlu berdiri di depan untuk maju membuka diri bagi investasi serta
melakukan promosi yang baik.

Dengan adanya langkah dan kebijakan yang konsisten dari pemerintah dan
dengan adanya dukungan masyarakat luas, maka Indonesia bisa kembali
meyakinkan pada investor baik investor asing maupun domestik, bahwa Indonesia
masih merupakan tempat yang nyaman dan menguntungkan untuk berinvestasi.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Adolf, Huala. Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan
Internasional (WTO), Jakarta : Rajawali, 2004.
Budiono, Herlien. Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia,
Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006.
H.S, Salim & Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2008.
Ilmar, Aminuddin. Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta : Kencana,
2007.
Jeddawi, Murtir. Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah, Yogyakarta :UII
Press,2005.
Kartadjoemena.GAT WTO dan Hasil Uruguay Round, Jakarta : Prenada Media,
1997.
Kusumaatmadja, Mochtar. Pengantar Hukum Internasional, Bandung : Bina
Cipta, 1978.
_____________. Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,
P.T.Alumni, 2006.

Bandung :

Mardiasmo. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta :


Andi,2002.
Panjaitan, Hulman & Anner Mangatur Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing,
Jakarta : Indhill Co, 2008.
Rajagukguk, Erman. Globalisasi Hukum dan Kemajuan Teknologi: Implikasinya
Bagi Pendidikan Hukum dan Pembangunan Hukum Indonesia, Medan :
Universitas Sumatera Utara, 2001.

Rakhmawati, Rosyidah. Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia dalam


Menghadapi Era Global ,Malang : Bayumedia Publishing, 2003.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Setianingsih, Sri. Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Jakarta :


Universitas Indonesia Press, 2004.

Sihombing, Jonker. Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal,
Bandung : PT.Alumni,2008.

Siregar, Mahmul. Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal : Studi


Kesiapan Indonesia dalam Perjanjian Investasi Multilateral, Medan :
Universitas Sumatera Utara, 2005.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum ,Jakarta : UI Press,1986.


Sukirno, Sadono. Ekonomi Pembangunan :Proses, Masalah dan Dasar
Kebijakan, Jakarta : Prenada Media, 2006.
Sumantoro. Hukum Ekonomi, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986.
Stiglitz, Joseph. Globalisasi dan Kegagalan Lembaga-Lembaga Keuangan
Internasional, Jakarta : PT. Ina Publikatama, 2003.

Wayan, I. Pathiana, Beberapa Masalah Dalam Hukum Internasional Dan Hukum


Nasional Indonesia, Bandung : Bina Cipta, 1987.

Yahya, M. Harahap. Arbitrase, Jakarta : Sinar Grafika, 2001.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri
Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

MAKALAH
Damos Dumoli Agusman, Kerjasama Sister City/Sister Province ( Makalah
yang disampaikan di Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya,
Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional, Deplu, 2006)

Sayid Fadhil, Kerjasama Luar Negeri Oleh daerah Dalam Rangka Kerjasama
Sister City dan Kerjasama Ekonomi Sub-Regional Indonesia-MalaysiaThailand Growth Triangle (KESR IMT-GT) makalah yang disampaikan
pada Lokakarya Aktualisasi Tata Cara Hubungan Luar Negeri Oleh
Pemerintah Daerah, 14 Juli 2007.

Wisnu Setiawan, Persepsi Prosedur Dan Mekanisme Kerja Sama Luar Negeri
Oleh Pemerintah Daerah : Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden
atau Peraturan Menteri?, makalah yang disampaikan pada Lokakarya
Aktualisasi Tata Cara Hubungan Luar Negeri Oleh Pemerintah
Daerah, 14 Juli 2007.
.
Zawiruddin, Makalah Fungsi Administrasi Departemen Dalam Negeri Dalam
Kerjasama Yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Disampaikan dalam
lokakarya Aktualisasi Tata Cara Hubungan Luar Negeri Oleh Pemerintah
Daerah,Medan 14 Juli 2007.

Purba Hutapea, Makalah Praktek Sister City / Province oleh DKI Jakarta,
Disampaikan dalam lokakarya Aktualisasi Tata Cara Hubungan Luar
Negeri Oleh Pemerintah Daerah,Medan 14 Juli 2007.

Pendastaren Tarigan, Makalah Fungsi dan Wewenang DPRD Dalam Praktek


Memberikan Pertimbangan, Rekomendasi dan Persetujuan atas Hubungan
dan Rencana Kerjasama Oleh Pemerintah Daerah, Disampaikan Dalam
Lokakarya Aktualisasi Tata Cara Hubungan Luar Negeri Oleh Pemerintah
Daerah, diselenggarakan oleh Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional
Deparlu RI bekerjasama dengan Fakultas Hukum USU, Medan 14 Juli
2007.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

MAJALAH
Majalah Kota, No.3, Tahun II, Nopember-Desember 1990.
Jurnal Hukum Bisnis, Vol 22, No.5, 2003.

INTERNET
www.google.com, tanggal 18 Juni 2008
www.deplu.go.id, tanggal 2 September 2008.
www. google.com, tanggal 30 Oktober 2008
www. yahoo.com, tanggal 3 November 2008
www.mohjamin.blogspot.com, tanggal 10 November 2008.
www.yahoo.com, tanggal 10 November 2008.

Riska Mareba Meliala : Tinjauan Hukum Ekonomi Terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional Di Bidang
Penanaman Modal Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Daerah, 2008
USU Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai