Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Instalasi perumahan adalah suatu pemasangan instalasi penerangan rumah
tangga yang umum dilakukan. Pada saat sekarang ini energy listrik sangat
dibutuhkan baik itu untuk instalasi penernagan maupun untuk instalasi tenaga. Listrik
merupakan kebutuhan primer pada saat ini, dimana setiap peralatan elektronik sangat
membutuhkan energy listrik untuk menjalankannya. Energy listrik begitu vital
keberadaannya. Tanpa energy tersebut maka secara otomatis keberadaan peralatan
lain akan sulit untuk berfungsi.
Instalasi rumah sederhana pada saat ini merupakan sesuatu yang cukup vital
bagi masyarakat. Tanpa adanya listrik maka secara tidak langsung suatu kegiatan
manusia akan terganggu. Untuk pemasangan instalasi listrik penerangan dan tenaga
untuk rumah terlebih dahulu harus melihat gambar-gambar rencana instalasi yang
sudah dibuat oleh perencana berdasarkan denah rumah/bangunan dimana instalasinya
akan dipasang. Selain itu juga spesifikasi dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima
dari pemilik bangunan/rumah, dan syarat tersebut tidak terlepas dari peraturan yang
harus dipenuhi dari yang berwajib yang mengeluarkan peraturan yaitu PLN setempat.
Oleh karana itu kami disini akan melakukan perhitungan terhadap
pemasangan instalasi listrik rumah tinggal lantai 2.

I.2 TUJUAN PENELITIAN


1. Mengetahui penerapan instalasi penerangan lisrik rumah tinggal.
2. Menghitung dan mengukur daya pada instalasi.
3. Menghitung kebutuhan biaya pada instalasi.
I.3 BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan tujuan tersebut, maka batasan masalah kami adalah
sebagai beikut :
1. Melakukan penggambaran terhadap gambar instalasi, gambar denah dll.
2. Melakukan analisis terhadap komponen listrik yang diperlukan serta
mengukur daya yang diperlukan untuk instalasi.
3. Melakukan estimasi terhadap biaya yang diperlukan terhadap pemasangan
instalasi.
I.4 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang, latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah,
dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisikan pembahasan tentang dasar dasar teori yang berhubungan dengan
permasalahan yang diajukan dan dilengkapi dengan sumber yang dipakai.

BAB III METODOLOGI

Bab ini berisi metode yang digunakan dalam mengumpulkan data maupun dalam
menganalisis data dalam menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan.
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisikan pembahasan tentang data dan analisis baik secara teori maupun
dalam perhitungan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil analisis datayang telah
dilakukan.

BAB II

SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA


II.1

UMUM
Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi satu atau
sejumlah tujuan tertentu. Instalasi listrik terdiri atas sistem penerangan, sistem
pensaklaran, sistem pengkabelan, sistem pembumian dan sistem lain yang yang
dibutuhkan. Instalasi listrik dapat berupa sebuah instalasi yang sederhana yang hanya
terdiri atas satu titik atau satu instalasi listrik yang rumit dan kompleks.
Sistem pembumian merupakan bagian dari sebuah instalasi listrik. Sistem
pembumian

adalah

sistem

yang

dirancangkan

sedemikian

rupa

untuk

menghubungkan bagian konduktif terbuka dari peralatan-peralatan listrik yang


dipakai dengan bumi sebagi referensi tegangan nol, pembuatan sistem pembumian
ini bertujuan untuk menghindarkan manusia dari kejut listrik apabila tersentuh bagian
konduktif terbuka yang bertegangan. Bagian konduktif ini bisa bertegangan apabila
instalasi listrik mengalami kegagalan isolasi sehingga kawat phasa terhubung dengan
bagian konduktif tertentu.
Sistem pembumian terdiri dari beberapa sistem sesuai dengan cara
pemasangannya. Sistem-sistem tersebut adalah sistem TT, Sistem TN yang terdiri
dari TN-C,TN-S, dan TN-CS, serta sistem IT. Pembahasan lebih lanjut untuk sistem
yang dipakai pada instalasi rumah tangga akan dibahas pada pembahasan berikutnya.

Sistem pembumian terdiri dari beberapa perlengkapan listrik berupa penghantar


pembumian dan elektroda pembumian.
Pemasangan sistem pembumian sangat tergantung pada kondisi lingkungan
dimana sistem pembumian dibuat, sehingga sebuah sistem pembumian tidak bisa
disamakan di semua tempat, misalkan tempat dengan jenis tanah lembab dan kering
pasti akan sangat berbeda usaha-usaha yang dilakukan supaya sistem yang dibuat
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
II.2

INSTALSI LISTRIK RUMAH TANGGA


Instalasi Listrik rumah tangga yang dimaksudkan adalah instalasi listrik

dalam bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal. Pada dasarnya kebutuhan
instalasi rumah tangga tergantung kepada kebutuhan listrik rumah tangga tersebut.
Instalasi rumah tangga dapat hanya berupa instalasi listrik yang sederhana yang
hanya terdiri dari satu titik maupun instalasi listrik yang kompleks.
Instalasi listrik rumah tangga secara umum adalah untuk kebutuhan
penerangan dan kebutuhan sumber tenaga listrik untuk peralatan-peralatan listrik
yang digunakan, seperti pemanas makanan, setrika listrik, dll. Untuk memenuhi
tujuan ini beberapa perlengkapan listrik yang umum dipakai adalah:
1. Pipa Instalasi
2. Sakelar
3. Kotak kontak
4. Papan Hubung Bagi (PHB)
5. Kabel

6. Fitting
7. Sekering dan MCB
8. Perlengkapan Pembumian.
Gambar 2.1 menunjukkan skema instalasi listrik dari sebuah rumah sederhana yang
terdiri atas 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi,
dan taman. Simbol-simbol yang digunakan pada Gambar 2.1 dijelaskan sebagai
berikut:
Sakelar dua kutub
Sakelar 1 Kutub
Lampu
Kotak kontak
Papan hubung bagi (PHB)

Gambar 2.1 Skema instalasi listrik sederhana.

II.3

PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA


Di dalam PUIL 2000 disebutkan bahwa pada instalasi listrik ada dua jenis

resiko utama yaitu:


a. Arus kejut listrik
b. Suhu berlebihan yang sangat mungkin mengakibatkan kebakaran, luka bakar
atau efek cedera listrik.
Untuk mengindarkan manusia ataupun ternak dari bahaya yang timbul karena
sentuhan dengan bagian aktif instalasi listrik maka dapat dilakukan cara-cara berikut:
a. Mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak.
b. Membatasi arus yang dapat mengalir melalui badan manusia sampai suatu
nilai yang lebih kecil dari arus kejut.
c. Pemutusan suplai secara otomatis dalam waktu yang ditentukan pada saat
terjadi gangguan yang sangat mungkin menyebabkan mengalirnya arus
melalui manusia yang bersentuhan dengan body peralatan, yang nilai arusnya
sama dengan atau lebih besar dari arus kejut listrik.
Untuk mengetahui sejauh mana tubuh manusia sanggup menahan aliran listik
dan akibat-akibat yang ditimbulkan, Tabel 2.1 di bawah memperlihatkan batasan
batasan tersebut, ini berguna sebagai informasi sehingga seorang perancang maupun
instalateur dapat merancangkan suatu instalasi yang aman bagi manusia maupun
ternak.

Tabel 2.1: Batasan-batasan arus dan pengaruhnya terhadap manusia


Besar Arus (mA)
0-0,9

Pengaruh Pada Tubuh Manusia


Belum dirasakan pengaruhnya, tidak menimbulkan
reaksi apa-apa

0,9-1,2

Baru terasa adanya arus listrik, tetapi tidak


mengakibatkan kejang, kontraksi atau kehilangan
kontrol.

1,2-1,6

Mulai terasa seakan-akan ada yang merayap di dalam


tangan

1,6-6

Tangan sampai ke siku merasa kesemutan

6-8

Tangan mulai kaku,rasa kesakitan makin bertambah

13-15

Rasa sakit tidak tertahankan, penghantar masih dapat


dilepaskan dengan gaya yang besar sekali

15-20

Otot tidak sanggup lagi melepaskan penghnatar

20-50

Dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh manusia

50-100

Batas arus yang dapat menyebabkan kematian

Untuk memenuhi tujuan keamanan yang telah diebutkan di atas maka di


dalam bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal dapat dibuat sebuah sistem
pembumian. Sistem pembumian yang umum digunakan adalah sistem pembumian
TT.
Huruf T pertama adalah singkatan dari kata terre yang berasal dari Bahasa
Perancis yang mengandung pengertian bahwa hubungan sistem tenaga listrik ke
bumi adalah hubungan langsung satu titik ke bumi. Sedangkan huruf T kedua
menjukkan hubungan BKT instalasi ke bumi dan mengandung arti hubungan listrik
langsung ke bumi, yang tidak tergantung pembumian setiap titik tenaga listrik.
Gambar 2.2 memperlihatkan sebuah sistem pembumian dengan sistem TT.

Transformator
Pensuplai
R
S

T
P

N
E

Bumi

Elektroda
Pentanahan Netral

Elektroda
Pentanahan
Konsumen

Gambar 2.2 Sistem pembumian TT

II.4

TAHANAN PEMBUMIAN
Tahanan pembumian adalah hambatan yang dialami oleh arus ketika mengalir

ke tanah. Arus ini mengalir menuju tanah melalui elektroda pembumian yang
ditanam atau ditancapkan ke dalam tanah pada ke dalam tertentu. PUIL 2000
mendefenisikan tahanan pembumian sebagai jumlah tahanan elektroda pembumian
dan tahanan penghantar pembumian. Tahanan ini terdiri dari tahanan yang
disebabkan penghantar logam dan tanah. Tahanan yang ditimbulkan penghantar
sangan kecil sehingga dapat diabaikan. Tahanan yang paling besar adalah tahanan
yang ditimbulkan oleh tanah.

Suatu tanah memiliki nilai tahanan jenis yang bervariasi tergantung pada jenis
tanah, kelembapan, komposisi garam-garam mineral di dalam tanah, dan suhu. Saat
sebuah elektroda dilalui oleh arus maka arus akan menyebar ke segala arah seperti
terlihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Sebaran Arus dari Elektroda


Arus akan mengalir menuju tegangan nol yaitu di titik tak terhingga. Apabila
kedalaman elektroda dibandingkan dengan jari-jari yang tak terhingga maka
elektroda batang dapat dianggap sebagai sebuah bola yang memiliki pusat yang sama
dengan sebuah bola yang memiliki jari-jari yang sangat besar, seperti Gambar 2.4.

dr

Gambar 2.4 Ekivalensi Elektroda untuk Perhitungan Tahanan Pembumian

Tahanan yang dimiliki lapisan tanah yang merupakan bola dengan jari-jari r
dan r+dr pada Gambar 2.4 dapat dihitung dengan Persamaan 2.1. Dengan
menganggap bahwa jarak r berada di jauh tak hingga maka tahanan tanah dengan
elektroda yang memiliki jari-jari ro menjadi seperti Persamaan 2.2.

2.1

2.2
Dimana :
R = Tahanan Tanah
r = Jari-jari bola luar (m)
ro = Jari-jari/ panjang elektroda (m)
= Tahanan jenis tanah ( Ohm-m)

Jika nilai tahanan pentanahan terlalu besar maka untuk memperkecilnya


dapat menggunakan material khusus yang ditanam di dalam tanah yaitu bentonit.
Secara tradisional dapat menggunakan garam atau arang. Beberapa jenis tanah yang
nilai tahanan jenisnya dicantumkan dalam PUIL 2000 dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Tahanan Jenis Tanah

Jenis Tanah

Tahanan Jenis (-m)

Tanah Rawa

30

Tanah Liat dan Tanah Ladang

100

Pasir Basah

200

Kerikil basah

500

Pasir dan kerikil kering

1000

Tanah Berbatu

3000

Beberapa hal lain yang mempengaruhi nilai tahanan pembumian yaitu:


a. Jenis Elektroda Pembumian
Jenis elektroda pembumian berkaitan dengan tahanan jenis elektroda tersebut.
Misalkan elektroda berbahan dasar aluminium dibandingkan dengan elektroda
berbahan dasar tembaga yang memiliki luas penampang dan panjang yang sama.
Nilai tahanan elektroda aluminium akan lebih besar dibandingkan dengan elektroda
berbahan dasar tembaga. Karena tahanan jenis aluminium lebih besar dibanding
tahanan jenis tembaga. Dimana aluminium memiliki tahanan jenis 0.0283 x 10
m dan tembaga 0.0177 x x 10

-6

-6

m. Tetapi karena nilainya yang sangat kecil

maka pengaruh dari tahanan jenis diabaik.


b. Kedalaman elektroda dan luas penampang elektroda
Semakin dalam elektroda tertanam dan semakin besar luas penampang
elektroda yang bersentuhan dengan tanah sehingga nilai tahanan pembumian akan
semakin kecil karena semakin besar permukaan yang bersentuhan dengan tanah.
c. Bentuk elektroda
Beberapa bentuk elektoda pembumian adalah sebagai berikut:
1. Elektroda pita

Elektroda pita dibuat dari penghantar berbentuk pita atau penampang bulat, atau
penghantar pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Ukuran minimum
2

elektroda pita adalah 2mm dan tebalnya 2 mm atau penghantar pilin 35 mm .


Berbagai bentuk elektroda pita dapat dilihat pada Gambar 2.5

h = 0.5-1 m

Cabang Enam

Cincin

(a)

(b)

60

h = 0.5-1 m

(c) Disk
Gambar 2.5 Bentuk Elektroda Pita (a) Cabang enam, (b) Cincin, (c) Disk

Tahanan pembumian masing-masing bentuk adalah sebagai berikut:


-

Cabang enam

2.3
-

Cincin

Disk

2.4

2.5
Dimana

Rp = Tahanan pembumian Elektroda ()


= Panjang pita (m)
D = Diameter cincin
d = Diameter cincin elektroda

2. Elektroda pelat
2

Elektroda pelat terbuat dari besi dengan ukuran minimum tebal 3 mm, luas 0.5 m 2

1 m atau pelat tembaga dengan tebal 2 mm, luas 0.5 m -1 m yang ditanam
secara vertical dengan sisi atas 1 m di bawah permukaan tanah seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.6

h=1m

Pelat

Gambar 2.6 Elektroda pelat


Tahanan pembumian Elektroda pelat adalah:

2.6
3. Elektroda batang
Elektroda ini dapat dibuat dari pipa besi, baja profil,batang tembaga, atau batang
logam lainnya. Elektroda dipancangkan ke tanah sedalam meter seperti Gambar
2.7.

Gambar 2.7 Elektroda Batang

Tahanan elektroda pembumian elektroda batang adalah:

2.7
Dimana a adalah jari-jari elektroda batang. Bentuk elektroda yang umum dipakai
pada sistem pembumian instalasi rumah tangga adalah bentuk elektroda batang.
II.5

PERSYARATAN PEMBUMIAN
Menurut PUIL 2000 ada bebarapa persyaratan dalam instalasi sistem

pembumian. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:


a.

Warna Penghantar Pembumian


Penghantar proteksi diberi warna loreng hijau kuning sebagai pengenal,

termasuk penghantar proteksi yang merupakan salah satu inti dari kabel dan kabel
tanah. Pengecualiannya adalah terhadap penghantar geser jika penghantarnya dapat
dikenal dengan jelas, misalnya melalui bentuknya dan tulisan yang ada padanya.
b.

Luas Penghantar pembumian


Luas penampang penghantar proteksi tidak boleh kurang dari nilai yang

tercantum dalam Tabel 2.3 di bawah.


Tabel 2.3 Ukuran Penampang Penghantar Pembumian
Luas Penampang Penghantar phasa
instalasi
2
S (mm )
S 16
16S 35
S> 35

Luas Penampang Minimum


Penghantar Proteksi Yang Berkaitan
2
Sp (mm )
S
16
S/2

Sumber: PUIL 2000, hal 80


Tabel ini hanya berlaku jika penghantar proteksi dibuat dari bahan yang sama

dengan penghantar phasa. Jika bahannya tidak sama, maka luas penampang
penghantar proteksi ditentukan dengan cara memilih luas penampang yang
mempunyai konduktansi yang ekivalen dengan hasil dari Tabel.
Luas penampang setiap penghantar proteksi yang tidak merupakan bagian
dari kabel suplai atau selungkup kabel, dalam setiap hal tidak boleh kurang dari 2,5
2

mm jika terdapat proteksi mekanis dan 4 mm jika tidak terdapat proteksi mekanis.
c.

Ukuran Elektroda
Ukuran mimimum elektroda dapat dipilih menurut Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Ukuran Elektroda Pembumian

No

1
Baja digalvanisasi
dengan proses

Bahan jenis
elektroda

2
Baja berlapis

3
Tembaga

tembaga
pemanasan
Pita baja 100 mm2

50 mm2

setebal minimum 3 mm

minimum 2
mm
Penghantar
pilin 35 mm2

Penghantar pilin 95 mm2

Elektroda pita

Pita tembaga
50 mm2 tebal

(bukan kawat halus)

(bukan kawat
halus)
2
-

- Pipa baja 25 mm2


Baja profil (mm)

Baja
berdiameter 15

L 65 mm2x65x7
U 6,5

mm dilapisi
tembaga setebal

T 6x50x3

250 m

Elektroda
batang
-

Batang Profil lain


yang setaraf

3
Elektroda pelat

Pelat besi tebal 3 mm


luas 0,5 m2

Pelat tembaga
tebal 2mm luas
0,5 m2 sampai

Sumber: PUIL 2000, hal 82

Dalam hal ini gawai dengan karakteristik waktu terbalik (invers) yaitu
pengaman lebur (PL atau sekering) atau pemutus sirkit (misalnya MCB) dan Ia
haruslah arus yang menyebabkan bekerjanya gawai proteksi dalam waktu 5 detik.
d.

Persyaratan lain

Penghantar aluminium tanpa perlindungan mekanis tidak diperkenankan


dipakai sebagai penghantar bumi

Penghantar bumi harus dilindungi jika menembus langit-langit atau dinding,


atau berada di tempat dengan bahaya kerusakan mekanis.

Pada penghantar bumi harus dipasang sambungan yang dapat dilepas untuk
keperluan pengujian resistans pembumian, pada tempat yang mudah dicapai,
dan sedapat mungkin memanfaatkan sambungan yang karena susunan
instalasinya memang harus ada.

Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secara


mekanis dan menjamin hubungan listrik dengan baik, misalnya dengan
menggunakan las, klem atau baut kunci yang tidak mudah lepas. Klem pada
elektroda pipa harus menggunakan baut dengan diameter minimal 10 mm.

II.6

METODE PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN


Nilai tahanan pembumian merupakan suatu syarat aman tidaknya suatu sistem

pembuamian yang dibuat. Untuk mengetahui nilai Tahanan Pembumian ini maka
dapat dilakukan beberapa metode untuk mengukurnya, metode-metode tersebut
adalah sebagai berikut:

a. Metode Von Werner


Metode ini disebut empat elektroda dalam terlihat pada Gambar 2.8 juga
dengan metode empat batang karena menggunakan pengukurannya. Skema
pengukuran dengan metode ini

Gambar 2.8 Metode Pengukuran Von Werner


Cara pengukuran dilakukan dengan terlebih dahulu mengatur jarak antar
elektroda. Seperti terlihat pada gambar, jarak antar elektroda adalah sejauh a meter,
sehingga jarak antara terminal secara berurut adalah sama. Setelah dibuat rangkaian
seperti gambar maka proses pengukuran dapat dikerjakan. Peralatan ukur akan
mengalirkan arus melalui terminal 1 dan 4 lalu susut tegangan pada terminal 2 dan 3
akan diukur. Jika beda tegangan antara elektroda 2 dan 3 adalah V, dan arus yang
dialirkan melalui elektroda 1 dan 4 adalah I, maka perbandingan ini adalah Nilai
tahanan pentanahan R . sesuai dengan Persamaan 2.9

2.9

b. Pengukuran dengan Volt meter dan Amperemeter


Cara pengukuran adalah seperti terlihat pada Gambar 2.9. Penghantar
pembumian dihubungkan dengan penghantar phasa instalasi melalui gawai proteksi
arus lebih, sakelar, tahanan yang dapat diatur dari sampai20 1000, dan
Amperemeter. Antar titik sirkit setelah amperemeter dengan elektroda bumi bantu
dipasang voltmeter. Jarak elektroda bantu disesuaikan dengan jenis elektroda yang
digunakan. Jika elektroda batang atau pipa maka elektroda bantu harus berjarak
sekurang-kurangnya 20 meter dari elektroda yang akan diukur.
Pada saat sakelar dimasukkan, tahanan tersebut harus dalam keadaan
maksimum. Setelah sakelar dimasukkan, tahanan diatur sedemikian rupa hingga
amperemeter dan voltmeter menunjukkan simpangan secukupnya sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh operator. Hasil bagi dari tegangan dan arus yang ditunjukkan
oleh alat ukur tersebut adalah tahanan pembumian yang diukur. Persamaan
matematiknya seperti pada Persamaan 2.9.

Fuse

Tahanan
Variabel

Gambar 2.9 Metode pengukuran dengan voltmeter dan amperemeter


c. Pengukuran dengan menggunakan Earthtester.
Pengukuran dengan Earthtester ini menggunakan dua buah elektroda bantu, dan
pengukurannya lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan dua metode yang telah
disebutkan terdahulu. Pengukuran dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan jarak

antara elektroda pembumian dengan elektroda bantu, jarak yang umum digunakan
berkisar 5-10 meter. Pegukuran dengan metode ini dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Permukaan Tanah
Elektroda Pembumian

Elektroda Bantu

Kuning

Hijau
E

Merah

R
SW

Gambar 2.10 Pengukuran dengan Earthtester

Setelah elektroda bantu ditancapkan di tanah pada kedalaman sekitar 30 cm maka


elektroda dihubungkan dengan alat ukur dengan menggunakan kabel yang sudah
ditentukan. Ada tiga warna kabel yaitu hijau, kuning dan merah. Kabel warna hijau
salah satu ujungnya dihubungkan dengan terminal earth pada alat ukur dengan
simbol E dan ujung satu lagi dihubungkan dengan elektroda pembumian.Kabel
warna kuning dihubungkan dengan terminal P (potential) pada alat ukur dan ujung
yang lain dihubungkan dengan elektroda bantu yang paling dekat ke elektroda utama.
Kabel warna merah dihubungkan ke termina dengan simbol C (Current) pada alat
ukur dan ujung yang lain dihubungkan dengan elektroda bantu yang paling jauh dari
elektroda bantu. Instrumen ukur adalah earthtester dan dapat digantikan dengan
peralatan lain yang dapat melakukan fungsi yang sama dengan earthtester. Gambar
alat-alat yang digunakan dengan metode ini dapat dilihat pada lampiran A.

Setelah semuanya terangkai dengan benar maka pengukuruan dapat dilakukan


tetapi perlu diperhatikan dahulu apakah baterai masih baik atau tidak dan besar
tegangan rangkaian dengan memilih selector yang tersedia di peralatan. Apabila
semua dalam kondisi baik maka pengukuran tahanan pembumian dapat dilakukan
dengan menekan tombol sw pada peralatan setelah terlebih dahulu memindah
selector ke sebalah symbol, la lu memutar piringan penunjuk besar hambatan
sampai jarum penunjuk telah menunjuk angka nol. dan nilai yang ditunjukkan oleh
piringan yang diputar tersebut adalah nilai tahanan pembumian yang terukur.
Pengukuran dengan earthtester menggunakan prinsip jembatan wheathstone.
Seperti pada Gambar 2.11 berikut.
b

Is

I
x

Is
Rs
a
Ra

Ia

R
b

Rx
I
b

Gambar 2.11 Jembatan Wheathstone

Pada saat sakelar ditekan maka arus akan mengalir melalui galvanometer,
sehingga jarum penunjuk galvanometer akan menunjukkan nilai tertentu. Jika nilai
yang ditunjuk adalah nol berarti arus yang mengalir melalui galvanometer adalah
nol. Prinsip jembatan wheathstone adalah membuat arus yang mengalir melalui
galvanometer bernilai nol dengan mengubah nilai tahanan variabel Rx, hal ini
dilakukan dengan memutar piringan logam tahanan variabel pada earthtester sampai
galvanometer menunjukkan nilai nol. Ketika nilai yang ditunjukkan pada
galvanometer adalah nol maka nilai yang ditunjukkan pada piringan tahanan varibel
tersebut adalah nilai tahanan pentanahan yang sedang diukur. Persamaannya terlihat
pada Persamaan 2.10 berikut.

2.10

BAB III
METODOLOGI

III.1 METODE PENGUMPULAN DATA


Dalam melakukan pekerjaan pemasangan instalasi listrik, kita perlu melakukan
persiapan-persiapan yang berhubungan dengan pekerjaan pemasangan instalasi
listrik. Antara lain sebagai berikut :
1. Denah lokasi
2. Survey lokasi
3. Material
4. Peralatan Kerja
Hal-hal seperti diatas sangat diperlukan dalam melakukan persiapan pekerjaan untuk
dapat melaksanakan pekerjaan pemasangan instalasi listrik.
III.3.1 DENAH LOKASI
Denah lokasi / bangunan yang akan dipasang instalasi baru atau penambahan
instalasi, sangat diperlukan untuk menentukan titik dimana instalasi tersebut akan
dipasang. Denah ini berfungsi untuk menentukan letak dan mengetahui jumlah titik
lampu yang akan dipasang dan juga untuk mengetahui perkiraan anggaran biaya
yang akan dikeluarkan.
III.3.2 SURVEY LOKASI
Survey ini sangat penting untuk dilakukan, berfungsi untuk mengetahui
keadaan yang sebenrnya dilokasi yang tidak tergambar pada gambar rencana. Hal ini
dilakukan berkaitan dengan jumlah material dan peralatan bantu yang perlu

disiapkan. Seperti panjang jalur instalasi, tinggi dari bangunan, fungsi dari ruangruang yang ada pada bangunan tersebut dan masih banyak lagi.
III.3.3 MATERIAL
Setelah kita melakukan perhitungan dengan dasar menggunakan gambar
denah dan melakukan survey ke lapangan, maka kita bisa menentukan jumlah, jenis
dan type material yang akan digunakan.
III.3.4 GAMBAR DENAH
Setelah

kita

dapat

menentukan

material

yang

dibutuhkan

dengan

menggunakan gambar denah dan telah melakukan survey lapangan, maka kita bisa
menentukan peralatan yang akan kita gunakan selain peralatan utama (tang, obeng,
cutter, dll) seperti scafolding, tangga dan lain-lain yang disesuaikan dengan hasil
survey lapangan. Dalam melakukan pemasngan instlasi listrik dapat dimulai dengan
memahami gambar rencana

BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA

IV.1 GAMBAR INSTALASI (TERLAMPIR)


Gambar instalasi yang digunakan untuk pemasangan dilapangan adalah sebagai
berikut :
1. Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas tata letak perlengkapan
listrik beserta saran pelayanannya (kendali), seperti titik lampu, sakelar, kotak
MCB, motor listrik dan panel-panel yang berkaitan
2. Rencana hubungan peralatan atau pesawat listrik dengan pengendaliannya
IV.2 RANCANGAN ANGGARAN BIAYA (TERLAMPIR)
Rancangan anggaran biaya untuk instalasi listrik ini meliputi :
1. Item pekerjaan instalasi listrik
2. Quantity atau volume dari setiap pekerjaannya beserta satuannya
3. Harga material dan upah pasang
4. Summary dari nilai pekerjaan instalasi listrik

BAB V
PENUTUP

V.1 KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a.

Anda mungkin juga menyukai