PENDAHULUAN
Sistem tenaga listrik terdiri dari seksi-seksi (sub sistem), yang satu
dengan
yang lainnya dapat dihubungkan dan diputuskan
dengan menggunakan alat
pemutus tenaga (PMT).
Masing-masing seksi (sub sistem) diamankan ole rele pengaman
dan setiap
rele mempunyai kasawan pengamanan, yang berupa
bagian dari sistem.
Jika terjadi gangguan di dalamnnya, rele akan
mendeteksi dan dengan
bantuan PMT melepaskan seksi yang
terganggu dari bagian sistem lainnya.
Gambar kawasan pengamanan (zone of protection) :
Lanjutan 1.3.
Differential
Generator pada
Lanjutan 1.5.
Selektifitas (selectivity) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus cukup selektif dalam
mengamankan sistem.
Dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil
mungkin, yaitu hanya sub sistem yang terganggu saja yang
memang menjadi kawasan
pengaman utamanya.
Rele harus mampu membedakan, apakah gangguan terletak di
kawasan
pengaman utamanya, dimana rele harus bekerja
cepat, atau terletak di sub
sistem berikutnya, dimana rele
harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak bekerja sama sekali.
Kecepatan (speed) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub
sistem yang
mengalami gangguan secepat mungkin.
Untuk menciptakan selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu
pengaman terpaksa diberi waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda
tersebut harus secepat mungkin.
Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya kerusakan/ kerugian,
dapat diperkecil.
7
BAB II
PENGAMAN GENERATOR
Lanjutan 2.1.
Lanjutan 2.1.
3 - 51V, backup overcurrent relay,
pengendalian tegangan atau
kontrol tegangan
1 -51G, backup ground time
overcurrent
relay
1 - 87, differential relay
1 87G, ground differential relay
1 - 32,
BUS GEN.
CB
CT
Beban
GEN.
OCR
MCCB
11
BUS GEN.
CB
Beban
PT
GEN.
UVR
PENYEBAB:
Generator mengalami beban lebih
12
Beban
PT
GEN.
OVR
PENYEBAB:
Lepas nya beban (Ppemb > P beban)
AKIBAT:
Generator mengalami kapasitif.
TRF
Rn
CT
Beban
GEN.
OCR 51N
PENYEBAB:
AKIBAT:
Kerusakan pada belitan stator
14
SISTEM
GEN.
PT
32
40
PENYEBAB:
PRIME-MOVER DARI SALAH SATU GENERATOR RUSAK ,
MENGAKIBATKAN GENERATOR TIDAK BERPUTAR.
AKIBAT:
ADA PASOKAN LISTRIK DARI GENERATOR LAIN ATAU SISTEM
SEHINGGA GENERATOR MENJADI MOTOR.
PENGAMAN -- REVERSE POWER (32)
15
SISTEM
GEN.
PT
32
40
26
CB
RTD
PENYEBAB:
pembebanan melebihi kapasitas generator
kerusakan sistem pendingin
AKIBAT:
belitan generator bisa panas
bisa merusak konduktor stator dan isolasi
antara belitan ke inti
PENGAMAN -- PENGAMAN TEMPERATUR (26)
17
PENYEBAB:
gangguan pada sistem sehingga lepas beban
governor tidak mampu kembalikan put. normal
AKIBAT:
over speed
bisa terjadi vibrasi balancing pada put. tertentu
bisa rusakkan bearing dan shaft
frekwensi naik
PENGAMAN : UNDER SPEED (81 U)
OVER SPEED (81- O)
18
CB
SET
DIFERENSIAL
GENERATOR
PENYEBAB:
GANGGUAN PADA BELITAN GENERATOR
AKIBAT:
KERUSAKAN ISOLASI BELITAN GENERATOR
PENGAMAN: DIFFRENTIAL RELAY (87 G).
19
CT
BEBAN
GEN.
OLR
PENYEBAB:
Arus beban melebihi nominal dan bertahan lama
AKIBAT:
Memanaskan belitan generator. merusak konduktor dan isolasi
belitan
PENGAMAN : DEVICE NUMBER OVER LOAD RELAY : 49
20
NEG.SEQ
FILTER
OCR
PENYEBAB:
KETIDAK SEIMBANGAN ARUS FASA BEBAN
AKIBAT:
MEMANAS KAN ROTOR GENERATOR BILA BERTAHAN LAMA
21
NAMA
: Agustinus Sawung
NIM
: 4.12.2 0543
PENGAMAN
TRANSFORMATOR
TENAGA
22
KRAN
TRIP
PELAMPUNG
TUAS TRIP
ALARM
TUAS ALARM
TANGKI TRAFO
gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya hubung singkat di dalam trafo
atau akibat busur di dalam trafo.
Mengerjakan
Cara
kerja: yaitu
gas (Bucholz
yang timbul
dalam
trafobagian
akan mengalir
alarm
1st)dipada
kontak
atas 1. melalui pipa
dan
23
24
Relai
Jansen
transformator dari
menimbulkan gas.
conservator.
adalah
relai
untuk
mengamankan
gangguan di dalam tap changer yang
Dipasang
pada pipa yang menuju
27
28
indikator
29
F51G
87N
87N
31
Fungsi:
untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung
singkat yang
terjadi didalam daerah pengaman transformator.
IIN
PERALATAN
IOUT
Cara Kerja:
Membandingkan antara arus yang masuk dengan arus yang keluar
32
CTP
TRAFO TENAGA
IS
CTS
BEBAN
iS
DIFF. RY
DOT POLARITY
iP
CTP
TRAFO TENAGA
CTS
BEBAN
DOT POLARITY
DIFF. RY
iP
PMS BUS 2
Trip
PMT 150kV
Meter
CT
200/5-5-5A
OCR & EF
TRAFO
20 MVA
150 / 20 kV
DIFFRENSIAL
NGR 40 ohm
CT
CT
300A/12 kV
10
Sec
1000/5
300/5A
Z = 12,4 5
REF
EF
CT
1000/5-5-5A
OCR & EF
Meter
Trip
PMT 20kV
PT
BUS 20 kV
PMT 20kV
Trip
V3
OCR & EF
CT
20kV/110V
Meter
PENYULANG 20 kV
V3
KETERANGAN :
OCR & EF : Over Current Relay & Earth Fault
DIFF
: Diffrencial Relay
REF
Meter
35
TERIMA KASIH
BAB IV
CURRENT
TRANSFORMER &
POTENTIAL
TRANSFORMER
PROTEKSI
HARUS PUNYA KETELITIAN / ERROR KECIL PADA
DAERAH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
BESAR
TIDAK JENUH PADA ARUS GANGGUAN YANG
BESAR, UNTUK KEANDALAN ALAT PROTEKSI
37
Lanjutan 4.2.
RANGKAIAN EKIVALEN CT
IP
P1/K
S1/k
P2/L
IS
S2/l
Kesalahan fasa
20
100
120
20
100
120
0,1
0,4
0,2
0,1
0,1
15
0,2
0,75
0,35
0,2
0,2
30
15
10
10
0,5
1,5
0,75
0,5
0,5
90
45
30
30
1,0
3,0
1,5
1,0
1,0
180
90
60
60
Kelas
ketelitian
20
100
120
20
100
120
0,2S
0,75
0,35
0,2
0,2
0,2
30
15
10
10
10
0,5S
1,5
0,75
0,5
0,5
0,5
90
45
30
30
30
Kelas
ketelitian
100
40
: CL2 or CL1
: CL0.5
: CL0.2S
: CL0.1
: CL3 or CL5
CT Metering
ES
Kurva CT untuk proteksi
Knee point
Kurva CT untuk pengukuran
CT Proteksi
IeXct
42
batang
43
Lanjutan 4.7.
Inti besi
44
Lanjutan 4.7.
Type lingkaran/Wound
primary
Conventional
Dead Tank
CT
45
Lanjutan 4.7.
Type batang /Bar primary
Inverted CT
46
Lanjutan 4.7.
Teriminal primer
1 belitan
Pola (mould)
Pola (mould)
Resin
Resin
Belitan
sekunder
Untuk
pengukuran
Belitan
sekunder
Untuk
pengukuran
Belitan sekunder
Untuk Proteksi
Teriminal sekunder
P1(C1)
Belitan sekunder
Untuk Proteksi
Teriminal sekunder
P2(C2)
2S1 2S2
3S1 3S2
4S1 4S2
4 Teriminal sekunder
Trafo tegangan:
Instrumen trafo yang dipergunakan untuk memperkecil tegangan
tinggi ke tegangan rendah , dipergunakan untuk pengukuran atau
proteksi
Accuracy classes sesuai IEC 60044-2
48
Lanjutan 4.8.
Rangkaian ekivalen
R
S
T
Primer
20.000/3
Sekunder
100/3
50
7
6
4. Belitan Sekunder
2
3
5. Isolator Keramik
6. Dehydrating Breather
7. Terminal Primer
8. Terminal Sekunder
51
5) Isolator keramik
7) Terminal sekunder
52
Composite Error
c = 100/ Vp 100/T (Knvs vp)2 dt
vs dan vp merupakan nilai tegangan sesaat sisi sekunder dan
sisi primer.
53
BAB V
SISTEM PEMBUMIAN
PERALATAN & SISTEM
55
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
langsung
56
Lanjutan 5.3.
Pemasangannya:
Pada transformator tenaga yang dipasok dari sistem
tegangan menengah (GI) atau PLTD kecil.
Keuntungan :
Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu
relatif kecil.
Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan
dapat dipermudah, sehingga letak gangguan cepat
diketahui.
Sederhana dan murah dari segi pemasangan
Kerugian :
Setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan
terputusnya daya.
Arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat
menimbulkan
kerusakan pada peralatan listrik yang
57
dilaluinya.
Lanjutan 5.3.
ZL
XT
IGF
Arus gangguan tanah dihitung dengan
memasukkan
Reaktansi XT dan Impedansi ZL
Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan
Relai Arus Lebih gangguan tanah.
58
Lanjutan 5.3.
dialiri
arus beban
59
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
Melalui Tahanan
Tahanan
60
Lanjutan 5.4.
Pemasangannya :
Pada transformator tenaga yang dipasok pada
sistem tegangan 70 atau 150 kV (GI) atau pada
sistem PLTD kecil
Lanjutan 5.4.
Contoh NGR yang terpasang di Gardu Induk
40 ohm
Lanjutan 5.4.
ZL
XT
Rn
IGF
Arus gangguan tanah dihitung dengan memasukkan Tahanan 3RN, Reaktansi XT dan Impedansi ZL
Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan
Relai Arus Lebih gangguan tanah.
63
Lanjutan 5.4.
Keuntungan :
Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil
Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus
gangguan tanah kecil.
Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat
arus
gangguan yang melaluinya.
Kerugian :
Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan
pentanahan
selama
terjadinya gangguan
fasa ke tanah.
Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil,
kepekaan
relai pengaman menjadi berkurang.
64
Transformator tenaga
Netral tidak
ditanahkan
65
Lanjutan 5.5.
ZL
XT
ICe
IGF
timbul:
Arus kapasitif jaringan
Lanjutan 5.5.
Gangguan Fasa - tanah
Lanjutan 5.5.
Lanjutan 5.5.
Pembebanan :
69
Guna :
Lanjutan 5.6.
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
Melalui Reaktor
Kondisi Normal
Masih dapat terjaga seimbang, bila Ce seimbang
Kondisi gangguan tanah
Teg. Netral-tanah naik, teg. Fasa-tanah naik 3.
71
Lanjutan 5.6.
ZL
ICe
XT
IL
ICe
IL
72
Lanjutan 5.6.
Keuntungan :
Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya
bagi
mahluk hidup.
Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir
dapat
dihindari.
Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan
fasa ke
tanah.
Gejala busur api dapat dihilangkan.
Kerugian :
Rele gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan
karena
arus gangguan tanah relatif kecil.
Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang
menetap
(permanen) pada sistem.
Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila
ada
perubahan pada sistem, kumparan Petersen
harus disetel (tuning)
kembali.
73
74
Lanjutan 5.8.
Tahanan Jenis Tanah
JENIS TANAH
TANAH RAWA
100
PASIR BASAH
200
KERIKIL BASAH
500
1,000
TANAH BERBATU
3,000
4 .L
. ln
1
2. L
r
76
Lanjutan 5.8.
Sirkulasi arus akibat adanya kebocoran pada peralatan
listrik
R
Sekunde
r trafo
gardu
distribusi
RL
S
T
RN
Netral
Re1
Re2
Peralatan Listrik
77
Lanjutan 5.8.
Titik terjadi
gangguan phasa tanah
Tegangan
sentuh
Tegangan langkah
Bumi
20 m
20 m
Lanjutan 5.8.
Sistem pembumian peralatan di gardu induk dengan
menghubungkan elektroda membujur dan melintang
dibawah tanah yang disebut sistem mesh dengan
tujuan untuk memperoleh tahanan tanah kecil (< 1
ohm).
79
BAB VI
PENGAMAN TRANSMISI
impedansi penghantar.
saja.
80
81
F
21
Zone - 1
Zone 1= 80%
ZAB
= 80% x ZAB
F
21
82
Lanjutan 6.3.
Zone 2
Untuk mengamankan sisa yang tidak diamankan
Zone 1, diaman- kan oleh Zone 2 dengan
perlambatan waktu.
Zone 2 juga sebagai pengaman rel ujung seksi yang
diamankan bila tidak mempunyai proteksi rel.
A
F
21
Zone - 2
Zone 1= 80%
ZAB
F
21
= 80% x (ZAB + 80% x ZBC)
83
Lanjutan 6.3.
Zone 3
Zone 1= 80%
ZAB
F
21
F
21
Zone - 3
84
ZL
Karakteristik
mho
Z1 Z2 Z3
R
ZL
Z3
Karakteristik Quadrilateral
Z2
Z1
85
I1
CT1
I2
CT2
86
Lanjutan 6.5.
PRINSIP DASAR PROTEKSI RELAI DIFFERENTIAL
Relai diferensial arus berdasarkan H. Khirchof,
dimana arus yang masuk pada suatu titik, sama
dengan arus yang keluar dari titik tersebut.
I1
I2
I1 = I2
I1
CT1
I2
CT2
87
88
Lanjutan 6.6.
I2
I1
PMT
A
CT1
Saluran yg diproteksi
PMT
CT2
F 87
F 87
Lanjutan 6.6.
Diffrential untuk saluran
diperlukan
: komunikasi antara ujung saluran yg
Sarana
lazim disebut kawat pilot, dapat berupa :
- Kawat tembaga.
- Serat optik
- Mikro wave
Relai sejenis disetiap ujung saluran.
Untuk ketiga fase hanya sebuah relai,
supaya saluran komunikasi yg cukup
sepasang cukup 1 pasang.
Supervisi untuk mengontrol bahwa saluran
komunikasi (pilot) baik/tidak terganggu.
90
Lanjutan 6.6.
Trafo isolasi, karena kemungkinan terjadi induksi
tegangan
dari
saluran
yang
diamankan
(khususnya pilot dengan kawat tembaga)
Yg membatasi panjang saluran yang diamankan :
Saluran komunikasi dengan kawat dibatasi
oleh
adanya arus kapasitansi dan resistans
kawat.
Saluran komunikasi dengan serat optik,
sampai batas
tidak perlu adanya penguat
(repeater).
91
Lanjutan 6.6.
Prinsip operasi yang digunakan.
Circulating current
Prinsipnya dalam keadaan normal/tidak ada
gangguan arus mengalir melalui CT di kedua
ujung, kumparan penahan dan kawat pilot,
kumparan kerja tidak dilalui arus.
Opose Voltage
Prinsipnya dalam keadaan normal/tidak ada
gangguan arus mengalirhanya disetiap CT dan
kumparan penahan disetiap sisinya, pada kawat
pilot dan kumparan kerja tidak dilalui arus.
92
Lanjutan 6.6.
I2
I1
PMT
Saluran yg diproteksi
A
CT1
Trafo
penjumla
h
id
s2 p
2
s1 p
F 87
PMT
CT2
p s2
2
id
p s1
1
Trafo isolasi
Trafo
penjumla
h
F 87
5 kV untuk JTM
15 kV untuk JTT
93
i1
I1
normal
PMT
CT1
id
F 87
Saluran yg diproteksi
PMT
I2
Kumparan kerja
i2
CT1
Kawat pilot
Kumparan
penahan
id
i2
F 87
94
&
DIR
DIR
Signalling
&
channel
95
F 51
F 51
96
BAB VII
PENGAMAN DISTRIBUSI
20 KV
AWAN
PETIR
RANTING
POHON
I (DARI SUMBER)
97
51
51
51G
51G
3 FASA
1 FASA-TANAH
51N
YANG
YANG
98
PLTD A
V<20 kV
6
3
PLTD B
JIKA SETELAN RELAI ANTARA KEDUA PUSAT LISTRIK TIDAK SESUAI, AKA
TERJADI BLACK OUT (SELURUH PUSAT LISTRIK PADAM)
99
IF
PLTD A
FCO
Gangguan HS
20 kV
IF>>
Saat FCO trip dalam tabung terjadi arcing yang waktunya melebihi waktu s
Yang dapat tripkan Rele di outgoing.
100
Lanjutan 7.4.
GANGGUAN YANG TERJADI:
GANGGUAN 3 : bisa terjadi
pada fasa R , S dan T terhubung singkat
101
PMT
NGR
TRAFO 6,3/20 KV
CT
Jaringan distribusi
OCR/GFR
PMT
CT
ON
NGR
OCR
OCR OCR
RELAY
GFR
103
PMT
CT
HUBUNG
SINGKAT
3 FASA
ON
OFF
NGR
OCR
OCR
OCR
GFR
Lanjutan 7.7.
PMT
TRAFO 6,3/20 KV
CT
R
HUBUNG
SINGKAT
1 FASA
3Io
S
T
ON
OFF
NGR
OCR
OCR
OCR
GFR
Gangguan HS terjadi pada fasa T, arus mengalir masuk ke GFR - PMT trip
105
Penyulang
Gangguan
CT mentransfer besaran primer
ke besaran sekunder
Rele detektor hanya bekerja+
-
Elektromekanis
Sederhana Definite, (instant)
Rele definite hanya menyetel waktu
Saat terjadi gangguan hubung singkat arus
dari CT masuk ke kumparan Rele.
Selenoid yang dililit kumparan akan menjadi
Setelan
waktu
107
Lanjutan7.9.
Karakteristik Inverse
Rele inverse menyetel waktu & arus
Saat terjadi gangguan hubung singkat arus
108
Lanjutan7.9.
Elektrostatik
CT
Rect
Kontak
Output
Set timer
Comp
C
Set I (arus)
109
t SET
I SET
I (ampere)
Karakteristik definite time: bisa di setting arus besar setting waktu kecil
110
t (detik)
I SET
I SET MOMENT
I (ampere)
t SET
I SET MOMENT
I (ampere)
SUMBER
KIT
TRAFO UNIT/
TRAFO DAYA
51
51
51
51
51G
51G
51G
51G
51N
113
Lanjutan7.13.
UNTUK : GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3 FASA
GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA
GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA KETANAH
GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASA KETANAH
HUKUM OHM
RUMUS DASAR YANG DIGUNAKAN ADALAH
I=
V
Z
114
Lanjutan7.13.
DARI KETIGA JENIS GANGGUAN, PERBEDAANNYA ADA PADA
UNTUK GANGGUAN 3 FASA
FASA
TEGANGANNYA ADALAH E
FASA-FASA
Z 1 + Z2 * Z 0
Z 2 + Z0
Z 1 + Z 2 + Z0
TEGANGANNYA ADALAH
FASA
115
Lanjutan7.13.
PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN :
RUMUSNYA
:
:
I =
V
Z
RUMUSNYA
:
:
I =
V
Z
116
I =
Z = IMPEDANSI Z1 + Z2 * Z0 ekivalen
Z2 + Z0
I =
V = 3 x TEGANGAN FASA
Z = IMPEDANSI ( Z + Z + Z ) eki
1
2
0
117
Tms
0,14
0,14 Tms
IFAULT
ISET
detik
0.02
EEE inverse
IEEE Extremely Inverse
0,02
2
0.02
2
2
2
t
= Waktu trip (detik).
Tms = Time multiple setting.
Ifault =
Setelan over current relay (inverse) diambil arus gg hub singkat terbesar.
Setelan ground fault relay (inverse) diambil arus gangguan hub singkat terkec
ISET =
Setelan over current relay (Invers) diambil 1,05 s/d 1,1 x Ibeban
Setelan ground fault relay (inverse) diambil 0,06 s/d 0,12 x arus gg hub singka
118