Anda di halaman 1dari 9

Duct

Duct dalam proses pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu instrumen yang
penting. Duct bertugas untuk mengalirkan udara yang telah terkontaminasi dari hood menuju alat
pengendali, dan kemudian udara tersebut akan dialirkan dari alat kontrol menuju fan.
Terdapat empat tipe dasar duct yaitu duct yang didinginkan oleh air, duct yang
dibiaskan, duct stainless-steel, dan duct carbon steel. Duct yang didinginkan oleh air
dan duct yang
dibiaskan
biasanya
dimanfaatkan
untuk
membawa
gas
yang
memilikitemperatur 1500 F, duct stainless steel cukup ekonomis untuk gas yang
memilikitemperatur antara 1150 1500 F , dan duct yang terbuat dari karbon steel baik untuk
digunakan pada gas yang bersifat non-korosif dengan suhu dibawah 1150F (3). Apabila gas
yang dialirkan bersifat korosif, stainless steel cocok untuk diaplikasikan dalam sistem tersebut
dengan pertimbangan gas yang dialirkan memiliki temperatur yang rendah. Apabila pipa
digunakan untuk membawa gas yang memiliki aliran,ducting dapat berperan sebagai penukar
panas untuk mendinginkan gas yang panas.
Ketika fluida mengalir melalui saluran tertutup, akan timbul gesekan antara fluida dan
dinding saluran yang menyebabkan terjadinya kehilangan tekan. Untuk udara perbedaan
ketinggian tidak diperhitungkan. Sehingga, persamaan Bernoulli, kesetimbangan energi mekanik
untuk aliran yang inkompresibel (yang diterapkan pada udara yang memiliki kehilangan tekan
yang rendah) dapat dituliskan sebagai berikut;

Dimana :
P = tekanan statis ,lbf/ft2
= denitas fluida,lbm/ft3
v = rerata kecepatan linear fluida, ft/sec
gc = konstanta gravitasi 32.2lbm-ft/lbf sec2
= efisiensi fan
w = fan power, ft-lbf/lbm
hf = kehilangan tekan akibat gesekan, ft-lbf/lbm

Pada penggunaan kecepatan tekanan terkadang dibutuhkan konversi dari kecepatan


tekanan menjadi kecepatan potensial. Untuk udara dalam keadaan standar (dalam pembuatan
ventilasi, udara standar ditentukan pada suhu 70F, tekanan 1 atm, dan kelembaban 50%, dengan
densitas 0.075lbm/ft), berikut rumus perubahan kecepatan tekanan menjadi kecepatan potensial:

Dimana:
VP = kecepatan tekanan, in.H2O
V = kecepatan udara,ft/min
4005 = konstanta perubahan kehilangan tekan menjadi kecepatan udara
(ft/min)/(in.H20)1/2

Untuk densitas udara yang bukan standar

1. Perencanaan Jaringan Duct


Prinsip umum perencanaan duct adalah sebagai berikut :
Susunan duct harus terintegrasi dengan alat proses dan rencana sistem yang direncanakan
Panjang duct dan jumlah belokan diusahakan untuk diminimalkan
Jaringan duct disusun secara efektif sehingga mudah dalam pemeliharaan

2. Dimensi Duct
Perencanaan duct dilakukan berdasarkan pertimbangan kecepatan minimum transpor partikulat
untuk aliran udara kecepatan udara pada duct harus cukup tinggi hal ini berdasarkan
pertimbangan agar dalam membawa kontaminan tidak jatuh dalam ruang duct. Pemilihan
kecepatan yang lebih tinggi daripada kecepatan minimum transpor dapat menyebabkan

kehilangan tekanan yang tinggi sehingga pengaruh abrasi terhadap duct akan meningkat dan hal
ini mengakibatkan kapasitas fan juga harus ditingkatkan sehingga biaya pemeliharaan dan
investasi akan menjadi lebih tinggi (3).
2.24

Dimana:
dc = diameter duct (ft)
Q = debit udara (ft3/menit)
Va = kecepatan transpor (ft/menit)
Diameter duct yang dirancang sangat bergantung pada debit gas perencanaan dan kecepatan
minimum transpor. Besar kecepatan transpor untuk berbagai industri dapat dilihat di Tabel 2.3
Tabel 2.3 Kecepatan udara minimum Ducts untuk mencegah penumpukan
Tipe Debu

Kecepatan(ft/min)

Low Density (Gases, Vapors, Smoke, Flour,Lint)

2000

Medium-Low Density (Grain, Sawdust, Plastic, Rubber)

3000

Medium-High Density ( Cement, Sandblast, Grinding)

4000

High density (Metal Turnings, Lead dust)

5000

( Sumber: Danielson,1973)
Dalam perancangan duct, duct sirkular lebih sering digunakan daripada ductrektangular, untuk
itu perlu diketahui diameter duct yang tersedia di pasaran agar dapat dilakukan penyesuaian
terhadap diameter yang diperlukan.
Apabila dipergunakan duct rektangular, perlu dilakukan konversi menjadi ductsirkular terlebih
dahulu untuk kemudahan dalam perancangan karena data-data yang tersedia sebagian besar
dibuat berdasarkan diameter duct. Untuk melakukan konversi, dapat dilakukan menggunakan
Grafik 2.1.

Grafik
2.1 Ekivalensi aliran udara pada duct sirkular dan rektangular
3. Kehilangan Tekanan pada Duct
Kehilangan tekanan pada duct dapat terjadi akibat beberapa faktor sebagai berikut:
3.1. Faktor Friksi (gesekan)
Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan kehilangan tekan adalah dengan menggunakan
rumus dibawah ini. (2)
2.25

Dimana:
Hf = Kehilangan tekanan akibat gesekan (inci H2O)

V = Kecepatan aliran dalam duct (fpm)


Q = debit udara (cfm)
a,b,c = konstanta
Tabel 2.4 Nilai Koefisien a,b dan c untuk berbagai material duct
Material duct

Galvanized

0,0307

0,533

0,612

Black iron,Alumunium, PVC, stainless steel

0,0425

0,465

0,602

(Sumber : Cooper,Alley 1992)


3.2. Kecepatan Aliran Udara
Kecepatan aliran udara pada duct seperti telah dibahas sebelumnya merupakan penyebab
kehilangan tekan terbesar. Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus ini:
2.26

Dimana:
VP = Tekanan kecepatan (inci H20)
ng = Kecepatan gas (fpm)
3.3. Turbulensi Aliran
Turbulensi aliran udara dalam pipa disebabkan oleh asesoris duct seperti pada belokan duct, titik
cabang duct, pembesaran, dan penyempitan pada duct. Kehilangan tekanan yang terjadi
merupakan perkalian dari harga fraksi k dengan VP sehingga didapatkan rumus sebagai berikut:

2.27

Dimana :
Hl = kehilangan tekanan (inci H2O)
VP = velocity pressure (inci H2O)
K = fraksi VP
vg = Kecepatan gas (fpm)
4005 = konstanta konversi kehilangan tekan menjadi kecepatan udara (ft/min)/
(in.H2O)0.5
Nilai fraksi setiap asesoris duct memiliki nilai yang berbeda-beda yang disesuaikan pada
beberapa hal, seperti sudut belokan duct, ataupun bentuk dari duct itu sendiri. Nilai fraksi
kehilangan tekan pada asesoris duct dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 2.5 Faktor kehilangan tekan pada asesoris duct dan Equivalen duct length
Asesoris

Kf

Equivalen duct length

Tee

2,0

45

90 Elbow

0,9

20

60 Elbow

0,6

14

45 Elbow

0,45

10

Cabang menuju duct

0,2

10

30 Angle

0,3

18

45 Angle

0,9

20

Sudden Enlargement
(Sumber : Cooper ,Alley. 1992)
3.4. Kehilangan tekan akibat orifice

Kehilangan tekan pada bukaan hood atau duct beragam dan bergatung pada ukuran dari bukaan
tersebut. Penyebab utama kehilangan tekan adalah adanya vena contracta pada hood. Biasanya
hal ini dinyatakan sebagai bagian dari tekanan kecepatan yang berhubungan dengan kecepatan
yang terdapat pada bukaan dihood. Kehilangan tekan pada bentuk-bentuk hood yang umum
dapat kita lihat pada Gambar 2.9. Pada kebanyakan bukaan masuk yang sulit dapat
disederhanakan menjadi dua atau bukaan masuk yang lebih sederhana, dan keseluruhan dari
kehilangan tekan dihitung dengan menjumlahkan seluruh kehilangan tekan.

Ga
mbar 2.9 Kehilangan tekan pada beberapa jenis hood
3.5. Kehilangan tekan pada pipa lurus
Beberapa grafik telah dikembangkan untuk mendapatkan nilai kehilangan tekan pada duct yang
lurus. Kebanyakan grafik ini berdasarkan penggunaan duct yang baru dan bersih. Kehilangan
tekan pada duct lurus dapat dinyatakan berdasarkan Grafik 2.2.

Grafik
2.2 Kehilangan tekan untuk udara pada duct sirkular
3.6. Belokan Duct
Loss factor pada elbow sangat bergantung pada bentuk struktur belokan apakah memiliki sudut
90, 60 atau 45. (Tabel 2.5). Dengan bentuk desain duct yang dapat tilihat pada Gambar.2.10
berikut ini.

Gambar
2.10 Bentuk belokan duct

3.7. Titik Percabangan Duct


Faktor kehilangan tekanan percabangan sangat tergantung dari sudut yang terbentuk antara
cabang duct dengan duct.(Tabel 2.5). Benuk dari percabangan ductdapat dilihat pada Gambar
2.11

Gambar

2.11 Bentuk

percabangan

pada duct
3.8. Pembesaran dan penyempitanduct
Pada pembesaran dan penyempitan duct akan terjadi perubahan kecepatan yang mengakibatkan
kehilangan tekanan udara dalam duct, karena besarnya kehilangan tekanan sangat bergantung
pada kecepatan dalam duct. Maka faktor kehilangan tekanan pada penyempitan atau
pembesaran duct yang bergantung pada perbandingan diameter inlet dan outlet.

Gambar

2.12 Bentuk

penyempitan duct

Gambar2.13 Bentuk
perbesaran duct

Anda mungkin juga menyukai