Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman Penelitian

Nama : Andi Syamsul


NPM : P0400214005

ANALISIS SURPLUS USAHA TERHADAP EKSPOR SUB-SEKTOR


INDUSTRI KARET DAN BAHAN-BAHAN KARET DI
PROVINSI SULAWESI
SELATAN

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah


dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dan sector swasta untuk menciptakan lapangan
kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya serta
mengunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi
sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangu perekonomian
daerah. (Arsyad, 1999)
Sulawesi Selatan merupakan

Untuk

itu

penulis

perlu

salah satu daerah basis tanaman karet

mengambil penelitian dengan judul

dan merupakan penghasil karet yang

Analisis Surplus Usaha Terhadap

juga tidak kala bersaing dengan daerah

Ekspor Sub-Sektor Industri Karet dan

lain di kawasan timur Indonesia.

Bahan-Bahan dari Karet di Provinsi

Predikat sebagai perkebunan penghasil

Sulawesi Selatan

getah karet nasional mengukuhkan

Berdasarkan uraian yang telah

sebagai

dikemukakan dalam latar belakang

produsen tanaman karet yang cukup

maka dapat dirumuskan pokok-pokok

potensial. Selain perkebuna berbagai

permasalahan sebagai berikut :

posisi

komoditi

Sulawesi

Selatan

subsektor

lainnya

yang

1.

Bagaimana

gambaran

menjadi andalan yang dihasilkan oleh

umum perekonomian Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan.

tahun 2009 berdasarkan analisis tabel

I-O tahun 2009 atas dasar harga

Provinsi Sulawesi Selatan Rp. 226,56

pembeli, antara lain struktur input

triliun menjadi Rp. 226,59 triliun

antara dan primer maupun struktur

(kode 700 pada tabel I-O, sheet

permintaan antara dan permintaan

Data_Tabel_IO_Sektor71).

akhir.

2.

Struktur Input

Bagaimana

dampak

Struktur primer (baris 209,

target

transaksi

Nilai Tambah Bruto) yang merupakan

perdagangan ekspor sebesar 20% pada

biaya faktor produksi terdiri dari input

sub sektor ekonomi nomor urut 71

: Upah dan Gaji (baris 201); Surplus

yaitu Industri Karet dan Barang-

Usaha (202); Penyusutan (203); Pajak

Barang dari Karet , berapa besar

Tak Langsung (204) dan Subsidi

perubahan nilai surplus usaha terhadap

(205). Sedangkan total input adalah

kenaikan permintaan nikel (permintaan

penjumlahan input antara dan input

terhadap

primer.

2.
peningkatan

nikel)

serta

bagaimana

Maka

keterkaitan antar sektor perekonomian


di

Sulawesi

Selatan

secara

input

primer

dibutuhkan untuk memperoleh bobot


input primer terhadap total input pada

keseluruhan.
HASIL YANG DIDAPATKAN
ADALAH

permintaan

setiap

subsector-subsektornya,

dari

pembobotan ini akan digunakan untuk


mengestimasi berapa nilai proyeksi

1. Struktur Permintaan dan Penawaran


Target

Rasio

jumlah

ekspor barang ke luar negeri (kode

masing-masing input primer yang


dibutuhkan sehingga target produksi
(output, X akhir) dapat tercapai.

kolom 3052 pada tabel I-O) komoditi

Masing-masing Input primer

sub-sektor 71 Industri Karet dan

dibagi dengan total input, maka untuk

Barang-Barang dari Karet meningkat

hasil rasio Upah dan Gaji, diperoleh

20 % dari Rp. 131,706 milyar menjadi

112 kolom angka bervariasi sesuai

Rp. 158,047 milyar, sehingga terjadi

subsektor-subsektornya yang saling

peningkatan jumlah barang dan jasa di

terkait contoh upah dan gaji terhadap

subsektor jagung adalah 0,295. Total

komoditi

rasio

Industri Karet dan Barang-Barang

input

primer

tersebut

membentuk matriks 5x112.

primer

Proyeksi

nilai

yang

dibutuhkan

melalui

subsektor

71

dari Karet senilai Rp. 131,706 milyar


input-input
sehingga

target produksi (output, X akhir)


diperoleh

ekspor

operasi

matriks

pengganda yaitu antara mariks rasio


input primer (5x112) dengan matriks
vektor output (X akhir).
Dari hasil tersebut dinyatakan
bahwa untuk mencapai target produksi

dibutuhkan faktor input surplus usaha


senilai Rp. 158,047

milyar atau

meningkat Rp. 26,341 miliar dari hasil


surplus usaha Rp.58.943 milyar yang
hanya memproduksi komoditi ekspor
senilai Rp. 131,706 milyar. Atau
akibat peningkatan produksi 20 %
maka terjadi peningkatan input surplus
usaha sebesar 29 %.

Anda mungkin juga menyukai