Biji kakao merupakan salah satu komoditas andalan sektor perkebunan, yang
peranannya penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia
lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Biji kakao merupakan
salah satu komoditi ekspor yang mempunyai keunggulan komparatif yang
merupakan modal utama yang harus ada pada suatu produk untuk memiliki
kekuatan kompetitif. Disamping itu biji kakao juga berperan dalam mendorong
pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri yang diharapkan mampu
berperan sebagai salah satu komoditi yang akan menciptakan tricle down effect
dalam perekonomian nasional dan daerah.
Jika dilihat dari segi kualitas, biji kakao Indonesia tidak kalah dengan biji kakao
terbaik dunia, apabila dilakukan fermentasi dengan baik, kakao Indonesia dapat
mencapai cita rasa setara dengan biji kakao yang berasal dari Ghana. Biji kakao
Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh, sehingga cocok bila
dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar biji
kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri.
Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri biji kakao sebagai salah
satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka.
Biji kakao adalah salah satu komoditi yang mempunyai peranan penting dalam
perekonomian Sulawesi selatan. Pengusahaan kakao dikembangkan berdasarkan
konsep keunggulan komparatif, yang digunakan sebagai dasar dalam memperoleh
keunggulan kompetitif. Dengan keunggulan kompetitif diharapkan suatu produk
mempunyai kekuatan dalam menghadapi era pasar bebas yang membutuhkan
kerja keras jika ingin survive. Sulawesi Selatan merupakan
penghasil kakao
196.695
172.083
163.001
110.009
NO
NAMA DAERAH
1 Kabupaten Bantaeng
LUAS LAHAN
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 5.377
Kabupaten Barru
Kabupaten Bone
Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Enrekang
Kabupaten Gowa
Kabupaten Jeneponto
Kabupaten Luwu
11 Kabupaten Maros
13 Kabupaten Pinrang
14 Kabupaten Selayar
15 Kabupaten Sidenrengrappang
16 Kabupaten Sinjai
17 Kabupaten Soppeng
18 Kabupaten Takalar
19 Kabupaten Tanatoraja
21 Kabupaten Wajo
22 Kota Palopo
dari
kegiatan
ekonomi
lainnya.
Sehingga
secara
agregat
dapat
Metode Analisis
Analisis Input-Output merupakan salah satu analisis perekonomian suatu wilayah
secara komprehensip dengan melihat keterkaitan dan ketergantungan antar sektor
perekonomian di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dalam analisis input-output
pendekatan
general
equilibrium
mempunyai
manfaat
yang
besar
dalam
Komponen
Distribusi (Persen)
35.143.436,68
33,55
58.943.392,48
56,27
203 Penyusutan
7.589.132,70
7,24
3.077.378,45
2,94
104.753.340,31
100,00
Ternyata porsi yang diterima untuk upah dan gaji masih relatif lebih rendah bila di
bandingkan dengan surplus usaha,
padahal
komponen nilai tambah yang bisa langsung diterima (dibawa pulang) oleh pekerja,
sebaliknya surplus yang menerima adalah pengusaha. Surplus usaha belum tentu
dapat dinikmati oleh masyarakat, khususnya tenaga kerja, karena surplus usaha
tersebut sebagian ada yang disimpan atau ditanam di perusahaan dalam bentuk
laba yang ditahan.
Hasil analisis Input-output, jika permintaan ekspor kakao naik 2% :
Legend
Total Input
Baru
Kenaikan
Primary
Input
Presentase
Kenaikan
Input
kakao
Kebutuhan
Input
Total
kebutuhan
input
Upah dan
Gaji
Surplus
Usaha
Penyusutan
45,393,377
10,249,939
0.2916
647591
188,876.45
836467.455
75,088,281
16,144,887
0.2739
2769804
758,662.99
3528466.99
9,236,763
1,647,631
0.2171
9001
1,954.15
10955.153
Pajak tak
langsung
subsidi
4,430,204
1,352,825
0.4396
9574
4,208.76
13782.7584
0.00
0.00
0.00
Total input
Primer
134,148,624
29,395,281
3,435,970
953,702
4,389,672
Target permintaan jumlah ekspor barang ke luar negeri (kode kolom 3059 pada
tabel I-O) komoditi sub-sektor 17 Kakao meningkat 2% menyebabkan input primer
pada upah dan gaji bertumbuh sebasar 29 %, surplus usaha tumbuh sebesar 27 %,
penyusutan tumbuh sebesar 21 %, dan pajak tak tangsung tumbuh sebesar 43 %.
Maka kebutuhan input pada sektor kakao adalah sebanyak 4,389,672.