BAB I
PENDAHULUAN
pada
urutan
kedua
setelah
Brazil
dalam
hal
tingkat
lokasi
tumbuhan bawah atau vegetasi dasar yang tumbuh dan berkembang secara
alami bahkan ada yang berasosiasi dengan tumbuhan penghijauan (revegetasi).
Dari observasi yang penulis lakukan jenis tumbuhan bawah atau vegetasi
dasar yang dominan adalah jenis dari rumput-rumputan, semak dan perdu, dan
beberapa jenis dari paku-pakuan.
Penelitian di areal tambang batubara telah banyak dilakukan,
diantaranya
tambang
batubara
di
Sawahlunto
yang
diteliti
oleh
Nurhadi dan Nursyahra pada tahun 2007, dengan judul penelitian Komposisi
Vegetasi Dasar di Kawasan Penambangan Batubara di Kecamatan Talawi
Sawahlunto, dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan 5435 individu dari
80 spesies dari 41 famili vegetasi dasar di kawasan penambangan batubara
Talawi Sawahlunto. Di daerah Dharmasraya diteliti oleh Solviana pada tahun
2012 dengan judul penelitian Komposisi dan Struktur Seedling dan Sapling
pada Lahan Pra dan Pasca Tambang Batubara PT.SLN di Kabupaten
Dharmasraya, dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan komposisi
seedling pada lahan pratambang sebanyak 38 individu dari 6 spesies dari 6
famili. Pada lahan pasca tambang komposisi seedling terdiri dari 20 individu
dari 5 spesies dari 4 famili. Sedangkan pada komposisi sapling di lahan pra
tambang terdiri dari 304 individu dari 43 spesies dari 12 famili, sedangkan
pada lahan pasca tambang terdiri dari 102 individu dari 10 spesies dari 6
famili.
Penelitian yang telah dilakukan pada areal bekas tambang batubara di
Kalimantan Timur salah satunya diteliti oleh Abdullah Syarief pada tahun
2010, dengan judul penelitianya adalah Keadaan Suksesi Tumbuhan Pada
Kawasan Bekas Tambang Batubara di Kalimantan Timur. Dari penelitian yang
dilakukan pada hutan revegetasi umur 6 tahun diperoleh 192 pohon/ha dari 5
spesies, pada hutan revegetasi umur 10 hatun diperoleh 124 pohon/ha dari 6
spesies dan pada hutan revegetasi umur 12 tahun diperoleh 128 pohon/ha dari
8 spesies. Namun Penelitian mengenai komposisi vegetasi dasar pada areal
bekas tambang batubara di Sijunjung tepatnya di Kecamatan Kamang Baru
masih belum dilakukan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
melakukan penelitian tentang
B; Identifikasi Masalah
tersebut ?
2; Bagaimana komposisi vegetasi dasar pada areal bekas tambang batubara
tersebut ?
3; Bagaimanakah kondisi lingkungan di sekitar tambang batubara saat
direvegetasi dan belum di timbun dengan top soil milik PT. Karbindo
Abesiapradi di Jorong Sungai Tambang Kecamatan Kamang Baru
Kabupaten Sijunjung.
D; Rumusan Masalah
batubara.
2; Untuk mengetahui kondisi lingkungan (pH tanah, suhu tanah, suhu
Tumbuhan Tinggi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A; Vegetasi Dasar
tingginya 4 20 m.
4; Stratum D : yaitu lapisan tajuk yang dibentuk oleh spesies tumbuhan
penebangan
hutan,
serta
proyek
pembangunan
seperti
10
11
pada lingkungan seperti pencemaran air permukaan dan air tanah, mengganggu
kesehatan manusia, menyebabkan kerusakan flora dan fauna dan pencemaran
udara (Fahruddin, 2010)
12
13
Bioremediasi
adalah
suatu
proses
pemulihan
polutan
dengan
14
15
Metode ini tepat sekali digunakan dalam analisis vegetasi suatu daerah
yang luas dan keadaan komunitasnya belum diketahui keadaanya, dan pada
lokasi
penelitian
yang
bervariasi
ketinggian,
keadaan
tanah,
dan
topografinya. Selain itu dengan metode ini akan dapat pula diketahui
16
perubahan vegetasi pada suatu daerah karena adanya faktor tanah dan
topografi. Untuk itu dapat dibuat suatu jalur/transek yang tegak lurus
terhadap garis dasar seperti pantai atau pinggir hutan, atau terhadap kaki
gunung (Suin dan Syafinah, 2006)
3; Metode Garis Berpetak
Metode ini dianggap sebagai modifikasi dari metode petak ganda atau
metode jalur, yaitu dengan cara melompati satu atau lebih petak- petak dalam
jalur, sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu
yang sama ( Indriyanto, 2006).
4; Metode Kuadran
17
Identifikasi
Selain mengadakan penggolongan atau klasifikasi, tugas utama
taksonomi lainya yang penting adalah pengenalan atau identifikasi. Melakukan
identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas atau
jati diri suatu tumbuhan, yang dalam hal ini tidak lain dari pada menentukan
namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Oleh
18
pelaku identifikasi spesimen yang belum dikenal itu melalui studi yang
seksama kemudian dibuatkan deskripsinya disamping gambar-gambar terinci
mengenai bagian-bagian tumbuhan yang memuat ciri-ciri diagnostiknya yang
atas dasar hasil studinya kemudian ditetapkan spesimen itu merupakan anggota
populasi jenis apa,dan berturutturut ke atas dimasukkan kategori yang mana
(marga, suku, bangsa, dan kelas serta divisinya).Penentuan nama jenis dan
tingkattingkat takson ke atas berturut- turut tidak boleh menyimpang dari
keentuanketentuan yang berlaku (Tjitrosoepomo, 1993)
J; Analisis Data
K-i
KR-i
Jumlah individu
luas seluruh petak contoh
Jumlah individu untuk spesies kei
luas seluruh petak contoh
kerapatan spesies kei
kerapatan seluruh jenis X 100%
Keterangan:
K= Kerapatan
K-i = kerapatan spesies i
KR= Kerapatan relatif
KR-i= kerapatan relatif spesies-i
(Indriyanto,2006)
2; Frekuensi
19
Hl = Hl
ni
N
log
20
BAB III
BAHAN DAN METODE
Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alatalat tulis,
kamera digital Samsung ES95, meteran, tali rafia, pancang, gunting tanaman,
parang, pisau, cutter, karung, karung plastik, label gantung, benang jagung,
koran, kardus atau triplek, lakban, spidol permanen, karet gelang, kantong
plastik, kertas monting, jarum jahit, benang jahit, aluminium foil, oven PH9053AS,
timbangan/neraca,
termometer
air
raksa,
soil
tester,
21
Karbindo Abesyapradhi adalah 344,5 Ha, lahan yang sudah dibuka atau
dimanfaatkan seluas 243,5 Ha, areal penimbunan material buangan 141,8 Ha,
areal yang telah dilakukan revegerasi seluas 68,2 Ha (Poerwoko, 2013). Lokasi
tambang batubara Abesyapradi ini sebelah utara berbatasan dengan perkebunan
warga yang dikelola oleh KUD Kunangan, sebelah selatan berbatasan dengan
22
jalan raya Sumatera dan Jorong Sungai Tambang, sebelah barat berbatasan
dengan hutan Kiliran Jao dan sebelah timur berbatasan dengan Jorong
Kunangan
D; Metode Penelitian
jenis vegetasi dasar yang diperoleh dan jumlah individu masingmasing species.
3;
22
di catat.
2; Di laboratorium
a; Sampel Vegetasi dasar
1; Pastikan sampel vegetasi dasar telah kering.
23
dengan isi label adalah nama suku tumbuhan (family), nama jenis
(species), tanggal koleksi (date), lokasi tempat koleksi (locality),
nama yang mengoleksi (collector), nomor koleksi (no coll), catatan
penting tumbuhan (annot).
6; Herbarium difoto untuk dijadikan dokumentasi penelitian
b; Sampel tanah
a; Timbang terlebih dahulu aluminium foil sebagai wadah
24
berat air
berat tanah basa h
Bb =
Bb
Berat air
x 100%
3; Analisis data
1; Kerapatan
Jumlah individu
luas seluruh petak contoh
kerapatan spesies kei
KR = kerapatan seluruh jenis
K=
X 100%
2; Frekuensi
F=
(Indriyanto.2006)
4; Indeks keanekaragaman
Hl = Hl
ni
N
log
25
b; Nilai H 1 H 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A; Hasil
Species
Jmh
Ind
I
II
Lamiaceae
Malvaceae
22
III
Phyllanthaceae
53
IV
Euphorbiaceae
12
26
Fabaceae
5.Euphorbia hirta L.
28
6.Mimosa pudica L.
141
7.Mimosa pigra L.
VI
Poaceae
431
62
51
VII
Passifloraceae
11.Passiflora foetida L
VIII
Ulmaceae
IX
Blechnaceae
13.Blechnum sp
Muntingiaceae
14.Muntingia calabura L.
XI
Convolvulaceae
XII
Rubiaceae
XIII
Asteraceae
XIV
Solanaseae
11
18.Physalis minima L.
Total
893
Species
2
3
Sida rhombifolia L.
Phyllanthus virgatus G. Forst
KR
FR
ni/N log
ni/N
1,45
6,495
0,7
11,111
-0,077
0,55
2,464
0,6
9,524
-0,039
1,325
5,935
0,5
7,937
-0,073
27
4
5
6
7
8
9
10
Neyraudia reynaudiana
Sporobolus diandrus (Retz. ) P.
Beauv
Passiflora foetida L
Trema orientalis (L.) Blume
Blechnum sp
Muntingia calabura L.
Merremia umbellata(L) Hallier f.
11
12
13
14
15
0,3
1,344
0,3
4,762
-0,025
0,7
3,135
0,5
7,937
-0,047
3,525
15,789
0,5
7,937
-0,127
0,025
0,112
0,1
1,587
-0,003
10,775
48,264
15,873
-0,153
1,55
6,943
0,5
7,937
-0,081
0,05
0,224
0,2
3,174
-0,073
0,125
0,560
0,4
6,349
-0,012
0,275
1,232
0,3
4,762
-0,023
0,1
0,448
0,1
1,587
-0,009
0,025
0,112
0,1
1,587
-0,003
0,05
0,224
0,1
1,587
-0,005
0,784
0,2
3,175
-0,015
0,112
0,1
1,587
-0,005
0,224
0,1
1,587
-0,005
16
17
18
Physalis minima L.
0,05
0,775
Kamang
Baru
Kabupaten
Sijunjung
ditampilkan
pada
Tabel 3.
Tabel 3.Ratarata hasil pengukuran faktor lingkungan di lokasi penelitian pada
areal bekas tambang batubara di Kecamatan Kamang Baru Kabupaten
Sijunjung.
No
Parameter
Suhu udara
220 - 390 C
Kelembaban udara
31 78 %
28
Suhu tanah
290 390 C
Kelembaban tanah
1 - 2%
pH
6,3 7,5
3,3 9,4%
B; Pembahasan
Dari tabel 1. di atas dapat dilihat bahwa species yang paling banyak
ditemukan adalah Pennisetum polystachyon (L.) Schult dengan jumlah 431
individu, species ini ditemukan pada setiap petak contoh. Pennisetum
polystachyon (L.) Schult masuk ke dalam familia Poaceae . Menurut
Citrosupomo (1991 ), familia ini (Poaceae) merupakan familia terbesar,
meliputi lebih dari 4000 species yang terbagi dalam lebih dari 400 genus,
yang distribusinya meliputi seluruh dunia.
Banyaknya species ini ditemukan karena species ini memiliki
kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan yang kering, unsur hara
rendah serta mampu bersaing dengan species-species yang lain, di lokasi
penelitian ini kadar air tanahnya berkisar antara 3,3- 9,4 %,
hal ini
menandakan bahwa kadar air tanah pada lokasi tersebut rendah. Rendahnya
kadar air tanah menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat antara speciesspecies yang ada. Species yang mampu bertahan hidup dan berkembang
dengan baik adalah species yang mampu memanfaatkan air tanah dan unsur
hara tanah yang ketersedianyaannya terbatas. . Menurut Arsyad, dkk (2011)
menyatakan bahwa familia poaceae adalah adalah salah satu suku anggota
29
30
kadar air dan unsur hara yang jumlahnya terbatas dengan baik. Selain itu
penyebaranya masih kurang, tidak sama halnya dengan Pennisetum
polystachyon (L.) Schult. Muntingia calabura L merupakan salah satu jenis
pohon pinggir jalan yang umum sekali dijumpai, terutama di wilayah-wilayah
yang kering, tumbuh ditepi jalan, selokan atau bahkan ditengah retakan tembok
atau pagar. Menurut Aruna, dkk (2013) Species Muntingi calabura L. masuk
ke dalam familia Elaeocarpaceae, distribusinya luas di seluruh dunia, serta di
Filipina species ini merupakan salah satu tanaman obat. Mimosa pigra L.
termasuk familia fabaceae biasanya berupa pohon atau perdu jarang terna,
batangnya berduri. Menurut Loveless (1989), familia ini berupa pohon, perdu
atau terna, kebanyakan jenisnya memiliki bintil akar yang dihuni oleh galurgalur bakteri penambat nitrogen.
Semua tumbuhan yang tumbuh di lokasi ini adalah tumbuhan yang
mampu bertahan hidup dengan kondisi lingkungan dengan keterbatasan unsur
hara dan air. Semua tumbuhan di lokasi ini bersaing untuk mendapatkan
sumber makanan yang serba terbatas. Banyak atau sedikitnya individu dari
species tertentu tergantung dari species itu sendiri. Banyaknya ditemukan
individu
Pennisetum
polystachyon
(L.)
Schult
dikarenakan
faktor
(1977)
Kemampuan
adaptasi
mempunyai
nilai
untuk
31
baik
dan
dapat
menyesuaikan
diri
dengan
baik
terhadap
lingkungannya, serta mampu memanfaatkan ruang, cahaya, air dan unsur hara
tanah yang ada dengan baik.
Menurut (Vickery dalam Ardhana,2012) pada setiap habitat terdapat
sumber daya alam yang jumlahnya terbatas untuk menyokong semua
organisme yang hidup di atasnya dan persaingan diantara mereka tidak dapat
dihindarkan. Pergantian species tumbuhan oleh species tumbuhan yang lainya
dalam suatu habitat bergantung kepada kemampuanya untuk bersaing dalam
memanfaatkan ruang, cahaya, air dan unsur hara yang ada. Kemampuan
bersaing suatu species organisme juga erat kaitanya dengan kemampuan
adaptasinya pada banyak relung yang berbeda.Perbedaan nilai kerapatan
masing-masing jenis disebabkan karena adanya perbedaan kemampuan
reproduksi, penyebaran dan daya adaptasi terhadap lingkungan.
Species yang memiliki kerapatan relatif terendah adalah Muntingia
calabura L. dan Mimosa pigra L. Masingmasing 0,112 %. Species yang
memiliki nilai kerapatan rendah berarti jumlah dari species tersebut masih
sedikit, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat perkembanganyya masih
rendah. Hal ini menandakan bahwa penyesuaian diri terhadap lingkunganya
masih rendah, masih belum bisa bersaing dan memanfaatkan ruang, air dan
32
unsur hara yang ada dengan baik yang ketersediaannya juga terbatas. Menurut
Fachrul (2007) species yang memiliki nilai kerapatan tinggi menandakan
bahwa species tersebut memiliki pola penyesuaian diri yang besar. Sedangkan
species yang memiliki kerapatan relatif rendah diduga tidak dapat
menyesuaikan diri dengan baik pada lokasi tersebut.
Pada perhitungan frekuensi relatif, yang memiliki frekuensi relatif
tertinggi adalah Pennisetum polystachyon (L.) Schult (15,873 %). Species
yang memiliki frekuensi relatif tinggi memiliki sebaran yang
luas dari pada species lain. Penyebaran individu Pennisetum
polystachyon (L.) Schult ditemukan pada setiap petak contoh.
Faktor lingkungan sangat berperan dalam proses penyebaran
suatu species, misalnya kecepatan angin, serangga atau
hewan. Selain itu kadar air tanah dan unsur hara tanah juga
mempengaruhi dalam proses pertumbuhannya di lokasi ini.
Nilai frekuensi suatu jenis juga dipengaruhi secara langsung oleh
distribusi, karena nilai frekuensi melambangkan besar kecilnya distribusi suatu
species. Semakin luas distribusi species tersebut semakin tinggi frekuensi dari
species tersebut. Menurut Fachrul (2007) frekuensi dipakai sebagai parameter
vegetasi yang dapat menunjukkan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan
dalam ekosistem atau memperlihatkan distribusi tumbuhan. Nilai yang
diperoleh dapat pula untuk menggambarkan kapasitas reproduksi dan
kemampuan adaptasi jenis tumbuhan tertentu.
Frekuensi relatif terendah adalah Blechnum sp., Muntingia calabura L.,
Merremia umbellata (L) Hallier f., Mimosa pigra L., Chromolaena odorata
(L.) R.M.King & H.Rob dengan masingmasing 1,587 %. Masing-masing
33
species tersebut hanya ditemukan pada satu petak contoh saja. Species yang
mempunyai frekuensi rendah disebabkan karena distribusi dari
species tersebut kecil, serta diduga species tersebut kalah
bersaing dengan species lain baik dari segi unsur hara, air
maupun dari faktor penyebaranya. Unsur hara pada lokasi
penelitian dapat dikatakan rendah, hal ini terjadi karena Top
soil atau lapisan tanah yang kaya dengan unsur hara sudah
dikeruk atau di angkat.
Meskipun species species tersebut termasuk ke dalam
species yang mampu beradaptasi pada lokasi tersebut, namun
ada species lain yang
34
35
pepohonan lagi, kondisi yang seperti itu sangat berpengaruh terhadap adaptasi
vegetasi dasar tersebut, dan akibatnya keanekaragaman speciespun rendah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A; Kesimpulan
1; Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebanyak 18
&
H.Rob
dengan
masingmasing
1,587
%.
Indeks
36
31 78 %, suhu tanah
37
38
39
SKRIPSI
40
SETIA PANUTI
NIM.10010117
SKRIPSI
41
SETIA PANUTI
NIM.10010117
Nama
NIM
Program Studi
Institusi
: Setia Panuti
: 10010117
: Pendidikan Biologi
: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI Sumatera Barat.
Padang,
Oktober 2014
42
Disetujui oleh,
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Program Studi
43