( serial kasus)
Disusun oleh :
dr Kesna Agung
drg Hendy Nurhadi
Pembimbing :
dr.Amru Sungkar Sp.B.,Sp.BP-RE
PENDAHULUAN
.
Kontraktur genu setelah luka bakar oleh jaringan parut yang menyebabkan gangguan
gerak pada ekstimitas bawah dan gangguan kosmetik merupakan tantangan bagi bagian
bedah plastik dan rekonstruktif untuk mencegah kecacatan lebih lanjut pada pasien pasca luka
bakar.1
Angka kejadian kontraktur pada sendi-sendi besar setelah luka bakar pada 985 pasien
didapatkan hasil kontraktur pada sendi bahu 38% ,kontraktur pada sendi siku 34% dan pada
lutut 22%. 1
kerusakan
struktur-struktur
penting
di
bawahnya
seperti
arteri,nervus,tendon dan yang lainya, meskipun biasannya kontraksi terjadi kesemua arah
dan insisi dimulai secara menyilang dari titik yang mempunyai tegangan yang tinggi.
Titik ini berlawanan dengan garis sendi. Insisi dilakukan secara dalam sampai melewati
jaringan bebas parut. Pada umumnya release kontraktur dilakukan secara komplit tetapi
pada kontraktur yang cukup lama terjadi shortening pada otot dan struktur neurovaskuler
sehingga tidak mungkin dilakukan release secara langsung,maka dapat dilakukan
pembebesan kontraktur secara bertahap. 4
LAPORAN KASUS
Kasus 1
Pasien laki-laki usia 54 tahun dengan riwayat terkena api di kios bensin, api mengenai kedua
tungkai bawah 4 bulan yang lalu. Riwayat berobat di rumah sakit daerah selama kurang lebih
2 minggu, kemudian pasien berobat jalan. Kedua sendi lutut pasien tidak bisa di luruskan .
Riwayat operasi , telah di lakukan operasi release kontraktur ( proksimal dan distal )
releasing incision dan gradual release sampai sendi lutut dapat di luruskan (ekstensi) sampai
sudut 180, kemudian dilanjutkan dengan penutupan raw surface pada daerah insisi dengan
skin graft.
Foto preoperasi
A
B. C. Pasca gradual stretching pada kedua kedua sendi genu, batas proksimal dan distal
jaringan parut dilakukan relaxing insisi sehingga range of movement full ekstensi 180o
Post STSG
D
D. Post STSG pada kaki sebelah kanan.
Kasus II
Pasien anak laki-laki 8 tahun terkena api saat pasien bermain api di tempat
pembakaran sampah, orang tua pasien menuangkan bensin pada bakaran sampah dan api
berkobar mengenai celana anaknya. Kejadian tersebut terjadi 3 tahun yang lalu kemudian
pasien dirawat selama 3 bulan di rumah sakit Sudono Madiun. Kemudian pasien dirawat
dirumah dan terjadi kontraktur pada kedua kakinya sehingga pasien tidak bisa berjalan.
Riwayat operasi , telah di lakukan operasi release kontraktur ( proksimal dan distal )
releasing inisision dan gradual release sampai sendi lutut dapat di luruskan (ekstensi) sampai
sudut 180, kemudian dilanjutkan dengan penutupan raw surface pada daerah insisi dengan
skin graft.
PRE OP
idapat
B.C Pasca gradual stretching pada batas proksimal dan distal dari
jaringan parut dilakukan relaxing insisi dapatkan sudut 180o
jaringan
E.F Penutupan Raw Surface daerah insisi dengan STSG pada kedua kaki
1rjad
G. STSG take 100% dan tidak terjadi kontaktur ulang pada kaki kanan
H.STSG take 100% dan tidak tejadi kontraktur ulang pada kaki kiri
DISKUSI
Kontraktur sendi genu pada kasus ini
dermogen karena proses terjadinya hanya sebatas sampai dikulit,karena dalam penegakan
diagnosis perlu dilakukan klasifikasi kontraktur ,berdasarkan organ yang terlibat terdiri atas :
1. Kontraktur dermatogen jika kontrakatur hanya mengenai kulit;2. kontraktur tendogen jika
kontraktur melibatkan tendon;3. Kontraktur arthrogen jika kontraktur mengenai sendi.
Berdasarkan bentuk
Berdasarkan atas posisinya kontraktur diklasifikasikan menjadi kontraktur type fleksi dan
type ekstensi
(1)
Gejala berupa keketatan namun tanpa penurunan ruang lingkup gerak maupun
fungsi
II.
Sedikit penurunan ruang lingkup gerak atau sedikit penurunan fungsi namun
tanpa menggangu aktifitas sehari-hari secara signifikan.tanpa penyimpangan
arsitektur normal daerah yang terkena.
III.
IV.
(6)
Klasifikasi
anatomis dari flexion kontraktur sendi lutut tidak menjadi acuan dalam pemilihan tehnik
rekonstruksi(2). Beberapa tehnik pembedahan yang bertujuan menghilangkan jaringan parut
serta mengeliminasi kontraktur dapat dilakukan meskipun belum merupakan tehnik yang
ideal. Pada umumnya tehnik pembedahan menggunkan gradual relaxing incision release dan
dilanjutkan dengan skin graft(3) (4)
Pada kasus ini kontraktur mengenai kedua sendi lutut yang merupakan kasus yang jarang
terjadi. Al Ashaham melakukan observasi 36 kasus kontraktur sendi lutut karena luka bakar,
18 pasien kontraktur hanya pada sendi lutut sebelah kanan, 15 sendi lutut sebelah kiri, hanya
3 pasien yang pada dua sendi.(7)
Permasalahan pada kasus ini adalah tehnik rekontruksi yang dipakai untuk
membebaskan kontraktur dan adanya raw surface pada tempat incisi. Serta rehabilitasi yang
dilakukan agar pasien berjalan normal. Pada pasien ini dikarenakan parut yang terbentuk
jenis diffusa maka dilakukan relaxing incision dalam sampai di temukan jaringan yang tidak
ekstensikan terbentuklah dua raw surface pada daerah proximal dan distal. Tujuan dilakukan
tindakan ini adalah menghilangkan parut, mengeliminasi kontraktur, serta mengembalikan
range of movement dari sendi secara penuh tanpa mengakibatkan relaps dari kontraktur,dan
insisi dimulai dari sisi yang derajat kontrakturnya dominan atau sedang 5,6.. Sebelum
dilakukan tindakan operasi dilakukan preoperatif selama 4 minggu untuk mencegah prolong
post operatif 8, tetapi pada pasien ini tidak di lakukan karena kontraktur bersifat dermatogen
tidak didapatkan kontraktur yang melibatkan otot atau sendi.
Prosedur selanjutnya setelah dilakukan relaxing insisi adalah menutup raw surface
dengan menggunakan skin graft yaitu dengan menggunakan Split Thickness skin graft
(STSG) . Pilihan menggunakan STSG karena raw surface cukup luas. Mac Caulkaney
melakukan penutupan defek pada pada 47 kasus luka pada ekstrimitas bawah dengan
menggunakan STSG diapatkan angka keberhasilan 89 %.(9,10) Pada pasien ini dilakukan
penutupan dengan STSG pada dua area raw surface bekas insisi proksimal dan distal.
Imobilisasi dilakukan pada pasien ini dengan menggunakan splinting yaitu dengan
menggunakan foreslap selama 5 minggu, yang terbagi menjadi selama 2 minggu secara terus
menerus dan 3 minggu hanya digunakan pada saat malam hari saat pasien tidur. Kegunaan
splint adalah untuk mencegah kekambuhan dari kontraktur dan mencegah lysis dari skin graft(9).
Jucdar melakukan splinting pada pasien yang telah dilakukan relaxing incision dan skin
grafting pada pasien kontraktur regio genu setelah luka bakar 3-6 minggu dan didapatkan
angka kekambuhan hanya 8%(9,10)
Pada pasien ini juga dilakukan terapi penekanan dengan elastic bandage dengan tujuan
selain digunakan untuk immobilisasi dari skin graft juga sebagai modalitas primer dalam
penatalaksanaan parut akibat luka bakar meskipun efektivitas klinis secara sains masih belum
terbukti. Pemberian tekanan pada area luka bakar diduga dapat mengurangi parut dengan
mempercepat maturasi parut dan mendorong reorientasi terbentuknya serat kolagen.
Mekanisme lain yang diduga adalah pemberian tekanan dapat menciptakan hipoksia lokal pada
jaringan parut sehingga mereduksi aliran darah yang sebelumnya hipervaskuler pada luka
parut,sehingga menurunya influk kolagen dan pembentukan jaringan parut.9
Perawatan luka pada pasien ini selalu memegang prinsip menciptakan kondisi moist
pada luka. Hal ini dilakukan untuk mencegah excoriasi dari luka karena kering dan mengurangi
rasa yang tidak nyaman seperti nyeri, gatal yang disebabkan kulit yang kering 8 . Bahan yang
digunakan dalam menciptakan susana lebab yaitu salep mebo
Pada pasien ini dilakukan Early Mobilisation setelah dipastikan skin graft take tidak
lysis saat dilakukan gerakan pada sendi lutut. Awalnya pasien diminta untuk melakukan
isometric exercise untuk mencegah disuse artrofi dan bertahap pasien dilatih untuk melakukan
free active exercise sampai pasien dapat berjalan berjalan.10
KESIMPULAN
Telah dilaporkan dua kasus skin kontraktur type difusa pada regio poplitea yang
mengenai dua sendi yang dilakukan release kontraktur dengan metode gradual release dan
dilakukan penutupan defek dengan STSG di dapatkan hasil pasien dapat full ekstensi 180o dan
dapat berjalan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
1. 1.Schneider JC, Holavanahalli R, Helm P, Goldstein R, Kowalske K (2006)
Contractures in burn injury: defining the problem. J Burn Care Res 27: 508-514
2. Hudson DA, Renshaw A (2006) An algorithm for the release of burn contractures of
the extremities. Burns 32: 663-668.
3. Sen C, Karacalar A, Agir H, Dinar S, Isil E, et al. (2007) A simple and effective
procedure for treating burn contractures: releasing incision and quadra technique.
Burns 33: 241- 245.
4. Dougherty WR, Coleman 111 JJ, Sood R (2006) Reconstruction of burn of the lower
extremity. In: Sood R, editor Achauer and Soods burn surgery. Reconstruction and
rehabilitation. Philadelphia, PA: W.B.Saunders; p. 326-37.
5. Spanholtz TA, Theodoru P, Amini P, Spliker G. Severe Burn Injury: Review
Article.Medicine. 2009. 38:6-7-13
6. Sudjatmiko, G. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Jakarta;2007.
7. .Al-Shaham. Progresive Strech load is Principle steps in the surgical treatment of
burn knee kontrcture. The internet journal of plastic surgery.2008 volum,e 5 number 2
8. El- OttifyMA. Averstil Method for Release burn scar contraktur. Brj Plast.surg
2008.51:623-25
9. Schwartz RJ. Management of Postburn Contractures of the lower Extremity. J. Burn
Care Res. 2007. 28:212-219.
10. jaoucdar S.Kismoune,botjamia. Splinting for rekonstruksion lower exstrimitis. The
internet journal of plastic surgery 2011
11. E.J.K ADU. Management of contractures: A five Year Experience at Komfo Anoky
Teaching hospital in kumasi.2011