Anda di halaman 1dari 128

Ir.

Muhammad Yusuf Firdaus

DASAR-DASAR
MANAJEMEN LIMBAH
B3

Definisi
Limbah:
Sisa suatu hasil usaha dan/atau kegiatan.
Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3):
Sisa suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun, yang karena sifatnya dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Sumber Limbah B3
LIMBAH GAS
LIMBAH CAIR
LIMBAH PADAT
(PP-18/99)

BAHAN BAKU

PRODUK

PROSES
PRODUKSI

WWTP
AIR LIMBAH/
LIMBAH CAIR
SLUDGE

LIMBAH B3
(PP-18/99)

LIMBAH B3
(PP-18/99)

LIMBAH B3
(PP-18/99)

AIR BUANGAN
(PP-82/2001/KEPMENLH-51/95)

Klasifikasi Limbah B3
Berpedoman pada PP 18/1999 jo. PP 85/1999

Berdasarkan asal/sumber limbah:


Lampiran 1: Tabel-1, Tabel-2 dan Tabel-3

Berdasarkan karakteristik

Tabel 1 Daftar Limbah B3 dari Sumber yang


Tidak Spesifik

Tabel 2 Daftar Limbah B3 dari Sumber yang


Spesifik

Tabel 3 Daftar Limbah B3 dari Bahan Kimia


Kadaluarsa, Tumpahan, Sissa Kemasan, atau
Buangan Produk yang Tidak Memenuhi
Spesifikasi

Karakterisasi

Adalah proses penentuan karakteristik (sifat)


limbah B3.

Harus dilakukan minimal 1 (satu) kali.

Dilakukan melalui uji laboratorium.

Pada limbah tertentu dapat dilakukan melalui


observasi data pada MSDS (mis: bahan kimia
kadaluarsa).

Tujuan Karakterisasi

Untuk menentukan metode pengolahan yang sesuai.

Untuk menentukan simbol dan label yang akan


digunakan dalam pengemasan dan penyimpanan.

Untuk menentukan kemasan yang sesuai.

Sebagai panduan
penyimpanan.

Untuk pengisian Manifest limbah B3.

Untuk
menentukan
pengangkut.

dalam

segregasi

plackard

di

di

gudang

kendaraan

Karakteristik Limbah B3

Mudah meledak
(peroksida organik)
Mudah terbakar
(titik nyala <60 oC)
Reaktif
(sulfida, sianida, ammonia bearing)
Korosif
(pH <2 atau pH>12,5)
Infeksius
(limbah medis)
Beracun uji TCLP
(Lampiran 2)
Beracun toksikologi akut
(LD50<15g/kg BB)
Beracun toksikologi kronis (Lampiran 3)

Lampiran 2 PP 85 Tahun 1999 Tanggal 7 Oktober 1999


Baku Mutu TCLP Zat Pencemar dalam Limbah untuk
Penentuan Karakteristik Sifat Racun

KODE LIMBAH

PARAMETER

KONSENTRASI DALAM EKSTRAKSI


LIMBAH (mg/l)
(TCLP)

D 4001

Aldrin + Dieldrin

0.07

D 4002
D 4003
D 4004
D 4005
D 4006
D 4007
D 4008
D 4009
D 4010
D 4011
D 4012
D 4013
D 4014
D 4015
D 4016
D 4017

Arsenic
Barium
Benzene
Boron
Cadmium
Carbon tetrachloride
Chlordane
Cholorobenzene
Chloroform
Chromium
Copper
o-Cresol
m-Cresol
p-Cresol
Total Cresol
Cyanide (free)

5.0
100
0.5
500
1
0.5
0.03
100
6
5
10
200
200
200
200
20

Lampiran 3 PP 85 Tahun 1999 Tanggal 7 Oktober 1999


Daftar Pencemar dalam Limbah yang Bersifat Kronis

KODE LIMBAH

KODE UMUM

D 5001

Acethonitrile

D 5002

Acethophenone

D 5003

2-Acetylaminefluorene

D 5004

Acetyl chloride

D 5005

1-Acethyl-2-thiourea

D 5006

Acidic solutions or acid in solid form

D 5007

Acrolein

D 5008

Acrylamide

D 5009

Acrylonitrile

D 5010

Aflatoxins

D 5011

Aldicarb

D 5012

Aldicarb sulfone

D 5013

Aldrin

D 5014

Allyl alcohol

D 5015

Allyl chloride

Diagram Alir Penentuan


Limbah B3

LIMBAH

KOROSIF

YA

REAKTIF

YA

MUDAH
TERBAKAR

YA

MUDAH
MELEDAK

YA

INFEKSIUS

YA

BERACUN
(TCLP)

YA

BERACUN
AKUT
(LD50)

YA

BERACUN
KRONIS
(LAMP. 3)

LIMBAH
NON-B3

YA

TIDAK

LAMP. 1
PP-18/99 :
- TABEL-1
- TABEL-2
- TABEL-3

YA

LIMBAH
B3

Pembuangan Limbah Ilegal


ke Lingkungan
Tragedi Minamata, Jepang,
1950-an

Pembuangan Limbah Ilegal


ke Lingkungan
Tragedi Love Canal, USA, 1970-an

Pembuangan Limbah Ilegal


ke Lingkungan
Pintu air Banjir Kanal, Jakarta Pusat, Juni
2007

Pembuangan Limbah Ilegal


ke Lingkungan
Waduk Sutami, Jawa Timur, 2007

Pengelolaan Limbah
Tradisional

Kondisi Pengelolaan Limbah


di Indonesia
Bantar Gebang

Landfill Cipayung Depok

Bogor

Leuwi Gajah

Regulasi Manajemen Limbah


B3 di Indonesia

Undang-undang No.32/2009
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No. 18/1999
Pengelolaan Limbah B3
Peraturan Pemerintah No. 85/1999
Perubahan / Revisi Beberapa Pasal PP-18/99
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-01/BAPEDAL/09/1995
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah B3
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-02/BAPEDAL/09/1995
Dokumen Limbah B3
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-03/BAPEDAL/09/1995
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3
Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-04/BAPEDAL/09/1995
Tata Cara dan Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan,
Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Penimbunan Limbah B3

Regulasi Manajemen Limbah


B3 di Indonesia (lanjutan)

Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-05/BAPEDAL/09/1995


Simbol dan Label Limbah B3
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14/2013
Simbol dan Label Limbah B3, pengganti Kep05/BAPEDAL/09/1995)
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
18/2009
Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
33/2009
Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
02/2008
Pemanfaatan Limbah B3

Pelaku Manajemen
Limbah B3
Pelaku manajemen limbah B3 yang diatur dalam
PP-18/1999 jo PP-85/1999:

Penghasil
Pengumpul
Pengangkut
Pemanfaat
Pengolah
Penimbun Akhir

Kewajiban Penghasil Limbah B3


(PP 18 jo. 85 Tahun 1999)

Dilarang membuang limbah B3 secara langsung ke lingkungan pasal 3.


Dilarang melakukan pengenceran untuk maksud menurunkan zat racun dan
bahaya limbah B3 pasal 4.
Melakukan reduksi , mengolah dan/atau menimbun limbah B3 sesuai dengan
persyaratan/teknologi yang ada pasal 9(1).
Dapat mengekspor limbah B3, jika tidak mampu diolah di dalam negeri pasal
9(3).
Penyerahan limbah B3 ke pihak lain tidak mengurangi tanggung jawab penghasil
limbah B3 untuk mengolah limbah B3 yang dihasilkannya pasal 9(5).
Dapat menyimpan limbah B3 paling lama 90 hari sebelum diserahkan ke
pengumpul/pemanfaat/pengolah/penimbun (jika limbah B3> 50 kg per hari) pasal
10.
Mencatat waktu penyerahan dan identitas pengangkut/ pemanfaat / pengolah /
penimbun pasal 11(1).
Pelaporan minimal setiap 6 bulan kepada KLH, tembusan ke Bupati /
Walikotamadya ybs pasal 11(2).

Kewajiban Pengumpul Limbah B3


(PP 18 jo. 85 Tahun 1999)

Membuat catatan tentang: pasal 13 (1).

Jenis, karakteristik, jumlah limbah B3 dan waktu diterimanya limbah


B3 dari penghasil limbah B3.
Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3 kepada
pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman ke
pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.

Pelaporan minimal setiap 6 bulan kepada KLH, tembusan ke


Bupati/Walikotamadya ybs pasal 13 (2).

Dapat menyimpan limbah B3 paling lama 90 hari sebelum


diserahkan ke pemanfaat/pengolah/penimbun pasal 14.

Kewajiban Pengangkut Limbah B3


(PP 18 jo. 85 Tahun 1999)

Penghasil dapat bertindak sebagai pengangkut, wajib


memenuhi ketentuan sebagai pengangkut pasal 15.

Penangkutan limbah B3 wajib disertai dokumen limbah B3


pasal 16.

Dokumen
limbah
02/BAPEDAL/09/1995.

Rekomendasi
Perhubungan.

dari

B3
KLH,

mengacu
izin

dari

pada

Kep-

Departemen

Kewajiban Pemanfaat Limbah B3


(PP 18 jo. 85 Tahun 1999)

Dapat menyimpan limbah B3 sebelum dimanfaatkan


maksimum 90 hari pasal 20.

Penghasil dapat bertindak sebagai pemanfaat.

Jika menghasilkan limbah B3, maka wajib memenuhi


ketentuan sebagai penghasil limbah B3.

Jika
melakukan
pengangkutan,
wajib
ketentuan sebagai pengangkut limbah B3.

Wajib mencatat sumber limbah/jenis/karakteristik/jumlah


limbah B3 yang dikumpulkan/dimanfaatkan dan produk
yang dihasilkan serta identitas pengangkut .

Pelaporan minimal setiap 6 bulan ke KLH , tembusan ke


Bupati/Walikotamadya ybs pasal 22.

memenuhi

Kewajiban Pengolah Limbah B3


(PP 18 jo. 85 Tahun 1999)

Memiliki izin Bapedal (PT PPLi: Kep-67/Bapedal/05/1994).

Dapat dilakukan oleh penghasil.


Menyimpan limbah B3 yang akan diolah / dihasilkan
maksimum 90 hari pasal 23.
Mencatat sumber, jenis, karakteristik, jumlah limbah yang
diolah.
Melaporkan kegiatan pengolahan limbah B3 minimal setiap 6
bulan ke KLH, tembusan ke Bupati / Walikotamadya dan
Gubernur pasal 24.
Melakukan pemantauan dan melaporkannya setiap 3 bulan
ke MenLH, tembusan Bupati/Walikotamadya dan Gubernur.
Memiliki sistem tanggap darurat.

Kewajiban Penimbun Limbah B3


(PP 18 jo. 85 Tahun 1999)

Memiliki izin operasi dari Bapedal.


Memenuhi persyaratan lokasi.
Memenuhi persyaratan Landfill.
Memenuhi tatacara & persyaratan penimbunan limbah
B3.
Memenuhi persyaratan bagi lokasi bekas penimbunan
limbah B3.
Memiliki sistem tanggap darurat.

Prinsip Manajemen Limbah B3


yang Dipakai oleh Pemerintah

Pollution prevention

Polluter pays

From cradle to grave

Treatment and disposal close to the generator

Non-discriminatory

Sustainable development

Hirarki Manajemen
Limbah B3
LIMBAH B3

MINIMISASI
PENGHENTIAN PRODUKSI
(ABATEMENT)

PENGURANGAN SUMBER
(SOURCE REDUCTION)

AMBIL ULANG
(RECOVERY)

GUNA ULANG/DAUR ULANG


(REUSE/RECYCLE)

PENGOLAHAN/KONVERSI
SECARA
FISIKA/KIMIA

SECARA
BIOLOGI

SECARA
TERMAL

PEMBUANGAN AKHIR
PENIMBUNAN DI
DALAM TANAH

PEMBUANGAN
KE BADAN AIR

PEMBUANGAN
KE UDARA

KEP BAPEDAL NO.


04/BAPEDAL/09/95

KEP MEN NO.51/92

KEP MEN NO.13/95

Pra-penanganan Limbah
B3
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum
menangani limbah B3:
1. Lakukan karakterisasi limbah B3 dan pahami
hasil analisanya.
2. Siapkan APD yang sesuai dan perlengkapan
penanganan tumpahan.
3. Siapkan prosedur penanganan dan lokasi
penyimpanan, meliputi:
Jumlah limbah yang dihasilkan per hari atau
shift.
Jenis kemasan yang diperlukan.
Lokasi dan persyaratan penyimpanan.
4. Sosialisasikan ke semua pihak yang terkait.

Penanganan Limbah B3
Meliputi:
Pengemasan
Pemberian Simbol dan Label
Penyimpanan
Pengangkutan (termasuk Manifest)

Pengemasan dan
Penyimpanan Limbah B3
Acuan: Kep-01/Bapedal/09/1995.
Jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan
segera.
Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan
sehingga

potensi

bahaya

terhadap

manusia

dan

lingkungan dapat dihindarkan.


Sebelum

dilakukan

penyimpanan

terlebih dahulu dikemas.

limbah

B3

harus

Persyaratan Prapengemasan
Mengetahui karakteristik bahaya dari setiap limbah B3
yang dihasilkan.
Melakukan pengujian karakteristik limbah B3 sekurangkurangnya 1 (satu) kali.
Bentuk
kemasan
dan
bahan
kemasan
dipilih
berdasarkan
kecocokannya
terhadap
jenis
dan
karakteristik limbah yang akan dikemasnya.

Persyaratan Umum
Pengemasan
Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak
rusak dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.
Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan
dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya.
Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik atau bahan logam
dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut
tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.
Memiliki penutup yang kuat dan rapat untuk mencegah
tumpahan.
Kecuali dalam bentuk curah, jika digulingkan tidak
tumpah/bocor.
Bersih dari label dan simbol yang tidak perlu.
Bersih dari ceceran/tumpahan.

Prinsip Pengemasan
Limbah B3
Limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah dan bahan yang
tidak saling cocok, tidak boleh disimpan secara bersama-sama
dalam satu kemasan.
Pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah,
pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
Lakukan pengemasan ulang jika kondisi kemasan limbah B3
sudah tidak layak.
Berikan tanda (simbol dan label) pada kemasan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan
yang tidak digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3
harus diperlakukan sebagai limbah B3.

Prinsip Pengemasan Limbah


B3 (lanjutan)
Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3
harus:
Ditandai dengan simbol dan label yang sesuai.
Selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan
dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya.
Disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan limbah
B3 serta mematuhi tata cara penyimpanannya.

Lakukan pemeriksaan terhadap kemasan/kondisi


sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu:

limbah

Lakukan pengemasan ulang jika diperlukan.


Jika ada ceceran atau tumpahan, secara bersihkan dan simpan di kemasan
terpisah.

Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali


untuk mengemas limbah B3 dengan karakteristik:
Sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau
Saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya.

Jenis Kemasan Limbah


B3

Drum Metal

Drum Plastik

Drum Karton

Kantung/Karung Plastik

Jerry can & Botol

Tanker

R/O Box

Peti Kayu

Peti Metal

Jenis Kontainer Limbah


B3

Kemasan Drum Logam


Drum logam tutup kecil (kode 1A1)
Daya tampung 25 200 liter.
Untuk pengemasan cairan (tidak
disarankan untuk cairan yang
korosif seperti asam).
Dapat digunakan berulang kali.

Drum logam tutup lebar (kode 1A2)


Daya tampung 25 250 kg.
Untuk
pengemasan
padatan
(sebaiknya menggunakan plastic
liner).
Dapat digunakan berulang kali.

Kemasan Drum Plastik


Drum plastik tutup kecil (kode 1H1)
Daya tampung 25 200 liter.
Untuk pengemasan cairan (bisa
juga untuk cairan yang korosif
seperti asam).
Tidak disarankan untuk digunakan
setelah 5 tahun.
Drum plastik tutup besar (kode 1H2)
Daya tampung 25 250 kg.
Untuk
pengemasan
padatan
(disarankan untuk menggunakan
plastic liner).
Tidak disarankan untuk digunakan
setelah 5 tahun.

Jerrican, IBC, Jumbo Bag


Jerrican plastik (kode 3H1)
Daya tampung 5 60 liter.
Untuk pengemasan cairan (bisa juga
untuk cairan yang korosif seperti asam.
Tidak disarankan
setelah 5 tahun.

untuk

digunakan

IBC Tank (Box)


Daya tampung 500 1000
liter.
Untuk
pengemasan
cairan.Jumbo bag
Daya tampung 500 1000
kg.
Untuk

pengemasan

Kemasan Khusus untuk


Limbah Infeksius

Semua limbah infeksius hanya boleh dibuang menggunakan kemasan


khusus berlogo biohazard.
Limbah infeksius tajam seperti jarum, pisau bedah, alat suntik (dengan
atau tanpa jarum) dan benda medis lainnya yang dapat menyayat dan
menusuk kulit, serta limbah infeksius seperti sisa preparat dan kultur
bakteri harus dikemas menggunakan kemasan yang keras, tahan pecah,
tahan tusuk, anti bocor dan kedap air.
Limbah infekisus seperti kapas, masker dan sarung tangan dapat dibuang
menggunakan plastic bag.
Batas pengisian maksimal adalah penuh.

Simbol dan Label


Acuan: PermenLH No. 14 Tahun 2013 (pengganti
Kep-05/Bapedal/09/1995).
Simbol: gambar yang menunjukkan karakteristik
limbah B3.
Label: setiap keterangan mengenai limbah B3
yang berbentuk tulisan yang berisi informasi
penghasil, alamat penghasil, waktu pengemasan,
jumlah dan karakteristik limbah B3.
Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah
B3 wajib melakukan pemberian simbol dan label
limbah B3 yang dikelolanya.

Simbol
Simbol berbentuk belah ketupat.
Diletakkan pada wadah dan/atau kemasan, alat angkut dan tempat
penyimpanan limbah B3.
Pada kemasan limbah minimal berukuran 10 cm x 10 cm.
Pada kendaraan pengangkut minimal 25 cm x 25 cm.

Simbol Limbah B3
(PermenLH 14 Tahun 2013)

Catatan:
Redaksi untuk simbol CAIRAN MUDAH TERBAKAR dan PADATAN MUDAH TERBAKAR
diganti menjadi CAIRAN MUDAH MENYALA dan PADATAN MUDAH MENYALA (PermenLH
No. 14/2013) .

Label Limbah B3

Label Penanda dan


Penunjuk
Label untuk penandaan kemasan kosong:
Berfungsi sebagai penanda kemasan kosong,
dipasang pada kemasan bekas pengemasan
limbah B3 yang telah dikosongkan atau akan
dipakai kembali untuk mengemas limbah B3.

Label penunjuk posisi tutup kemasan (7 cm x 15


cm):
Berfungsi sebagai penunjuk tutup kemasan.
Dipasang dekat tutup kemasan dengan posisi
anak
panah menunjukkan posisi penutup kemasan.

Pelekatan Simbol pada


Kemasan

Berisi 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan simbol yang sesuai


dengan karakteristik limbah yang dikemas.

Berisi lebih dari 1 (satu) karakteristik:


Dilekati dengan simbol yang sesuai dengan karakteristik limbah yang

dominan (yang harus terlebih dahulu ditangani saat darurat), atau


Dilekati dengan simbol yang sejumlah dengan karakteristik limbah yang
dikemas.

Tidak memiliki karakteristik mudah meledak, mudah menyala,


reaktif, korosif, beracun atau infeksius: dilekati dengan simbol
BERBAHAYA TERHADAP LINGKUNGAN.

Dilekatkan pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh


kemasan lain dan mudah dilihat.

Tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol limbah
B3 lain sebelum dikosongkan dan dibersihkan dari sisa limbah B3.

Pelekatan Simbol pada Alat


Angkut

Berisi 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan simbol yang sesuai


dengan karakteristik limbah yang diangkut.

Berisi lebih dari 1 (satu) karakteristik:


Dilekati dengan simbol yang sesuai dengan karakteristik limbah yang

dominan (yang harus terlebih dahulu ditangani saat darurat), atau


Dilekati dengan simbol yang sejumlah dengan karakteristik limbah
yang diangkut.

Dilekati di setiap sisi boks dan di bagian muka kendaraan serta


harus dapat terlihat dengan jelas dari jarak sekurang-kurangnya
30 meter.

Tidak boleh dilepas dan diganti dengan simbol limbah B3 lain


sebelum muatan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa limbah
B3.

Pelekatan Simbol pada


Gudang Penyimpanan

Berisi 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan simbol yang sesuai


dengan karakteristik limbah yang diangkut.

Berisi lebih dari 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan simbol


yang sesuai dengan karakteristik limbah yang dominan (yang
harus terlebih dahulu ditangani saat darurat).

Dilekati di setiap pintu dan bagian luar dinding yang tidak


terhalang.

Tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol


limbah B3 lain selama gudang penyimpanan masih difungsikan,
kecuali jika akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan
karakteristik lain.

Pelekatan Label

Berisi 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan simbol yang sesuai


dengan karakteristik limbah yang diangkut.

Berisi lebih dari 1 (satu) karakteristik: dilekati dengan label yang


menunjukkan karakteristik keseluruhan limbah B3 yang dikemas.

Dilekati di atas simbol pada wadah dan harus dapat terlihat


jelas.

Juga harus dipasang pada kemasan yang akan dimasukkan ke


dalam kemasan yang lebih besar.

Contoh Pelekatan Simbol dan


Label pada Kemasan
clamp

Penyimpanan

LOKASI
DESAIN GUDANG
METODA MENYIMPAN

Syarat Lokasi Penyimpanan


1. Harus merupakan daerah bebas banjir,
atau daerah yang diupayakan melalui
pengurugan
sehingga
aman
dari
kemungkinan terkena banjir.
2. Jarak minimal antara lokasi
fasilitas umum adalah 50 meter.

dengan

Syarat Gudang
Penyimpanan
A. Bangunan tempat penyimpanan Limbah B3:

Sesuai dengan limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan.

Terlindung dari masuknya air hujan.

Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang


memadai.

Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang


memadai.

Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.

Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan


(simbol).

B. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak


bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam
dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan
kemiringan 1%.

Syarat Gudang penyimpanan


(lanjutan)
C. Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan
lebih dari 1 (satu) karakteristik limbah B3, maka ruang
penyimpanan:

Harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan.


Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus
dibuat tanggul atau tembok.
Setiap
bagian
penyimpanan
masing-masing
harus
mempunyai bak penampung tumpahan limbah.
Sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat
sebanding dengan kapasitas maksimium limbah B3 yang
tersimpan.

D. Sarana lain yang harus tersedia adalah:


Peralatan dan sistem pemadam kebakaran, pagar pengamanan,
pembangkit listrik cadangan, fasilitas P3K, peralatan komunikasi,
gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;, pintu

Desain Gudang Penyimpanan

Kontainmen
(Untuk mencegah tumpahan mengalir
ke lingkungan)

Penyusunan Kemasan

Ventilasi

Vents in the lower walls only


give poor ventilation

Roof and walls vents together


give good general ventilation

Pintu Darurat

Alarm Kebakaran

Peralatan P3K dan


Pemadam Api

Inspeksi Harian
WASTE STORAGE DAILY INSPECTION
Diperiksa oleh :
Tanggal Pemeriksaan:
Jam :

No

Kondisi yang diperiksa

Gudang
limbah
1

Gudang
limbah
2

Gudang
wadah
kosong

Staging
area

Tempat
penuangan
drum

Gudang
limbah
khusus

Diketahui oleh:

CATATAN TEMUAN

Parit bersih dan kering

Tidak ada kemasan limbah yang bocor

Jarak antar barisan kemasan 60 cm

Tidak ada kemasan limbah yang berpotensi jatuh

Semua kemasan limbah disimpan di dalam gudang

n/a

Semua kemasan limbah berlabel dan bersimbol

Lorong jalan forklift bersih dari penghalang

n/a

Alat-alat kerja
disediakan

Spill kit tersedia lengkap (sekop, sapu, penyerap,


dll)

10

Limbah dengan kelas bahaya yang tidak cocok


berjauhan

11

Tidak ada ceceran/tumpahan limbah

12

Pancuran pencuci mata dalam keadaan baik

n/a

13

Alat pemadam api terpasang ditempatnya

14

Tidak ada ceceran/tumpahan limbah

CATATAN:

disimpan

ditempat

yang

sudah

Data Limbah B3
WPS#

Nama
Limbah

Jenis

Jumlah

Kemasa
n

Asal

Tanggal

Lokasi
Penyimpana
n

Kelas
Bahaya

Kode
Bapedal

Kode
UN/NA

Penanganan Limbah
Asbestos
Semua kru yang akan menangani limbah asbestos HARUS sudah
mengikuti pelatihan penanganan asbestos dan tersertifikasi untuk
melakukan pekerjaan penanganan asbestos.
Limbah asbetos harus dikemas dengan kemasan tertutup rapat
seperti drum atau peti kayu.
Selain simbol dan logo limbah B3, kemasan limbah asbestos juga
harus dilengkapi dengan OSHA Standard Asbestos Warning Label.

Pengangkutan
Dasar Peraturan:
Keputusan Menteri Perhubungan No. 69 Tahun 1993:
Pasal 11,12, 13, 14 dan 15.
SK
DirJen.
HubDar
No.
725/AJ/DRJD/2004:
Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di
Jalan.
Tata-cara dan Persyaratan Teknis Pengangangkutan LIMBAH
B3 (darat dan laut) BELUM ADA peraturannya.
Untuk pengangkutan, US-EPA tidak membedakan antara
pengangkutan B3 dan LIMBAH B3.

Syarat Pengangkutan
Limbah B3
Syarat kendaraan:
Layak jalan.
Desain
sesuai dengan karakteristik bahan
diangkut.
Dilengkapi
alat
tanggap
darurat
identifikasi/komunikasi.
Memiliki izin dari Departemen Perhubungan.

yang
dan

Syarat pengemudi: Syarat umum, telah melalui pelatihan


khusus, bersertifikat.
Syarat Perusahaan:
Memiliki sistem manajemen pengangkutan
Memiliki sarana tanggap darurat
Mendapat rekomendasi BAPEDAL/KLH

Pemisahan Kelas Bahaya

Pemisahan Kelas Bahaya

Perpindahan Limbah B3
Limbah B3 selalu diawasi mulai dari saat
PENG
PEM
PENG
dihasilkan
sampai
dengan tujuan
akhir
HASI
ANFA
HASI
pengelolaannya.
L
AT
L
Setiap limbah B3 harus memiliki tujuan
akhir pengelolaan.
Setiap pelaku kegiatan pengelolaan limbah
PENG
B3
harus
memenuhi
ketentuan
dan
OLAH
persyaratan yang ditetapkan, termasuk
memiliki izin sesuai kegiatan pengelolaan
PENI
PENG
limbah
MBU B3 yang dihasilkan.
UMP
N
UL
Secara khusus mekanisme pengawasan
AKHI

Catatan!
Penyerahan limbah B3 ke pihak lain,
tidak
mengurangi
tanggung
jawab penghasil limbah B3.
Jika anda sebagai penghasil limbah
B3
dan
akan
menyerahkan
pengelolaannya kepada pihak lain,
pastikan
apa
perannya
dalam
pengelolaan limbah B3.

Mata Rantai Perpindahan


Limbah B3
PENG
HASI
L

PEMANFAAT
PENGHASIL

PENGOLAH

PENIMBUN
AKHIR

PENGUMPU
L

Manifest Limbah B3

Setiap pengangkutan limbah B3 yang melewati fasilitas


publik harus dilengkapi dengan dokumen resmi Dokumen
Limbah B3 atau Manifest Limbah B3.

Acuan: Kep-02/BAPEDAL/09/1995.

Apabila pengangkutan antar moda, maka


diserahkan kepada pengangkut berikutnya:

dokumen

7 rangkap untuk satu moda.


11 rangkap untuk antar moda.

Penghasil akan menerima kembali Manifest dari


pengumpul / pengolah paling lambat 120 hari sejak limbah
diangkut.

Fungsi Manifest Limbah


B3
Legalitas pengelolaan limbah B3.
Sarana pengawasan pemerintah.
Mengetahui mata rantai perpindahan limbah B3.
Komunikasi bahaya (hazard communication)

karakteristik limbah B3.


Bentuk tanggung jawab penghasil untuk mengawasi
pengelolaan limbah B3 from cradle to grave.
Keselamatan pengangkutan (melalui segregasi
karakteristik).
Referensi bagi penerima limbah B3 Nomor manifest
unik.
Dokumen pendukung dalam hal komersial.

Penerbitan dan Pengisian


Manifest Limbah B3

Manifest limbah B3 diterbitkan oleh pengangkut yang


memiliki izin pengangkutan limbah B3.

Manifest limbah B3 terdiri dari 3 (tiga) bagian yang harus


diisi:
Bagian 1: oleh penghasil/pengumpul.
Bagian 2: oleh pengangkut.
Bagian 3: oleh pengolah/pengumpul/pemanfaat.

Setiap bagian harus diisi lengkap dan ditandatangani oleh


petugas yang menangani limbah tersebut.

Petunjuk pengisian
Manifest limbah B3.

dapat

dilihat

di

bagian

belakang

Contoh Manifest Limbah


B3

Halaman Depan

Halaman Belakang

Pengisian Manifest
Bagian 1

Pengisian Manifest
Bagian 2

Pengisian Manifest
Bagian 3

Distribusi Manifest
Limbah B3
Lemb
ar

Warna

Penerima

Pengirim
-

Ditandatangani

Putih

Pengangkut
1

Kuning

KLH/BAPEDA
L

Hijau

Penghasil

Merah
muda

Pengolah

Pengangkut
3*

Penghasil, Pengangkut 1, 2 & 3**,


Pengumpul/Pengolah

Biru

KLH/BAPEDA
L

Pengolah

Penghasil, Pengangkut 1 & 2,


Pengumpul/Pengolah

Krem

Bupati/Walik
ota

Pengangkut
1

Penghasil, Pengangkut 1

Ungu

Penghasil

Pengangkut
1

Penghasil, Pengangkut 1,
Pengumpul/Pengolah

Ungu

Penghasil

Pengangkut
2

Penghasil, Pengangkut 1 & 2,


Pengumpul/Pengolah

Putih

Penghasil

Pengangkut
*) Jika hanya menggunakan 2 2
moda dikirim oleh Pengangkut 2.

Penghasil, Pengangkut 1
Penghasil, Pengangkut 1
Pengangkut, Pengangkut 1

Penghasil, Pengangkut 1& 2

**) Jika hanya menggunakan 2 moda ditandatangani oleh Pengangkut 1


10
Ungu
Penghasil
Pengangkut Penghasil,
dan 2.

Pengangkut 1, 2 & 3,
Pengumpul/Pengolah

Diagram Alir Distribusi


Manifest

Barcode Manifest
Limbah B3

Acuan: PP 18 jo. 85 Tahun.

Manifest dan barcode hanya dapat dimiliki oleh badan usaha


yang memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3 dari
Kementrian
Negara
Lingkungan
Hidup
dan
izin
pengangkutan limbah B3 dari Kementrian Perhubungan.

Manfaat:
Memberikan jaminan terhadap keaslian manifest limbah B3
sehingga tidak ada duplikasi pada manifest tersebut.
Membantu dalam pengawasan terhadap pengelolaan limbah
B3.
Terkelolanya limbah B3 dan menurunnya potensi pencemaran
akibat pembuangan limbah B3.

Contoh Barcode Limbah


B3
Barcode memuat kode
perusahaan
pengangkut
yang
terdaftar di KLH (mis:
AA untuk PPLI) dan
nomor
seri
identik
untuk 1 set barcode.
1 set barcode terdiri
dari 8 stiker barcode
dengan posisi 4 x 2
(bukan 1 x 8).

Sistem Barcode pada Manifest


Pengelolaan Limbah B3
Tujuan:

Memudahkan pengawasan
dalam pengelolaan limbah
B3 di Indonesia.
Meningkatkan
penataan
dalam rangka pengelolaan
limbah B3.
Meningkatkan
kualitas
perizinan
pengelolaan
limbah B3.
Transparansi informasi dan
metode
pengolahan
limbah B3.

Sasaran:
Terkelolanya limbah B3 dan
menurunnya
potensi
pencemaran
akibat
pembuangan limbah B3.

Keluaran:

Persentase jumlah limbah B3


yang terkelola.
Persentase jumlah pemohon
rekomendasi.

Keputusan Kepala Bapedal tentang


Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3

KepKa BAPEDAL No. Kep03/BAPEDAL/09/1995

KepKa BAPEDAL No. Kep03/BAPEDAL/09/1995

PerMen-LH No.02/2008

KepKa BAPEDAL No. Kep04/BAPEDAL/09/1995

Metode Pengolahan
Limbah B3

Pengolahan Secara Fisika/Kimia:


Stabilisasi/solidifikasi, filtrasi dan separasi, presipitasi
kimia, oksidasi-reduksi, evaporasi, dsb.

Pengolahan Secara Biologi:


Aerobic/anaerobic
digestion,
bioremediasi, dsb.

composting,

Pengolahan Secara Termal:


Fuels blending, insinerasi tanur semen, gasifikasi,
insinerasi katalitik, pirolisis, depolimerisasi termal,
autoclaves, dsb.

Penimbunan:
Landfill B3.

Metode
Stabilisasi/Solidifikasi
Adalah teknik yang menggabungkan proses
fisika dan kimia untuk mengurangi efek
bahaya dari limbah ke lingkungan melalui
pencampuran limbah dengan bahan pengikat.
Tahapan proses fisika dan kimia
kompleks namun operasi sederhana.

yang

Tujuan:
Mengurangi
kelarutan
dan
mobilitas
kontaminan.
Menurunkan luas permukaan limbah.
Meningkatkan kemampuan penanganan

Proses Leaching
(Perlindian)
HUJAN (ASAM)
SUMUR

LIMBAH
(Hg, Cr)

SUNGAI
LAUT
DANAU

Hg, Cr
Hg, Cr

AIR TANAH

Hg, Cr

Uji TCLP (US-EPA Method


1311)

Jenis Proses
Stabilisasi/Solidifikasi

Pengendalian pH
Oksidasi-reduksi
Presipitasi (karbonat, sulfida, silika)
Adsorpsi
Penyerapan kimia
Pasivasi
Pertukaran ion
Enkapsulasi (mikro dan makro)
Amalgamasi

Contoh Proses
Stabilisasi/Solidifikasi

Konstruksi area
Stabilisasi/Solidifikasi
sesuai standar USEPA.

Untuk mengolah
limbah B3 sebelum
ditimbun di landfill.

Pengujian wajib: uji


TCLP, uji kuat tekan
(min. 10 ton/m2), uji
paint filter.

Metode Termal

Adalah penghancuran limbah B3 dengan


cara dekomposisi termal.

Tujuan:
Mengurangi
volume
limbah
sehingga
dapat
mempertahankan area landfill.
Memungkinkan recovery energi dari limbah.
Memungkinkan recovery mineral dan zat kimia dari
limbah untuk digunakan kembali dan didaur ulang.
Menghancurkan sejumlah kontaminan yang terkandung
dalam limbah.
Efisiensi waktu dalam penanganan limbah.

Kriteria Limbah yang Dapat


Diolah dengan Metode Termal
Bersifat organik (padat, cair, sludge).
Tidak bersifat oksidator.
Parameter utama: nilai kalor.
Parameter
pendukung:
titik
nyala,
viskositas, kandungan klorin, florin, sulfur
dan logam berat.

Insinerasi
Mampu mengurangi hingga 90% volume
limbah dan 75% massa limbah.
Hanya mengubah bentuk fisik limbah dari
kasat mata menjadi tak kasat mata, di mana
membentuk energi (panas).
Keuntungan:
Mampu menghancurkan sebagian besar polutan
yang terkandung dalam limbah.
Reduksi limbah secara cepat.
Cocok untuk area yang kecil.

Tahapan Instalasi
Insinerator
Prakonstruksi:
Membuat laporan kepada Kepala Bapedal tentang:
jadwal konstruksi, data spesifikasi insinerator dan hasil
permodelan emisi gas (Gauss distribution).

Praoperasi:
Melakukan Burning Test Trial untuk menentukan
Destruction and Removal Efficiency (DRE) dan Burning
Efficiency (BE), serta memprediksi kualitas residu (gas,
padat dan cair).

Operasi:

Memiliki pemutus umpan otomatis ketika terjadi


kondisi operasi off-set.
Semua perlengkapan insinerator tersedia untuk
operasi.
Melakukan uji DRE secara berkala.

Tahapan Instalasi Insinerator


(lanjutan)
Pemantauan:

Secara berkala mengukur dan mencatat kondisi


operasi dan kualitas gas buang.
Secara berkala mengukur dan mencatat konsentrasi
POHC, PCDD, PCDF dan logam berat dalam aliran
gas buang.
Memantau kualitas udara ambien dan kondisi
meteorologi (sebulan dua kali).
Mengukur dan mencatat baku mutu limbah cair.
Menguji pemutus umpan otomatis (seminggu
sekali).

Pelaporan:

Setiap 3 bulan: pengukuran emisi gas buang.


Setiap 3 tahun: hasil pengujian ulang DRE.

Tahapan Instalasi Insinerator


(lanjutan)
Win - Wout
DRE = ------------------- x 100%
Win
DRE = Destruction and Removal Efficiency
Win = laju alir massa umpan masuk insinerator
Wout = laju alir massa produk keluar insinerator

Parameter
Baku Mutu DRE
-----------------------------------------------------------------POHC
99.99%
PCB
99.9999%
PCDF
99.9999%
PCDD
99.9999%

Fuels Blending

Adalah metode pengolahan limbah dengan cara mencampur limbah


cair organik yang masih memiliki nilai bakar (mis: pelarut bekas, oli
bekas) untuk dibuat menjadi bahan bakar sintetik, yang nantinya dapat
digunakan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil (mis: pada
tanur semen).

Spesifikasi Bahan Bakar


Sintetik untuk Tanur Semen

Viskositas
Diamater padatan
pH
5
Kadar abu
Kandungan panas
Kandungan TOX
Sulfur total
Arsen (As)
Cadmium (Cd)
Krom total (Cr)
Timbal (Pb)
Raksa (Hg)
Talium (TI)

< 300 cP
< 3 mm
10
< 10 % wt
> 4,000 kcal/kg
< 2 % wt
< 1 % wt
< 15 ppm
< 5 ppm
< 250 ppm
< 300 ppm
< 1.2 ppm
< 2 ppm

Pengolahan Air Limbah dan


Limbah Cair

Tujuan:
1. Melindungi kesehatan masyarakat
2. Melindungi pasokan air untuk masyarakat
3. Melindungi kehidupan perairan
4. Mempertahankan fungsi air

Sumber Air Limbah dan


Limbah Cair

Limbah dari manusia dan hewan


Limbah rumah tangga
Limbah industri
Aliran air hujan
Rembesan air tanah

Karakteristik Air Limbah dan


Limbah Cair
1. Karakteristik fisika:
Warna, bau, suhu, laju alir.
2. Karakteristik kimia:
Alkalinitas, BOD, COD, gas terlarut, senyawa
nitrogen, pH, fosfor, kandungan padatan,
kandungan air.
3. Karakteristik biologi:
Alga, bakteri, protozoa, rotifer, virus.

Contoh Karakteristik Air


Limbah dan Limbah Cair

Warna
Abu-abu
Bau
Tengik
DO
> 1.0 mg/L
pH
6.5 9
TSS
100 350 mg/L
BOD
100 300 mg/L
COD
200 500 mg/L
Laju alir
100 200 gal/hari/orang
Nitrogen total
20 85 mg/L
Fosfor total
6 20 mg/L
Fecal coliform
500,000 3,000,000 MPN/100mL

Klasifikasi Pengolahan
Sistem IPAL
1.

Pengolahan pendahuluan menghilangkan material yang dapat


merusak atau menimbulkan masalah pada sistem IPAL.
Contoh: Screening, ekualisasi.

2.

Pengolahan primer Menghilangkan padatan yang dapat mengendap


dan/atau mengapung.
Contoh: Sedimentasi, koagulasi-flokulasi.

3.

Pengolahan sekunder menghilangkan BOD serta material organik


terlarut dan tersuspensi secara biologis.
Contoh: Lumpur aktif.

4.

Pengolahan tersier pengolahan lanjutan untuk lebih menurunkan


kadar BOD, COD, TDS.

5.

6.

Contoh: pertukaran ion, reverse osmosis.


Disinfeksi - menghilangkan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi.
Contoh: Ozonasi, klorinasi.
Pengolahan lumpur mengolah lumpur yang dihasilkan selama proses

Contoh Unit IPAL

Beberapa metode pengolahan untuk air limbah dan limbah cair


B3/non-B3

Netralisasi asam
Separasi padatan
Presipitasi logam
pH Adjustment
Koagulasi-flokulasi
Pemisahan air/minyak
Pengolahan biologi

Contoh Unit IPAL


(lanjutan)

Dissolved Air Flotation

Biological Sequencing Batch Reactors

Filter Press

Engineered
Wetlands

Metode Landfill
Landfill (lahan timbus) adalah suatu area untuk
pembuangan limbah padat dengan prinsip penimbunan
dan merupakan metode tertua dalam pengolahan limbah.
Komponen penting:
1) Sistem pelapisan
2) Fasilitas pengendalian dan pengumpulan air lindi
3) Fasilitas pengendalian dan pengumpulan gas (untuk landfill
skala besar)
4) Sistem lapisan penutup akhir
5) Sistem drainase air permukaan
6) Sistem pemantauan lingkungan
7) Rencana penutupan dan pasca-penutupan

Syarat Lokasi Landfill


Landfill tidak boleh dibangun di dan/atau dekat dengan
lokasi berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Danau atau situ: dalam radius 200 meter


Sungai: dalam radius 200 meter
Daerah banjir: dalam jangka waktu 100 tahun
Jalan tol: dalam radius 200 meter
Habitasi: sekurang-kurangnya 500 meter
Taman publik: dalam radius 300 meter
Area habitasi kritis (zona konservasi)
Wetlands
Sumber air tanah: kurang dari 2 meter di bawah
Bandar udara
Sumur pasokan air: dalam radius 500 meter
Zona batas perairan antar negara/wilayah
Daerah tidak stabil (rawan gempa)

Syarat Limbah yang Dapat


Ditimbun
1) Memenuhi kriteria TCLP.
2) Telah melalui proses stabilisasi/solidifikasi, insinerasi atau
pengolahan pendahuluan lainnya.
3) Tidak bersifat mudah terbakar, mudah meledak, reaktif
dan infeksius.
4) Tidak memiliki kandungan organik lebih dari 10%.
5) Tidak mengandung PCB dan dioksin.
6) Tidak bersifat radioaktif.
7) Tidak dalam bentuk cair (termasuk lumpur).

Contoh Proses Landfill

Konstruksi Landfill
sesuai standar US-EPA.
Jaminan penutupan
dan pasca-penutupan
atas limbah yang
ditimbun ke dalam
landfill selama 30
tahun.
Pemantauan wajib: air
tanah, air permukaan,
kualitas udara, air
buangan.

Konstruksi Landfill

Skema Landfill
Skema Landfill

Sistem Pelapisan Dasar


Landfill

Contoh Landfill Limbah


B3
Indonesia
Jepang

Hongkong

Landfill di PT PPLi
(Indonesia)

Landfill di DOWA
(Jepang)

Landfill di Bangpoo
(Hongkong)

Contoh Restorasi Lahan


Bekas Landfill

Pemanfaatan Limbah B3
Acuan: PermenLH No. 02/2008.
Adalah kegiatan penggunaan kembali (reuse)
dan/atau daur ulang (recycle) dan/atau perolehan
kembali (recovery) yang bertujuan untuk mengubah
limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat
digunakan dan juga harus aman bagi lingkungan
dan kesehatan manusia.
Dilakukan oleh penghasil dan/atau badan usaha
yang melakukan pemanfaatan limbah B3:
Pemanfaat limbah B3 sebagai kegiatan utama.
Pemanfaat limbah B3 bukan sebagai kegiatan
utama.
Pemanfaatan limbah B3 untuk penggunaan kembali

Pemanfaatan Limbah B3
sebagai Kegiatan Utama
Dapat menerima langsung dari penghasil dan/atau
pengumpul.

Pemanfaatan Limbah B3 Bukan


sebagai Kegiatan Utama

Hanya dapat menerima dari penghasil limbah B3


yang komponennya konsisten dengan kriteria
pemanfaatan.

Limbah B3 di luar limbah B3 yang komponennya


konsisten dengan kriteria pemanfaatan wajib melalui
pengumpul
untuk
memastikan
pemenuhan
persyaratan teknis.

Kegiatan Pemanfaatan
Limbah B3
1. Pemanfaatan
limbah
substitusi bahan.

B3

sebagai

2. Pemanfaatan
limbah
substitusi bahan bakar.

B3

sebagai

3. Pemanfaatan limbah B3 jenis lainnya


setelah melalui penelitian dan kajian
yang
memperhatikan
aspek-aspek
lingkungan.

Pemanfaatan Limbah B3
sebagai Substitusi Bahan
Wajib melakukan uji komponen
laboratorium terakreditasi.

limbah

B3

di

Kadar salah satu dan/atau total komponennya dapat


berfungsi sebagai bahan dan memenuhi persyaratan
teknis untuk dilakukan recycle dan/atau recovery.
Jenis limbah B3 dan kadar pencemar dalam limbah
B3 yang boleh dimanfaatkan ditentukan dalam
persyaratan izin.
Produk pemanfaatan limbah B3 sebagai produk akhir
harus memenuhi SNI atau standar lain yang setara.
Produk pemanfaatan limbah B3 sebagai produk
antara harus memenuhi standar industri pengolah

Pemanfaatan Limbah B3 sebagai


Substitusi Bahan Bakar
Wajib melakukan uji komponen
laboratorium terakreditasi.

limbah

B3

di

Kriteria:
Kandungan kalori sama atau lebih besar dari
2500 kkal/kg.
Kadar air sama atau lebih kecil dari 15%.
Tidak mengandung senyawa terhalogenasi.
Jenis limbah B3 dan kadar pencemar dalam limbah
B3 yang boleh dimanfaatkan ditentukan dalam
persyaratan izin.
Emisi udara pemanfaatan limbah B3 sesuai dengan
emisi udara pengolahan limbah B3.
Sebelum dilakukan pemanfaatan limbah B3 harus
dilakukan uji coba pembakaran limbah B3.

Pemanfaatan Limbah B3 oleh


Industri Semen
Pemanfaatan
sebagai
bahan
bakar
dalam
pembuatan semen: kandungan nilai kalori minimal
2500 kkal/kg.
Pemanfaatan sebagai bahan baku dalam pembuatan
semen: kandungan total CaO, Fe2O3, Si2O3 dan Al2O3
minimal 50%.
Memenuhi baku mutu emisi gas yang dipantau
setiap 3 bulan sekali, kecuali dioksin/furan setahun
sekali.
Kriteria yang harus dicapai pada saat uji coba
pembakaran (Kep-03/BAPEDAL/09/1995):
Destruction and Removal Efficiency (DRE)

Curriculum Vitae
Name: Ir. Muhammad Yusuf Firdaus
Profession: Chemical Engineer
Occupation:
Technical Engineer, Laboratory and Technical Department, PT Prasadha Pamunah
Limbah Industri, 2013 Present
Process Control Engineer, Laboratory and Technical Department, PT Prasadha
Pamunah Limbah Industri, 2008 2013
Interim Receipt Control Supervisor, Laboratory and Technical Department, PT
Prasadha Pamunah Limbah Industri, 2008 2009
Sr. Lecturer Assistant and Coordinator of Laboratory, Chemical Engineering Study
Program Institut Teknologi Indonesia, 2005 2008
Education:
Solid Waste Management, UNESCO IHE Institute for Water Education, 2014 Present
Chemical Engineering Study Program, Institut Teknologi Indonesia, 2002 2007
Professional Qualifiication and Affiliation:
Board certified engineer (Ir), member of Persatuan Insinyur Indonesia, Vice Chairman
of Water and Specialities Community Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur
Indonesia, member of Himpunan Polimer Indonesia, member of Perhimpunan
Mikrobiologi Indonesia, member of Ikatan Ahli Lingkungan Hidup Indonesia,

Anda mungkin juga menyukai