KP 01 2010
KP 01 2010
Jaringan Irigasi 15
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
JARINGAN IRIGASI
KP 01
Jaringan Irigasi 16
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
2.
Hal
10
JARINGAN IRIGASI
2.1 Pendahuluan.................................................................
14
14
15
16
16
Bangunan ..................................................................
17
17
19
21
22
24
24
27
2.3
Jaringan Irigasi 17
3.
28
29
30
30
31
34
35
36
37
39
46
53
54
55
60
62
63
70
74
74
74
75
76
Jaringan Irigasi 18
5.
4.2.1 Data....................................................................
76
77
4.2.3 Evapotranspirasi...................................................
78
80
82
83
84
86
88
89
89
89
91
93
95
97
PEREKAYASAAN
5.1 Taraf-taraf perencanaan ...............................................
100
100
101
105
106
108
108
Jaringan Irigasi 19
110
111
111
114
115
115
125
127
127
137
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PERISTILAHAN IRIGASI
Jaringan Irigasi 20
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Uraian
hal
1.1
1.2
10
1.3
13
2.1
20
2.2
32
2.3
33
2.4
35
2.5
36
2.6
38
3.1
44
3.2
46
Jaringan Irigasi 21
3.3
3.4.
48
51
5.1
117
5.2
120
5.3
5.4
126
5.5
130
5.6
131
5.7
Daftar Gambar
132
A.1.1
A.1.2
A.1.3
11
A.1.4
12
A.1.5
13
A.1.6
14
A.1.7
15
A.1.8.
18
A.1.9.
18
A.1.10
LAMPIRAN I
19
19
A.1.12.
20
A.1.13.
24
Jaringan Irigasi 22
A.1.14.
25
A.1.15
26
LAMPIRAN II
A.2.1
A.2.2
A.2.3
56
57
LAMPIRAN III
57
Daftar Gambar
A.3.1
59
A.3.2
59
A.3.3
64
A.3.4.
69
A.3.5.
76
A.3.6.
79
A.3.7
79
Jaringan Irigasi 23
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
Tabel
Uraian
hal
1.1
2.1
22
3.1
41
3.2
56
3.3
64
4.1
78
4.2
79
Jaringan Irigasi 24
4.3
81
4.4
83
4.5
92
5.1
107
A.1.1
A.1.2
A.1.3.
LAMPIRAN I
21
A.1.4.
22
A.1.5.
22
A. 1.6.
Daftar Tabel
23
LAMPIRAN II
A.2.1
32
A.2.2
35
A.2.3
A.2.4
A.2.5
39
A.2.6
38
43
A.2.7
44
Jaringan Irigasi 25
A.2.9
45
46
47
A.2.10
49
A.2.11
50
A.2.12
A.2.13
A.2.14
53
Daftar Tabel
52
A.2.15
51
54
55
LAMPIRAN III
A.3.1
62
A.3.2.
75
A.3.3.
77
A.3.4.
81
Jaringan Irigasi 26
Lampiran
LAMPIRAN
A.1.
A.1.1.
A.1.1.1.
A.1.1.2.
Curah Hujan.........................................................
A.1.1.3.
Waktu Konsentrasi................................................
A.1.1.4.
A.1.2.
A.1.2.1.
Jaringan Irigasi 27
A.1.2.2.
A.1.3.
16
A.1.4.
17
A.1.5.
20
A.1.6.
23
28
A.2.1.
28
A.2.1.1.
Umum .................................................................
28
A.2.1.2.
28
A.2.1.3.
32
A.2.1.4.
Perkolasi ..............................................................
36
A.2.1.5.
36
A.2.1.6.
36
A.2.1.7.
A.2.2.
37
Lampiran
40
A.2.2.1.
40
A.2.2.2.
40
A.2.2.3.
Perkolasi ..............................................................
41
A.2.2.4.
41
A.2.2.5.
42
A.2.3.
42
A.2.3.1.
42
A.2.3.2.
49
A.2.3.3.
56
Jaringan Irigasi 28
58
A.3.1.
Curah Hujan.........................................................
58
A.3.2.
62
A.3.2.1.
63
A.3.2.2.
64
A.3.2.3.
Pengamatan Lapangan..........................................
65
A.3.3.
66
A.3.3.1.
Umum .................................................................
66
A.3.3.2.
66
A.3.3.3.
68
A.3.3.4.
Pengamatan Lapangan..........................................
82
Jaringan Irigasi 29
1.
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Kriteria Perencanaan Jaringan lrigasi ini merupakan bagian dari Standar
Kriteria Perencanaan dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Kriteria
Perencanaan terdiri dari bagian-bagian berikut :
KP 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP 02 Bangunan Utama (Head works)
KP 03 Saluran
KP 04 Bangunan
KP 05 Parameter Bangunan
KP 06 Petak Tersier
KP 07 Standar Penggambaran.
Jaringan Irigasi 30
dalam
perekayasaan,
yang
dijadikan
dasar
untuk
Tahap
Jaringan Irigasi 31
pengetahuan
keahlian
dan
teknik
mengenai
prosedur
perencanaan
bangunan-bangunan
irigasi.
Walaupun terutama berkenaan dengan perencanaan jaringan irigasi,
Kriteria Perencanaan tersebut memberikan pedoman dan petunjuk yang
luas mengenai data-data pendukung yang harus dikumpulkan.
Jaringan Irigasi 32
tanggung
jawab
perencanaan
dapat
dilimpahkan
kepada
Jaringan Irigasi 33
Sederhana
Semiteknis, atau
Teknis.
Ketiga tingkatan tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.1, 1.2 dan 1.3.
Jaringan Irigasi 34
Teknis
Bangunan
Utama
Bangunan
permanen
Kemampuan
bangunan
dalam
mengukur
dan mengatur
debit
Baik
Jaringan
saluran
Saluran irigasi
dan pembuang
terpisah
Petak tersier
Dikembangkan
sepenuhnya
Efisiensi
secara
keseluruhan
Ukuran
Tinggi
50 60 %
(Ancar-ancar)
Tak ada
5
6
Sedang
Saluran irigasi
dan pembuang
tidak
sepenuhnya
terpisah
Belum
dikembangkan
atau densitas
bangunan
tersier jarang
Sedang
40 50%
(Ancar-ancar)
Sampai 2.000
Jelek
Saluran irigasi
dan pembuang
jadi satu
Belum ada
jaringan
terpisah yang
dikembangkan
Kurang
< 40%
(Ancar-ancar
Tak lebih dari
Jaringan Irigasi 35
Jalan Usaha
Tani
Kondisi O & P
batasan
Ada ke seluruh
areal
- Ada instansi
yang
menangani
- Dilaksanakan
teratur
ha
Hanya sebagian
areal
500 ha
Cenderung
tidak ada
Belum teratur
Tidak ada
O&P
Dalam konteks Standarisasi Irigasi ini, hanya irigasi teknis saja yang
ditinjau. Bentuk irigasi yang lebih maju ini cocok untuk dipraktekkan di
sebagian besar pembangunan irigasi di Indonesia.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur
fungsional pokok, yaitu:
-
Jaringan Irigasi 36
kelemahan-kelemahan
yang
serius.
Pertama-tama,
ada
pengelaknya
bukan
bangunan
tetap/permanen,
maka
Jaringan Irigasi 37
Pengambilan bebas
Tidak ada pengawasan
pengambilan air
30
36
29
Pengambilan bebas
3 4 35
28
33
27 2 3 32
9 1
3
280
27
Gabungan
saluran irigasi
dan pembuang
Areal persawahan
milik satu desa
25
26
26
30
25
Gambar
1.1 Jaringan
Sederhana
1.3.3.
Jaringan
irigasi Irigasi
semiteknis
Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi
sederhana dan jaringan semiteknis adalah bahwa jaringan semiteknis ini
bendungnya terletak di sungai lengkap dengan bangunan pengambilan
dan bangunan pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun
Jaringan Irigasi 38
Jaringan Irigasi 39
30
29
36
Pengambilan bebas
yang tak dipakai lagi
3344 35
28
33
32
27
29 31
3
280
27
25
26
26
30
25
Jaringan Irigasi 40
dalam proses pemberian air irigasi untuk petak sawah terjauh sering
tidak terpenuhi.
banyak petak tersier yang rusak akibat organisasi petani setempat yang
tidak terkelola dengan baik.
Semakin kecil luas petak dan luas kepemilikan maka semakin mudah
organisasi setingkat P3A/GP3A untuk melaksanakan tugasnya dalam
melaksanakan operasi dan pemeliharaan. Petak tersier menerima air di
suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan
pembawa yang diatur oleh Institusi Pengelola Irigasi.
Pembagian air di dalam petak tersier diserahkan kepada para petani.
Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan
air ditampung di dalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan
kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang primer.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip di atas
adalah
cara
pembagian
air
yang
paling
efisien
dengan
Jaringan Irigasi 41
kebutuhan
pertanian.
Jaringan
irigasi
teknis
memungkinkan
Jaringan Irigasi 42
30
36
29
34 35
28
33
2 7 2 3 32
9 1
3
280
27
25
26
26
30
25
Jaringan Irigasi 43
2.
JARINGAN IRIGASI
2.1.
Pendahuluan
Bab
ini
membicarakan
berbagai
unsur
sebuah
bimbingan
bagi
para
perekayasa
dalam
menyiapkan
2.2.
Petak Ikhtisar
Bangunan-bangunan utama
Lokasi bangunan
Jaringan Irigasi 44
dsb).
Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi
dengan garis-garis kontur dengan skala 1:25.000. Peta ikhtisar detail
yang biasa disebut peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat dengan
skala 1:5.000, dan untuk petak tersier 1:5.000 atau 1:2.000.
Jaringan Irigasi 45
Jaringan Irigasi 46
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran
primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya
sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini
menghasilkan dua petak primer.
Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan
mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran
primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang
berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.
2. 3.
Bangunan
sepanjang
sungai
atau
aliran
air
untuk
kepada
perencanaannya.
beberapa kategori.
a. Bendung, Bendung Gerak
Berikut
ini
akan
dijelaskan
Jaringan Irigasi 47
Bendung
(weir)
atau
bendung
gerak
(barrage)
dipakai
untuk
Jaringan Irigasi 48
kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran
sungai.
Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi seperti
untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir,
perikanan dsb. Waduk yang berukuran lebih kecil dipakai untuk
keperluan irigasi saja.
e. Stasiun pompa
lrigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara
gravitasi temyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.
Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya
eksploitasinya mahal
Jaringan Irigasi 49
persetujuan
petani
setempat
pula,
karena
banyak
sehingga
partisipasi
petani
lebih
meningkat,
dan
ditentukan
dalam
saluran.
peraturan
perundangan
sempadan
Jaringan Irigasi 50
10. 000 ha
Saluran primer
Saluran sekunder
6000 ha
4000 ha
Bendung
Bangunan bagi
terakhir
2
2
4000 ha
2000 ha
1000 ha
3000 ha
b. Saluran Pembuang
b1. Jaringan saluran pembuang tersier
- Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut
ke dalam saluran pembuang tersier.
- Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak
tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan
menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari sawahsawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang
sekunder.
b2. Jaringan saluran pembuang utama
- Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang
primer atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke luar
daerah irigasi.
- Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer
Jaringan Irigasi 51
Jaringan Irigasi 52
Mengukur dengan
Mengatur
Bangunan ukur
Ambang lebar
Aliran
Atas
Tidak
Bangunan ukur
Parshall
Aliran
Atas
Tidak
Bangunan ukur
Cipoletti
Aliran
Atas
Tidak
Bangunan ukur
Romijn
Aliran
Atas
Ya
Bangunan ukur
Crump-de Gruyter
Aliran
Bawah
Ya
Bangunan sadap
Pipa sederhana
Aliran
Bawah
Ya
Constant-Head
Orifice (CHO)
Aliran
Bawah
Ya
Aliran
Atas
Tidak
Jaringan Irigasi 53
uraian
terinci
mengenai
peralatan
ukur
dan
lebar dipakai
untuk
penggunaannya.
Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya :
-
ukur ambang
Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijn atau jika
fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter. Di
petak-petak tersier kecil di sepanjang saluran primer dengan tinggi muka
air yang bervariasi dapat dipertimbangkan untuk memakai bangunan
sadap pipa sederhana, di lokasi yang petani tidak bisa menerima bentuk
ambang sebaiknya dipasang alat ukur parshall atau cut throat flume.
Alat ukur parshall memerlukan ruangan yang panjang, presisi yang
tinggi dan sulit pembacaannya, alat ukur cut throat flume lebih pendek
dan mudah pembacaannya.
2.3.5. Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air
di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk
dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier.
Jaringan Irigasi 54
notch).
2.3.6. Bangunan Pembawa
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari
ruas hulu ke ruas hilir saluran. Aliran yang melalui
bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.
saluran.
(Jika di
tempat dimana
Jaringan Irigasi 55
a. 2. Got miring
Daerah got miring dibuat apabila trase saluran rnelewati ruas medan
dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi
yang besar. Got miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan
(lining) dengan aliran superkritis, dan umurnnya mengikuti kemiringan
medan alamiah.
Jaringan Irigasi 56
Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi melalui
situasi-situasi medan tertentu, misalnya:
- flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air di sepanjang
lereng bukit yang curam
- flum elevasi (elevated flume), untuk menyeberangkan air irigasi
lewat di atas saluran pembuang atau jalan air lainnya
- flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way)
terbatas atau jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat
potongan melintang saluran trapesium biasa.
Flum mempunyai potongan melintang berbentuk segi
empat atau setengah bulat. Aliran dalam flum adalah
aliran bebas.
b. 6. Saluran tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka
melewati suatu daerah di mana potongan melintang
harus dibuat pada galian yang dalam dengan lerengIereng tinggi yang tidak stabil. Saluran tertutup juga
dibangun di daerah-daerah permukiman dan di
daerah-daerah pinggiran sungai yang terkena luapan
banjir. Bentuk potongan melintang saluran tertutup
atau saluran gali dan timbun adalah segi empat atau
bulat. Biasanya aliran di dalam saluran tertutup
adalah aliran bebas.
b. 7. Terowongan
Terowongan
dibangun
apabila
keadaan
ekonomi/anggaran
Jaringan Irigasi 57
Jaringan Irigasi 58
sungai. Pada ruas saluran ini sedimen diijinkan mengendap dan dikuras
melewati pintu secara periodik.
dengan
tangan,
dipakai
untuk
Saluran Gendong
Saluran gendong adalah saluran drainase yang
sejajar dengan saluran irigasi, berfungsi mencegah
aliran permukaan (run off) dari luar areal irigasi yang
masuk ke dalam saluran irigasi. Air yang masuk
saluran gendong dialirkan keluar ke saluran alam
atau drainase yang terdekat.
inspeksi
diperlukan
untuk
inspeksi,
eksploitasi
dan
Jaringan Irigasi 59
Masyarakat boleh menggunakan jalan-jalan inspeksi ini untuk keperluankeperluan tertentu saja.
Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya, maka
tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut.
Biasanya jalan inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran irigasi.
Jembatan dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di
seberang saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan
inspeksi dengan jalan umum.
Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter
sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan
persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di lapangan
jalan petani yang rusak atau tidak ada sama sekali sehingga akses petani
dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang
paling ujung.
Jaringan Irigasi 60
Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara
petani dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian
permasalahan
yang
terjadi
di
lapangan.
Pembangunannya
2.4
Jaringan Irigasi 61
sekundernya.
Sebagai
contoh
saluran
BM 3
S1 Ka
148 ha 2 07 l/dt
H 2 K. 2
96 ha 1 34 l/dt
H 2 K. 3
116 ha 1 62 l/dt
A = 20 31 ha
Q = 3.51 4 m 3/dt
S 2 Ki
97 ha 1 36 l/dt
BS 2
A = 5 00 ha
Q = 0.78 0 m 3/dt
RK 2
H 1 K. 2
95 l/dt
68 ha
BM 1
K 1 Ki. 1
50 ha
70 l/dt
H 1 K. 2
68 ha
95 l/dt
K 3. Ki
125 ha 1 75 l/dt
BK 3
H 1 K i. 1
27 l/dt
19 ha
BK 1
A = 620 ha
Q = 0.957 m3/dt
Gambar 2.2
S2 Ka
183 ha 2 56 l/dt
S 1 Ki
60 l/dt
57 ha
BS 1
K 2 ka
110 ha 1 54 l/dt
H 2 K. 1
76 ha k 16 l/dt
A = 31 84 ha
Q = 5.50 8 m 3/dt
A = 38 91 ha
Q = 6.73 1 m 3/dt
Bendung
B AR A NG
RM 1
KALI DOLOK
RM 3
Saluran
sekunder
SAMBAK
BM 2
RS 1
RS 2
RS 3
BK 2
Saluran sekunder KEDAWUNG
RK 3
RK 4
RK 1
Jaringan Irigasi
RL 1
L2 ka
54 ha
76 l/dt
L1 Ka
31 l/dt
22 ha
A = 5 17 ha
Q = 0.89 4 m 3/dt
A = 865 ha
Q = 1.349 m3/dt
A = 560 ha
Q = 1.030 m3/dt
A = 380 ha
Q = 0.590 m3/dt
A = 390 ha
Q = 0.608 m3/dt
A = 255 ha
Q = 0.413 m3/dt
RL 2
RL 3
RL 4
BL 1
B anguna n sadap
L 3 Ki
107 ha 1 50 l/dt
BL 3
32
L EG E NDA
L 2 Ki
17 ha
24 l/dt
BL 2
A = 495 ha
Q = 0.856 m3/dt
A = 424 ha
Q = 0.734 m3/dt
A = 317 ha
Q = 0.548 m3/dt
BM 3
BS 2
BS 2c
BS 2b
BS 2a
BS 1
BS 1d
BS 1c
BK 4c
BK 4b
BK 4a
BK 3
BK 3c
BK 3b
BK 3a
RK 2
RK 1
BM 2a
BM 2d
BK 1a
BK 1b
BK 1
BM 1a
BM 1
Bendung
BAR ANG
RM 1
KALI DOLOK
Jaringan Irigasi
RL 1
BM 2c
Gambar 2.3
BM 2
BS 1a
BS 1b
BM 2b
BK 2
Saluran sekunder KEDAWUNG
RK 4
RK 3
BM 2a
BK 2a
RM 3
RS 1
RS 2
RS 3
RL 2
RL 3
RL 4
Gorong - gorong
BL 2c
BL 4c
BL 4b
BL 4a
BL 3
BL 3b
BL 3a
BL 2
Jem batan
Bangunan terjun
Sipon
T alang
Bangunan sadap
BL 2b
BL 2d
LEGEN DA
BL 2a
BL 1
33
2. Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah
jarum jam, mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier:
T1, T2 dan sebagainya
3. Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan
nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C
dan seterusnya menurut arah jarum jam.
4. Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah
jarum jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier
dengan nomor urut tertinggi: K1, K2 dan seterusnya.
A1
B1
T1
B2
C1
C2
K2
T3
T2
K1
A3
K3
A2
D3
D2
C3
D1
27
A4
-A
dR
ng
ua
b
m
Pe
d1
25
d RM 1
d2
d2
d2
d1
dR
A3
26
d3
d2
d1
d1
25
d RM 2
d1
d RM 3
d RA 1
d RM 4
dR
A2
26
27
28
31
29 3
0
33
32
34
Gambar 2.5 adalah contoh sistem tata nama untuk saluran pembuang.
2.5.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
jaringan
irigasi
yang
telah
dikembangkan.
Daerah
Desa
Jalan primer
Saluran + pembuang
Primer dan Sekunder +
Jalan petani
Tanggul , jalan
setapak
3.
3.1.
Pendahuluan
Survey
(Pengukuran/Survei)
Investigation
(Penyelidikan)
Design
(Perencanaan Teknis)
La
Land acquisition
(Pembebasan Tanah)
Construction
(Pelaksanaan)
Operation
(Operasii)
Maintenance
(Pemeliharaan)
sedangkan
kegiatan-kegiatan
dalam
studi
pengenalan
yang
termasuk
dalam
ruang
lingkup
studi
prakelayakan;
- Studi kelayakan detail akan meliputi juga perencanaan pekerjaan
irigasi pendahuluan.
Sesuai dengan Undang-undang Sumber Daya Air bahwa dalam wilayah
sungai akan dibuat Pola Pengembangan dan Rencana Induk wilayah
sungai, terkait dengan hal tersebut pada kondisi wilayah sungai yang
belum ada Pola Pengembangan dan Rencana Induk, tetapi sudah perlu
pengembangan irigasi, maka pada tahap studi awal dan studi identifikasi
hasilnya sebagai masukan untuk pembuatan pola pengembangan
wilayah sungai.
Namun jika pola pengembangan wilayah sungai sudah ada, maka tahap
studi awal dan studi identifikasi tidak diperlukan lagi.
Rencana induk (master plan) pengembangan sumber daya air di suatu
daerah (wilayah sungai, unit-unit administratif) di mana irigasi pertanian
merupakan bagian utamanya, dapat dibuat pada tahapan studi yang
mana saja sesuai ketersedian dana. Akan tetapi biasanya rencana induk
dibuat sebagai bagian (dan sebagai hasil) dari studi pengenalan. Pada
Gambar 3.1 diberikan ilustrasi mengenai, hubungan timbal balik antara
berbagai taraf termasuk pembuatan Rencana Induk.
(Studi Awal)
STUDI
IDENTIFIKASI
luas;
garis
besar
skema
irigasi
alternatif;
(Pola)
teknik,
dan
perencanaan
- Kelayakan
teknis
dari
proyek
yang
sedang
dipelajari.
- Komponen dan aspek multisektor dirumuskan,
PRAKELAYAKAN
(Masterplan)
Kelayakan
membutuhkan
pengukuran
sebagaimana
untuk
perencanaan
pendahuluan
TAHAP PERENCANAAN
PERENCANAAN
PENDAHULUAN
- Foto
udara
(kalau
ada),
pengukuran
pada
- Tata
letak
bangunan
dan
utama,
perencanaan
saluran
pendahuluan
dan
bangunan,
lapangan secara
ekstensif
- Pemutakhiran perijinan alokasi air irigasi
- Pengusulan garis sempadan saluran
PERENCANAAN
DETAIL AKHIR
Strategi
nasional dan propinsi
kriteria dan pertimbangan
pertimbangan khusus
Pemilihan
Pusat atau
Daerah
Pola
Pemilihan
study lebih
Lanjut
Investarisasi
tanah dan air
Pemantauan
dan
evaluasi
Pelaksanaan
dan
exploitasi
exploitasi
dan
pemeliharaan
untuk study
Studi Pengenalan
Study
kelayakan dan
penyaringan
proyek
Irigasi
Masalah Alokasi
Air Irigasi
Alokasi
daya
Pemilihan
study lebih
Lanjut
Pengukuran
dan
penyelidikan
Anggaran
dan
perencanaan
program
Keputusan
bahwa proyek
bisa diteruskan
perencanaan dan
pelaksanaan
Alokasi
daya
study
kelayakan
proyek
perencanaan
dan
pembiayaan
proyek
Rencana wilayah
atau induk
Kegiatan perencanaan
atau induk
Anggaran
dan
perencanaan
program
Pemilihan
proyek sederhana
pasti
bagi perlengkapan
dan pelaksanaan
Keputusan
perencanaan.
Buku-buku
Standar
Perencanaan
lrigasi
Pertanian:
untuk
catatan-catatan
mengenai
3.2.
Tahap Studi
Dalam Tahap Studi ini konsep proyek dibuat dan dirinci mengenai irigasi
pertanian ini pada prinsipnya akan didasarkan pada faktor-faktor tanah,
air dan penduduk, namun juga akan dipelajari berdasarkan aspek-aspek
lain. Aspek-aspek ini antara lain meliputi ekonomi rencana nasional dan
regional, sosiologi dan ekologi. Berbagai studi dan penyelidikan akan
dilakukan. Banyaknya aspek yang akan dicakup dan mendalamnya
penyelidikan yang diperlukan akan berbeda-beda dari proyek yang satu
dengan proyek yang lain. Pada Gambar 3.2 ditunjukkan urut-urutan
kegiatan suatu proyek.
PP
SA
SI
Non
ekonomis
Ekaguna
SP
SK
PT
RI
b
4
Serbaguna
2
3
Ekonomis
: Studi awal
SI
: Studi identifikasi
SP
: Studi pengenalan
SK
: Studi kelayakan
PP
: Perencanaan pendahuluan
PD
: Perencanaan detail
RI
: Rencana induk
studi
berikutnya
akan
menggunakan
data-data
yang
STUDY IDENTIFIKASI
Ide
- P engump ulan
data ya ng ada
dikanto r T opo grapi min :
skalla 1 : 26 .000
- Laporan berbagai
survey terdahulu
( b ila ada )
Memenuhi
persyaratan
I
Tidak
B atal
ya
Macam / sistim
irigasi
Ekonomi
dominan
STUDY AWAL
A nalisis
studi awal
Pengumpu lan da ta :
- P eta Topog rafi
- P eta Ge ologi Reginal
- Data antar sektor
- P eta stasiun Hidrologi
PKM
Mungkin
Tidak
STUDY PENGENALAN
ya
Ide usulan
p engembangan
d aerah irigasi
rancan gan langkah
p engembangan
STUDY IDENTIFIKASI
P KM
Batal
Survey la pangan
iden tifikasi
- Lo kas i yang utama
- Areal daera h irig asi
- Penduduk
- Tata guna tanah
- Pengumpu lan data
H idrologi
- Progr. p eng ukuran
P KM
Ijin Alokasi
air irigasi
pengenalan
Laporan study
Analisis
idetifikasi
P emetaa n situasi
skala
1 : 25.00 0 dan
1 : 5.000
PERENCANAAN
PENDAHULUAN
P KM
Penentuan garis
sempadan saluran
pendahuluan
Rencana
Peta Petak
ya
PERENCANAAN PENDAHULUAN
Luas areal
irigasi
Penyelusuran
bersama Sipil
Geotextik , Geodesik
untuk checking
elevasi , arah
saluran dan situasi
Permasalahan
?
Ada
Modifikasi
rencana
peta petak
Ekonomi
dominan
ya
Analisa
kelayakan
Layak ?
Data
non teknis
Tidak
ya
Pemutakhiran
Ijin alokasi
air irigasi
Penyelusuran ahli
Sipil , Geoteknik ,
Geodetik , check lokasi
bangunan dan rencana
penyelidikan
Pengukuran jaringan
utama
- trase saluran dan
situasi bangunan
penyelidikan Geoteknik
Peta petak
akhir
Tidak
Batal
PERENCANAAN PENDAHULUAN
Luas areal
dibatasi
revisi peta
petak
STUDY KELAYAKAN
Tidak
PERENCANAAN DETAIL
Air
cukup
Perencanaan
pendahuluan
definitif
Gambar 3.3
Rencana
elevasi mukaair
di saluran
Penyesuaian
perencanaan
pendahuluan
dengan keadaan
lapangan
Penyesuaian
perencanaan
pendahuluan
dengan keadaan
lapangan
Tambahan
pengukuran
dan
penyelidikan
Uji
Hidrolist
PERENCANAAN DETAIL
PERENCANAAN DETAIL
Perlu
penyesuaian?
Final
perencanaan
jaringan
utama
perencanaan
jaringan
tersier
Updatingijin
alokasi
air irigasi
perencanaan
akhir
Perencanaan
bangunan
utama
Perencanaan
saluran
Perencanaan
bangunanbangunan
Pelaksanaan
Manajemen aset
Exploitasi dan
pemeliharaan
Modifikasi
perencanaan
Mulai
Penyesuaian perencanaan
pendahuluan dengan keadaan
lapangan
Perlu
Penyesuaian?
Rencana elevasi
muka air di saluran
Analisa Sedimen
Perlu kantong
lumpur?
Perhitungan debit
saluran definitif
Perhitungan dimensi
kantong lumpur
Optimasi biaya
pengurasan kantong
lumpur, dg hidrolis
dan mekanis
El. mercu
Perencanaan
kantong lumpur
Perencanaan hidrolis
bangunan utama
Perencanaan hidrolis
melintang saluran
Perencanaan hidrolis
memanjang saluran
Perencanaan hidrolis
bangunan
Gambar 3.4
Program
pelaksanaan
dan
skala
prioritas
pengembangannya;
atau
melalui
analisa
data-data
topografi
dan
hidrologi.
Data-data yang berhubungan dengan daerah tersebut dikumpulkan
(peta, laporan, gambar dsb) dan dianalisis; hubungannya dengan daerah
irigasi di dekatnya kemudian dipelajari. Selanjutnya dibuat rencana garis
besar dan pola pengembangan beserta laporannya. Ketelitian yang
dicapai sepenuhnya bergantung kepada data dan keterangan/informasi
yang ada.
(potensi
transmigrasi,
pertimbangan-pertimbangan
nonekonomis)
Studi
Identifikasi
harus
menghasilkan
suatu
penilaian
visual
mengenai
keadaan
serta
menelaah
ketujuh
persyaratan
utama
studi
ini
ialah
untuk
memberikan
garis
besar
- Geologi
- Ekonomi
- Bidang-bidang yang berhubungan, seperti misalnya perikanan, tenaga
air dan ekologi.
- Pengusulan ijin alokasi air irigasi.
Berbagai ahli dilibatkan di dalam studi multidisiplin ini. Data dikumpulkan
dari lapangan dan kantor. Studi ini terutama menekankan irigasi dan
aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan irigasi. Beberapa disiplin
ilmu hanya berfungsi sebagai pendukung saja; evaluasi data dan rencana
semua diarahkan ke pengembangan irigasi.
- kumpulkan
informasi
tentang tata
guna tanah
dan
praktek
pertanian
yang
ada
- menilai
pasaran
unt barang
prod.
pertanian
- menilai
kemampuan
- kumpulkan
dan tinjau
peta tanah,
peta tata
guna tanah
dan laporanlaporan
Tanah
Pertanian
- kumpulkan
data
lapangan
mengenai
banjir,
penggenangan
dan aliran
rendah
- kunjungi &
periksa
tempattempat
pengukuran
- menilai
kebutuhan air
Hidrologi
Tersedianya
air
- peta hujan
rata- rata
- aliran min./
maks.
- menilai
tersedianya
air dari segi
jumlah &
kualitas, jika
mungkin
- klasifikasi
tanah di
lapangan di
lokasi
yg sudah
ditentukan
& formasi
geologi
Kumpulkan
peta geologi
menilai
kecocokan
daerah unt
pelaksanaan
pekerjaan
berdasarkan
peta dan foto
udara yang ada
Aspek
Geoteknik
- kebutuhan
peta seperti
pada a
- tidak ada
survei
dalam
tahap studi
hanya
survey
visual pd
keadaan
topografi
- foto satelit
(google
map)
b. Studi
Identifikasi
- peta rupa
bumi skala
1:
50.000 dg
selang
kontur 10
m peta
rupa bumi
skala
terbesar
yang ada
- foto udara,
jika ada
a. Study
Awal
Kebutuhan
Peta
Tabel 3.2
- identifikasi
proyek lain
yang
mungkin
(berdasarkan
ke-8 kriteria
dari Dirjen
Pengairan)
Dg sketsa
perencanaan
garis besar
beserta
alternatifnya
- tipe jaringan
irigasi
- uraian
tentang
sumber air
dan lahan
yang bisa
diairi
Perekayasaan
- informasi
tentang
lingkungan
- informasi ttg
penduduk
makanan &
penggunaan air
- rencana
daerah
mengenai
ahanbahan
pangan,
produksi
ransmigrasi
& industri
- hubungan
dengan
pemerintah
setempat
hambatan
pengembang
an
- menilai latar
belakang
sosial politik
- hambatan
pengembang
an
Aspek
Multisektor
dikembangkan
- daftar skala
prioritas
pengembang
an
- program
taraf
berikutnya
- tipe irigasi
sistem &
alternatif
sumber air
- potensi
daerah
yang akan
- usulan
pengembangan
irigasi
- program
pelanjutan
studi
- pola
pengembang
an
Produk akhir
- jika ekonomi
penting
lanjutkan dgn
studi
pengenalan
- Jika ekonomi
tak penting
lanjutkan dg
perencanaan
pendahuluan
- kumpulkan
data tambahan
unit kegiatan
berikutnya
- jika
pengembangan
layak dari
segi teknis,
lanjutkan
dengan studi
identifikasi
Kesimpulan
Rekomendasi
40 50 %
--
Derajat
ketelitian
41
c.
Pengenalan
Studi )
- analisis
frekuensi
banjir dan
kekeringan
- perkiraan
sedimen,
limpasan air
hujan, erosi
- neraca air
pendahuluan
Hidrologi
Tersedianya
air
- seperti b
tapi lebih
detail
- parameter
erencanaan
geologi
teknik
pendahuluan
unt stabilitas
pondasi &
lereng (tanpa
pemboran)
- menilai
tersedianya
bahan
bangunan
Aspek
Geoteknik
- buat garis
besar
perencanaan
dengan
sketsa tata
letak & uraian
pekerjaan dg
skala
1:25.000 atau
lebih
Perekayasaan
- spt pd b tp
lebih detail
- identifikasi
komponen
proyek
multisektor
dengan
instansi 2
yang
berwenang
- dampak
terhadap
lingkungan
Aspek
Multisektor
dalam hal-hal khusus studi pengenalan dapat diikuti dengan studi prakelayakan
- seperti b tapi
lebih detail
- pastikan
kecocokan
tanah untuk
pertanian
irigasi
- buat garis
besar
rencana
pertanian
- peta
kecocokan
tanah
berskala
1:250.000
tanah
Tanah
Pertanian
- ada survey
terbatas
- peta situasi
skala peta
1:10.000 dg
selang
kontur 1m
Kebutuhan
Peta
- perkiraan
biaya kasar
unit taraf
berikutnya
- isi laporan
studi
pengenalan
- lokasi
alternatif
bangunan
utama
- trase saluran
- tersedianya r
- dampak thdp
lingkungan
- kebutuhan
air
luas daerah
irigasi
tanaman &
jadwal tanam
- program
- pelaksanaan
- program
pegukuran &
penyelidikan
- masterplan
pengembang
an irigasi di
SWS
- ijin alokasi air
Produk akhir
- teruskan dgn
studi kelayakan
- kumpulkan
data tambahan
untuk studi
kelayakan
Kesimpulan
Rekomendasi
Biaya:
70%
Rekayasa
60%
Derajat
ketelitian
42
- peta situasi
skala 1:
5.000 dg
cara
terestis
atau
fotogrametr
is dg
pengambila
n foto
udara skala
1: 10.000
- peta situasi
skala 1:
2.000
unt
bangunanbangunan
besar
- penelitian
tanah
sedimentail
dan
kemampuan
tanah
dengan peta
skala
1:25.000
- rencana
pertanian
- studi tanah
pertanian
Tanah
Pertanian
- spt pada c
- studi
perimbangan air
sungai
- studi simulasi
mengenai
kebutuhan dan
tersedianya air
pada proyek
Hidrologi
Tersedianya
air
d. Studi
Kelayakan
Kebutuhan
Peta
- penyelidikan
geoteknik pada
lokasi
bangunan
-bangunan
utama dg
pemboran
- pengambilan
contoh tanah
sepanjang
trase
saluran & pd
lokasi
bangunan
- bahan
bangunan,
daerah
sumber
galian bahan,
penyelidikan
tempat galian
bahan
- uji lab.untuk
contoh2
Aspek
Geoteknik
- rencana
pendahuluan
tata letak
saluran,
bangunan
- tipe
bangunan
dg tipe-tipe
perencanaan
nya
- kapasitas
rencana
- cek trase
saluran &
elevasi
saluran setiap
400 m
- penentuan
garis
sempadan
saluran
- Rincian
volume
& Biaya
Perekayasaan
- spt pd c dg
studi
kelayakan
detail unt
komponen
proyek multi
sektor
Aspek
Multisektor
irigasi
- skala prioritas
& perkiraan
biaya
- program srvei
topografi
- analisis CostBenefit Ratio
dan Economic
Internal Rate
of Return
- kebutuhan air
- daerah yg
bisa diairi
- tata letak
jaringan
irigasi
perencanaan
pendahuluan
saluran &
bangunan
tipe
bangunan
- pemutakhiran
ijin alokasi air
- rincian
volume
& biaya
(BOQ) CostBenefit dan
Economic
Internal Rate
of Return
- analisis
dampak
Produk akhir
- dg tata letak
jaringan irigasi
& kelayakan yg
telah terbukti,
lanutkan dg
perencanaan
detail
- kumpulkan
data-2
tambahan
untuk
perencanaan
detail
- siapkan
pengukuran &
penyelidikan
detail
Kesimpulan
Rekomendasi
Biaya:
90%
Rekayasa
: 75%
Derajat
ketelitian
43
Tanah
Pertanian
Hidrologi
Tersedianya
air
Kebutuhan
Peta
pilihan guna
mengetahui
sifat2 teknik
tanah
Aspek
Geoteknik
pendahuluan
& perkiraan
biaya
Perekayasaan
Aspek
Multisektor
proyek
terhadap
lingkungan
Produk akhir
Kesimpulan
Rekomendasi
Derajat
ketelitian
44
Untuk
Studi
Pengenalan
tidak
dilakukan
pengukuran
aspek-aspek
(penyelidikan
Pendahuluan)
dan
kecocokan
tanah
(peta
kesimpulan-kesimpulan
tentang
ketujuh
persyaratan
utama
studi
kelayakan
adalah
untuk
menilai
kelayakan
pelaksanaan untuk proyek dilihat dari segi teknis dan ekonomis. Studi
kelayakan bertujuan untuk :
-
Topografi
Pengukuran tanah
Biaya pelaksanaan
pekerjaan
prasarana
yang
diperlukan
hanya
dapat
dibuat
3.3.
Tahap
Tahap Perencanaan
perencanaan
dimulai
setelah
diambilnya
keputusan
untuk
demikian halnya, maka boleh jadi diperlukan studi ulang atau penyelidikan
tambahan.
Kegiatan-kegiatan pada Studi Kelayakan juga banyak mencakup kegiatan.
Kegiatan yang dilakukan pada Taraf Perencanaan Pendahuluan.
Pengukuran
a. 1. Peta topografi
Program pemetaan dimulai dengan peninjauan cakupan, ketelitian dan
kecocokan peta-peta dan foto udara yang sudah ada. Lebih Ianjut akan
direncanakan pengukuran-pengukuran, pemotretan udara dan pemetaan
dengan ketentuan-ketentuan yang mendetail Biasanya akan dibuat sebuah
peta topografi baru yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi untuk
proyek-itu.
Peta topografi itu terutama akan digunakan dalam pembuatan tata letak
pendahuluan jaringan irigasi yang bersangkutan. Peta-peta topografi
dibuat dengan skala 1: 25.000 untuk tata letak umum, dan 1 : 5.000
untuk tata letak detail
Pemetaan topografi sebaiknya didasarkan pada foto udara terbaru,
dengan skala foto sekitar 1 : 10.000. Hal ini akan mempermudah
perubahan petapeta ortofoto atau mosaik yang dilengkapi dengan garisgaris ketinggian yang memperlihatkan detail lengkap topografi Seandainya
tidak belum tersedia foto udara dan pembuatan foto udara baru akan
meminta terlalu banyak biaya, maka sebagai gantinya dapat dibuat peta
terestris yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi .
Bila foto udara tersebut dibuat khusus untuk proyek, maka skalanya
adalah sekitar 1:10.000, digunakan baik untuk taraf perencanaan maupun
studi kelayakan. Biasanya pembuatan peta untuk proyek irigasi seluas
10.000 ha atau lebih, didasarkan pada hasil pemotretan udara.
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi
- peta situasi
skala 1:
5.000 dg
cara
terestis
atau
fotogrametr
is dg
pengambila
n foto
udara skala
1: 10.000
- peta situasi
skala 1:
2.000
unt
bangunanbangunan
besar peta situasi
skala 1:
5.000 dg
cara
terestis
atau
fotogrametr
is dg
pengambila
n foto
udara skala
1: 10.000
- pengukuran
tanah &
semidetail
dan
penelitian
kecocokan
tanah dgn
peta
1:25.000
- rencana
pertanian
- pola tanam
- kebutuhan
penyiapan
lahan
- persemaian
- pengolahan
Tanah
Pertanian
a.
PERENCANA
AN
PENDAHUL
UAN
Lokasi
Topografi
Hidrologi
dan
tersedianya air
- pengukuran
lapangan
-pengumpulan
data
tambahan
- perhittungan
neraca air
- kebutuhan
air
- tersedianya
air
- kebutuhan
rotasi
- kebutuhan
pembuang
- banjir
rencana
- penyediaan
geoteknik
terbatas lokasi
bangunan2
besar dengan
pemboran
- pengambilan
contoh
sepanjang trase
saluran dan
lokasi
bangunan
- bahan
bangunan,
penyelidikan
sumber bahan
galian &
timbunan
- uji lab.contoh2
yg dipilih guna
mengetahui
sifat2 teknik
tanah
- rumuskan
program
penyelidikan
detail
Aspek Geoteknik
- perencanaan
tata letak
akhir saluran
& bangunan
- tipe
bangunan
dg tipe
perencanaann
ya
- kapasitas
rencana
- cek trase dan
elevasi
saluran setiap
400 m
- Rincian
Volume
dan Biaya dan
perkiraan
biaya (awal)
- rumuskan
penyelidikan
model, jika
perlu
Perekayasaan
Aspek
Multisektor
Laporan
Perencanaan
pendahuluan
- peta topografi
dgn garis2
kontur, skala
1:25.000 dan
1:5000
- peta lokasi
bangunan2
besar skala
1:500
- peta
kemampuan
tanah
- analisis
tersedianya
air,
kebutuhan air
dan
kebutuhan
pembuang
- pola tanaman
- tata letak
akhir jaringan
irigasi dan
pembuang
skala
1:25.000 dan
1:5.000
- gambar-
Produk Akhir
- berdasarkan
tata letak
akhir,
lanjutkan dg
perencanaan
detail
- kumpulkan
data
tambahan
untuk
perencanaan
detail
- persiapan
penyelidikan
dan
pengukuran
detail
Kesimpulan &
Rekomendasi
Biaya:
90%
Rekayasa:
70%
Derajat
ketelitian
49
- pengukuran
trase
saluran
dengan
skala peta
1:2.000 dan
bangunan2
pelengkap
dg skala
1:200
-laporan akhir
- pola tanam
akhir
(definitif)
Tanah
Pertanian
b.
PERENCANA
AN AKHIR
(DETAIL)
- peta situasi
skala 1:
2.000
unt
bangunanbangunan
besar
Lokasi
Topografi
- perhitungan
akhir untuk
laporan
perencanaan
Hidrologi
dan
tersedianya air
- penyelidikan
geoteknik detail
dengan
pemboran, jika
perlu, untuk
lokasi
bangunan
utama, saluran,
bangunan,
sumber bahan
galian/timbuna
n
- parameter
perencanaan
geoteknik yang
dianjurkan
- perhitungan
akhir untuk
laporan
perencanaan
Aspek Geoteknik
- penyelidikan
model hidrolis
(jk perlu)
- tinjau dan
modifikasi
perencanaan
pendahuluan
menjadi
perencanaan
akhir
- perencanaan
detail,
gambar
perencanaan
Rincian
volume dan
biaya dan
Dokumentasi
Tender
- Laporan
Perencanaan
- Biaya dan
metode
pelaksanaan
Perekayasaan
Kerjasama dg
instansi2 unt
aspek2 yg
berhubungan
: jalan,
transmigrasi,
pertanian,
PEMDA
Aspek
Multisektor
gambar
perencanaan
pendahuluan
unt
bangunan
utama,
saluran &
bangunan
Laporan
Perencanaan
- semua
informasi
dan data
dasar
- perhitungan
perencanaan
- gambar2
pelaksanaan
- rincian
volume &
biaya
- perkiraan
biaya
- metode &
program
pelaksanaan
- dokumen
tender
- buku
petunjuk
E&P
Produk Akhir
- persiapan
pelaksanaan
- kumpulkan
data2
tambahan
unt
pelaksanaan
- pembebasan
tanah
Kesimpulan &
Rekomendasi
Biaya:
95%
Rekayasa
: 90%
Derajat
ketelitian
50
Perekayasaan 14
Perekayasaan 15
Penelitian
ini
juga
akan
mengumpulkan
data-data
mengenai
b. Perencanaan pendahuluan
Tujuan yang akan dicapai oleh tahap perencanaan pendahuluan adalah
untuk menentukan lokasi dan ketinggian bangunan-bangunan utama,
saluran
irigasi
dan
pembuang,
dan
luas
daerah
layanan
yang
Dalam
menentukan
keputusan-keputusan
di
atas,
sering
harus
Perekayasaan 16
pengukuran
ulang
ketinggian-ketinggian
penting
yang
Tata letak dengan skala 1: 25.000 dan presentasi detail dengan skala
1 : 5.000
Perekayasaan 17
Tipe-tipe bangunan
keperluan studi
kelayakan yang
mendukung
perencanaan
ketentuan
untuk
penyelidikan
hidrolis
model
dan
Tersedianya air
Kebutuhan air
Neraca air.
Perekayasaan 18
pendahuluan.
Tanggung
jawab
atas
persyaratan,
a. 2.
a. 3.
Pengukuran topografi
-
Geologi
Mekanika tanah
Perekayasaan 19
Pengukuran topografi
a. 2.
Perekayasaan 20
hasilnya
harus
siap
pakai
untuk
perencanaan.
Dari
awal
bangunan-bangunan
yang
direncanakan.
Akan
tetapi,
menyangkut
besar.
a. 3.
pondasi
bangunan-bangunan
Perekayasaan 21
model
akan membantu
akan
merupakan
tuntunan
bagi
perekayasa
yang
belum
merumuskan
program
dan
ketentuan-ketentuan
tes
dan
yang
jelas
mengenai
modifikasi
terhadap
perencanaan
perencanaan
akhir
merupakan
tahap
terakhir
dalam
Perekayasaan 22
Perekayasaan 23
4.
DATA,
PENGUKURAN
DAN
PENYELIDIKAN
UNTUK
PERENCANAAN IRIGASI
4.1.
Umum
ini
dikumpulkan menurut.
Persyaratan
seperti
pada tahap
Perencanaan Pendahuluan.
Dalam bab ini hanya akan dirinci data-data yang diperlukan untuk Tahap
Perencanaan.
Untuk
tahap-tahap
perencanaan
data-data
yang
Perekayasaan 24
catatan historis mengenai gejala ini terbatas hanya dari beberapa tahun
saja, atau bahkan tidak ada sama sekali. Penyelidikan di lapangan hanya
akan menghasilkan informasi mengenai gejala-gejala yang ada sekarang
pengetahuan mengenai hidrologi di daerah-daerah yang berdekatan dan
metode, metode perkiraan hidrologi yang sudah mapan akan merupakan
dasar untuk memperkirakan parameter hidrologi yang diperlukan.
Untuk informasi mengenai topografi dan keadaan geologi teknik
situasinya berbeda. Pengukuran-pengukuran khusus menjelang tahap
perencanaan akan dilakukan untuk memperoleh data-data yang diper.
lukan untuk perencanaan.
Ini
membuat
hasil
berbagai
studi
kelayakan
dapat
Perekayasaan 25
4.2.
Hidrometeorologi
4.2.1. Data
a.
Parameter
besar
parameter-parameter
hidrologi
di
atas
akan
b. Pencatatan data
Catatan informasi mengenai analisis hidrologi terdiri dari peta-peta, aliran
sungai dan meteorologi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari instansiinstansi yang disebutkan dalam Bab 3.
Adalah penting bagi perencana untuk memeriksa tempat-tempat
pencatatan data, memeriksa data-data yang terkumpul dan metode
Perekayasaan 26
melengkapi
catatan
data
dan
lebih
Tempat-tempat
pencatatan
akan
sedimentasi
dan
erosi
tanggul.
Perekayasaan 27
Total
Distribusi
musim
Harga-harga
tinggi
Double
massplot
Diluar tempat
pengukuran
yang
dijadikan
referensi
Distribusi tahunan
Isohet
Tahunan
Pengaruh
tinggian,
orografi
bulan/
ke
angin,
Parameter Perencanaan
Curah Hujan Efektif
Didasarkan pada curah
hujan minimum tengahbulanan, kemungkinan tak
terpenuhi 20%, dengan
distribusi frekuensi normal
atau log normal
Perekayasaan 28
transportasi/
perubahan
jika
seringnya terlalu
pendek
hujan lebat
Hujan lebat
Curah
hujan
sehari
maksimum
dengan
kemungkinan tak terpenuhi
20%,
4%-1%,
0,1%
dengan distribusi frekuensi
yang eksterm
4.2.3. Evaportanspirasi
Analisis mengenai evaporasi diperlukan untuk menentukan besarnya
evapotranspirasi tanaman yang kelak akan dipakai untuk menghitung
kebutuhan air irigasi dan, kalau perlu untuk studi neraca air di daerah
aliran sungai. Studi ini mungkin dilakukan bila tidak tersedia data aliran
dalam jumlah yang cukup.
Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah yang
berkenaan dengan :
-
Kelembapan relatif
Data
Parameter
Perencanaan
Perekayasaan 29
Dengan pengukuran
Jumlah rata-rata 10
evapotransiprasi
harian
atau
30
bulanan
atau minguan
Perhitungan
dengan
Temperatur kelembapan
relatif
yang sejenis
angin
sinar
matahari
Harga rata-rata
tengah bulanan,
atau rata-rata
mingguan
2%
4%
20%
Bangunan sementara
0,1%
20% - 4%
Elevasi air banjir dengan kemungkinan tak terpenuhi 0,1 % dipakai untu
mencek meluapnya air di bagian atas pangkal bangunan (dekzerk)
Perekayasaan 30
Jika saluran irigasi primer bisa rusak akibat banjir sungai, maka
perentase kemungkinan tak terpenuhi sebaiknya diambil kurang dari 4%,
kadang-kadang turun sampai 1%
Debit banjir ditetapkan dengan cara menganalisis
debit puncak, dan biasanya dihitung berdasarkan
hasil pengamatan harian tinggi muka air. Untuk
keperluan analisis yang cukup tepat dan andal,
catatan data yang
dipakai
harus
paling
tidak
Perekayasaan 31
Metode
1a
Analisis frekuensi
dengan distribusi
frekuensi eksterm
1b
Data
terbatas
(kurangh dari 20
tahun)
Analisis frekuensi
dengan metode debit
di atas ambang (peak
Parameter
Perencanaan
Debit puncak
dengan
kemungkinan tak
terpenuhi 20% - 4%
- 1% - 0,1%
Seperti pada 1a
dengan ketepatan
yang kurang dari itu
Seperti pada 1a
dengan ketepatan
yang kurang dari itu
Debit puncak
kemungkinan tak
terpenuhi
diperkirakan
Perekayasaan 32
1a
Catatan Debit
Metode
Data cukup
(20 tahun
atau lebih)
Analisis frekuensi
frekuensi normal
distribusi
Parameter
Perencanaan
Debit rata-rata
tengah bulan
dengan
kemungkinan tak
terpenuhi 20%
Perekayasaan 33
1b
Data terbatas
Data Minimal
atau tidak
ada
Data tidak
ada
4.3.
Seperti pada 1a
dengan ketelitian
kurang dari itu
Seperti pada 1b
dengan ketelitian
kurang dari itu
Seperti pada 1b
dengan ketelitian
kurang dari itu
Pengukuran
Perekayasaan 34
dimulai
di
dalam
Studi
ldentifikasi
sampai
tahap
perencanaan
pemecahan
yang
mungkin
adalah
pada
waktu
yang
Perekayasaan 35
Bila peta itu dibuat dengan cara pemetaan ortofoto, pada umumnya
skala peta diambil 1: 5000. Jika tidak, skala peta harus 1 : 2000 agar
peta tersebut dapat dipakai. untuk tujuan-tujuan perencanaan tersier.
Jika tidak, skala peta sebaiknya 1: 2000. Persyaratan Teknis untuk
Pengukuran Topografi (Bagian PT-02) dan Standar Penggambaran (KP 07) memberikan detail-detail yang lebih terinci.
Persyaratan untuk pembuatan peta topografi umum dirinci sebagai
berikut:
-
Potret bentuk tanah (landform), relief mikro dan bentuk fisik harus
jelas : ini akan langsung menentukan tata letak dan lokasi saluran
irigasi, saluran pembuang dan jalan.
Interval 0,5 m
Interval 1,0 m
berbukit-bukit 5 - 20 %
Interval 2,0 m
bergunung-gunung >20 %
Interval 5,0 m
Ketelitian planimetris:
Identifikasi lapangan dilakukan relatif sampai titik yang sudah
ditentukan di lapangan dan ketepatan peta sekitar 1 mm dapat
diterima.
Perekayasaan 36
titik
di
sungai.
Hasil-hasilnya
akan
digunakan
dalam
Perekayasaan 37
kontur pada interval 0,50 m. Peta itu juga harus memuat batas-batas
penting seperti batas-batas desa, sawah dan semua prasarananya. Di
situ harus pula ditunjukkan tempat-tempat titik tetap (benchmark) di
sekeliling daerah itu lengkap dengan koordinat elevasinya.
- Potongan memanjang sungai dengan potongan melintang setiap 50
m. Panjang potongan memanjang serta skala horisontalnya akan
dibuat sama dengan untuk peta sungai di atas skala vertikalnya 1:
200 atau 1 : 500, bergantung kepada kecuraman medan. Skala.
potongan melintangnya 1 : 200 horisontal dan 1 : 200 vertikal.
Panjang potongan melintang adalah 50 m ke masing-masing sisi
sungai. Elevasinya akan diukur pada jarak maksimum 25 m atau
untuk beda tinggi 0,25 m mana saja yang bisa dicapai lebih cepat.
-
Perekayasaan 38
Setelah
tata
letak
pendahuluan
selesai
(yang
didasarkan
dan
digambarkan pada peta topografi umum) trase saluran akan diukur dan,
dipetakan pada peta baru. Pengukuran ini merupakan dasar topografis
untuk perencanaan potongan memanjang saluran.
Sebelum membuat konsep persyaratan (spesifikasi) pengukuran saluran,
ahli irigasi akan melakukan pencekan lapangan, didampingi oleh ahli
geodetik dan ahli geoteknik. Tujuan pencekan lapangan ini adalah
menentukan lokasi yang tepat untuk trase saluran dan bangunanbangunan pelengkap.
Merancang persyaratan pengukuran akan menjadi tanggung jawab ahli
irigasi lagi karena dia sudah terbiasa dengan kepekaan dalam
perencanaan pendahuluan dan dialah yang tahu keadaan lapangan.
Pengukuran trase saluran biasanya mencakup jaringan irigasi maupun
pembuang.
Pengukuran trase saluran. (pengukuran strip) akan sebanyak mungkin
mengikuti trase saluran yang diusulkan pada tata letak pendahuluan.
Pengukuran ini akan meliputi jarak 75 m dari as saluran, atau bisa
kurang dari itu, menurut petunjuk ahli irigasi.
Pengukuran dan pemetaan ini meliputi pembuatan :
-
Perekayasaan 39
4.4.
Sebelum
dilakukan
penyelidikan
lokasi,
semua
informasi
Foto-foto udara
Perubahan kemiringan
Batu singkapan
Sesar
Perekayasaan 40
Batu singkapan
Perekayasaan 41
Yang disebut terakhir ini tidak hanya terbatas sampai pada bangunan
utama saja, tetapi harus dilakukan sampai hulu dan hilir dari lokasi ini.
Seluruh
informasi
akan
dievaluasi
dan
dituangkan
pada
peta
pendahuluan.
Perencanaan
penyelidikan
detail
akan
Perekayasaan 42
Perencanaan
tanah/batuan
Bendu
Daya dukung
ng
penurunan
atau
kemantapan
bendu
terhadap bahaya
ng
longsor
gerak,
kemantapan
bendu
terhadap
ng
bawah
karet,
tanah/ piping
bendu
kelulusan
ng
saringa
terhadap erosi
erosi
bawah
Bangu
Daya dukung
nan di
Kelulusan
salura
Kemantapan
terhadap
bawah tanah
Galian
Kemantapan
salura
lereng
n/
Kelulusan
timbun
permukaan
an
saluran
erosi
Perekayasaan 43
tanggu
Karakteristik
pemadatan
Tangg
Kemantapan
ul
lereng
banjir
penurunan
pemadatan
hasil-hasil
Pengetahuan
permukaan
penyelidikan
tentang
sampai
di
sifat-sifat
lapisan
lapangan
di
bawah
atas
dan
di
diperlukan
hingga
laboratorium.
dari
kedalaman
lapisan
tertentu,
Jumlah
lubang
bor
(jarak
yang
diperlukan)
sangat
Perekayasaan 44
mengenai
Peranan/kehadiran
tujuan-tujuan
ahli
demikian
teknis
ini
dari
sangat
penyelidikan
dibutuhkan
ini.
selama
penyelidikan berlangsung.
4.5.
Bahan bangunan
- Batu untuk pasangan, pasangan batu kosong dan batu keras untuk
batu candi
-
Bahan filter.
mengenai
adanya
bahan-bahan
bangunan
yang
cocok.
Perekayasaan 45
Batu kali (batu pejal dan keras), bila cocok dan tersedia dalam jumlah
yang
cukup,
merupakan
sumber
umum
bahan-bahari
bangunan
demikian. Apabila sumber ini tidak mencukupi atau letaknya terlalu jauh
dad tempat pelaksanaan, maka akan diusahakan lokasi alternatif
penggalian bahan. Untuk timbunan tanggul, biasanya bahannya digali
dari daerah di dekatnya. Untuk tujuan ini klasifikasi umum mengenai
sifat-sifat teknik tanah akan memberikan informasi yang cukup memadai
pada tahap studi proyek.
Selama dilakukannya penyelidikan detail geologi teknik. informasi
tentang jumlah/kuantitas yang dibutuhkan dan letak konstruksi harus
sudah tersedia. Apabila bahan timbunan untuk tanggul saluran yang
diambil dari trase saluran ditolak. maka secara khusus akan dilakukan
pencarian daerah penggalian yang lain. Usaha ini akan dipusatkan dalam
radius 1 km dari tempat konstruksi. Penyelidikan ini dilakukan dengan
menggunakan bor tanah dan sumuran uji.
Daerah galian sebaiknya diusahakan yang sitat
tanahnya homogen. Volume galian yang ada harus
paling
tidak
1,5
kali
volume
timbunan
yang
dasar
perencanaan
detail.
bahan
Perekayasaan 46
4.6.
(lihat
Bagian
PT
04,
Persyaratan
Teknis
untuk
model
berikutnya
dengan
menggunakan
dimaksudkan untuk :
-
bangunan
Perekayasaan 47
Jaringan saluran;
disertai
dengan
catatan/
rekaman
foto
dari
hasil-hasil
penyelidikan tersebut.
4.7.
Tanah Pertanian
Penyelidikan tanah dalam tahap studi hanya akan meliputi kegiatankegiatan pemeriksaan lapangan dan penyelidikan di laboratorium. Lokasi
akan dipilih berdasarkan peta-peta geologi dan peta-peta daerah yang
Perekayasaan 48
diperlukan pemetaan.
Perekayasaan 49
Perekayasaan 50
5.
PEREKAYASAAN
5.1
Perencanaan
akhir
dari
Tahap
Perencanaan.
Perekayasaan yang dibicarakan dalam bab ini hanya berkenaan dengan
perencanaan jaringan utama saja. Perencanaan petak tersier akan
dilakukan kemudian, berdasarkan gambaran batas-batas tersier serta
tinggi muka air rencana dari perencanaan jaringan utama.
umumnya
berlaku
untuk
seluruh
tahap
perencanaan
diketengahkan di sini.
Perekayasaan 51
tidak
dilakukan
Studi
Kelayakan)
dilanjutkan
pada
Perekayasaan 52
pendahuluan
disajikan
dalam
bentuk
laporan
akhir
dan
menunjukkan
dasar
pembenaran
rancangan irigasi pendahuluan serta menegaskan keandalan datadata yang dijadikan dasar. Uraian lengkap mengenai persyaratan
perencanaan pendahuluan diberikan dalam Bagian PT - 01,
Persyaratan Teknis untuk Perencanaan Jaringan Irigasi.
Walaupun tahap ini disebut "tahap perencanaan pendahuluan".
namun harus dimengerti bahwa hasil-hasilnya harus diusahakan
tepat dan sepraktis mungkin. Seluruh informasi yang ada harus
diolah dengan cermat dan dipakai dengan sebaik-baiknya. Usaha
yang
sungguh-sungguh
menghasilkan
dalam
perencanaan
taraf
akhir
pendahuluan
yang
bagus,
ini
akan
perencanaan
Perekayasaan 53
mengenai
digabungkan.
peta topografi
Kesahihan
dan
kemampuan
kesimpulan-kesimpulan
yang
tanah
sudah
lokasi
bangunan
utama
dengan
memperhatikan
tinggi
Pengecekan
lapangan
secara
intensif
diperlukan
untuk
Perekayasaan 54
mengenai
pengukuran
dan
penyelidikan
yang
akan
perencanaan
yang
lain,
membuat
perencanaan
pendahuluan dalam irigasi merupakan suatu proses yang berulangulang. Hasil tiap langkah perencanaan harus dicek dengan asumsiasumsi semula. Misalnya, mula-mula sudah dipikirkan untuk
mengairi suatu daerah secara keseluruhan, tetapi terbentur oleh
kenyataan bahwa hal ini memerlukan jaringan utama yang terlalu
tinggi dan memerlukan biaya yang teramat tinggi pula akibatnya
Perekayasaan 55
itu
harus
dicantumkan
dalam
laporan
perencanaan pendahuluan.
Contoh yang sudah diberikan tadi sebenarnya umum dalam
perencanaan irigasi dan menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh
menjadi tujuan tahap perencanaan pendahuluan. Perumusan dan
penemuan cara untuk memecahkan suatu masalah dengan baik
akan
sangat
bergantung
pada
pengalaman
dan
ketepatan
harus
didahulukan,
baru
kemudian
diambil
Perekayasaan 56
rencana
akhir
merupakan
taraf
akhir
dalam
perekayasaan teknik sipil jaringan irigasi. Pada tahap ini gambargambar tata letak, saluran dan bangunan akan dibuat menjadi
detail yang sudah jadi atau detail akhir.
Pada permulaan tahap perencanaan akhir, hasil-hasil pengukuran
dan penyelidikan terdahulu akan ditinjau kembali (lihat pasal
4.3.3). Perencanaan pendahuluan akan dicek dengan hasil-hasil
pengukuran trase saluran. As dan tinggi muka air saluran akan
dipastikan.
Apabila
peta
garis
tinggi
tidak
terlalu
banyak
detail
saluran
diselesaikan bersama-sama
dan
bangunan
akan
segera
yang berhubungan.
Perencanaan detail bangunan utama akan dilakukan segera
sesudah tinggi pengambilan dan debit rencana akan ditentukan.
Hasil-hasil penyelidikan geologi teknik dan penyelidikan dengan
model akan mendukung perencanaan bangunan utama.
Perekayasaan 57
Hasil
perencanaan
akhir
akan
disajikan
sebagai
laporan
Dipakai)
-
Biaya
-
Metode-Metode
Pelaksanaan
Untuk
Bangunan-Bangunan
Khusus
-
Dokumen Tender.
dan
hambatan-hambatan
eksploitasi
tersebut.
jaringan
irigasi
Perekayasaan 58
5.2.
Tersedianya Air
Neraca Air.
Pola tanam akhir yang akan dipakai untuk jaringan irigasi yang
sedang direncakan dan
Bidang
Parameter
Referensi
Neraca air
Kesimpula
n
Perekayasaan 59
Hidrologi
Meteorolo
gi
Tanah
Agronomi
Jaringan
irigasi
Topografi
Debit andalan
Pasal 4.2.5
Debit
minimum
mingguan
atau per
setengah
bulan
periode 5
tahun
kering pada
bangunan
utama
Evapotranspiras Bab 4 dan
Kebutuhan
i curah hujan Lampiran 2
bersih
efektif
irigasi
dalam
Pola
tanah Lampiran 2
l/dt.ha di
Koefisien
sawah
tanaman
Perkolasi
kebutuhan
penyimpanan
lahan
Efisiensi irigasi Lampiran 2
rotasi
Daerah layanan
Daerah
yang
berpotensi
untuk diairi
- Jatah
debit/
kebutuhan
- Luas
daerah
irigasi
- Pola
tanam
- Pengatura
n rotasi
Perekayasaan 60
dan
pengaruhnya
terhadap
pengambilan
yang
Meteorologi
Jaringan irigasi
Perekayasaan 61
a. Evaporasi
Bab 4.2 menguralkan cara penentuan evaporasi dan merinci
data-data yang dibutuhkan.
b. Curah hujan efektif
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah-bulanan
diambil 70 % dari curah hujan rata-rata mingguan atau tengahbulanan dengan kemungkinan tak terpenuhi 20 % (selanjutnya
lihat pasal 4.2).
Untuk proyek-proyek irigasi besar di mana tersedia data-data
curah hujan harian, hendaknya dipertimbangkan studi simulasi.
Hal ini akan mengarah pada diperolehnya kriteria yang lebih
mendetail
c. Pola tanam
Pola tanam seperti yang diusulkan dalam Tahap Studi akan
ditinjau dengan memperhatikan kemampuan tanah menurut
hasil-hasil survei. Kalau perlu akan diadakan penyesuaianpenyesuaian.
d. Koefisien tanaman
Koefisien
tanaman
diberikan
untuk
menghubungkan
Perekayasaan 62
proyek irigasi di daerah itlL Dalam Lampiran 2 diberikan hargaharga yang dianjurkan pemakaiannya.
e. Perkolasi dan rembesan
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Datadata mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian
kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan
bagian dari penyelidikan ini.
Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek, maka
pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah.
Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan
penggenangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hr. Di daerahdaerah miring perembesan dari sawah ke sawah dapat
mengakibatkan banyak kehilangan air. Di daerah-daerah
dengan kemiringan di atas 5 persen, paling tidak akan terjadi
kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
f. Penyiapan lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk
penyiapan lahan adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan
terutama dilakukan dengan peralatan mesin, jangka waktu satu
bulan dapat dipertimbangkan.
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa
diambil 200 mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan
penggenangan sawah; pada awal transplantasi akan
ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.
Angka 200 mm di atas mengandaikan bahwa tanah itu
"bertekstur berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum
bera (tidak ditanami) selama lebih dari 2,5 bulan. Jika tanah itu
dibiarkan bera lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai
Perekayasaan 63
Perekayasaan 64
5.3.
Tata letak
Perekayasaan 65
Sungai-sungai
dan
jaringan
pembuang
alamiah
dengan
Tata guna tanah yang sudah ada serta tanah-tanah yang tidak
bisa diolah, juga diidentifikasi pada peta kemampuan tanah;
Jaringan irigasi yang ada dengan trase saluran; bangunanbangunan tetap dan daerah-daerah layanan;
Perekayasaan 66
trase;
daerah-daerah
yang
dipakai
untuk
industri
dan
Keadaan utama fisik medan seperti sungai, anak sungai dan polapola pembuang alamiah harus dianggap sebagai batas proyek
irigasi atau batas dari sebagian proyek itu. Langkah pertama dalam
perencanaan tata letak adalah penentuan petak-petak sekunder.
Saluran sekunder direncana pada punggung medan (ridge) atau,
jika tidak terdapat punggung medan yang jelas, kurang lebih
diantara saluran-saluran pembuang yang berbatasan. Jalan-jalan
besar kereta api atau jalan-jalan raya boleh dianggap sebagai
batas-batas petak tersier.
Segera setelah batas-batas petak sekunder itu ditetapkan,
diadakanlah pembagian petak-petak tersier pendahuluan. Kriteria
mengenai ukuran dan bentuk petak-petak tersier, seperti yang
disinggung dalam Bab 2, hendaknya diikuti sebanyak mungkin
dengan
tetap
memperhitungkan
keadaan-keadaan
khusus
Perekayasaan 67
pembuang silang harus mendapat perhatian khusus. Bangunanbangunan dan pemakaiannya didaftar dalam Bab 2 dan uraiannya
diberikan di dalam Bagian KP - 04 Bangunan.
Tata letak pendahuluan yang dibuat seperti diterangkan di atas
akan berfungsi sebagai dasar untuk perencanaan pendahuluan
saluran.
Penyesuaian
tata
letak
sering
diperlukan
untuk
Perekayasaan 68
5.4.
Perencanaan Saluran
saluran
perkiraan
kerniringan
dasar
dan
potongan
Kemiringan
rnedan
utama
akan
memperlihatkan
Perekayasaan 69
Muka air harus cukup tinggi agar dapat mengairi sawahsawah yang letaknya paling tinggi di petak tersier.
P = A + a + b + c + d + e + f + g + Dh + Z
di mana :
P = muka air di saluran primer atau sekunder
D = elevasi di sawah
a = lapisan air di sawah, 10 cm
b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter kesawah 5 cm
c
Perekayasaan 70
Saluran tersier
Saluran kuarter
q
h
f
Sawah
c
H
h 100
h 70
I a / 00
A
L
Perekayasaan 71
ketinggian sawah,
0.90 H.
Perekayasaan 72
Akan tetapi hanya dalam hal-hal tertentu saja hal ini dapat
dilakukan. Gambar 5.2 menunjukkan beberapa pilihan tata letak
dalam keadaan seperti itu. Untuk saluran-saluran punggung (ridge
Perekayasaan 73
cara
pemecahan
(e)
ditunjukkan
cara
b. Trase
Perencanaan trase hendaknya secara planimetris mengacu kepada
:
-
Tinggi muka air tanah mendekati tinggi muka air rencana atau
sedikit lebih rendah
Perekayasaan 74
50
48
49
do
46
47
LEGENDA
45
50
49
Saluran Primer
Saluran Sekunder
50
Kampung
kemiringan
tanah
sedang
merupakan
Perekayasaan 75
alternatif
yang
baik
dari
segi
teknis
harus
pula
Perekayasaan 76
dapat
diairi
dari
saluran
primer.
Tetapi
biaya
timbunan;
lihat
Gambar
5.3.
Hal-hal
berikut
layak
dipertimbangkan.
-
Perekayasaan 77
menyebabkan
irigasi
dan
pembuatan
di
ruas
Saluran primer
32
Pembuang
Gorong - gorong
Daerah irigasi
Saluran primer
44
45
38
39
40
Saluran primer
Perlintasan lembah
Gambar 5.3. Trase saluran primer pada medan yang tidak teratur
c. Potongan Memanjang
Kemiringan memanjang ditentukan oleh garis-garis tinggi dan
lereng saluran akan sebanyak mungkin mengikuti garis ketinggian
tanah. Akan tetapi di sini keadaan tanah dasar (subsoil) dan
sedimen yang terkandung dalam air irigasi akan merupakan
hambatan. Bahaya erosi pada saluran tanah akan membatasi
kemiringan maksimum dasar saluran, di lain pihak sedimentasi
akan
membatasi
kemiringan
minimum
dasar
saluran.
Jika
Perekayasaan 78
tanah.
Ini
menyebabkan
sedimentasi;
konstruksi
sebaiknya
dihindari.
Kemiringan maksimum dasar saluran tanah ditentukan dari
kecepatan rata-rata alirannya. Kecepatan maksimum aliran yang
diizinkan akan ditentukan sesuai dengan karakteristik tanah.
Bahaya
terjadinya
sedimentasi
diperkecil
dengan
jalan
sedimen
di
tempat
(Sediment
Excluder)
persilangan
sungai
untuk
atau
membuang
tempat
lain
Perekayasaan 79
langkah 1.
Perekayasaan 80
Modifikasi
terhadap
rencana
bendung
bisa
lebih
Tentukan as saluran;
Alokasikan
kehilangan-kehilangan
energi
ke
bangunan-
bangunan;
-
0.1
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.8 1.0
Q dalam m3/dt
0.2
I R = 1.5 x10 -4
2.0 x10 -4
2.5 x10 -4
2.5 x10 -4
2.5 x10 -4
I R = 4.0 x10 -4
2.0
20
30
Perekayasaan
40 50
126
Lampiran I 14
5.5.
Perencanaan
Bangunan
Utama
Untuk
Bendung
Pemilihan
lokasi
bangunan
utama
sehubungan
dengan
Lampiran I 15
Menentukan
lokasi
bangunan
pengambilan
di
sungai
akan
Lampiran I 16
Mudah dicapai.
Tinggi medan
pengambilan
sungai
terdapat
tiga
kemungkinan
untuk
Lampiran I 17
Lampiran I 18
B a ta s h u lu
d a e ra h ir ig a s i
P e n g a m b ila n
L en gk un g pe ng em pangan
T in g g i m u k a
a ir r e n c a n a
K e m ir in g a n s a lu ra n
a
z
z
I.L
a - q
K em
z = K e h il a n g a n tin g g i e n e rg i
d i p e n g a m b ila n
a . P eny ada pan bebas
M .A
.B
M .A
.N
T an gg u
l b a n jir
K em
ir in g
b .
i.L
ir in g
an d
a sa r
sung
P eng em p angan
ai
T in g g i m u k a
a ir r e n c a n a
an d
a sa
r sun
gai
S ite b e n d u n g d e k a t d a e ra h ir ig a s i
T a n g g u l b a n jir
M .A .B
M .A .N
T in g
gi m
uk a
tana
K e m ir in g a n
s a lu ra n
h
T in g g i m u k a
a ir r e n c a n a
K em
ir in g
an d
a sa
z = K e h il a n g a n tin g g i e n e rg i
r sun
gai
d i p e n g a m b ila n
c . S ite b e n d u n g d ia n ta ra a d a n b
Lampiran I 19
b1
ai
ng
u
S
b2
d1
a . Bendung
b1 . Pembilas
b2 . Pengambilan utama
c . Kantong lumpur
d2
d1 . Pembilas
b2 . Pengambilan saluran primer
e . Saluran primer
c . Kantong lumpur
b. 1. Bangunan Pengambilan
Untuk membatasi masuknya pasir, kerikil dan batu, ambang
pintu
pengambilan
perlu
dibuat
dengan
ketinggian-
Lampiran I 20
- Debit
sungai
pada
umumnya
terlalu
kecil
untuk
a = D a sar sungai
= S u nga i rata-rata
= 0.5 - 1.50 m
d
z
n
t
= 0.15 - 0.25 m
= 0 .1 5 - 0.30 m
= 0.05 m
= 0.10 m
z
Q
h
d
b. 2. Pembilasan Sendimen
Apabila dibuat kantong lumpur, maka perlu diciptakan kecepatan
aliran yang diinginkan guna membilas kantong lumpur. Kehilangan
tinggi energi antara pintu pengambilan dan sungai di ujung saluran
bilas harus cukup. Bagi daerah-daerah dengan kondisi topografi
yang relatif datar diperlukan tinggi bendung lebih dari yang
diperlukan untuk pengambilan air irigasi saja, sehingga tinggi
bendung yang direncanakan dtentukan oleh
kebutuhan tinggi
Lampiran I 21
c. Kantong Lumpur
Walaupun
telah
diusahakan
benar-benar
untuk
merencanakan
Lampiran I 22
kantong
lumpur
dihitung
berdasarkan
perhitungan
ke
sawah-sawah.
Kapasitas
pengangkutan
sendimen
primer.
Penggeseran
lokasi
bendung
mungkin
Lampiran I 23
dari
yang
diperlukan
pada
ambang
yang
sama.
pada
lokasi
bangunan
utama
mungkin
juga
dipindahnya
trase
saluran
primer
untuk
keadaan
menghasilkan
dan
perkiraan
kriteria
lokasi
perencanaan
bendung.
di
atas
akan
Keadaan-keadaan
Lampiran I 24
Bila
sungai
mengangkut
sedimen,
semua
pengambilan
Lampiran I 25
antara
potongan
memanjang
sungai
dengan
tinggi
Lampiran I 26
Pengukuran topografi
Lampiran I 27
hasil-hasil
serta
kesimpulan-kesimpulan
dari
taraf
Lampiran I 28
LAMPIRAN
Lampiran III
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 RUMUS BANJIR EMPIRIS
A.1.
Metode Rasional
Qn = b qn A
.. (A.1.1)
Dimana
Qn
qn
Metode Melchior untuk luas daerah aliran sungai lebih dari 100
km
Lampiran III
15
Lampiran III
16
Kelompok
hidrologis tanah
C
D
Tanah Penutup
Hutan lebat (vegetasi dikembangkan dengan
0,60
0,70
baik)
0,65
0,75
0,75
0,80
terutama
terdiri
dari
tanah-tanah
yang
lapisannya
menghalangi gerak turun air atau tanah dengan tekstur agak halus
sampai halus. Tanah-tanah ini memiliki laju infiltrasi air yang
sangat lambat.
Kelompok D : (Potensi limpasan air hujan tinggi)
Tanah dalam kelompok ini memiliki laju infiltrasi sangat rendah
pada waktu tanah dalam keadaan sama sekali basah, dan
terutama terdiri dari tanah lempung dengan potensi mengembang
yang tinggi, tanah dengan muka air-tanah yang tinggi dan
permanen, tanah dengan lapis lempung penahan (claypan) atau
Lampiran III
17
q =
.....( A.1.2)
qn = 2,31 x
240
= 2,77 m 3 / dt.km 3
200
.... ( A.1.3)
Lampiran III
20
F =15
1 00
18
20
25
30
1 50
15
40
50
2
4
6
10
2 00
75
2 50
1 00
15
20
25
3 00
4 00
10
5 00
7 50
S ah ih /b erlaku untuk
c u ra h h u ja n s ehari R(1)
d a ri 2 00 m /hari
F=0
1 50
40
2 00
50
2 50
3 00
75
1 00
4 00
1 50
1 000
5 00
2 00
1 500
2 000
2 500
7 50
1 000
3 00
4 00
5 00
1 500
2 000
2 500
3 500
5 000
7 500
7 50
1 000
1 500
2 000
2 500
3 500
5 000
3 500
5 000
7 500
1 0000
F=0
50
1 00
5 00
1 000
2 500
5 000
1 0000
1 0000
1 0000
0 15 30 45 60 1
2
La m a n y a d alam jam
9 1 0 11 12 1 3 1 4
4
F=0
50
1 00
F=0
5 00
5 00
2 500
5 000
7 500
1 0000
1 00
1 000
2 500
5 000
1 0000
1 4 15 16 1 7 1 8 19 2 0 2 0 2 2 24 25 2 8 3 0 3 2 34 3 6 3 8 4 0 4 2
44 46 4 8
La m a n y a d alam jam
Lampiran III
19
1 3 .8 k m
1 3 .8 k m
2 0 .0 k m
+ 750 m
2 0 .0 k m
+ 700 m
H = 600 m
+ 100 m
+ 0 m
0 .1 L
0 .9 L
L = 50 km
Lampiran III
20
(A.1.4)
Dimana :
Tc = waktu konsentrasi, jam
L
= panjang sungai, km
Q = debit puncak, m3 / dt
I
Lampiran III
f. Hitunglah
waktu
konsentrasi
Tc
untuk
Qo
21
dengan
persamaan (A.1.4)
g. Ulangi lagi langkah langkah d dan e untuk harga To baru
yang sama dengan Tc sampai aktu konsentrasi yang sudah
diperkirakan dan dihitung mempunyai harga yang sama
h. Hitunglah debit puncak untuk harga akhir T.
To
To
Km3
Jam
Km2
Jam
100
7,0
500
12,0
150
7,5
700
14,0
200
8,5
1.000
16,0
300
10,0
1.500
18,0
400
11,0
3.000
24,0
Lampiran III
Qn = qn A
22
..(A.1.5)
Dimana:
= 1-
4 .1
q+7
(A.1.6)
t +1
A
t +9
120 + A
120 +
=
qn =
.(A.1.7)
Rn 67.65
240 t + 1.45
(A.1.8)
..(A.1.9)
Dimana :
= debit banjir (m3/dt) dengan kemungkinan tak terpenuhi
Qn
n%
Rn =
curah
hujan
harian
maksimum
(mm/hari)
dengan
Lampiran III
23
untuk
menghitung
besarnya
debit
Qc
(=Q
Konsentrasi)
c. Ulangi lagi perhitungan untuk harga baru Qo sama dengan Qc
di atas
d. Debit puncak ditemukan jika Qo yang diambil sama dengan Qc
A.1.2.1.
juga
dapat
disederhanakan
dengan
Lampiran III
24
L = 1,904 A0,5
. (A.1.10)
Pada
Gambar
A.13
sampai
. (A.1.11)
A.1.7
diberikan
penyelesaian
Lampiran III
100
90
80
70
60
R = 80 mm
50
40
1=
0.0
001
0.0
002
0.0
0
0.0 03
005
0.0
01
0.0
0
0.0 2
0.0 03
05
0.0
1
0.0
2
0.0
3
0.1 0.05
30
20
10
9
8
7
6
5
A dalam km2
4
3
4 5 6
8 10
Q dalam m3/dt
20
2
30 40 50 60 80 100
25
Lampiran III
100
90
80
70
60
26
R = 120 mm
50
40
0.0
001
0.0
002
0.0
0
0.0 03
005
0.0
0
0.0 1
0.0 02
0.0 03
0
0.0 5
1
0.0
2
0.0
0.1 0.30
5
30
1=
20
10
9
8
7
6
5
A dalam km2
4
3
4 5 6
8 10
20
Q dalam m3/dt
30 40 50 60 80 100
200 300
Lampiran III
100
90
80
70
60
50
27
R = 160 mm
40
1=
0 .0
001
0.0
002
0 .0
0
0 .0 0 3
005
0 .0
01
0.0
0
2
0.0
0 .0 0 3
0
0.0 5
1
0.
0. 02
0.003
0 .1 5
30
20
10
9
8
7
6
5
A dalam km2
4
3
8 10
20
30 40 50 60 80 100
200
300 400
Q dalam m3/dt
Lampiran III
100
90
80
70
60
28
R = 200 mm
50
40
1=
0 .0
001
0 .0
0.0 002
0
0 .0 0 3
005
0 .0
01
0.
0.0002
0 .0 0 3
0 .0 0 5
1
0.
0.002
0. 3
0.105
30
20
10
9
8
7
6
5
A dalam km2
4
3
8 10
20
30 40 50 60 80 100
200
Q dalam m3/dt
Lampiran III
100
90
80
70
60
50
29
R = 240 mm
40
1=
0.0
001
0. 0
0
0.0 02
0
0.0 03
005
0. 0
01
0. 0
0.0 02
0.0 03
05
0. 0
0. 0 1
0 2
0. .03
0.105
30
20
10
9
8
7
6
5
A dalam km2
4
3
1
10
20
30 40 50 60 80 100
200
300 400
600 800
Q dalam m3/dt
Lampiran III
1 + 0,012 f 0, 7
1 + 0,075 f
..(A.1.12)
t + (3,7 x10 0, 4t ) f 4
= 1+
x
(t 2 + 15)
12
1
(A.1.13)
..(A.1.14)
Rt
3,6t
..(A.1.15)
Rt = S xU
..(A.1.16)
Keterangan:
t
q =
R =
Sx =
simpangan baku
U =
Rt =
Rt =
t.R24
t + 1 0,0008(260 R24 )(2 t ) 2
..(A.1.17)
30
Lampiran III
31
t.R24
t +1
..(A.1.18)
Rt = 0,707.R24 t + 1
..(A.1.19)
keterangan:
t
Lampiran III
metode
indeks,
mengasumsikan
bahwa
32
besarnya
Lampiran III
33
Lampiran III
34
Lampiran III
3. Besarnya
hidrograf
banjir
dihitung
dengan
35
mengalikan
A.1.5.
USA
Cara ini dikembangkan dari berbagai data pertanian dan hujan,
dengan rumus:
Q=
( I 0,2 S ) 2
I + 0,8S
keterangan:
Q = debit aliran permukaan (mm)
I
dievaluasi
berdasarkan
kelembaban
tanah
25400
254
CN
Perlakukan
Kondisi
Kelompok Jenis
Penutup
Terhadap Tanaman
Hidrologi
Tanah
A
- Belum Ditanami
Berjajar lurus
77
86
91
94
Lampiran III
- tanaman berjajar
36
Berjajar lurus
Jelek
72
81
88
91
Berjajar lurus
bagus
67
78
85
89
Dengan kontur
Jelek
70
79
84
88
Dengan kontur
Bagus
65
75
82
86
Dengan teras
Jelek
66
74
80
82
Dengan teras
bagus
62
71
78
81
- tanaman
Berjajar lurus
Jelek
65
76
84
88
berbutir
Berjajar lurus
bagus
63
75
83
87
(jagung,
Dengan kontur
Jelek
63
75
83
87
gandum, dan
Dengan kontur
Bagus
63
74
81
85
lain-lain
Dengan teras
Jelek
61
72
79
82
Dengan teras
bagus
59
70
78
81
Berjajar lurus
Jelek
66
77
85
89
legunne (petai
Berjajar lurus
bagus
58
72
81
85
cina, turi)
Dengan kontur
Jelek
64
75
83
85
Dengan kontur
Bagus
55
69
78
83
Dengan teras
Jelek
63
73
80
83
Dengan teras
bagus
51
67
76
80
Jelek
68
79
86
89
Sedang
49
69
79
84
39 61
74
80
- tanaman
- padang rumput
untuk gembala
Bagus
Dengan kontur
Jelek
47
67
81
88
Dengan kontur
Sedang
25
59
75
83
Dengan kontur
baik
35
70
79
- tanaman rumput
bagus
30
58
71
78
- pepohonan
jelek
45
66
77
83
Sedang
36 60
73
79
baik
25 55
70
79
59
74
82
86
74
84
90
92
- pertanian lahan
kering
- Jalan raya
Uraian
Tingkat
Jenis
Infiltrasi
Tanah
(mm/jam)
Lampiran III
37
8 12
48
14
0 -1
Kondisi
Group
Hidrologi
Jelek
0.89
1.09
1.12
Bagus
0.86
1.09
1.14
Jelek
0.86
1.11
1.16
Tanaman berbutir
Bagus
0.84
1.11
1.16
tanaman rumput
Putaran
0.81
1.13
1.18
padang rumput
bagus
0.64
1.21
1.31
tanaman berjajar
tanaman berjajar
Tanaman berbutir
Lampiran III
pohon keras
Bagus
0.45
1.27
1.40
bagus
Faktor Pengubah CN
untuk Kondisi II
menjadi
Kondisi
Kondisi II
Kondisi I
Kondisi III
10
0.40
2.22
20
0.45
1.85
30
0.50
1.67
40
0.55
1.50
50
0.62
1.40
60
0.67
1.30
70
0.73
1.21
80
0.79
1.14
90
0.87
1.07
100
1.00
1.00
Musim
Musim
Kering
Tanam
Hujan rendah
< 13
< 36
II
Rata-rata dari
13 - 28
36 53
38
Lampiran III
39
kedalaman banjir
tahunan
III
Hujan tinggi
> 28
> 53
L
TR = 0,43
+ 1,0665SIM + 1,2775
100 SF
keterangan:
TR
= waktu naik(jam)
SF
Lampiran III
40
Lampiran III
41
Keterangan :
QP
JN
TR
Keterangan :
TB
TR
SN
= frekuensi
sumber
yaitu
perbandingan
antara
Lampiran III
42
Keterangan :
Lampiran III
43
Lampiran III
Lampiran
44
A.3.1
Curah hujan
antar
tempat
pengukuran
akan
diperbandingkan.
Menjelang penentuan parameter perencanaan akan
ada lebih banyak studi umum mengenai curah hujan
(tinggi curah hujan) di daerah aliran sungai. Jumlah
curah hujan tahunan serta distribusinya untuk setiap
bulannya akan ditetapkan. Hal-hal yang sifatnya
musiman dan variasi sepanjang tahun/bulan maupun
tempat
akan
ditentukan.
Perbedaan-perbedaan
Lampiran III
45
50
1940
40
1945
1945
30
1950
1955
1960
1950
Perubahan lokasi
/exposure
alat penakar
pada tahun 1951
1955
20
10
0
0
10
20
30
40
50 0
Akumulasi kelompok curah hujan
rata-rata dalam meter
1955
1965
10
Kesalahan pencatatan
selama tahun 1954
1960
20
30
40
50
Lampiran III
46
An-1
A2
An
A1
R1
R n-1
R n-2
R2
Isohet curah hujan
normal tahunan
Jumlah
yang
diperlukan
sangat
daerah
yang
berbukit-bukit/bergunung-
Lampiran III
47
ketepatan
dan
kesahihan
transposisi
Lampiran III
48
frekuensi
sebaiknya
dilakukan
dengan
Lampiran III
49
Lampiran III
50
Para
mete
li
pere
ncan
aan
s
&
e
v
a
l
u
a
s
i
Cura
huja
ri
efekti
Berd
asark
an
curah
huja
rata2
teng
ah-
bulan
an,ke
Lampiran III
51
c
u
r
a
h
h
u
j
a
n
l
e
b
a
t
A.3.2
Banjir Rencana
pengamatan lapangan
Lampiran III
52
sembarang
q0,
dapat
diketahui.
Ini
Lampiran III
53
Q / MAF
1
2
5
10
Periode ulang dalam tahun
20
50
100 200
500
Lampiran III
Kurangnya
dijumpai
data
dan
banjir,
keadaan
perencanaan
yang
irigasi,
54
umum
berakibat
dikembangkannya suatu hubungan curah hujanlimpasan air hujan yang didasarkan pada rumus
rasional berikut :
.(A.3.2)
di mana :
Q = debit banjir (puncak), dalam m3/dt
= koefisien limpasan air hujan
= koefisien pengurangan luas daerah hujan
q = curah hujan, m3/dt.km2
A = luas daerah aliran sungai, km2
metode
tersebut
telah
menghasilkan
Lampiran III
55
puncak
yang
didapat
mungkin
sangat
A.3.3
Debit Andalan
A.3.3.1 Umum
Lampiran III
56
neraca air,
pengamatan lapangan.
Debit andalan pada umumnya dianalisis sebagai
debit rata rata untuk periode tengah-bulanan.
Kemungkinan tak terpenuhi ditetapkan 20% (kering)
untuk menilai tersedianya air berkenaan dengan
kebutuhan pengambilan (diversion requirement).
Dalam
menghitung
debit
andalan
harus
perlu
ada
suatu
metode
lain
sebagai
pembanding.
dengan
memperhatikan
perubahan
Lampiran III
57
frekuensi
setiap
ratarata
tengah-bulanan
tersebut.
yang
telah
dihitung
memulai
kurve/lengkung
manganalisis
debit,
data
metode
debit,
metode
tempat
pengukuran
di
sungai
akan
perbandingan
debit
tahunan.
Selidiki
perkembangan
Lampiran III
58
mempengaruhi aliran yang lebih rendah di tempattempat pengukuran di hilir; catatan debit akan
dikoreksi untuk abstraksi (ringkasan) ini.
A.3.3.3
Neraca air
curah
kelembapan
hujan
tanah
bulanan,
dan
evapotranspirasi,
tampungan
air
tanah.
yang
relatif
sederhana
untuk
Lampiran III
59
parameter
disederhanakan.
daerah
aliran
Memberikan
sungai
yang
harga-harga
yang
diperlukan
pengetahuan
yang
luas
Mock
memperhitungkan
data
curah
hujan,
di
daerah
studi
maka
proses
pembandingan
akan
Lampiran III
precipitation
limited
evapotranspiration
soil storage
60
base flow
water surplus
direct runoff
infiltrattion
interflow
river flow
ground water
storage
Lampiran III
61
Et = Ep E
m
E = Ep x x (18 n )
20
Dengan:
E
Et
3.
Lampiran III
62
besar
kemungkinan
daerah
akan
pengaliran
semakin
besar
dari
pula
suatu
aliran
ketersediaan
debitnya.
5. Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC)
Soil Moisture Capacity adalah kapasitas kandungan air pada
lapisan tanah permukaan (surface soil) per m2. Besarnya
SMC untuk perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan
berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah permukaan dari
DPS. Semakin besar porositas tanah akan semakin besar
pula SMC yang ada.
Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm
sampai dengan 200 mm.
Persamaan yang digunakan untuk besarnya kapasitas
kelembaban tanah adalah:
= Kelembaban tanah
As =
Lampiran III
63
Air hujan
hujan
yang
mencapai
permukaan
tanah
dapat
As = P Et
keterangan:
As = air hujan yang mencapai permukaan tanah
P = curah hujan bulanan
Et = Evapotranspirasi
7.. Kandungan air tanah
Besar kandungan tanah tergantung dari harga As. bila
harga As negatif. maka kapasitas kelembaban tanah akan
berkurang dan bila As positif maka kelembaban tanah akan
bertambah.
8. Aliran dan Penyimpangan Air Tanah (run off dan Ground
water storage)
Nilai
run
off
dan
ground
water
tergantung
dari
Lampiran III
64
harus
ditentukan
penyimpanan
awal
(initial
yang
digunakan
dalam
perhitungan
Lampiran III
65
Aliran permukaan
Aliran sungai
Debit andalan =
Aliransung ai x LuasDAS
1bulan dalam det ik
4. Run off =
Lampiran III
66
Lampiran III
75
Lampiran III
76
2. Metode NRECA
Cara perhitungan ini sesuai untuk daerah cekungan yang setelah
hujan berhenti masih ada aliran air di sungai selama beberapa
hari. Kondisi ini terjadi bila tangkapan hujan cukup luas. Secara
diagram prinsip metode Nreca dapat digambarkan sebagai
berikut :
evaporasi (mm)
hujan (mm)
SIMPANAN KELENGASAN
(moisture storage)
lapisan tanah (0 - 2 M)
aliran langsung
(m3/dt)
imbuhan ke air
tanah (mm)
SIMPANAN AIR TANAH (AQUIFER)
(ground water storage)
lapisan tanah (2 - 10M)
DEBIT TOTAL
2.
3.
4.
5.
Lampiran III
77
nilai pada bulan Desember , jika selisih nilai melebihi 200 mm,
harus di ulang lagi.
6.
Wi =
Wo
No min al
Nominal
= 100 + 0.2 Ra
Ra
7.
Rasio Rb/PET
8.
Rasio AET/PET
AET
9.
AET
Koef. Reduksi
(m/Km)
10.
0 - 50
0,9
51 - 100
0,8
101 - 200
0,6
> 200
0,4
Lampiran III
11.
78
12.
13.
14.
15.
16.
Tampungan air tanah akhir = tamp. air tanah + tamp. air tanah
awal (kolom 14 + 15)
17.
Aliran air tanah = GWF x tampungan air tanah akhir (kolom 16)
GWF adalah parameter yang menggambarkan karakteristik
tanah permukaan (kedalaman 2 - 10) yang nilainya 0.8 untuk
tanah kedap air dan 0.2 untuk tanah lulus air.
Lampiran III
79
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0,2
0,6
0,4
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
1,6
1,2
0,8
Storage Ratio
0,8
4
0,
0,
0
AET/PET
0,6
0,4
0,2
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
Lampiran III
18.
80
19.
dalam mm
Aliran total dalam kolom 19 dalam mm diubah ke dalam satuan
20.
perhitungan
bulan
berikutnya
diperlukan
nilai
tampungan
Vj + 10 A Rj
Dengan :
Vb = volume air yang dapat mengisi kolam waduk selama musim hujan
(m3)
Vj
Rj
Lampiran III
81
hasil-hasil
model.
Pada
waktu
jangka
waktu
lama,
model
karena
hal
ini
akan
harus
diperlakukan
dengan
hati-hati.
A.3.3.4
Pengamatan lapangan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Penyempurnaan KP.01
1. Bab 1.1. Umum. Hal. 1.1. baris 2
Semula : Direktorat Jenderal Pengairan
Pembetulan : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
2. Hal. 1.2. baris 7
Semula
Penyempurnaan :
Penyempurnaan :
3. Gambar 3.1.
Pengenalan
dan
klasifikasi proyek
Sosialisasi konsultasi
publik + Pemerintah
Kabupaten
Penyempurnaan :
Penyempurnaan :
Penelitian ini juga akan mengumpulkan datadata mengenai permeabilitas / kelulusan dan
perkolasi tanah untuk dipakai sebagai bahan
masukan bagi perhitungan kebutuhan air irigasi.
Penyempurnaan :
Penelitian ini juga akan mengumpulkan datadata mengenai permeabilitas / kelulusan dan
perkolasi tanah untuk dipakai sebagai bahan
masukan bagi perhitungan kebutuhan air irigasi
dan informasi kedangkalan muka air tanah guna
mencegah terjadinya water logged soil dan
perhitungan sub surface drainage.
7. Hal. Lampiran I-5, baris 12, bab A.1.1.1. Koefisien limpasan air hujan
Semula
Penyempurnaan :
Penyempurnaan KP.02
1. Hal II-2, alinea g baris 2, bab 2.1. Pendahuluan
Semula
Penyempurnaan :
Tabel A.2.3
Bulan
ETo
WLR
C1
C2
C3
ETc
NFR
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)1)
LP
1,1
LP
LP
LP
LP
13,72)
13,7
10,13)
10,1
Nov
1
2
5,1
2,0
2,0
Des
1
2
4,3
2,0
3,6
Jan
1
2
4,5
2,0
3,8
1,7
1,7
1,1
1,05
1,1
1,1
1,1
1,08
5,04)
4,9
4,85)
4,8
Feb
1
2
4,7
2,0
4,1
1,7
1,7
1,05
0,95
1,05
1,05
1,05
1,0
4,9
4,7
4,5
4,3
Mar
1
2
4,8
2,0
5,0
0,95
0
0,48
0
2,3
0
0
0
Apr
1
2
4,5
2,0
5,3
LP
1,1
LP
LP
LP
LP
12,36)
12,3
7,07)
7,0
Mei
1
2
3,8
2,0
5,1
1,7
1,7
1,1
1,05
1,1
1,1
1,1
1,08
4,2
4,1
2,8
2,7
Jun
1
2
3,6
2,0
4,2
1,7
1,7
1,05
0,95
1,05
1,05
1,05
1,0
3,8
3,6
3,3
3,1
Jul
1
2
4,0
2,0
2,9
0,95
0
0,48
0
1,9
0
0
0
Agt
1
2
5,0
2,0
2,0
Sep
1
2
5,7
2,0
1,0
5,7
2,0
1,0
Okt
1
2
5,1
2,0
2,0
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Tabel A.2.4
Bulan
ETo
WLR
C1
C2
C3
ETc
NFR
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)1)
5,1
2,0
2,0
Nov
1
2
LP
1,1
LP
LP
LP
LP
LP
LP
10,72)
10,7
7,03)
7,0
2,2
1,1
1,05
1,1
1,1
LP
1,1
LP
1,08
10,7
4,94)
7,0
5,35)
4,1
2,2
1,1
1,05
0,95
1,05
1,05
1,1
1,05
1,07
1,02
5,0
4,8
5,1
3,8
2,0
5,0
1,1
0,95
0
1,05
0,95
0,67
0,32
3,2
1,6
1,3
0
2,0
5,3
LP
LP
0
LP
0
LP
0
9,46)
0
4,37)
1,1
1,1
LP
1,1
LP
LP
LP
LP
9,4
9,4
4,3
4,3
2,2
2,2
1,05
1,05
1,1
1,05
1,1
1,1
1,08
1,07
3,9
3,9
3,9
3,9
1,1
1,1
0,95
0
1,05
0,95
1,05
1,05
1,02
0,67
4,1
2,7
4,3
2,9
0,95
0
0,32
0
1,6
0
0
0
Des
1
2
4,3
2,0
3,6
Jan
1
2
4,5
2,0
3,8
Feb
1
2
4,7
2,0
Mar
1
2
4,8
Apr
1
2
4,5
Mei
1
2
3,8
2,0
5,1
Jun
1
2
3,6
2,0
4,2
Jul
1
2
4,0
2,0
2,9
Agt
1
2
5,0
2,0
2,0
Sep
1
2
5,7
2,0
1,0
Okt
1
2
5,7
2,0
1,0
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Bulan
T 1,5 bulan
NFR
DR
mm/hari
l/dt.ha
Nov
1
2
Des
1
2
10,1
10,1
1,80
1,80
7,0
7,0
1,25
1,25
Jan
1
2
4,9
4,8
0,87
0,85
7,0
5,3
1,25
0,94
Feb
1
2
4,5
4,3
0,80
0,77
5,1
3,8
0,91
0,68
Mar
1
2
0
0
0
0
1,3
0
0,23
0
Apr
1
2
7,0
7,0
1,25
1,25
0
4,3
0
0,77
Mei
1
2
2,8
2,7
0,50
0,48
4,3
4,3
0,77
0,77
Jun
1
2
3,3
3,1
0,59
0,55
3,9
3,9
0,69
0,69
Jul
1
2
0
0
0
0
4,3
2,9
0,77
0,52
Agt
1
2
0
0
0
0
Sep
1
2
1
2
Okt
1) T
2) NTR
3) DR
Bulan
(1)
G1 1)
(2)
G2 2)
(3)
Nov
1
2
Des
1
2
10,1
10,1
10,1
Jan
1
2
4,9
4,8
10,1
4,9
Feb
1
2
4,5
4,3
Mar
1
2
Apr
G3
(4)
G 3)
(5)
DR 4)
(6)
3,7
6,7
0,60
1,20
10,1
10,1
8,4
6,6
1,49
1,18
4,7
4,5
4,8
4,7
4,7
4,5
0,83
0,80
0
0
3,5
0
3,7
3,5
2,4
1,2
0,43
0,80
1
2
7,0
7,0
0
6,9
0
0
2,3
4,6
0,42
0,83
Mei
1
2
2,8
2,7
6,9
2,8
6,7
6,7
5,5
4,1
0,97
0,72
Jun
1
2
3,3
3,1
3,5
3,5
3,5
3,4
3,4
3,3
0,61
0,59
Jul
1
2
0
0
4,8
0
5,0
4,8
3,3
1,6
0,58
0,28
Agt
0,4
0,1
0,02
1)
2)
3)
4)
Sep
1
2
Okt
1
2
NFR G1 :
NFR G2 :
NFR G :
DR
:
1)
2)
G1
(2)
G2
(3)
NFR
G3
(4)
Nov
1
2
Des
1
2
10,1
10,1
10,1
1
2
4,9
4,8
10,1
4,9
10,1
10,1
Feb
1
2
4,5
4,3
4,7
4,5
Mar
1
2
0
0
Apr
1
2
Mei
1
2
Jan
G4
(5)
G3)
(6)
DR4)
(7)
2,5
5,1
0,45
0,90
10,1
6,3
7,5
1,12
1,33
4,8
4,7
10,1
4,8
6,0
4,6
1,07
0,81
3,5
0
3,7
3,5
3,9
3,7
2,8
1,8
0,49
0,32
7,0
7,0
0
6,9
0
0
2,9
0
2,5
3,5
0,44
0,62
2,8
2,7
6,9
2,8
6,7
6,7
0
7,2
3,7
4,9
0,66
0,68
1)
2)
3)
4)
Jun
1
2
3,3
3,1
3,5
3,5
3,5
3,4
7,2
3,5
4,4
3,4
0,78
0,60
Jul
1
2
0
0
4,8
0
5,0
4,8
5,1
5,0
3,7
2,5
0,66
0,44
Agt
1
2
0,4
0
6,7
4,1
1,8
1,0
0,32
0,18
Sep
1
2
Okt
1
2
NFR G1
NFR G2
NFR G
DR
:
:
:
:
Bulan
(1)
Nov
Des
Jan
Feb
G11)
(2)
G22)
(3)
G3
(4)
G4
(5)
1
2
11,3
1
2
11,3
4,8
10,1
10,1
10,1
1
2
4,9
4,6
4,9
4,8
10,1
4,9
10,1
10,1
1
2
4,3
0
4,5
4,3
4,7
4,5
4,8
4,7
G5
(6)
G3)
(7)
DR4)
(8)
2,3
0,40
4,3
5,0
0,76
0,89
10,1
6,0
6,9
1,07
1,23
10,1
4,8
5,7
3,7
1,01
0,65
1)
2)
3)
4)
Mar
1
2
0
7,3
0
0
3,5
0
3,7
3,5
3,9
3,7
3,4
2,9
0,40
0,52
Apr
1
2
7,3
3,4
7,0
7,0
0
6,9
0
0
2,9
0
3,4
3,5
0,61
0,62
Mei
1
2
2,7
2,6
2,8
2,7
6,9
2,8
6,7
6,7
0
7,2
3,8
4,4
0,68
0,78
Jun
1
2
3,1
0
3,3
3,1
3,5
3,5
3,5
3,4
7,2
3,5
4,1
2,7
0,73
0,48
Jul
1
2
0
0
4,8
0
5,0
4,8
5,1
5,0
3,0
2,0
0,53
0,35
Agt
1
2
0,4
0
6,7
4,1
1,4
0,8
0,25
0,15
Sep
1
2
Okt
1
2
NFR G2
NFR G1
NFR G
DR
:
:
:
:
G11)
(2)
Nov
1
2
Des
G22)
(3)
7,0
NFR
G3
(4)
G4
(5)
G3)
(6)
1,8
DR4)
(7)
0,31
7,0
7,0
3,5
0,62
1
2
7,0
5,3
7,0
7,0
6,9
6,9
6,9
5,2
6,5
0,93
1,16
Feb
1
2
5,1
3,8
5,2
5,1
6,9
5,2
6,9
6,9
6,0
5,3
1,07
0,93
Mar
1
2
1,4
0
3,0
1,3
4,3
3,0
4,4
4,3
3,3
2,2
0,58
0,38
Apr
1
2
0
4,3
0
0
0,8
0
2,4
0,8
0,8
1,23
0,14
Mei
1
2
4,3
4,3
4,4
4,4
0
4,6
0
0
2,2
3,3
0,39
0,59
Jun
1
2
3,9
3,9
4,4
3,9
4,6
4,6
5,5
5,5
4,6
4,5
0,82
0,80
Jul
1
2
4,3
2,9
5,6
4,3
5,6
5,6
5,5
5,6
5,3
4,6
0,93
0,82
Agt
1
2
0
0
4,5
0
6,2
4,5
7,6
6,2
4,6
2,7
0,81
0,48
Sep
1
2
0,8
0
5,9
3,9
1,7
1,0
0,30
0,17
Okt
1
2
Jan
1)
2)
3)
4)
NFR G2
NFR G1
NFR G
DR
:
:
:
:
NFR
Bulan
(1)
Nov
G11)
(2)
G22)
(3)
G3
(4)
G4
(5)
1
2
7,7
1
2
7,7
7,7
7,0
7,0
7,0
1
2
5,3
5,2
7,0
5,3
7,0
7,0
6,9
6,9
Feb
1
2
3,8
2,2
5,1
3,8
5,2
5,1
Mar
1
2
0
0
1,4
0
Apr
1
2
4,4
4,4
Mei
1
2
Jun
G5
(6)
G3)
(7)
DR4)
(8)
1,5
0,27
2,9
4,3
0,52
0,77
6,9
5,2
6,3
0,93
1,11
6,9
5,2
6,9
6,9
5,6
4,6
0,99
0,83
3,0
1,3
4,3
3,0
4,4
4,3
2,6
1,7
0,47
0,31
0
4,3
0
0
0,8
0
2,4
0,8
1,5
1,9
0,27
0,34
4,4
3,3
4,3
4,3
4,4
4,4
0
4,6
0
0
2,6
3,3
0,47
0,59
1
2
3,9
2,6
3,9
3,9
4,4
3,9
4,6
4,6
5,5
5,5
4,5
4,1
0,79
0,73
Jul
1
2
2,9
0
4,3
2,9
5,6
4,3
5,6
5,6
5,5
5,6
4,8
3,7
0,85
0,66
Agt
1
2
0
0
4,5
0
6,2
4,5
7,6
6,2
3,7
2,1
0,65
0,38
Sep
1
2
0,8
0
5,9
3,0
1,3
0,8
0,24
0,14
Okt
1
2
Des
Jan
1) NFR G2
2) NFR G1
3) NFR G
4) DR
A.A.s.H.O.
Abrasi
aerasi
pemasukan
udara,
untuk
menghindari
tekanan
subatmosfer
agradasi
agregat beton
agrometeorologi
aliran bebas
aliran bertekanan
aliran getar
aliran
pada
got
miring
atau
pelimpah
yang
aliran
dengan
kecepatan
kritis,
di
mana
energi
aliran spiral
aliran subkritis
a1iran superkritis
aliian tenggelam
aliran teranyam
aliran terkonsentrasi
aliran turbulen
aliran/debit moduler
alur pengarah
aluvial
ambang lebar
ambang moduler
ambang dengan lebar (panjang) lebih besar dari 1,75 x tinggi limpasan
ambang dengan aliran moduler/sempurna
ambang ujung
angka pori
angka rembesan
artifisial
AWLR
buatan manusia
Automatic Water Level Recorder, alat duga muka air otomatis
bagian normal
bagian peralihan
bak tenggelam
bakosurtanal
bangunan akhir
berfungsi
sebagai
pegatur
muka
air
dan
bangunan pembilas
bangunan pengaman
bangunan
untuk mencegah
kerusakan
konstruksi,
bangunan pengelak
bangunan utama
bangunan
pada
atau
di
sekitar
sungai,
seperti:
banjir rencana
tahun),
yang
diperhitungkan
untuk
batas Atterberg
batasan-batasan
untuk
membedakan
atau
batas meander
batas moduler
titik
di
mana
aliran
moduler
berubah
menjadi
nonmoduler
batas plastis
batu candi
batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang dibentuk secara khusus
untuk dipergunakan sebagai lapisan tahan gerusan
bendung gerak
bentang efektif
bibit unggul
bilangan Froude bilangan tak berdimensi yang menyatakan hubungan antara kecepatan.
gravitasi daB tinggi aliran. dengan rumus:
F < 1 : subkritis
F = 1 : kritis
F = v/gh, di mana
F > 1 : superkritis
bitumen
blok halang
pada
dasar
kolam
olak,
dengan
maksud
blok halang
blok muka
bor log
penampang
pondasi,
yang
disertai
menggambarkan
dengan
lapisan
tanah
keterangan-keterangan
bronjong
busur baja
CBR
cerobong (shaft) lobang vertikal untuk pemeriksaan bagian bawah konstruksi, misal
dasar sipon
Constant bead orifice (CHO)
curah hujan efektif bagian dari curah hujan yang efektif untuk suatu proses hidrologi
yang bisa dimanfaatkan, misal: pemakaian air oleh
tanaman, pengisian waduk dsb
curah hujan konsekutif
D.R.
Diversion
Requirement,
besamya
kebutuhan
debit andalan
debit puncak
debit rencana
debit rencana
degradasi
depresi
dewatering
diluvium
dinding balang
double massplot
efisiensi irigasi
perbandingan antara air yang dipakai dan air yang disadap, dinyatakan
dalam %
efisiensi irigasi total hasil perkalian efisiensi petak tersier, saluran sekunder dan saluran
primer, dalam %
efisiensi pompa
eksploitasi pintu
energi kinetis
energi potensial
erodibilitas
evaporasi
penguapan
evapotranspirasi
F.A.O.
faktor tulangan
filter
fleksibilitas
flum
foil plastik
plastik penyekat
foto udara
rembesan,
penggunaan
konsumtif
dan
gambar pengukuran
gambar penyelidikan
gambar purnalaksana
garis energi
garis kontur
gaya tekan ke atas tekanan ke atas, umumnya disebabkan tekanan air (uplift)
gelombang tegak bentuk loncatan air bila perubahan kedalaman air kecil, di mana hanya
terjadi riak ge om bang saja
gelombang tegak
geluh (loam)
geometri saluran/bangunan
perbandingan
antara
dimensi-dimensi
salur-
an/bangunan
gesekan
got miring
gradasi
gradien medan
kemiringan medan
gully
hidrodinamik
hidrometeorologi
hidrostatik
hockey stick
hujan efektif
hujan titik
I.H.E
I.R.R
sama
dengan
nilai
penerimaan,
irigasi melingkar salah satu metode perencanaan trase saluran-saluran tersier di mana
arah aliran berlawanan dengan aliran jaringan utama
(counterflow irrigation)
jalan inspeksi
jalur rembesan
konstruksi,
melalui
dasar
atau
samping
konstruksi
jalur- jalur
jaringan aliran
jaringan bongkah
saringan
pada
mulut
pintu
pengambilan
untuk
jaringan pembuang
jaringan saluran sistim saluran, hubungan antara satu saluran dengan saluran lainnya
kantong lumpur bangunan untuk mengendapkan dan menampung lumpur yang pada
.waktu tertentu dibilas
karakteristik saluran
kavitasi
gelembung-gelembung
udara
pada
permukaan badan bendung, menimbulkan lubanglubang karena terlepasnya butiran-butiran agregat dari
permukaan konstruksi
kebutuhan pembuang
kebutuhan pengambilan
kebutuhan pengambilan
kecepatan dasar
kecepatan datang
kecepatan spesifik
kedalaman konjugasi
kelayakan
Kelayakan proyek yang dapat dicapai
kelompok tanah berdasarkan tingkat transmisi air
kelulusan tanah tingkat keresapan air melalui tanah, dinyatakan dalam satuan
panjang/satuan waktu (L/T)
kemampuan tanah kemampuan lahan untuk budidaya tanaman terrtentu sehubungan
dengan kondisi topografi, kesuburan dll
kemiringan maksimum
kemiringan minimum
kemiringan talut
kerapatan satuan
keseimbangan batas
kisi-kisi penyaring saringan yang dipasang pada bagian muka pintu pengambilan, sipon,
pompa dll, untuk menyaring sampah dan benda-benda
yang terapung (trash rack)
klimatologi
koefisien debit
koefisien kekasaran
koefisien kontraksi
koefisien pengaliran
konfigurasi
konglomerat
konsentrasi sedimen
konservatif
koperan
krip
lapisan subbase
layout petak tersier suatu jaringan tersier (saluran bawa/pembuang) dengan pembagian
petak kuarter dan subtersier
lebar efektif bendung
Lebar
bersih
pelimpahan:
lebar
kotor
dikurangi
lengkung debit
lengkung/kurve pengempangan
lengkung
muka
air,
positif
jika
kemiringan
air
lindungan sungai
pengendapan
dan
longsoran,
misal:
krip
loncatan hidrolis
M.O.R.
Meandering
Mercu
metode numerik
metode analitis/bilangan
micro film
reader
mode of failure (beton)
pola
keruntuhan,
sehubungan
dengan
perencaan
tulangan balok T
modulus pembuang
morfologi sungai
mortel
adukan
mosaik
N.F.R.
neraca air
ogee
P3A
pangkal bendung
paritan
patahan
patok hektometer
pelapukan
pembilas bawah
pembilas samping
pembuang ekstern
pembuang intern
penampang kontrol
pengambilan bebas
pengarah aliran
penggerusan
berpindah
atau
terangkutnya,
butiran
pasir/kerikil
pengoIahan lahan
penyadapan liar
perencanaan hidrolis
perhitungan
bangunan
hidrolis
untuk
menetapkan
dimensi
periode
sehubungan
dengan
perhitungan
satuan
perkolasi
peta geologi
peta
yang
menggambarkan
keadaan
geologi,
peta
yang
dibuat
berdasarkan
hasil penyelidikan
morfologi,
jenis
batuan,
struktur,
dan
dilengkapi dengan
piesometer
pintu penguras
pintu radial
pola tanaman
ppm
prasarana (infrastruktur)
prasaturasi
program ekstensifikasi
usaha
poningkatan
produksi
dongan
peng-
usaha
peningkatan
penyempurnakan
produksi
sarana
pertanian
irigasi
dan
dengan
penggunaan
contoh
dengan
ukuran
sesuai
dengan
obyek
sebenarnya
relief mikro
resistensi
ripples
risiko proyek
kemungkinan
terjadinya
suatu
hal
yang
tidak
S.O.R.
Secondary
Off-take
Water
Requirement
besarnya
saluran irigasi
saluran pintasan
sedimen abrasif
sedimen dasar
sedimen layang
simulasi
sipon pelimpah
sipon peluap
sistem grid
masa
penanaman
disini
dilakukan
sponeng
studi simulasi
suatu
cara
mengevaluasi
perilaku
suatu
kon-
tertentu,
untuk mencegah
terjadinya gelombang
sudut mati
bagian
di
mana
sedimen tidak
dapat
surface roller
T.O.R.
talang sipon
tampakan (feature)
gambaran bentuk ya.ng dinyatakan dengan simbolsimbol tertentu disertai keterangan seperlunya
tanah bengkok
bengkok ini
tanaman acuan
tanaman ladang
tanaman
yang
semasa
tumbuhnya
tidak
perlu
tanggul banjir
tanggul penutup
tegangan efektif tegangan yang bekerja pada butiran tanah tegangan air pori
tegangan geser kritis
tekanan pasif
tekanan piesometrik
tekanan subatmosfer
tembok sayap
suatu
pengujian
laboratorium
untuk
mengetahui
tinggi energi
tinggi tekanan
tingkat pertumbuhan
ikan
dikembangkan
di
daerah
pedataran
transplantasi
transposisi data
trase
turbulensi
U.S.B.R
U.S.C.E.
U.S.C.S.
U.S.D.A
U.S.S.C.S.
ulu-ulu
0,18
h100
penambaban
tinggi
mulca
air
pada
tumbuh-tumbuhan/tanaman penutup
waktu konsentrasi