Harmonisa Dan Dampaknya
Harmonisa Dan Dampaknya
ii
Bab 5
(dari Bab 8 Analisis Rangkaian Sistem Tenaga)
a11
c1
b11
S
U
b22
c22
S
c2
a2
b2
Gb.8.1. memperlihatkan
skema generator empat kutub; 180o sudut mekanis ekivalen dengan
360o sudut magnetik. Dalam siklus magnetik yang pertama sebesar
360o magnetik, yaitu dari kutub magnetik U ke U berikutnya,
terdapat tiga kumparan yaitu kumparan fasa-a (a1-a11), kumparan
fasa-b (b1-b11), kumparan fasa-c (c1-c11). Antara posisi kumparan
fasa-a dan fasa-b terdapat pergeseran sudut magnetik 120o; antara
posisi kumparan fasa-b dan fasa-c terdapat pergeseran sudut
magnetik 120o; demikian pula halnya dengan kumparan fasa-c dan
fasa-a. Perbedaan posisi inilah yang menimbulkan perbedaan sudut
fasa antara tegangan di fasa-a, fasa-b, fasa-c.
8-1
v1a
200
v1c
v1b
100
v3c
v3b
v3a
90
180
270
360
[]
-100
-200
-300
v1b
v1a
200
v5a
100
v1c
v5c
v5b
0
0
-100
90
180
270
360
[o]
-200
-300
8-3
terlihat pada Gb.8.6. Jika V7a, V7b, V7c merupakan fasor tegangan
fasa-netral maka tegangan fasa-fasa (line to line) harmonisa ke-7
adalah
V ff = V fn 3 = 1,732 V fn
di mana Vff tegangan fasa-fasa dan Vf-n tegangan fasa-netral. Apakah
relasi masih berlaku jika tegangan berbentuk gelombang nonsinus.
Kita akan melihat melalui contoh berikut.
COTOH-8.1: Tegangan fasa-netral suatu generator 3 fasa
terhubung bintang mengandung komponen fundamental
dengan nilai puncak 200 V, serta harmonisa ke-3, 5, 7, dan 9
dengan nilai puncak berturut-turut 40, 25, 20, 10 V. Hitung
rasio tegangan fasa-fasa terhadap tegangan fasa-netral.
Penyelesaian:
Dalam soal ini harmonisa tertinggi yang diperhitungkan
adalah harmonisa ke-9, walaupun nilai puncak harmonisa
tertinggi ini masih 5% dari nilai puncak komponen
fundamental.
Nilai efektif tegangan fasa-netral fundamental sampai
harmonisa ke-9 berturut-turut adalah nilai puncak dibagi
2:
V1 f f = 244,95 V ; V3 f f = 0 V ; V5 f f = 26,27 V
V7 f f = 22,11 V ; V9 f f = 0 V
Nilai efektif tegangan fasa-fasa total
8-5
Z f 1 = 20 2 + 31,42 2 = 37,24
Z f 3 = 20 2 + 94,25 2 = 96,35
Z f 5 = 20 2 + 157,08 2 = 158,35
Arus fasa:
I f 1rms =
I f 3rms =
I f 5rms =
V ff 1rms
Z f1
V ff 3rms
800 3 / 2
= 26,3 A
37,24
=0 A
Z f1
V ff 5rms
Z f5
100 3 / 2
= 0,77 A
158,35
f .d . =
Pb
41,6
=
= 0,53
78
Sb
X 1 = 2 50 0,9 10 3 = 0,283
X 3 = 3 X 1 = 0,85
X 9 = 9 X 1 = 2,55
X 15 = 15 X 1 = 4,24
Impedansi di setiap fasa untuk komponen harmonisa
I 3rms =
60 / 2
= 49,89 A
0,85
I 9rms =
30 / 2
= 8,33 A
2,55
I15rms =
15 / 2
= 2,5 A
4,24
COTOH-8.4: Tiga kumparan dihubungkan bintang; masingmasing kumparan mempunyai resistansi 25 dan induktansi
0,05 H. Beban ini dihubungkan ke generator 3 fasa, 50Hz,
dengan kumparan jangkar terhubung bintang. Tegangan fasanetral mempunyai komponen fundamental, harmonisa ke-3,
dan ke-5 dengan nilai puncak berturut-turut 360 V, 60 V, dan
50 V. Penghantar netral menghubungkan titik netral generator
dan beban. Hitung nilai efektif (a) arus saluran (fasa); (b)
tegangan fasa-fasa; (c) arus di penghantar netral; (d) daya
diserap beban.
Penyelesaian:
(a) Tegangan fasa-netral efektif setiap komponen
V fn1rms = 254,6 V;
V fn3rms = 42,4 V;
V fn5rms = 35,4 V
Reaktansi per fasa
X 1 = 2 50 0,05 = 15,70
X 3 = 3 X 1 = 47,12
X 5 = 5 X 1 = 78,54
Impedansi per fasa
Z 1 = 25 2 + 15,70 2 = 29,53
Z 3 = 25 2 + 47,12 2 = 53,35
Z 5 = 25 2 + 78,54 2 = 82,42
8-9
Arus saluran
254,6
= 8,62 A
29,53
42,4
I 3rms =
= 0,795 A
53,35
35,4
I 5rms =
= 0,43 A
82,42
I1rms =
V1 f f = 440,9 V; V3 f f = 0 V; V5 f f = 61,24 V
Tegangan fasa-fasa
Sistem Tiga Kawat. Pada sistem ini tidak ada hubungan antara titik
netral sumber dan titik netral beban. Arus harmonisa kelipatan tiga
tidak mengalir. Kita akan melihat kondisi ini dengan menggunakan
contoh berikut.
COTOH-8.5: Persoalan seperti pada contoh-29-4 akan tetapi
penghantar netral yang menghubungkan titik netral generator
dan beban diputus. Hitung nilai efektif (a) arus saluran (fasa);
(b) tegangan fasa-fasa; (c) arus di penghantar netral; (d) daya
diserap beban.
Penyelesaian:
(a) Karena penghantar netral diputus, arus harmonisa ke-3
tidak mengalir. Arus fundamental dan harmonisa ke-5
telah dihitung pada contoh-6.4. yaitu
254,6
= 8,62 A
29,53
35,4
=
= 0,43 A
82,42
saluran
I1rms =
I 5rms
Arus
I saluran
rms
menjadi
8-11
V ffrms = 10000 V
V fnrms =
10000
= 5774 V
3 5774 2
=1
20 000 1000
pentanahan
10%
3 5774 2
X g = 10%
= 0,5
20 000 1000
Reaktansi
pentanahan
untuk
urutan
nol
X 0 = 3 0,5 = 1,5
Tegangan harmonisa ke-3 adalah 10% dari tegangan
fundamental :
V fn3rms = 577,4 V
I sirkulasi =
V fn3rms
(X a + X 0 )
577,4
= 231 A
2,5
Perilaku
transformator
dinyatakan
dengan
V1 = E1 + I1R1 + jI1X1
E2 = V2 + I2 R2 + jI 2 X 2
I1 = I f + I2 dengan I2 =
2
I
I2 = 2
1
a
V1, I1, E1, R1, X1 berturut turut adalah tegangan terminal, arus,
tegangan induksi kumparan, resistansi, dan reaktansi bocor
rangkaian primer. V2 , I2 , E2 , R2 , X 2 berturut-turut adalah tegangan
terminal, arus, tegangan induksi kumparan, resistansi, dan reaktansi
bocor rangkaian sekunder; V2 sama dengan tegangan pada beban.
E1 sefasa dengan E 2 karena dibangkitkan (diinduksikan) oleh
fluksi yang sama, sehingga nilai masing-masing sebanding dengan
jumlah lilitan, 1 dan 2. Jika a = 1 / 2 maka dilihat dari sisi
8-13
1
V
R1
X1
E1 R
If
c
R2
X2
B
Ic
V2
Xc
(a)
RT
1
V
XT
B
V2
(b)
Gb.8.7. Rangkaian ekivalen transformator berbeban.
Xp/a2
XT
Vs/a
XC
V2
XT
ibeban
XC
8-15
Xp/a2
XT
XC
sumber arus
harmonisa
8.7.1. Konduktor
Pada konduktor, komponen arus harmonisa menyebabkan
peningkatan daya nyata yang diserap oleh konduktor dan berakibat
pada peningkatan temperatur konduktor. Daya nyata yang terserap
di konduktor ini kita sebut rugi daya atau susut daya. Karena susut
daya ini berbanding lurus dengan kuadrat arus, maka
peningkatannya akan sebanding dengan kuadrat THD arus;
demikian pula dengan peningkatan temperatur. Misalkan arus efektif
nonsinus I rms mengalir melalui konduktor yang memiliki resistansi
Rs, maka susut daya di konduktor ini adalah
2
2
Ps = I rms
R s = I 12rms + I hrms
R s = I12rms R s 1 + THD I2
(8.1)
P7 = 40 2 0,08 = 128 W
8-17
T = 0,16 45 o = 7,2 o C
Kenaikan temperatur akibat adanya hormonisa adalah
T = 45 o C + 7,2 o C 52 o C
dan temperatur kerja akibat adanya harmonisa adalah
T = 25 o + 52 o = 77 o C
10% di atas temperatur kerja semula.
COTOH-8.8: Suatu kabel yang memiliki resistansi total 0,2
digunakan untuk mencatu beban resistif Rb yang tersambung di
ujung kabel dengan arus sinusoidal bernilai efektif 20 A. Tanpa
pengubah resistansi beban, ditambahkan penyearah setengah
gelombang (ideal) di depan Rb. (a) Hitunglah perubahan susut
daya pada kabel jika penyaluran daya ke beban dipertahankan
tak berubah. (b) Hitunglah daya yang disalurkan ke beban
dengan mempertahankan arus total pada 20 A; (c) berikan
ulasan.
Penyelesaian:
(a) Sebelum pemasangan penyearah, susut daya di kabel adalah
Pk = 20 2 0,2 = 80 W
Dengan mempertahankan besar daya tersalur ke beban
tidak berubah, berarti nilai efektif arus fundamental
Pk = 20 2 0,2 = 80 W
Dalam situasi ini terjadi penurunan arus efektif
fundamental yang dapat dihitung melalui relasi kuadrat
arus efektif total, yaitu
2
2
I rms
= I12ms + I hms
= I12ms (1 + THD 2 ) = 20 2
2
2
Dengan THD 100%, maka I1rms = 20 /2
8-19
8.7.2. Kapasitor
C = C0 r
Jadi kapasitansi meningkat sebesar r kali.
Diagram fasor arus dan tegangan kapasitor diperlihatkan pada
Gb.8.11. Arus kapasitor terdiri dari dua komponen yaitu arus
kapasitif IC ideal yang 90o mendahului tegangan kapasitor VC , dan
arus ekivalen losses pada dielektrik I Rp yang sefasa dengan
tegangan.
im
I tot
IC
I Rp
re
VC
P = VC I Rp = VC I C tan
(8.2)
atau
2
P = r V0 C V0 tan = 2f V0 C r tan
(8.3)
rtan
radio
power audio
frekuensi listrik
frekuensi
frekuensi optik
XC =
1
2fC
8-21
vC (t ) = vC1 (t ) + vC 3 (t ) + vC 5 (t ) + .........
(8.4)
(8.5)
200
[V]
[A]
vC
100
iC
0
0
0.005
0.01
0.015
0.02
t [detik]
-100
-200
X C1 =
1
2 50 500 10 6
= 6,37
150 / 2
= 16,7 A
6,37
(b) Reaktansi untuk harmonisa ke-3 dan ke-5 berturut-turut
adalah
I C1rms =
X C3 =
X C1
X
= 2,12 ; X C 5 = C1 = 1,27
3
5
8-23
IC 3rms =
I C 5rms =
5/ 2
= 2,8 A
1,27
THD I =
10 2 + 2,8 2
I hrms
=
= 0,62 atau 62%
16,7
I C1rms
(c)
V
THDV = hrms =
V1rms
30 2 5 2
+
21,5
2
2
=
= 0,20 atau 20 %
106
150 / 2
P150 Hz,30V =
150 30
0,6 = 0,134 W
50 110
2
P250 Hz,5V =
250 5
0,6 = 0,006 W
50 110
8.7.3. Induktor
Induktor Ideal. Induktor yang untuk keperluan analisis dinyatakan
sebagai memiliki induktansi murni L, tidak kita temukan dalam
praktik. Betapapun kecilnya, induktor selalu mengandung resistansi
dan kita melihat induktor sebagai satu induktansi murni terhubung
seri dengan satu resistansi. Oleh karena itu kita melihat tanggapan
induktor sebagai tanggapan beban induktif dengan resistansi kecil.
Hanya apabila resistansi belitan dapat diabaikan, relasi teganganarus induktor untuk gelombang tegangan dan arus berbentuk sinus
murni menjadi
v=L
di f
dt
V = Ei = j = jLI f
dengan adalah fluksi dalam bentuk fasor. Relasi ideal ini
memberikan
8-25
Vrms =
Vrms =
2
2
2
V = Ei
I f = I
L=
75
= 0,0053 H
14084,3
Fluksi Dalam Inti. Jika tegangan sinus dengan nilai efektif Vrms dan
frekuensi f diterapkan pada induktor, fluksi magnetik yang timbul
dalam inti dihitung dengan formula
m =
V rms
4,44 f
1 = 563 sin( 0 t 90 o ) Wb
Nilai puncak fluksi harmonisa ke-3
3m =
50
= 62,6 Wb
4,44 3 50 1200
8-27
[V]
400
[Wb]
200
vL
t [detik]
0
0
0.01
0.02
0.03
0.04
-200
-400
-600
Ic
I
V = Ei
If
(8.6)
Rugi inti terdiri dari dua komponen, yaitu rugi histerisis dan rugi
arus pusar. Rugi histerisis dinyatakan dengan
Ph = wh vf
(8.7)
Ph = vf K h B mn
(8.8)
Pe = K e f 2 Bm2 2 v
(8.9)
V = E1 + I f R1
(8.10)
Diagram
fasor
dari
keadaan
terakhir,
yaitu
dengan
memperhitungkan resistansi belitan, diperlihatkan pada Gb.8.16.
8-29
Ic
Ei
I f R1
If
(8.11)
8.7.4. Transformator
I2
l1 l2
V2
1 I1 I f 2 I 2 = 0
(8.12)
(8.13)
E2 = V2 + I2 R2 + El 2 = V2 + I2 R2 + jI 2 X 2
(8.14)
8-31
E2 =
E1
= V2 + I 2 R 2 + jI 2 X 2
a
E1 = V1 I1 R1 j I1 X 1
sehingga persamaan untuk rangkaian sekunder dapat kita tuliskan
E1 V1 I1 R1 jI1 X 1
=
= V2 + I 2 R 2 + jI 2 X 2
a
a
I
Karena I1 = 2 maka persamaan ini dapat kita tuliskan
a
E2 =
V1
I R
jI X
= V2 + I 2 R 2 + j I 2 X 2 + 2 1 + 2 1
2
a
a
a2
R
X
= V2 + R 2 + 1 I 2 + j X 2 + 1 I 2
2
a
a2
= V2 + (R2 + R1 ) I 2 + j ( X 2 + X 1 ) I 2
(8.15)
R
X
dengan R1 = 1 ; X 1 = 1
2
a
a2
Persamaan (8.15) ini, bersama dengan persamaan (8.12) yang dapat
kita tuliskan I 2 = aI1 aI f = I1 aI f , memberikan rangkaian
ekivalen
untuk
transformator
berbeban.
Akan
tetapi
pada
I2 = I1
Re = R2+R1
V1/a
I2
jI2Xe
I2Re
2
Pcu = I rms
R = (40 2 + 6 2 ) 0,05 = 81,8 W
I Trms =
2
I nrms
(8.16)
n=1
8-35
PK = gR0
2
n 2 I nrms
(8.17)
n =1
Pcu = R0
2
2
= R0 I Trms
I nrms
(8.18)
n =1
(8.19)
dengan
k
2
n 2 I nrms
K=
n =1
(8.20)
2
I Trms
K=
n =1
n2
2
I nrms
2
I Trms
n 2 I n2( pu)
(8.21)
n =1
I
dengan I n( pu ) = nrms
I Trms
Faktor K bukanlah karakteristik transformator melainkan
karakteristik sinyal. Walaupun demikian suatu transformator harus
dirancang untuk mampu menahan pembebanan nonsinus sampai
batas tertentu.
I Trms = 40 2 + 15 2 + 5 2 = 43 A
(b) Faktor K adalah
K=
40 2 + 3 2 15 2 + 112 5 2
43 2
= 3,59
(c) Rugi daya total Ptot, terdiri dari rugi tembaga Pcu dan rugi
arus pusar Pl.
8-37
Penyelesaian:
Tegangan mengandung harmonisa ke-13. Pada frekuensi
fundamental terdapat impedansi internal
j
0 2,9 10 6
= j1097,6 ;
j
13 0 2,9 10 6
= j84,4
V13m =
Z C13
Z13tot
e13m =
84,4
170 = 14315 V
1,0
Nilai puncak V1m dan V13m terjadi pada waktu yang sama yaitu
pada seperempat perioda, karena pada harmonisa ke-13 ada 13
gelombang penuh dalam satu perioda fundamental atau 6,5
perioda dalam setengah perioda fundamental. Jadi tegangan
maksimum yang diterima kabel adalah jumlah tegangan
maksimum fundamental dantegangan maksimum harmonisa ke13.
v1+v13
[kV]
0.005
0.01
0.015
0.02 [detik]
v1
8-39
me = k 3 I v sin t I i sin(t + )
Momen sesaat ini, melalui
S2
suatu mekanisme tertentu,
S1
S1
S2
menyebabkan
defleksi
jarum penunjuk (yang
didukung oleh kumparan
piringan Al
yang berputar) yang
menunjukkan besar daya pada sistem arus bolak balik.
M e = kf v i sin
di mana f adalah frekuensi, v dan i fluksi magnetik efektif yang
ditimbulkan oleh kumparan tegangan dan kumparan arus, adalah
selisih sudut fasa antara kedua fluksi magnetik bolak-balik tersebut,
dan k adalah suatu konstanta. Momen putar ini dilawan oleh momen
lawan yang diberikan oleh suatu magnet permanen sehingga
piringan berputar dengan kecepatan tertentu pada keadaan
keseimbangan antara kedua momen. Perputaran piringan
menggerakkan suatu mekanisme penghitung.
8-41