Anda di halaman 1dari 10

Fisiologi Pendengaran

Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara


mencapai membran tympani, membran tympani bergetar menyebabkan tulangtulang pendengaran bergetar. Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat
oval menimbulkan getaran pada perilymph di scala vestibuli. Karena luas permukaan
membran tympani 22 x lebih besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan
15-22 x pada tingkap oval.
Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan kaku,
akan bergetar bila ada getaran dengan nada rendah. Hal ini dapat diibaratkan
dengan senar gitar yang pendek dan tegang, akan beresonansi dengan nada tinggi.
Getaran yang bernada tinggi pada perilymp scala vestibuli akan melintasi
membrana vestibularis yang terletak dekat ke telinga tengah. Sebaliknya nada
rendah akan menggetarkan bagian membrana basilaris di daerah apex. Getaran ini
kemudian akan turun ke perilymp scala tympani, kemudian keluar melalui tingkap
bulat ke telinga tengah untuk diredam.
Sewaktu membrana basilaris bergetar, rambut-rambut pada sel-sel rambut
bergetar terhadap membrana tectoria, hal ini menimbulkan suatu potensial aksi yang
akan berubah menjadi impuls. Impuls dijalarkan melalui saraf otak statoacustikus
(saraf pendengaran) ke medulla oblongata kemudian ke colliculus Persepsi auditif
terjadi setelah proses sensori atau sensasi auditif. Sensori auditif diaktifkan oleh
adanya rangsang bunyi atau suara. Persepsi auditif berkaitan dengan kemampuan
otak untuk memproses dan menginterpretasikan berbagai bunyi atau suara yang
didengar oleh telinga. Kemampuan persepsi auditif yang baik memungkinkan
seorang anak dapat membedakan berbagai bunyi dengan sumber, ritme, volume,
dan pitch yang berbeda. Kemampuan ini sangat berguna dalam proses belajar
membaca.
Persepsi auditif mencakup kemampuan-kemampuan berikut :
a. Kesadaran fonologis yaitu kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam
kata, suku kata, dan fonem (bunyi huruf)
b. Diskriminasi auditif yaitu kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi-bunyi
fonem dan mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda
c. Ingatan (memori) auditif yaitu kemampuan untuk menyimpan dan mengingat
sesuatu yang didengar
d. Urutan auditif yaitu kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan
secara lisan
e. Perpaduan auditif yaitu kemampuan memadukan elemen-elemen fonem tunggal
atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh

Hambatan Persepsi Auditif


Hambatan persepsi auditif dapat terjadi sebagai bagian dari auditory
processing disorder (gangguan proses auditori) yang penyebabnya belum diketahui
secara pasti. Gangguan ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan proses di
otak atau berhubungan dengan kondisi-kondisi lain seperti disleksia, Attention Defisit
Disorder, Autism Spectrum Disorder, gangguan bahasa spesifik, atau hambatan
perkembangan.
Anak yang mengalami gangguan proses auditori biasanya dapat mendengar
suara (informasi bunyi) tetapi memiliki kesulitan untuk memahami, menyimpan,
menempatkan, mengemukakan kembali atau menjelaskan informasi tersebut untuk
kepentingan akademik maupun sosial. Kesulitan dalam proses auditori dapat
menghambat aktivitas anak baik di rumah
maupun di sekolah.
Hambatan persepsi auditif dapat mencakup beberapa hal seperti:
kesulitan menentukan figur dan latar bunyi
kesulitan mengingat (memori) bunyi
kesulitan diskriminasi bunyi
kesulitan untuk memperhatikan bunyi
kesulitan untuk proses kohesi (memadukan) bunyi
Beberapa ciri yang dimiliki anak dengan gangguan proses auditori atau hambatan
dalam persepsi
auditif:
respon yang tidak konsisten terhadap pembicaraan
sering meminta pengulangan kata-kata
sulit mendengar atau memperhatikan pada situasi yang ribut
sering salah mengerti terhadap apa yang dikatakan
memiliki ingatan yang kurang terhadap informasi yang disampaikan secara verbal
sulit menentukan arah datangnya (sumber) bunyi inferior otak tengah, thalamus
dan cortex otak (temporalis) untuk diinterpretasikan

PEMBAGIAN TELINGA
Telinga secara anatomis terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah
dan dalam. Telinga luar dan tengah berperan dalam transmisi suara melalui udara
menuju telinga bagian dalam yang terisi cairan. Pada telinga dalam ini, terjadi
amplifikasi energi suara. Di sana juga terdapat dua macam sistem sensoris yaitu
koklea yang mengkonversikan gelombang suara menjadi impuls saraf dan vestibular
apparatus yang berguna untuk keseimbangan.
Pendengaran merupakan persepsi saraf terhadap suara yang terdiri dari aspek
identifikasi suara dan lokalisasinya. Suara merupakan sensasi yang dihasilkan saat
getaran longitudinal molekul lingkungan luar yang menghantam membran
timpani. Gelombang suara merupakan getaran udara yang merambat yang terdiri
dari area bertekanan tinggi disebabkan kompresi molekul udara dan area
bertekanan rendah yang disebabkan oleh rarefaction molekul.
Kecepatan suara adalah sekita 344 m/s pada suhu 20 C di permukaan air
laut. Semakin tinggi suara dan altitudenya, kecepatan rambat suara makin tinggi.
Suara dikarakteristikan berdasarkan tone, intensitas dan kualitas. Pitch atau tone
ditentukan oleh frekuensi getaran. Makin besar frekuensinya, makin tinggi pitch-nya.
Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi dari 20 sampai 20.000
Hz. Namun, yang paling sensitif adalah antara 1000-4000 Hz. Suara pria dalam
percakapan normalnya sekitar 120 Hz sedangkan wanita mencapai 250 Hz. Jumlah
pitch yang dapat dibedakan oleh orang normal adalah sekitar 2000, tetapi musisi
yang terlatih dapat lebih dari itu. Suara yang paling mudah dibedakan nadanya
adalah suara dengan frekuensi 1000-3000 Hz. Lebih atau kurang dari itu akan
semakin sulit dibedakan.
1

Intensitas atau kekerasan tergantung oleh amplitudo gelombang suara atau


perbedaan tekanan antara daerah gelombang bertekanan tinggi akibat kompresi dan
daerah bertekanan rendah akibat rarefaction. Dalam interval suara yang dapat
didengar, makin besar amplitudonya, makin keras suara tersebut terdengar.
Kekerasan atau kebisingan suara diukur dengan satuan dB (desibel)yang
merupakan pengukuran logaritmis dari intensitas dibandingkan dengan suara
teredup yang bisa didengar (ambang pendengaran). Suara dengan kebisingan
melebihi 100 dB dapat menyebabkan kerusakan permanen pada koklea.
Suara dengan range 120 sampai 160 dB seperti alarm kebakaran maupun
pesawat jet diklasifikasikan sebagai suara yang menyakitkan; 90-110 dB (subway,
bass drum, gergaji mesin) diklasifikasikan sebagai suara yang ekstrem tinggi; 6080dB (alarm jam, lalu lintas yang bising, percakapan) diklasifikasikan sebagai sangat

keras; 40-50 dB (hujan, bising ruangan normal) moderate, dan 30 dB (bisikan,


perpustakaan) sebagai redup.
Timbre atau kualitas suara tergantung pada overtone yang merupakan frekuensi
tambahan yang menumpuk pada pitch atau tone dasar. Misalnya adalah nada C
pada terompet akan terdengar berbeda antara piano dengan terompet. Overtone
inilah yang dapat menyembabkan suara dapat memiliki karakteristik yang berbedabeda.
2,3

Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari pinna (telinga), meatus akustikus eksterna dan membran
timpani (eardrum). Pinna adalah struktur menonjol yang merupakan kartilago
terbalut kulit. Fungsi utamanya adalah mengumpulkan dan menghubungkan suara
menuju meatus akustikus eksterna. Karena bentuknya, pinna secara parsial
membatasi suara yang berasal dari belakang sehingga timbrenya akan berbeda.
Dengan begitu, kita dapat membedakan apakah suaranya berasal dari depan atau
belakang.
Lokalisasi suara yang berasal dari kanan atau kiri ditentukan oleh dua hal. Pertama
adalah gelombang suara mencapai telinga yang lebih dekat terlebih dahulu sebelum
sampai ke telinga yang lebih jauh. Kedua adalah saat mencapai telinga yang lebih
jauh, intensitas suaranya akan lebih kecil dibandingkan telinga yang lebih dekat.
Selanjutnya, korteks auditori mengintegrasikan kedua hal tersebut untuk
menentukan lokalisasi sumber suara. Oleh karena itu, lokalisasi suara akan lebih
sulit dilakukan jika hanya menggunakan satu telinga.
Jalur masuk pada telinga luar dilindungi oleh rambut halus. Kulit yang membatasi
kanal tersebut berisi kelenjar keringat termodifikasi yang menghasilkan serumen
(earwax), yang akan menangkap partikel-partikel asing yang halus.
Membran timpangi (gendang telinga)
Membran timpani berada pada perbatasan telinga luar dan tengah. Area tekanan
tinggi da rendah pada gelombang suara akan menyebabkan membran timpani
bergetar ke dalam dan ke luar.
Supaya membran tersebut dapat secara bebas bergerak kedua arah, tekanan udara
istirahat pada kedua sisi membran timpani harus sama. Membran sebelah luar
terkekspos pada tekanan atmosfer yang melewati meatus akustikus eksterna
sedangkan bagian dalam menghadapi tekanan atmosfer dari tuba eustachius yang
menghubungkan telinga tengah ke faring. Secara normal, tuba ini tertutup tetapi
dapat dibuka dengan gerakan menguap, mengunyah dan menelan.

Pada perubahan tekanan eksternal yang cukup signifikan seperti saat dalam
pesawat, membran timpani menonjol dan menimbulkan rasa nyeri ketika tekanan
luar telinga berubah sementara bagian dalam tidak berubah. Pembukaan tuba
eustachius dengan menguap dapat membantu untuk menyamakan tekanan
tersebut.
Telinga tengah
1

Telinga tengah mengirimkan pergerakan vibratori dari membran timpani menuju


cairan pada telinga dalam. Ada tiga tulang ossicle yang membantu proses ini yaitu
malleus, incus dan stapes yang meluas dari telinga tengah. Malleus menempel pada
membran timpani sedangkan stapes menempel pada oval window yang merupakan
gerbang menuju koklea yang berisi cairan.
Saat membran timpani bergetar, tulang-tulang tersebut bergerak dengan frekuensi
yang sama , mentransmisikan frekuensi tersebut dari menuju oval window.
Selanjutnya, tiap-tiap getaran menghasilkan pergerakan seperti gelombang pada
cairan di telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan gelombang suara
aslinya.
Sistem osikular mengamplifikasikan tekanan dari gelombang suara pada udara
dengan dua mekanisme untuk menghasilkan getaran cairan pada koklea. Pertama
adalah karena permukaan area dari membran timpani lebih besar dari oval window,
tekanan ditingkatkan ketika gaya yang mempengaruhi membran timpani
disampaikan oleh ossicle ke oval window (tekanan=gaya/area). Kedua adalah kerja
dari ossicle memberikan keuntungan mekanis lainya. Kedua hal tersebut
meningkatkan gaya pada oval window sampai 20 kali. Tambahan tekanan tersebut
penting untuk menghasilkan pergerakan cairan pada koklea.
Beberapa otot tipis di telinga tengah dapat berkontraksi secara refleks terhadap
suara keras (70dB) menyebabkan membran timpani menebal dan menyebabkan
pembatasan gerakan pada rangkaian ossicle. Pengurangan pergerakan pada
struktur telinga tengah akan mengurangi transmisi dari suara yang keras tersebut ke
telinga dalam guna melindungi bagian sensoris dari kerusakan. Refleks tersebut
berlangsung relatif lambat, terjadi setidaknya sekitar 40 msec sesudah pajanan
terhadap suara keras. Oleh karena itu, hanya bisa melindungi dari suara yang
berkepanjangan, bukan suara yang sangat tiba-tiba seperti ledakan.
Koklea
1

Koklea adalah sebuah struktur yang menyerupai siput yang merupakan bagian dari
telinga dalam yang merupakan sistem tubular bergurung yang berada di dalam
tulang temporalis. Berdasarkan panjangnya, komponen fungsional koklea dibagi

menjadi tiga kompartemen longitudinal yang berisi cairan. Duktus koklear yang
ujungnya tidak terlihat dikenal sebagai skala media, yang merupakan kompartemen
tengah. Bagian yang lebih di atasnya adalah skala vestibuli yang mengikuti kontur
dalam spiral dan skala timpani yang merupakan kompartemen paling bawah yang
mengikuti kontur luar dari spiral.
Cairan di dalam skala timpani dan skala vestibuli disebut perilimfe. Sementara itu,
duktus koklear berisi cairan yang sedikit berbeda yaitu endolimfe. Bagian ujung dari
duktus koklearis di mana cairan dari kompartemen atas dan bawah bergabung
disebut dengan helikotrema. Skala vestibuli terkunci dari telinga tengah oleh oval
window, tempat stapes menempel. Sementara itu, skala timpani dikunci dari telinga
tengah dengan bukaan kecil berselaput yang disebut round window. Membran
vestibular tipis membentuk langit-langit duktus koklear dan memisahkannya dari
skala vestibuli. Membran basilaris membentuk dasar duktus koklear yang
memisahkannya dengan skala timpani. Membran basilar ini sangat penting karena di
dalamnya terdapat organ korti yang merupakan organ perasa pendengaran.
1

1) Aliran gelombang getaran melewati skala vestibuli dan skala timpani yang
berguna untuk meredam tekanan (bukan persepsi suara). 2)Aliran gelombang yang
berkaitan dengan persepsi suara akan melewati shorcut menembus membran
vestibularis lalu mencapai membran basilaris yang di dalamnya terdapat organ korti
sebagai reseptor stimulus suara.
Sel Korti dan Sel Rambut

Dalam organ korti pada satu koklea terdapat sekitar 15.000 sel rambut yang menjadi
reseptor suara. Sel-sel tersebut tersusun dalam baris paralel empat. Satu baris
berupa sel rambut dalam dan tiga lainnya merupakan sel rambut dalam. Pada
masing-masing sel rambut akan ada penonjolan sekitar 100 rambut yang dikenal
sebagai stereosilia (mikrovili yang diperkuat dengan aktin).
Sel-sel rambut ini merupakan mekanoreseptor yang menghasilkan sinyal neural
ketiga permukaan rambutnya mengalami deformasi secara mekanis berkaitan
dengan pergerakan cairan di telinga dalam. Stereosilia ini berkontak dengan
membran tektorial, struktur mirip tenda yang menjalar pada seluruh panjang organ
korti.
Kerja mirip piston yang dilakukan stapes melawan oval window menghasilkan
gelombang tekanan pada kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat dikompresi,
tekanan dihamburkan dalam dua arah ketika stapes menyebabkan oval window
menggembung ke belakang yaitu dengan pergeseran round window dan defleksi
membran basilar.
Gelombang tekanan tersebut akan menekan perilimfe ke depan pada kompartemen
atas, kemudian ke helikotrema dan ke kompartemen bawah. Selanjutnya, hal
tersebut menyebabkan round window menggembung ke arah luar (ke arah telinga
tengah) untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak ke
arah belakang dan menarik oval window ke arah telinga tengah, perilimfe akan
bergeser ke arah berlawanan, menggantikan area yang tadinya diisi window round.
Jalur ini tidak menghasilkan persepsi suara, hanya mengurangi tekanan saja.
Gelombang tekanan yang berkaitan dengan persepsi suara akan
menggunakanshortcut. Gelombang tekanan pada kompartemen atas ditransfer
melalui membran vestibular yang tipis ke duktus koklear dan melalui membran
basilar ke kompartemen bawah. Hal tersebut selanjutnya akan memfasilitasi round
window untuk menggembung ke arah luar dan dalam. Perbedaan utama pada jalur
ini adalah transmisi gelombang tekanan melalui membran basilar menyebabkan
membran tersebut bergerak ke atas dan ke bawah atau bergetar yang sinkron
dengan gelombang tekanan. Akibatnya sel rambut pada organ korti yang ada di
sana juga ikut bergerak.
Sel rambut yang berfungsi untuk mendengar adalah sel rambut dalam. Sel tersebut
mentransformasikan gaya mekanis suara menjadi impuls elektris pendengaran.
Stereosilia pada sel reseptor tersebut berkontak dengan membran tektorial yang
kaku sehingga sel tersebut akan membelok kembali (bolak-balik), saat membran
basilar yang berosilasi menggeser posisinya.

Gerakan bolak-balik tersebut akan menyebabkan pembukaan dan penutupan kanal


kation secara mekanis pada sel rambut menghasilkan depolarisasi atau
hiperpolarisasi sesuai dengan frekuensi suara penstimulus.
Stereosilia pada masing-masing sel rambut tersusun ke dalam baris-baris yang
berurutan sesuai dengan tinggi (seperti tangga). Tip links, yang merupakan CAMs
(cell adhesion molecules), menghubungkan ujung stereosilia dalam barisan tersebut.
Saat membran basilar bergerak ke atas, bundle stereosilia membengkok ke arah
membran yang paling tinggi, meregangkan tip links tersebut. Peregangan tersebut
akan membuka kanal kation.
K lebih banyak ditemukan di endolimfe daripada yang ditemukan di dalam sel.
Beberapa kanal kation memang sudah terbuka dalam keadaan istirahat yang
memungkinkan K mengalir. Semakin banyak kanal yang terbuka, lebih banyak
K yang memasuki sel rambut. Tambahan K ini akan mendepolarisasi sel rambut.
Sebaliknya, saat membran basilaris turun, terjadilah hiperpolarisasi karena makin
banyak K yang tidak bisa masuk sel.
+

Sel rambut tidak menghasilkan potensial aksi melainkan akan bersinaps secara
kimia dengan ujung serat saraf afferen nervus koklearis. Kadar K yang rendah
menyebabkan sel rambut dalam mengeluarkan secara spontan neurotransmiter
melalui eksositosis yang diinduksi oleh Ca dalam kondisi tidak ada stimulasi.
Depolarisasi akan menyebabkan pembukaan kanal bergerbang listrik Ca .
Akibatnya terjadilah peningkatan kecepatan pengeluaran neurotransmitter. Pada
hiperpolarisasi, terjadi hal yang sebaliknya. Potensial membran istirahat sel rambut
adalah sekitar -60 mV. Saat stereosilia terdorong ke arah kinosilia, potensial
membran dapat berkurang menjadi -50 mV.
Sementara itu, sel rambut luar menjalankan fungsi elektromotili. Sel tersebut secara
aktif dan sering mengubah panjangnya sebagai respon terhadap perubahan
potensial membran. Sel akan memendek saat depolarisasi dan memanjang saat
hiperpolarisasi. Perubahan tersebut akan mengamplifikasi pergerakan dari membran
basilaris. Oleh karena itu, sel rambut luar akan membantu reseptor sensori supaya
lebih sensitif terhadap intensitas suara dan diskriminasi bermacam pitch suara.
+

2+

2+

Diskriminasi Pitch, Timbre dan Kebisingan (Loudness)

Diskriminasi pitch atau nada tergantung pada bentuk dari membran basilaris. Daerah
yang berbeda dari membran basilaris secara alami bergetar secara maksimal pada
frekuensi yang berbeda. Ujung sempit dekat oval window akan bergetar paling baik
pada nada berfrekuensi tinggi sedangkan area yang luas dekat helikotrema paling

baik pada nada rendah. Saat gelombang suara dengan frekuensi tertentu
menyebabkan osilasi stapes, gelombang tersebut akan berjalan ke membran basilar
yang memiliki daerah sensitif terhadap frekuensi tersebut. Energi gelombangnya
akan dihamburkan dengan adanya osilasi membran ini sehingga berakhir pada area
maksimal tadi. Adanya overtone pada bermacam frekuensi akan menyebabkan
membran basilaris bergetar secara simultan tetapi kurang intens dibandingkan nada
dasarnya sehingga sistem saraf pusat dapat membedakan timbre suara.
Sementara itu, diskriminasi kebisingan atau kenyaringan tergantung dari
amplitudonya. Gelombang suara yang berasal dari sumber yang lebih keras akan
menghantam gendang telinga (membran timpani) sehingga bergetar dengan lebih
bertenaga meskipun frekuensinya tetap sama. Osilasi pada membran basilaris yang
lebih besar akan diinterpretasikan sebagai suara yang lebih keras oleh sistem saraf
pusat.
Korteks Auditori
Sebagaimana area pada membran basilaris yang berasosiasi dengan nada tertentu,
korteks auditori primer pada lobus temporalis juga tersusun secara tonotopically.
Masing-masing area pada membran basilaris tersebut terkait pada area spesifik
pada korteks auditori primer (satu nada, satu neuron kortikal teraktivasi).
Saraf afferen yang mengambil sinyal auditori dari sel rambut dalam akan keluar dari
koklea melalui nervus auditori. Ada beberapa sinaps yang terjadi terutama pada
batang otak dan nukleus geniculatum medial thalamus.Batang otak menggunakan
input auditori untuk kewaspadaan dan bangun. Pada batang otak, jaras saraf
auditori ini akan menuju baik sisi ipsilateral maupun kontralateralnya sehingga kedua
lobus temporal akan mendapatkan impuls. Oleh karena itu, gangguan pada jaras di
atas batang otak pada satu sisi tidak akan mengganggu pendengaran.
Korteks auditori primer juga dapat menerima bermacam suara yang berbeda
sedangkan korteks auditori yang lebih tinggi mengintegrasikan suara yang berbeda
tersebut menjadi koheren sebagai pola yang berarti. Dengan begitu, kita dapat
membedakan suara-suara terpisah yang masuk ke telinga dan memilih mana suara
yang memang penting untuk didengarkan.
Area auditori ternyata memiliki spesialisasi hemisfer. Pada area Brodman 22
diperkirakan merupakan tempat pemprosesan sinyal auditori yang berhubungan
dengan pembicaraan. Dalam proses bahasa, bagian kiri lebih aktif daripada sisi
kanan. Area 22 sebelah kanan lebih kepada melodi, nada dan intensitas suara.
1

Jalur auditori bersifat sangat plastis yang sangat dimodifikasi oleh pengalaman.
Pada orang yang mengalami tuli sebelum kemampuan berbahasanya berkembang,
ternyata dengan melihat tanda-tanda bahasa juga akan mengaktivasi area assosiasi
auditori. Sebaliknya, individu yang buta pada masa awal hidup dapat melokalisasi
suara jauh lebih baik daripada mereka yang memiliki penglihatan normal. Plastisitas
juga sangat nampak pada musis yang dapat lebih peka terhadap suara dibanding
non musisi.
Daftar Pustaka
2

Sherwood L. Human Physiology: The Periferal Nervous System: Afferent


Division; Spesial Sense. 7thed. Philadelphia: Brooks/Cole Engange Learning;2010.
P. 213-23.
Barrett E, dkk. Ganongs Review of Medical Physiology:Hearing &
Equilibrium. 23rded. Singapore: Mc Graw Hill; 2011. p.203-13.
Yanick P. Natural Relief from Tinnitus. United States: Good Health
Guide;1995.
Sloane, Ethel. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Soepardi, Efiaty Arsyad Prof.
dr. Sp. THT dkk. 2007.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.
1

Anda mungkin juga menyukai