Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Bangsa kita pada dewasa ini sedang penuh semangat melakukan
pembangunan ekonomi yang merupakan titik berat dalam pembangunan jangka panjang
sebagai mana ditetapkan di dalam GBHN TAP MPR No.II/1983.
Di dalam melakukan kegiatan pembangunan pada umumnya, demikian
pula pembangunan ekonomi pada khususnya, tidak terlepas dari faktor-faktor yang
berpengaruh terhadapnya. Faktor yang berpengaruh ini bisa merupakan faktor intern
yaitu yang datang dari situasi negara itu sendiri, maupun faktor yang terbit dari luar.
Salah satu sektor ekonomi adalah usaha-usaha pemerintah di dalam bidang
impor dan ekspor. Dengan mengimpor barang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
akan barang-barang yang penting yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Akan tetapi dengan impor yang terlampau berlebihan kurang membawa keuntungan bagi
devisa negara karena adanya kewajiban bagi kita untuk membayar harga beli.
Sedangkan harga jual dari barang tersebut belum tentu dapat
mengkompensasikan devisa yang telah dikeluarkan oleh negara. Dipihak lain
mengekspor barang adalah usaha yang memberikan keuntungan bagi negara karena kita
akan menerima devisa sebagai harga jual barang-barang yang diekspor tersebut. Sehingga
dengan demikian kita harus berusaha menambah volume ekspor, dan dipihak lain
mengurangi ketergantungan terhadap barang-barang impor.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana peranan Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1982 dalam usaha
meningkatkan pembangunan ekonomi Indonesia dalam bidang ekspor ?
2. Apa saja masalah-masalah yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah
No.1 Tahun 1982 tersebut ?
1.3. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan yang dipergunakan dalam pembuatan paper ini
adalah menggunakan pendekatan pustaka yaitu penulis mengambil beberapa data dari
catatan, buku-buku, dan literatur Hukum Dagang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Masalah Devisa
Untuk kelancaran suatu pembangunan diperlukan dana yang tidak sedikit
guna pembiayaan berbagai sektor pembangunan. Devisa merupakan salah satu sumber
dana pembangunan yang dikaitkan dengan hasil pemasukan dari ekspor agar supaya
diperoleh devisa yang dapat dipergunakan sebagai sumber dana pembangunan maka
haruslah terdapat keserasian antara ekspor dan impor. Selain itu pula haruslah dilakukan
penghematan penggunaan devisa tersebut.
Mengenai masalah devisa di negara kita, pengaturannya terdapat dalam
UU No.32 tahun 1964 tentang peraturan lalu lintas devisa LN 1964 No.131, TLN
No.2717, yang merupakan pengganti dari Deviezen Ordonantie 1940 serta Deviezen
Verordening 1940. Di dalam pasal 1 ayat 4 UU No.32 tahun 1964 disebutkan bahwa
pengertian devisa adalah :

Saldo bank dalam valuta asing yang mempunyai cacatan kurs resmi dari
Bank Indonesia.

Valuta asing lainnya ( tidak termasuk uang logam ) yang mempunyai


cacatan kurs dari Bank Indonesia.
Sebagai pelaksana dari kurs UU No.32 tahun 1964 adalah Peraturan

Pemerintah No.16 tahun 1970 sebelum ada Peraturan Pemerintah No.1 tahun 1982 yang
menggolongkan devisa menjadi 2 golongan yaitu :

Devisa Umum

Devisa Kredit
Devisa umum merupakan hasil devisa yang berasal dari hasil ekspor, atau

penjualan jasa ataupun suatu transfer. Devisa yang umum berasal dari hasil ekspor barang
yang diharuskan dijual oleh pihak eksportir kepada Bank Indonesia melalui Bank Devisa.

Sebagai hasil penjualan tersebut maka pihak Bank Indonesia akan


memperoleh nilai lawannya dalam rupiah atas dasar kurs yang terjadi pada kurs valuta
asing dengan kurs beli Bank Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.16 tahun 1970 yang di maksudkan
dengan devisa kredit adalah valuta asing bantuan atau pinjaman dari luar negeri yang
oleh Bank Indonesia ditetapkan pada call devisa pada bursa valuta asing, penempatan
mana dilakukan dengan syarat-syarat tertentu yang disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku di Indonesia dan ketentuan-ketentuan yang diminta oleh si pemberi bantuan.
Dengan demikian sumber-sumber devisa dari suatu negara antara lain
berupa :
1. Hasil-hasil dari ekspor barang atau penjualan jasa.
2. Pinjaman ataupun bantuan yang diperoleh dari luar negeri, baik dari salah
satu negara ataupun badan-badan Internasional.
3. Keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal di luar negeri.
4. Hasil-hasil dari pariwisata Internasional.
2.2. Masalah Resesi
Istilah resesi sesungguhnya telah dikenal juga di negara kita pada jaman
penjajahan Belanda, yang pada waktu itu populer dengan sebutan masa MALAISE ,
yang berarti kemunduran atau kelemahan kegiatan ekonomi.
Pada sekitar tahun 1929 di dunia terjadi produksi yang berlebihan ( 0ver
Production ) di dalam bidang industri. Over Production tersebut disebabkan karena
terdapatnya kemajuan yang dicapai di dalam bidang industri oleh negaraa-negara di dunia
setelah perang dunia I. Selain itu Over Production disebabkan karena kurang terjalinnya
kerja sama industri diantara negara-negara yang bersangkutan sehingga masing-masing
memproduksi tanpa ayal selama kekuatan produksinya memadai.

Beberapa faktor yang memberikan pengaruh untuk timbulnya resesi pada


dekade terakhir ini antara lain adalah :
1. Teknologi yang makin tinggi telah membawa kepada berbagai negara
untuk selalu meningkatkan teknologinya, dengan membawa akibat
memperbanyak produksi dengan teknologi tinggi.
2. Hasrat eksploitasi sumber-sumber yang terdapat pada negara yang sedang
berkembang oleh negara-negara yang sudah maju.
3. Perlombaan memperbanyak industri, disebabkan tertutupnya sektor
lainnya.
4. Timbulnya

negara-negara

industri

maju

yang

punya

keinginan

memproduksi barang siap pakai dengan teknologi tingginya sehingga


mengakibatkan meningkatnya produksi barang dengan kualitas sementara.
5. Kenaikan harga minyak dan gas bumi yang dilakukan oleh negara
penghasilnya dengan tujuan mempertahankan eksistensi sebagai penguasa
industri migas.
Tindakan-tindakan yang demikianlah antara lain yang mengakibatkan
adanya resesi dunia yang melanda, tidak saja negara yang sedang berkembang, akan
tetapi juga menimpa negara yang sudah maju.
Beberapa akibat resesi dunia yang teralami oleh negara-negara, antara
lain:
1. Sulitnya memasarkan barang-barang produksi suatu negara, baik di dalam
ataupun di luar negeri.
2. Pengangguran yang sangat tinggi terdapat di hampir semua negara.
3. Tingginya tingkat suku bunga yang mengakibatkan inflasi yang
merajalela.
4. Lesunya kehidupan ekonomi di berbagai negara, dengan kelesuan yang
melanda kehidupan ekonomi masyarakat.

Keadaan demikian juga dialami oleh kita, sehingga harus berusaha untuk
menghindarkan atau mengurangi akibat-akibat yang lebih parah, yang dapat
menimbulkan gangguan terhadap pembangunan negara kita.
Akibat lebih lanjut dari hal ini adalah menimbulkan kelesuan terhadap
kehidupan industri yang terdapat di negara kita. Adapun usaha-usaha yang telah
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka penanggulangan akibat resesi yang makin parah
antara lain :
1. Mengusahakan meningkatkan penghasilan negara di dalam bidang
perpajakan, diantaranya dengan memperketat pengawasan di segala sektor.
2. Mengurang atau menghilangkan subsidi, misalnya dengan dinaikannya
harga BBM.
3. Melakukan re-prioritasi, yaitu menunda pelaksanaan proyek-proyek yang
tidak begitu penting ataupun yang sekedar proyek penunjang.
4. Mengadakan proteksionisme, misalnya dengan melakukan pelarangan
impor buah-buahan dan menaikan pajak bagi mereka yang akan bepergian
keluar negeri.
5. Melakukan penghematan-penghematan di berbagai bidang misalnya
memperketat pengawasan, penyusutan secara lebih intensif terhadap
kebocoran-kebocoran uang negara, mengurangi pengeluaran-pengeluaran
negara rutin, yang dapat dihapuskan seperti misalnya dihapuskannya
penggunaan-penggunaan kendaraan dinas.
6. Menggalakkan ekspor non migas, misalnya dengan dikeluarkannya Paket
Januari 1982 yang berupa Peraturan Pemerintah ( PP ) No.1 tahun 1982
berikut seperangkat peraturan lainnya.

2.3. Peranan Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1982

Dapat kita ketahui bahwa untuk pembangunan negara kita yang makin
cepat ini, diperlukan banyak dana untuk membiayainya. Salah satu sumber dana
pembangunan adalah devisa yang diperoleh dari ekspor barang yang kita miliki.
Sebagai akibat terlandanya negara-negara oleh resesi, maka juga
membawa akibat terhadap posisi Indonesia sebagai negara pengekspor. Terjadinya
kemerosotan ekspor barang-barang hasil pertanian, industri dan kerajinan rakyat di
pasaran internasional, terjadinya diskriminasi tarif makin ketatnya persaingan dari
negara-negara produsen lain. Itu semua mengakibatkan makin melemahnya barangbarang ekspor negara kita.
Apabila hal demikian terus berlarut-larut maka dapat membawa
konsekuensi terganggunya sumber dana pembangunan yang tidak sedikit yang juga
membawa konsekuensi lagi terhadap pembangunan ekonomi pada khususnya, dan
pembangunan negara pada umumnya. Oleh karena itu perlu diciptakan suatu suasana
sehingga penguasa dan eksportir kita memiliki kekuatan dan daya rangsang yang tinggi,
sehingga mereka dapat menerobos kekuatan pasar internasional.
Untuk merealisasikan rencana-rencana yang demikian maka pemerintah
secara formal mengeluarkan beberapa peraturan berikut seperangkat keputusan menteri
yang dikenal dengan Paket Januari 1982. Peraturan-peraturan yang dimaksud
diantaranya:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982, tentang pelaksanaan Ekspor,
Impor dan Lalu Lintas Devisa.
2. Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 27 / KP / I / 82
tanggal 18 Januari 1982 tentang ketentuan-ketentuan umum di bidang
ekspor.
3. Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 28 / KP / I / 82
tentang ketentuan-ketentuan umum di bidang impor.
4. Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 29 / KP / I / 82
tentang larangan impor berbagai jenis barang.

5. Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 30 / KP / I / 82


tertanggal 18 Januari 1982 tentang jenis barang yang dikatagorikan kuat.
6. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 14 / 16 / Kep / Dir / ULN
tertanggal 18 Januari 1982 tentang ketentuan-ketentuan mengenai Jual
Beli Devisa hasil Ekspor.
7. Surat Edaran Direksi Bank Indonesia kepada Bank-Bank Devisa di
Indonesia Nomor SE. 14 / 66 / ULN tertanggal 18 Januari 1982, perihal
ketentuan tentang Tata Cara Jual Beli Devisa Hasil Ekspor.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian paper di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa di dalam
rangka melakukan pembangunan pada umumnya, khususnya pembangunan ekonomi
dapat terjadi gangguan-gangguan yang memungkinkan berakibat yang tidak diharapkan.
Gangguan yang jelas pada periode tahun 1980 ini adalah melandanya
resesi keberbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Dengan adanya resesi tersebut,
maka berakibat timbulnya kelesuan-kelesuan di lapangan perekonomian kita termasuk
teralami di dalam sektor ekspor.
Daya saing barang-barang ekspor terutama non-migas, di pasaran
internasional sangat lemah. Untuk mengurangi kelesuan di dalam bidang ekspor ini maka
pemerintah mengambil beberapa langkah diantaranya dengan mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No.1 tahun 1982 serta seperangkat keputusan lain yang menunjangnya.
Dengan demikian Peraturan Pemerintah No.1 tahun 1982 adalah
merupakan salah satu rangkaian usaha untuk mengatasi gangguan pembangunan dalam
bidang ekonomi khususnya ekspor.
3.2 Saran Saran
Seperti kita ketahui bahwa pembangunan di negara kita ini membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Dan salah satu sumber dana pembangunan tersebut adalah
devisa yang diperoleh dari ekspor barang yang kita miliki.
Akibat adanya resesi, membawa akibat terhadap posisi Indonesia sebagai
negara pengekspor. Agar tidak terjadi gangguan pada sumber dana pembangunan yang
membawa konsekuensi terhadap pembangunan ekonomi pada khususnya, dan
pembangunan negara pada umumnya.
Maka dari itu, kita perlu menciptakan suatu suasana sehingga penguasa
dan eksportir kita memiliki kekuatan dan daya rangsang yang tinggi, sehingga mereka
dapat menerobos kekuatan pasar internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. Dalimin, Pengantar Hukum Dagang - Liberty, Yogyakarta.
H.M.N. Purwosutjipto SH, Pengertian Pokok Hukum Dagang
Indonesia, Hukum Jual Beli Perusahaan Djambatan.
Man Suparman Sastrawidjaja SH, Aneka Hukum Dagang.

10

Anda mungkin juga menyukai