PENDAHULUAN
1|Page
bunga stabil juga mendorong arus modal spekulatif yang tidak diinginkan dengan
asumsi kurang lebih tetap.
Ada beberapa keuntungan dalam perdagangan internasional terbuka, yaitu
perdagangan memungkinkan orang-orang untuk menghasilkan produk terbaik
mereka dan mengonsumsi beragam barang dan jasa yang dihasilkan di seluruh
dunia. Perdagangan internasional dapat meningkatkan standar hidup di semua
negara dengan memampukan dilakukannya memproduksinya dimiliki oleh
negara-negara tersebut. Hal ini perekonomian terbuka berinteraksi dengan
perekonomian lain dengan cara membeli dan menjual barang/jasa serta aset modal
di pasar produk dunia.
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
3|Page
2.2 Arus Barang dan Modal Internasional
Tidak hanya di zaman sekarang ini, beberapa abad yang lalu para pedagang
yang berlayar dengan kapal juga sudah melakukan kegiatan jual beli barang antar
wilayah padahal perekonomian saat itu belum berkembang seperti sekarang ini.
Jika kita nilai kegiatan ekspor dan impor sekarang ini justru memiliki peranan
penting dalam perekonomian antar negara yang salah satu penyebabnya mungkin
karena perbedaan sumber daya dan perbedaan kepentingan antar negara yang satu
dengan negara yang lainnya. Sebuah perekonomian terbuka berinteraksi dengan
perekonomian lain dengan dua cara, yaitu membeli dan menjual barang dan jasa
di pasar produk dunia, serta membeli dan menjual aset modal, seperti saham dan
surat obligasi di pasar uang dunia.
4|Page
lebih kecil dibandingan dengan impor yang mengindikasikan bahwa negara
tersebut lebih sedikit menjual barang dan jasa ke luar negeri dibandingkan dengan
membeli barang dan jasa dari negara lain, hal ini dinamakan defisit perdagangan
(trade defisit). Jika ekspor neto bernilai nol, ekspor dan impor memiliki jumlah
yang sama. Dengan demikian, negara tersebut dikatakan memiliki perdagangan
seimbang (balanced trade). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor,
impor, dan ekspor neto suatu negara, yaitu:
1. Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri;
2. Harga di dalam negeri dan luar negeri;
3. Biaya transportasi barang dari satu negara ke negara lain;
4. Nilai tukar dimana orang-orang dapat menggunakan mata uang domestik
untuk membeli mata uang asing;
5. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri; dan
6. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional.
5|Page
Suku bunga riil yang dibayarkan atas asset domestik.
Risiko ekonomi dan politik dalam memegang aset luar negeri.
Kebijakan pemerintah yang memengaruhi kepemilikan aset domestik oleh
investor asing.
Sebagai contoh, seorang warga Singapura sedang mempertimbangkan untuk
membeli surat obligasi pemerintah Thailand atau Singapura (surat obligasi adalah
IOU dari penerbit surat obligasi). Untuk mengambil keputusan ini, investor
Singapura membandingkan suku bunga riil yang ditawarkan oleh kedua surat
obligasi ini. Semakin tinggi suku bunga riil surat obligasi tersebut maka semakin
menarik obligasi tersebut bagi investor. Namun, ketika membuat perbandingan ini
investor Singapura juga harus mempertimbangkan risiko utang yang mungkin
dihindari oleh pemerintah (yakni tidak membayar bunga atau pokoknya ketika
mencapai tanggal waktu), serta batasan-batasan yang dibeabankan oleh
pemerintah Thailand saat ini atau pada masa mendatang kepada investor asing
Thailand.
6|Page
Persamaan ini adalah sebuah identitas, sebuah persamaan yang harus muncul
karena cara variabel ditentukan dan diukur dalam persamaan tersebut.
Untuk memahami mengapa identitas akuntansi ini benar, perhatikan contoh
berikut. Sebuah perusahaan minyak Indonesia menjual bahan bakar jet kepada
perusahaan penerbangan jepang. Dalam penjualan ini, perusahaan Indonesia
memberikan bahan bakar kepada perusahaan Jepang dan perusahaan Jepang
memberikan yen kepada perusahaan Indonesia. Perhatikan bahwa ada dua hal
yang muncul secara bersamaan. Indonesia telah menjual beberapa outputnya
kepada perusahaan asing (bahan bakar) dan penjualan ini meningkatkan ekspor
neto Indonesia. Selain itu, Indonesia telah memperoleh beberapa aset asing (yen)
dan ini meningkatkan arus keluar modal neto Indonesia
Walaupun perusahaan Indonesia kemungkinan tidak akan mempertahankan
yen yang diperolehnya dari penjualan tersebut, setiap transaksi selanjutnya akan
mempertahankan persamaan ekspor neto dan arus keluar modal neto. Misalnya,
perusahaan Indonesia tersebut akan menukar yen ke rupiah untuk membeli saham
di Sony Corporation, produsen barang elektronik Jepang. Dalam contoh ini,
ekspor neto bahan bakar Indonesia sama dengan arus keluar modal neto untuk
saham Sony. Dengan demikian, NX dan NCO naik dengan jumlah yang sama.
Sebagai kemungkinan lain, perusahaan Indonesia dapat menukar yen ke
rupiah dengan perusahaan lain yang ingin membeli komputer dari Toshiba,
produsen komputer Jepang. Dalam contoh ini, impor Indonesia (komputer)
mengimbangi ekspor Indonesia (bahan bakar). Penjualan yang dilakukan
perusahaan Indonesia dan Toshiba tidak mempengaruhi ekspor neto Indonesia
atau arus keluar modal neto Indonesia. Dengan demikian, NX dan NCO sama
dengan sebelum transaksi-transaksi ini terjadi.
Persamaan ekspor neto dan arus keluar modal neto terjadi karena setiap
transaksi internasional merupakan pertukaran. Ketika negara penjual mentransfer
barang atau jasa kepada negara pembeli, negara pembeli memberikan aset untuk
membayar barang atau jasa ini. Nilai aset tersebut sama dengan nilai barang atau
jasa yang dijual. Ketika kita menambahkan semuanya, nilai neto barang dan jasa
yang dijual oleh satu negara (NX) harus sama dengan nilai neto aset yang
7|Page
diperoleh (NCO). Arus barang dan jasa internasional dan arus modal internasional
ibarat dua sisi sebuah koin.
8|Page
Dalam perekonomian tertutup, arus keluar modal neto adalah nol (NCO = 0)
sehingga tabungan sama dengan investasi (S = I). Sebaliknya, perekonomian
terbuka memiliki dua penggunaan tabungannya: investasi domestik dan arus
keluar modal neto.
Defisit perdagangan terjadi apabila tabungan < investasi dan NCO<0.
Perdagangan mengalami keseimbangan apabila tabungan = investasi dan NCO = 0
dan surplus perdagangan terjadi apabila tabungan > investasi dan NCO>0.
9|Page
2.3.2 Nilai Tukar Riil
Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang
saat menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain.
Nilai tukar riil dan nilai tukar nominal berkaitan erat. Keterkaitan antara nilai
tukar nominal dan nilai tukar riil dapat dirumuskan :
Dengan demikian, nilai tukar rill bergantung pada nilai tukar nominal dan
pada harga barang di dua negara yang diukur dalam mata uang lokal.
Depresiasi (penurunan) nilai tukar riil domestik berarti bahwa barang-
barang domestik menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang negara
asing. Perubahan ini mendorong konsumen dalam negeri dan luar negeri untuk
membeli lebih banyak barang domestik dan membeli lebih sedikit barang dari
negara lain. Hasilnya, ekspor meningkat dan impor menurun, dan perubahan ini
meningkatkan ekspor neto negara. Sebaliknya, apresiasi (peningkatan) nilai tukar
riil domestik berarti bahwa barang domestik menjadi lebih mahal dibanding
dengan barang luar negeri sehingga ekspor neto menurun.
10 | P a g e
versi yang lain, yakni Purchasing Power Parity relatif yang memprediksikan
bahwa perubahan persentase kurs sama dengan tingkat inflasi nasional.
Landasan utama teori Purchasing Power Parity adalah dalil satu harga (law
of one price). Dalil ini menyatakan apabila perdagangan benar-benar bebas dan
tidak ada hambatan apapun terhadapnya, maka suatu barang pasti dijual di bagian
manapun dari dunia ini dengan harga yang sama. Namun para pendukung teori
PPP sering menegaskan bahwa kesahihan teori PPP tidak ditentukan oleh
keberlakuan dalil satu harga atas setiap komoditi.
11 | P a g e
negara lain maka nilai tukar riil harga relatif barang domestic dan luar negeri tidak
dapat berubah.
Untuk memahami implikasi analisis nilai tukar nominal ini, dapat
disesuaikan persamaan terakhir untuk memecahkan nilai tukar nominal: e=P*/P.
Artinya, nilai tukar nominal sama dengan rasio tingkat harga asing (yang diukur
dalma unit mata uang asing) terhadap tingkat harga domestik (yang diukur dalam
unit mata uang domestik). Berdasarkan teori paritas daya beli,nilai tukar nominal
antara mata uang kedua negara tersebut harus mencerminkan tingkat harga yang
berbeda dikedua negara tersebut.
Contoh :
Jika satu kilogram beras dijual seharga 600 yen di Jepang dan 200 baht di
Thailand maka nilai tukar nominalnya adalah 3 yen per baht. Jika tidak, daya beli
baht tidak akan sama di kedua negara tersebut.
e = P*/P
e = 600 yen/200 baht = 3
P* = harga barang di Jepang (yen)
e = nilai tukar nominal
P = harga barang di Thailand (baht)
Implikasi utama teori ini adalah nilai tukar nominal berubah ketika tingkat
harga berubah. Seperti yang telah diketahui tingkat harga disetiap negara
disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan jumlah
permintaan uang. Karena nilai tukar nominal bergantung pada tingkat harga, nilai
tukar tersebut juga bergantung pada persediaan dan permintaan uang disetiap
negara. Ketika bank sentral menecetak uang dalam jumlah banyak, uang
kehilangan nilainya untuk membeli barang dan jasa, serta untuk membeli mata
uang Negara lain.
12 | P a g e
memiliki nilai riil yang sama disemua negara. Terdapat dua alasan mengapa teori
paritas daya beli tidak akurat disini.
Alasan pertama, bahwa banyak barang yang tidak mudah untuk
diperdagangkan. Misalnya, harga potong rambut di Amerika Serikat lebih
mahal daripada di Indonesia.
Alasan kedua, barang-barang yang dapat diperdagangkan sekalipun tidak
selalu merupakan barang subtitusi yang sempurna ketika diproduksi di
negara-negara yang berbeda. Misalnya, beberapa konsumen lebih suka
mobil Jerman dan konsumen lain lebih menyukai mobil Jepang. Jika terjadi
peningkatan permintaan terhadap mobil Jerman maka akan menyebabkan
kenaikan harga mobil Jerman daripada mobil Jepang. Meskipun ada
perbedaan harga tersebut, tidak akan ada kemungkinan untuk memperoleh
keuntungan dari arbitrase karena konsumen tidak memandang ekuivalen
kedua mobil tersebut.
Oleh karena itu, karena beberapa barang tidak dapat diperdagangkan dan
karena beberapa barang yang dapat diperdagangkan bukan subtitusi yang
sempurna dengan barang yang sama dari negara lain. Paritas daya beli bukanlah
teori penentuan nilai tukar yang sempurna, hal ini menjadi alasan nilai tukar riil
mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu.
13 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekspor neto adalah nilai barang dan jasa dalam negeri dijual di luar negeri
dikurangi nilai barang asing dan jasa yang dijual di dalam negeri. Istilah arus
keluar modal neto (net capital outflow) merujuk pada pembelian aset luar negeri
oleh warga domestik dikurangi dengan pembelian aset domestik oleh warga asing
(terkadang disebut dengan investasi luar negeri neto). Tabungan suatu negara
dapat digunakan untuk membiayai investasi domestik atau membeli aset luar
negeri. Dengan demikian, tabungan nasional sama dengan investasi domestik
ditambah dengan arus keluar modal neto.
Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan
seseorang saat menukarkan mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain.
Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat
menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain.
Nilai tukar riil dan nilai tukar nominal berkaitan erat.
Paritas daya beli (purchasing power parity) adalah teori nilai tukar yang
menyatakan bahwa satu unit mata uang tertentu harus mampu membeli barang
dalam jumlah yang sama disemua negara. Teori ini mengimplikasikan bahwa nilai
tukar nominal antara mata uang dua negara harus mencerminkan tigkat harga di
negara-negara tersebut. Akibatnya, negara-negara dengan inflasi yang relatif
tinggi akan memiliki mata uang yang terdepresiasi, sedangkan negara-negara
dengan inflasi yang relatif rendah akan memiliki mata uang yang terapresiasi.
3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah harus menyeimbangkan antara ekspor neto negara
dengan arus keluarnya modal netonya, suatu negara harus memperdagangkan
barang substitusi sempurna dengan barang yang sama dari negara lain agar teori
paritas daya beli akan lebih akurat. Untuk mengatasi arus masuk modal yang besar
dan berkelanjutan maka, pemerintah harus mengurutkan pembebasan finansial
secara seksama dan melakukan usaha perlindungan.
14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, N. Gregory., Euston Quah & Peter Wilson. 2018. Pengantar Ekonomi
Makro. Jakarta: Salemba Empat.
15 | P a g e