Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

TEORI PERILAKU KONSUMEN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Mikro

Dosen Pengampu: Susanti Kurniawati, M.Si.

Disusun Oleh:

Citrawati Andrian (2004047)

Jennifer Rosmawar Anantin (2004944)

Restu Aria Handy (2003874)

Sella Rosyana (2007756)

PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN


PERKANTORAN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Teori Perilaku Konsumen” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Susanti Kurniawati, M.Si. pada mata kuliah ekonomi mikro. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Perilaku
Konsumen bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Susanti Kurniawati, M.Si.,


selaku dosen mata kuliah ekonomi mikro yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 14 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
i

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ii

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1

I.I. Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


1

I.II. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


2

I.III. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

II.I. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach) . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

II.II. Kurva Indiferent (Indifference Curve) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


13

II.III. Garis Anggaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


16

II.IV. Keseimbangan Konsumen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


19

II.V. Penurunan Fungsi Permintaan Individu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


21

BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


23

ii
III.I. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
23

III.II. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang


karena berbagai alasan berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku
itu, termasuk mereka yang kepentingan utamanya adalah pemasaran,
pendidikan, dan perlindungan konsumen, serta kebijakan umum.
Sebelum perang dunia II, banyak perusahaan, tetapi berorientasi
pada produksi yang mencerminkan filosofi “produk yang baik akan
menjual diri sendiri”. Namun persoalannya berubah sesudah perang.
Ketika banyak perusahaan mendapatkan bahwa mereka memiliki kapasitas
yang lebih produktif daripada yang diserap pasar. Segera menjadi penting
sekali untuk mengubah fokus dari produksi ke pemasaran.
Elemen kunci dalam definisi ini adalah pertukaran antara
pelanggan dan penyuplai. Masing-masing pihak memberikan sesuatu yang
bernilai kepada pihak lain dengan tujuan memenuhi kebutuhan mereka
masing-masing. Dalam konteks pembelian yang normal, uang ditukar
dengan barang atau jasa yang diinginkan.
Perhatikan bahwa pelanggan terletak pada inti dari proses tersebut.
Semua yang dilakukan penyuplai dalam hal produk, harga, promosi dan
distribusi diadaptasikan dengan permintaan pasar. Oleh karena itu,
pelanggan menjalankan pengaruh dominan pada semua yang dilakukan
perusahaan. Tidak mengherankan bahwa studi perilaku konsumen
memiliki akar utamanya di dalam bidang ekonomi, dan yang lebih baru,
dalam bidang pemasaran. Dalam makalah ini menyajikan pembahasan
tentang teori dasar perilaku konsumen.

1
I.II. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pendekatan kardinal?


2. Bagaimana kurva indiferen pada pendekatan ordinal?
3. Bagaimana garis anggaran pada pendekatan ordinal?
4. Bagaimana keseimbangan konsumen pada pendekatan ordinal?
5. Bagaimana penuruan fungsi permintaan individu pada pendekatan
ordinal?

I.III. Tujuan

1. Untuk mengetahui pendekatan kardinal dalam kasus satu jenis barang.


2. Untuk mengetahui pendekatan kardinal dalam kasus dua jenis barang.
3. Untuk mengetahui kurva indiferen pada pendekatan ordinal.
4. Untuk mengetahui garis anggaran pada pendekatan ordinal.
5. Untuk mengetahui keseimbangan konsumen pada pendekatan ordinal.
6. Untuk mengetahui penurunan fungsi permintaan individu pada
pendekatan ordinal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.I. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)

Pendekatan kardinal juga disebut sebagai pendekatan marginal


utility. Pendekatan kardinal dalam analisis konsumen didasarkan pada
asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dari konsumsi
suatu barang dapat diukur/dikuantifikasi dengan satuan tertentu, seperti
uang, jumlah, atau buah. Semakin besar jumlah barang yang dikonsumsi,
semakin besar pula tingkat kepuasan konsumen. Konsumen yang rasional
akan berusaha memaksimumkan kepuasannya dengan pendapatan yang
dimilikinya [ CITATION Ima08 \l 1033 ].

Lebih dari satu abad lalu, beberapa pakar ekonomi telah


mengembangkan gagasan mengenai konsep nilai guna ini. Dalam subbab
ini kita akan membahas hasil penelitian Herman Heinrich Gossen
mengenai nilai guna total (total utility) dan nilai guna marjinal (marginal
utility) yang terkandung dalam Hukum Gossen Hukum Gossen, terlebih
dahulu mari kita pahami pengertian nilai guna tan nilai I dan Gossen II
[ CITATION Ima08 \l 1033 ].

Nilai guna total adalah kepuasan total yang dinikmati oleh


konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara
keseluruhan. Sedangkan nilai guna marjinal atau kepuasan marjinal adalah
tambahan kepuasan yang dinikmati oleh konsumen dari setiap tambahan
barang atau jasa yang dikonsumsinya [ CITATION Ima08 \l 1033 ].

II.I.I. Hukum Gossen I

Konsumen selalu membuat pilihan yang akan memberi


mereka kepuasan paling besar. Mereka selalu berusaha untuk
memaksimumkan nilai guna atau kepuasan. Namun demikian,
menurut penelitian Hermann Heinrich Gossen disebutkan bahwa

3
apabila pemenuhan kebutuhan atas suatu barang dilakukan secara
terus-menerus, kenikmatan dari mengonsumsi barang tersebut
mula-mula tinggi, namun makin lama makin menurun sampai
akhirnya akan mencapai titik jenuh (mencapai titik nol). Penelitian
ini menghasilkan Hukum Gossen I yang selengkapnya Jika
pemenuhan kebutuhan akan suatu jenis barang dilakukan secara
terus-menerus, maka rasa nikmatnya mula-mula akan tinggi,
namun semakin lama kenikmatan tersebut semakin menurun
sampai dikemukakan oleh William Stanley Jevons, seorang
ekonom dan matematikawan [CITATION Ala08 \l 1033 ].

Agar pemahaman tersebut dapat lebih jelas kita serap,


anggaplah kamu menyukai es krim. datang dan mentraktir es krim
sepuas-puasnya. Tentu saja kamu antusias menyambut tawaran itu
dan berbunyi: akhirnya mencapai batas jenuh. Suatu hari kebetulan
pamanmu membeli 6 bukan main! Apalagi itu makin terasa enak.
Kepuasanmu meningkat. Es krim ketiga, masih terasa enak
meskipun tidak sepuas es krim pertama karena lidah kamu sudah
mulai sedikit kebal. Tambahan kepuasan dari mengonsumsi es
krim tersebut berkurang. Pada es krim keempat, rasa es krim
tersebut juga masih tetap enak, tapi mulai susah kamu telan. Pada
es krim kelima kamu bahkan mulai malas memakannya karena
lidah makin kaku dan perut makin kenyang. Kamu mulai merasa
jenuh. Es krim tersebut kurang menarik minat lagi. Pada es krim
keenam, kamu sudah tidak bisa memakannya lagi dan sakit perut.
Situasi ini dapat kita lihat dari tabel yang ada pada Peraga 3.1.
[CITATION Ala08 \l 1033 ]

4
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa nilai guna total
pada awalnya menaik, namun selanjutnya menurun. Sedangkan
nilai guna marjinal terus mengalami penurunan. Pada es krim
pertama, kepuasan total atau nilai total memakan es krim adalah
40. Pada es krim kedua, nilai guna total terus meningkat, yaitu
menjadi 70. Namun nilai guna marjinal atau tambahan kepuasan
mulai berkurang. Pada es krim kedua tersebut nilai guna marjinal
bernilai 30. Begitu seterusnya sampai es krim kelima. Pada waktu
es krim kelima, kamu sudah merasa kekenyangan sehingga
tambahan nilai kepuasannya nol. Bahkan ketika kamu mencoba
seki es memakan es krim keenam, kamu malah tidak dan sakit
perut. Nilai guna total es krim tersebut mulai (menjadi 90).
Sedangkan nilai guna marjinal atau tambahan kepuasannya
menjadi negatif (-10). Es krim keenam sudah tidak menarik selera
lagi. Jadi terlihat bahwa nilai guna marjinal atau tambahan
kepuasan dalam memakan es krim tersebut makin lama makin
menurun [ CITATION Ala08 \l 1033 ].

5
Dari kurva tersebut terlihat bahwa utilitas total meningkat
seiring dengan bertambahnya konsumsi, akan tetapi dengan
proporsi yang semakin menurun. Adapun utilitas marjinal dari
setiap tambahan barang akan menurun sejalan dengan
meningkatnya konsumsi [ CITATION Ala08 \l 1033 ].

II.I.II. Hukum Gossen II

Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia bukan hanya


mengonsumsi satu jenis barang, tetapi menggunakan berbagai jenis
barang. Lalu bagaimana mereka mengatur pengeluaran yang
demikian banyak tersebut sehingga dapat memaksimumkan
kepuasan? Karena pendapatan terbatas, maka pemenuhan berbagai
kebutuhan akan didasarkan pada pertimbangan mendesak-tidaknya
suatu kebutuhan (menurut tingkat intensitas). Kebutuhan sekunder
belum terpenuhi jika kebutuhan primer belum terpenuhi. Begitu
pula kebutuhan mewah atau tersier tidak akan dipenuhi jika
kebutuhan sekunder belum dipenuhi. Mengingat terbatas,
pemenuhan kebutuhan primer akan lebih tinggi kepuasannya
daripada pemenuhan kebutuhan sekunder. Demikian pula
pemenuhan kebutuhan sekunder lebih tinggi tingkat
kepuasan/kegunaannya daripada kebutuhan mewah atau kebutuhan
tersier [ CITATION Ima08 \l 1033 ].

6
Dalam menyikapi persoalan di atas tadi, Gossen
mengatakan bahwa konsumen akan melakukan konsumsi
sedemikian rupa sehingga nilai guna marjinal setiap barang dan
jasa yang dikonsumsi akan sama. Artinya, unit terakhir dari
masing-masing produk yang dikonsumsi memiliki nilai yang sama.
Pernyataan ini dikenal dengan nama Hukum Gossen II. Untuk
memahami masalah ini, mari kita lihat ilustrasi berikut ini.
Misalkan seorang pegawai memiliki gaji Rp200.000,00. Pada saat
menerima gaji, dia mendapatkan uang pecahan Rp20.000 sebanyak
10 lembar. Dia memiliki kebutuhan berturut-turut: makan dan
minum, pakaian, sewa rumah, biaya transportasi, dan kursus.
Penggunaan uang dalam memenuhi kebutuhan itu diperlihatkan
dalam Peraga 3.2. [ CITATION Ima08 \l 1033 ].

Jika kebutuhan makan dan minum telah terpenuhi, maka


dengan sendirinya uang yang masih ada dipergunakan untuk
membeli pakaian. Jika pembelian pakaian terpenuhi, selanjutnya
uang tersebut digunakan untuk membayar sewa rumah dan sisanya
untuk biaya transportasi. Dengan demikian, penggunaan uang
Rp200.000,00 yang terdiri dari 10 lembar uang pecahan Rp20.000
mungkin akan dilakukan dengan komposisi sebagai berikut
[ CITATION Ima08 \l 1033 ].

a. Empat lembar untuk keperluan makan dan minum.


b. Tiga lembar untuk keperluan pembelian pakaian.

7
c. Dua lembar untuk keperluan sewa rumah.
d. Satu lembar untuk keperluan transportasi.

Bagaimana penggunaan uang tersebut jika uang yang


tersedia adalah Rp220.000,00? Digunakan untuk apakah lembaran
Rp20.000-an terakhir tersebut? Uang tersebut jika digunakan untuk
kursus bernilai 6. Jika digunakan untuk keperluan transportasi,
bernilai 5 sebab transportasi sudah terpenuhi. Kalau digunakan
untuk keperluan lain-lain nilainya 4. Agar penggunaannya
maksimal, uang tersebut dapat digunakan untuk makan dan minum.

Keterangan pemakaian uang Rp200.000,00 yang terdiri dari


10 lembar @ Rp20.000 dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pemenuhan kebutuhan makan dan minum dengan


menggunakan lembaran Rp20.000 pertama, nilai pemuasannya
10. Pemuasan dengan lembaran Rp20.000 kedua, nilainya 9.
Penggunaan lembaran Rp20.000 berikutnya nilainya berturut-
turut menjadi 8, 7. 6, .., 1.
b. Pemenuhan kebutuhan pakaian dengan menggunakan lembaran
Rp20.000 pertama, nilai pemuasannya 9. Pemuasan
dengan lembaran Rp20.000 kedua, nilainya 8. Penggunaan
lembaran Rp20.000 berikutnya nilainya berturut-turut menjadi
7, 6, 5. ..1.
c. Pemenuhan kebutuhan sewa rumah dengan menggunakan
lembaran Rp20.o00 pertama, nilai pemuasannya 8. Pemuasan
dengan lembaran Rp20.000 kedua, nilainya 7. Penggunaan
lembaran Rp20.000 berikutnya, nilainya berturut-turut 6, 5.
4. ..., 1.
d. Pemenuhan kebutuhan biaya transportasi dengan menggunakan
lembaran Rp20.000 pertama, nilai pemuasannya 7. Pemuasan
dengan lembaran Rp20.000 kedua, nilainya 6. Penggunaan

8
lembaran Rp20.000 berikutnya, nilainya berturut-turut menjadi
5, 4. 3. ...,
e. Pemenuhan kebutuhan biaya kursus dengan menggunakan
lembaran Rp20.000 pertama, nilai pemuasannya 6. Pemuasan
dengan lembaran Rp20.000 kedua, nilainya 5. Penggunaan
lembaran Rp20.000 berikutnya, nilainya berturut-turut menjadi
4. 3, 2, ..1. C.

9
Dengan menggunakan pendekatan kardinal, kepuasan
maksimum yang akan dicapai konsumen secara matematis dapat
ditunjukkan dengan persamaan:

Contoh 1: [ CITATION Ala08 \l 1033 ]

Pak Heru mempunyai pendapatan Rp140.000,00. Pak Heru ingin


membeli dua jenis barang, yaitu barang A dan B dengan harga masing-
masing Rp10.000,00 dan Rp20.000,00 per unit. Besarnya kepuasan total
(TU) maupun kepuasan marjinal (MU) dari penggunaan barang A dan
barang B ditunjukkan pada Peraga 3.3. Berapakah jumlah barang A dan
jumlah barang B yang dapat dibeli oleh konsumen agar terdapat
keseimbangan konsumen (kepuasan maksimum), dengan catatan, uang
yang dimiliki habis dibelanjakan pada dua barang tersebut.

10
Jawab:
Untuk menentukan keseimbangan konsumen (kepuasan
maksimum) pada saat mengkonsumsi dua jenis barang dengan harga yang
berbeda, ketentuan berikut harus terpenuhi.

Dari tabel di Peraga 3.3 dapat dilihat beberapa kombinasi nilai


guna marjinal (marginal utility) yang memenuhi syarat, yaitu pada saat
pemakaian barang A tiga unit dan barang B dua unit (pasangan pertama).

11
Dari harga ketiga kombinasi pemakaian barang yang dikonsumsi
tersebut, kombinasi kedua (empat unit barang A dengan harga
Rp40.000,00 total utilitas 164 dan lima unit barang B, dengan harga
Rp100.000,00 dan total utilitas 360) adalah yang terbaik. Mengapa?
Karena pendapatan habis terbelanjakan. Pada kombinasi pertama (barang
A tiga unit dan barang B dua unit) pendapatan masih tersisa. Pada

12
kombinasi ke-3 (barang A lima unit dan barang B delapan unit), tingkat
pendapatan kurang.

Contoh 2: [ CITATION Ala08 \l 1033 ]

Ling Ling Wei membeli apel dan buah jeruk dengan harga masing-
masing Rp8 dan Rp4 per buah. Pendapatan yang dianggarkan Ling Ling
Wei untuk pembelian buah apel dan buah jeruk adalah Rp52. Agar utilitas
yang diperolehnya maksimal, bagaimanakah kombinasi buah apel dan
buah jeruk yang terbaik? Kepuasan atau nilai guna marjinal dari kedua
buah itu dapat dilihat pada Peraga 3.4

Jawab:
Untuk menjawab soal ini, terlebih dahulu kita harus mencari nilai
MU/P untuk tiap buah apel dan jeruk. Tujuan perhitungan MU/P adalah
untuk menentukan kepuasan marjinal (marginal utility) yang paling tinggi
dengan pengorbanan tertentu. MU/P untuk tiap buah apel dan buah jeruk
dapat dilihat pada Peraga 3.5.
Dengan harga Rp8 pada pembelian buah apel pertama, nilai guna
marjinalnya adalah 56. Dengan harga Rp1, MU/P = 56/8 = 7. Dengan
harga Rp4 pada pembelian jeruk pertama, nilai guna marjinalnya 32, dan

13
MU/P = 56/8 = 8. Jadi, MU/P paling tinggi ada pada jeruk. Oleh karena
itu, yang dipilih pertama kali adalah jeruk. Demi menjaga keseimbangan
jenis buah yang dikonsumsi, maka pilihan berikutnya jatuh pada buah
apel, yaitu dengan MU/P = 7. Pilihan jeruk dan pilihan keempat kembali
pada buah apel. Pilihan kelima dan keenam jatuh pada buah jeruk, karena
MU/P-nya lebih tinggi. Demikian seterusnya.

Dengan melihat tabel, dapat dihitung bahwa buah apel dan buah
jeruk yang dibeli masing-masing adalah 4 dan 5. Kepuasan marjinal total
yang diperoleh adalah:

Bagaimana kalau harga suatu barang naik, sementara harga barang


lainnya tetap (ceteris paribus)? Anggap saja pada contoh sebelumnya
barang A adalah apel dan barang B adalah jeruk. Jika harga apel
meningkat, maka pembelian apel harus dikurangi (ceteris paribus), karena
pada saat itu :

Dengan mengurangi konsumsi apel, maka kepuasan marjinal apel


akan meningkat, sehingga MU akan kembali sama dengan MUb/Pb.
Semakin sedikit suatu barang yang dikonsumsi, akan semakin tinggi
tingkat kepuasan marjinalnya. Sebaliknya, semakin banyak suatu barang
yang dikonsumsi, akan semakin rendah kepuasan marjinalnya.

14
15
II.II. Kurva Indiferent (Indifference Curve)

Dalam teori ini terdapat asumsi yang menyatakan bahwa konsumen


dapat memilih kombinasi konsumsi tanpa harus mengatakan bagaimana ia
memilihnya. Sebagai contoh, anda diberi kombinasi barang tertentu,
misalnya 10 unit pakaian dan 8 unit buku. Kemudian, anda diberi beberapa
alternatif pilihan kombinasi barang dengan jumlah yang berbeda, misalnya
8 unit pakaian dan 10 unit buku [ CITATION Wid08 \l 1033 ].

Jika anda menilai alternative yang diberikan yaitu berupa tambahan


2 unit buku lebih rendah daripada pengurangan 2 unit pakaian, anda akan
memilih kombinasi barang yang pertama. Anda menilai kedua kombinasi
barang tersebut tidak berbeda atau indiferen [ CITATION Wid08 \l 1033 ].

Setelah beberapa alternatif kombinasi barang diberikan, anda


memperoleh beberapa kombinasi barang yang anda anggap indiferen.
Dengan kata lain, kombinasi barang tersebut menurut anda akan
memberikan utilitas yang sama. Setiap kombinasi barang tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut [ CITATION Wid08 \l 1033 ].

Kombinasi barang Pakaian Buku


A 20 4
B 10 8
C 8 10
D 5 16
E 4 20

16
Jika digambarkan dalam kurva, diperoleh kurva indiferen sebagai
berikut.

Table dan kurva merupakan salah satu dari berbagai kemungkinan


yang tak terhitung banyaknya. Pembuatan table dan kurva semacam ini
dapat diulang sebanyak yang diperlukan. Misalnya, anda dapat membuat
tabel dan kurva yang menggambarkan kombinasi barang yang
memberikan tingkat utilitas yang lebih besar kepada konsumen. Dalam hal
ini, asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat utilitas
yang lebih tinggi dengan menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang.
Penambahan konsumsi kedua barang tersebut akan menyebabkan
pergeseran ke kanan atas. Hal ini, kurva indiferen akan semakin jauh dari
titik nol. Dengan kata lain, semakin jauh kurva indiferen dari titik nol,
semakin tinggi tingkat utilitas yang diberikan oleh kombinasi kedua
barang. Himpunan dari beberapa kurva indiferen dinamakan peta indiferen
( indifference map) [ CITATION Wid08 \l 1033 ].

17
Sebagai contoh. Kurva dibawah memperlihatkan kurva indiferen
yang dikembangkan dari kurva diatas, yaitu sebagai berikut [ CITATION
Wid08 \l 1033 ].

Jadi, kurva IC2, menggambarkan tingkat utilitas yang lebih tinggi


dibandingkan kurva IC1, kurva IC3 lebih tinggi dibandingkan kurva IC2,
dan seterusnya.

18
II.III. Garis Anggaran

Gambar 1.6. Garis Anggaran

Garis anggaran melukiskan berbagai kombinasi barang X dan Y


yang dapat dibeli oleh konsumen. Misalkan, konsumen mempunyai
pendapatan sebesar Rp100.000,00, sedangkan harga X sebesar Rp1000,00
dan harga Y sebesar Rp2000,00. Titik J menunjukkan konsumen hanya
membeli barang Y saja, dan menghabiskan Rp100.000,00 dengan
kombinasi 50Y dan 0X. Kemungkinan yang lain ditunjukkan oleh titik K,
konsumen membeli 100X dan 0Y. Konsumen juga dapat membeli kedua
barang X dan Y, dan menghabiskan seluruh pendapatannya memperoleh
kombinasi X dan Y sepanjang garis anggaran [ CITATION Cat14 \l 1033 ].

Garis anggaran dapat ditulis sebagai [ CITATION Cat14 \l 1033 ]:

I = PX.QX + PY.QY

Di mana I adalah pendapatan

Px adalah harga barang X

Py adalah harga barang Y.

19
Kita dapat menuliskannya menjadi :

Qy = I/Py - Px/Py.

Qx yang menunjukkan bahwa slope garis anggaran adalah Px/Py.


Slope garis anggaran ini menunjukkan seberapa jauh barang X dan barang
Y dapat dipertukarkan di pasar. Konsumen tidak dapat mencapai titik
(kombinasi barang) di sebelah kanan garis anggaran, kecuali posisi garis
anggaran tersebut berubah. Kenaikan pendapatan menyebabkan garis
anggaran bergeser ke kanan, sejajar dengan garis anggaran semula (dengan
anggapan harga barang X dan Y tidak berubah). Penurunan pendapatan
menyebabkan garis anggaran bergeser ke kiri [ CITATION Cat14 \l 1033 ].

Garis anggaran bergeser ke kanan, dari I1 menuju I2, intersep


terhadap sumbu Y adalah I2/Py, sedangkan intersep terhadap sumbu X
adalah I2/Px. Karena kedua harga ini tetap maka slope garis anggaran
tidak berubah. Apabila harga salah satu barang berubah maka garis
anggaran akan berotasi, slope-nya berubah. Misalnya, harga barang X
turun, sedangkan harga Y tetap maka garis anggaran akan berotasi
berlawanan arah jam (berpindah dari K menuju K’). Sebaliknya apabila
harga X naik sedangkan harga Y tetap maka akan berotasi searah jarum
jam (berpindah dari K menjadi K”). Apabila harga X berubah, sedangkan

20
harga Y tetap maka garis anggaran akan berotasi sepanjang sumbu X.
Apabila harga barang Y yang berubah, sedangkan harga X tetap maka
garis anggaran akan berotasi sepanjang sumbu Y [ CITATION Cat14 \l 1033 ].

Contoh soal perhitungan fungsi garis anggaran budget line perilaku


konsumen pendekatan ordinal [ CITATION Cat14 \l 1033 ].

Jika dana yang dimiliki konsumen untuk konsumsi dua barang


adalah 200.000 rupiah, sedangkan harga barang X adalah 20.000 rupiah
dan harga barang Y adalah 8.000 rupiah, maka fungsi anggarannya
adalah :

Jawab :

Fungsi garis anggaran dapat dinyatakan dengan rumus berikut :

Y = I/ PY – (PX/PY) X

Diketahui dari soal

I = 200 rb

PX = 20 rb

PY = 8 rb

21
Sehingga fungsi garis anggarannya adalah

Y = 200/8 – (20/8) X

Y = 25 – 2,5 X

II.IV. Keseimbangan Konsumen

Keseimbangan konsumen dapat tercapai ketika :

a.

Keseimbangan konsumen menunjukan kepuasan maksimum, saat


persinggungan antara Budge Line dan Indefference Curve.
b. Pada titik singgung berlaku slope BL = slope IC, berarti :
MU x P X MU X MU Y
= atau =
MU Y PY PX PY

Pada gambar grafik, keseimbangan konsumen akan terjadi pada


titik C, yaitu pada titik singgung BL dengan IC 2. Pada titik ini semua
pendapatan konsumen telah habis dibelanjakan. Konsumen mengonsumsi
barang X sebesar X* dan mengonsumsi barang Y sebesar Y*. dan disini
konsumen mencapai kepuasan yang maksimum [ CITATION Ahm15 \l 1033 ].

22
Contoh Soal

Anda ingin memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi


barang X dan Y, dimana anda punya uang sebesar $10.000. diketahui
bahwa harga barang X per unit adalah $500 dan harga barang Y per unit
adalah $250. Dan fungsi utilitas anda adalah U=2X0,5 Y0,4. Pada kombinasi
barang X dan Y berapa jika ingin mencapai kepuasan maksimum?

Jawab

Diketahui :

 Fungsi tujuan : U=2X0,5 Y0,4 ( Utulitas Total)


 Fungsi kendala : 10.000=500X+250Y
Maka persamaan lagrangenya adalah :
M=2X0,5 Y0,4 + 10.000 λ – 500X λ – 250Y λ
Syarat maksimum adalah turunan pertamanya sama dengan nol, maka :
dM/dX = X-0,5 Y0,4 – 500 λ = 0 : x1 : X-0,5 Y0,4 – 500 λ = 0
……………… 1
dM/dY = 0,8X0,5 Y-0,6 – 250 λ = 0 : x2 : 1,6 X0,5 Y-0,6 - 500 λ=
0…………….2
dM/d λ = 10.000 – 500X – 250Y =
0…………………………………………..3
dalam persamaan 1 dan 2 bia dioeroleh :
X-0,5 Y0,4 / 1,6 X0,5 Y-0,6 = 500 λ / 500 λ
Y/ 1,6X = 1
Y = 1,6X
Ketika Y = 1,6X masukan ke persamaan 3 sehingga didapat :
10.000 = 500X + 250Y
10.000 = 500X + 250(1,6X)
10.000 = 500X + 400X
10.000 = 900X
X = 11,1

23
Dan disaat X = 11,1 maka Y dapat diperoleh yaitu :
Y = 1,6X
Y = 1,6 (11,1)
Y = 17,8

Jadi, kepuasan bisa mencapai maksimum saat mengkonsumsi barang X


sebanyak 11,1 dan barang Y sebanyak 17,8 unit.
Dan tingkat kepuasan totalnya adalah 21,08 util. Diperoleh dari :
U = 2X0,5 Y0,4
U = 2 (11,1) 0,5 (17,8) 0,4
U = 21, 08

II.V. Penurunan Fungsi Permintaan Individu

Sifat permintaan konsumen yaitu jika harga turun maka permintaan


bertambah dan jika harga naik permintaan berkurang, dapat diterangkan
dengan menggunakan teori nilai guna. Selain dengan cara itu,sifat
permintaan konsumen dapat pula diterangkan dengan menggunakan
analisis kurva kepuasan sama. Cara menerangkan sifat permintaan
konsumen dengan menggunakan analisis kurva kepuasan sama adalah
seperti pada gambar.

24
Dalam gambar atas dimisalkan pendapatan konsumen adalah tetap
sebesar Y dan pada permulaannya harga makanan adalah P c dan harga
pakaian adalah Pa. dengan demikian pada permulaannya garis a
menggambarkan garis anggaran pengeluaran konsumen tersebut. garis a
menyinggung kurva kepuasan sama U1 di titik E. oleh karena itu, jumlah
pakaian yang dikonsumsi adalah Q unit. Seterusnya, misalkan pendapatan
dan harga makanan tidak mengalami perubahan, tetapi harga pakaian
menurun dan sekarang telah menjadi Pb. Dengan perubahan ini maka garis
anggaran pengeluaran sekarang ditunjukkan oleh garis b. ia disinggung
kurva kepuasan sama U2 di titik E1 . keseimbangan ini menggambarkan
bahwa pakaian yang dikonsumsi telah meningkat menjadi Q1 unit. Uraian
ini menunjukan bahwa perubahan harga pakaian mengakibatkan
perubahan ke atas jumlah pakaian yang dibeli dan dikonsumsi.

Dalam gambar bawah ditunjukkan hubungan antara harga pakaian


dengan dan jumlah pakaian yang diminta. Titik a menggunakan
kedudukan konsumen ketika belum berlaku perubahan harga, yaitu harga
pakaian adalah titik Pa dan jumlah pakaian yang diminta adalah Q unit.
Titik B menggambarkan keadaan ketika harga pakaian turun menjadi Pb
dan pada harga tersebut jumlah pakaian yang diminta adalah Q2. Kurva
DD yang dibuat melalui ketiga titik diatas merupakan kurva permintaan ke
atas pakaian [ CITATION Sad05 \l 1033 ]

25
BAB III

PENUTUP

III.I. Kesimpulan

Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan


kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu
dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-
barang dan jasa-jasa. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen, diantaranya ada faktor budaya, sosial, psikologis, dan faktor
marketing strategi. Keterkaitan perusahaan/produsen sangatlah erat.
Produsen memiliki ketergantungan terhadap perilaku konsumen yang
mempengaruhi efektifitas penjualan. Proses pengamatan produsen
terhadap perilaku konsumen akan memberikan hasil yang menentukan
strategi pemasaran. Inilah alasan mengapa produsen perlu mengamati
perilaku konsumen.

III.II. Saran

Dalam memutuskan suatu pembelian, ada beberapa tahap yang


dilakukan konsumen, diantaranya pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, dan keputusan pembelian. Beberapa tipe
proses pembelian konsumen diantaranya proses complex decision making,
proses brand loyality, limited decision making, dan proses intertia.

26
DAFTAR PUSTAKA
Ahman, E., & Rohmana, Y. (2015). Ekonomi Mikro Suatu Pengantar. Bandung:
Rizqi Press.

Alam. (2008). Ekonomi. Jakarta: Esis.

Arifin, I. (2008). Membuka Cakrawala Ekonomi. Buku Sekolah Elektronik (BSE).

S, A. (2008). Ekonomi. Jakarta: Esis.

Sugianto, C. (2014). Teori Ekonomi Mikro Lanjutan. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Sukirno, S. (2005). Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi 3. Jakarta: Rajawali


Pers.

Widyaningsih, A., & Widjajanta, B. (2008). Mengasah Kemampuan Ekonomi.


Tangerang Selatan: Buku Sekolah Elektronik (BSE).

27

Anda mungkin juga menyukai