Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PEMBAHASAN

1. Definisi Perekonomian Terbuka dan Tertutup


Sejauh ini, pengembangan dalam hal ilmu ekonomi makro masih
mengabaikan interaksi antara perekonomian yang satu dengan yang lainnya.
Dalam hal ini banyak dari ilmu ekonomi makro yang menganggap masalah-
masalah dari segi internasional itu tidak dianggap penting. Tentunya untuk
menjaga analisis ini para ekonom perekonomian makro mengansumsikan
perekonomian tertutup (closed economy). Perekonomian tertutup (closed
economy) yaitu perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian
negara lain.
Namun, beberapa permasalahan tentang perekonomian mulai muncul dalam
perekonomian terbuka (open economy) yaitu perekonomian yang berinteraksi
secara bebas dengan perekonomian negara lain. Secara umum pada sistem
perekonomian terbuka ini produsen memiliki hak untuk melakukan kegiatan
penjualan produk atau barang ke negara-negara lain (ekspor) dan juga sebaliknya,
yaitu melakukan kegiatan pembelian produk atau barang yang berasal dari luar
negaranya (impor). Kegiatan ini juga memicu sistem perekonomian yang semakin
tanpa batas yang ditunjukkan oleh lembaga perbankan dan keuangan juga turut
mengikuti perkembangan transaksi yang mendukung kegiatan ekspor dan impor
tersebut. Inilah yang disebut dengan ekonomi global yang mewujudkan kegiatan
perdagangan secara internasional.
Perdagangan internasional memungkinkan orang-orang untuk menghasilkan
produk terbaik mereka dan mengonsumsi beragam barang dan jasa yang
dihasilkan diseluruh dunia. Dalam salah satu konsep dari Sepuluh Prinsip
Ekonomi menyebutkan bahwa perdagangan dapat membuat orang-orang lebih
kaya, hal ini karena dengan adanya perdagangan internasional maka akan
dilakukan spesialisasi dalam produksi barang dan jasa tertentu yang keunggulan
komparatif untuk memproduksinya dimiliki oleh negara-negara tersebut.
2. Arus Barang dan Modal Internasional
Tidak hanya di zaman sekarang ini, beberapa abad yang lalu para pedagang
yang berlayar dengan kapal juga sudah melakukan kegiatan jual beli barang antar
wilayah padahal perekonomian saat itu belum berkembang seperti sekarang ini.
Jika kita nilai kegiatan ekspor dan impor sekarang ini justru memiliki peranan
penting dalam perekonomian antar negara yang salah satu penyebabnya mungkin
karena perbedaan sumber daya dan perbedaan kepentingan antar negara yang satu
dengan negara yang lainnya. Sebuah perekonomian terbuka berinteraksi dengan
perekonomian lain dengan dua cara, yaitu membeli dan menjual barang dan jasa
di pasar produk dunia, serta membeli dan menjual aset modal, seperti saham dan
surat obligasi di pasar uang dunia.

2.1. Arus Barang: Ekspor, Impor, dan Ekspor Neto


Ekspor (exports) adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri
untuk dijual ke luar negeri. Impor (imports) adalah barang dan jasa yang
diproduksi di luar negeri untuk dijual di dalam negeri. Seperti contoh Indonesia
menjual minyak mentah ke luar negeri berarti Indonesia disebut sebagai negara
pegekspor, lalu di Indonesia kekurangan minyak atau bahan bakar minyak, maka
Indonesia membeli minyak dari luar negri, maka Indonesia disebut sebagai negara
pengimpor. Ekspor Neto (net exsports) setiap negara adalah nilai ekspor suatu
negara dikurangi dengan nilai impornya. Karena ekspor neto menunjukan suatu
negara yang merupakan penjual dan pembeli dipasar barang dan jasa dunia dan
ekspor neto juga dapat disebut dengan neraca perdagangan (trade balance).
Penjulan minyak mentah Indonesia meningkatkan ekspor neto, sedangkan
pembelian bahan bakar mengurangi ekspor neto Indonesia.
Jika ekspor neto bernilai positif, ekspor lebih besar dibandingkan dengan
impor yang mengindikasikan bahwa negara tersebut lebih banyak menjual barang
dan jasanya keluar negeri dibandingkan dengan membeli barang dan jasa dari
negara lain. Oleh karena itu negara tersebut dikatakan memiliki surplus
perdagangan (trade surplus) sedangkan, jika ekspor neto bernilai negatif, ekspor
lebih kecil dibandingan dengan impor yang mengindikasikan bahwa negara
tersebut lebih sedikit menjual barang dan jasa ke luar negeri dibandingkan dengan
membeli barang dan jasa dari negara lain, hal ini dinamakan defisit perdagangan
(trade defisit). Jika ekspor neto bernilai nol, ekspor dan impor memiliki jumlah
yang sama. Dengan demikian, negara tersebut dikatakan memiliki perdagangan
seimbang (balanced trade). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ekspor,
impor, dan ekspor neto suatu negara, yaitu:
1. Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri;
2. Harga di dalam negeri dan luar negeri;
3. Biaya transportasi barang dari satu negara ke negara lain;
4. Nilai tukar dimana orang-orang dapat menggunakan mata uang domestik
untuk membeli mata uang asing;
5. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri; dan
6. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional.

2.2. Aliran Sumber Daya Keuangan: Arus Keluar Modal Neto


Arus keluar modal neto (net capital outflow) adalah merujuk pada
pembelian aset luar negeri oleh warga domestik dikurangi dengan pembelian aset
domestik oleh warga asing terkadang disebut juga dengan investasi luar negeri
neto. Ketika Indonesia menanam saham di Cina maka hal ini akan meningkatkan
arus keluar modal neto Indonesia. Sedangkan ketika Indonesia menjual surat
obligasi ke pasar luar negeri dan masyarakat luar negeri membeli surat obligasi
Indonesia maka hal ini akan mengurangi arus keluar modal neto Indonesia.
Di dalam arus keluar modal ke luar negeri terdapat dua bentuk. Pertama,
investasi luar negeri langsung ini jika seorang warga negara aktif dalam
mengelola investasinya. Contohnya seperti perusahaan Indonesia membangun
pabrik di Singapura. Kedua, investasi portofolio luar negeri dalam hal ini seorang
warga negara yang bersifat pasif. Contohnya seperti seorang warga Indonesia
membeli saham perusahaan Singapura. Di sini akan dijelaskan mengenai variabel
yang lebih penting yang memengaruhi arus keluar modal neto, yaitu:
• Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset luar negeri.
• Suku bunga riil yang dibayarkan atas asset domestik.
• Risiko ekonomi dan politik dalam memegang aset luar negeri.
• Kebijakan pemerintah yang memengaruhi kepemilikan aset domestik oleh
investor asing.
Sebagai contoh, seorang warga Singapura sedang mempertimbangkan untuk
membeli surat obligasi pemerintah Thailand atau Singapura (surat obligasi adalah
IOU dari penerbit surat obligasi). Untuk mengambil keputusan ini, investor
Singapura membandingkan suku bunga riil yang ditawarkan oleh kedua surat
obligasi ini. Semakin tinggi suku bunga riil surat obligasi tersebut maka semakin
menarik obligasi tersebut bagi investor. Namun, ketika membuat perbandingan ini
investor Singapura juga harus mempertimbangkan risiko utang yang mungkin
dihindari oleh pemerintah (yakni tidak membayar bunga atau pokoknya ketika
mencapai tanggal waktu), serta batasan-batasan yang dibeabankan oleh
pemerintah Thailand saat ini atau pada masa mendatang kepada investor asing
Thailand.

2.3. Persamaan Ekspor Neto dan Arus Keluar Modal Neto


Negara perekonomian terbuka berinteraksi dengan negara lain dengan dua
cara di pasar barang dan jasa dunia dan di pasar uang dunia. Ekspor neto dan arus
keluar modal neto masing-masing mengukur jenis ketidakseimbangan dalam
pasar-pasar ini. Ekspor neto mengukur ketidakseimbangan antara ekspor dan
impor suatu negara. Arus keluar modal neto mengukur ketidakseimbangan antara
jumlah aset asing yang dibeli oleh warga domestik dan jumlah asset domestik
yang dibeli oleh asing.
Fakta yang penting menyatakan bahwa untuk sebuah perekonomian sebagai
satu keseluruhan, ketidakseimbangan ini harus mengimbangi satu sama lain, yakni
arus keluar modal neto (NCO) selalu sama dengan ekspor neto (NX):
NCO = NX.
Persamaan ini muncul karena setiap transaksi yang memengaruhi salah satu
sisi persamaan ini juga memengaruhi sisi lain dengan jumlah yang sama.
Persamaan ini adalah sebuah identitas, sebuah persamaan yang harus muncul
karena cara variabel ditentukan dan diukur dalam persamaan tersebut.
Untuk memahami mengapa identitas akuntansi ini benar, perhatikan contoh
berikut. Sebuah perusahaan minyak Indonesia menjual bahan bakar jet kepada
perusahaan penerbangan jepang. Dalam penjualan ini, perusahaan Indonesia
memberikan bahan bakar kepada perusahaan Jepang dan perusahaan Jepang
memberikan yen kepada perusahaan Indonesia. Perhatikan bahwa ada dua hal
yang muncul secara bersamaan. Indonesia telah menjual beberapa outputnya
kepada perusahaan asing (bahan bakar) dan penjualan ini meningkatkan ekspor
neto Indonesia. Selain itu, Indonesia telah memperoleh beberapa aset asing (yen)
dan ini meningkatkan arus keluar modal neto Indonesia
Walaupun perusahaan Indonesia kemungkinan tidak akan mempertahankan
yen yang diperolehnya dari penjualan tersebut, setiap transaksi selanjutnya akan
mempertahankan persamaan ekspor neto dan arus keluar modal neto. Misalnya,
perusahaan Indonesia tersebut akan menukar yen ke rupiah untuk membeli saham
di Sony Corporation, produsen barang elektronik Jepang. Dalam contoh ini,
ekspor neto bahan bakar Indonesia sama dengan arus keluar modal neto untuk
saham Sony. Dengan demikian, NX dan NCO naik dengan jumlah yang sama.
Sebagai kemungkinan lain, perusahaan Indonesia dapat menukar yen ke
rupiah dengan perusahaan lain yang ingin membeli komputer dari Toshiba,
produsen komputer Jepang. Dalam contoh ini, impor Indonesia (komputer)
mengimbangi ekspor Indonesia (bahan bakar). Penjualan yang dilakukan
perusahaan Indonesia dan Toshiba tidak mempengaruhi ekspor neto Indonesia
atau arus keluar modal neto Indonesia. Dengan demikian, NX dan NCO sama
dengan sebelum transaksi-transaksi ini terjadi.
Persamaan ekspor neto dan arus keluar modal neto terjadi karena setiap
transaksi internasional merupakan pertukaran. Ketika negara penjual mentransfer
barang atau jasa kepada negara pembeli, negara pembeli memberikan aset untuk
membayar barang atau jasa ini. Nilai aset tersebut sama dengan nilai barang atau
jasa yang dijual. Ketika kita menambahkan semuanya, nilai neto barang dan jasa
yang dijual oleh satu negara (NX) harus sama dengan nilai neto aset yang
diperoleh (NCO). Arus barang dan jasa internasional dan arus modal internasional
ibarat dua sisi sebuah koin.

2.4. Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus Internasional


Tabungan dan investasi suatu negara sangat penting bagi pertumbuhan
ekonomi jangka panjangnya. Variabel yang terkait dengan arus barang dan modal
internasional seperti yang diukur oleh ekspor neto dan arus keluar modal neto.
Istilah ekspor neto yang membahass tentang komponen Produk Domestik Bruto.
Produk Domestik Bruto suatu Negara (Y) terbagi dalam empat komponen, yaitu:
konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah (G), dan ekspor neto (NX).
Rumusnya yaitu:
Y = C+I+G+NX.
Total pengeluaran terhadap output barang dan jasa negara ini adalah
pengeluaran total terhadap konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor
neto.
Tabungan nasional adalah pendapatan negara yang tersisa setelah membayar
konsumsi dan pembelian pemerintah. Tabungan (S) nasional sama dengan Y-C-G.
Jika menyusun ulang persamaan tersebut untuk menggambarkan hal ini, kita akan
memperoleh:
Y- C – G = I + NX
S = I + NX
Karena ekspor neto (NX) juga sama dengan arus keluar modal neto (NCO)
dan dapat ditulis persamaannya dengan rumus :
S = I + NCO
Tabungan = Investasi domestik + Arus keluar modal neto.
Persamaan ini menunjukan bahwa tabungan suatu negara harus sama
dengan investasi domestiknya ditambah dengan arus keluar modal netonya.
Dengan kata lain, ketika warga negara domestik menyimpan pendapatannya untuk
masa depan, pendapatan tersebut dapat digunakan untuk membiayai akumulasi
modal domestik atau dapat digunakan untuk membiayai pembelian modal asing.
Dalam perekonomian tertutup, arus keluar modal neto adalah nol (NCO = 0)
sehingga tabungan sama dengan investasi (S = I). Sebaliknya, perekonomian
terbuka memiliki dua penggunaan tabungannya: investasi domestik dan arus
keluar modal neto.
Defisit perdagangan terjadi apabila tabungan < investasi dan NCO<0.
Perdagangan mengalami keseimbangan apabila tabungan = investasi dan NCO =
0 dan surplus perdagangan terjadi apabila tabungan > investasi dan NCO>0.

3. Harga untuk Transaksi Internasional


Selain variabel jumlah ini, para ekonom makro juga mempelajari variabel
yang mengukur harga-harga pada transaksi internasional ini. Seperti halnya harga
di setiap pasar yang memainkan peranan penting dalam mengoordinasikan antara
pembeli dan penjualan di pasar tersebut, harga internasional mengoordinasikan
keputusan konsmen dan produsen ketika mereka berinteraksi di pasar dunia.

3.1. Nilai Tukar Nominal


Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) merupakan nilai yang
digunakan seseorang saat menukarkan mata uang suatu negara dengan mata uang
negara lain. Jika nilai tukar berubah, sehingga suatu satu dolar Singapura dapat
membeli mata uang asing lebih banyak, maka perubahan tersebut
dinamakan apresiasi (appreciation). Jika nilai tukar berubah sehingga satu dolar
Singapura membeli mata uang asing lebih sedikit maka perubahan tersebut
dinamakan depresiasi (depreciation).
Mungkin kita sering mendengar berita di media massa bahwa mata uang
lokal “menguat” atau “melemah”. Deskripsi ini biasanya merujuk pada perubahan
nilai tukar nominal terbaru. Ketika mata uang terapresiasi, mata uang tersebut
dikatakan menguat karena dapat membeli mata uang asing lebih banyak. Begitu
pula sebaliknya ketika suatu mata uang terdepresiasi, ia dikatakan melemah.

3.2. Nilai Tukar Riil


Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang
saat menukarkan barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain.
Nilai tukar riil dan nilai tukar nominal berkaitan erat. Keterkaitan antara nilai
tukar nominal dan nilai tukar riil dapat dirumuskan :

Nilai tukar riil =

Dengan demikian, nilai tukar rill bergantung pada nilai tukar nominal dan
pada harga barang di dua negara yang diukur dalam mata uang lokal.
Depresiasi (penurunan) nilai tukar riil domestik berarti bahwa barang-
barang domestik menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang negara
asing. Perubahan ini mendorong konsumen dalam negeri dan luar negeri untuk
membeli lebih banyak barang domestik dan membeli lebih sedikit barang dari
negara lain. Hasilnya, ekspor meningkat dan impor menurun, dan perubahan ini
meningkatkan ekspor neto negara. Sebaliknya, apresiasi (peningkatan) nilai tukar
riil domestik berarti bahwa barang domestik menjadi lebih mahal dibanding
dengan barang luar negeri sehingga ekspor neto menurun.

4. Teori Pertama Penentuan Nilai Tukar


Teori ini diperkenalkan oleh ekonom klasik bernama David Ricardo.
Konsep ini kemudian dipopulerkan oleh ekonom Swedia yang bernama Gustave
Cassel pada tahun 1920, saat negara-negara Eropa seperti Jerman, Uni Soviet, dan
Hongaria mengalami inflasi tinggi. Paritas daya beli (purchasing power parity)
adalah teori nilai tukar yang menyatakan bahwa satu unit mata uang tertentu harus
mampu membeli barang dalam jumlah yang sama di semua negara
Teori paritas daya beli menyatakan bahwa kurs antar mata uang sama
dengan nisbah tingkat harga masing-masing negara pemiliknya; tingkat harga ini
dihitung berdasarkan harga uang dari suatu komoditi acuan. Purchasing Power
Parity sama artinya dengan pernyataan bahwasannya daya beli suatu mata uang
sama besarnya di setiap negara. Selain PPP absolut, teori PPP masih memiliki
versi yang lain, yakni Purchasing Power Parity relatif yang memprediksikan
bahwa perubahan persentase kurs sama dengan tingkat inflasi nasional.
Landasan utama teori Purchasing Power Parity adalah dalil satu harga (law
of one price). Dalil ini menyatakan apabila perdagangan benar-benar bebas dan
tidak ada hambatan apapun terhadapnya, maka suatu barang pasti dijual di bagian
manapun dari dunia ini dengan harga yang sama. Namun para pendukung teori
PPP sering menegaskan bahwa kesahihan teori PPP tidak ditentukan oleh
keberlakuan dalil satu harga atas setiap komoditi.

4.1. Logika Dasar dari Teori Paritas Daya Beli


Teori ini didasarkan pada prinsip yang disebut dengan hukum satu harga.
Hukum ini menyatakan bahwa sebuah barang harus dijual dengan harga yang
sama disemua lokasi. Jika tidak, maka akan ada peluang keuntungan yang tidak
tereksploitasi. Berdasarkan teori ini, suatu mata uang harus memiliki daya beli
yang sama disemua Negara dan jelas nama teori ini telah menjelaskan definisinya
dengan baik. Paritas berarti kesamaan dan daya beli merujuk pada nilai uang.
Paritas daya beli menyatakan bahwa satu unit semua mata uang harus memiliki
nilai riil yang sama di setiap negara.

4.2. Implikasi Teori Paritas Daya Beli


Teori paritas daya beli menjelaskan bahwa nilai tukar nominal antar mata
uang dua negara bergantung pada tingkat harga di negara-negara tersebut. Jika
satu mata uang domestik membeli barang dalam jumlah yang sama di negara asal
(harga diukur dalam mata uang negara asal) seperti di Jepang (yen), maka jumlah
yen per unit mata uang negara asal harus mencerminkan harga barang di negara
asal dan Jepang. Untuk memahami cara kerjanya kita menggunakan ilmu
matematika dan rumusnya yaitu 1/P=e/P*. Dengan sedikit penyesuaian,
persamaannya menjadi 1=eP/P*. Di sini perhatikan bahwa sisi kiri persamaan ini
adalah konstanta dan sisi kanan persamaan ini adalah nilai tukar riil. Dengan
demikian, jika daya beli mata uang suatu negara selalu sama di negara asal dan
negara lain maka nilai tukar riil harga relatif barang domestic dan luar negeri tidak
dapat berubah.
Untuk memahami implikasi analisis nilai tukar nominal ini, dapat
disesuaikan persamaan terakhir untuk memecahkan nilai tukar nominal: e=P*/P.
Artinya, nilai tukar nominal sama dengan rasio tingkat harga asing (yang diukur
dalma unit mata uang asing) terhadap tingkat harga domestik (yang diukur dalam
unit mata uang domestik). Berdasarkan teori paritas daya beli,nilai tukar nominal
antara mata uang kedua negara tersebut harus mencerminkan tingkat harga yang
berbeda dikedua negara tersebut.

Contoh :
Jika satu kilogram beras dijual seharga 600 yen di Jepang dan 200 baht di
Thailand maka nilai tukar nominalnya adalah 3 yen per baht. Jika tidak, daya beli
baht tidak akan sama di kedua negara tersebut.
e = P*/P
e = 600 yen/200 baht = 3
P* = harga barang di Jepang (yen)
e = nilai tukar nominal
P = harga barang di Thailand (baht)
Implikasi utama teori ini adalah nilai tukar nominal berubah ketika tingkat
harga berubah. Seperti yang telah diketahui tingkat harga disetiap negara
disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan jumlah
permintaan uang. Karena nilai tukar nominal bergantung pada tingkat harga, nilai
tukar tersebut juga bergantung pada persediaan dan permintaan uang disetiap
negara. Ketika bank sentral menecetak uang dalam jumlah banyak, uang
kehilangan nilainya untuk membeli barang dan jasa, serta untuk membeli mata
uang Negara lain.

4.3. Keterbatasan Teori Paritas Daya Beli


Teori paritas daya beli tidak sepenuhnya akurat. Artinya, nilai tukar tidak
selalu bergerak untuk memastikan bahwa suatu unit mata uang negara asal
memiliki nilai riil yang sama disemua negara. Terdapat dua alasan mengapa teori
paritas daya beli tidak akurat disini.
• Alasan pertama, bahwa banyak barang yang tidak mudah untuk
diperdagangkan. Misalnya, harga potong rambut di Amerika Serikat lebih
mahal daripada di Indonesia.
• Alasan kedua, barang-barang yang dapat diperdagangkan sekalipun tidak
selalu merupakan barang subtitusi yang sempurna ketika diproduksi di
negara-negara yang berbeda. Misalnya, beberapa konsumen lebih suka
mobil Jerman dan konsumen lain lebih menyukai mobil Jepang. Jika terjadi
peningkatan permintaan terhadap mobil Jerman maka akan menyebabkan
kenaikan harga mobil Jerman daripada mobil Jepang. Meskipun ada
perbedaan harga tersebut, tidak akan ada kemungkinan untuk memperoleh
keuntungan dari arbitrase karena konsumen tidak memandang ekuivalen
kedua mobil tersebut.
Oleh karena itu, karena beberapa barang tidak dapat diperdagangkan dan
karena beberapa barang yang dapat diperdagangkan bukan subtitusi yang
sempurna dengan barang yang sama dari negara lain. Paritas daya beli bukanlah
teori penentuan nilai tukar yang sempurna, hal ini menjadi alasan nilai tukar riil
mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai