PEMBAHASAN
Dengan demikian, nilai tukar rill bergantung pada nilai tukar nominal dan
pada harga barang di dua negara yang diukur dalam mata uang lokal.
Depresiasi (penurunan) nilai tukar riil domestik berarti bahwa barang-
barang domestik menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang negara
asing. Perubahan ini mendorong konsumen dalam negeri dan luar negeri untuk
membeli lebih banyak barang domestik dan membeli lebih sedikit barang dari
negara lain. Hasilnya, ekspor meningkat dan impor menurun, dan perubahan ini
meningkatkan ekspor neto negara. Sebaliknya, apresiasi (peningkatan) nilai tukar
riil domestik berarti bahwa barang domestik menjadi lebih mahal dibanding
dengan barang luar negeri sehingga ekspor neto menurun.
Contoh :
Jika satu kilogram beras dijual seharga 600 yen di Jepang dan 200 baht di
Thailand maka nilai tukar nominalnya adalah 3 yen per baht. Jika tidak, daya beli
baht tidak akan sama di kedua negara tersebut.
e = P*/P
e = 600 yen/200 baht = 3
P* = harga barang di Jepang (yen)
e = nilai tukar nominal
P = harga barang di Thailand (baht)
Implikasi utama teori ini adalah nilai tukar nominal berubah ketika tingkat
harga berubah. Seperti yang telah diketahui tingkat harga disetiap negara
disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dan jumlah
permintaan uang. Karena nilai tukar nominal bergantung pada tingkat harga, nilai
tukar tersebut juga bergantung pada persediaan dan permintaan uang disetiap
negara. Ketika bank sentral menecetak uang dalam jumlah banyak, uang
kehilangan nilainya untuk membeli barang dan jasa, serta untuk membeli mata
uang Negara lain.