Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketika anda memutuskan untuk membeli sebuah mobil, anda mungkin


membandingkan model-model terbaru yang ditawarkan oleh Hyundai dan Toyota. Ketika
anda berlibur, anda mungkin akan mempertimbangkan apakah akan berlibur di rumah atau ke
luar. Ketika anda menabung untuk masa pensiun, anda mungkin akan memilih antara dana
mutual untuk membeli saham diperusahaan domestik dengan saham diperusahaan asing.
Dalam semua contoh ini, anda tidak hanya berpartisipasi dalam perekonomian anda, tetapi
juga dalam perekonomian di seluruh dunia.

Ada beberapa keuntungan dalam perdagangan internasional terbuka: perdagangan


memungkinkan orang-orang untuk menghasilkan produk terbaik mereka dan mengonsumsi
beragam barang dan jasa yang dihasilkan diseluruh dunia. Tentunya, salah satu dari sepuluh
prinsip ekonomi menyebutkan bahwa perdagangan dapat membuat orang-orang lebih kaya.
Seperti yang telah kita ketahui, perdagangan internasional dapat meningkatkan standar hidup
di semua negara dengan memampukan dilakukannya spesialisasi dalam produk barang dan
jasa tertentu yang keunggulan komparatif untuk memproduksinya dimiliki oleh negara-
negara tersebut.

Sejauh ini, pengembangan pemahaman kita mengenai ilmu ekonomi makro masih
mengabaikan interaksi antara perekonomian yang satu dengan perekonomian yang lain
diseluruh dunia. Dalam banyak pembahasan ekonomi makro, masalah-masalah internasional
dianggap tidak penting. Contohnya, ketika kita membahas tingkat pengangguran dan
penyebab inflasi, efek-efek dari perdagangan internasional dapat diabaikan. Tentunya, untuk
menjaga analisis tetap sederhana, para ekonom perekonomian makro sering kali
mengansumsikan perekonomian tertutup (perekonomian yang tidak berinteraksi dengan
perekonomian lain.

Namun, beberapa permasalahan ekonomi makro baru muncul dalam perekonomian


terbuka (perekonomian yang berinteraksi secara bebas dengan perekonomian negara lain).
Oleh karena itu, dalam paper ini kami akan membahas ekonomi makro perekonomian
terbuka. Yang pertama kita akan memulainya dengan mengkaji variabel ekonomi makro
penting yang menggambarkan interaksi perekonomian terbuka di pasar dunia. Anda mungkin

1
telah mengetahui variabel-variabel seperti, ekspor, impor, neraca perdagangan, dan nilai
tukar, ketika membaca koran atau menonton berita malam. Selanjutnya, dalam paper ini kami
akan mengembangkan model untuk menjelaskan bagaimana variabel-variabel ini ditentukan
dan bagaimana variabel-variabel ini dipengaruhi oleh beragam kebijakan pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana arus barang dan modal internasional mempengaruhi perdagangan dan


keuangan internasional ?

2. Bagaimana harga untuk transaksi internasional dalam nilai tukar riil dan nominal?

3. Bagaimana teori pertama penentuan nilai tukar paritas daya beli ?

4. Apa saja studi kasus mengenai perekonomian terbuka ?

5. Apa saja istilah-istilah penting dalam perekonomian terbuka ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui arus barang dan modal internasional dalam mempengaruhi


perdagangan dan keuangan internasional

2. Untuk mengetahui harga transaksi internasional dalam nilai tukar dan nominal

3. Untuk mengetahui teori pertama penentuan nilai tukar paritas daya beli

4. Untuk mengetahui studi kasus mengenai perekonomian terbuka

5. Untuk mengetahui istilah-istilah penting dalam perekonomian terbuka

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ARUS BARANG DAN MODAL INTERNASIONAL

Sebuah perekonomian terbuka berinteraksi dengan perekonomian lain dengan dua


cara, yaitu membeli dan menjual barang dan jasa di pasar produk dunia, serta membeli dan
menjual asset modal, seperti saham dan surat obligasi di pasar uang dunia.

ARUS BARANG : EKSPOR, IMPOR, DAN EKSPOR NETO

Seperti yang telah kita ketahui ekspor (exports) adalah barang dan jasa yang
diproduksi di dalam negeri untuk dijual ke luar negeri, dan impor (imports) adalah barang
dan jasa yang diproduksi di luar negeri untuk dijual di dalam negeri. Sedangkan ekspor neto
(net exports) setiap negara adalah nilai ekspor negara tersebut dikurangi dengan nilai
impornya. Karena ekspor neto menunjukkan apakah suatu negara merupakan penjual atau
pembeli di pasar barang dan jasa dunia, ekspor neto juga disebut sebagai neraca perdagangan
(trade balance). Jika ekspor neto bernilai positif, ekspor lebih besar dibandingkan dengan
impor yang mengindikasikan bahwa negara tersebut lebih banyak menjual barang dan jasa ke
luar negeri dibandingkan dengan mebeli barang dan jasa dari negara lain. Oleh karena itu,
negara tersebut dikatakan memiliki surplus perdagangan (trade surplus). Jika ekspor neto
bernilai negatif, ekspor lebih kecil dibandingkan dengan impor yang mengindikasikan bahwa
negara tersebut lebih sedikit menjual barang dan jasa ke luar negeri dibandingkan dengan
membeli barang dan jasa dari negara lain-kasus ini dinamakan defisit perdagangan (trade
deficit). Jika ekspor neto bernilai nol, ekspor dan impor memiliki jumlah yang sama. Dengan
demikian, negara tersebut dikatakan memiliki perdagangan seimbang (balanced trade).

Ada banyak faktor yang mungkin memengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu
negara. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri.


Harga barang di dalam negeri dan luar negeri.
Nilai tukar di mana orang-orang dapat menggunakan mata uang domestik untuk
membeli mata uang asing.
Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri.
Biaya transportasi barang dari suatu negara ke negara lain.

3
Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional.

ALIRAN SUMBER DAYA KEUANGAN : ARUS KELUAR MODAL NETO

Istilah arus keluar modal neto (net capital neto) merujuk pada pembelian aset luar negeri
oleh warga domestik dikurangi dengan pembelian aset domestik oleh warga asing.
(Terkadang disebut dengan investasi luar negeri neto). Ketika seorang warga Singapura
membeli saham di perusahaan telekomunikasi Hong Kong, pembelian tersebut meningkatkan
arus keluar modal neto Singapura. Sementara itu, ketika seorang warga Filipina membeli
surat obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Singapura, pembelian tersebut mengurangi
arus keluar modal neto Singapura. Ingat kembali bahwa ada dua bentuk arus modal ke luar
negeri. Jika perusahaan Singapura membangun pabrik di Vietnam maka hal tersebut
merupakan contoh dari investasi luar negeri langsung. Jika seorang warga Singapura membeli
saham perusahaan Indonesia maka hal tersebut merupakan contoh dari investasi portofolio
luar negeri. Pada contoh pertama, warga Singapura aktif dalam mengelola investasinya,
sedangkan pada contoh kedua, warga Singapura memiliki peran pasif. Pada kedua contoh
tersebut, warga Singapura membeli aset luar negeri sehingga kedua pembelian tersebut
meningkatkan arus keluar modal neto Singapura. Ada beberapa variable-variabel penting
yang mempengaruhi arus keluar modal neto, yaitu :

a. Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset luar negeri


b. Suku bunga riil yang dibayarkan atas aset domestik
c. Risiko ekonomi dan politik dalam memegang aset luar negeri
d. Kebijakan pemerintah yang memengaruhi kepemilikan aset domestik oleh
investor asing.

Persamaan Ekspor Neto dan Arus Keluar Modal Neto

Ekspor neto dan arus keluar modal neto masing-masing mengukur jenis
ketidakseimbangan dalam pasar-pasar ini. Ekspor neto mengukur ketidakseimbangan antara
ekspor dan impor suatu negara. Arus keluar modal neto mengukur ketidakseimbangan antara
jumlah aset asing yang dibeli oleh warga domestic dan jumlah aset yang dibeli oleh asing.
Fakta yang paling meyatakan bahwa untuk sebuah perekonomian sebagai satu keseluruhan,

4
ketidakseimbangan ini harus mengimbangi satu sama lain, yakni arus keluar modal neto
(NCO) selalu sama dengan ekspor neto (NX):

NCO = NX

Persamaan ini muncul karena setiap transaksi yang memengaruhi salah satu sisi
persamaan ini juga memengaruhi sisi lain dengan jumlah yang sama. Persamaan ini adalah
sebuah identitas-sebuah persamaan yang harus muncul karena acara variabel ditentukan dan
diukur dalam persaman tersebut.

Untuk memahami mengapa identitas akuntansi ini benar, ada beberapa contoh, salah
satunya yaitu, sebuah perusahaan minyak Indonesia menjual bahan bakar jet terhadapt
perusahaan penerbangan Jepang. Dalam penjualan ini, perusahaan Indonesia memberikan
bahan bakar kepada perusahaan Jepang dan perusahaan Jepang memberikan yen kepada
perusahaan Indonesia. Disini terdapat dua hal yang muncul secara bersamaan. Indonesia telah
menjual beberapa outputnya kepada perusahaan asing (bahan bakar), dan penjualan ini
meningkatkan ekspor neto Indonesia. Selain itu, Indonesia telah memperoleh beberapa aset
asing (yen) dan ini meningkatkan arus keluar modal neto Indonesia.

Walaupun perusahaan Indonesia kemungkinan tidak akan mempertahankan yen yang


diperolehnya dari penjualan tersebut, setiap transaksi selanjutnya akaj mempertahankan
persamaan ekspor neto dan arus keluar modal neto. Misalnya, perusahan indonesia tersbeut
akan menukar yen ke rupiah untuk membeli saham di Sony Corporation, produsen barang
elektronik Jepang. Dalam contoh ini, ekspor neto bahan bakar Indonesia sama dengan arus
keluar modal neto untuk saham Sony. Dengan demikian, NX dan NCO naik dengan jumlah
yang sama.

Sebagai kemungkinan lain, perusahaan indonesia dapat menukar yen ke rupiah


dengan perusahaan lain yang ingin membeli komputer dari Toshiba, produsen komputer
Jepang. Dalam contoh ini, impor Indonesia (komputer) mengimbangi eskpor Indonesia
(bahan bakar). Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan Indonesia dan Toshiba tidak
mempengaruhi ekspor neto Indonesia atau arus keluar modal Indonesia. Dengan demikian,
NX dan NCO sama dengan sebelum transaksi-transaksi ini terjadi.

Persamaan ekspor neto dan arus keluar modal neto terjadi karena setiap transaksi
Internasional merupakan pertukaran. Ketika negara penjual mentransfer barang atau jasa
kepada negara pembeli, negara pembeli memberikan aset untuk membayar barang atau jasa

5
ini. Nilai aset tesebut sama dengan nilai barang atau jasa yang dijual. Ketika kita
menambhakan semuanya, nilai neto barang dan jasa yang dijual oleh suatu negara (NX) harus
sama dengan nilai neto aset yang diperoleh (NCO). Arus barang dan jasa internasional dan
arus modal internasional ibarat dua sisi sebuah koin.

Tabungan, Investasi, dan Hubungannya dengan Arus Internasional

Tabungan dan investasi suatu negara sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka
panjangnya. Produk Domestik Bruto suatu negara (Y) terbagi ke dalam empat kommponen:
konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah (G), dan ekspor neto (NX). Rumusnya adalah
sebagai berikut :

Y = C + I + G + NX

Total pengeluaran terhadap output barang dan jasa negara ini adalah pengeluaran total
terhadap konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor neto. Karena setiap unit
pengeluaran ditempatkan ke dalam salah satu kkomponen ini, persamaan ini adalah identitas
akuntansi: ia adalah benar karena cara penentuann dan pengukuran variabelnya. Tabungan
(S) nasional sama dengan Y C G . Jika disusun ulang persamaan tersebut akan diperoleh:

Y C G = I + NX

S = I + NX

Karena ekspor neto (NX) juga sama dengan arus keluar modal neto (NCO), didapat
persamaan sebagai berikut:

S = I + NCO

Tabungan = Investasi domestik + Arus keluar modal neto

Persamaan ini meunjukkan bahwa tabungan suatu negara harus sama dengan investasi
domestiknya ditambah dengan arus keluar modal netonya. Dengan kata lain, ketika warga
negara domestik menyimpan pendapatannya untuk masa depan, pendapatan tersebut dapat
dignakan untuk membiayai akumulasi modal domestik atau dapat dignakan untuk membiayai
pembelian modal asing.

6
Persamaan ini seharusnya tidak asing. Ketika kita menganalisis peranan sistem
keuangan, kita mempertimbangkan identitas ini untuk kasus perekonomian tertutup. Dalam
perekonomian tertutup, arus keluar modal neto adalah nol (NCO = 0) sehingga tabungan sam
dengan investasi (S=I). Sebaliknya, perekonomian terbuka memiliki dan penggunaan
tabungannya : investasi domestik dan arus keluar modal neto.

Sebelumnya, kita dapat memandang sistem keuangan sebagai sesuatu yang berdiri
diantara dua sisi idetitas ini. Sebagai contoh, keluarga Wong memutuskan untuk menyimpan
sebagian pendapatnnya untuk pensiun. Keptusan ini memberi kontribusi bagi tubangan
nasional, sisi kiri persamaan tersebut. Jika keluarga Wong menyimpan tabungannya dalam
dana mutual, dana mutual mungkin akan menggunakan sebagian tabungan tersebut untuk
embeli saham yang diterbitkan oleh Wing On, da dana hasil pejualan tersebut digunakan
untuk membuka toko didistrik pusat Hongkong. Selain itu, dana mutual tersebut mungkin
menggunakan sebagian dari tabungan Wong untuk membeli saham yang diterbitkan oleh
Toyota yang menggunakan uang tersebut untuk membangun pabrik di Osaka. Transaksi ini
muncul di sisi kanan persamaan. Dari sudut pandang akuntansi Hongkong, pengeluaran Wng
On untuk membuka toko adalah investasi domestik, sedangkan pembelian saham Toyota oleh
keluarga Hongkong adalah arus keluar dana neto. Dengan demikian, semua tabungan di
Hongkong muncul sebagai investasi di Hongkong atau arus keluar modal neto Hongkong.

2.2 HARGA UNTUK TRANSAKSI INTERNASIONAL:

NILAI TUKAR RIIL DAN NOMINAL

2.2.1 Nilai Tukar Nominal

Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang
saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sebagai contoh, jika
anda pergi ke bank Singapura, anda akan melihat nilai tukar 25 Bath Thailand untuk satu
dolar Singapura. Jika anda memberikan satu dolar Singapura kepada bank tersebut, ia akan
memberikan 25 Bath Thailand; dan jika anda memberikan 25 Bath Thailand, ia akan
memberikan satu dola Singapura. Jika nilai tukar berubah sehingga dolar Singapura dapat
membeli mata uang asing lebih banyak, perubahan itu disebut dengan apresiasi
(appreciation) dolar Singapura. Jika nilai tukar berubah sehingga niali tukar dolar Singapura

7
membeli mata uang asing lebih sedikit, perubahan itu disebut dengan depresiasi
(depreciation) dolar Singapura.

Mungkin kita sering mendengar berita di media masa bahwa mata uang lokal menguat
atau melemah. Deskripsi ini biasanya merujuk kepada peubahan nilai tukar nominal terbaru.
Ketika mata uang terapresiasi, mata uang tersebut dikatakan menguat karena dapat membeli
mata uang asing lebih banyak. Begitu pula ketika suatu mata uang terdepresiasi, ia dikatakan
melemah.

Untuk disetiap negara, ada banyak nilai tukar nominal. Dolar Singapura dapat
digunakan untuk membeli dolar AS, pound Inggris, ringgit Malaysia dan sebagainya. Ketika
para ekonom mempelajari perubahan nilai tukar, mereka sering kali menggunakan indeks
harga konsumen yang mengubah banyak harga dalam perekonomian menjadi satu ukuran
tingkat harga, indeks rata-ratanya mengubah nilai tujar menjadi satu ukuran nilai mata uang
internasional. Jadi, ketika para ekonom berbicara tentang apresiasi atau depresiasi mata uang
lokal, mereka merujuk pada indeks nilai tukar yang mempertimbangkan banyak nilai tukar.

2.2.2 Nilai Tukar Riil

Nilai tukar riyil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat
menukarkan barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasadari negara lain.
Sebagai contoh, anda belanja dan mengetahui bahwa satu kilogram keju Austalia dua kali
lebih mahal dibandingkan dengan satu kilogram keju Prancis. Perhatikan bahwa seperti
halnya nilai tukar nominal, menyatakan nilai tukar riil sebagai unit barang luar negeri per
unit barang domestic. Namun dalam contoh ini, barang tersebut adalah barang, alih-alih
mata uang.

Nilai tukar riil dan nilai tukar nominal berkaitan erat. Maka dapat dirumuskan
perhitungan sebagi berikut:

Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal x Harga domestik

Harga luar negeri

Cotohnya, misalkan satu kilogram beras Thailand dijual seharga 100 baht, sedangkan
satu kilogram beras Jepang dijual seharga 1500 yen. Berapa nilai tukar riil antara beras

8
Thailand dengan beras Jepang? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita harus
menggunakan nilai tukar nominal untuk mengubah harga ke dalam mata uang biasa. Jika nilai
tukar nominalya adalah 3 baht per yen maka harga beras Thailand seharga 100 baht per
kilogram sama dengan 300 yen per kilogram. Beras Thailand seperlima lebih mahal
dibandingkan dengan beras Jepang. Nilai tukar riilnya adalah 1/5 kilogram beras Jepang per
kilogram beras Thailand. Dengan menggunakan angka dalam contoh rumus tersebut berlaku
sebagai berikut :

Nilai tukar riil = (3 yen per bhat)x(100 baht per kilogram beras Thailand)

1.500 yen per kilogram beras Jepang

= 300 yen per kilogram beras Thailand

1.500 yen per kilogram beras Jepang

= 1/5 kilogram beras Jepang per kilogram beras Thailand

Dengann demikian, nilai tukar riil bergantung pada nilai tukar nominal dan pada harga
barang di dua negara yang diukur dalam mata uang lokal.

Nilai tukar riil penting karena nilai tukar riil adalah determinan kunci dari seberapa
banyak ekspor dan impor suatu negara. Ketika supermarket lokal memutuskan untuk
membeli beras Thailand atau beras Jepang, misalnya ia akan menanyakan beras mana yang
lebih murah. Nilai tukar riil memberikan jawabannya. Contoh lainnya adalah misalkan kita
adalah warga Filipina yang memutuskan untuk berlibur di ibu kota Filipina, Manila atau ibu
kota Indonesia, Jakarta. Kita mungkin bertanya kepada agen perjalanan kita mengenai harga
kamar hotel di Manila (diukur dalam peso), harga kamar hotel di Jakarta (diukur dalam
rupiah) dan nilai tukar antara rupiah dan peso. Jika kita memutuskan kemana akan berlibur
dengan membandingkan biaya, kita mengambil keputusan berdasarkan nilai tukar riil.

Ketika mempelajari perekonomian secara keseluruhan, ekonomi makro berfokus pada


harga keseluruhan dari pada harga masing-masing barang. Artinya, untuk mengukur nilai
tukar riil mereka menggunakan indeks harga, seperti indeks harga konsumen, yang mengukur
harga barang dan jasa. Dengan menggunakan indeks harga untuk barang domestik (P), indeks
harga untk barang luar negeri (P*), dan nilai tukar nominal antara mata uang domestik dan
mata uang luar negeri (e), kita dapat menghitung nilai tukar riil keseluruhan antara dalam
negeri dan negara lain sebagai berikut

9
Nilai tukar riil = (e x P)/P*

Nilai tukar riil ini mengukur harga barang dan jasa yang tersedia di dalam negeri terkait
dengan barang dan jasa yang tersedia di negara lain.

2.3 TEORI PERTAMA PENENTUAN NILAI TUKAR : PARITAS DAYA BELI

Teori nilai tukar yang paling sederhana disebut dengan paritas daya beli (purchasing-
power parity). Teori ini menyatakan bahwa satu unit mata uang tertentu harus membeli
barang dalam jumlah yang sama di semua Negara. Banyak ekonom percaya bahwa paritas
daya beli menggambarkan daya yang menentukan nilai tukar dalam jangka panjang.

Logika dasar dari teori paritas daya beli

Teori ini didasarkan pada prinsip yang disebut dengan hukum satu harga. Hukum ini
menyatakan bahwa sebuah barang harus dijual dengan harga yang sama di semua lokasi. Jika
tidak, maka akan ada peluang keuntungan yang tidak tereksploitasi. Misalnya, beras yang
dijual lebih burah di Tokyo dan Osaka. Sesorang dapat membeli beras di Tokyo seharga
1.000 yen per kilogram dan menjualnya di Osaka seharga 1.500 yen per kilogram. Sehingga
ia memperoleh keuntungan sebesar 500 yen per kilogram. Proses pengambilan keuntungan di
pasar yang berbeda ini disebut dengan arbitrase. Dalam contoh tersebut, ketika orang-orang
mengambil keuntungan dari arbitrase ini, mereka akan meningkatkan permintaan beras di
Tokyo dan meningkatkan persediaan beras di Osaka. Harga beras akan naik di Tokyo (akibat
naiknya permintaan) dan turun di Osaka (akibat meningkatnya persediaan). Proses ini akan
terus berlanjut hingga pada akhirnya harga beras akan sama di kedua pasar tersebut.

Adapun hukum satuan harga yang berlaku untuk pasar internasional. Juka setiap mata
uang dapat membeli leih banyak beras dibandingkan dengan di Jepang, perdagangan
internasional akan memperoleh keuntungan dengan membeli beras di Negara tersebut dan
menjualnya di Jepang. Ekspor beras ke Jepang ini akan meningkatkan harga beras dalam
negeri dan menurunka harga beras Jepang. Sebaliknya, jika suatu nilai mata uang domestic
dapat membeli lebih banyak beras di Jepang dibandingkan dengan di Negara asal, pedagang
akan membeli beras dari Jepang dan menjualnya di Negara asal. Impor beras ke Negara asal
dari Jepang ini akan menurun kan harga beras Negara asal dan meningkatkan harga beras

10
Jepang. Pada akhirnya, hukum satu harga menunjukkan bahwa satu unit mata uang harus
membeli beras dalam jumlah yang sama di seluruh Negara.

Berdasarkan teoi ini, suatu mata uang harus memiliki daya beli yang sama di semua
Negara. Artinya, satu baht Thailand atau mata uang lain harus dapat membeli barang dengan
jumlah yang sama seperti halnya di Negara lain, seperti Jepang, sedangkan satu yen Jepang
harus dapat membeli barang dengan jumlah yang sama seperti halnya di Negara lain, se[erti
Thailand. Jelas, nama teori ini telah menjelaskan definisinya dengan baik. Paritas berarti
kesamaan dan daya beli merujuk pada nilai uang. Paritas daya beli menyatakan bahwa satu
unit semua mata uang harus memiliki nilai riil yang sama di setiap Negara.

Implikasi Teori Paritas Daya Beli

Teori paritas menjelaskan bahwa nilai tukar nominal antarmata uang dua Negara
bergantung pada tingkat harga di Negara-negara tersebut. Juka satu unit mata uang domestic
membeli barang dalam jumlah yang sama di negra asal (dimana harga diukur dalam unit mata
uang Negara asal) seperti halnya di Negara lain, seperti Jepang (dimana harga diukur dalam
yen), maka jumlah yen per unit mata uang Negara asal harus mencerminkan harga barang di
Negara asal dan Jepang. Sebagai contoh, jika satu kilogram beras dijual seharga 600 yen di
Jepang dan 200 baht di Thailand maka nilai tukar nominalnya adalah 3 yen per baht (600
yen/200 baht = 3). Jika tidak, maka daya beli baht tidak akan sama di kedua Negara tersebut.

Untuk mengetahui cara kerjanya yaitu menggunakan ilmu matematika. Misalkan P


adalah harga barang di Thailand (diukur dalam baht), P* adalah harga barang di Jepang
(diukur dalam yen), dan e adalah nilai tukar nominal (jumlah yen yang dapat dibeli baht).
Misalkan di Thailand, tingkat harga adalah P sehingga daya beli 1 baht adalah 1/P. Di negara
lain, satu baht dapat ditukar dengan unit e mata uang asing yang memiliki daya beli e/P*.
Agar daya beli satu baht sama di kedua negara maka perumusannya sebagai berikut :

1/P=e/P*

Dengan sedikit penyesuaian, persamaannya menjadi

1=eP/P*

Disisi kiri persamaan adalah konstanta dan sisi kanan adalah nilai tukar riil. Dengan
demikian, juka daya beli baht selalu sama di negara asal dengan negara lain maka nilai tukar
riil-harga relatif barang domestik dan luar negeri-tidak dapat berubah.

11
Adapun persamaan yang dapat digunakan untuk memecahkan nilai tukar nominal, yaitu:

e=P*/P

artinya, nilai tukar nominal sama dengan rasio tingkat harga asing terhadap tingkat harga
domestik. Berdasarkan teori paritas daya beli, nilai tukar nominal anntara mata uang kedua
negara tersebut harus mencerminkan tingkat harga yang berbeda di kedua negara tersebut.

Implikasi utama teori ini adalah nilai tukar nominal berubah ketika tingkat harga
berubah. Karena nilai tukar nominal bergantung pada tingkat harga , nilai tukar tersebut juga
bergantung pada persediaan dan permintaan uang disetiap negara. Ketka bank sentral disetiap
negara meningkatkan jumlah uang yang beredar dan menyebabkan tingkat harga meningkat,
hal tersebut juga menyebabkan mata uang tersebut terdepresiasi terhadap mata uang lain di
dunia. Dengan kata lain, ketika bank sentral mencetak uang dalam jumlah banyak, uang
kehilangan nilainya untuk membeli barang dan jasa, serta untuk membeli mata uang negara
lain.

Keterbatasan Teori Paritas Daya Beli

Teori paritas daya beli tidak sepenuhnya akurat. Artinya, nilai tukar tidak selalu
bergerak untuk memastikan bahwa suatu unit mata uang negara asal memiliki nilai riil yang
sama di semua negara. Ada 2 alasan mengapa teori paritas daya beli tidak selalu akurat.
Alasan pertama adalah bahwa banyak barang yang tidak mudah untuk diperdagangkan.
Misalkan harga potong rambut di Singapura lebih mahal daripada di manila. Pelancong
international akan enggan memotong rambutnya di Singapura dan beberapa penata rambut
mungkin akan pindah dari Manila ke Singapura. Namun, abitrase semacam ini akan selalu
terbatas untuk menghilangkan perbedaan harga tersebut. Dengan demikian, deviasi dari
paritas daya beli mungkin tetap ada, dan satu peso Filipina (atau dolar Singapura) tidak akan
membayar potong rambut di Singapura.

Alasan kedua adalah barang-barang yang dapat diperdagangkan sekalipun tidak selalu
merupakan barang substitusi yang sempurna ketika doproduksi di negara-negara berbeda.
Misalkan, beberapa konsumen lebih suka mobil Jerman dan konsumen lain lebih menyukai
mobil Jepang. Terlebih lagi, selera konsumen berubah dari waktu ke waktu. Jika mobil
Jerman tiba-tiba menjadi lebih populer, peningkata permintaan mobil jerman akan
menyebabkan kenaikan harga mobil Jerman daripada mobil Jepang. Namun, meskipun ada

12
perbedaan di kedua pasar ini, tidak akan ada kemungkinan untuk memperoleh keuntungan
dari arbitrase karena konsumen tidak memandang ekuivalen kedua mobil tersebut.

Dengan demikian, karena beberapa barang tidak dapat diperdagangkan dan karehna
beberapa barang yang dapat diperdagangkan bukan substitusi yang sempurna dengan barang
yang sama dari negara lain, paritas daya beli bukanlah teori penentuan nilai tukar yang
sempurna. Atas alasan ini, nilai tukar riil mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Namun,
teori paritas daya beli merupakan langkah pertama dalam memahami nilai tukar. Logika
dasarnya bersifat persuasif: karena nilai tukar riil mengambang dari tingkat yang diprediksi
oleh paritas daya beli, orang-orang memiliki insentif yang lebih besar untuk memindahkan
barang lintas negara. Meskipun jika kekuatan paritas daya beli tidak sepenuhnya menetapkan
nilai tukar riil, ia memberikan alasan untuk memperkirakan bahwa perubahan nilai tukar riil
nilainya kecil atau bersifat sementara. Hasilnya, pergerakan nilai tukar yang besar dan
berkelanjutan biasanya mencerminkan perubahan tingkat harga di dalam negri dan di luar
negeri.

2.4 STUDI KASUS MENGENAI PEREKONOMIAN TERBUKA

2.4.1 Menigkatnya Keterbukaan Negara-Negara Asia

Mungkin perubahan yang paling dramatis di Asia selama empat setengah dekade
adalah meingkatnya perdagangan dan keuangan internasional. Peningkatan perdagangan
internasional ini sebagian diakibatkan oleh kemajuan dalam bidang transportasi. Karena
perkembangan ini, barang-barang yang sebelumnya harus diproduksi secara lokal, sekarang
dapat diperdagangkan di seluruh dunia. Peningkatan perdagangan internasional juga telah
dipengaruhi oleh kemajuan telekomunikasi yang memungkinkan bisnis mencapai pelanggan
luar negeri dengan lebih mudah dimana satelit komunikasi memungkinkan 1 juta
pembicaraan yang dapat terjadi secara bersamaan. Kemajuan teknologi juga mendorong
peningkatan perdagangan internasional dengan mengubah jenis barang yang diproduksi oleh
suatu negara. Contoh secara ekstrem adalah industri film. Setelah sebuah studio di
Hollywood membuat film, ia dapat mengirimkan salinan film tersebut ke seluruh dunia
hampir tanpa biaya. Kebijakan perdagangan pemerintah juga menjadi faktor peningkatan
perdagangan internasional. Kesepakatan internasional seperti Southeast Asian Nations

13
(ASEAN), Free Trade Area (AFTA), dan The Asia-Pacific Economic Coorperation (APEC),
telah menurunkan tarif, kuota impor, dan batasan perdagangan lainnya.

2.4.2 Apakah Surplus Perdagangan Singapura Menjadi Masalah?

Menjadi rahasia umum bahwa dua dekade lalu wilayah Asia, Singapura telah menjadi
investor utama dalam pasar uang regional dan global. Singapura dapat melakukan ini karena
ketersediaan dana yang diperoleh melalui surplus perdagangan yang kuat dan besar. Mengapa
Singapura melakukan hal ini dan haruskah Singapura khawatir?

Angka tersebut menunjukkan perubahan dramatis dimulai pada pertengahan 1980-an.


Sebelum 1986, tabungan nasional lebih kecil dari investasi domestik, begitu pula dengan arus
keluar modal neto yang bernilai negatif. Artinya, orang asing membeli lebih banyak aset
modal di Singapura dibandingkan dengan orang Singapura yang membeli aset modal asing,
dan ekspor neto benilai negatif. Namun, dari 1986 hingga seterusnya, tabungan melampaui
investasi untuk pertama kalinya dan ekspor neto bernilai positif. Pada dasarnya, Singapura
memberikan pinjaman kepada negara lain ketika arus keluar modal neto menjadi besar dan
bernilai positif.

Apakah defisit perdagangan menjadi masalah bagi Singapura sebelum tahun 1986? Apakah
surplus perdagangan menjadi masalah bagi negara tersebut sejak tahun 1986?

Pertama-tama, perhatikan defisit perdagangan yang terjadi sebelum pertengahan tahun


1980-an. Walaupun investasi melampaui tabungan selama periode ini, seperti yang
ditunjukkan oleh figur 1, tabungan dan investasi sama-sama tinggi dan meningkat. Investasi
meningkat karena Singapura mengalami pertumbhan ekonomi dan industialisasi yang pesat
ketka negara tersebut beralih dari pelabuhan dagang di Selat Malaka menjadi negara
produsen jasa berpendapatan tinggi saat tahun ini. Angka tabungan sangat tinggi karena
Central Providen Fund (CPF), dana pensiun yang wajib diwariskan dari masa penjajahan
Inggris, yang harus dikontribusikan oleh karyawan dan pemilik perusahaan, dan karena pasca
kemerdekaan tahun 1965 pemerintah Singapura memutuskan untuk menghindari defisit
anggaran. Oleh karena itu, tidak semua negara berkembang lainnya, Singapura tidak
menimbun persediaan utang luar negeri jangka pendeknya untk membiayai pembangunan dan
defisit perdagangan, yang mungkin akan menimbulkan masalah pembayaran, dan ia tidak
mengalami defisit anggaran yang besar ata menghamburkan dana yang dipinjam untuk

14
konsumsi atau proyek investasi negara yang tidak efisien. Sepertinya, Singapura bergantung
pada investasi asing yang produktif yang berorientasi pada ekspor ntuk menyediakan sumber
daya tambahan yang diperlukan guna mengisi kekosongan antara tabungan da investasi
domestik. Oleh karena itu, arus keluar modal neto dan defisit perdagangan bukanlah masalah
bagi Singapura

Sekarang, perhatikan surplus perdagangan yang dicapai oleh Singapura sejak tahun
1986. Karena tabungan domestik lebih besar dibandingkan dengan investasinya, Singapura
memiliki surplus perdagangan dan arus keluar modal neto yang bernilai positif.dengan kata
lain, tabungan domestik lebih dari cukup untuk membiayai investasi domestik, dan hal ini
membuat negara tersebut mampu memberikan pinjaman ke luar negeri untuk memperoleh
pendapatan yang dapat dipulangkan kembali ke Singapura pada masa mendatang ketika
investasi tersebut jatuh tempo. Hasil ini berasal dari fakta bahwa investasi domestik menurn
sebagai rasio PDB sejak pertengahan tahun 1980-an, sedangkan rasio tabungan terus
meningkat. Penuunan investasi mungkin menjadi kendala permasalahan dalam situasi lain,
namun bagi Singapura, penurunan rasio investasi tidak dapat dihindari ketika perekonomian
berkembang dan kebutuhan terhadap investasi dalam infrastruktur dan produksi lebih sedikit,
serta kebutuhan terhadap investasi dalam jasa berkualitas tinggi dan pertumbuhan
produktifitas lebih besar. Kestabilan rasio tabungan yag tinggi, yang sebagian besar didorong
oleh tabungan wajib melalui CPF dan terkadang surplus anggaran yang cukup besar, lebih
kontroversial.

Permasalah tersebut bukanlah masalah manajemen ekonomi makro karena


perekonomian Singapura memiliki catatan yang sangat baik dalam hal inflasi yang rendah,
tingkat pengngguran yang rendah, serta tidk ada masalah pembayaran; namun apakah rasio
tabungan terlalu tinggi dan pemerintah terlalu ikut campur dalam investasi tabngan-tabungan
ini di dalam dan di luar negeri. Ada biaya kesempatan dalam tabungan yang tinggi dan
surplus anggaran, dan maka, dalam surplus perdagangan, karena dapat digunakan untuk
konsumsi pribadi dan belanja pemerintah. Terlebih lagi, jika warga Singapura mampu
menginvestasikan tabungan meraka di dalam dan di luar negeri, bukannya bergantung pada
CPF dan investasi pemerintah, hal tersebut mungkin akan lebih efisien dan menghasilkan
lebih banyak pendapatan dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, tidak ada jawaban yang benar dan sederhana untuk pertanyaan yang
diajukan pada judul studi kasus ini. Seperti halnya individu yang dapat berutang dengan cara

15
yang bijaksana atau boros, begitu juga dengan negara. Defisit perdagangan Singapura
sebelum 1986 bukanlah sebuah masalah, namun terkadang hal tersebut dapat menjadi gejala
permasalahan jika proyek investasi gagal menghasilkan pendapatan yang diharapkan dan
utang ke negara asing menmpuk dari waktu ke waktu. Pun demikian, surplus perdagangan
yang besar dan berkelanjutan dari waktu ke waktu tidak selalu menjadi peruntungan jika
dibelanjakan untuk konsumsi dan belanja pemerintah yang diperlukan, dan tabungan tidak
selalu diinvestasikan dengan efisien.

2.4.3 Nilai Tukar Nominal Selama Hiperinflansi

Para ahli ekonomi makro jarang melakukan eksperimen-eksperimen yang terkontrol,


sering kali, mereka harus berusaha untuk mengumpulkan sedikit demi sedikit dari
eksperimen-eksperimen alamiah yang disediakan oleh sejarah. Salah satunya adalah
hiperinflansi atau inflansi besar-besaran. Karena hiperinflansi sangat ekstrem, ia
menggambarkan beberapa prinsip dasar ekonomi dengan jelas.

Coba perhatikan hiperinflansi Jerman pada awal 1920-an. Figur 2 menunjukan jumlah
uang yang beredar di Jerman, tingkat harga di Jerman, dan nilai tukar nominal (yang diukur
dalam sen AS per mark Jerman (pada periode tersebut). Perhatikan bahwa rangkaian ini
bergerak saling berdekatan. Ketika jumlah uang yang beredar mulai bertambah dengan cepat,
tingkat harga juga mengalami kenaikan, dan mark Jerman terdepresiasi. Ketika jumlah uang
yang beredar stabil maka tingkat harga dan nilai tukar juga stabil.

Pola yang ditunjukan pada figur ini muncul pada setiap hiperinflansi. Ini menunjukan
bahwa ada hubungan yang mendasar antara uang, harga, dan nilai tukar nominal. Teori
jumlah uang yang dibahas pada bab sebelumnya menjelaskan bagaimana uang memengaruhi
tingkat harga. Teori paritas daya beli yang dibahas disini menjelaskan bagaimana tingkat
harga memengaruhi nilai tukar nominal.

2.4.4 Standar Hamburger

Ketika para ekonom menerapkan teori paritas daya beli untuk menjelaskan nilai tukar,
mereka memerlukan data mengenai harga barang yang ada di berbagai negara. Satu analisis
semacam ini dilakukan oleh The Economist, sebuah majalah berita internasional. Majalah

16
tersebut secara berkala menampilkan data mengenai harga barang yang terdiri atas dua iris
daging sapi, saus spesial, daun selada, keju, acar, bawang dalam setangkup roti bulat. Ini
disebut dengan Big Mac dan dijual oleh McDonnalds diseluruh dunia.

Setelah kita memperoleh harga Big Mac di dua negara yang dinyatakan dalam mata
uang lokal, kita dapat menghitung nilai tukar yang diprediksi oleh teori paritas daya beli.
Nilai tukar yang diprediksi adalah nila tukar yang membuat biaya pembuatan Big Mac sama
di kedua negara tersebut. Misalnya, jika harga Big Mac adalah 3,10 dolar AS di Amerika
Serikat dan 250 yen di Jepang, paritas daya beli akan memprediksi nilai tukar sebesar 80,6
yen per dolar AS.

Negara Harga Big Mac Nilai Tukar yang Diprediksi Nilai Tukar Aktual

Cina 10,5 yuan 3,39 yuan/US$ 8,03 yuan/US$


Hong kong 12 HKS 3,87 HKS/US$ 7,75 HKS/US$
Indonesia 14.600 rupiah 4.710 rupiah/US$ 9,325 rupiah/US$
Jepang 250 yen 80,6 yen/US$ 112 yen/US$
Malaysia 5,50 ringgit 1,77 ringgit/US$ 3,36 ringgit/US$
Filipina 85,00 peso 27,4 peso/US$ 52,6 peso/US$
Singapura 3,60 S$ 1,16 S$/ 1,59 S$/US$

17
2.5 Istilah-Istilah Penting Dalam Perekonomian Terbuka

2.5.1 Apresiasi (appreciation)

2.5.2 Arus keluar modal neto (net capital outflow)

2.5.3 Defisit perdagangan (trade deficit)

2.5.4 Depresiasi (depreciation)

2.5.5 Ekspor (exports)

2.5.6 Ekspor neto (net exports)

2.5.7 Impor (imports)

2.5.8 Neraca perdagangan (trade balance)

2.5.9 Nilai tukar nominal (nominal exchange trade)

2.5.10 Paritas daya beli (purchasing-power parity)

2.5.11 Perdagangan seimbang (balanced trade)

2.5.12 Perekonomian terbuka (open economy)

2.5.13 Perekonomian tertutup (closed econmy)

2.5.14 Surplus perdagangan (trade surplus)

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Seperti yang telah kita ketahui makro ekonomi merupakan ilmu ekonomi secara luas
termasuk inflasi, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi. Ilmu ekonomi makro
perekonomian terbuka merupakan perekonomian yang berinteraksi secara bebas dengan
perekonomian negara lain. Perdagangan internasional merupakan salah satu contoh dari
bentuk perekonomian terbuka. Perdagangan internasional adalah perdagangan antar
negara atau lintas negara yang mencakup eskpor dan impor. Peranan perdagangan
internasional terhadap perekonomian nasional adalah meningkatkan cadangan valuta
asing, pertumbuhan output di dalam negeri dan peningkatan pendapatan nasional.

3.2 Saran

Sebaiknya dalam menjalankan perekonomian terbuka, suatu negara harus benar-benar


mempunyai perhitungan yang tepat untuk dampak dari perekonomian terbuka yang
diterapkan. Hal ini dilakukan akan tidak terjadi defisit perdagangan maupun surplus
perdagangan. Selain itu pendapatan nasional juga dapat meningkat setiap tahunnya dan
mengurangi dampak negatif bagi perekonmian negara serta pendapatan Nasional.

19

Anda mungkin juga menyukai