Bacaan II
Mazmur
: Kis 1:1-11
: Ef 1:17-23
: 47:2-3.6-7.8-9; R:6
Kamis, 01 Mei 2008
HARI RAYA KENAIKAN TUHAN YESUS
Bacaan Injil : Mat 28:16-20 St. Yusuf Pekerja, St. Yeremia; St. Peregrinus Laziosi
an kesebelas murid itu berangkat ke jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
Renungan
S etelah kebangkitan, Yesus hadir selama 40 hari dalam kehidupan para murid-Nya. Masa yang
cukup untuk menyiapkan dan mematangkan hadirnya sebuah komunitas baru, yang kemudian
disebut Gereja. Para murid tak mungkin menjadi matang kalau mereka tetap bersama-sama Sang
Guru. Gereja adalah komunitas orang-orang yang meyakini Yesus sebagai Allah Putra, satu-satunya
penyelamat umat manusia.
Dalam Injil hari ini, kita mendengar sebuah perintah baru diberikan Yesus: agar para murid
pergi memberitakan kabar gembira yang dialaminya. Menjadikan semua bangsa sebagai murid-
Nya, dan membaptis mereka dalam nama Allah Tritunggal. Tugas ini harus mereka lakukan bukan
dengan kata-kata, tetapi dengan teladan, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Sang Guru
ketika Dia ada bersama-sama mereka.
Hari ini kita merayakan saat para murid disapih oleh Yesus untuk mulai berkarya, meneruskan
apa yang dilihat dan didengarnya dari Yesus selama beberapa tahun. Hari Raya Kenaikan
mengenangkan puncak keyakinan iman para murid bahwa Yesus itu sungguh-sungguh manusia,
yang hadir dalam kebersamaan dengan mereka. Hari Raya Kenaikan juga menjadi saat iman
para murid disempurnakan dalam sebuah kesadaran baru bahwa Yesus yang mereka kenal itu
sungguh-sungguh Allah.
Yesus, mampukanlah aku menjadi pewarta Kabar Gembira bagi segala bangsa melalui
teladan hidupku. Amin.
Jumat, 02 Mei 2008
Hari Pertama Novena Pentakosta
Bacaan I
Mazmur
: Kis 18:9-18
: 47:2-3.4-5.6-7; R:8a
Pw St. Athanasius Agung, St. Boris, St. Sigismund Bacaan Injil : Yoh 16:20-23a
Renungan
K egelisahan dan ketidaknyamanan mulai mewarnai hidup seseorang yang akan ditinggal pergi
oleh orang yang dikasihinya. Terlebih-lebih kalau orang tersebut telah menjadi sandaran
hidup, menjadi pelabuhan yang aman baginya. Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus sungguh
menyadari situasi yang akan dialami oleh para murid-Nya kelak; hidup dalam ketidakpastian,
waswas, bahkan penuh dukacita dan ketakutan. Dalam situasi seperti itu, Yesus menjanjikan
pendampingan kepada mereka yang setia kepada-Nya. Janji itu diulangi-Nya lagi kepada Rasul
Paulus dalam sebuah penglihatan di Korintus.
Setiap orang yang ingin dewasa harus berani melepaskan diri dari segala belenggu yang
membatasi gerak langkahnya. Berani mengambil risiko, tetapi tetap dengan penuh perhitungan
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul Paulus di Korintus. Orang yang seperti itulah yang sanggup
hidup sebagai ‘garam’, berani keluar dari keterbatasan dirinya dan masuk dalam situasi konkret.
Kita jadikan dunia yang penuh warna ini sebagai tempat untuk mematangkan pribadi,
mendewasakan iman, dan memanusiakan kemanusiaan kita.
Yesus, dampingilah aku senantiasa dalam mengarungi perjalanan hidup ini. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Kis 18:23-28
: 47:2-3.8-9.10; R:8a
Sabtu, 03 Mei 2008
Bacaan Injil : Yoh 16:23b-28 Pesta St. Filipus dan St. Yakobus; Rasul
an pada hari itu kamu tidak akan berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi
Renungan
B etapa mudahnya berbicara tentang kasih. Apalagi kalau sekadar ‘menggombal’, tiap orang
pasti bisa melakukannya. Khotbah, seminar, diskusi, dan sharing tentang kasih dilakukan di
mana-mana. Kasih yang sejati menuntut pembuktian. Kasih yang murni dapat dilihat dari buah-
buahnya yang nyata dalam tingkah-laku sehari-hari. Tidak mengenal batas, tidak terkotak-kotak,
bahkan juga menerabas dimensi waktu.
Yesus adalah perwujudan kasih Allah yang tiada batasnya terhadap manusia. Allah tidak rela
manusia, ciptaan-Nya, hidup dalam gelimang dosa dan cacat cela. Ia hadir dalam sejarah dan
peradaban manusia untuk mengangkat kita kembali ke harkat kemanusiaan kita yang sejati, yaitu
sebagai ciptaan teragung yang amat sempurna. Yang berdosa diselamatkan-Nya. Yang lemah
dikuatkan-Nya. Dan yang berputus asa dapat melihat pengharapan. Semua dibuktikan-Nya secara
total ketika tergantung di kayu salib, dan semua dilakukan-Nya karena kasih-Nya.
Dialah Mesias sejati yang menjadi pusat pengharapan Umat Allah. Dialah Manusia Sejati yang
mewujudnyatakan Allah Mahabaik, Allah yang menjawab kebutuhan manusia jauh hari sebelum
kita meminta-Nya.
Yesus, aku ingin hidup seperti Engkau: membagi kasih bagi sesama, kasih yang tanpa
batas apapun juga. Bantulah aku untuk mewujudkannya. Amin.
Minggu, 04 Mei 2008
Pekan Paskah VII – Hari Komunikasi Sedunia
Bacaan I
Mazmur
Bacaan II
: Kis 1:12-14
: 27:1.4.7-8a; R:13
: 1Ptr 4:13-16
St. Rachel; St. Gemma Galgani Bacaan Injil : Yoh 17:1-11a
emikianlah kata Yesus. Lalu Ia me kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-
Renungan
B etapa kecewa hati kita ketika menyadari ada anggota keluarga atau anggota komunitas kita
yang melakukan perbuatan tercela. “Nila setitik rusak susu sebelanga ini.” Kata-kata bijak para
leluhur ini ingin mengajak kita menyadari pentingnya menjaga nama baik keluarga atau komunitas
di mana kita hadir dan menjadi bagiannya. Sebaliknya, kita juga merasa ikut tersanjung ketika
salah seorang dari keluarga atau komunitas kita mendapat kehormatan.
Yesus berdoa agar murid-murid-Nya bersatu. Tetap menjadi milik-Nya. Tetap hidup dalam
kemuliaan-Nya. Hidup dalam kemuliaan-Nya menuntut kesetiaan iman, menuntut ketaatan total
kepada satu-satunya Allah yang benar, yang telah diwartakan oleh Putra-Nya sendiri. Dan itu hanya
mungkin terjadi kalau Gereja, semua murid-Nya, hidup bersatu dan bertekun dalam doa.
Yesus, nyatakanlah kemuliaan-Mu kepada siapa pun juga, melalui aku dan semua
umat-Mu, Gereja-Mu yang berada dalam peziarahan dunia ini. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Kis 19:1-8
: 68:2-3.4-5ac.6-7b; R:33a
Senin, 05 Mei 2008
St. Hilarius dari Arles;
Bacaan Injil : Yoh 16:29-33 Sta. Yutta; St. Angelus
an pada hari itu kamu tidak akan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan
Renungan
T idak semua orang mempunyai keberanian dan ketabahan dalam menghadapi persoalan-
persoalan hidup. Tidak sedikit di antara mereka yang menyerah sebelum berperang karena
imannya ‘biasa-biasa’ saja. Ia dibaptis sejak bayi. Menjalani berbagai inisiasi dan ritual-ritual yang
memperlihatkan kekatolikannya. Hidup dalam lingkungan kerabat-kerabatnya yang Katolik.
Kekatolikan seseorang tidak diukur dari berapa lama dia telah menjadi murid Kristus. Juga tidak
diukur dari sebesar apa peranannya dalam aktivitas menggereja. Kekatolikan harus semakin tampak
ketika seseorang bergulat dalam persoalan-persoalan hidupnya, yang menuntutnya mengambil
keputusan penting bagi hidupnya, terlebih-lebih pada saat yang amat sulit baginya.
Manusia Yesus melewati semua itu dengan lika-liku panjang dan sulit dalam hidup-Nya. Ia
dikhianati, difitnah, dan disiksa. Bahkan, Ia juga ditinggalkan sendirian oleh murid-murid yang
dikasihi-Nya. Meski demikian, kedekatan dan keintiman-Nya dengan Bapa telah mengantar-Nya
memenangi pertandingan hidup di dunia ini.
Yesus, aku juga ingin mengikuti-Mu meraih kemenangan dan kemuliaan dalam hidup
ini. Utuslah Roh-Mu mendampingi hidupku, menumbuhsuburkan benih-benih iman dalam
diriku agar berbuah nyata. Amin.
Selasa, 06 Mei 2008 Bacaan I
Mazmur
: Kis 20:17-27
: 68:10-11.20-21; R:33a
St. Dominikus Savio Bacaan Injil : Yoh 17:1-11a
emikianlah kata Yesus. Lalu, Ia me kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-
Renungan
K edua bacaan hari ini memperlihatkan suasana perpisahan dua tokoh Gereja dengan
komunitasnya masing-masing. Paulus harus pergi ke Yerusalem karena dorongan Roh Allah
kepadanya agar karya dan pewartaannya semakin berakar kuat. Ia bangga karena semua tugas
pelayanan telah dilakukannya dengan sempurna dan itu harus secara tegas dan jelas ia nyatakan
kepada komunitas jemaatnya. Sementara Yesus mewarnai perpisahan-Nya dengan menyerahkan
semua yang dilakukan-Nya ke dalam kemuliaan Bapa-Nya. Apa yang dilakukan-Nya terarah
kepada satu tujuan, yaitu mempermuliakan Allah.
Kita masih harus belajar banyak dari keteladanan keduanya. Melepaskan diri dari keinginan
untuk menjadikan diri kita sebagai “pusat” karya kita.
Ya Roh Kudus, aku ingin membuat dunia ini semakin dipenuhi oleh manusia yang
berkehendak baik, yang berkarya di manapun juga untuk semakin memuliakan nama-Mu.
Bantulah aku untuk mewujudkannya. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Kis 20:28-38
: 68:29-30.33-35a.35b.36c; R:33a
Rabu, 07 Mei 2008
St. Rose Venerini; St. Gisela
Bacaan Injil : Yoh 17:11b-19 B. Marie-Louise dr Yesus
an Aku tidak ada lagi di dalam dunia, masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah
Renungan
S udah menjadi pemandangan biasa saat ini bahwa orang hidup dalam keserbasibukan. Lihat
saja di rumah kita masing-masing. Pagi-pagi sang ayah sudah berangkat ke tempat kerjanya.
Anak-anak pergi ke sekolah atau kuliah, sementara ibu pontang-panting seharian mengurus
berbagai masalah domestik yang menjadi beban hariannya. Bahkan, di banyak tempat, para ibu
juga pagi-pagi harus berangkat ke tempat kerjanya. Praktis, sore atau malam hari keluarga ini
baru dapat berkumpul lagi. Dalam kesibukan seperti itu, hampir tidak ada kesempatan untuk
berdoa bersama lagi.
Doa adalah saat hening untuk bersua dengan Allah. Saat berdoa bersama, tiap keluarga atau
komunitas disatukan, saling meneguhkan dan menguatkan dalam iman kepada Allah Sumber
Hidup. Bacaan-bacaan suci hari ini menampilkan Rasul Paulus yang berdoa bersama komunitasnya
sebelum kepergiannya dari Efesus. Hal yang sama juga dilakukan Yesus, Sang Guru, sebelum
memulai perjalanan sengsara-Nya.
Persatuan terindah tercipta saat keluarga atau komunitas berkumpul untuk berdoa bersama. Saat
itulah kita disatukan dan diikat oleh Allah sendiri, yang menjadi sumber hidup dan kekuatan.
Ya Roh Kudus, jadikanlah doa keluarga dan doa komunitas menjadi saat bersatunya
umat-Mu dalam persatuan dengan Allah Tritunggal. Amin.
Kamis, 08 Mei 2008
Pw Bunda Maria Pengantara Segala Rahmat
Bacaan I
Mazmur
: Kis 22:30;23:6-11
: 16:1-2a.5.7-8.9-10.11; R:1
St. Bonifasius IV; St. Benediktus II; St. Aloysius Rabata Bacaan Injil : Yoh 17:20-26
an bukan untuk mereka ini saja Aku Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun
Renungan
S aat seorang pejabat Eselon II sebuah departemen disidik KPK karena ada indikasi korupsi
dalam tender sebuah proyek raksasa, terungkap bahwa dia melakukannya tidak sendirian, tetapi
melibatkan juga pejabat-pejabat di bawah dan di atasnya, bahkan sampai pejabat teratas dalam
struktur organisasi departemen tersebut. Ketika atasan-atasannya menolak bertanggung jawab,
litani nama pejabat yang terlibat dalam korupsi tersebut menjadi semakin panjang ia ungkapkan.
Itulah kesetiakawanan yang dibentuk atas dasar uang dan kepentingan sesaat. Tidak abadi, tidak
tahan lama.
Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus berdoa dan berharap agar semua murid-Nya bersatu
dalam iman. Iman yang kuat mengantar kita menuju kesempurnaan hidup sebagaimana yang
dicontohkan-Nya sendiri kepada para murid. Hal yang sama juga dilakukan oleh Rasul Paulus.
Gereja harus menjadi paguyuban umat Allah yang sempurna agar dapat melaksanakan tugas
perutusannya sebagai garam dan terang dunia. Paguyuban umat Allah yang berdiri kokoh karena
dibangun di atas iman yang sejati.
Ya Roh Kudus, curahkanlah Roh Kekuatan agar aku sanggup bertahan dalam iman
yang telah ditanamkan dalam hatiku. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Kis 25:13-21
: 103:1-2.11-12.19-20b; R:19a
Jumat, 09 Mei 2008
St. Sirilus dari Sesarea;
Bacaan Injil : Yoh 21:15-19 Sta. Katarina dr Bologna
esudah sarapan Yesus berkata kepada ketiga kalinya, “Apakah engkau mengasihi Aku?”
Renungan
T iap orang dipilih oleh Yesus untuk menjadi murid-Nya dengan kekhasan masing-masing.
Petrus, seorang nelayan sederhana, dipilih-Nya untuk menjadi pemersatu yang mengayomi
semua murid. Paulus, seorang penganut agama Yahudi yang fanatik, cerdas, dan berwatak keras
dipanggil-Nya untuk menebarkan ajaran cinta kasih melewati batas-batas tanah Palestina. Keduanya
adalah orang-orang biasa, yang juga memiliki kekurangan di sana-sini. Mereka dipilih karena
Yesus ingin memakai mereka sebagai perpanjangan tangan-Nya.
Kita juga dipanggil sebagai murid-Nya dengan segala kelebihan dan kekurangan kemanusiaan
kita. Bukan karena kita hebat. Juga bukan karena kita jelek. Semua orang dipanggil-Nya untuk
menjadi bagian dari tubuh mistik-Nya di dunia ini. Dipanggil untuk menghadirkan manusia-
manusia sempurna, sebagaimana yang pernah dicontohkan-Nya langsung kepada para murid
perdana sebelum kenaikan-Nya ke surga.
Petrus dan Paulus secara nyata telah ambil bagian dalam pembentukan dan kehidupan Gereja
perdana. Apa yang mereka lakukan tertanam menjadi tradisi imani yang terus bertumbuh subur.
Itulah sebuah contoh untuk berbuah. Sebuah contoh kehidupan yang dikagumi, bukan dicela,
dari masa ke masa. Apa yang dilakukan Rasul Petrus dan Paulus juga dapat kita lakukan di zaman
sekarang. Menjadi rasul-rasul masa kini – perpanjangan tangan Tuhan.
Ya Roh Kudus, penuhilah hatiku dengan semangat kerasulan yang sejati, sebagaimana
yang dimiliki oleh Rasul Petrus dan Paulus. Amin.
Sabtu, 10 Mei 2008
St. Antonius dr Florence;
Bacaan I
Mazmur
: Kis 28:16-20.30-31
: 11:4.5.7; R: 7b
St. Gordianus dan Epimakus; B. Damianaus de Veuster Bacaan Injil : Yoh 21:20-25
etika Petrus berpaling, ia melihat bahwa tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan
Renungan
“N ilai-nilai kebenaran semakin terkikis di zaman sekarang ini.” Begitulah yang sering kita
dengar diperbincangkan dalam berbagai kesempatan. Orang takut menderita sehingga
rela menggadaikan nilai-nilai kebenaran. Orang takut dimusuhi, maka ia rela bersahabat dengan
ketidakjujuran.
Dalam kenyataan sehari-hari, begitu sering kita menyaksikan bagaimana “orang-benar”
disalahkan. Bahkan, tidak sedikit yang terpaksa menderita karena berusaha melawan arus kuat yang
mendesaknya: tidak naik pangkat, dikucilkan, bahkan diteror. Lain perkara kalau orang seperti
ini kemudian berubah haluan, menjadi “kompromistik”, mau ikut-ikutan arus yang menyeretnya
bersekongkol. Bahkan, ada pula yang rela menggadaikan iman keyakinannya demi mengikuti arus
dunia sekelilingnya.
Dalam kegamangan menghadapi ketidakjelasan sikap para penguasa dan masyarakat, para
murid di masa Gereja perdana telah menunjukkan sikap tidak kompromistik. Apalagi kalau itu
menyangkut iman.
Ya Roh Kudus, penuhilah hatiku dengan cahaya-Mu, yang akan menuntun aku
menjalani lorong-lorong kehidupan ini. Amin.
Bacaan I
Mazmur
Bacaan II
: Kis 2:1-11
: 104:1ab.24ac.29c-30.31.34; R: lh. 30
: 1Kor 12:3b-7,12-13
Minggu, 11 Mei 2008
HARI RAYA PENTAKOSTA
Bacaan Injil : Yoh 20:19-23 St. Ignatius Peis dari Lakoni; Sta. Bertha
etika hari sudah malam, pada hari Maka, kata Yesus sekali lagi, “Damai sejahtera
Renungan
S etiap hari kita dapat menyaksikan mobil-mobil mewah bermesin canggih berseliweran di
jalan-jalan kota besar. Tiap mobil mempunyai kekhasan dan keistimewaan yang menjadi
kebanggaan pabrik pembuatnya. Keunggulan teknologi masing-masing ditawarkan sebagai ‘nilai
lebih’ kepada para konsumennya. Tanpa semua itu, mobil-mobil tersebut hanya menjadi ‘mobil
biasa-biasa’ saja.
Hidup manusia yang ‘biasa-biasa’ saja juga sering dianggap kurang bermanfaat. Kita dianugerahi
Allah berbagai kemampuan yang harus kita kembangkan dan kita pakai agar hidup kita menjadi
begitu istimewa di mata Allah dan di mata sesama kita. Dari hari ke hari kita harus berkembang
menjadi lebih baik. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Hari esok harus lebih sempurna
dari hari ini. Begitu terus-menerus ‘evolusi’ kehidupan kita harus berlangsung.
Hari ini kita merayakan Pentakosta; hari kelahiran Gereja, yang ditandai oleh turunnya Roh
Kudus atas para rasul. Hari Pentakosta ini membuat mereka berubah secara total. Dari pengecut
menjadi pemberani. Dari pemalas menjadi rajin. Dari putus asa menjadi berpengharapan. Dari
nelayan sederhana menjadi pewarta yang unggul. Simon menjadi Petrus yang sejati. Menjadi
manusia yang berkepribadian unggul dan pantas disebut ‘Murid Sang Guru”. Mari kita juga
berubah; menjadi lebih baik dan sempurna.
Ya Roh Kudus, curahilah hatiku agar memiliki kekuatan untuk berubah sebagaimana
terjadi dalam diri para rasul. Amin.
Senin , 12 Mei 2008
St. Nereus dan Achilius; Sta. Flavia Domitila;
Bacaan I
Mazmur
: Yak 1:1-11
: 119:67.68.71.72.75.76; R:77a
St. Pankrasius; St. Germanus; St. Leopold Mandic Bacaan Injil : Mrk 8:11-13
alu, muncullah orang-orang Farisi dan “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku
Renungan
G aram baru berguna kalau ia asin, sanggup memberi ‘cita rasa’ tersendiri dalam semangkuk
mie kuah. Namun, begitu sering kita lihat orang yang menambahkan sambal dan saus tomat
agar mie kuah tersebut lebih maknyos di lidah, meskipun hal itu tentu telah mengubah cita rasa
asli mie kuah tersebut.
Hidup orang Kristiani harus sempurna agar ia dapat menjadi garam bagi orang-orang di
sekelilingnya. Ia harus memberi ‘rasa yang khas’ bagi kemanusiaan itu sendiri, rasa yang sesuai
sebagaimana dicontohkan oleh Yesus. Segala tutur kata, sikap, dan tindakannya dapat menyejukkan
semua orang yang ada di sekelilingnya. Membawa perubahan yang positif bagi siapa pun yang
berada bersamanya.
Melalui berbagai pencobaan dan peristiwa, ‘kualitas hidup’ dan ‘kualitas iman’ kita diuji dan
disempurnakan. Agar tetap mampu berperan sebagai garam bagi orang lain. Hal itu bahkan
dialami juga oleh Yesus dalam hidup-Nya. Rasul Yakobus mengingatkan umat Gereja perdana
untuk menggunakan berbagai pencobaan hidup ini sebagai sarana untuk mematangkan diri, agar
hidup mereka menghasilkan buah yang matang.
Tuhan, sertailah aku senantiasa agar mampu menjadi garam dan terang bagi sesama.
Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 1:12-18
: 94:12-13a.14-15.18-19; R:12a
Selasa, 13 Mei 2008
Sta. Petronela; Imelda Lambertini;
Bacaan Injil : Mrk 8:14-21 St. Andreas Fournet; SP Maria dr Fatima
Renungan
P ada awal tugasnya sebagai pastor yang melayani sebuah stasi kecil di pedalaman, Romo Ubaldus
mengeluhkan sikap umatnya yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan pastor
pendahulunya. “Dulu kami sering dikirimi roti kalengan, kadangkala juga dikirimi buku-buku,
dikirimi obat-obatan, dan lain-lain…“ adalah kalimat yang paling sering mampir di telinganya
ketika itu. Sang Romo sangat terganggu dengan cara pandang umatnya itu. Urusan rohani selalu
dikaitkan dengan urusan jasmani.
Barangkali kita juga sering menemui orang yang berpikiran seperti itu, manakala urusan perut
belum beres maka urusan iman tetap di awang-awang. Apa pun yang dibicarakan, apa pun yang
direncanakan, ujung-ujungnya selalu dikaitkan dengan masalah perut, seolah-olah hidup hanyalah
masalah perut.
Orang yang mengandalkan hidupnya pada masalah jasmani belaka akan mudah dihancurkan.
Ketika ia diiming-imingi sesuatu, ia akan dengan mudah mengikuti keinginan sang pemberi tersebut.
Yesus mengingatkan para murid-Nya agar waspada terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.
Mari kita bangun hidup kita dengan fondasi hidup iman yang kokoh agar ‘kerajaan dunia’ dapat
kita perbaharui dan kuasai.
Yesus, ubahlah pribadiku yang lemah karena dikuasai oleh kebutuhan jasmani belaka
ini menjadi pribadi yang kokoh karena ditopang oleh hidup rohani yang baik. Amin.
Rabu, 14 Mei 2008
Pesta St. Matias, Rasul
Bacaan I
Mazmur
: Yak 1:19-27
: 15:2-3ab.3cd-4ab.5; R:1b
Sta. Maria Dominika Mazzarello; St. Mikael Garicoits Bacaan Injil : Mrk 8:22-26
emudian, tibalah Yesus dan murid-murid- Orang itu memandang ke depan, lalu ber
Renungan
B erkumpul dengan teman-teman, apalagi dengan teman-teman yang dianggap ‘senasib’, tentu
sangat menyenangkan. Berbagai kegiatan positif dapat dilakukan di sana sehingga semua
yang hadir dapat merasakan ‘pencerahan’ setelah kembali ke rumahnya masing-masing. Namun,
ada juga orang yang memanfaatkan saat berkumpul itu untuk membicarakan orang lain, menebar
gosip yang tak jelas ujung pangkalnya. Apa yang dapat kita lakukan kalau pertemuan hanya dipakai
untuk hal-hal seperti itu?
Setiap tahun pada malam Paskah kita mengulangi janji baptis, bukti niat suci untuk selalu berada
di jalan Tuhan. Saat kita bercermin diri, mematut diri atas perjalanan hidup setahun yang telah
berlalu. Saat mata dan hati kita dibukakan kembali oleh Yesus agar dapat melihat kebenaran yang
hakiki berdasarkan nilai-nilai kekatolikan, yang bersumber pada tradisi Yesus dan para murid-Nya
dalam kehidupan Gereja perdana.
Orang yang telah membarui janji baptisnya harus berusaha hidup jauh dari kecenderungan dosa.
Berusaha menjadi murid Tuhan yang setia, yang ingin menjadikan dirinya sebagai panutan bagi
banyak orang dalam hidup sehari-hari. Hidupnya selalu diwarnai kebahagiaan, bukan pertama-tama
karena ia telah mendengarkan sabda Tuhan, tetapi karena ia telah mewujudkan dirinya sebagai
pelaksana sabda Tuhan itu sendiri.
Yesus, jadikanlah sabda-Mu hidup di dalam diriku. Biarkanlah aku menjadi sabda-Mu
yang sungguh-sungguh hidup. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 2:1-9
: 34:2-3.4-5.6-7; R:7a
Kamis, 15 Mei 2008
St. Isidor (us); St. Pakomius
Bacaan Injil : Mrk 8: 27-33 Sta. Dymphna; Sta. Bertha dari Rupertus
Renungan
O BOR adalah nama yang diberikan bagi lembaga penerbitan dan toko rohani milik KWI di
Jakarta. Dari namanya, kiranya jelas apa yang diharapkan oleh para Uskup terhadapnya. Di
mana-mana, obor selalu dipakai sebagai penerang dalam kegelapan. Obor memancarkan cahaya
(yang besar) yang sinarnya menyebar ke mana-mana.
Nama menunjukkan identitas, jati diri seseorang atau suatu lembaga. Nama diberikan kepada
seseorang atau sesuatu tentunya bukan dengan asal-asalan karena di balik nama itu terkandung
sebuah harapan untuk diwujudnyatakan. Mengapa dinamai OBOR? Mengapa dinamai Kristiana?
Mengapa dinamai Felix? Mengapa dinamai Suseno? Ada juga orang yang (terpaksa) mengganti
namanya karena merasa tidak cocok atau tidak pantas dengan kepribadiannya.
Menyebut diri sebagai orang Kristen berarti mengakui bahwa dirinya adalah pengikut Kristus,
mengakui bahwa dirinya adalah imitasi Kristus. Di dalam dirinya, orang dapat melihat Kristus.
Keren, bukan? Kalau kita mengaku diri sebagai pengikut-Nya dan mengakui bahwa Dia adalah
Sang Mesias, siapkah kita juga seperti Dia: menanggung banyak penderitaan, ditolak, atau bahkan
dibunuh?
Yesus, ajarilah aku, sebagaimana Engkau ajarkan kepada Santo Petrus, bagaimana
caranya menjadi pengikut-Mu. Amin.
Jumat, 16 Mei 2008
St. Ubaldus; St. Yohanes Neponuk; Simon Stock;
Bacaan I
Mazmur
:Yak 2:14-24.26
: 112:1-2.3-4.5-6; R:1
St. Andreas Bobola; St. Yulianus Demoustier Bacaan Injil : Mrk 8:34-9:1
alu, Yesus memanggil orang banyak nyawanya? Sebab barang siapa malu karena
Renungan
M enyelaraskan perkataan dengan perbuatan tidaklah mudah. Banyak orang yang pandai
berkata-kata, tetapi apa yang dikatakannya sering hanya sekadar keluar dari mulutnya.
Menasihati orang lain dengan kata-kata yang indah dan muluk-muluk, tetapi ia sendiri tidak
melaksanakannya. Berbicara tentang kejujuran, tetapi hidupnya penuh kebohongan. Mengajarkan
kedisiplinan, tetapi tingkah-lakunya sangat tidak disiplin. Berkhotbah tentang cinta kasih, tetapi
hidupnya tak diwarnai oleh cinta kasih. Menganjurkan orang lain untuk hidup sederhana, tetapi
hidupnya tak lepas dari kemewahan. Berteriak-teriak tentang keadilan dan demokrasi, tetapi
tindak-tanduknya sendiri penuh kelaliman dan keangkuhan.
Yesus adalah contoh manusia sejati yang sempurna. Yang diajarkan-Nya tidak melulu keluar
dari mulut dan pikiran-Nya, tetapi dari dalam hati-Nya. Maka, ajaran dan nasihat-Nya sungguh
mengena bagi banyak orang karena berakar di dalam hati-Nya sendiri. Dengan sikap dan contoh
keteladanan hidup-Nya sendiri Ia mengajarkan orang tentang kasih sejati. Bahkan, Ia juga rela
mengorbankan nyawa untuk membuktikan totalitas cinta kasih-Nya itu. Kita, para murid-Nya,
ditantang untuk mengambil sikap yang sama juga.
Selain itu, hari ini kita juga mendengar nasihat Rasul Yakobus untuk mewarnai iman kita
dengan bukti nyata dalam perbuatan, karena iman yang tidak diikuti perbuatan nyata adalah
kebohongan belaka.
Yesus, aku ingin imanku Kauperkaya dengan kemauan yang kuat untuk mengamalkannya
dalam kehidupan nyata sehari-hari. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 3:1-10
: 12:2-3.4-5.7-8; R:lh.8b
Sabtu, 17 Mei 2008
Bacaan Injil : Mrk 9:2-13 St. Paskalis Baylon
nam hari, kemudian Yesus membawa ketakutan. Maka, datanglah awan menaungi
Renungan
M emosisikan diri setara dengan ‘orang penting’ menjadi semacam ‘kebiasaan’ yang tumbuh
di masyarakat kita. Bahkan, sewaktu menghadiri acara-acara tertentu, banyak orang yang
merasa ‘nyaman’ kalau dirinya diposisikan di ‘tempat khusus’, mendapatkan perlakuan khusus,
yang membedakannya dari orang-orang lain. Ada rasa bangga ketika dirinya ditempatkan secara
terhormat. Ada rasa tersanjung saat orang banyak menjadikannya pusat perhatian dalam pertemuan
tersebut.
Petrus, Yakobus, dan Yohanes adalah tiga murid istimewa yang diperkenankan menyaksikan
kemuliaan Yesus di Puncak Tabor. Perasaan takut, tak percaya, gembira, dan bangga bercampur
menjadi satu dalam hati mereka. Mereka merasa tersanjung boleh berada di sana dan menjadi
saksi semua peristiwa itu. Mereka ingin berbuat sesuatu sebagai ungkapan hati mereka saat itu.
Rasul Yakobus dalam suratnya hari ini mengajak kita untuk hidup bijaksana; bersikap dan
bertindak sesuai peranan dan panggilan hidup kita masing-masing. Bertutur kata dengan benar.
Tidak menodai diri dengan aneka ketidakberesan, dapat mengendalikan lidah, serta dapat juga
mengendalikan seluruh tubuh kita untuk meraih kesempurnaan.
Yesus, semoga aku dapat memuliakan nama-Mu yang telah mengangkat aku ke
martabat terhormat, menjadi murid dan rasul-Mu. Amin.
Minggu, 18 Mei 2008
HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS
Bacaan I
Mazmur
Bacaan II
: Kel 34:4b-6.8-9
: Dan 3:52.53.54.55.56; R:52b
: 2Kor 13:11-13
St. Yohanes I; St. Vinatius; St. Felika OFMCap. Bacaan Injil : Yoh 3:16-18
arena begitu besar kasih Allah akan dunia melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Renungan
M engapa harus tiga? Mengapa Allah dinamai Bapa, Putra, dan Roh Kudus? Bagaimana bisa
seperti itu? Ini hanya tiga dari segudang pertanyaan yang bisa muncul ketika kita berpikir,
berbicara, dan menguraikan “Siapakah Allah” itu. Mengapa hanya tiga pertanyaan yang ditulis
di sini? Karena ruang yang tersedia di halaman renungan ini sempit sekali, dan hanya itulah
pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi dan perdebatan antara “orang beriman Kristiani”
dengan yang tidak mengimaninya.
Allah itu Esa. Hanya ada satu Allah, tidak ada yang lain. Inilah keyakinan dasar yang bersifat
monoteistik dalam kekristenan, yang bersumber dari iman Abraham. Lalu, mengapa ‘seolah-olah’
menjadi tiga? Persoalannya bukan Allah menjadi tiga, tetapi Allah yang Esa mengejawantah
(menghadirkan diri) dalam tiga pribadi sebagaimana diwartakan dalam Alkitab. Allah Maha Esa
itu sendirilah yang memperkenalkan diri-Nya, rencana-Nya, kuasa-Nya, keagungan-Nya, dan
cinta-Nya kepada manusia melalui tiga pribadi, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Allah Maha Esa yang “luar biasa” itu hanya mampu dijangkau, ditangkap, dan dipahami oleh
kemampuan inderawi manusia yang “sangat terbatas” ini dalam wujud-Nya yang tiga itu, yaitu
yang diperkenalkan-Nya kepada kita melalui Alkitab dan Gereja-Nya. Berbicara tentang Allah
adalah berbicara tentang iman, bukan matematik. Dengan iman dan di dalam iman, keterbatasan
inderawi kemanusiaan kita menjadi tak berarti.
Yesus, tumbuhkan dan suburkan hati dan budiku selalu dalam iman kepercayaanku
kepada-Mu, Allah Tritunggal Mahakudus. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 3:13-18
: 19:8.9.10.15; R:9a
Senin, 19 Mei 2008
St. Petrus Salestinus; St. Dustan;
Bacaan Injil : Mrk 9:14-29 Pw SP Maria Ratu Para Rasul
etika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes dia. Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh
Renungan
S eorang Bapa tua dengan bangga bercerita panjang-lebar, penuh semangat, tentang
keterlibatannya membangun paroki, sejak masih stasi sederhana tanpa gereja, sampai kini
menjadi sebuah paroki besar dengan gereja modern sebagi pusatnya. Dia menceritakan, bagaimana
dulu dengan jungkir-balik bersama teman-temannya ia menyiapkan segala kebutuhan umat. Ia
merasa dirinya adalah pelaku, sekaligus saksi sejarah keberadaan sebuah gereja lokal di situ. Kini
ia mengisi hari tuanya dengan aktif sebagai prodiakon, mengantar komuni untuk umat paroki
yang sakit dan tak dapat ke gereja. Dengan pelayanannya sekarang, ia merasa dirinya semakin
dekat dengan Tuhan.
Pelayanan adalah tugas kerasulan setiap orang. Ada banyak motivasi di balik pelayanan itu: cari
teman, cari penghasilan, cari popularitas, dan lain-lain. Namun, tak sedikit orang yang melayani
karena didorong oleh motivasi positif. Kristus melayani sesamanya dengan tulus. Hati-Nya tergugah
melihat orang lain mengalami kesulitan. Pelayanan-Nya universal, tak membeda-bedakan, semua
orang yang membutuhkan bantuan pasti diberi-Nya pertolongan.
Orang yang melayani sesama karena didorong oleh Roh Kristus menyadari bahwa ia melakukan
semua itu bukan untuk memegahkan dirinya. Juga bukan untuk kepentingan dirinya. Nasihat
Rasul Yakobus hari ini menuntun kita untuk berkarya dan melayani sesama karena didorong oleh
hikmat yang dari atas, yang bersumber dari Kristus sendiri.
Yesus, ajarilah aku melayani dengan tulus, bukan untuk kemegahan dan kepentingan
diri sendiri, melainkan untuk semakin membuat nama-Mu dimuliakan. Amin
Selasa, 20 Mei 2008 Bacaan I
Mazmur
: Yak 4:1-10
: 55:7-8.9-10a.10b-11a.23; R:23a
Bacaan Injil : Mrk 9:30-37
St. Bernardinus dari Siena; St. Ivo, Uskup
Renungan
K etika sistem pemilihan umum untuk memilih anggota parlemen diubah dengan sistem pemilihan
langsung, banyak orang berharap akan terjadi perubahan yang berarti bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Bayangkan, rakyat dapat memilih dan menentukan sendiri siapa-siapa
yang pantas mewakilinya, karena ia tahu dan kenal calon wakilnya tersebut secara langsung. Setali
tiga uang, ketika sistem yang sama juga dipakai untuk memilih para Kepala Daerah.
Satu pertanyaan yang sering menggelitik, “Mengapa orang berlomba-lomba ingin mencalonkan
diri? Mengapa orang rela saling menyingkirkan dengan segala cara untuk meraih tempat
kehormatan tersebut?” Hal yang sama rupanya juga terjadi pada zaman Rasul Yakobus. Dengan
kasat mata, kita melihat bahwa daya tarik utama untuk duduk di tempat kehormatan tersebut
adalah “kekuasaan”. Barang siapa bisa masuk dalam lingkaran kursi kehormatan tersebut, dia
akan memiliki (akses) kekuasaan di segala aspek kehidupan bermasyarakat.
Yesus menjungkirbalikkan logika berpikir normal kita. Bagi-Nya, kekuasaan itu adalah
pelayanan. Orang yang berkuasa adalah orang yang dapat dengan bebas melayani sesamanya,
tanpa direcoki atau dihalangi oleh apa pun. Maka, “orang besar” bagi-Nya adalah orang yang
siap melayani tanpa batas juga.
Yesus, aku ingin menjadi “yang terbesar” di dalam kerajaan-Mu. Bukan dengan caraku,
tetapi dengan mengikuti cara yang Kautawarkan bagiku. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 4:13-17
: 49:2-3.6-7.8-10.11; R:Mat 5:3
Rabu, 21 Mei 2008
St. Eugenius de Mazenod OMI;
Bacaan Injil : Mrk 9:38-40 St. Godrikus; St. Herman Yoseph
ata Yohanes kepada Yesus, “Guru, kami Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan
Renungan
A mbros, siswa sebuah SMP Katolik di Ibukota, terpana melihat senang nenek tua yang hendak
menyeberang jalan. Dia ingin membantunya, tetapi dia juga teringat beberapa waktu yang lalu
teman-teman kelasnya mengolok-olok ketika ia menolong seorang ibu menyeberang jalan yang
sama di depan sekolahnya itu. Sementara itu, dalam hatinya ada keraguan karena dia masih ingat
apa yang dijelaskan oleh Bu Guru agamanya tentang hukum cinta kasih.
Dalam kenyataan, seringkali kita berhadapan dengan dilema, ingin berbuat baik namun dituduh
ini-itu, tetapi tidak berbuat baik juga rasanya bertentangan dengan gejolak yang ada di dalam hati.
Orang Katolik berada dalam keraguan? Kalau ini yang terjadi berarti sudah saatnya kita menggugat
kekatolikan kita? Hukum cinta kasih itu bersifat mutlak, tidak ada jalan tengah.
Dua bacaan hari ini memperlihatkan hal itu. Rasul Yakobus mencela orang yang tahu bagaimana
ia harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya. Sebaliknya, Yesus mencela murid-murid-Nya,
yang iri hati bahkan sampai mencegah orang-orang yang melakukan kebaikan terhadap sesamanya.
Kalau orang lain yang tidak mengenal Kristus saja siap mengamalkan cinta kasih dalam hidupnya,
apalagi kita yang mengaku pengikut Kristus.
Yesus, jadikanlah aku tidak ragu-ragu lagi setiap kali ingin berbuat baik bagi sesamaku.
Amin.
Kamis, 22 Mei 2008
Sta. Rita dari Cascia ; Sta. Rosa(na);
Bacaan I
Mazmur
: Yak 5:1-6
: 49:14-15ab.15cd-16.17-18.19-20;
R:Mat 5:3
St. Yohanes Baptista Makado Bacaan Injil : Mrk 9:41-50
Renungan
B eberapa karyawan sebuah perusahaan geram ketika menyaksikan disiplin kerja semakin
mengendur, bahkan hampir setiap karyawan dapat menentukan segala-galanya sendirian
saja. Datang terlambat, tetapi nanti sore harinya ‘teng go’. Semangat hidup seenaknya memang
merupakan penyakit menular, yang dengan cepat menjangkiti semua karyawan di situ. Apabila
tidak diambil tindakan tegas untuk mengembalikan kedisiplinan, dapat diramalkan perusahaan
tersebut tak akan bertahan lama.
Penyakit menular hanya dapat disembuhkan jika sumber bibit penyakitnya dimusnahkan, atau
sekurang-kurangnya dilemahkan dan diisolasi agar tidak merusak sel-sel sehat yang lain. Maka,
harus ada tindakan nyata, harus ada keberanian dari si sakit untuk menelan pil pahit, bahkan
kalau perlu dengan mengangkat atau mengamputasi bagian yang tidak sehat tersebut.
Sekecil apa pun, ketidakberesan harus segera diselesaikan. Seringan apa pun kesalahan dan
dosa yang kita perbuat, harus dibereskan. Yesus menasihati para murid untuk berani mengambil
tindakan terhadap ketidakberesan dalam hidup ini. Hidup tak bercacat, hidup tak bercela. Ia
ingin agar para murid-Nya tetap menjadi ‘garam yang baik’, bukan ‘garam yang hambar’. Orang
curang tak mungkin mengajak orang lain berlaku jujur. Orang berdosa tak mungkin mengajak
orang lain hidup suci.
Yesus, aku ingin menjadi ‘garam yang berkualitas’ agar mampu mewarnai dunia ini
dengan kedamaian. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 5:9-12
: 103:1-2.3-4.8-9.11-12; R:8a
Jumat 23 Mei 2008
St. Desiderius; St. Yohanes Baptista di Rossi;
Bacaan Injil : Mrk 10:1-12 Sta. Eufrosina
ari situ Yesus berangkat ke daerah laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki
Renungan
S ejarah peradaban manusia telah membuktikan beratnya perjuangan menegakkan kebenaran
dan keadilan. Lembaga-lembaga penegakan hukum dibentuk untuk memfasilitasi kebutuhan
tersebut. Masing-masing diberi wewenang yang berbeda, tetapi dalam sebuah jejaring (network)
kebersamaan yang setujuan. Ada yang menyidik, ada yang mengusut, ada yang menuntut, dan
ada yang mengadilinya. Mengapa begitu repot? Semua tentu saja demi terwujudnya kebenaran
dan keadilan dalam kehidupan ini.
Ketika semua pihak yang masuk dalam jejaring tersebut ingkar janji, atau hanya membela
kepentingan pihak-pihak tertentu, yang muncul adalah ‘ketidakpuasan’, ‘mafia peradilan’, atau
bahkan sampai berbentuk ‘premanisme’ untuk membela hak masing-masing.
Orang Kristen diajak oleh Rasul Yakobus untuk membela kebenaran dan keadilan, yang memang
tidak mudah mewujudkannya. Keteladanan para nabi kiranya dapat menjadi inspirasi hidup
kita, yang melalui kesabaran, ketekunan, bahkan melalui penderitaan, berjuang untuk membela
kebenaran dan keadilan. Mengatakan ‘ya’ jika ya, dan mengatakan ‘tidak’ jika tidak. Kita akan
mampu menjadi pejuang kebenaran dan keadilan kalau kita hidup setia. Setia dalam janji, setia
dalam menghayati panggilan, dan setia dalam iman.
Yesus, Engkau adalah perwujudan janji setia Allah dengan manusia. Aku ingin ambil
bagian menegakkan nilai-nilai injili dengan hidup setia. Bantulah aku melaksanakannya.
Amin.
Sabtu, 24 Mei 2008
Sta. Yoana; Maria della Strada
Bacaan I
Mazmur
: Yak 5:13-20
: 141:1-2.3.8; R:lh.2a
Pw SP Maria Pertolongan Orang Kristen Bacaan Injil : Mrk 10:13-16
alu orang, membawa anak-anak kecil yang seperti itulah yang empunya Kerajaan
Renungan
A nak kecil sulit diajak berbohong. Anak kecil itu polos dan murni bagaikan selembar kertas
putih. Di dalam hatinya, Allah menitipkan ‘pelita’-Nya, ‘sabda’-Nya, untuk menerangi segala
tindak-tanduknya sepanjang hidup. Dengan kepolosannya, seorang anak akan berbicara apa adanya,
bertindak apa adanya, sesuai suara hatinya yang bergetar perlahan, setiap saat.
Seorang anak yang dibesarkan dalam suasana penuh cinta kasih akan tumbuh menjadi
manusia dewasa yang penuh cinta kasih. Sebaliknya, jika ia dibesarkan dalam suasana yang penuh
ketidakjujuran, ketidakadilan, penindasan, dan kekerasan, ia akan menjadi manusia yang berwatak
keras dan berpribadi congkak. Lingkungan pertama yang turut mempengaruhi pembentukan pribadi
seseorang adalah keluarganya sendiri. Keluarga adalah seminari (tempat persemaian) iman yang
paling dasar, tempat seorang manusia dibentuk pribadinya dengan ‘cetakan’ yang pas, yang tak
tergoyahkan oleh kekuatan mana pun.
Kalau setiap orang mau menyadari hal itu, dan menyiapkan anggota-anggota keluarganya
menjadi manusia berkualitas, kita yakin sedikit demi sedikit dunia ini akan menjadi lebih baik.
Melahirkan orang-orang baik, memunculkan orang-orang yang kembali dari kesesatan hidupnya.
Membuat dunia ini menjadi sempurna kembali, sebagaimana awal penciptaan, semua amat
sempurna adanya.
Yesus, aku ingin ambil bagian dalam karya penciptaan Allah, membawa kesempurnaan
bagi seluruh ciptaan ini. Dampingilah aku dalam menjalankan niatku ini. Amin.
Bacaan I
Mazmur
Bacaan II
: Ul 8:2-3.14b-16a
: 147:12-13.14-15.19-20; R:12a
: 1Kor 10:16-17
Minggu, 25 Mei 2008
HARI RAYA TUBUH & DARAH KRISTUS
Bacaan Injil : Yoh 6:51-58 St. Gregorius VII; Sta. Magdalena Sofia Barat
kulah roti hidup yang telah turun dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup
Renungan
S ebagai tokoh umat, sekurang-kurangnya sebulan dua kali Pak Stanis mendapat undangan
untuk menghadiri pesta perkawinan di parokinya. Ia memiliki koleksi baju batik yang dengan
setia bergiliran mendampinginya ke pesta-pesta tersebut. Bu Stanis, sang istri, mempunyai cita
rasa seni yang tinggi. Malam hari menjelang berangkat ke undangan, ia selalu mematut-matut
pakaian yang pantas dan serasi bagi mereka berdua. Mereka selalu tampil istimewa pada kesempatan
seperti itu karena ingin memperlihatkan ‘citra diri’ sebagai seorang tokoh umat yang dihormati
di sana. “Sebagai tokoh umat, kami tidak ingin malu-maluin umat kami sendiri dengan bersikap
seenaknya,” kata Pak Stanis membela diri.
Pesta adalah peristiwa penting. Tiap orang ingin tampil istimewa dalam kesempatan seperti itu.
Persiapan dilakukan dalam waktu yang amat memadai, bahkan kalau perlu dengan modal yang
luar biasa. Itulah pengorbanan yang harus disediakan agar boleh tampil dengan pantas dalam
sebuah pesta.
Hari ini kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Perayaan tahunan yang ingin
mengingatkan kita tentang makna Tubuh dan Darah Kristus bagi hidup kita, yang melalui
pembaptisan telah ditebus oleh Kristus. Setiap minggu, bahkan ada juga yang setiap hari dengan
setia mengikuti Perayaan Ekaristi, menyambut Tubuh dan Darah Kristus. Sudahkah kita siapkan
hati dan diri kita dengan sempurna sebelum merayakan Ekaristi, menghadiri undangan Tuhan?
Layak dan pantaskah situasi batin kita ketika menyambut Kristus yang datang untuk menyatukan
dan menguatkan kita, Gereja-Nya?
Yesus, aku ingin menyiapkan hatiku lebih sempurna lagi agar Engkau pantas
bersemayam di dalamnya. Amin.
Senin, 26 Mei 2008 Bacaan I
Mazmur
: 1Ptr 1:3-9
: 111:1-2.5-6.9.10c; R:5b
Pw St. Philipus Neri; Sta. Mariana dari Quito Bacaan Injil : Mrk 10:17-27
ada waktu Yesus berangkat untuk dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata
Renungan
K erugian ditaksir mencapai ratusan triliun saat banjir besar melanda Jakarta di awal 2007 yang
lalu. Hampir 70% wilayah Ibukota digenangi air. Bagi penduduk yang tinggal di kawasan
kumuh dan bantaran kali, banjir seperti itu sudah menjadi tradisi rutin tahunan. Mereka sudah
tahu apa saja yang harus dilakukan ketika banjir mulai melanda permukiman mereka. Sementara
bagi penduduk yang tinggal di kawasan elit yang jarang dilanda banjir, peristiwa ini dirasakan
sangat merepotkan. Menguras tenaga, pikiran, waktu, bahkan juga uang. Ada banyak hal yang
harus mereka lakukan untuk mengamankan diri dari banjir.
Peristiwa seperti itu mungkin saja dialami oleh setiap orang, kapan saja, tanpa dapat diduga terlebih
dahulu. Itulah yang disebut musibah. Bagi orang beriman, musibah dilihat sebagai kesempatan untuk
merefleksikan hidupnya: tentang sikapnya terhadap alam semesta, sesama, dan Tuhan. Musibah juga
dapat dijadikan kesempatan untuk membangun kembali persahabatan dengan alam, sesama, dan Tuhan
yang telah dirusak oleh egoisme, kesombongan, dan keserakahan manusia.
Rasul Petrus dalam bacaan hari ini mengajak kita menjadikan semua itu sebagai saat pemurnian
iman, seperti emas yang dimurnikan dengan api. Sementara Yesus mengajak kita untuk membangun
“semangat kemuridan” dalam persaudaraan sejati. Persaudaraan yang ditandai oleh solidaritas
yang total kepada sesama ciptaan yang lain tanpa perbedaan.
Yesus, murnikanlah semangat kemuridanku seturut teladan yang Kauperlihatkan
dalam hidup-Mu sendiri. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: 1Ptr 1:10-16
: 98:1.2-3ab.3c-4; R:2a
Selasa, 27Mei 2008
Bacaan Injil : Mrk 10:28-31 St. Agustinus dari Centerbury; St. Yulius
erkatalah Petrus kepada Yesus, “Kami itu sekarang pada masa ini juga akan menerima
Renungan
B eberapa imam pimpinan seminari mengeluhkan realitas semakin sedikitnya remaja dan pemuda
yang masuk seminari. Tawaran “dunia modern” yang lebih menjanjikan bisa jadi merupakan
penyebab utamanya. Namun, ada sementara pihak juga yang menuding faktor keluarga kecil
dengan hanya dua anak menjadi penyebabnya. Di daerah-daerah yang selama ini dikenal sebagai
lumbung benih panggilan, persoalan ini juga dirasakan.
Berbeda halnya ketika kita menyaksikan berbagai acara televisi yang menjanjikan aneka
popularitas dunia (Indonesian Idol, AFI, KDI). Acara-acara itu selalu diminati oleh ribuan
calon. Sepertinya setiap orang ingin menjadi terkenal, menjadi orang besar yang kehadirannya
diistimewakan oleh siapa pun. Untuk mencapai impian tersebut bahkan mereka rela mengerahkan
segala daya, entah dengan cara halal maupun dengan cara yang curang.
Hal berbeda justru ditawarkan Yesus dalam dialog-Nya dengan Simon Petrus. Nilai keluhuran
kemanusiaan tidak diukur dengan cara duniawi. Manusia yang bermartabat adalah mereka yang
mengikuti-Nya secara total, yang meraih puncak kebesaran kemanusiaan-Nya dalam sikap-Nya
terhadap sesama, dalam pelayanan-Nya terhadap sesama, dan dalam kasih-Nya yang tanpa batas.
Bahkan rela menjadi “yang dihinakan” agar orang lain “dimuliakan”.
Yesus, ajarilah aku mengikuti ketulusan-Mu dalam melayani sesama untuk memperoleh
hidup yang kekal. Amin.
Rabu, 28 Mei 2008 Bacaan I
Mazmur
: 1Ptr 1:18-25
: 147:12-13.14-15.19-20; R:12a
Sta. Margaretha Pole; St. Wilhelmus Bacaan Injil : Mrk 10:32-45
Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam kami!” Jawab-Nya kepada mereka, “Apa yang
perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?” Lalu
di depan. Murid-murid merasa cemas dan kata mereka, “Perkenankanlah kami duduk
juga orang-orang yang mengikuti Dia dari dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang
belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang
memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai di sebelah kiri-Mu.” Tetapi kata Yesus kepada
mengatakan kepada mereka apa yang akan mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta.
terjadi atas diri-Nya, kata-Nya, “Sekarang kita Dapatkah kamu meminum cawan yang harus
pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang
diserahkan kepada imam-imam kepala dan harus Kuterima?” Jawab mereka: “Kami dapat.”
ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu
hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan akan meminum cawan yang harus Kuminum
Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus
Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-
disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak
Ia akan bangkit.” Lalu Yakobus dan Yohanes, memberikannya. Itu akan diberikan kepada
anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”
berkata kepada-Nya, “Guru, kami harap supaya (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan
Renungan
D alam tradisi Gereja Katolik, Sri Paus selalu menyebut dirinya Servus Servorum Dei, hamba dari
para hamba Allah. Dalam struktur hierarki Gereja, Sri Paus menempati posisi tertinggi bersama
para Uskup lainnya. Semakin tinggi posisinya dalam hierarki, semakin besar juga tingkat pelayanan
yang harus dilakukannya. Sebuah semangat yang berbanding terbalik dengan cara pandang dunia
normal. Itu jugalah yang diperlihatkan Yesus, Sang Guru, kepada para murid-Nya.
Di sekeliling kita, ada begitu banyak fakta yang memperlihatkan bagaimana sebuah ‘gelar’ telah
kehilangan maknanya: abdi negara, hamba hukum, pengayom rakyat, pamong praja, pahlawan tanpa
tanda jasa, cendekiawan, atau bahkan banyak pula orang yang menyebut dirinya hamba Allah.
Ketika Yohanes dan Yakobus ingin mendapat posisi istimewa di samping Sang Guru, Yesus
meminta mereka untuk mengikuti-Nya dengan setia dalam pelayanan terhadap sesama. Kehormatan
dicapai bukan dengan tangan besi dan kekerasan. Juga bukan dengan pangkat tinggi atau gelar yang
mentereng. Kehormatan seseorang justru diperlihatkan oleh sikapnya dalam melayani sesama.
Yesus, aku ingin menjadi pelayan yang setia agar aku boleh memperoleh hidup dan
kehormatan sesuai dengan janji-Mu itu. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: 1Ptr 2:2-5.9-12
: 100:2.3.4.5; R:2c
Kamis, 29 Mei 2008
Sta. Teodosia dr Konstantinopel;
Bacaan Injil : Mrk 10:46-52 St. Maxi (minus); Maria Anna dr Paredes
alu, tibalah Yesus dan murid-murid-Nya Lalu Yesus berhenti dan berkata, “Panggillah
Renungan
S ebelum teman-teman kantor mengejeknya sebagai ‘orang Kristen’, ‘orang kafir’, Bernadeth
selalu mengenakan kalung salib di lehernya yang jenjang. Kini ia mencoba hadir di tengah-
tengah mereka tanpa memperlihatkan identitas kekristenannya lagi agar tidak menimbulkan masalah
apa pun dalam pergaulan sehari-hari dengan mereka.
Selintas kita menganggap persoalan itu biasa-biasa saja. Celakanya, menanggalkan identitas
lahiriah seringkali juga diikuti oleh sikap batiniah. Dari sekadar tak memakai kalung salib, lama-
lama menjadi tak berani membuat tanda salib; dari sekadar tak membuat tanda salib, lama-lama
menjadi kehilangan tanda salib di hatinya.
Hal berbeda justru ditunjukkan oleh seorang Bartimeus. Semakin dilarang untuk memanggil
Yesus, semakin lantang ia berteriak, “Anak Daud, kasihanilah aku!” Ia yakin dengan apa yang
diserukannya, dan keyakinan itu telah mengubah hidupnya secara total. Sikap iman yang sejati
janganlah setengah-setengah. Juga tak perlu takut terhadap segala intimidasi atau ancaman. Iman
yang telah menyelamatkan dan melahirkan kita sebagai manusia baru, kita jadikan modal untuk
membangun Rumah Rohani di dunia ini.
Yesus, perbaruilah imanku agar lebih sempurna sebagaimana dimiliki oleh Bartimeus.
Amin.
Jumat, 30 Mei 2008
HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS
Bacaan I
Mazmur
Bacaan II
: Ul 7:6-11
: 103:1-2.3-4.6-7.8.10; R:17
: 1Yoh 4:7-16
St. Felik I; Sta. Jeane d’Arc; St. Baptista Varani OSCCap Bacaan Injil : Mat 11:25-30
ada waktu itu berkatalah Yesus, “Aku Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa
Renungan
D alam sikap sehari-hari sering kali kita menilai seseorang berdasarkan ketulusan hatinya,
kerelaan hatinya, kepenuhan hatinya, kesungguhan hatinya. Hati menjadi lambang pribadi
terdalam seseorang. Apa yang ada di dalam hati dapat dilihat melalui tingkah laku lahiriahnya.
Hati orang yang sedang gundah gulana, hati orang yang sedang berbunga-bunga, hati orang yang
sedang jatuh cinta, tampak dari tindak-tanduknya.
Pada hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus ini ada baiknya kita juga meneropong hati kita
masing-masing. Apa saja yang memenuhi hati kita selama ini? Apa saja luka hati yang tak kunjung
sembuh dalam diri kita? Sejauh apa usaha kita untuk menjadikan hati kita semakin murni? Apakah
hati kita masih tetap murni menyuarakan suara Tuhan: menyuarakan keadilan, damai, dan kasih
dalam kebersamaan hidup ini?
Setiap Jumat Pertama kita menghadap Hati Kudus Yesus yang terluka oleh ulah dosa-dosa
kita. Juga kita sambut Ekaristi agar hidup kita dikuatkan oleh-Nya untuk tetap menyuarakan
suara-Nya di tengah-tengah keramaian dunia. Melalui Hati Kudus-Nya kita berharap agar hidup
kita disucikan, kemanusiaan kita disempurnakan, hati kita dijadikan serupa dengan Hati Kudus-
Nya sendiri.
Yesus, berilah aku kesempatan untuk menyempurnakan hatiku seperti Hati Kudus-Mu
sendiri agar aku boleh menikmati janji keselamatan-Mu. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yud 17.20b-25
: 63:2.3-4.5-6; R:2b
Jumat, 31 Mei 2008
Bacaan Injil : Mrk 11:27-33 Pesta SP Maria Mengujungi Elisabet
alu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula itu, dari surga atau dari manusia? Berikanlah
Renungan
S eorang pemuda terheran-heran menyaksikan perdebatan di sebuah forum diskusi yang
membahas “The Tomb of Jesus: Yesus itu Manusia atau Allah” di kampus sebuah Perguruan
Tinggi terkenal. Ada banyak bukti baru yang ditemukan dalam penelitian ilmiah akhir-akhir ini
yang menunjukkan sisi lain dari sebuah pribadi yang disebut Yesus dari Nazaret. Hal-hal seperti
ini memang paling asyik untuk didiskusikan atau diperdebatkan oleh para ‘jago-omong’. Masing-
masing punya alasan yang tampaknya masuk akal.
Jangan heran, peristiwa seperti ini akan muncul kapan pun juga. Di zaman Yesus dulu pun
perdebatan yang sama sudah terjadi. Para jago-omong yang berlatar belakang jabatan terhormat
adalah orang-orang yang paling mengkritisi apa saja yang dilakukan Yesus. Menggugat.
Memperdebatkan. Bahkan menghukum dan membunuh-Nya juga demi sebuah kebenaran yang
mereka yakini.
Persoalan tentang Allah adalah persoalan iman. Maka, ketika Allah diteropong dengan kacamata
‘otak manusia’, yang terlihat pun hanya yang kasat mata, hanya sekadar hitam-putihnya saja, tidak
menyeluruh. Kepenuhan Allah tak mampu dipahami oleh manusia secara keseluruhan. Misteri
tentang Allah juga tak dapat direduksi hanya berbentuk sepotong tanda dalam sepenggal kurun
waktu yang singkat.
Yesus, sertailah aku selalu agar imanku terhadap-Mu sebagai Allah Putra tak goyah
oleh persoalan sepele yang diperdebatkan akal budiku yang terbatas dan tak sempurna
ini. Amin.
EVALUASI DIRI
S etelah menjalani ziarah hidup selama sebulan ini, masuklah ke dalam keheningan dan tuliskanlah
pesan pokok sabda Tuhan yang Anda temukan, kekuatan dan kelemahan dalam diri Anda,
serta niat Anda ke depan untuk membantu melihat kembali diri Anda.
A. Pesan pokok
1.
2.
3.
4.
5.
D. Niat
1.
2.
3.
4.
5.