Anda di halaman 1dari 33

Bacaan I

Bacaan II
Mazmur
: Kis 1:1-11
: Ef 1:17-23
: 47:2-3.6-7.8-9; R:6
Kamis, 01 Mei 2008
HARI RAYA KENAIKAN TUHAN YESUS
Bacaan Injil : Mat 28:16-20 St. Yusuf Pekerja, St. Yeremia; St. Peregrinus Laziosi

an kesebelas murid itu berangkat ke jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah

D Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan


Yesus kepada mereka. Ketika melihat
Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala sampai kepada akhir zaman.”
kuasa di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah,

Renungan
S etelah kebangkitan, Yesus hadir selama 40 hari dalam kehidupan para murid-Nya. Masa yang
cukup untuk menyiapkan dan mematangkan hadirnya sebuah komunitas baru, yang kemudian
disebut Gereja. Para murid tak mungkin menjadi matang kalau mereka tetap bersama-sama Sang
Guru. Gereja adalah komunitas orang-orang yang meyakini Yesus sebagai Allah Putra, satu-satunya
penyelamat umat manusia.
Dalam Injil hari ini, kita mendengar sebuah perintah baru diberikan Yesus: agar para murid
pergi memberitakan kabar gembira yang dialaminya. Menjadikan semua bangsa sebagai murid-
Nya, dan membaptis mereka dalam nama Allah Tritunggal. Tugas ini harus mereka lakukan bukan
dengan kata-kata, tetapi dengan teladan, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Sang Guru
ketika Dia ada bersama-sama mereka.
Hari ini kita merayakan saat para murid disapih oleh Yesus untuk mulai berkarya, meneruskan
apa yang dilihat dan didengarnya dari Yesus selama beberapa tahun. Hari Raya Kenaikan
mengenangkan puncak keyakinan iman para murid bahwa Yesus itu sungguh-sungguh manusia,
yang hadir dalam kebersamaan dengan mereka. Hari Raya Kenaikan juga menjadi saat iman
para murid disempurnakan dalam sebuah kesadaran baru bahwa Yesus yang mereka kenal itu
sungguh-sungguh Allah.
Yesus, mampukanlah aku menjadi pewarta Kabar Gembira bagi segala bangsa melalui
teladan hidupku. Amin.
Jumat, 02 Mei 2008
Hari Pertama Novena Pentakosta
Bacaan I
Mazmur
: Kis 18:9-18
: 47:2-3.4-5.6-7; R:8a
Pw St. Athanasius Agung, St. Boris, St. Sigismund Bacaan Injil : Yoh 16:20-23a

ku berkata kepadamu: Sesungguh­nya kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku

“A kamu akan menangis dan meratap,


tetapi dunia akan bergembira; kamu
akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan
akan melihat kamu lagi dan hatimu akan
bergembira dan tidak ada seorang pun yang
dapat merampas kegembiraanmu itu dari
berubah menjadi sukacita. padamu. Dan pada hari itu, kamu tidak akan
Seorang perempuan berdukacita pada saat menanya­kan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata
ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang
anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya
karena kegembiraan bahwa seorang manusia kepadamu dalam nama-Ku.”
telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga

Renungan
K egelisahan dan ketidaknyamanan mulai mewarnai hidup seseorang yang akan ditinggal pergi
oleh orang yang dikasihinya. Terlebih-lebih kalau orang tersebut telah menjadi sandaran
hidup, menjadi pelabuhan yang aman baginya. Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus sungguh
me­nyadari situasi yang akan dialami oleh para murid-Nya kelak; hidup dalam ketidakpastian,
waswas, bahkan penuh dukacita dan ketakutan. Dalam situasi seperti itu, Yesus menjanjikan
pendampingan kepada mereka yang setia kepada-Nya. Janji itu diulangi-Nya lagi kepada Rasul
Paulus dalam sebuah penglihatan di Korintus.
Setiap orang yang ingin dewasa harus berani melepaskan diri dari segala belenggu yang
membatasi gerak langkahnya. Berani mengambil risiko, tetapi tetap dengan penuh perhitungan
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul Paulus di Korintus. Orang yang seperti itulah yang sanggup
hidup sebagai ‘garam’, berani keluar dari keterbatasan dirinya dan masuk dalam situasi konkret.
Kita jadikan dunia yang penuh warna ini sebagai tempat untuk mematangkan pribadi,
mendewasakan iman, dan memanusiakan kemanusiaan kita.
Yesus, dampingilah aku senantiasa dalam mengarungi perjalanan hidup ini. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Kis 18:23-28
: 47:2-3.8-9.10; R:8a
Sabtu, 03 Mei 2008
Bacaan Injil : Yoh 16:23b-28 Pesta St. Filipus dan St. Yakobus; Rasul

an pada hari itu kamu tidak akan berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi

D menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku


berkata kepadamu, “Sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa,
terus terang memberitakan Bapa kepadamu.
Pada hari itu kamu akan berdoa dalam
nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu
akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa,
Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena
pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu kamu telah mengasihi Aku dan percaya bahwa
akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan
Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan
kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi dunia pula dan pergi kepada Bapa.”

Renungan
B etapa mudahnya berbicara tentang kasih. Apalagi kalau sekadar ‘menggombal’, tiap orang
pasti bisa melakukannya. Khotbah, seminar, diskusi, dan sharing tentang kasih dilakukan di
mana-mana. Kasih yang sejati menuntut pembuktian. Kasih yang murni dapat dilihat dari buah-
buahnya yang nyata dalam tingkah-laku sehari-hari. Tidak mengenal batas, tidak terkotak-kotak,
bahkan juga menerabas dimensi waktu.
Yesus adalah perwujudan kasih Allah yang tiada batasnya terhadap manusia. Allah tidak rela
manusia, ciptaan-Nya, hidup dalam gelimang dosa dan cacat cela. Ia hadir dalam sejarah dan
peradaban manusia untuk mengangkat kita kembali ke harkat kemanusiaan kita yang sejati, yaitu
sebagai ciptaan teragung yang amat sempurna. Yang berdosa diselamatkan-Nya. Yang lemah
dikuatkan-Nya. Dan yang berputus asa dapat melihat pengharapan. Semua dibuktikan-Nya secara
total ketika tergantung di kayu salib, dan semua dilakukan-Nya karena kasih-Nya.
Dialah Mesias sejati yang menjadi pusat pengharapan Umat Allah. Dialah Manusia Sejati yang
mewujudnyatakan Allah Mahabaik, Allah yang menjawab kebutuhan manusia jauh hari sebelum
kita meminta-Nya.
Yesus, aku ingin hidup seperti Engkau: membagi kasih bagi sesama, kasih yang tanpa
batas apapun juga. Bantulah aku untuk mewujudkannya. Amin.
Minggu, 04 Mei 2008
Pekan Paskah VII – Hari Komunikasi Sedunia
Bacaan I
Mazmur
Bacaan II
: Kis 1:12-14
: 27:1.4.7-8a; R:13
: 1Ptr 4:13-16
St. Rachel; St. Gemma Galgani Bacaan Injil : Yoh 17:1-11a

emikianlah kata Yesus. Lalu Ia me­ kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-

D nengadah ke langit dan berkata, “Bapa,


telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-
Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.
Mu. Sekarang mereka tahu bahwa semua yang
Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari
pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau
Sama seperti Engkau telah memberikan sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan
kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, kepada mereka dan mereka telah menerimanya.
demikian pula Ia akan memberikan hidup Mereka tahu benar-benar bahwa Aku datang
yang kekal kepada semua yang telah Engkau dari pada-Mu, dan mereka percaya bahwa
berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku
itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau
Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah
mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu
menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah
kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak
ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih
dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu.
sebelum dunia ada. Aku telah menyatakan Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam
nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau
berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi
milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka satu sama seperti Kita.”

Renungan
B etapa kecewa hati kita ketika menyadari ada anggota keluarga atau anggota komunitas kita
yang melakukan perbuatan tercela. “Nila setitik rusak susu sebelanga ini.” Kata-kata bijak para
leluhur ini ingin mengajak kita menyadari pentingnya menjaga nama baik keluarga atau komunitas
di mana kita hadir dan menjadi bagiannya. Sebaliknya, kita juga merasa ikut tersanjung ketika
salah seorang dari keluarga atau komunitas kita mendapat kehormatan.
Yesus berdoa agar murid-murid-Nya bersatu. Tetap menjadi milik-Nya. Tetap hidup dalam
kemuliaan-Nya. Hidup dalam kemuliaan-Nya menuntut kesetiaan iman, menuntut ketaatan total
kepada satu-satunya Allah yang benar, yang telah diwartakan oleh Putra-Nya sendiri. Dan itu hanya
mungkin terjadi kalau Gereja, semua murid-Nya, hidup bersatu dan bertekun dalam doa.
Yesus, nyatakanlah kemuliaan-Mu kepada siapa pun juga, melalui aku dan semua
umat-Mu, Gereja-Mu yang berada dalam peziarahan dunia ini. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Kis 19:1-8
: 68:2-3.4-5ac.6-7b; R:33a
Senin, 05 Mei 2008
St. Hilarius dari Arles;
Bacaan Injil : Yoh 16:29-33 Sta. Yutta; St. Angelus

an pada hari itu kamu tidak akan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan

D menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku


berkata kepadamu, “Sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa,
dunia pula dan pergi kepada Bapa.” Kata murid-
murid-Nya, “ Lihat, sekarang Engkau terus
terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai
akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. kiasan. Sekarang kami tahu bahwa Engkau me­
Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu ngetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang
pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya,
akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. bahwa Engkau datang dari Allah.” Jawab Yesus
Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kepada mereka: “Percayakah kamu sekarang?
kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang,
berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing
terus terang memberitakan Bapa kepadamu. ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan
Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama- Aku seorang diri. Namun, Aku tidak seorang
Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu bahwa diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu
Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh
Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu
telah mengasihi Aku dan percaya bahwa Aku menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah
datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”

Renungan
T idak semua orang mempunyai keberanian dan ketabahan dalam menghadapi persoalan-
persoalan hidup. Tidak sedikit di antara mereka yang menyerah sebelum berperang karena
imannya ‘biasa-biasa’ saja. Ia dibaptis sejak bayi. Menjalani berbagai inisiasi dan ritual-ritual yang
memperlihatkan kekatolikannya. Hidup dalam lingkungan kerabat-kerabatnya yang Katolik.
Kekatolikan seseorang tidak diukur dari berapa lama dia telah menjadi murid Kristus. Juga tidak
diukur dari sebesar apa peranannya dalam aktivitas menggereja. Kekatolikan harus semakin tampak
ketika seseorang bergulat dalam persoalan-persoalan hidupnya, yang menuntutnya mengambil
keputusan penting bagi hidupnya, terlebih-lebih pada saat yang amat sulit baginya.
Manusia Yesus melewati semua itu dengan lika-liku panjang dan sulit dalam hidup-Nya. Ia
dikhianati, difitnah, dan disiksa. Bahkan, Ia juga ditinggalkan sendirian oleh murid-murid yang
dikasihi-Nya. Meski demikian, kedekatan dan keintiman-Nya dengan Bapa telah mengantar-Nya
memenangi pertandingan hidup di dunia ini.
Yesus, aku juga ingin mengikuti-Mu meraih kemenangan dan kemuliaan dalam hidup
ini. Utuslah Roh-Mu mendampingi hidupku, menumbuhsuburkan benih-benih iman dalam
diriku agar berbuah nyata. Amin.
Selasa, 06 Mei 2008 Bacaan I
Mazmur
: Kis 20:17-27
: 68:10-11.20-21; R:33a
St. Dominikus Savio Bacaan Injil : Yoh 17:1-11a

emikianlah kata Yesus. Lalu, Ia me­ kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-

D nengadah ke langit dan berkata, “Bapa,


telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-
Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.
Mu. Sekarang mereka tahu bahwa semua yang
Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari
pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau
Sama seperti Engkau telah memberikan sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan
kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, kepada mereka dan mereka telah menerimanya.
demikian pula Ia akan memberikan hidup Mereka tahu benar-benar bahwa Aku datang
yang kekal kepada semua yang telah Engkau dari pada-Mu, dan mereka percaya bahwa
berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku
itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau
Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah
mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu
menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah
kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak
ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih
dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu.
sebelum dunia ada. Aku telah menyatakan Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam
nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau
berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi
milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka satu sama seperti Kita.

Renungan
K edua bacaan hari ini memperlihatkan suasana perpisahan dua tokoh Gereja dengan
komunitasnya masing-masing. Paulus harus pergi ke Yerusalem karena dorongan Roh Allah
kepadanya agar karya dan pewartaannya semakin berakar kuat. Ia bangga karena semua tugas
pelayanan telah dilakukannya dengan sempurna dan itu harus secara tegas dan jelas ia nyatakan
kepada komunitas jemaatnya. Sementara Yesus mewarnai perpisahan-Nya dengan menyerahkan
semua yang dilakukan-Nya ke dalam kemuliaan Bapa-Nya. Apa yang dilakukan-Nya terarah
kepada satu tujuan, yaitu mempermuliakan Allah.
Kita masih harus belajar banyak dari keteladanan keduanya. Melepaskan diri dari keinginan
untuk menjadikan diri kita sebagai “pusat” karya kita.
Ya Roh Kudus, aku ingin membuat dunia ini semakin dipenuhi oleh manusia yang
berkehendak baik, yang berkarya di manapun juga untuk semakin memuliakan nama-Mu.
Bantulah aku untuk mewujudkannya. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Kis 20:28-38
: 68:29-30.33-35a.35b.36c; R:33a
Rabu, 07 Mei 2008
St. Rose Venerini; St. Gisela
Bacaan Injil : Yoh 17:11b-19 B. Marie-Louise dr Yesus

an Aku tidak ada lagi di dalam dunia, masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah

“D tetapi mereka masih ada di dalam


dunia, dan Aku datang kepada-Mu.
Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam
sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah
memberikan firman-Mu kepada mereka dan
dunia membenci mereka, karena mereka bukan
nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil
satu sama seperti Kita. mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau me-
Selama Aku bersama mereka, Aku memeli- lindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka
hara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari
yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran;
telah menjaga mereka dan tidak ada seorang firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti
pun dari mereka yang binasa selain dari pada Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia,
dia yang telah ditentukan untuk binasa, su- demikian pula Aku telah mengutus mereka ke
paya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku
Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan
Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku dalam kebenaran.”

Renungan
S udah menjadi pemandangan biasa saat ini bahwa orang hidup dalam keserbasibukan. Lihat
saja di rumah kita masing-masing. Pagi-pagi sang ayah sudah berangkat ke tempat kerjanya.
Anak-anak pergi ke sekolah atau kuliah, sementara ibu pontang-panting seharian mengurus
berbagai masalah domestik yang menjadi beban hariannya. Bahkan, di banyak tempat, para ibu
juga pagi-pagi harus berangkat ke tempat kerjanya. Praktis, sore atau malam hari keluarga ini
baru dapat berkumpul lagi. Dalam kesibukan seperti itu, hampir tidak ada kesempatan untuk
berdoa bersama lagi.
Doa adalah saat hening untuk bersua dengan Allah. Saat berdoa bersama, tiap keluarga atau
komunitas disatukan, saling meneguhkan dan menguatkan dalam iman kepada Allah Sumber
Hidup. Bacaan-bacaan suci hari ini menampilkan Rasul Paulus yang berdoa bersama komunitasnya
sebelum kepergiannya dari Efesus. Hal yang sama juga dilakukan Yesus, Sang Guru, sebelum
memulai perjalanan sengsara-Nya.
Persatuan terindah tercipta saat keluarga atau komunitas berkumpul untuk berdoa bersama. Saat
itulah kita disatukan dan diikat oleh Allah sendiri, yang menjadi sumber hidup dan kekuatan.
Ya Roh Kudus, jadikanlah doa keluarga dan doa komunitas menjadi saat bersatunya
umat-Mu dalam persatuan dengan Allah Tritunggal. Amin.
Kamis, 08 Mei 2008
Pw Bunda Maria Pengantara Segala Rahmat
Bacaan I
Mazmur
: Kis 22:30;23:6-11
: 16:1-2a.5.7-8.9-10.11; R:1
St. Bonifasius IV; St. Benediktus II; St. Aloysius Rabata Bacaan Injil : Yoh 17:20-26

an bukan untuk mereka ini saja Aku Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun

“D berdoa, tetapi juga untuk orang-


orang, yang percaya kepada-Ku
oleh pemberitaan mereka; supaya mereka
Aku berada, mereka juga berada bersama-
sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau
berikan kepada-Ku, agar mereka memandang
semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan
Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku
agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil,
percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi
Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu
kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan
supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada
adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau mereka dan Aku akan memberitahukannya,
di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi supaya kasih yang Engkau berikan kepada-
satu, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam
mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka.”
mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Renungan
S aat seorang pejabat Eselon II sebuah departemen disidik KPK karena ada indikasi korupsi
dalam tender sebuah proyek raksasa, terungkap bahwa dia melakukannya tidak sendirian, tetapi
melibatkan juga pejabat-pejabat di bawah dan di atasnya, bahkan sampai pejabat teratas dalam
struktur organisasi departemen tersebut. Ketika atasan-atasannya menolak bertanggung jawab,
litani nama pejabat yang terlibat dalam korupsi tersebut menjadi semakin panjang ia ungkapkan.
Itulah kesetiakawanan yang dibentuk atas dasar uang dan kepentingan sesaat. Tidak abadi, tidak
tahan lama.
Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus berdoa dan berharap agar semua murid-Nya bersatu
dalam iman. Iman yang kuat mengantar kita menuju kesempurnaan hidup sebagaimana yang
dicontohkan-Nya sendiri kepada para murid. Hal yang sama juga dilakukan oleh Rasul Paulus.
Gereja harus menjadi paguyuban umat Allah yang sempurna agar dapat melaksanakan tugas
perutusannya sebagai garam dan terang dunia. Paguyuban umat Allah yang berdiri kokoh karena
dibangun di atas iman yang sejati.
Ya Roh Kudus, curahkanlah Roh Kekuatan agar aku sanggup bertahan dalam iman
yang telah ditanamkan dalam hatiku. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Kis 25:13-21
: 103:1-2.11-12.19-20b; R:19a
Jumat, 09 Mei 2008
St. Sirilus dari Sesarea;
Bacaan Injil : Yoh 21:15-19 Sta. Katarina dr Bologna

esudah sarapan Yesus berkata kepada ketiga kalinya, “Apakah engkau mengasihi Aku?”

S Simon Petrus, “Simon, anak Yohanes,


apakah engkau mengasihi Aku lebih
daripada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-
Dan ia berkata kepada-Nya, “Tuhan, Engkau
tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku
mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya,
Nya, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku “Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata
mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih
“Gembalakanlah domba-domba-Ku.” muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan
Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki,
kalinya, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau
mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada- akan mengulurkan tanganmu dan orang lain
Nya, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku akan mengikat engkau dan membawa engkau
mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Dan
“Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan
kepadanya, untuk ketiga kalinya, “Simon, anak bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata
sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk kepada Petrus, “Ikutlah Aku.”

Renungan
T iap orang dipilih oleh Yesus untuk menjadi murid-Nya dengan kekhasan masing-masing.
Petrus, seorang nelayan sederhana, dipilih-Nya untuk menjadi pemersatu yang mengayomi
semua murid. Paulus, seorang penganut agama Yahudi yang fanatik, cerdas, dan berwatak keras
dipanggil-Nya untuk menebarkan ajaran cinta kasih melewati batas-batas tanah Palestina. Keduanya
adalah orang-orang biasa, yang juga memiliki kekurangan di sana-sini. Mereka dipilih karena
Yesus ingin memakai mereka sebagai perpanjangan tangan-Nya.
Kita juga dipanggil sebagai murid-Nya dengan segala kelebihan dan kekurangan kemanusiaan
kita. Bukan karena kita hebat. Juga bukan karena kita jelek. Semua orang dipanggil-Nya untuk
menjadi bagian dari tubuh mistik-Nya di dunia ini. Dipanggil untuk menghadirkan manusia-
manusia sempurna, sebagaimana yang pernah dicontohkan-Nya langsung kepada para murid
perdana sebelum kenaikan-Nya ke surga.
Petrus dan Paulus secara nyata telah ambil bagian dalam pembentukan dan kehidupan Gereja
perdana. Apa yang mereka lakukan tertanam menjadi tradisi imani yang terus bertumbuh subur.
Itulah sebuah contoh untuk berbuah. Sebuah contoh kehidupan yang dikagumi, bukan dicela,
dari masa ke masa. Apa yang dilakukan Rasul Petrus dan Paulus juga dapat kita lakukan di zaman
sekarang. Menjadi rasul-rasul masa kini – perpanjangan tangan Tuhan.
Ya Roh Kudus, penuhilah hatiku dengan semangat kerasulan yang sejati, sebagaimana
yang dimiliki oleh Rasul Petrus dan Paulus. Amin.
Sabtu, 10 Mei 2008
St. Antonius dr Florence;
Bacaan I
Mazmur
: Kis 28:16-20.30-31
: 11:4.5.7; R: 7b
St. Gordianus dan Epimakus; B. Damianaus de Veuster Bacaan Injil : Yoh 21:20-25

etika Petrus berpaling, ia melihat bahwa tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan

K murid yang dikasihi Yesus sedang


mengikuti mereka, yaitu murid yang
pada waktu mereka sedang makan bersama
kepada Petrus bahwa murid itu tidak akan mati,
melainkan, “Jikalau Aku menghendaki supaya
ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan
duduk dekat Yesus dan yang berkata, “Tuhan, urusanmu.”
siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?” Dialah murid, yang memberi kesaksian
Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata tentang semuanya ini dan yang telah menulis­
kepada Yesus, “ Tuhan, apakah yang akan kannya dan kita tahu bahwa kesaksiannya itu
terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus, “Jikalau benar. Masih banyak hal lain lagi yang diperbuat
Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus
sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia
engkau: ikutlah Aku.” Maka tersebarlah kabar ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus
di antara saudara-saudara itu bahwa murid itu ditulis itu.

Renungan
“N ilai-nilai kebenaran semakin terkikis di zaman sekarang ini.” Begitulah yang sering kita
dengar diperbincangkan dalam berbagai kesempatan. Orang takut menderita sehingga
rela menggadaikan nilai-nilai kebenaran. Orang takut dimusuhi, maka ia rela bersahabat dengan
ketidakjujuran.
Dalam kenyataan sehari-hari, begitu sering kita menyaksikan bagaimana “orang-benar”
disalahkan. Bahkan, tidak sedikit yang terpaksa menderita karena berusaha melawan arus kuat yang
mendesaknya: tidak naik pangkat, dikucilkan, bahkan diteror. Lain perkara kalau orang seperti
ini kemudian berubah haluan, menjadi “kompromistik”, mau ikut-ikutan arus yang menyeretnya
bersekongkol. Bahkan, ada pula yang rela menggadaikan iman keyakinannya demi mengikuti arus
dunia sekelilingnya.
Dalam kegamangan menghadapi ketidakjelasan sikap para penguasa dan masyarakat, para
murid di masa Gereja perdana telah menunjukkan sikap tidak kompromistik. Apalagi kalau itu
menyangkut iman.
Ya Roh Kudus, penuhilah hatiku dengan cahaya-Mu, yang akan menuntun aku
menjalani lorong-lorong kehidupan ini. Amin.
Bacaan I
Mazmur
Bacaan II
: Kis 2:1-11
: 104:1ab.24ac.29c-30.31.34; R: lh. 30
: 1Kor 12:3b-7,12-13
Minggu, 11 Mei 2008
HARI RAYA PENTAKOSTA
Bacaan Injil : Yoh 20:19-23 St. Ignatius Peis dari Lakoni; Sta. Bertha

etika hari sudah malam, pada hari Maka, kata Yesus sekali lagi, “Damai sejahtera

K pertama minggu itu, berkumpullah


murid-murid Yesus di suatu tempat
dengan pintu-pintu yang terkunci karena
bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku,
demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi
mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus.
waktu itu, datanglah Yesus dan berdiri di tengah- Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya
tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa
bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya
kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita
ketika mereka melihat Tuhan.

Renungan
S etiap hari kita dapat menyaksikan mobil-mobil mewah bermesin canggih berseliweran di
jalan-jalan kota besar. Tiap mobil mempunyai kekhasan dan keistimewaan yang menjadi
kebanggaan pabrik pembuatnya. Keunggulan teknologi masing-masing ditawarkan sebagai ‘nilai
lebih’ kepada para konsumennya. Tanpa semua itu, mobil-mobil tersebut hanya menjadi ‘mobil
biasa-biasa’ saja.
Hidup manusia yang ‘biasa-biasa’ saja juga sering dianggap kurang bermanfaat. Kita dianugerahi
Allah berbagai kemampuan yang harus kita kembangkan dan kita pakai agar hidup kita menjadi
begitu istimewa di mata Allah dan di mata sesama kita. Dari hari ke hari kita harus berkembang
menjadi lebih baik. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Hari esok harus lebih sempurna
dari hari ini. Begitu terus-menerus ‘evolusi’ kehidupan kita harus berlangsung.
Hari ini kita merayakan Pentakosta; hari kelahiran Gereja, yang ditandai oleh turunnya Roh
Kudus atas para rasul. Hari Pentakosta ini membuat mereka berubah secara total. Dari pengecut
menjadi pemberani. Dari pemalas menjadi rajin. Dari putus asa menjadi berpengharapan. Dari
nelayan sederhana menjadi pewarta yang unggul. Simon menjadi Petrus yang sejati. Menjadi
manusia yang berkepribadian unggul dan pantas disebut ‘Murid Sang Guru”. Mari kita juga
berubah; menjadi lebih baik dan sempurna.
Ya Roh Kudus, curahilah hatiku agar memiliki kekuatan untuk berubah sebagaimana
terjadi dalam diri para rasul. Amin.
Senin , 12 Mei 2008
St. Nereus dan Achilius; Sta. Flavia Domitila;
Bacaan I
Mazmur
: Yak 1:1-11
: 119:67.68.71.72.75.76; R:77a
St. Pankrasius; St. Germanus; St. Leopold Mandic Bacaan Injil : Mrk 8:11-13

alu, muncullah orang-orang Farisi dan “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku

L bersoal jawab dengan Yesus. Untuk


mencobai Dia mereka meminta dari
pada-Nya suatu tanda dari surga. Maka,
berkata kepadamu, sesungguhnya kepada
angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.”
Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu
mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata, dan bertolak ke seberang.

Renungan
G aram baru berguna kalau ia asin, sanggup memberi ‘cita rasa’ tersendiri dalam semangkuk
mie kuah. Namun, begitu sering kita lihat orang yang menambahkan sambal dan saus tomat
agar mie kuah tersebut lebih maknyos di lidah, meskipun hal itu tentu telah mengubah cita rasa
asli mie kuah tersebut.
Hidup orang Kristiani harus sempurna agar ia dapat menjadi garam bagi orang-orang di
sekelilingnya. Ia harus memberi ‘rasa yang khas’ bagi kemanusiaan itu sendiri, rasa yang sesuai
sebagaimana dicontohkan oleh Yesus. Segala tutur kata, sikap, dan tindakannya dapat menyejukkan
semua orang yang ada di sekelilingnya. Membawa perubahan yang positif bagi siapa pun yang
berada bersamanya.
Melalui berbagai pencobaan dan peristiwa, ‘kualitas hidup’ dan ‘kualitas iman’ kita diuji dan
disempurnakan. Agar tetap mampu berperan sebagai garam bagi orang lain. Hal itu bahkan
dialami juga oleh Yesus dalam hidup-Nya. Rasul Yakobus mengingatkan umat Gereja perdana
untuk menggunakan berbagai pencobaan hidup ini sebagai sarana untuk mematangkan diri, agar
hidup mereka menghasilkan buah yang matang.
Tuhan, sertailah aku senantiasa agar mampu menjadi garam dan terang bagi sesama.
Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 1:12-18
: 94:12-13a.14-15.18-19; R:12a
Selasa, 13 Mei 2008
Sta. Petronela; Imelda Lambertini;
Bacaan Injil : Mrk 8:14-21 St. Andreas Fournet; SP Maria dr Fatima

emudian, ternyata murid-murid Yesus mempunyai mata, tidakkah kamu melihat

K lupa membawa roti, hanya sebuah saja


yang ada pada mereka dalam perahu.
Lalu, Yesus memperingatkan mereka, kata-
dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu
mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, pada
waktu Aku memecah-mecahkan lima roti
Nya, “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh
ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Maka potongan-potongan roti kamu kumpulkan?”
mereka berpikir-pikir dan seorang berkata Jawab mereka, “Dua belas bakul.”
kepada yang lain, “Itu dikatakan-Nya karena “Dan pada waktu tujuh roti untuk empat
kita tidak mempunyai roti.” Dan ketika Yesus ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-
mengetahui apa yang mereka perbincangkan, potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab
Ia berkata, “Mengapa kamu memperbincangkan mereka, “Tujuh bakul.” Lalu, kata-Nya kepada
soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham mereka, “Masihkah kamu belum mengerti?”
dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu

Renungan
P ada awal tugasnya sebagai pastor yang melayani sebuah stasi kecil di pedalaman, Romo Ubaldus
mengeluhkan sikap umatnya yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan pastor
pendahulunya. “Dulu kami sering dikirimi roti kalengan, kadangkala juga dikirimi buku-buku,
dikirimi obat-obatan, dan lain-lain…“ adalah kalimat yang paling sering mampir di telinganya
ketika itu. Sang Romo sangat terganggu dengan cara pandang umatnya itu. Urusan rohani selalu
dikaitkan dengan urusan jasmani.
Barangkali kita juga sering menemui orang yang berpikiran seperti itu, manakala urusan perut
belum beres maka urusan iman tetap di awang-awang. Apa pun yang dibicarakan, apa pun yang
direncanakan, ujung-ujungnya selalu dikaitkan dengan masalah perut, seolah-olah hidup hanyalah
masalah perut.
Orang yang mengandalkan hidupnya pada masalah jasmani belaka akan mudah dihancurkan.
Ketika ia diiming-imingi sesuatu, ia akan dengan mudah mengikuti keinginan sang pemberi tersebut.
Yesus mengingatkan para murid-Nya agar waspada terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.
Mari kita bangun hidup kita dengan fondasi hidup iman yang kokoh agar ‘kerajaan dunia’ dapat
kita perbaharui dan kuasai.
Yesus, ubahlah pribadiku yang lemah karena dikuasai oleh kebutuhan jasmani belaka
ini menjadi pribadi yang kokoh karena ditopang oleh hidup rohani yang baik. Amin.
Rabu, 14 Mei 2008
Pesta St. Matias, Rasul
Bacaan I
Mazmur
: Yak 1:19-27
: 15:2-3ab.3cd-4ab.5; R:1b
Sta. Maria Dominika Mazzarello; St. Mikael Garicoits Bacaan Injil : Mrk 8:22-26

emudian, tibalah Yesus dan murid-murid- Orang itu memandang ke depan, lalu ber­

K Nya di Betsaida. Di situ orang membawa


kepada Yesus seorang buta dan mereka
memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah
kata, “Aku melihat orang, sebab melihat mereka
berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-
pohon.” Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada
dia. Yesus memegang tangan orang buta itu mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh
dan membawa dia ke luar kampung. Lalu, melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat
Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah
tangan-Nya atasnya, dan bertanya, “Sudahkah itu, Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya
kaulihat sesuatu?” dan berkata, “Jangan masuk ke kampung!”

Renungan
B erkumpul dengan teman-teman, apalagi dengan teman-teman yang dianggap ‘senasib’, tentu
sangat menyenangkan. Berbagai kegiatan positif dapat dilakukan di sana sehingga semua
yang hadir dapat merasakan ‘pencerahan’ setelah kembali ke rumahnya masing-masing. Namun,
ada juga orang yang memanfaatkan saat berkumpul itu untuk membicarakan orang lain, menebar
gosip yang tak jelas ujung pangkalnya. Apa yang dapat kita lakukan kalau pertemuan hanya dipakai
untuk hal-hal seperti itu?
Setiap tahun pada malam Paskah kita mengulangi janji baptis, bukti niat suci untuk selalu berada
di jalan Tuhan. Saat kita bercermin diri, mematut diri atas perjalanan hidup setahun yang telah
berlalu. Saat mata dan hati kita dibukakan kembali oleh Yesus agar dapat melihat kebenaran yang
hakiki berdasarkan nilai-nilai kekatolikan, yang bersumber pada tradisi Yesus dan para murid-Nya
dalam kehidupan Gereja perdana.
Orang yang telah membarui janji baptisnya harus berusaha hidup jauh dari kecenderungan dosa.
Berusaha menjadi murid Tuhan yang setia, yang ingin menjadikan dirinya sebagai panutan bagi
banyak orang dalam hidup sehari-hari. Hidupnya selalu diwarnai kebahagiaan, bukan pertama-tama
karena ia telah mendengarkan sabda Tuhan, tetapi karena ia telah mewujudkan dirinya sebagai
pelaksana sabda Tuhan itu sendiri.
Yesus, jadikanlah sabda-Mu hidup di dalam diriku. Biarkanlah aku menjadi sabda-Mu
yang sungguh-sungguh hidup. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 2:1-9
: 34:2-3.4-5.6-7; R:7a
Kamis, 15 Mei 2008
St. Isidor (us); St. Pakomius
Bacaan Injil : Mrk 8: 27-33 Sta. Dymphna; Sta. Bertha dari Rupertus

emudian, Yesus beserta murid-murid- mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka

K Nya berangkat ke kampung-kampung di


sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia
bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya,
bahwa Anak Manusia harus menanggung
banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu
“Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab mereka, dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.
“Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang.
ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping
yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Ia dan menegur Dia. Maka, berpalinglah Yesus
bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia
siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus, “Engkau memarahi Petrus, kata-Nya, “Enyahlah Iblis,
adalah Mesias!” Lalu, Yesus melarang mereka sebab engkau bukan memikirkan apa yang
dengan keras supaya jangan memberitahukan dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian, manusia.”

Renungan
O BOR adalah nama yang diberikan bagi lembaga penerbitan dan toko rohani milik KWI di
Jakarta. Dari namanya, kiranya jelas apa yang diharapkan oleh para Uskup terhadapnya. Di
mana-mana, obor selalu dipakai sebagai penerang dalam kegelapan. Obor memancarkan cahaya
(yang besar) yang sinarnya menyebar ke mana-mana.
Nama menunjukkan identitas, jati diri seseorang atau suatu lembaga. Nama diberikan kepada
seseorang atau sesuatu tentunya bukan dengan asal-asalan karena di balik nama itu terkandung
sebuah harapan untuk diwujudnyatakan. Mengapa dinamai OBOR? Mengapa dinamai Kristiana?
Mengapa dinamai Felix? Mengapa dinamai Suseno? Ada juga orang yang (terpaksa) mengganti
namanya karena merasa tidak cocok atau tidak pantas dengan kepribadiannya.
Menyebut diri sebagai orang Kristen berarti mengakui bahwa dirinya adalah pengikut Kristus,
mengakui bahwa dirinya adalah imitasi Kristus. Di dalam dirinya, orang dapat melihat Kristus.
Keren, bukan? Kalau kita mengaku diri sebagai pengikut-Nya dan mengakui bahwa Dia adalah
Sang Mesias, siapkah kita juga seperti Dia: menanggung banyak penderitaan, ditolak, atau bahkan
dibunuh?
Yesus, ajarilah aku, sebagaimana Engkau ajarkan kepada Santo Petrus, bagaimana
caranya menjadi pengikut-Mu. Amin.
Jumat, 16 Mei 2008
St. Ubaldus; St. Yohanes Neponuk; Simon Stock;
Bacaan I
Mazmur
:Yak 2:14-24.26
: 112:1-2.3-4.5-6; R:1
St. Andreas Bobola; St. Yulianus Demoustier Bacaan Injil : Mrk 8:34-9:1

alu, Yesus memanggil orang banyak nyawanya? Sebab barang siapa malu karena

L dan murid-murid-Nya dan berkata


kepada mereka, “Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya,
Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah
angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak
Manusia pun akan malu karena orang itu apabila
memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya,
siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia diiringi malaikat-malaikat kudus.”
akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa Kata-Nya lagi kepada mereka, “Aku berkata
kehilangan nyawanya karena Aku dan karena kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang
Injil, ia akan menyelamatkannya. hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah
dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena datang dengan kuasa.”
apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti

Renungan
M enyelaraskan perkataan dengan perbuatan tidaklah mudah. Banyak orang yang pandai
berkata-kata, tetapi apa yang dikatakannya sering hanya sekadar keluar dari mulutnya.
Menasihati orang lain dengan kata-kata yang indah dan muluk-muluk, tetapi ia sendiri tidak
melaksanakannya. Berbicara tentang kejujuran, tetapi hidupnya penuh kebohongan. Mengajarkan
kedisiplinan, tetapi tingkah-lakunya sangat tidak disiplin. Berkhotbah tentang cinta kasih, tetapi
hidupnya tak diwarnai oleh cinta kasih. Menganjurkan orang lain untuk hidup sederhana, tetapi
hidupnya tak lepas dari kemewahan. Berteriak-teriak tentang keadilan dan demokrasi, tetapi
tindak-tanduknya sendiri penuh kelaliman dan keangkuhan.
Yesus adalah contoh manusia sejati yang sempurna. Yang diajarkan-Nya tidak melulu keluar
dari mulut dan pikiran-Nya, tetapi dari dalam hati-Nya. Maka, ajaran dan nasihat-Nya sungguh
mengena bagi banyak orang karena berakar di dalam hati-Nya sendiri. Dengan sikap dan contoh
keteladanan hidup-Nya sendiri Ia mengajarkan orang tentang kasih sejati. Bahkan, Ia juga rela
mengorbankan nyawa untuk membuktikan totalitas cinta kasih-Nya itu. Kita, para murid-Nya,
ditantang untuk mengambil sikap yang sama juga.
Selain itu, hari ini kita juga mendengar nasihat Rasul Yakobus untuk mewarnai iman kita
dengan bukti nyata dalam perbuatan, karena iman yang tidak diikuti perbuatan nyata adalah
kebohongan belaka.
Yesus, aku ingin imanku Kauperkaya dengan kemauan yang kuat untuk mengamalkannya
dalam kehidupan nyata sehari-hari. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 3:1-10
: 12:2-3.4-5.7-8; R:lh.8b
Sabtu, 17 Mei 2008
Bacaan Injil : Mrk 9:2-13 St. Paskalis Baylon

nam hari, kemudian Yesus membawa ketakutan. Maka, datanglah awan menaungi

E Petrus, Yakobus, dan Yohanes dan


bersama-sama dengan mereka Ia naik
ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka
mereka dan dari dalam awan itu terdengar
suara, “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah
Dia.” Dan sekonyong-konyong waktu mereka
sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di memandang sekeliling mereka, mereka tidak
depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat melihat seorang pun lagi bersama mereka,
putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka
dunia ini yang dapat mengelantang pakaian turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada
seperti itu. Maka, tampaklah kepada mereka mereka, supaya mereka jangan menceritakan
Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang kepada seorang pun apa yang telah mereka
berbicara dengan Yesus. lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari
antara orang mati.
Kata Petrus kepada Yesus, “Rabi, betapa
bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah Mereka memegang pesan tadi sambil
kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, mempersoalkan di antara mereka apa yang
satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Ia dimaksud dengan “bangkit dari antara orang
berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang mati.” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab)
harus dikatakannya, karena mereka sangat

Renungan
M emosisikan diri setara dengan ‘orang penting’ menjadi semacam ‘kebiasaan’ yang tumbuh
di masyarakat kita. Bahkan, sewaktu menghadiri acara-acara tertentu, banyak orang yang
merasa ‘nyaman’ kalau dirinya diposisikan di ‘tempat khusus’, mendapatkan perlakuan khusus,
yang membedakannya dari orang-orang lain. Ada rasa bangga ketika dirinya ditempatkan secara
terhormat. Ada rasa tersanjung saat orang banyak menjadikannya pusat perhatian dalam pertemuan
tersebut.
Petrus, Yakobus, dan Yohanes adalah tiga murid istimewa yang diperkenankan menyaksikan
kemuliaan Yesus di Puncak Tabor. Perasaan takut, tak percaya, gembira, dan bangga bercampur
menjadi satu dalam hati mereka. Mereka merasa tersanjung boleh berada di sana dan menjadi
saksi semua peristiwa itu. Mereka ingin berbuat sesuatu sebagai ungkapan hati mereka saat itu.
Rasul Yakobus dalam suratnya hari ini mengajak kita untuk hidup bijaksana; bersikap dan
bertindak sesuai peranan dan panggilan hidup kita masing-masing. Bertutur kata dengan benar.
Tidak menodai diri dengan aneka ketidakberesan, dapat mengendalikan lidah, serta dapat juga
mengendalikan seluruh tubuh kita untuk meraih kesempurnaan.
Yesus, semoga aku dapat memuliakan nama-Mu yang telah mengangkat aku ke
martabat terhormat, menjadi murid dan rasul-Mu. Amin.
Minggu, 18 Mei 2008
HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS
Bacaan I
Mazmur
Bacaan II
: Kel 34:4b-6.8-9
: Dan 3:52.53.54.55.56; R:52b
: 2Kor 13:11-13
St. Yohanes I; St. Vinatius; St. Felika OFMCap. Bacaan Injil : Yoh 3:16-18

arena begitu besar kasih Allah akan dunia melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

K ini, sehingga Ia telah mengaruniakan


Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
Barang siapa percaya kepada-Nya, ia tidak
akan dihukum; barang siapa tidak percaya, ia
telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak
melainkan beroleh hidup yang kekal. percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke da­
lam dunia bukan untuk menghakimi dunia,

Renungan
M engapa harus tiga? Mengapa Allah dinamai Bapa, Putra, dan Roh Kudus? Bagaimana bisa
seperti itu? Ini hanya tiga dari segudang pertanyaan yang bisa muncul ketika kita berpikir,
berbicara, dan menguraikan “Siapakah Allah” itu. Mengapa hanya tiga pertanyaan yang ditulis
di sini? Karena ruang yang tersedia di halaman renungan ini sempit sekali, dan hanya itulah
pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi dan perdebatan antara “orang beriman Kristiani”
dengan yang tidak mengimaninya.
Allah itu Esa. Hanya ada satu Allah, tidak ada yang lain. Inilah keyakinan dasar yang bersifat
monoteistik dalam kekristenan, yang bersumber dari iman Abraham. Lalu, mengapa ‘seolah-olah’
menjadi tiga? Persoalannya bukan Allah menjadi tiga, tetapi Allah yang Esa mengejawantah
(menghadirkan diri) dalam tiga pribadi sebagaimana diwartakan dalam Alkitab. Allah Maha Esa
itu sendirilah yang memperkenalkan diri-Nya, rencana-Nya, kuasa-Nya, keagungan-Nya, dan
cinta-Nya kepada manusia melalui tiga pribadi, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Allah Maha Esa yang “luar biasa” itu hanya mampu dijangkau, ditangkap, dan dipahami oleh
kemampuan inderawi manusia yang “sangat terbatas” ini dalam wujud-Nya yang tiga itu, yaitu
yang diperkenalkan-Nya kepada kita melalui Alkitab dan Gereja-Nya. Berbicara tentang Allah
adalah berbicara tentang iman, bukan matematik. Dengan iman dan di dalam iman, keterbatasan
inderawi kemanusiaan kita menjadi tak berarti.
Yesus, tumbuhkan dan suburkan hati dan budiku selalu dalam iman kepercayaanku
kepada-Mu, Allah Tritunggal Mahakudus. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 3:13-18
: 19:8.9.10.15; R:9a
Senin, 19 Mei 2008
St. Petrus Salestinus; St. Dustan;
Bacaan Injil : Mrk 9:14-29 Pw SP Maria Ratu Para Rasul

etika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes dia. Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh

K kembali pada murid-murid lain, mereka


melihat orang banyak mengerumuni
murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat
itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya
berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya
menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada
sedang mempersoalkan sesuatu dengan murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir
mereka. Pada waktu orang banyak itu melihat roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” Maka, kata
Yesus, tercenganglah mereka semua dan Yesus kepada mereka, “Hai kamu angkatan
bergegas menyambut Dia. Lalu,Yesus bertanya yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus
kepada mereka, “Apa yang kamu persoalkan tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku
dengan mereka?” Kata seorang dari orang harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu
banyak itu, “Guru, anakku ini kubawa kepada- ke mari!” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan

Renungan
S eorang Bapa tua dengan bangga bercerita panjang-lebar, penuh semangat, tentang
keterlibatannya membangun paroki, sejak masih stasi sederhana tanpa gereja, sampai kini
menjadi sebuah paroki besar dengan gereja modern sebagi pusatnya. Dia menceritakan, bagaimana
dulu dengan jungkir-balik bersama teman-temannya ia menyiapkan segala kebutuhan umat. Ia
merasa dirinya adalah pelaku, sekaligus saksi sejarah keberadaan sebuah gereja lokal di situ. Kini
ia mengisi hari tuanya dengan aktif sebagai prodiakon, mengantar komuni untuk umat paroki
yang sakit dan tak dapat ke gereja. Dengan pelayanannya sekarang, ia merasa dirinya semakin
dekat dengan Tuhan.
Pelayanan adalah tugas kerasulan setiap orang. Ada banyak motivasi di balik pelayanan itu: cari
teman, cari penghasilan, cari popularitas, dan lain-lain. Namun, tak sedikit orang yang melayani
karena didorong oleh motivasi positif. Kristus melayani sesamanya dengan tulus. Hati-Nya tergugah
melihat orang lain mengalami kesulitan. Pelayanan-Nya universal, tak membeda-bedakan, semua
orang yang membutuhkan bantuan pasti diberi-Nya pertolongan.
Orang yang melayani sesama karena didorong oleh Roh Kristus menyadari bahwa ia melakukan
semua itu bukan untuk memegahkan dirinya. Juga bukan untuk kepentingan dirinya. Nasihat
Rasul Yakobus hari ini menuntun kita untuk berkarya dan melayani sesama karena didorong oleh
hikmat yang dari atas, yang bersumber dari Kristus sendiri.
Yesus, ajarilah aku melayani dengan tulus, bukan untuk kemegahan dan kepentingan
diri sendiri, melainkan untuk semakin membuat nama-Mu dimuliakan. Amin
Selasa, 20 Mei 2008 Bacaan I
Mazmur
: Yak 4:1-10
: 55:7-8.9-10a.10b-11a.23; R:23a
Bacaan Injil : Mrk 9:30-37
St. Bernardinus dari Siena; St. Ivo, Uskup

esus dan murid-murid-Nya berangkat jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa

Y dari situ dan melewati Galilea, dan


Yesus tidak mau hal itu diketahui
orang; sebab Ia sedang mengajar murid-
yang terbesar di antara mereka. Lalu, Yesus
duduk dan memanggil kedua belas murid itu.
Kata-Nya kepada mereka, “Jika seseorang ingin
murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, “Anak menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi
Manusia akan diserahkan ke dalam tangan yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari
manusia, dan mereka akan membunuh Dia, semuanya.” Maka, Yesus mengambil seorang
dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan anak kecil dan menempatkannya di tengah-
bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak
namun segan menanyakannya kepada-Nya. itu dan berkata kepada mereka, “Barang siapa
Kemudian, tibalah Yesus dan murid-murid- menyambut seorang anak seperti ini dalam
Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barang siapa
rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya,
“Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah tetapi Dia yang mengutus Aku.”
jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah

Renungan
K etika sistem pemilihan umum untuk memilih anggota parlemen diubah dengan sistem pemilihan
langsung, banyak orang berharap akan terjadi perubahan yang berarti bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Bayangkan, rakyat dapat memilih dan menentukan sendiri siapa-siapa
yang pantas mewakilinya, karena ia tahu dan kenal calon wakilnya tersebut secara langsung. Setali
tiga uang, ketika sistem yang sama juga dipakai untuk memilih para Kepala Daerah.
Satu pertanyaan yang sering menggelitik, “Mengapa orang berlomba-lomba ingin mencalonkan
diri? Mengapa orang rela saling menyingkirkan dengan segala cara untuk meraih tempat
kehormatan tersebut?” Hal yang sama rupanya juga terjadi pada zaman Rasul Yakobus. Dengan
kasat mata, kita melihat bahwa daya tarik utama untuk duduk di tempat kehormatan tersebut
adalah “kekuasaan”. Barang siapa bisa masuk dalam lingkaran kursi kehormatan tersebut, dia
akan memiliki (akses) kekuasaan di segala aspek kehidupan bermasyarakat.
Yesus menjungkirbalikkan logika berpikir normal kita. Bagi-Nya, kekuasaan itu adalah
pelayanan. Orang yang berkuasa adalah orang yang dapat dengan bebas melayani sesamanya,
tanpa direcoki atau dihalangi oleh apa pun. Maka, “orang besar” bagi-Nya adalah orang yang
siap melayani tanpa batas juga.
Yesus, aku ingin menjadi “yang terbesar” di dalam kerajaan-Mu. Bukan dengan caraku,
tetapi dengan mengikuti cara yang Kautawarkan bagiku. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 4:13-17
: 49:2-3.6-7.8-10.11; R:Mat 5:3
Rabu, 21 Mei 2008
St. Eugenius de Mazenod OMI;
Bacaan Injil : Mrk 9:38-40 St. Godrikus; St. Herman Yoseph

ata Yohanes kepada Yesus, “Guru, kami Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan

K lihat seorang yang bukan pengikut kita


mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami
cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.”
mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga
mengumpat Aku. Barang siapa tidak melawan
kita, ia ada di pihak kita.”
Tetapi kata Yesus, “Jangan kamu cegah dia!

Renungan
A mbros, siswa sebuah SMP Katolik di Ibukota, terpana melihat senang nenek tua yang hendak
menyeberang jalan. Dia ingin membantunya, tetapi dia juga teringat beberapa waktu yang lalu
teman-teman kelasnya mengolok-olok ketika ia menolong seorang ibu menyeberang jalan yang
sama di depan sekolahnya itu. Sementara itu, dalam hatinya ada keraguan karena dia masih ingat
apa yang dijelaskan oleh Bu Guru agamanya tentang hukum cinta kasih.
Dalam kenyataan, seringkali kita berhadapan dengan dilema, ingin berbuat baik namun dituduh
ini-itu, tetapi tidak berbuat baik juga rasanya bertentangan dengan gejolak yang ada di dalam hati.
Orang Katolik berada dalam keraguan? Kalau ini yang terjadi berarti sudah saatnya kita menggugat
kekatolikan kita? Hukum cinta kasih itu bersifat mutlak, tidak ada jalan tengah.
Dua bacaan hari ini memperlihatkan hal itu. Rasul Yakobus mencela orang yang tahu bagaimana
ia harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya. Sebaliknya, Yesus mencela murid-murid-Nya,
yang iri hati bahkan sampai mencegah orang-orang yang melakukan kebaikan terhadap sesamanya.
Kalau orang lain yang tidak mengenal Kristus saja siap mengamalkan cinta kasih dalam hidupnya,
apalagi kita yang mengaku pengikut Kristus.
Yesus, jadikanlah aku tidak ragu-ragu lagi setiap kali ingin berbuat baik bagi sesamaku.
Amin.
Kamis, 22 Mei 2008
Sta. Rita dari Cascia ; Sta. Rosa(na);
Bacaan I
Mazmur

: Yak 5:1-6
: 49:14-15ab.15cd-16.17-18.19-20;
R:Mat 5:3
St. Yohanes Baptista Makado Bacaan Injil : Mrk 9:41-50

ku berkata kepadamu: Sesungguh­ baik engkau masuk ke dalam hidup dengan

“A nya barang siapa memberi kamu


minum secangkir air oleh karena
kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan
timpang, daripada dengan utuh kedua kakimu
dicampakkan ke dalam neraka; [di tempat itu
ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan
kehilangan upahnya. Barang siapa menyesatkan padam.] Dan jika matamu menyesatkan engkau,
salah satu dari anak-anak kecil yang percaya cungkillah, karena lebih baik engkau masuk
ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu
diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam daripada dengan bermata dua dicampakkan ke
laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak
penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke mati dan api tidak padam. Karena setiap orang
dalam hidup dengan tangan kudung daripada akan digarami dengan api. Garam memang
dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan
neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah
[di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu
apinya tidak akan padam.] Dan jika kakimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan
menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih yang lain.”

Renungan
B eberapa karyawan sebuah perusahaan geram ketika menyaksikan disiplin kerja semakin
mengendur, bahkan hampir setiap karyawan dapat menentukan segala-galanya sendirian
saja. Datang terlambat, tetapi nanti sore harinya ‘teng go’. Semangat hidup seenaknya memang
merupakan penyakit menular, yang dengan cepat menjangkiti semua karyawan di situ. Apabila
tidak diambil tindakan tegas untuk mengembalikan kedisiplinan, dapat diramalkan perusahaan
tersebut tak akan bertahan lama.
Penyakit menular hanya dapat disembuhkan jika sumber bibit penyakitnya dimusnahkan, atau
sekurang-kurangnya dilemahkan dan diisolasi agar tidak merusak sel-sel sehat yang lain. Maka,
harus ada tindakan nyata, harus ada keberanian dari si sakit untuk menelan pil pahit, bahkan
kalau perlu dengan mengangkat atau mengamputasi bagian yang tidak sehat tersebut.
Sekecil apa pun, ketidakberesan harus segera diselesaikan. Seringan apa pun kesalahan dan
dosa yang kita perbuat, harus dibereskan. Yesus menasihati para murid untuk berani mengambil
tindakan terhadap ketidakberesan dalam hidup ini. Hidup tak bercacat, hidup tak bercela. Ia
ingin agar para murid-Nya tetap menjadi ‘garam yang baik’, bukan ‘garam yang hambar’. Orang
curang tak mungkin mengajak orang lain berlaku jujur. Orang berdosa tak mungkin mengajak
orang lain hidup suci.
Yesus, aku ingin menjadi ‘garam yang berkualitas’ agar mampu mewarnai dunia ini
dengan kedamaian. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yak 5:9-12
: 103:1-2.3-4.8-9.11-12; R:8a
Jumat 23 Mei 2008
St. Desiderius; St. Yohanes Baptista di Rossi;
Bacaan Injil : Mrk 10:1-12 Sta. Eufrosina

ari situ Yesus berangkat ke daerah laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki

D Yudea dan ke daerah seberang Sungai


Yordan dan di situ pun orang banyak
datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia
akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya
itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka
mengajar mereka pula. Maka, datanglah orang- bukan lagi dua, melainkan satu.
orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka Karena itu, apa yang telah dipersatukan
bertanya kepada-Nya, “Apakah seorang suami Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Ketika
diperbolehkan menceraikan istrinya?” Tetapi mereka sudah di rumah, murid-murid itu
jawab-Nya kepada mereka, “Apa perintah Musa bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.
kepada kamu?” Jawab mereka, “Musa memberi
Lalu kata-Nya kepada mereka, “Barang
izin untuk menceraikannya dengan membuat
siapa menceraikan istrinya lalu kawin
surat cerai.” Lalu, kata Yesus kepada mereka,
dengan perempuan lain, ia hidup dalam
“Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa
perzinaan terhadap istrinya itu. Dan jika si istri
menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab
menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-
pada awal dunia, Allah menjadikan mereka
laki lain, ia berbuat zina”

Renungan
S ejarah peradaban manusia telah membuktikan beratnya perjuangan menegakkan kebenaran
dan keadilan. Lembaga-lembaga penegakan hukum dibentuk untuk memfasilitasi kebutuhan
tersebut. Masing-masing diberi wewenang yang berbeda, tetapi dalam sebuah jejaring (network)
kebersamaan yang setujuan. Ada yang menyidik, ada yang mengusut, ada yang menuntut, dan
ada yang mengadilinya. Mengapa begitu repot? Semua tentu saja demi terwujudnya kebenaran
dan keadilan dalam kehidupan ini.
Ketika semua pihak yang masuk dalam jejaring tersebut ingkar janji, atau hanya membela
kepentingan pihak-pihak tertentu, yang muncul adalah ‘ketidakpuasan’, ‘mafia peradilan’, atau
bahkan sampai berbentuk ‘premanisme’ untuk membela hak masing-masing.
Orang Kristen diajak oleh Rasul Yakobus untuk membela kebenaran dan keadilan, yang memang
tidak mudah mewujudkannya. Keteladanan para nabi kiranya dapat menjadi inspirasi hidup
kita, yang melalui kesabaran, ketekunan, bahkan melalui penderitaan, berjuang untuk membela
kebenaran dan keadilan. Mengatakan ‘ya’ jika ya, dan mengatakan ‘tidak’ jika tidak. Kita akan
mampu menjadi pejuang kebenaran dan keadilan kalau kita hidup setia. Setia dalam janji, setia
dalam menghayati panggilan, dan setia dalam iman.
Yesus, Engkau adalah perwujudan janji setia Allah dengan manusia. Aku ingin ambil
bagian menegakkan nilai-nilai injili dengan hidup setia. Bantulah aku melaksanakannya.
Amin.
Sabtu, 24 Mei 2008
Sta. Yoana; Maria della Strada
Bacaan I
Mazmur
: Yak 5:13-20
: 141:1-2.3.8; R:lh.2a
Pw SP Maria Pertolongan Orang Kristen Bacaan Injil : Mrk 10:13-16

alu orang, membawa anak-anak kecil yang seperti itulah yang empunya Kerajaan

L kepada Yesus, supaya Ia menjamah


mereka; akan tetapi murid-murid-Nya
memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat
Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barang siapa tidak menyambut Kerajaan Allah
seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk
hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka, ke dalamnya.” Lalu, Ia memeluk anak-anak itu
“Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka
menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang Ia memberkati mereka.

Renungan
A nak kecil sulit diajak berbohong. Anak kecil itu polos dan murni bagaikan selembar kertas
putih. Di dalam hatinya, Allah menitipkan ‘pelita’-Nya, ‘sabda’-Nya, untuk menerangi segala
tindak-tanduknya sepanjang hidup. Dengan kepolosannya, seorang anak akan berbicara apa adanya,
bertindak apa adanya, sesuai suara hatinya yang bergetar perlahan, setiap saat.
Seorang anak yang dibesarkan dalam suasana penuh cinta kasih akan tumbuh menjadi
manusia dewasa yang penuh cinta kasih. Sebaliknya, jika ia dibesarkan dalam suasana yang penuh
ketidakjujuran, ketidakadilan, penindasan, dan kekerasan, ia akan menjadi manusia yang berwatak
keras dan berpribadi congkak. Lingkungan pertama yang turut mempengaruhi pembentukan pribadi
seseorang adalah keluarganya sendiri. Keluarga adalah seminari (tempat persemaian) iman yang
paling dasar, tempat seorang manusia dibentuk pribadinya dengan ‘cetakan’ yang pas, yang tak
tergoyahkan oleh kekuatan mana pun.
Kalau setiap orang mau menyadari hal itu, dan menyiapkan anggota-anggota keluarganya
menjadi manusia berkualitas, kita yakin sedikit demi sedikit dunia ini akan menjadi lebih baik.
Melahirkan orang-orang baik, memunculkan orang-orang yang kembali dari kesesatan hidupnya.
Membuat dunia ini menjadi sempurna kembali, sebagaimana awal penciptaan, semua amat
sempurna adanya.
Yesus, aku ingin ambil bagian dalam karya penciptaan Allah, membawa kesempurnaan
bagi seluruh ciptaan ini. Dampingilah aku dalam menjalankan niatku ini. Amin.
Bacaan I
Mazmur
Bacaan II
: Ul 8:2-3.14b-16a
: 147:12-13.14-15.19-20; R:12a
: 1Kor 10:16-17
Minggu, 25 Mei 2008
HARI RAYA TUBUH & DARAH KRISTUS
Bacaan Injil : Yoh 6:51-58 St. Gregorius VII; Sta. Magdalena Sofia Barat

kulah roti hidup yang telah turun dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup

“A dari surga. Jikalau seorang makan


dari roti ini, ia akan hidup selama-
lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah
yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia
pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah
benar-benar makanan dan darah-Ku adalah
daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup benar-benar minuman. Barang siapa makan
dunia.” Orang-orang Yahudi bertengkar antara daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di
sesama mereka dan berkata, “Bagaimana Ia dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti
ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup
untuk dimakan.” oleh Bapa, demikian juga barang siapa yang
memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti
Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku
yang telah turun dari surga, bukan roti seperti
berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu
yang dimakan nenek moyangmu dan mereka
tidak makan daging Anak Manusia dan minum
telah mati. Barang siapa makan roti ini, ia akan
darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di
hidup selama-lamanya.”
dalam dirimu. Barang siapa makan daging-Ku

Renungan
S ebagai tokoh umat, sekurang-kurangnya sebulan dua kali Pak Stanis mendapat undangan
untuk menghadiri pesta perkawinan di parokinya. Ia memiliki koleksi baju batik yang dengan
setia bergiliran mendampinginya ke pesta-pesta tersebut. Bu Stanis, sang istri, mempunyai cita
rasa seni yang tinggi. Malam hari menjelang berangkat ke undangan, ia selalu mematut-matut
pakaian yang pantas dan serasi bagi mereka berdua. Mereka selalu tampil istimewa pada kesempatan
seperti itu karena ingin memperlihatkan ‘citra diri’ sebagai seorang tokoh umat yang dihormati
di sana. “Sebagai tokoh umat, kami tidak ingin malu-maluin umat kami sendiri dengan bersikap
seenaknya,” kata Pak Stanis membela diri.
Pesta adalah peristiwa penting. Tiap orang ingin tampil istimewa dalam kesempatan seperti itu.
Persiapan dilakukan dalam waktu yang amat memadai, bahkan kalau perlu dengan modal yang
luar biasa. Itulah pengorbanan yang harus disediakan agar boleh tampil dengan pantas dalam
sebuah pesta.
Hari ini kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Perayaan tahunan yang ingin
mengingatkan kita tentang makna Tubuh dan Darah Kristus bagi hidup kita, yang melalui
pembaptisan telah ditebus oleh Kristus. Setiap minggu, bahkan ada juga yang setiap hari dengan
setia mengikuti Perayaan Ekaristi, menyambut Tubuh dan Darah Kristus. Sudahkah kita siapkan
hati dan diri kita dengan sempurna sebelum merayakan Ekaristi, menghadiri undangan Tuhan?
Layak dan pantaskah situasi batin kita ketika menyambut Kristus yang datang untuk menyatukan
dan menguatkan kita, Gereja-Nya?
Yesus, aku ingin menyiapkan hatiku lebih sempurna lagi agar Engkau pantas
bersemayam di dalamnya. Amin.
Senin, 26 Mei 2008 Bacaan I
Mazmur
: 1Ptr 1:3-9
: 111:1-2.5-6.9.10c; R:5b
Pw St. Philipus Neri; Sta. Mariana dari Quito Bacaan Injil : Mrk 10:17-27

ada waktu Yesus berangkat untuk dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata

P meneruskan perjalanan-Nya, datanglah


seorang berlari-lari mendapatkan Dia
dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya,
kepadanya, “Hanya satu lagi kekuranganmu:
pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan
berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka
“Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat engkau akan beroleh harta di surga, kemudian
untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
Yesus, “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa,
seorang pun yang baik selain dari pada Allah lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.
saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di
Allah: Jangan membunuh, jangan berzina, sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka,
jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk
dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ke dalam Kerajaan Allah.” Murid-murid-Nya
ayahmu dan ibumu!” Lalu kata orang itu kepada- tercengang mendengar perkataan-Nya itu.
Nya, “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak (Bacaan selengkapnya lilhat Alkitab....)
masa mudaku.” Tetapi Yesus memandang dia

Renungan
K erugian ditaksir mencapai ratusan triliun saat banjir besar melanda Jakarta di awal 2007 yang
lalu. Hampir 70% wilayah Ibukota digenangi air. Bagi penduduk yang tinggal di kawasan
kumuh dan bantaran kali, banjir seperti itu sudah menjadi tradisi rutin tahunan. Mereka sudah
tahu apa saja yang harus dilakukan ketika banjir mulai melanda permukiman mereka. Sementara
bagi penduduk yang tinggal di kawasan elit yang jarang dilanda banjir, peristiwa ini dirasakan
sangat merepotkan. Menguras tenaga, pikiran, waktu, bahkan juga uang. Ada banyak hal yang
harus mereka lakukan untuk mengamankan diri dari banjir.
Peristiwa seperti itu mungkin saja dialami oleh setiap orang, kapan saja, tanpa dapat diduga terlebih
dahulu. Itulah yang disebut musibah. Bagi orang beriman, musibah dilihat sebagai kesempatan untuk
merefleksikan hidupnya: tentang sikapnya terhadap alam semesta, sesama, dan Tuhan. Musibah juga
dapat dijadikan kesempatan untuk membangun kembali persahabatan dengan alam, sesama, dan Tuhan
yang telah dirusak oleh egoisme, kesombongan, dan keserakahan manusia.
Rasul Petrus dalam bacaan hari ini mengajak kita menjadikan semua itu sebagai saat pemurnian
iman, seperti emas yang dimurnikan dengan api. Sementara Yesus mengajak kita untuk membangun
“semangat kemuridan” dalam persaudaraan sejati. Persaudaraan yang ditandai oleh solidaritas
yang total kepada sesama ciptaan yang lain tanpa perbedaan.
Yesus, murnikanlah semangat kemuridanku seturut teladan yang Kauperlihatkan
dalam hidup-Mu sendiri. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: 1Ptr 1:10-16
: 98:1.2-3ab.3c-4; R:2a
Selasa, 27Mei 2008
Bacaan Injil : Mrk 10:28-31 St. Agustinus dari Centerbury; St. Yulius

erkatalah Petrus kepada Yesus, “Kami itu sekarang pada masa ini juga akan menerima

B ini telah meninggalkan segala sesuatu


dan mengikut Engkau!” Jawab Yesus,
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap
kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-
laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang,
sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan
orang yang karena Aku dan karena Injil pada zaman yang akan datang ia akan menerima
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki- hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang
laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang
bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”

Renungan
B eberapa imam pimpinan seminari mengeluhkan realitas semakin sedikitnya remaja dan pemuda
yang masuk seminari. Tawaran “dunia modern” yang lebih menjanjikan bisa jadi merupakan
penyebab utamanya. Namun, ada sementara pihak juga yang menuding faktor keluarga kecil
dengan hanya dua anak menjadi penyebabnya. Di daerah-daerah yang selama ini dikenal sebagai
lumbung benih panggilan, persoalan ini juga dirasakan.
Berbeda halnya ketika kita menyaksikan berbagai acara televisi yang menjanjikan aneka
popularitas dunia (Indonesian Idol, AFI, KDI). Acara-acara itu selalu diminati oleh ribuan
calon. Sepertinya setiap orang ingin menjadi terkenal, menjadi orang besar yang kehadirannya
diistimewakan oleh siapa pun. Untuk mencapai impian tersebut bahkan mereka rela mengerahkan
segala daya, entah dengan cara halal maupun dengan cara yang curang.
Hal berbeda justru ditawarkan Yesus dalam dialog-Nya dengan Simon Petrus. Nilai keluhuran
kemanusiaan tidak diukur dengan cara duniawi. Manusia yang bermartabat adalah mereka yang
mengikuti-Nya secara total, yang meraih puncak kebesaran kemanusiaan-Nya dalam sikap-Nya
terhadap sesama, dalam pelayanan-Nya terhadap sesama, dan dalam kasih-Nya yang tanpa batas.
Bahkan rela menjadi “yang dihinakan” agar orang lain “dimuliakan”.
Yesus, ajarilah aku mengikuti ketulusan-Mu dalam melayani sesama untuk memperoleh
hidup yang kekal. Amin.
Rabu, 28 Mei 2008 Bacaan I
Mazmur
: 1Ptr 1:18-25
: 147:12-13.14-15.19-20; R:12a
Sta. Margaretha Pole; St. Wilhelmus Bacaan Injil : Mrk 10:32-45

Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam kami!” Jawab-Nya kepada mereka, “Apa yang
perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?” Lalu
di depan. Murid-murid merasa cemas dan kata mereka, “Perkenankanlah kami duduk
juga orang-orang yang mengikuti Dia dari dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang
belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang
memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai di sebelah kiri-Mu.” Tetapi kata Yesus kepada
mengatakan kepada mereka apa yang akan mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta.
terjadi atas diri-Nya, kata-Nya, “Sekarang kita Dapatkah kamu meminum cawan yang harus
pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang
diserahkan kepada imam-imam kepala dan harus Kuterima?” Jawab mereka: “Kami dapat.”
ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia Yesus berkata kepada mereka: “Memang, kamu
hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan akan meminum cawan yang harus Kuminum
Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus
Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-
disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak
Ia akan bangkit.” Lalu Yakobus dan Yohanes, memberikannya. Itu akan diberikan kepada
anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”
berkata kepada-Nya, “Guru, kami harap supaya (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan

Renungan
D alam tradisi Gereja Katolik, Sri Paus selalu menyebut dirinya Servus Servorum Dei, hamba dari
para hamba Allah. Dalam struktur hierarki Gereja, Sri Paus menempati posisi tertinggi bersama
para Uskup lainnya. Semakin tinggi posisinya dalam hierarki, semakin besar juga tingkat pelayanan
yang harus dilakukannya. Sebuah semangat yang berbanding terbalik dengan cara pandang dunia
normal. Itu jugalah yang diperlihatkan Yesus, Sang Guru, kepada para murid-Nya.
Di sekeliling kita, ada begitu banyak fakta yang memperlihatkan bagaimana sebuah ‘gelar’ telah
kehilangan maknanya: abdi negara, hamba hukum, pengayom rakyat, pamong praja, pahlawan tanpa
tanda jasa, cendekiawan, atau bahkan banyak pula orang yang menyebut dirinya hamba Allah.
Ketika Yohanes dan Yakobus ingin mendapat posisi istimewa di samping Sang Guru, Yesus
meminta mereka untuk mengikuti-Nya dengan setia dalam pelayanan terhadap sesama. Kehormatan
dicapai bukan dengan tangan besi dan kekerasan. Juga bukan dengan pangkat tinggi atau gelar yang
mentereng. Kehormatan seseorang justru diperlihatkan oleh sikapnya dalam melayani sesama.
Yesus, aku ingin menjadi pelayan yang setia agar aku boleh memperoleh hidup dan
kehormatan sesuai dengan janji-Mu itu. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: 1Ptr 2:2-5.9-12
: 100:2.3.4.5; R:2c
Kamis, 29 Mei 2008
Sta. Teodosia dr Konstantinopel;
Bacaan Injil : Mrk 10:46-52 St. Maxi (minus); Maria Anna dr Paredes

alu, tibalah Yesus dan murid-murid-Nya Lalu Yesus berhenti dan berkata, “Panggillah

L di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar


dari Yerikho, bersama-sama dengan
murid-murid-Nya dan orang banyak yang
dia!” Mereka memanggil orang buta itu
dan berkata kepadanya, “Kuatkan hatimu,
berdirilah, Ia memanggil engkau.” Lalu ia
berbondong-bondong, ada seorang pengemis menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri
yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus
duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, kepadanya, “Apa yang kaukehendaki supaya
bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu:
ia berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata
aku!” Banyak orang menegurnya supaya ia diam. Yesus kepadanya, “Pergilah, imanmu telah
Namun semakin keras ia berseru, “Anak Daud, menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga
kasihanilah aku!” melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam
perjalanan-Nya.

Renungan
S ebelum teman-teman kantor mengejeknya sebagai ‘orang Kristen’, ‘orang kafir’, Bernadeth
selalu mengenakan kalung salib di lehernya yang jenjang. Kini ia mencoba hadir di tengah-
tengah mereka tanpa memperlihatkan identitas kekristenannya lagi agar tidak menimbulkan masalah
apa pun dalam pergaulan sehari-hari dengan mereka.
Selintas kita menganggap persoalan itu biasa-biasa saja. Celakanya, menanggalkan identitas
lahiriah seringkali juga diikuti oleh sikap batiniah. Dari sekadar tak memakai kalung salib, lama-
lama menjadi tak berani membuat tanda salib; dari sekadar tak membuat tanda salib, lama-lama
menjadi kehilangan tanda salib di hatinya.
Hal berbeda justru ditunjukkan oleh seorang Bartimeus. Semakin dilarang untuk memanggil
Yesus, semakin lantang ia berteriak, “Anak Daud, kasihanilah aku!” Ia yakin dengan apa yang
diserukannya, dan keyakinan itu telah mengubah hidupnya secara total. Sikap iman yang sejati
janganlah setengah-setengah. Juga tak perlu takut terhadap segala intimidasi atau ancaman. Iman
yang telah menyelamatkan dan melahirkan kita sebagai manusia baru, kita jadikan modal untuk
membangun Rumah Rohani di dunia ini.
Yesus, perbaruilah imanku agar lebih sempurna sebagaimana dimiliki oleh Bartimeus.
Amin.
Jumat, 30 Mei 2008
HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS
Bacaan I
Mazmur
Bacaan II
: Ul 7:6-11
: 103:1-2.3-4.6-7.8.10; R:17
: 1Yoh 4:7-16
St. Felik I; Sta. Jeane d’Arc; St. Baptista Varani OSCCap Bacaan Injil : Mat 11:25-30

ada waktu itu berkatalah Yesus, “Aku Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa

P bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan


langit dan bumi, karena semuanya itu
Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan
selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu
berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku,
semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku
orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk
orang kecil. yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena
Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu
Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa- akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang
Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

Renungan
D alam sikap sehari-hari sering kali kita menilai seseorang berdasarkan ketulusan hatinya,
kerelaan hatinya, kepenuhan hatinya, kesungguhan hatinya. Hati menjadi lambang pribadi
terdalam seseorang. Apa yang ada di dalam hati dapat dilihat melalui tingkah laku lahiriahnya.
Hati orang yang sedang gundah gulana, hati orang yang sedang berbunga-bunga, hati orang yang
sedang jatuh cinta, tampak dari tindak-tanduknya.
Pada hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus ini ada baiknya kita juga meneropong hati kita
masing-masing. Apa saja yang memenuhi hati kita selama ini? Apa saja luka hati yang tak kunjung
sembuh dalam diri kita? Sejauh apa usaha kita untuk menjadikan hati kita semakin murni? Apakah
hati kita masih tetap murni menyuarakan suara Tuhan: menyuarakan keadilan, damai, dan kasih
dalam kebersamaan hidup ini?
Setiap Jumat Pertama kita menghadap Hati Kudus Yesus yang terluka oleh ulah dosa-dosa
kita. Juga kita sambut Ekaristi agar hidup kita dikuatkan oleh-Nya untuk tetap menyuarakan
suara-Nya di tengah-tengah keramaian dunia. Melalui Hati Kudus-Nya kita berharap agar hidup
kita disucikan, kemanusiaan kita disempurnakan, hati kita dijadikan serupa dengan Hati Kudus-
Nya sendiri.
Yesus, berilah aku kesempatan untuk menyempurnakan hatiku seperti Hati Kudus-Mu
sendiri agar aku boleh menikmati janji keselamatan-Mu. Amin.
Bacaan I
Mazmur
: Yud 17.20b-25
: 63:2.3-4.5-6; R:2b
Jumat, 31 Mei 2008
Bacaan Injil : Mrk 11:27-33 Pesta SP Maria Mengujungi Elisabet

alu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula itu, dari surga atau dari manusia? Berikanlah

L di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di


halaman Bait Allah, datanglah kepada-
Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan
Aku jawabnya!” Mereka memperbincangkannya
di antara mereka, dan berkata, “Jikalau kita
katakan: Dari surga, Ia akan berkata: Kalau
tua-tua, dan bertanya kepada-Nya, “Dengan begitu, mengapakah kamu tidak percaya
kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan:
itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa Dari manusia!” Sebab mereka takut kepada
itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan orang banyak, karena semua orang menganggap
hal-hal itu?” bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi.
Jawab Yesus kepada mereka, “Aku akan Lalu mereka menjawab Yesus, “Kami tidak
mengajukan satu pertanyaan kepadamu. tahu.” Maka kata Yesus kepada mereka, “Jika
Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu
mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal
Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu.”

Renungan
S eorang pemuda terheran-heran menyaksikan perdebatan di sebuah forum diskusi yang
membahas “The Tomb of Jesus: Yesus itu Manusia atau Allah” di kampus sebuah Perguruan
Tinggi terkenal. Ada banyak bukti baru yang ditemukan dalam penelitian ilmiah akhir-akhir ini
yang menunjukkan sisi lain dari sebuah pribadi yang disebut Yesus dari Nazaret. Hal-hal seperti
ini memang paling asyik untuk didiskusikan atau diperdebatkan oleh para ‘jago-omong’. Masing-
masing punya alasan yang tampaknya masuk akal.
Jangan heran, peristiwa seperti ini akan muncul kapan pun juga. Di zaman Yesus dulu pun
perdebatan yang sama sudah terjadi. Para jago-omong yang berlatar belakang jabatan terhormat
adalah orang-orang yang paling mengkritisi apa saja yang dilakukan Yesus. Menggugat.
Memperdebatkan. Bahkan menghukum dan membunuh-Nya juga demi sebuah kebenaran yang
mereka yakini.
Persoalan tentang Allah adalah persoalan iman. Maka, ketika Allah diteropong dengan kacamata
‘otak manusia’, yang terlihat pun hanya yang kasat mata, hanya sekadar hitam-putihnya saja, tidak
menyeluruh. Kepenuhan Allah tak mampu dipahami oleh manusia secara keseluruhan. Misteri
tentang Allah juga tak dapat direduksi hanya berbentuk sepotong tanda dalam sepenggal kurun
waktu yang singkat.
Yesus, sertailah aku selalu agar imanku terhadap-Mu sebagai Allah Putra tak goyah
oleh persoalan sepele yang diperdebatkan akal budiku yang terbatas dan tak sempurna
ini. Amin.
EVALUASI DIRI

S etelah menjalani ziarah hidup selama sebulan ini, masuklah ke dalam keheningan dan tuliskanlah
pesan pokok sabda Tuhan yang Anda temukan, kekuatan dan kelemahan dalam diri Anda,
serta niat Anda ke depan untuk membantu melihat kembali diri Anda.

A. Pesan pokok
1.
2.
3.
4.
5.

B. Kekuatan/hal-hal yang positif


1.
2.
3.
4.
5.

C. Kelemahan/hal-hal yang negatif


1.
2.
3.
4.
5.

D. Niat
1.
2.
3.
4.
5.

“Berpuasa yang kukehendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu


kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk…” (Yesaya 58:6).

Anda mungkin juga menyukai